Tingkat Keberhasilan Pelepasliaran Orangutan Sumatera (Pongo Abelii Lesson 1827) Ex-Captive Di Pusat Reintroduksi Orangutan Sumatera Provinsi Jambi

TINGKAT KEBERHASILAN PELEPASLIARAN
ORANGUTAN SUMATERA EX-CAPTIVE DI PUSAT
REINTRODUKSI ORANGUTAN SUMATERA PROVINSI JAMBI

JULIUS PAOLO SIREGAR

SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2015

PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA*
Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis berjudul Tingkat Keberhasilan
Pelepasliaran Orangutan Sumatera Ex-captive di Pusat Reintroduksi Orangutan
Sumatera Provinsi Jambi adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi
pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi
mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan
maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan
dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir tesis ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut

Pertanian Bogor.
Bogor, 06 Mei 2015
Julius Paolo Siregar
NIM E351120031

*Pelimpahan hak cipta atas karya tulis dari penelitian kerja sama dengan pihak
luar IPB harus didasarkan pada perjanjian kerja sama terkait.

RINGKASAN
JULIUS PAOLO SIREGAR. Tingkat Keberhasilan Pelepasliaran Orangutan
Sumatera (Pongo abelii Lesson 1827) Ex-captive di Pusat Reintroduksi Orangutan
Sumatera Provinsi Jambi. Dibimbing oleh ANI MARDIASTUTI dan RONDANG
SUMURUNG EDONITA SIREGAR.
Reintroduksi orangutan Sumatera ex-captive ke Ekosistem Bukit
Tigapuluh merupakan Program Konservasi Orangutan Sumatera yang telah diatur
dalam Strategi dan Rencana Aksi Konservasi orangutan 2007 – 2017, bertujuan
untuk menghindari kepunahan spesies orangutan khususnya orangutan Sumatera.
158 individu telah dilepasliarkan yaitu sebanyak 35% berhasil dan hidup mandiri,
15% gagal. 79 individu atau 50% lainnya hilang kontak dan tidak ada data
keberadaan. Penilaian perilaku orangutan ex-captive pasca pelepasliaran

dilakukan terhadap individu muda jinak, muda semiliar dan dewasa dengan uji
nyata pada nilai p 30cm Dbh*/ha
SPF > 30cm Dbh*/ha

Ketambe
70.0
349.5
18.0
36.3

Study Sites
Manggatal2
105.3
420.0
18.3
25.0

-

Pekundangan2

87.0
393.7
14.3
30.0

60.0
18.0

66.2
21.0

Keterangan : 1 = Habitat orangutan liar di hutan Leuser; 2 = survei di hutan Bukit
Tigapuluh; SPF = Soft-pulp fruits.

Penelitian ini dilaksanakan selama empat bulan yaitu dari bulan Desember
2013 sampai dengan Maret 2014. Penelitian ini meliputi kegiatan pengambilan
dan pengumpulan data di stasiun reintroduksi berupa pengamatan aktivitas dan
perilaku harian orangutan ex-captive, riwayat dan informasi setiap individu
orangutan yang masuk ke pusat reintroduksi dari pusat karantina. Penggunaan
data pendukung seperti laporan tahunan PROS dan informasi lain yang berkaitan

dengan kegiatan reintroduksi.

Gambar 3 Phenology pohon pakan stasiun PROS tahun 2013

Obyek Penelitian
Penelitian ini menggunakan seluruh informasi riwayat 79 individu dari 158
individu ex-captive pelepasliaran yang diketahui pasti keberadaannya. Seluruh
informasi riwayat (umur masuk, jenis kelamin, kondisi perilaku, riwayat medis)

9
79 individu ex-captive digunakan untuk mengukur keberhasilan pelepasliaran di
Pusat Reintroduksi Orangutan Sumatera (PROS).
Pengukuran kemampuan adaptasi pasca pelepasliaran menggunakan data
pengamatan aktivitas harian dari 13 individu (individu) pelepasliaran dipilih dari
79 individu ex-captive yang telah dilepasliarkan. Individu kemudian akan dibagi
menjadi kelompok-kelompok pelepasliaran. Kelompok pelepasliaran adalah
pembagian individu-individu orangutan ex-captive berdasarkan kondisi individu
yaitu perilaku jinak dan liar/semi liar dan kelas umur muda yaitu anak dan remaja
dengan interval umur 5 – 11 tahun dan dewasa > 11 tahun serta kesiapan individu
untuk dilepasliarkan.

