Kredibilitas penyelenggaraan ujian nasional Paper Based Test dan ujian nasional Computer Based Test pada mata pelajaran Matematika tingkat SMA dan MA: studi kasus di Kabupaten Pasuruan.

(1)

KREDIBILITAS PENYELENGGARAAN UJIAN

NASIONAL

PAPER BASED TEST

DAN UJIAN NASIONAL

COMPUTER BASED TEST

PADA MATA PELAJARAN

MATEMATIKA TINGKAT SMA DAN MA

(Studi Kasus Di Kabupaten Pasuruan)

SKRIPSI

Oleh:

ELMITA IRMANILA NIM D04213006

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL SURABAYA FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN

JURUSAN PMIPA

PRODI PENDIDIKAN MATEMATIKA AGUSTUS 2017


(2)

(3)

(4)

(5)

(6)

KREDIBILITAS PENYELENGGARAAN UJIAN NASIONAL PAPER BASED TEST DAN UJIAN NASIONAL COMPUTER BASED TEST PADA

MATA PELAJARAN MATEMATIKA TINGKAT SMA DAN MA (Studi Kasus di Kabupaten Pasuruan)

Oleh: ELMITA IRMANILA

ABSTRAK

Diselenggarakannya dua sistem ujian nasional yakni UN-PBT dan UN-CBT memotivasi untuk membandingkan kelebihan dan kekurangan diantara keduanya, terutama terkait kredibilitasannya. Kredibilitas terhadap ujian nasional harus ditempatkan di atas segalanya agar tujuan dari penyelenggaraan ujian nasional tercapai sebagaimana mestinya terutama pada mata pelajaran matematika yang dianggap memiliki potensi ketidakjujuran yang tinggi di tingkat SMA dan MA. Oleh karena itu, tujuan diadakannya penelitian ini untuk memaparkan perbandingan dari kredibilitas penyelenggaraan UN-PBT dan UN-CBT pada mata pelajaran matematika tingkat SMA dan MA.

Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif dengan pendekatan kuantitatif metode survei. Sampel penelitian berjumlah 138 yang terdiri dari 120 siswa, 12

guru matematika, dan 6 kepala sekolah yang dipilih dengan menggunakan simple

random sampling dan sampling purposive. Sampel tersebut diperoleh dari tiga

sekolah yang menyelenggarakan UN-PBT dan tiga sekolah yang

menyelenggarakan UN-CBT di Kabupaten Pasuruan pada tahun 2017. Data dikumpulkan melalui 3 teknik, yaitu teknik dokumentasi, teknik kuesioner, dan teknik wawancara. Data dianalisis dengan menggunakan statistik deskriptif

berdasarkan kriteria RAVEN (Reputation¸ Ability to Observe¸ Vested Interest,

Expertise, Neutrality).

Berdasarkan hasil penelitian, pada kriteria reputation, terdapat kelemahan

pada penyelenggaraan UN-CBT dibandingkan UN-PBT yakni pada sarana dan

prasarana serta kualitas soal yang ditampilkan. Pada kriteria ability to observe,

penyelenggaraan UN-CBT dianggap lebih baik dibandingkan penyelenggaraan UN-PBT yakni pada kemampuan untuk mengetahui kompetensi siswa yang

sesungguhnya. Pada kriteria vested interest, penyelenggaraan UN-CBT jika

dibandingkan dengan UN-PBT lebih mampu memberikan pengaruh tindakan yang

bermanfaat dan lebih bisa meningkatkan vitalitas kinerja. Pada kriteria expertise,

penyelenggaraan UN-CBT dibandingkan dengan UN-PBT lebih mampu

meminimalisir tingkat kecurangan yang terjadi. Pada kriteria neutrality, siswa lebih

cenderung memilih evaluasi berbasis kertas sedangkan guru lebih cenderung memilih evaluasi berbasis komputer.


(7)

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... iii

HALAMAN PENGESAHAN ... iv

PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN ... v

HALAMAN PERSEMBAHAN ... vi

ABSTRAK ... vii

KATA PENGANTAR ... viii

DAFTAR ISI ... x

DAFTAR TABEL ... xiii

DAFTAR LAMPIRAN ... xvi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1

B. Rumusan Masalah ... 6

C. Tujuan Penelitian ... 6

D. Manfaat Penelitian ... 6

E. Batasan Penelitian ... 7

F. Definisi Operasional ... 8

BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Ujian Nasional ... 9

B. Fungsi dan Tujuan Penyelenggaraan Ujian Nasional ... 11

C. Periodesasi Penyelenggaraan Ujian Nasional ... 13

D. Ujian Nasional Paper Based Test (UN-PBT) ... 14

E. Ujian Nasional Computer Based Test (UN-CBT) ... 15

F. Kredibilitas ... 17

G. Kriteria Kredibilitas ... 19

H. Kredibilitas Penyelenggaraan Ujian Nasional ... 20

1. Reputation... 20

2. Ability to Observe ... 24

3. Vested Interest ... 26

4. Expertise ... 27


(8)

BAB III METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian ... 33

B. Waktu dan Tempat Penelitian ... 33

C. Populasi dan Sampel Penelitian ... 34

1. Populasi Penelitian ... 34

2. Sampel Penelitian ... 34

3. Teknik Sampling ... 37

D. Variabel Penelitian ... 38

E. Teknik dan Instrumen Penelitian ... 38

1. Teknik Penelitian ... 38

2. Instrumen Penelitian ... 39

F. Validitas dan Reliabilitas Instrumen ... 43

1. Validitas Instrumen ... 43

2. Reliabilitas Instrumen ... 46

G. Teknik Analisis Data ... 47

BAB IV HASIL PENELITIAN A. Deskripsi Data dan Analisis Data ... 51

1. Deskripsi Data dan Analisis Data untuk Kriteria Reputation ... 51

a. Deskripsi Data untuk Kriteria Reputation ... 51

b. Analisis Data untuk Kriteria Reputation ... 64

2. Deskripsi Data dan Analisis Data untuk Kriteria Ability to Observe ... 66

a. Deskripsi Data untuk Kriteria Ability to Observe ... 66

b. Analisis Data untuk Kriteria Ability to Observe ... 72

3. Deskripsi Data dan Analisis Data untuk Kriteria Vested Interest ... 73

c. Deskripsi Data untuk Kriteria Vested Interest .... 73

d. Analisis Data untuk Kriteria Vested Interest ... 83

4. Deskripsi Data dan Analisis Data untuk Kriteria Expertise ... 85

c. Deskripsi Data untuk Kriteria Expertise ... 85

d. Analisis Data untuk Kriteria Expertise ... 93

5. Deskripsi Data dan Analisis Data untuk Kriteria Neutrality ... 94


(9)

f. Analisis Data untuk Kriteria Neutrality... 105 B. Pembahasan ... 106

1. Pembahasan untuk Perbandingan Penyelenggaraan UN-PBT dan UN-CBT pada Kriteria Reputation ... 106 2. Pembahasan untuk Perbandingan Penyelenggaraan

UN-PBT dan UN-CBT pada Kriteria

Ability to Observe ... 110 3. Pembahasan untuk Perbandingan Penyelenggaraan

UN-PBT dan UN-CBT pada Kriteria

Vested Interest ... 113 4. Pembahasan untuk Perbandingan Penyelenggaraan

UN-PBT dan UN-CBT pada Kriteria Expertise ... 116 5. Pembahasan untuk Perbandingan Penyelenggaraan

UN-PBT dan UN-CBT pada Kriteria Neutrality ... 119 BAB V PENUTUP

A. Simpulan ... 123 B. Saran ... 124 DAFTAR PUSTAKA ... 125 LAMPIRAN


(10)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Ujian nasional merupakan salah satu upaya guna mendorong tercapainya target kualitas pendidikan nasional1. Ujian nasional

dilakukan sebagai bentuk akuntabilitas penyelenggaraan pendidikan kepada pihak-pihak yang berkepentingan2. Akuntabilitas yang

dimaksud yakni suatu proses pembuktian sejauh mana pencapaian proses pendidikan yang telah menggunakan kucuran anggaran dari pemerintah. Pada tahun 2017, anggaran untuk ujian nasional yang diberikan pemerintah dari total Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) kurang lebih sebesar 500 milyar rupiah3.

Ujian nasional tidak terlepas dari berbagai kendala yang hampir setiap tahun mengiringi pelaksanaannya. Kendala-kendala tersebut meliputi pendistribusian soal dan lembar jawaban yang terhambat karena akomodasi yang kurang memadai, kebocoran soal, serta adanya tindak kecurangan yang dilakukan oleh peserta didik bahkan guru ataupun sekolah. Berdasarkan sekian kendala yang ada, tindak kecuranganlah yang paling sulit diantisipasi oleh pemerintah4. Berlaku curang dalam ujian nasional semata-mata

hanya untuk mendapatkan hasil ujian nasional yang memuaskan sehingga dapat mencapai kriteria kelulusan yang ditetapkan oleh pemerintah.

1Dani Prabowo, “Usulan Moratorium Ujian Nasional Ditolak” (Kompas, 7 Desember 2016) diakses

darihttp://nasional.kompas.com/read/2016/12/07/18333851/usulan.moratorium.ujian.nasio nal.ditolak

2 Siti Asiah dan Ainur Rofieq, “Analisis Kebijakan Ujian Nasional Tingkat Sekolah

Menengah Kejuruan (SMK)”, Edukasi, 3: 1, (Maret, 2011), 76.

3 Dhita Seftiawan, “Ini Alasan Kemendikbud Akan Moratorium Ujian Nasional”, diakses dari http://www.pikiran-rakyat.com/pendidikan/2016/11/24/ini-alasan-kemendikbud-akan-moratorium-ujian-nasional-385730 pada tanggal 29 November 2016.

4Ig. Aris Dwiatmoko, Paulina H. Prima Rosa, dan Ridowati Gunawan, “Analisis Statistis Data Nilai Ujian Nasional dan Nilai Sekolah Menengah Atas di Daerah Istimewa Yogyakarta”, Jurnal Ilmiah Widya Teknik, 14: 2, (2015), 93


(11)

2

Berdasarkan realita di lapangan, kronologi tindak kecurangan bertumpu pada lemahnya sistem keamanan saat ujian nasional5.

Sistem keamanan yang seharusnya dijaga oleh seluruh elemen pendidikan serta pihak kepolisian namun pada kenyataannya masih banyak oknum pelaku kejahatan di dalamnya. Misalnya saja pada saat pra ujian nasional, biasanya kecurangan dilakukan pada saat pendistribusian soal yang mana aparat kepolisian serta elemen pendidikan bekerja sama untuk membocorkan soal ujian nasional tersebut. Pada saat pelaksanaan ujian nasional, kecurangan terjadi di lingkungan sekolah yang mana oknum guru memberikan kunci jawaban kepada peserta ujian nasional. Apabila ditinjau dari setelah ujian nasional, kecurangan terjadi ketika akumulasi skor hasil ujian nasional yang dimanipulasi.

Ujian nasional yang diselenggarakan oleh pemerintah pada tahun 1950 sampai tahun 2014 adalah ujian nasional yang menggunakan media kertas dalam pengerjaannya6. Ujian tersebut

berupa sebuah tes tertulis yang mana butir-butir soal diberikan dengan media kertas7. Berdasarkan cara pengerjaannya, diberikan

sebuah kertas atau yang disebut Lembar Jawaban Ujian Nasional (LJUN) yang terpisah dengan soal, sedangkan untuk alat pengerjaannya dengan menggunakan pensil 2B. Pada saat ini, ujian nasional yang menggunakan media kertas disebut dengan Ujian Nasional Paper Based Test atau UN-PBT.

