Epidemiologi Klasifikasi Faktor Resiko

2.2. Tuberkulosis Paru 2.2.1. Defenisi TB paru adalah suatu penyakit menular yang disebabkan oleh basil Mycobacterium tuberculosis. TB paru merupakan salah satu penyakit saluran pernapasan bagian bawah Alsagaff et al., 2002. Robert Koch 1882 menemukan kumam penyebabnya semacam bakteri berbentuk batang dan dari sinilah diagnosis mikrobiologis dimulai dan penatalaksanaanya lebih terarah. Sudoyo et al., 2006 ; Departemen Kesehatan RI, 2002 dalam Simanungkalit, 2006 Tahun 1892, Robert Koch mengidentifikasi BTA Mycobacterium tuberculosis sebagai bakteri penyebab TB. Tahun 1896 Rontgen menemukan sinar X sebagai alat Bantu menegakkan diagnosis yang lebih tepat Sudoyo et al., 2006. Mycobacterium tuberculosis berbentuk batang lengkung dan tidak membentuk spora jika diwarnai dengan teknik Ziehl-Neelsen. Alice, 1977 ; Parry 1986 dalam Alfred et al., 2005 Basili tuberkel adalah gram positif, lemah, pleiomorfik, tidak bergerak, panjang sekitar 2-4 µ m. Mereka dapat tampak sendiri-sendiri atau dalam kelompok pada spesimen klinis yang diwarnai atau media biakan Berhman et al., 1999. Sebagian besar dinding kumam terdiri atas asam lemak lipid, kemudian peptidoglikan dan arabinomannan. Lipid inilah yang menbuat kuman lebih tahan terhadap asam asam alkohol sehingga disebut BTA dan juga lebih tahan terhadap gangguan kimia dan fisis Sudoyo et al., 2006.

2.2.2. Epidemiologi

WHO memperkirakan jumlah kasus baru terbanyak TB paru pada tahun 2008 terjadi di Asia Tenggara sebanyak 34 dari seluruh insiden secara global. USAIDIndonesia, 2009 dan juga melakukan estimasi insidensi kasus TB paru Universitas Sumatera Utara secara global sebanyak 8,9 - 9,9 juta kasus, prevalensi 9,6 - 13,3 juta kasus, dengan kematian 1,1 – 1,7 juta kematian TB dengan HIV - dan 0,45 – 0,62 kematian TB dengan HIV + WHO, 2009. Estimasi ini didasarkan pada program Stop TB Strategy dan Global Plan To Stop TB yang memiliki target untuk tahun 2015, yaitu prevalensi TB menurun 50 dibandingkan dengan tahun 1990. Terdapat juga target untuk tahun 2050, yaitu insidensi dari kasus TB aktif kurang dari 1 kasus per 1 juta populasi per tahun WHO, 2009. Menurut WHO Global Tuberculosis Control Report 2009, Prevalensi TB di Indonesia tahun 2007 diperkirakan 528,063 kasus baru TB dan teridentifikasi sebanyak 102 kasus pada pemeriksaan sputum positif dari 100.000 populasi pada tahun 2007 USAIDIndonesia, 2009. Indonesia menduduki peringkat ke-3 dari 22 negara yang memiliki kasus TB tertinggi seluruh dunia. USAIDIndonesia, 2009.

2.2.3. Klasifikasi

Menurut Sudoyo et al., 2006 di Indonesia, klasifikasi yang banyak dipakai adalah berdasarkan kelainan klinis, radiologis, dan mikrobiologis: 1. TB paru 2. Bekas TB paru 3. TB paru tersangka a. TB paru tersangka yang diobati, disini sputum BTA negatif, tetapi tanda- tanda lain positif. b. TB paru tersangka yang tidak diobati, disini sputum BTA negatif, tetapi tanda-tanda lain juga meragukan. Universitas Sumatera Utara

2.2.4. Faktor Resiko

Menurut Iseman 2007 adapun resiko untuk terkena TB jika sering berkontak dengan pasien TB, malnutrisi, tinggal ditempat yang padat dan memiliki kondisi sanitasi yang buruk. Faktor-faktor yang dapat meningkatkan rasio infeksi TB pada populasi jika terjadi peningkatan infeksi HIV, jumlah orang yang tidak mempunyai tempat tinggal pada lingkungan kotor dan nutrisi kurang dan ada tampilan resistensi terhadap OAT.

2.2.5. Cara Penularan