Pembuatan kelompok pelepasliaran menjadi salah satu metode untuk
menyesuaikan waktu pelepasliaran dengan musim buah, kemampuan dan waktu
adaptasi individu yang berbeda dengan jumlah pawang yang memonitoring dan
mengurangi kegagalan reintroduksi akibat monitoring yang minim pasca
pelepasliaran. Hal ini karena setiap individu orangutan ex-captive membutuhkan
waktu adaptasi, pelatihan dan monitoring yang berbeda selama mengukur tingkat
keberhasilan adaptasi orangutan ketika tinggal dan hidup di dalam hutan.
Sehingga individu orangutan yang dilepasliarkan benar siap hidup mandiri di
habitat mereka yang baru.
Tabel 2 Individu orangutan ex-captive yang diamati
Nama

Jenis Kelamin

Veni
Beckham
Rimbani
Suri
Jagad
Julius

Jarot
Sasa
Ken
Mambo
Ongki
Ayu
Mirriam

Betina
Jantan
Betina
Betina
Jantan
Jantan
Jantan
Betina
Betina
Jantan
Jantan
Betina

Betina

Perkiraan Umur
(Tahun)
7
13
13
5
30
6
8
18
5
6
5
9
6

Kondisi
Perilaku

Jinak
Jinak
Semiliar
Semiliar
Liar
Semiliar
Jinak
Jinak
Semiliar
Jinak
Semiliar
Jinak
Jinak

Kelompok
1
3
3
2
3

2
1
3
2
1
2
1
1

Setiap individu akan diamati selama 9 - 10 hari pengamatan pada tiga bulan
pertama pasca lepasliar di hutan. Pelepasliaran orangutan individu dilakukan pada
waktu musim buah berlangsung sehingga pengambilan data pada setiap individu
diasumsikan sama. Individu dikelompokkan berdasarkan metode pelepasliaran
yang dilakukan oleh manajemen pusat reintroduksi menurut kelas umur dan
kondisi perilaku (Tabel 2). Pengelompokkan bertujuan untuk menilai dan
menemukan kriteria-kriteria yang mempengaruhi tingkat keberhasilan pasca
pelepasliaran dan membandingkan masing-masing kelompok pelepasliaran.

10
Kelompok 1 adalah individu pada kelas umur muda dengan kondisi perilaku

jinak, tinggal di dalam kandang sosialisasi lebih lama dari yang liar/semiliar (>1
tahun), mendapatkan perlakuan adaptasi lebih lama selama di kandang,
mendapatkan sekolah orangutan, dilepasliarkan tidak jauh dari stasiun dan
dimonitoring dalam jangka waktu yang lama (> 6 bulan), suka berinteraksi dengan
manusia dan masih membutuhkan bantuan pakan dari pengelola. Kelompok 1
terdiri dari 5 individu orangutan (lihat Lampiran 1). Kelompok 2 adalah kelompok
individu kelas umur muda dengan kondisi perilaku liar/semiliar, tinggal di dalam
kandang dalam waktu yang lebih singkat (6 bulan – 1 tahun), individu prioritas
yang akan dilepasliarkan, menghindari kontak dengan manusia, dilepasliarkan
langsung dari kandang atau tidak jauh dari stasiun, monitoring yang singkat
setelah lepasliar (< 3 bulan). Kelompok 2 terdiri dari 4 individu orangutan
(Lampiran 2). Kelompok 3 adalah individu umur dewasa dengan kondisi perilaku
jinak maupun liar/semiliar, tinggal di dalam kandang sosialisasi terpisah,
dilepasliarkan jauh dari aktivitas stasiun (> 1 km), mendapatkan monitoring dalam
waktu relatif lebih pendek dari individu muda jinak karena sering agresif dengan
pawang. Kelompok 3 terdiri dari 4 individu (Lampiran 3).