Penyelenggaraan ujian nasional tahun 2015, pemerintah mulai memperkenalkan ujian nasional dengan menggunakan media komputer. Ujian Nasional Computer Based Test atau UN-CBT adalah sistem pelaksanaan ujian nasional dengan menggunakan komputer sebagai media ujiannya8. Pelaksanaan Ujian Nasional

Computer Based Test (UN-CBT) berbeda dengan sistem Ujian Nasional Paper Based Test (UN-PBT) yang selama ini sudah

5Siskandar, “Kesiapan Daerah dalam Melaksanakan Ujian Nasional”, Jurnal Ekonomi & Pendidikan, 5: 1, (April, 2008), 104.

6Nurul Hidayah, “Ujian Nasional dalam Prespektif Kebijakan Publik”, Jurnal Pencerahan, 7: 1, (Maret, 2013), 35-36.

7Yunaz Karaman, “Sejarah Ujian Nasional di Indonesia dan Permasalahannya”, diakses dari https://yunazkaraman.blogspot.co.id/2016/04/sumber-sejarah-ujian-nasional-di.html, pada tanggal 19 November 2016.

8 Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, “Ujian Nasional Berbasis Komputer”, diakses dari http://unbk.kemdikbud.go.id/posts/ujian-nasional-berbasis-komputer, pada tanggal 8 November 2016.


(12)

3

berjalan. Penyelenggaraan Ujian Nasional Computer Based Test (UN-CBT) saat ini menggunakan sistem semi-online yaitu soal dikirim dari server pusat secara online melalui jaringan (sinkronisasi) ke server lokal (sekolah), kemudian ujian siswa dilayani oleh server lokal (sekolah) secara offline. Selanjutnya hasil ujian dikirim kembali dari server lokal (sekolah) ke server pusat secara online (upload)9.

Tindak lanjut dari ujian nasional tahun 2015 dan 2016 yang melaksanakan dua sistem ujian, maka di tahun 2017 ini pemerintah menyelenggarakan kembali dua sistem ujian dengan berbagai bentuk perbaikan. Salah satu bentuk perbaikan di tahun 2017 berhubungan dengan penyebutan nama ujian yakni Ujian Nasional Paper Based Test (UN-PBT) disebut sebagai Ujian Nasional Berbasis Kertas dan Pensil (UNKP) sedangkan Ujian Nasional Computer Based Test (UN-CBT) disebut sebagai Ujian Nasional Berbasis Komputer (UNBK).

Diselenggarakannya kembali dua sistem ujian nasional tersebut memicu beberapa elemen pendidikan untuk membandingkan kelebihan dan kekurangan diantara keduanya. Berbicara mengenai perbandingan, telah diketahui bahwa UN-PBT lebih terlihat kekurangannya dibandingkan dengan kelebihannya. Rendahnya tingkat kejujuran pada pelaksanaan UN-PBT karena dilegalkannya kecurangan dan bocornya soal ujian telah menjadi hal yang lumrah dalam pelaksanaannya10. Anehnya, kecurangan dan

bocornya soal pada UN-PBT kerapkali tidak dapat dibuktikan dan dianggap hanya kesalahan dalam prosedur semata. Selain itu, kekurangan dari UN-PBT yakni banyaknya campur tangan manusia dalam pelaksanaannya, baik pra ujian, pada waktu ujian berlangsung serta pada saat pasca ujian. Banyaknya campur tangan manusia tersebut menjadikan lahan tindak kecurangan sangat luas dan kemungkinan kecil untuk dihentikan.

UN-PBT juga memiliki kelebihan walaupun lebih terlihat minoritas daripada kekurangannya. Kelebihan UN-PBT yakni pada

9Arif Nurhidayat, Skripsi Sarjana, “Implementasi Ujian Nasional Berbasis Komputer atau

Computer Based Test (CBT) di SMA Negeri 1 Wonosari”, (Yogyakarta: Universitas Negeri Yogyakarta, 2016), 2.

10Rachman Arief dan Erma Suryani, “Sistem Dinamik Ujian Nasional Berbasis Komputer untuk Meminimalkan Resiko Kecurangan Serta Meningkatkan Efektifitas dan Efisiensi Anggaran”, Integer Journal, 1:2, (September 2016), 68.


(13)

4

proses pengerjaan soal yang membutuhkan perhitungan serta soal yang membutuhkan ketelitian dalam membaca, UN-PBT lebih memberikan keleluasaan bagi peserta ujian dalam menyelesaikannya11. Mereka dapat mencoret-coret kertas,

memahami dengan seksama poin-poin yang penting dalam soal tersebut. Jika soal berupa teks yang panjang, peserta ujian dapat menggaris bawahi atau memberikan tanda sehingga mudah untuk mengerjakannya. Apabila dibandingkan dengan UN-CBT, peserta ujian hanya bisa memandang monitor yang ketika dilakukan secara terus-menerus dapat menjadikan mata mejadi panas bahkan ada yang menyebabkan pusing. Selain itu, hal yang paling mengkhawatirkan pada UN-CBT yakni risiko salah pemahaman soal bagi peserta cukup tinggi apabila penggunaan bahasa kurang tegas dan lugas, resiko kerusakan sistem dapat terjadi dan menghambat keberlangsungan ujian cukup tinggi terutama jika terdapat serangan hacker, dan dengan peserta yang banyak jika tidak diimbangi dengan kapasitas bandwich dapat menyebabkan kelambatan sistem dan mengganggu keberlangsungan ujian12.

Pada saat penyelenggaraan UN-CBT, dapat dikatakan bahwa kecurangan dapat diminamilisir, itulah yang menjadi sorotan kelebihan dari ujian ini. Kecurangan tersebut dapat diminamilisir karena pada saat penggandaan bahan atau soal UN-CBT dilakukan secara online. Demikian pula dalam proses pendistribusian soal yang dilakukan dengan mudah dan secara langsung melalui jaringan internet. Apabila berdasarkan sistem keamanan, yang perlu diperhatikan adalah keamanan dalam jaringan komputer dari serbuan peretas atau hacker. Oleh karena itu, perlu dilakukan pengamanan berlapis dalam jaringan komputer yang ada13.

M. Nuh, Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Indonesia pada masa 2009-2014 memaparkan bahwa kebijakan yang dilakukan pemerintah dengan mengadakan dua sistem ujian nasional

11Iradhatie Wurinanda, “UN Berbasis Kertas, Siswa Malah Senang.” Okezone Kampus, diakses dari http://news.okezone.com/read/2016/04/05/65/1354555/un-berbasis-kertas-siswa-malah-senang, pada tanggal 5 Juli 2017.

12 Edy Marhatta Sofyan, Skripsi Sarjana, “Kesiapan Pelaksanaan Ujian Nasional Berbasis Komputer Bagi Siswa Program Keahlian Teknik Instalasi Tenaga Listrik SMK N 2 Yogyakarta”, (Yogyakarta: Universitas Negeri Yogyakarta, 2015), 21.

13Rogers Pakpahan, “Model Ujian Nasional Berbasis Komputer:Manfaat dan Tantangan”, Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan, 1:1, (April, 2016), 31.


(14)

5

beralaskan pada janji pemerintah yang siap menggelar ujian nasional yang jujur dan lebih kredibel14. Kredibilitas hasil ujian nasional

menjadi hal penting, mengingat bahwa ujian nasional merupakan sistem evaluasi yang diselenggarakan oleh pemerintah secara nasional guna menyamakan mutu tingkat pendidikan antar daerah15.

Oleh karena itu, kredibilitas atau tingkat kepercayaan terhadap hasil ujian nasional harus ditempatkan di atas segalanya agar tujuan dari penyelenggaraannya tercapai sebagaimana mestinya.

Berdasarkan survei lapangan, mata pelajaran yang paling ditakuti oleh siswa dari setiap sekolah baik SMA atau MA pada saat ujian nasional adalah matematika. Ketakutan tersebut berlandaskan bahwa sebagian peserta didik menganggap bahwa matematika adalah mata pelajaran yang sulit dan sangat tidak mungkin dikerjakan dengan waktu yang singkat16. Akibat ketakutan tersebut

mendorong siswa dan juga beberapa oknum untuk melakukan tindak kejahatan agar memudahkan proses pengerjaan matematika pada saat ujian nasional. Tindak kejahatan memang sulit untuk dihindari, karena dipicu oleh kelulusan yang wajib diraih serta nilai yang harus tampil bagus. Mengingat bahwa nilai ujian nasional dari mata pelajaran matematika dijadikan sebagai salah satu bahan pertimbangan untuk masuk ke Perguruan Tinggi Negeri (PTN) dari berbagai jurusan yang dituju oleh siswa.

Berdasarkan uraian latar belakang yang telah dijelaskan, peneliti bermaksud mengadakan penelitian dengan judul

“Kredibilitas Penyelenggaraan Ujian Nasional PaperBased Test

dan Ujian Nasional Computer Based Test pada Mata Pelajaran Matematika Tingkat SMA dan MA”.

14 Indra Yusuf, Quo Vadis Pendidikan Kita ? : Refleksi Satu Dekade Manyuarakan Pendidikan (Bandung: Kaifa Publishing, 2016), 93.

15 https://id.wikipedia.org/wiki/Ujian_Nasional, diakses pada tanggal 3 November 2016. 16Abdul Mujib dan Erik Suparingga, “Analisis Penalaran dalam Ujian Nasional Matematika

SMA / MA Program IPA Tahun 2011 / 2012”, Universitas Muslim Nusantara (Umn) Al Washliyah.


(15)

6

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, maka dirumuskan permasalahan yakni:

Bagaimana perbandingan kredibilitas penyelenggaraan Ujian Nasional Paper Based Test dan Ujian Nasional Computer Based Test pada mata pelajaran matematika tingkat SMA dan MA? C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan permasalahan yang telah dirumuskan di atas, maka tujuan dari penelitian ini adalah:

Untuk mendeskripsikan perbandingan kredibilitas penyelenggaraan Ujian Nasional Paper Based Test dan Ujian Nasional Computer Based Test pada mata pelajaran matematika tingkat SMA dan MA. D. Manfaat Penelitian

Manfaat yang diperoleh dari penelitian ini adalah: 1. Manfaat Teoritis

Manfaat secara teoritis dari penelitian ini yakni dapat menjadi bahan refleksi untuk seluruh elemen pendidikan terutama pada tingkat SMA dan MA dan juga pemerintah terkait diadakannya Ujian Nasional Paper Based Test dan Ujian Nasional Computer Based Test. Selain itu, dapat dijadikan rujukan perbaikan sistem evaluasi yang sesuai untuk mengukur kompetensi siswa pada mata pelajaran matematika.

2. Manfaat Praktis a. Bagi Siswa

1) Memberikan wawasan baru bagi siswa terkait kredibilitas penyelenggaraan Ujian Nasional Paper Based Test dan Ujian Nasional Computer Based Test.

2) Memicu siswa untuk menghindari segala bentuk kecurangan pada saat penyelenggaraan ujian nasional baik pada UN-PBT maupun UN-CBT. 3) Meningkatkan rasa percaya diri pada diri siswa akan

kemampuan yang dimiliki saat menghadapi ujian nasional terutama dalam mata pelajaran matematika.


(16)

7

b. Bagi Guru dan Sekolah

1) Jika kredibilitas dari penyelenggaraan Ujian Nasional Paper Based Test dan Ujian Nasional Computer Based Test dibandingkan maka dapat dijadikan sebagai bahan evaluasi untuk menyiapkan langkah-langkah perbaikan pada ujian nasional berikutnya.

2) Memberikan referensi untuk memilih sistem evaluasi yang tepat bagi peserta didiknya terutama dalam mata pelajaran matematika.

c. Bagi Peneliti

1) Memberikan pengetahuan dan pengalaman baru bagi peneliti mengenai cara menilai kredibilitas suatu ujian nasional.