Alat
Peralatan yang digunakan adalah datasheet (protokol aktivitas) per 2 menit
dan panduan pengisian datasheet proyek reintroduksi untuk pengamatan perilaku

harian (Morrogh-Bernhard et al. 2002). Daftar jenis pohon (data phenology) dan
jenis pohon pakan proyek reintroduksi untuk identifikasi jenis pakan orangutan.
Peralatan lain adalah binokuler, jam tangan, kamera digital, alat tulis untuk
pengambilan data di lapangan.

Prosedur Pengambilan Data
Orangutan pelepasliaran diartikan sebagai orangutan ex-captive yang sudah
tinggal dan hidup di dalam hutan sebagai tahap akhir dari proses reintroduksi.
Pelepasliaran individu di PROS selalu dilakukan pada musim buah sehingga
menjadi waktu yang baik untuk mendukung adaptasi orangutan agar lebih cepat
mengenal pakan alami dan menemukan lokasi pakan di dalam hutan. Keberhasilan
orangutan pasca pelepasliaran apabila individu memiliki pola aktivitas yang baik
yaitu memiliki waktu makan (foraging) (≥ 50% dari seluruh waktu aktif),
mengenal jenis pakan hutan yang tinggi (> 100 jenis pakan), memiliki
kemampuan orientasi ke sumber-sumber pakan yang baik, mampu membangun
sarang tidur, memiliki kemampuan memanjat dan beraktivitas di kanopi pohon
sebagai strategi hidup dan salah satu cara menghindari predator, memiliki sosial
yang tinggi dengan individu lain dan menghindari interaksi dengan manusia.
Pengambilan data dilakukan pada 13 individu yang telah dipilih untuk
mengukur proporsi durasi jenis aktivitas dan kemampuan adaptasi (proporsi jenis
pakan, ketinggian aktivitas di kanopi dan membangun sarang). Seluruh individu
dibagi menjadi tiga kelompok pelepasliaran yaitu kelompok kelas umur muda
jinak, muda liar/semiliar dan dewasa. Data yang digunakan merupakan hasil

11
pengamatan aktivitas harian setiap individu sebanyak 9-10 datasheet (protokol)
harian terhadap masing-masing individu. Pencatatan aktivitas harian dimulai dari
orangutan keluar sarang pagi hari sampai kembali masuk ke dalam sarang sore
hari. Penentuan individu dilakukan dengan melihat riwayat hidup masing-masing
individu yaitu jenis kelamin, umur, kondisi perilaku, kondisi kesehatan serta
waktu pelepasliaran yang diperoleh dari database dan laporan tahunan PROS.
Pengamatan individu menggunakan kombinasi metode Continuous dan
Instantaneous sampling dengan interval waktu 2 menit dan tergantung terhadap
variabel-variabel yang sedang diamati dengan Ad libitum (Morrogh-Bernhard et
al. 2002). Peneliti melakukan pengamatan pola aktivitas individu di lapangan
dibantu oleh lima pengamat lain yang bekerja sebagai staf lapangan di PROS.
Pembekalan dan standarisasi pengamatan dilakukan kepada lima teknisi pembantu
dan mengacu kepada standar pengumpulan data orangutan yang berlaku pada
PROS.
Pengambilan data mengamati secara langsung seluruh aktivitas pada
orangutan individu sepanjang periode waktu aktif. Periode waktu aktif adalah
periode waktu dari orangutan bangun dan keluar sarang sampai dengan akhir
aktivitas pada sore hari (masuk ke sarang dan tidak ada aktivitas teramati).
Tujuannya agar dapat menggambarkan ritme aktivitas yang dilakukan secara
berurutan dan berulang atau secara temporal dalam dimensi waktu. Pengamatan
dibagi ke dalam 3 (tiga) waktu aktivitas yaitu pagi (OU keluar sarang – 10.00
WIB), siang (pukul 10.00 – 14.00 WIB) dan Sore (pukul 14.00 – masuk sarang).
Tabel 3 Ethogram jenis aktivitas dan ketinggian tempat aktivitas di kanopi
pepohonan
Kategori