2) Menerapkan pengetahuan yang diperoleh dari perkuliahan dan menambah pengalaman mengenai sistem evaluasi yang tepat dalam mengukur hasil belajar siswa.

d. Bagi Pembaca dan Peneliti Lain

Dijadikan acuan atau pembanding dalam melaksanakan penelitian yang sejenis serta memberikan informasi-informasi terkait kredibilitas penyelenggaraan Ujian Nasional PaperBased Test dan Ujian Nasional Computer Based Test terutama pada mata pelajaran matematika. E. Batasan Penelitian

Upaya menghindari meluasnya permasalahan dalam penelitian ini, maka peneliti menggunakan kriteria yang dijadikan acuan untuk menilai kredibilitas penyelenggaraan Ujian Nasional PaperBased Test dan Ujian Nasional Computer Based Test pada mata pelajaran matematika yakni RAVEN yang terdiri dari R (reputation), A (ability to observe), V (vested interest), E (expertise), dan N (neutrality). Selain itu, penelitian ini juga berupa studi kasus di Kabupaten Pasuruan, Jawa Timur yang dilaksanakan pada Ujian Nasional (UN) tahun 2017 di tingkat SMA dan MA.


(17)

8

F. Definisi Operasional

Upaya menghindari terjadinya perbedaan penafsiran terhadap istilah yang digunakan dalam penelitian ini. Oleh karena itu didefinisikan beberapa istilah yakni sebagai berikut:

1. Ujian nasional adalah sistem evaluasi yang diselenggarakan oleh pemerintah untuk mengukur hasil belajar siswa serta meningkatkan mutu pendidikan secara nasional.

2. Ujian Nasional Paper Based Test atau UN-PBT adalah sistem evaluasi peningkatan mutu pendidikan nasional yang diselenggarakan secara tertulis dengan menggunakan kertas dan pensil.

3. Ujian Nasional Computer Based Test atau UN-CBT adalah sistem evaluasi peningkatan mutu pendidikan nasional yang diselenggarakan dengan bantuan seperangkat komputer. 4. Kredibilitas adalah suatu bentuk evaluasi untuk mengukur

tingkat kepercayaan terhadap penyelenggaraan ujian nasional. Kredibilitas penyelenggaraan ujian nasional meliputi: reputation yakni bentuk evaluasi yang berdasarkan realita yang terjadi pada penyelenggaraan ujian nasional sehingga dapat menimbulkan asumsi publik tentang baik buruknya penyelenggaraan ujian tersebut; ability to observe yakni bentuk evaluasi terhadap kesanggupan ujian nasional untuk melakukan evaluasi hasil belajar siswa secara nasional; vested interest yakni bentuk evaluasi yang merujuk pada kepentingan yang mendasari penyelenggaraan ujian nasional; expertise yakni bentuk evaluasi yang dinilai dari keobjektivitasannya meliputi kejujuran, keteguhan, dan keadilan dalam penyelenggaraan ujian nasional; dan neutrality yakni bentuk evaluasi terhadap sejauh mana sikap tak memihak kepada siapapun pada penyelenggaraan ujian nasional.


(18)

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Ujian Nasional

Pengertian ujian nasional menurut Hadi yakni sebuah sistem evaluasi pendidikan nasional pada tingkat dasar hingga menengah1.

Adapun pendapat dari Baharudin, ujian nasional adalah sistem evaluasi atau penilaian standar pendidikan dasar dan menengah secara nasional dengan menetapkan standardisasi nasional pendidikan yang bertujuan sebagai data dalam rangka menyusun kebijakan pendidikan nasional2. Syawal Gultom juga

mendefinisikan bahwa ujian nasional merupakan sistem evaluasi standar pendidikan dasar dan menengah di Indonesia3. Oleh karena

itu dapat dinyatakan bahwa ujian nasional adalah sistem evaluasi secara nasional untuk pendidikan dasar dan menengah.

Menurut pendapat Muntholi’ah, ujian nasional merupakan alat untuk mengukur kemampuan kognitif siswa4. Adapun Rustono dan

Harris yang menyatakan bahwa ujian nasional merupakan ujian yang disusun oleh pemerintah dengan tujuan mengukur potensi pelajar dan menentukan taraf kompetensinya agar dapat dinyatakan lulus dari tingkat pendidikan yang ditempuh5. Azis dan Sugiman

juga berpendapat bahwa ujian nasional merupakan salah satu proses pengukuran hasil belajar yang telah dilaksanakan secara nasional di

1Sumasno Hadi, “Ujian Nasional dalam Tinjauan Kritis Filsfat Pendidikan Pragmatisme”, Jurnal Ilmiah Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah, 4: 1, (Januari 2014), 292.

2 Baharudin, “Ujian Nasional dan Pembudayaan Siswa Aktif Belajar (Refleksi Pasca Putusan Permendikbud No. 5 Tahun 2015 tentang Kriteria Kelulusan Peserta Didik UN)”, Terampil, 4: 1, (Juni, 2015), 95.

3Yulia Elfiza, Rusman, dan M. Nasir. “Hubungan antara Hasil Uji Kognitif Try Out Ujian Nasional (UN) dengan Hasil Ujian Nasional (UN) Mata Pelajaran Kimia SMA Kota Banda Aceh Tahun Ajaran 2014/2015”, Jurnal Ilmiah Mahasiswa Pendidikan Kimia (JIMPK), 1: 3, (2016), 37.

4Muntholi’ah, “Ujian Nasional, Dulu, Kini dan yang Akan Datang: Tinjauan Normatif”, Jurnal Pendidikan Islam, 7: 1, (April, 2013), 175.

5Rustono F. M. dan Harris Christanto, “Analisis Penilaian Perilaku Komunikasi Peserta Didik Sekolah Menengah pada Pelaksanaan Ujian Nasional (Studi Kasus pada Sistem Manual-2014 dan Online-2015 di SMPK 2 Penabur Jakarta)”, Komunikasi, 9: 2, (September, 2015), 86.


(19)

10

Indonesia6. Berdasarkan penjelasan di atas dapat dinyatakan bahwa

ujian nasional dijadikan sebagai alat untuk mengukur hasil belajar dalam aspek kognitif siswa.

Menurut pendapat Tilaar mengenai ujian nasional yakni sebagai bentuk upaya pemerintah untuk mengevaluasi tingkat pendidikan secara nasional dengan menetapkan standardisasi nasional pendidikan7. Menurut Ghofur, ujian nasional merupakan

salah satu sarana evaluasi dalam pembelajaran skala nasional8.

Adapun Hartanto yang mendefinisikan bahwa Ujian Nasional merupakan salah satu bentuk mandated examination (ujian yang diamanatkan atau di bawah pengawasan) yang didesain untuk menggambarkan tingkat pencapaian keseluruhan sistem pendidikan, bukan pencapaian individu tertentu. Mandated examination memiliki beberapa kegunaan, yaitu: a) hasil ujian dapat digunakan oleh para pembuat kebijakan pendidikan untuk mendeteksi kelemahan yang dimiliki; b) sebagai alat untuk melakukan perubahan dalam bidang pendidikan; c) memberikan informasi mengenai kondisi terkini dan kemajuan peserta didik serta kualitas sekolah; d) memberikan hasil ujian yang akuntabel guna memotivasi guru dan peserta didik untuk berusaha lebih baik9. Berdasarkan

beberapa penjelasan di atas, dapat disimpulkan bahwa ujian nasional adalah sistem evaluasi yang diselenggarakan oleh pemerintah untuk mengukur hasil belajar siswa serta meningkatkan mutu pendidikan secara nasional.

6Azis dan Sugiman, “Analisis Kesulitan Kognitif dan Masalah Afektif Siswa SMA dalam

Belajar Matematika Menghadapi Ujian Nasional”, Jurnal Riset Pendidikan Matematika, 2: 2, (November, 2015), 163.

7 H. A. R. Tilaar, Standarisasi Pendidikan Nasional: Suatu Tinjuan Kritis, (Jakarta: Rineka Cipta., 2006), 109-110.

8Abd. Ghofur, “Mereposisi Mainstream dan Dampak Psikologi Ujian Nasional”, Jurnal Ilmu Sosial dan Humaniora, 1: 1, (Desember, 2014), 40.

9 Setyo Hartanto, “Ujian Naional (UN), Masih Perlukah?.” Widyaiswara LPPKS, diakses dari http://lppks.kemdikbud.go.id/file/UJIAN_NASIONAL_(UN)_MASIH_PERLUKAH.pdf, pada tanggal 5 Juli 2017.


(20)

11

B. Fungsi dan Tujuan Penyelenggaraan Ujian Nasional

Ujian nasional yang diselenggarakan oleh pemerintah berfungsi sebagai dasar untuk pemetaan mutu program dan/atau satuan pendidikan, pertimbangan berikutnya, serta pembinaan dan pemberian bantuan kepada satuan pendidikan dalam upayanya untuk meningkatkan mutu pendidikan10. Menurut Ki Supriyoko,

penyelenggaraan ujian nasional dijadikan sebagai tolak ukur kualitas pendidikan antar daerah, sebagai upaya standardisasi mutu pendidikan secara nasional dan sebagai sarana memotivasi siswa, orang tua, guru, dan pihak-pihak terkait untuk meningkatkan prestasi belajar siswa dalam menghadapi standar pendidikan11.

Arifin mengemukakan fungsi dari penyelenggaraan ujian nasional sebagai berikut:12

1. Alat pengendali mutu pendidikan secara nasional. Melalui penyelenggaraan ujian nasional diharapkan mutu pendidikan nasional dapat dikendalikan.

2. Mendorong peningkatan mutu pendidikan. Penyelenggaraan ujian nasional diharapkan dapat memotivasi sekolah untuk meningkatkan pembelajaran dan berusaha untuk mencapai hasil ujian nasional secara optimal.

3. Bahan pertimbangan untuk menentukan tamat belajar dan predikat prestasi siswa. Ujian nasional dijadikan bahan pertimbangan penentuan kelulusan dan penentuan predikat prestasi siswa.

4. Pertimbangan dalam seleksi penerimaan siswa baru pada jenjang pendidikan yang lebih tinggi.

Berdasarkan penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa secara garis besar fungsi diselenggarakannya ujian nasional yakni sebagai upaya peningkatan mutu pendidikan nasional serta sebagai alat ukur kualitas pendidikan antar daerah.

Tujuan penyelenggaraan ujian nasional yakni untuk menilai pencapaian standar kompetensi lulusan pada mata pelajaran tetentu

10 Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Pasal 8 Nomor 23 Tahun 2016 tentang Standar Penilaian Pendidikan

11 Khairil Anwar Notodipuro, “Ujian Nasional: Sarana Untuk Membangun Karakter

Bangsa”, (Jakarta: Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan, 2012), 25.

12 Zainal Arifin, Evaluasi Pembelajaran: Prinsip, Teknik, dan Prosedur, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2009), 62.


(21)

12

secara nasional13. Penyelenggaraan ujian nasional juga bertujuan

untuk mengetahui dan mengukur tingkat penguasaan materi pelajaran tertentu secara nasional14. Penjelasan yang sama juga

diungkapkan oleh Notodipuro, bahwa ujian nasional bertujuan untuk menilai pencapaian kompetensi lulusan secara nasional pada mata pelajaran tertentu dalam kelompok ilmu pengetahuan dan teknologi15. Wijono dan Djemari juga berpendapat bahwa tujuan

penyelenggaraan ujian nasional yakni untuk mengukur kemampuan siswa terhadap penguasaan kompetensi yang telah dicapai16. Oleh

karena itu, dengan adanya penyelenggaraan ujian nasional dapat menilai ketercapaian kompetensi siswa secara nasional.

Adapun Saukah dan Agus berpendapat bahwa tujuan diselenggarakannya ujian nasional yakni untuk memetakan kualitas program pembelajaran dan sekolah secara nasional, mempertimbangkan penyeleksian untuk masuk ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi, dan merencanakan beberapa tindakan korektif untuk mendukung peningkatan kualitas pendidikan di sekolah dan tingkat kabupaten17. Tujuan ujian nasional adalah untuk

memeroleh gambaran pencapaian kompetensi siswa selama mengikuti pendidikan pada aspek pengetahuan18. Berdasarkan

penjelasan di atas dapat disimpulkaan bahwa tujuan penyelenggaraan ujian nasional yakni untuk memetakan kualitas program pembelajaran di sekolah secara nasional, untuk dijadikan bahan pertimbangan memasuki jenjang pendidikan selanjutnya serta untuk mengukur ketercapaian kompetensi siswa pada aspek kognitif.

13 Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia, Kebijakan Perubahan Ujian Nasional, (Jakarta: Kemdikbud, 2015), 4.

14 Ibid, halaman 35. 15 Ibid, halaman 11.

16Slamet Wijono dan Djemari Mardapi, “Model Evaluasi Ujian Nasional

Kompetensi Keahlian Teknik Pemesinan SMK”, Jurnal Penelitian dan Evaluasi Pendidikan, 20: 2, (Desember, 2016), 235.

17 Ali Saukah dan Agus Eko Cahyono, “Ujian Nasional di Indonesia dan Implikasinya

Terhadap Pembelajaran Bahasa Inggris”, Jurnal Pendidikan dan Evaluasi Pendidikan, 19: 2, (Desember, 2015), 244.


(22)

13

C. Periodesasi Penyelenggaraan Ujian Nasional

Secara kronologis, ujian nasional mengalami beberapa kali perubahan baik nama maupun sistem penyelenggaraannya, yakni:19

1. Periode 1950-1964 disebut sebagai ujian penghabisan. Ujian penghabisan dilaksanakan secara nasional, di mana seluruh soal yang diujikan berbentuk esai dan dibuat oleh Departemen Pendidikan, Pengajaran dan Kebudayaan. Hasil ujian tidak diperiksa di sekolah tempat ujian, melainkan di pusat rayon. 2. Periode 1965-1971 disebut dengan ujian negara yang mencakup

semua mata pelajaran sebagai materi yang diujikan. Bahan ujian dibuat oleh pemerintah pusat dan berlaku untuk seluruh wilayah di Indonesia. Ujian tersebut diberlakukan di semua jenjang yang ada di Indonesia, yang berada pada satu kebijakan pemerintah. 3. Periode 1972-1979 disebut sebagai ujian sekolah, di mana

pemerintah memberi kebebasan setiap sekolah atau sekelompok sekolah menyelenggarakan ujian sendiri. Pembuatan soal dan proses penilaian dilakukan masing-masing sekolah atau kelompok. Pemerintah hanya menyusun pedoman dan panduan yang bersifat umum.

4. Periode 1980-2001 disebut sebagai EBTANAS (Evaluasi Belajar Tahap Akhir Nasional) yang menggunakan dua istilah ujian yakni EBTANAS untuk mata pelajaran pokok, dan EBTA untuk mata pelajaran non-EBTANAS. EBTANAS dikoordinasi pemerintah pusat dan EBTA dikoordinasi pemerintah provinsi. Kelulusan EBTANAS ditentukan oleh kombinasi dua evaluasi yakni EBTANAS dan EBTA kemudian ditambah nilai ujian harian yang tertera di buku rapor.

5. Periode 2001-2004, EBTANAS beralih nama menjadi UAN (Ujian Akhir Nasional) di mana soal UAN dibuat oleh Depdiknas sehingga pihak sekolah tidak bisa mengangkat nilai UAN. Selain itu, kelulusan ditentukan oleh nilai mata pelajaran secara individual dan apabila siswa yang tidak/belum lulus akan diberi kesempatan mengulang selang satu minggu sesudahnya. 6. Periode 2005-2014, UAN diganti namanya menjadi Ujian

Nasional (UN) dengan penetapan standar nilai yang berubah setiap tahunnya. Pemerintah tidak lagi bertindak sebagai


(23)

14

penyelenggara ujian nasional, tetapi melimpahkannya ke Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP).

7. Periode 2015-sekarang, pelaksanaan ujian nasional telah melibatkan teknologi yakni pergeseran sistem ujian nasional yang dilaksanakan secara konvensional (paper based test) ke komputerisasi (computer based test). Pada tahun 2015-2016, terjadi dua sistem pelaksanaan ujian nasional yakni UN-PBT (Ujian Nasional Paper Based Test) dan UN-CBT (Ujian Nasional Computer Based Test). Pada tahun 2017 terjadi perubahan nama penyebutan yakni Ujian Nasional Paper Based Test (UN-PBT) disebut sebagai Ujian Nasional Berbasis Kertas dan Pensil (UNKP) sedangkan Ujian Nasional Computer Based Test (UN-CBT) disebut sebagai Ujian Nasional Berbasis Komputer (UNBK). Di tahun 2017 ini terdapat kebijakan bahwa nilai ujian nasional tidak menentukan kelulusan siswa.

D. Ujian Nasional Paper Based Test (UN-PBT)

Ujian Nasional Paper Based Test (UN-PBT) adalah ujian nasional untuk mengukur aspek pengetahuan yang dilaksanakan dalam bentuk tertulis20. Menurut Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, Ujian Nasional Paper Based Test (UN-PBT) adalah sistem ujian yang digunakan dalam ujian nasional dengan menggunakan naskah soal dan Lembar Jawaban Ujian Nasional (LJUN) berbasis kertas21. Oleh karena itu dapat disimpulkan bahwa

Ujian Nasional Paper Based Test (UN-PBT) yakni sistem evaluasi peningkatan mutu pendidikan nasional yang diselenggarakan secara tertulis dengan menggunakan kertas dan pensil. Berdasarkan media yang digunakan adalah kertas dan pensil, istilah Paper Based Test (PBT) sering disebut sebagai tes konvensional.

Prosedur pengerjaan UN-PBT yakni siswa diharuskan untuk menghitamkan salah satu jawaban yang dianggap benar di kertas Lembar Jawaban Ujian Nasional (LJUN). Semua soal disajikan di atas kertas dan menjawab dengan menggunakan pensil22. Soal ujian

berbentuk pilihan ganda sebanyak 40-50 nomor, dengan lima pilihan

20 Ibid, halaman 22. 21 Ibid.

22http://www.e-sbmptn.com/2016/01/pengertian-cbt-dan-pbt-dalam-ujian.html diakses pada tanggal 26 April 2016


(24)

15

jawaban. Soal-soal tersebut dikelompokkan menjadi beberapa paket soal.

Kelebihan Ujian Nasional Paper Based Test (UN-PBT) apabila ditinjau dari segi teknis pengerjaannya yakni peserta ujian dapat dengan mudah mencoret-coret lembar soal, mata lebih nyaman, bisa menyimpan jawaban sementara dengan cara menandai soal atau jawaban terlebih dahulu sebelum meyakini jawaban yang pasti23.

Apabila ditinjau dari segi penyelenggaraannya, UN-PBT dapat dilaksanakan secara serentak dengan jumlah peserta tes yang banyak. Siswa relatif memiliki kebebasan untuk menjawab soal, sehingga secara psikologis lebih merasa percaya diri dan tidak terikat.

Kekurangan menggunakan Ujian Nasional Paper Based Test (UN-PBT) yakni jawaban rawan sobek, memakan waktu lebih lama karena waktu akan banyak habis digunakan untuk mencoret atau menghitamkan jawaban dan cenderung lebih merepotkan bila hendak mengganti jawaban. Apabila dilihat dari teknis pengoreksiannya, UN-PBT membutuhkan waktu yang lama sehingga hal ini berpengaruh pada proses pengumuman hasil ujian24.

Lamanya selang waktu dari proses pengerjaan ujian sampai pengumuman hasil ujian menyebabkan resiko kecurangan menjadi tinggi, sehingga hasil tes tidak mampu menggambarkan kemampuan siswa yang sebenarnya.

E. Ujian Nasional Computer Based Test (UN-CBT)

Ujian Nasional Computer Based Test (UN-CBT) adalah sistem ujian berbasis komputer yang digunakan dalam ujian nasional25.

Menurut Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan, Ujian Nasional Computer Based Test (UN-CBT) adalah sistem ujian yang digunakan dalam ujian nasional dengan menggunakan sistem komputer. Ujian Nasional Computer Based Test (UN-CBT) juga dapat diartikan sebagai evaluasi pembelajaran dalam bentuk tes

23Muchamad Arif, Skripsi Sarjana: “Korelasi Nilai Matematika Ujian Nasional dan Nilai

Matematika Tes Penerimaan Siswa Baru dengan Prestasi Belajar Matematika”, Surabaya: UIN Sunan Ampel, 2014.

24Sudar, A. Yulianto, dan Wijayanto, “Pengembangan Uji Kompetensi Mandiri Berbasis

Komputer untuk Meningkatkan Efikasi Diri Siswa”, Jurnal Pendidikan Fisika Indonesia, 10, (2014), 12.


(25)

16

prestasi belajar yang diselenggarakan oleh pemerintah pusat untuk mengetahui pencapaian siswa pada mata pelajaran tertentu yang telah dilaksanakan sesuai waktu yang ditentukan dengan bantuan fungsi-fungsi seperangkat komputer26. Berdasarkan penjelasan di

atas, dapat diartikan bahwa Ujian Nasional Computer Based Test (UN-CBT) adalah sistem evaluasi peningkatan mutu pendidikan nasional yang diselenggarakan dengan bantuan seperangkat komputer.

Istilah Computer Based Test (CBT) telah digunakan sejak tahun 1960. Terdapat dua teknik pengerjaan dalam Computer Based Test (CBT) yakni jenis pertama peserta mengisi tanggapan mereka pada kertas yang kemudian secara otomatis dimasukkan ke dalam komputer optik mark reader sedangkan untuk jenis yang kedua, peserta dapat langsung memasukkan jawaban mereka ke komputer dan langsung menerima umpan balik melalui komputer27. Ujian

Nasional Computer Based Test (UN-CBT) pada dasarnya menganut pada jenis yang kedua, yakni peserta ujian dapat memilih jawaban secara langsung di komputer, dapat memilih soal dan dapat menghapus jawaban yang telah dipilih sebelumnya layaknya di Ujian Nasional Paper Based Test (UN-PBT).

UN-CBT dilaksanakan bersamaan dengan UN-PBT, namun akan berakhir berbeda karena dalam sehari hanya ada satu mata pelajaran yang diujikan, sedangkan jumlah peserta yang dapat menempuh UN-CBT setiap harinya dibatasi oleh jumlah atau ketersediaan komputer. Selain itu, penyampaian (delivery) butir soal yang tidak lagi meggunakan kertas (paper), baik untuk naskah soal maupun lembar jawaban soalnya. Sistem skoring atau koreksi langsung dilakukan oleh komputer28.

Kelebihan Ujian Nasional Computer Based Test (UN-CBT) yakni memudahkan dalam pengamanan dan penyediaan logistik serta lebih kecil kemungkinan terjadi keterlambatan naskah soal, tertukarnya naskah soal, dan ketidakjelasan hasil cetak naskah soal. Tidak ada kerumitan pengumpulan Lembar Jawaban Ujian Nasional (LJUN) dan gambar dalam soal menjadi lebih jelas, lebih

26Edy Marhatta Sofyan, Kesiapan Pelaksanaan … 12.

27 Jimoh, R. G. dkk, “Students' Perception of Computer Based Test (CBT) for Examining

Undergraduate Chemistry Courses”, Journal of Emerging Trends in Computing and Information Sciences, 3: 2, (Februari, 2012), 125.