Uraian

Jenis Aktivitas
Makan/Mencari makan

Bergerak
Istirahat

Aktivitas lain

Seluruh aktivitas makan pakan alami yaitu mencari
makanan, menggapai sampai menelan makanan, dan
minum.
Bergerak dan berpindah tempat ataupun posisi di
hutan maupun kanopi pohon
Tidak melakukan kegiatan apapun selain duduk,
berbaring ataupun tidur dan termasuk juga
membangun sarang sampai berbaring di sarang,
Aktivitas seperti bermain dan mengamati pengamat,
seluruh aktivitas sendiri serta interaksi sosial.

Ketinggian Aktivitas
Tanah

Di tanah.

Bawah
Tengah (10-20 m)
Atas (< 20 m)

Berada antara ketinggian 1 – 10 m
Berada antara ketinggian 10 – 20 m
Berada antara ketinggian di atas 20 m

12
Data pengamatan merupakan hasil pengukuran dan penghitungan durasi
setiap tipe aktivitas harian, penghitungan durasi waktu makan setiap jenis pakan
alami dan jumlah jenis pakan, dan penghitungan durasi waktu ketinggian aktivitas
individu di kanopi hutan. Jenis aktivitas dibagi atas empat bagian besar yaitu
makan, bergerak, beristirahat dan aktivitas lain seperti bermain, berkelahi,
mengeluarkan suara, dan aktivitas sosial lainnya. Pada penelitian ini, seluruh
aktivitas yang tidak terlihat oleh pengamat saat pengambilan data akan dihentikan.
Beberapa kejadian yang menyebabkan pengamatan dihentikan yaitu hujan, tidak
terlihat karena tertutup kanopi, individu hilang dari pantauan maka durasi waktu
tidak dihitung dalam penghitungan durasi aktivitas individu (lihat Tabel 3)
Pada pengukuran ketinggian aktivitas di kanopi pohon, ketinggian kanopi
dibagi atas empat kategori posisi ketinggian kanopi yang digunakan individu.
Kategori posisi ketinggian aktivitas yaitu: aktivitas di tanah (0 m), bawah (1 m 20 m). Ketinggian aktivitas di kanopi
diartikan bahwa individu melakukan aktivitasnya pada kategori ketinggian
tertentu di pohon (lihat Tabel 3).
Tabel 4 Pakan yang dikonsumsi individu dari hasil pengamatan
Pakan
Buahan
Dedaunan
Umbut
Kambium
Serangga
Pakan lain
Pakan Pemberian

Uraian
Buahan dengan seluruh kondisi kematangan termasuk
daging, kulit, dan biji buah.
Seluruh bagian daun pohon, akar dan
Inti yang ada di dalam tumbuhan monokotil seperti berbagai
jenis rotan, keluarga pandanan dan liana.
Bagian dalam pada kulit katu
Berbagai jenis serangga seperti semut, rayap dan sarangnya
serta serangga lainnya
Pakan seperti telur, daging, tanah dan lainnya
Semua pakan yang diberikan pawang untuk mendukung
kondisi fisik orangutan

Pembagian tipe pakan dibagi ke dalam 7 tipe pakan yang teramati di
lapangan yaitu buah, daun, serangga, umbut, kambium, pakan bantuan, dan pakan
lainnya (Tabel 4). Peneliti juga mencatat makanan bantuan yang diberikan selama
pengumpulan data oleh pengamat. Pemberian pakan bantuan dilakukan pengelola
terhadap individu orangutan yang dalam kondisi terlihat kurang baik (lemas dan
tak bersemangat), teramati tidak memakan buah di hutan yang cukup hampir
sepanjang hari, dan kondisi cuaca yang kurang baik seperti hujan sepanjang hari.
Pemberian pakan bantuan untuk menjaga kesehatan dan kondisi orangutan tetap
baik saat beradaptasi di dalam hutan.