(26)

17

mengakomodasi siswa dengan ketunaan. Selain itu, John Poggio dkk mengatakan ujian berbasis komputer telah menjadi sistem evaluasi yang diinginkan karena langsung melaporkan skor dari kinerja siswa, meminimalisir biaya percetakan, pengiriman, keamaan yang telah mengalami perbaikan, serta dapat dilakukan secara berulang-ulang29.

Kekurangan Ujian Nasional Computer Based Test (UN-CBT) yakni kurangnya pemahamam beberapa peserta didik akan pelaksanaan ujian nasional karena berbeda dengan tahun-tahun sebelumya. Penyelenggaraan Ujian Nasional Computer Based Test (UN-CBT) bergantung dengan adanya jaringan internet dan juga listrik. Apabila jaringan internet dan listrik mengalami gangguan pada saat ujian, maka dapat sangat mengganggu penyelengaraan ujian nasional. Tidak semua wilayah atau sekolah yang menyelenggarakan Ujian Nasional Computer Based Test (UN-CBT) karena daerah yang sering mengalami pemadaman listrik serta kekurangan sarana komputer di satuan pendidikan30.

F. Kredibilitas

Pada dasarnya kredibilitas dapat didefinisikan sebagai kepercayaan31. Selain itu kredibilitas juga didefinisikan sebagai

kepercayaan, kehandalan, akurasi, keadilan, dan objektivitas32.

Berdasarkan Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), kredibilitas adalah suatu perihal yang dapat dipercaya33. Dalam arti luas,

kredibilitas berarti kesediaan untuk mempercayai sesuatu34. Oleh

karena itu, kredibilitas dapat dikatakan sebagai sebuah kepercayaan terhadap suatu perihal.

29John Poggio dkk, “A Comparative Evaluation of Score Results from Computerized and Paper & Pencil Mathematics Testing in a Large Scale State Assessment Program”, The Journal of Technology, Learning, and Assessment, 3: 6, (Januari, 2005), 5.

30 Ibid, halaman 27.

31 C. Nadine Wathen dan Jacquelyn Burkell, “Believe It or Not: Factors Influencing Credibility on The Web”, Journal of The American Society for Information Science and Technology, Vol. 53 No. 2, (Januari, 2002), 135.

32Brian Hilligoss dan Soo Young Rieh, “Developing a unifying framework of credibility

assessment: Construct, heuristics, and interaction in context”, Information Processing & Management, 44, (November 2008), 1468.

33 http://kbbi.web.id/kredibilitas diakses pada tanggal 4 januari 2016.

34 Stewart L. Tubbs, Sylvia Moss, Human Communication: Konteks-konteks Komunikasi, (Bandung: Rosdakarya, 2001), 114.


(27)

18

Menurut Kotler dan Gary, kredibilitas didefinisikan sebagai kepercayaan terhadap sesuatu yang dapat merancang dan menghadirkan timbal balik sehingga dapat memenuhi kebutuhan dan keinginan35. Menurut Hardjana, kredibilitas merupakan sejauh

mana meyakini keterpercayaan dan kemampuan akan sesuatu. Kredibilitas merupakan bagian dari citra yang baik sehingga menimbulkan kesan baik yang muncul dari pikiran36. Adapun

penjelasan dari Fogg dan Hsiang mengenai kredibilitas yang merupakan sebuah persepsi kualitas pada objek, orang, atau sepotong informasi37. Berdasarkan penjelasan tersebut, dapat

dinyatakan bahwa kredibilitas dapat dianggap sebagai persepsi kualitas suatu objek.

Beberapa ilmuwan berpendapat bahwa kredibilitas dapat menghasilkan evaluasi dari beberapa dimensi secara bersamaan38.

Effendy, menjelaskan bahwa dalam kredibilitas terdapat tiga aspek yakni aspek keahlian, kepercayaan, dan daya tarik39. Menurut

Hovland dkk, definisi secara umum kredibilitas yakni sebuah kepercayaan dari sumber atau pesan, yang terdiri dari dua dimensi utama yakni kelayakan untuk dipercaya dan keahlian40. Berdasarkan

penjalasan di atas, dapat disimpulkan bahwa kredibilitas adalah evaluasi kelayakan untuk dipercaya dan keahlian terhadap suatu objek.

Menurut Moleong, fungsi kredibilitas yakni melaksanakan inkuiri atau penelaahan yang bersifat kritis, analisis, dan argumentatif (ilmiah) dengan menggunakan langkah-langkah tertentu untuk memperoleh tingkat kepercayaan terhadap suatu objek41. Berdasarkan pendapat Willemsen dkk, kredibilitas

35 Philip Kotler dan Gary Amstrong, Marketing Management, (New Jersey: Prentice Hall, 2012), 203.

36Andre A. Hardjana, “Komunikasi dalam Manajemen Reputasi Korporasi”, Jurnal Ilmu Komunikasi, No. 1, Vol. 5 (Juni, 2008), 10.

37Bj Fogg dan Hsiang Tseng, “The elements of Computer Credibility”, Chi, 99, (Mei, 1999), 80.

38 Ibid.

39 Onong Uchjana Effendy, Ilmu Komunikasi Teori dan Praktek. Cetakan kesembilanbelas, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2003), 215

40Andrew J. Flanagin dan Miriam J. Metzger, “The Credibility of Volunteered Geographic

Information”, GeoJournal, No. 72, (2008), 141.

41 Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung: Remaja Roesda Karya, 2007), 173.


(28)

19

digunakan sebagai alat untuk mengevaluasi keahlian dan kepercayaan terhadap suatu objek42. Kredibilitas juga dijadikan

sebagai salah satu kriteria relevansi penilaian yang digunakan ketika membuat keputusan untuk menerima atau menolak43. Berdasarkan

beberapa penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa fungsi dari kredibilitas yakni dijadikan sebagai penelaahan yang bersifat kritis, analisis, dan argumentatif (ilmiah) untuk memperoleh kepercayaan terhadap suatu objek.

Merujuk pada penyelenggaraan ujian nasional, kredibilitas dapat difenisikan sebagai bentuk evaluasi yang bersifat kritis, analisis, dan argumentatif (ilmiah) untuk mengukur tingkat kepercayaan dan keahlian pada penyelenggaraan ujian nasional. Kredibilitas penyelenggaraan ujian nasional dijadikan sebagai bentuk penilaian dan penyempurnaan ujian nasional bahwasanya ujian nasional sangat perlu untuk terus dilaksanakan44.

G. Kriteria Kredibilitas

Terdapat lima kriteria yang dijadikan acuan untuk menilai kredibilitas suatu objek. Kriteria tersebut disingkat dengan RAVEN yang terdiri dari R (reputation), A (ability to observe), V (vested interest), E (expertise), dan N (neutrality)45. Adapun penjelasan

secara mendalam dari masing-masing kriteria, yakni: 1. Reputation

Reputation merujuk pada kinerja atau karakteristik objek dalam perihal memperkuat atau melemahkan. Apabila reputasi objek baik maka akan memperkuat kredibilitas, begitupula sebaliknya jika reputasi objek tersebut buruk maka akan melemahkan kredibilitas.

2. Ability to Observe

Ability to observe merujuk pada kemampuan objek tersebut untuk mengamati atau menilai sehingga dapat

42Lotte M. Willemsen dkk, “The Ironic Effect of Source Identification on the Perceived Credibility of Online Product Reviewers”, Journal of Computer-Mediated Communication, 18, (2012), 17.

43 Ibid.

44 Ibid, halaman 30.

45Jacquie Thwaites, dkk. “A Level Critical Thinking for OCR: Tailored resources to inspire your critical thinkers”, 9. Diakses secara online di http://www.pearsonschoolsandfecolleges.co.uk/


(29)

20

dijadikan sebagai perwakilan atau bentuk representasi dari suatu keadaan.

3. Vested Interest

Vested Interestmerujuk pada apakah suatu objek tersebut memiliki maksud yang jelas sehingga dapat meminimalisir motif ketidakjujuran.

4. Expertise

Expertise merujuk pada keahlian yang relevan, keterampilan, pengalaman atau bentuk pelatihan objek tersebut dalam menafsirkan situasi yang sebenarnya.

5. Neutrality

Neutrality diartikan sebagai suatu objek tidak mendistorsi apa yang dilaporkan serta tidak memihak kepada siapapun atau dapat disebut dengan objektivitas.

H. Kredibilitas Penyelengaraan Ujian Nasional

Menurut Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia, dalam penyelenggaraan ujian nasional yang berkualitas maka diperlukan beberapa dimensi yang mendukung. Salah satu dimensi tersebut yakni kredibilitas penyelenggaraan ujian nasional. Di penelitian ini, peneliti akan mengacu pada kriteria RAVEN untuk menilai kredibilitas penyelenggaraan ujian nasional. Berikut pembahasan mengenai lima kriteria kredibilitas penyelenggaraan ujian nasional, yakni:

1. Reputation

Reputation memiliki arti dalam Bahasa Indonesia yakni reputasi. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), reputasi adalah perbuatan atau suatu hal sebagai sebab mendapatkan nama baik46. Berdasarkan Kamus Webster,

reputasi diartikan sebagai suatu estimasi secara umum terhadap seseorang atau objek yang dinilai oleh orang lain, yang terdiri dari baik atau buruk serta sebagai bentuk kejujuran47. Fombrun

dan Shanley dalam Syahril mendefinisikan reputasi sebagai sebuah aktivitas yang berdasarkan karakteristik dari objek. Pendapat ini diikuti oleh Roberts and Dowling yang

46 http://kbbi.web.id/reputasi diakses pada tanggal 4 Januari 2017.

47 http://dictionary.cambridge.org/dictionary/english/reputation diakses pada tanggal 4 Januari 2017.


(30)

21

mendefinisikan reputasi sebagai representasi persepsi mengenai tindakan masa lalu dan prospek masa depan yang menggambarkan perbandingan objek secara keseluruhan dibandingkan dengan objek lainnya48. Penjelasan-penjelasan

tersebut menggambarkan bahwa reputasi dapat diartikan sebagai anggapan tentang suatu objek berdasarkan karakteristiknya.

Caves & Porter mengungkapkan bahwa reputasi merupakan gabungan dari aset dan aktivitas pengawasan. Reputasi juga dapat diartikan sebuah evaluasi keseluruhan yang dilakukan oleh pemegang kepentingan terhadap objek tersebut dari waktu ke waktu. Evaluasi tersebut didasarkan pada pengalaman langsung dari para pemegang kepentingan terhadap objek tersebut49. Definisi yang sama diungkapkan

oleh Triamanah bahwa reputasi merupakan penilaian terhadap sebuah organisasi atau produk yang didalamnya melekat faktor kepercayaan dari khalayak50. Berdasarkan penjelasan tersebut,

reputasi dapat diartikan sebagai sebuah penilaian berdasarkan pengalaman langsung yang dilakukan oleh publik.

Dewi Astuti menjelaskan bahwa reputasi merupakan hasil dari rangkaian beberapa interaksi yang kompleks dan bersifat multidimensional. Faktor-faktor kunci yang menentukan bobot interaksi tersebut meliputi enam hal berikut, yakni efektivitas bersaing, kepemimpinan, orientasi pada pengguna, keakraban, budaya organisasi, dan komunikasi. Berdasarkan penelitian yang dilakukannya, Walsh memaparkan bahwa konsumen menilai reputasi sebuah perusahaan melalui lima faktor, yaitu: 51

48 L.M. Syahril Majidi, “Peranan Corporate Governance Terhadap Reputasi Dan Kinerja” (Paper presented at Prosiding Seminar & Konferensi Nasional Manajemen Bisnis, UPN Veteran Jawa Timur, 2012), 269.

49Indhira Hari Kurnia, dkk, “Strategi Humas Dalam Meningkatkan Reputasi Sekolah (Studi

Kasus di SMA Negeri 1 Surakarta)”, Jupe UNS, 1: 2, (April, 2013), 4-5.

50 Triamanah, “Reputasi dalam Kerangka Kerja Public Relations”, Jurnal Ilmiah Komunikasi, 3: 1, (Juli, 2012), 93.

51Dewi Astuti, Tesis: “Membangun Reputasi Perusahaan dengan Mengelola Opini Publik: Studi Kasus pada Program Talkshow Indonesia Lawyers Club tvOne”, (Jakarta: Universitas Indonesia, 2012), 20.


(31)

22

a. Orientasi pelanggan, merujuk pada persepsi konsumen atas kesediaan karyawan perusahaan untuk memuaskan kebutuhan konsumennya.

b. Pemberi kerja yang baik, merujuk pada persepi konsumen mengenai bagaimana pihak perusahaan dan jajaran

manajemen memperlakukan karyawannya dan

memperhatikan kebutuhan mereka, dan harapan konsumen bahwa perusahaan memiliki karyawan yang kompeten.

c. Perusahaan dapat diandalkan dan kuat secara finansial, merujuk pada persepsi konsumen terhadap perusahaan dalam hal kecakapan, ketangguhan, dan kemampuan dalam menghasilkan laba, serta harapan konsumen bahwa perusahaan menggunakan sumber keuangannya dengan cara yang bijaksana sehingga berinvestasi di perusahaan tersebut dipersepsikan memiliki resiko yang kecil. d. Kualitas produk dan jasa, merujuk pada persepsi

konsumen akan kualitas, inovasi, nilai, dan kehandalan dari barang dan jasa yang dihasilkan perusahaan. e. Tanggung jawab sosial dan lingkungan, merujuk pada

kepercayaan konsumen bahwa perusahaan memiliki peran positif terhadap masyarakat dan lingkungan secara umum.

Pada tahun 2007 Reputation Institute (RI) telah mengembangkan sebuah barometer standar reputasi untuk mengukur barbagai reputasi yang dimiliki oleh berbagai perusahaan, dan secara teratur melakukan survei ke publik yang mengevaluasi beberapa perusahaan ternama di dunia. RI menggambarkan persepsi mengenai reputasi ke dalam tujuh dimensi yang didefinisikan sebagai berikut:52

a. Performance (kinerja), persepsi mengenai hasil dan prospek keuangan perusahaan.

b. Workplace (tempat kerja), persepsi terhadap lingkungan kerja di perusahaan tersebut dengan kualitas karyawannya

c. Product (produk), persepsi terhadap kualitas harga dari produk dan jasa yang ditawarkan oleh perusahaan.


(32)

23

d. Leadership (kepemimpinan), persepsi terhadap seberapa baik perusahaan itu dipimpin.

e. Citizenship (keterlibatan), persepsi terhadap kekuatan lingkungan dan tanggungjawab sosial perusahaan. f. Governance (tata laksana), persepsi mengenai sistem

organisasi dan budaya perusahaan.

g. Innovation (inovasi), persepsi terhadap orientasi dan inovasi kewirausahaan perusahaan.

Berdasarkan penjelasan di atas mengenai reputasi, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa reputation dari penyelenggaraan ujian nasional merupakan bentuk evaluasi yang merujuk pada realita penyelenggaraan ujian nasional sehingga dapat menimbulkan asumsi publik tentang baik buruknya penyelenggaraan ujian tersebut. Indikator dalam menilai reputasi penyelenggaraan ujian nasional yang digunakan oleh peneliti adalah sebagai berikut:

a. Orientasi kepada siswa, merujuk pada persepsi siswa atas kesediaan pemerintah untuk memberikan pelayanan pendidikan yang terbaik bagi mereka.

b. Pemberi kerja yang baik, merujuk pada persepi siswa mengenai bagaimana pihak pemerintah dan elemen pendidikan yakni sekolah memperlakukan siswa dan memperhatikan kebutuhan mereka.

c. Penyelenggaraan ujian nasional dapat diandalkan dan kuat secara finansial, merujuk pada persepsi siswa dan sekolah terhadap pemerintah dalam hal kecakapan, ketangguhan, dan kemampuan dalam melaksanakan tugas sebagaimana mestinya serta dapat meminimalisir dana anggaran yang dikeluarkan.

d. Kualitas tampilan soal ujian nasional, merujuk pada persepsi siswa akan kualitas, inovasi, nilai, dan kehandalan dari tampilan soal serta pelayanan pada saat penyelenggaraan ujian nasional.

e. Tanggung jawab sosial dan lingkungan, merujuk pada kepercayaan siswa dan sekolah bahwa pemerintah memiliki peran positif terhadap masyarakat dan lingkungan secara umum.


(33)

24

2. Ability to Observe

Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) mendefinisikan ability atau kemampuan dengan kesanggupan, kecakapan, kekuatan53. Kemampuan diartikan pula sebuah kecakapan atau

potensi seseorang individu untuk menguasai keahlian dalam melakukan atau mengerjakan beragam tugas dalam suatu pekerjaan atau suatu penilaian atas tindakan seseorang54.

Berdasarkan penjelasan tersebut dapat diartikan bahwa ability atau kemampuan adalah kesanggupan suatu objek untuk melakukan suatu tugas atau pekerjaan.

Observe atau mengamati merupakan melihat dengan hati-hati cara sesuatu terjadi atau cara melakukan sesuatu55.

Observe juga dapat diartikan sebagai melihat atau memperhatikan dengan teliti56. Oleh karena itu, mengamati

dapat diartikan sebagai kegiatan melihat dengan hati-hati dan teliti. Berdasarkan penjelasan di atas, ability to observe atau kemampuan untuk mengamati yakni kesanggupan suatu objek untuk melihat dengan hati-hati dan teliti. Apabila merujuk pada suatu penilaian, maka abiliy to observe merupakan kesanggupan suatu bentuk penilaian dalam melakukan tugasnya. Menurut Kunandar, pada hakikatnya kesanggupan suatu penilaian merujuk pada tujuan penilaian tersebut, yakni:57

a. Melacak kemajuan siswa, artinnya dengan melakukan penilaian maka dapat diketahui perkembangan hasil belajar siswa yakni menurun atau meningkat.

b. Mengecek ketercapaian kompetensi siswa, artinya dengan melakukan penilaian maka dapat diketahui apakah siswa telah menguasai kompetensi tersebut ataukah belum.

53 http://kbbi.web.id/mampu diakses pada tanggal 4 Januari 2017.

54 Syafaruddin, Pendidikan dan Pemberdayaan Masyarakat, (Medan: Perdana Publishing, 2012), 72.

55 http://dictionary.cambridge.org/dictionary/english/observe diakses pada tanggal 4 Januari 2017

56 http://kbbi.web.id/amat-2 diakses pada tanggal 4 Januari 2017.

57 Kunandar, Penilaian Autentik (Penilaian Hasil Belajar Peserta Didik Berdasarkan Kurikulum 2013) Suatu Pendekatan Praktis Disertai dengan Contoh, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2015), 70.


(34)

25

c. Mendeteksi kompetensi yang belum dikuasai oleh siswa artinya dengan melakukan penilaian maka dapat diketahui kompetensi mana yang belum dikuasai atau kompetensi mana yang telah dikuasai.

d. Menjadi umpan balik untuk perbaikan bagi siswa, artinya dengan melakukan penilaian, maka dapat dijadikan bahan acuan untuk memperbaiki hasil belajar.

Berdasarkan pendapat Chittenden, penilaian hasil belajar diarahkan pada empat hal, yaitu:58

a. Penelurusan, yaitu kegiatan yang dilakukan untuk menelusuri apakah proses pembelajaran telah berlangsung sesuai yang direncanakan atau tidak. b. Pengecekan, yaitu untuk mencari informasi apakah

terdapat kekurangan-kekurangan pada siswa selama proses pembelajaran.

c. Pencarian, yaitu untuk mencari dan menemukan penyebab kekurangan yang muncul.

d. Penyimpulan, yaitu untuk menyimpulkan tentang tingkat pencapaian belajar yang telah dimiliki siswa.

Apabila merujuk pada penyelenggaraan ujian nasional, maka ability to observe dari penyelenggaraan ujian nasional yakni kesanggupan ujian nasional untuk melakukan evaluasi hasil belajar siswa secara nasional. Kesanggupan ujian nasional untuk melakukan evaluasi hasil belajar siswa apabila pada keempat tahap yakni penelusuran, pengecekan, pencarian, dan penyimpulan mendapatkan hasil yang diharapkan. Berikut penjelasan dari keempat tahap tersebut adalah sebagai berikut:

a. Penelurusan, mengindikasikan bahwa

diselenggarakannya ujian nasional mampu mengetahui perkembangan hasil belajar siswa.

b. Pengecekan, mengindikasikan bahwa

diselenggarakannya ujian nasional mampu mencari informasi apakah terdapat kekurangan pada pencapaian kompetensi siswa.

58 Eko Putro Widoyoko, Evaluasi Program Pembelajaran: Panduan Praktis bagi Pendidik dan Calon Pendidik, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2011), 31-32.


(35)

26

c. Pencarian, mengindikasikan bahwa diselenggarakannya ujian nasional mampu mencari dan menemukan penyebab kekurangan yang muncul.

d. Penyimpulan, mengindikasikan bahwa

diselenggarakannya ujian nasional mampu memberikan simpulan yang akan dijadikan acuan perbaikan hasil belajar siswa yang masih di bawah standar.

3. Vested Interest

Vested memiliki makna yakni memberikan kepemilikan atau kepentingan (sesuatu) secara resmi atau umum59. Interest

memiliki makna yakni perasaan yang ingin memberikan perhatian kepada sesuatu atau ingin terlibat untuk menemukan lebih banyak tentang sesuatu tersebut60. Menurut Weber,

kepentingan akan mendorong tindakan manusia yang akan menentukan arah tindakan yang akan diambil. Suatu kepentingan terdapat pertimbangan peran dari orang lain ketika mencoba merealisaskan kepentingan tersebut61.

Kepentingan yang kuat yakni kepentingan yang terdapat maksud di dalamnya sehingga didapatkan keuntungan dari itu62. Oleh karena itu, vested interest dapat pula disebut

kepentingan yang memiliki maksud tertentu. Berdasarkan penjelasan tersebut, dapat dinyatakan bahwa vested interest yakni kepentingan yang terdapat maksud di dalamnya sehingga dapat mempengaruhi arah tindakan yang diambil.

Berdasarkan konteks penyelenggaraan ujian nasional, vested interest yakni bentuk evaluasi yang merujuk pada kepentingan yang mendasari penyelenggaraan ujian nasional. Analisis mengenai vested interest pada penyelenggaraan ujian nasional dapat membantu untuk menjelaskan konflik yang muncul ketika terjadi benturan dalam kebijakan negara mengenai pendidikan. Dikatakan bermanfaat harus memenuhi

59 https://www.merriam-webster.com/thesaurus/vested diakses pada tanggal 8 Januari 2017. 60 http://dictionary.cambridge.org/dictionary/english/interest diakses pada tanggal 8 Januari 2017.

61 Titik Sumarti, “Sisiologi Kepentingan (Interest) dalam Tindakan Ekonomi”, (Paper presented at Bedah Buku: Principles of Economic Sociology (Richard Swedberg, 2003), Bogor, 2005), 1.

62 http://dictionary.cambridge.org/dictionary/english/vested-interest dikases pada tanggal 6 Januari 2017.