13
Prosedur Analisis Data
Persentase Keberhasilan Pelepasliaran
Menghitung persentase jumlah individu orangutan yang berhasil (hidup)
dan yang gagal menurut umur, jenis kelamin dan kondisi perilaku didasarkan pada
data yang tersedia dari jumlah orangutan yang telah dilepasliarkan. Penguraian
dan penjelasan secara deskriptif disajikan dalam bentuk gambar diagram
persentase dan kemudian dianalisa secara deskriptif kualitatif.
Penilaian Aktivitas Harian Pasca Pelepasliaran
Hasil pengamatan aktivitas harian dibagi menjadi beberapa parameter yang
diukur yaitu: proporsi durasi tipe aktivitas, ketinggian tempat aktivitas di pohon,
dan komposisi tipe pakan hutan. Parameter ini menjadi ukuran tingkat
kemampuan adaptasi pasca pelepasliaran orangutan ex-captive. Pengukuran
pertama yaitu tingkat kemampuan adaptasi orangutan ex-captive menurut pola
aktivitas harian pasca pelepasliaran. Penghitungan proporsi durasi waktu setiap
tipe aktivitas yang dibagi menjadi 4 aktivitas utama yaitu makan, bergerak,
bermain, beristirahat, dan aktivitas lainnya. Peneliti membandingkan penggunaan
waktu aktivitas harian individu pada kelompok muda jinak dan muda semiliar
dengan hasil penelitian sebelumnya terhadap orangutan ex-captive anak di PROS
(Riedler et al. 2010) dan hasil penelitian orangutan muda rehabilitan (Simanjuntak
2007) di Bukit Lawang.
Pengukuran kedua adalah penghitungan proporsi durasi ketinggian tempat
aktivitas. Kriteria ketinggian aktivitas menjadi 4 kriteria yaitu tanah (0 m), bawah
(1 m - < 10 m), tengah (10 m - < 20 m) dan atas (> 20 m). Peneliti menghitung
durasi waktu ketinggian tempat yang digunakan setiap kelompok dan individu
yang diamati dalam beraktivitas. Pengukuran ketiga adalah penghitungan proporsi
durasi waktu memakan pakan hutan yang teramati pasca pelepasliaran. Pakan
hutan dibagi menjadi 7 tipe pakan adalah buah, daun, umbut / stem, kambium,
serangga, pakan lainnya dan pakan pemberian. Peneliti menghitung durasi waktu
untuk setiap tipe pakan hutan yang dimakan oleh kelompok pelepasliaran dan
individu yang diamati. Setiap persentase proporsi durasi parameter pengamatan
dibuat ke dalam bentuk diagram.
Hasil ini menjadi indikator penilaian keberhasilan pelepasliaran orangutan
ex-captive menurut pola aktivitas di hutan pasca pelepasliaran. Kemudian hasil
penghitungan digunakan untuk membandingkan penggunaan waktu aktivitas
orangutan ex-captive yang diamati dengan orangutan liar dari Ketambe (MorroghBernard et al. 2009) yang memiliki kriteria yang sama dengan PROS Bukit
Tigapuluh. Data orangutan liar dari Ketambe yang digunakan adalah orangutan
betina muda (inactive females) dan jantan muda (unflanged male) yang hampir
sama dengan individu penelitian ini.
Analisa data menggunakan perangkat lunak SPSS untuk Windows versi
16.0.0 dari SPSS Inc. tahun 2007. Analisis data pengamatan aktivitas individu di
hutan adaptasi menggunakan statistik non-parametrik yaitu uji Kruskal-Wallis
test. Uji ini digunakan untuk menguji lebih dari 2 sampel bebas dengan sebaran
data tidak normal. Keseluruhan uji yang diujikan diatas, kemudian dianalisa
dengan menggunakan tingkat beda nyata pada nilai P