(36)

27

beberapa kriteria, yaitu: 1) Berfungsi dalam realitas nyata sehingga dapat menggugah vitalitas hidup dan kemajuan pendidikan; 2) Dapat ikut menjawab atau memecahkan masalah-masalah dalam pendidikan; 3) Merefleksikan tuntutan lingkungan ekonomi, sosial budaya dan politik di dalam negara63.

4. Expertise

Expertise dapat diartikan sebagai pengetahuan tingkat tinggi atau keterampilan64. Expertise juga dapat diartikan

sebagai pengetahuan yang diperoleh dengan benar-benar65.

Oleh karena itu, expertise dapat diartikan sebagai keahlian. Menurut Hayes-Roth mendefinisikan keahlian sebagai keberadaan dari pengetahuan tentang suatu lingkungan tertentu, pemahaman terhadap masalah yang timbul dalam lingkungan tersebut, dan keterampilan untuk memecahkan masalah tersebut66. Apabila dikaitkan dengan sebuah evaluasi,

maka evaluasi tersebut harus menekankan kedalaman pengetahuan dan keahlian yang berarti bahwa dalam mengukur kedalaman terhadap penguasaan kompetensi tertentu harus secara objektif67.

Objektif memiliki arti bahwa evaluasi tersebut berbasis pada standar dan tidak dipengaruhi faktor subjektivisme penilai68. Menurut Sigalingging, prinsip objektif menekankan

pada keabsahan data hasil evaluasi dengan apa adanya tanpa dibuat-buat sesuai dengan data aslinya69. Objektif dalam

menjalankan tugasnya dengan bertindak jujur, tegas, tanpa pretensi sehingga dapat bertindak adil, tanpa dipengaruhi

63Titik Sumarti, “Sosiologi Kepentingan (Interest) dalam Tindakan Ekonomi, Sodality: Jurnal Transdisiplin Sosiologi, Komunikasi, dan Ekologi Manusia, 1: 2, (Agustus, 2007), 284.

64 http://dictionary.cambridge.org/dictionary/english/expertise diakses pada tanggal 8 Januari 2017.

65 https://www.merriam-webster.com/thesaurus/expertise diakses pada tanggal 8 Januari 2017

66Ndaru Winantyadi dan Indarto Waluyo, “Pengaruh Pengalaman, Keahlian, Situasi Audit, dan Etika Terhadap Skeptisisme Profesional Auditor (Studi Kasus pada KAP di Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta)”, Jurnal Nominal, 3: 1, (2014), 17.

67 Ibid, halaman 39. 68 Ibid, halaman 51.

69 Hamonangan Sigalingging, Paparan Mata Kuliah Pengembangan Assesmen Pembelajaran PKn di Sekolah, (Semarang: FIS UNNES, 2010), 13-14.


(37)

28

tekanan atau permintaan pihak tertentu untuk memenuhi kepentingan pribadinya70. Oleh karena itu, objektif dapat

dinilai dari kejujuran, keteguhan serta adil. Berdasarkan penjelasan tersebut, dapat dikatakan bahwa expertise dari penyelenggaraan ujian nasional yakni bentuk evaluasi yang dinilai objektif dalam pelaksanaannya yang meliputi kejujuran, keteguhan, dan keadilan.

5. Neutrality

Neutrality diartikan sebagai kurangnya pilih kasih terhadap satu sisi atau kualitas atau keadaan yang netral71.

Neutrality atau netralitas adalah tingkatan sejauh mana sikap tak memihak72. Berdasarkan Kamus Besar Bahasa Indonesia,

netralitas diartikan sebagai keadaan dan sikap netral (tidak memihak, bebas)73. Netralitas juga dapat dikatakan suatu

kondisi yang tidak memihak pada salah satu kekuatan, sehingga memungkinkan suatu kebijakan berfungsi secara adil dalam public service74. McQuail menguraikan beberapa

indikator netralitas yakni:75

a. Unsur personalisasi, yakni melihat ada-tidaknya peran yang berlebih-lebihan baik bernada positif maupun negatif sensasionalisme. Berdasarkan pandangan McQuail, unsur personalisasi ini menyebabkan minimnya keberagaman, kebenaran dan kualitas informasi dan berimplikasi pada pembatasan pengetahuan masyarakat tentang peristiwa sebenarnya (kondisi objektif).

b. Stereotype, yakni sebuah pandangan (cara pandang) terhadap suatu objek dimana cara pandang tersebut kemudian melekat, menyebar, meluas dan menjadi

70 Lauw Tjun Tjun, dkk, “Pengaruh Kompetensi dan Independensi Auditor Terhadap

Kualitas Audit”, Jurnal Akuntansi, 4: 1, (Mei, 2012), 45.

71 https://www.merriam-webster.com/dictionary/neutrality diakses pada tanggal 8 Januari 2017.

72 http://kbbi.web.id/netralitas diakses pada tanggal 8 Januari 2017 73 http://kbbi.web.id/netralitas diakses pada tanggal 9 Januari 2017.

74MHD. Rafi Yahya dan Dyah Mutiarin, “Model Lelang Jabatan di Pemerintah Daerah

Daerah Istimewa Yogyakarta”, Jurnal Ilmu Pemerintahan & Kebijakan Publik, 2: 2, (Juni, 2015), 299.

75Amir Effendi Siregar, dkk, “Menakar Independensi dan Netralitas Jurnalisme dan Media


(38)

29

kepercayaan orang lain sebagai sesuatu kebenaran. Efek stereotype ditandai dengan munculnya kepercayaan, harapan, atau suatu pemikiran yang dipegang oleh khalayak umum tentang bagaimana menggolongkan suatu objek yang kemudian memiliki pengaruh pada cara bersikap atau berperilaku.

Beberapa faktor yang mempengaruhi netralitas dapat diukur dengan indikator sebagai berikut; 1) Sejauhmana keberpihakan kebijakan pada salah satu yang memiliki kepentingan; 2) Konsistensi terhadap tujuan dan fungsinya, 3) Kemampuan untuk memilih dan memilah antara kepentingan untuk para pembuat kebijakan ataukah para penyelenggara kebijakan76. Berdasarkan penjelasan di atas, dapat diambil

kesimpulan bahwa netralitas adalah tingkatan sejauh mana sikap tak memihak kepada siapapun. Apabila merujuk pada penyelenggaraan ujian nasional, maka netralitas yakni bentuk evaluasi terhadap sejauh mana sikap tak memihak kepada siapapun pada penyelenggaraan ujian nasional. Neutrality pada penyelenggaraan ujian nasional adalah sebagai berikut: a. Sejauhmana keberpihakan penyelenggaraan ujian

nasional pada pemegang kebijakan.

b. Kekonsistensian penyelenggaraan ujian nasional terhadap tujuan, fungsi, dan manfaatnya.

c. Kemampuan untuk memilah dan memilih sebuah pandangan tentang kebijakan mana yang memiliki kepentingan dan mana yang tidak.

Berdasarkan penjelasan mengenai kriteria kredibilitas penyelenggaraan ujian nasional, maka peneliti bermaksud menggunakannya sebagai pedoman dalam membandingkan kredibilitas penyelenggaraan Ujian Nasional Paper Based Test (UN-PBT) dan Ujian Nasional Computer Based Test (UN-CBT). Adapun bentuk kredibilitas penyelenggaraan ujian nasional menurut kriteria RAVEN yang ditampilkan dalam bentuk Tabel 2.1 adalah sebagai berikut:

76 Ibid, halaman


(39)

30

Tabel 2.1

Indikator Kredibilitas Penyelenggaraan Ujian Nasional Berdasarkan Kriteria RAVEN

Variabel Sub

Variabel Indikator

Kre

d

ib

il

it

as

p

en

y

elen

g

g

ara

an

u

ji

an

n

asio

n

al

Reputation R1

Orientasi kepada siswa, merujuk pada persepsi siswa atas kesediaan pemerintah untuk memberikan pelayanan pendidikan yang terbaik bagi mereka.

R2

Pemberi kerja yang baik, merujuk pada persepi siswa mengenai bagaimana pihak pemerintah dan elemen pendidikan yakni sekolah memperlakukan siswa dan memperhatikan kebutuhan mereka.

R3

Penyelenggaraan ujian nasional dapat diandalkan dan kuat secara finansial, merujuk pada persepsi siswa dan sekolah terhadap pemerintah dalam hal kecakapan, ketangguhan, dan kemampuan dalam melaksanakan tugas sebagaimana mestinya serta dapat meminimalisir dana anggaran yang dikeluarkan.

R4

Kualitas tampilan soal ujian nasional, merujuk pada persepsi siswa akan kualitas, inovasi, nilai, dan kehandalan dari tampilan soal serta pelayanan pada saat penyelenggaraan ujian nasional.

R5

Tanggung jawab sosial dan lingkungan, merujuk pada kepercayaan siswa dan sekolah bahwa pemerintah memiliki peran positif terhadap masyarakat dan lingkungan secara umum.


(40)

31

Variabel Sub

Variabel Indikator

Kre d ib il it as p en y elen g g ara an u ji an n asio n al Ability to observe A1 Penelurusan: mengindikasikan bahwa

diselenggarakannya ujian nasional mampu mengetahui perkembangan hasil belajar siswa.

A2

Pengecekan:

mengindikasikan bahwa

diselenggarakannya ujian nasional mampu mencari informasi apakah terdapat kekurangan pada pencapaian kompetensi siswa.

A3

Pencarian:

mengindikasikan bahwa

diselenggarakannya ujian nasional mampu mencari dan menemukan penyebab kekurangan yang muncul.

A4

Penyimpulan:

mengindikasikan bahwa

diselenggarakannya ujian nasional mampu memberikan simpulan yang akan dijadikan acuan perbaikan hasil belajar siswa yang masih di bawah standar.

Vested Interest

V1

Berfungsi dalam realitas nyata sehingga dapat menggugah vitalitas hidup dan kemajuan pendidikan V2

Dapat ikut menjawab atau memecahkan masalah-masalah dalam pendidikan

V3

Merefleksikan tuntutan lingkungan ekonomi, sosial budaya dan politik di dalam negara

Expertise

E1 Kejujuran

E2 Keteguhan


(41)

32

Variabel Sub

Variabel Indikator

Kre

d

ib

il

it

as

p

en

y

elen

g

g

ara

an

u

ji

an

n

asio

n

al

Neutrality N1

Sejauhmana keberpihakan

penyelenggaraan ujian nasional pada pemegang kebijakan.

N2

Kekonsistensian penyelenggaraan ujian nasional terhadap tujuan, fungsi, dan manfaatnya.

N3

Kemampuan untuk memilah dan memilih sebuah pandangan tentang kebijakan mana yang memiliki kepentingan dan mana yang tidak.


(42)

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian deskriptif dengan pendekatan kuantitatif metode survei. Penelitian deskriptif adalah suatu bentuk penelitian yang ditujukan untuk mendeskripsikan atau menggambarkan fenomena-fenomena yang ada, baik fenomena yang bersifat alamiah ataupun rekayasa manusia. Penelitian ini mengkaji bentuk, aktivitas, karakteristik, perubahan, hubungan, kesamaan dan perbedaannya dengan fenomena yang lain1. Tidak memberikan perlakuan, manipulasi,

atau pengubahan pada variabel-variabel bebas, tetapi menggambarkan suatu kondisi apa adanya. Pendekatan kuantitatif metode survei adalah metode penelitian yang datanya diambil dengan cara menanyakan ke beberapa orang terkait keyakinan, pendapat, karakteristik suatu objek dan perilaku yang telah lalu atau sekarang2. Pendekatan kuantitatif dipilih karena peneliti ingin

mendapatkan informasi yang luas dari populasi sehingga dapat digunakan untuk memperoleh data terkait kredibilitas penyelenggaraan Ujian Nasional Paper Based Test (UN-PBT) dengan Ujian Nasional Computer Based Test (UN-CBT) pada mata pelajaran matematika di tingkat SMA dan MA.

B. Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian dilaksanakan pada tanggal 10 April s/d 23 Mei 2017 sedangkan tempat yang digunakan untuk penelitian adalah tiga sekolah yang menyelenggarakan Ujian Nasional Paper Based Test (UN-PBT) tahun 2017 yakni MAN KT, MA AD, dan MA DT serta tiga sekolah yang menyelenggarakan Ujian Nasional Computer Based Test (UN-CBT) tahun 2017 yakni SMAN 1 BG, SMA YD, dan SMA AV yang berada di Kabupaten Pasuruan.

1 Nana Syaodih Sukmadinata, Metode Penelitian Pendidikan, (Bandung: Remaja Rosda Karya, 2006), 72.


(1)

128

Kriyantono, Rachmat. Teknik Praktis Riset Komunikasi. Jakarta: Kencana, 2007.

Kotler, Philip., dan Gary Amstrong. Marketing Management. New Jersey: Prentice Hall, 2012.

Kunandar. Penilaian Autentik (Penilaian Hasil Belajar Peserta Didik Berdasarkan Kurikulum 2013) Suatu Pendekatan Praktis Disertai dengan Contoh. Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2015.

Kurnia, Indhira Hari., Djoko Santoso, dan Andre Rahmanto. “Strategi Humas Dalam Meningkatkan Reputasi Sekolah (Studi Kasus di SMA Negeri 1 Surakarta)”. Jupe UNS. Vol 1 No. 2, April, 2013. 1-15.

Kusaeri, K. (2014). Acuan dan Teknik Penilaian Proses dan Hasil Belajar dalam Kurikulum 2013.

Majidi, L.M. Syahril. “Peranan Corporate Governance Terhadap Reputasi Dan Kinerja”. Paper presented at Prosiding Seminar & Konferensi Nasional Manajemen Bisnis, UPN Veteran Jawa Timur, 2012.

Moleong, Lexy J.. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja Roesda Karya, 2007.

Mukhlis, Hamid dan Koentjoro. “Pelatihan Kebersyukuran untuk Menurunkan Kecemasan Menghadapi Ujian Nasional pada Siswa SMA”. Gadjah Mada Journal of Professional Psychology. Vol. 1 No. 3, Desember, 2015. 203-215. Muntholi’ah. “Ujian Nasional, Dulu, Kini dan yang Akan Datang:

Tinjauan Normatif”. Jurnal Pendidikan Islam. Vol. 7 No. 1, April, 2013. 161-180.

Murtopo, Ichwan dan Sarimurni. “Pengaruh Radiasi Layar Komputer Terhadap Kemampuan Daya Akomodasi Mata Mahasiswa Pengguna Komputer di Universitas Muhamadiyah Surakarta”. Jurnal Penelitian Sains & Teknologi. Vol. 6 No. 2, (2005). 153-163.

Nasution, S. Metode Research (Penelitian Ilmiah). Jakarta: Bumi Aksara, 2009.


(2)

129

Notodipuro, Khairil Anwar. Ujian Nasional: Sarana Untuk Membangun Karakter Bangsa. Jakarta: Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan, 2012.

Nurhidayat, Arif. Skripsi Sarjana: “Implementasi Ujian Nasional Berbasis Komputer atau Computer Based Test (CBT) dI SMA Negeri 1 Wonosari”. Yogyakarta: Universitas Negeri Yogyakarta, 2016.

Pakpahan, Rogers. “Model Ujian Nasional Berbasis Komputer: Manfaat dan Tantangan”. Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan. Vol. 1 No. 1, April, 2016. 19-35.

Pead BA, Daniel Arthur. Thesis : “On Computer-Based Assessment of Mathematics”. Nottingham: University of Nottingham, 2010.

Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Pasal 8 Nomor 23 Tahun 2016 tentang Standar Penilaian Pendidikan

Piaw, Chua Yan. “Replacing paper-basedtesting with computer-based testing in assessment: Are we doing wrong?”. Procedia - Social and Behavioral Sciences. Vol. 64, 2012. 655-664. Poggio, John., Douglas R. Glasnapp, Xiangdong Yang, and Andrew J.

Poggio. “A Comparative Evaluation of Score Results from Computerized and Paper & Pencil Mathematics Testing in a Large Scale State Assessment Program”. The Journal of Technology, Learning, and Assessment. Vol. 3 No. 6, Januari, 2005. 4-30.

Purwanto. Instrumen Penelitian Sosial dan Pendidikan Pengembangan dan Pemanfaatan. Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2012. Rakhmanto, Deny Syamsu dan Murtini. “Perbandingan Antara Ujian

Online (Computer-Based Testing) Dengan Ujian Manual (Paper-Pencil Test) : Efek Ujian, Skor Ujian, Lama Waktu Pengerjaan Ujian, dan Motivasi Menyelesaikan Ujian (Studi Kasus pada Ujian Sertifikasi CCNA Cisco Academy STMIK Widya”. IC-Tech. Vol. 9 No. 2, Oktober, 2016. 57-66


(3)

130

Russell, Michael., dkk. “Computer-Based Testing and Validity: A Look Back into The Future”. Assessment in Education. Vol. 10 No. 3, November, 2003. 279-293.

Saukah, Ali., dan Agus Eko Cahyono. “Ujian Nasional di Indonesia dan Implikasinya Terhadap Pembelajaran Bahasa Inggris”. Jurnal Pendidikan dan Evaluasi Pendidikan. Vol. 19 No. 2, Desember, 2015. 243-255.

Seftiawan, Dhita, “Ini Alasan Kemendikbud Akan Moratorium Ujian Nasional”, diakses dari http://www.pikiran-

rakyat.com/pendidikan/2016/11/24/ini-alasan-kemendikbud-akan moratorium-ujian-nasional-385730. Sigalingging, Hamonangan. Paparan Mata Kuliah Pengembangan

Assesmen Pembelajaran PKn di Sekolah. Semarang: FIS UNNES, 2010.

Siregar, Amir Effendi., Rahayu, Puji Rianto, dan Wisnu Martha Adiputra. “Menakar Independensi dan Netralitas Jurnalisme dan Media di Indonesia”. Jurnal Dewan Pers. Edisi 9, Juni, 2014. 3-40.

Siskandar. “Kesiapan Daerah dalam Melaksanakan Ujian Nasional”. Jurnal Ekonomi & Pendidikan. Vol. 5 No. 1, April, 2008. 95-106.

Sofyan, Edy Marhatta. Skripsi Sarjana: “Kesiapan Pelaksanaan Ujian Nasional Berbasis Komputer Bagi Siswa Program Keahlian Teknik Instalasi Tenaga Listrik SMK N 2 Yogyakarta”. Yogyakarta: Universitas Negeri Yogyakarta, 2015. Sugiyono. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung:

Alfabeta, 2013.

________. Statistika untuk Penelitian. Bandung: Alfabeta, 2011.

Sukmadinata, Nana Syaodih. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Remaja Rosda Karya, 2006.

Sumarti, Titik. “Sisiologi Kepentingan (Interest) dalam Tindakan Ekonomi”. Paper presented at Bedah Buku: Principles of Economic Sociology (Richard Swedberg, 2003), Bogor, 2005.


(4)

131

___________. “Sosiologi Kepentingan (Interest) dalam Tindakan Ekonomi”. Sodality: Jurnal Transdisiplin Sosiologi, Komunikasi, dan Ekologi Manusia. Vol. 1 No. 2, Agustus, 2007. 283-293.

Suryadi, Dedi. “Pengaruh radiasi monitor terhadap kesehatan mata”. Jurnal Nasional Ecopedon. No. 3 Vol. 1, Desember, 2016. 140-143.

Susanti, Afriani. Okezone Kampus: Cara Kemdikbud Menilai Hasil UN., accessed on 6 Juli 2017; available from http://news.okezone.com/read/2016/01/09/65/1284318/car a-kemdikbud-menilai-hasil-un; Internet

Syafaruddin. Pendidikan dan Pemberdayaan Masyarakat. Medan: Perdana Publishing, 2012.

Thwaites, Jacquie., Jo Lally, Dave Wells, Emma McMurtary, and Mark McBride. “A Level Critical Thinking for OCR: Tailored resources to inspire your critical thinkers”, Diakses secara online dihttp://www.pearsonschoolsandfecolleges.co.uk/ Tilaar, H. A. R.. Standarisasi Pendidikan Nasional: Suatu Tinjuan Kritis.

Jakarta: Rineka Cipta., 2006.

Tjun, Lauw Tjun., Elyzabet Indrawati Marpaung, dan Santy Setiawan. “Pengaruh Kompetensi dan Independensi Auditor Terhadap Kualitas Audit”. Jurnal Akuntansi. Vol. 4 No. 1, Mei, 2012. 33-56.

Triamanah. “Reputasi dalam Kerangka Kerja Public Relations”. Jurnal Ilmiah Komunikasi. Vol 3 No. 1, Juli, 2012. 92-102. Tubbs, Stewart L., dan Sylvia Moss. Human Communication:

Konteks-konteks Komunikasi. Bandung: Rosdakarya, 2001.

Wathen, C. Nadine., and Jacquelyn Burkell. “Believe It or Not: Factors Influencing Credibility on The Web”. Journal of The American Society for Information Science and Technology. Vol. 53 No. 2, Januari, 2002. 134-144.

Widoyoko, Eko Putro. Evaluasi Program Pembelajaran: Panduan Praktis bagi Pendidik dan Calon Pendidik. Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2011.


(5)

132

Sudar., A. Yulianto, dan Wijayanto. “Pengembangan Uji Kompetensi Mandiri Berbasis Komputer untuk Meningkatkan Efikasi Diri Siswa”. Jurnal Pendidikan Fisika Indonesia. Vol. 10, 2014. 10-14.

Wijono, Slamet., dan Djemari Mardapi. “Model Evaluasi Ujian Nasional Kompetensi Keahlian Teknik Pemesinan SMK”. Jurnal Penelitian dan Evaluasi Pendidikan. Vol. 20 No. 2, Desember, 2016. 234-243.

Willemsen, Lotte M., Peter C. Naijens, and Fred Bronner. “The Ironic Effect of Source Identification on the Perceived Credibility of Online Product Reviewers”. Journal of Computer-Mediated Communication. Vol. 18, 2012. 16-31

Winantyadi, Ndaru., dan Indarto Waluyo. “Pengaruh Pengalaman, Keahlian, Situasi Audit, dan Etika Terhadap Skeptisisme Profesional Auditor (Studi Kasus pada KAP di Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta)”. Jurnal Nominal. Vol. 3 No. 1, 2014. 14-34

Wurinanda, Iradhatie. Okezone Kampus: UN Berbasis Kertas, Siswa Malah Senang., accessed on 5 Juli 2017; available from http://news.okezone.com/read/2016/04/05/65/1354555/un-berbasis-kertas-siswa-malah-senang; Internet.

Yahya, MHD. Rafi., dan Dyah Mutiarin. “Model Lelang Jabatan di Pemerintah Daerah Daerah Istimewa Yogyakarta”. Jurnal Ilmu Pemerintahan & Kebijakan Publik. Vol. 2 No. 2, Juni, 2015. 286-329.

Yusuf, Indra. Quo Vadis Pendidikan Kita ? : Refleksi Satu Dekade Manyuarakan Pendidikan. Bandung: Kaifa Publishing, 2016.

http://www.pikiran-rakyat.com/pendidikan/2016/11/24/ini-alasan-kemendikbud akan moratorium-ujian-nasional-385730 https://id.wikipedia.org

http://www.e-sbmptn.com/2016/01/pengertian-cbt-dan-pbt-dalam-ujian.html


(6)

133

https://www.merriam-webster.com http://kbbi.web.id

http://referensi.data.kemdikbud.go.id/