Ekologi Makan Orangutan Sumatera (Pongo Abelii, Lesson 1827) Di Hutan Batang Toru Blok Barat Sumatera Utara

i

EKOLOGI MAKAN ORANGUTAN SUMATERA
(Pongo abelii, LESSON 1827)
DI HUTAN BATANG TORU BLOK BARAT SUMATERA UTARA

MOKHAMAD FAESAL RAKHMAN KHAKIM

SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2015

iii

PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA*
Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis berjudul: Ekologi Makan
Orangutan Sumatera (Pongo abelii, Lesson 1827) di Hutan Batang Toru Blok
Barat Sumatera Utara adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi
pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi

mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan
maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan
dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir tesis ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut
Pertanian Bogor.

Bogor, Agustus 2015
Mokhamad Faesal Rakhman Khakim
NIM P053120021

RINGKASAN
MOKHAMAD FAESAL RAKHMAN KHAKIM. Ekologi Makan Orangutan
Sumatera (Pongo abelii, Lesson 1827) di Hutan Batang Toru Blok Barat Sumatera
Utara. Dibimbing oleh ANI MARDIASTUTI dan ENTANG ISKANDAR.
Batang Toru adalah habitat orangutan alami yang tersisa di selatan Danau
Toba. Dengan dugaan populasi yang tersisa sekitar 600 individu. Populasi tersebut
cukup rentan akibat ancaman berupa kegiatan perburuan yang masih terjadi,
aktivitas penambangan ilegal, serta perambahan yang terjadi.
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Oktober 2013 sampai dengan Juni
2014. Lokasi penelitian berada di Stasiun Riset Batang Toru, Kabupaten Tapanuli

Utara, Sumatera Utara. bertujuan untuk menggali informasi potensi pakan dan
pakan aktual, serta kelimpahan pakan, fluktuasi ketersediaan pakan dan indeks
ketersediaan pakan berdasarkan fenologi, pakan yang lebih disukai (preferred
foods) dan pakan cadangan (fallback foods), tumpang tindih pakan antara jantan
dewasa, betina dewasa, remaja, dan anak, serta mendapatkan informasi
penggunaan ruang vertikal dan daya jelajah harian orangutan dalam rangka
melakukan ramban (foraging) di berbagai kelas umur.
Berdasarkan penelitian tercatat 46 jenis pakan yang dimakan. Pakan
meliputi buah (71.06%), umbut (11.72%), bunga (7.85%), daun (2.82%), kulit
kayu (2.06%), serangga (2.79%), dan lain-lain (1.71%). Perilaku tiga kelas umur
betina terdiri dari makan (65-67%), bergerak (15-16%), dan beristirahat (1115%).Perilaku dua kelas umur jantan terdiri dari makan (57-60%), bergerak (1520%), beristirahat (13-18%). Pakan kesukaan adalah buah sampinur tali, buah
agatis, dan buah terentang. Pakan cadangan meliputi umbut Freycinetia sp., bunga
mayang susu, daun, dan kulit kayu.Berdasarkan kajian fenologi diperoleh rerata
ketersediaan daun muda adalah 47.61±3.96%, buah berada di angka rerata
10.81±2.57%, sedangkan rerata bunga adalah 7.49±2.10%. Tumpang tindih
penggunaan jenis pakan antara orangutan dewasa dengan remaja sebesar 62.86%,
tumpang tindih dewasa dengan anak sebesar 91.43%, sedangkan remaja dengan
anak adalah sebesar 62.86%.Orangutan lebih banyak beraktivitas di ruang vertikal
di bagian tengah tajuk dengan ketinggian 16-25 m, dengan rata-rata berada di
posisi 72.00-82.14% dari permukaan tanah.Jelajah harian rata-rata untuk jantan

dewasa adalah 760.73 m, betina dewasa adalah 1089.28 m, remaja adalah 968.00
m, dan anak sebesar 959.79 m.
Kata kunci :orangutan Sumatera, jenis pakan, perilaku, Batang Toru

iii

SUMMARY
MOKHAMAD FAESAL RAKHMAN KHAKIM. Feeding Ecology of Sumatran
Orangutan (Pongo abelii, Lesson 1827) in West Batang Toru Forest Blok North
Sumatra. Supervised by ANI MARDIASTUTI and ENTANG ISKANDAR.
The most southern Sumatran orangutan habitat is located in Batang Toru
Forest Block. The estimated population is about 600 individu. The population is
fragile due to threads such as hunting, illegal mining and encroachment.
The research was conducted in October 2013 to June 2014. The study area
was in Batang Toru Research Station, North Tapanuli, North Sumatra. The aims
of the study were collected information about potential food, actual food, food
abundant, the fluctuation food availability and food availability index based on
phenological plots, preferred foods and fallback foods, overlapped food items
between adult male, adult female, adolescent, and juvenile, and also to gathered
vertical levele used and daily range in all age class.

Based on the study 46 food items were recorded. Food items consisted of
fruit (71.06%), pith (11.72%), flower (7.85%), leaves (2.82%), bark
(2.06%),insect (2.79%), and the other (1.71%). Activity budgets for female at the
all age class were feeding (65-67%), travelling (15-16%), and resting (1115%).While, activity budgets for male at the all age class were feeding (57-60%),
travelling (15-20%), andresting (13-18%). The preferred foods were fruit of
sampinur tali, agatis, and terentang. The fallback foods were pith of Freycinetia
sp., flower of mayang susu, leaves and bark. Based on phenological plots, the
mean of young leaves availability were 47.61±3.96% per month, fruits availability
on the level 10.81±2.57%, and the mean of flowersavailability were7.49±2.10%.
The overlap used of food items between adult and adolescent was 62.86%, adult
and juvenile was 91.43%, while adolescent with juvenile was 62.86%.Orangutans
were more active in the middle of canopy at the height 16-25 m, the mean position
is 72.00-82.14% from the ground. The mean daily range for adult males were
760.73 m, adult females were 1089.28 m, adolescents were 968.00 m, and
juvenile was 959.79 m.
Key words : Sumatran orangutan, food items, behaviour, Batang Toru

© Hak Cipta Milik IPB, Tahun 2015
Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan

atau menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan,
penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik, atau
tinjauan suatu masalah; dan pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan
IPB
Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis ini
dalam bentuk apa pun tanpa izin IPB

5

EKOLOGI MAKAN ORANGUTAN SUMATERA
(Pongo abelii, LESSON 1827)
DI HUTAN BATANG TORU BLOK BARAT SUMATERA UTARA

MOKHAMAD FAESAL RAKHMAN KHAKIM

Tesis
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Magister Sains
pada
Program Studi Primatologi


SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2015

Penguji Luar Komisi pada Ujian Tesis : Prof Dr Ir Dewi Apri Astuti, MS

9

PRAKATA
Puji penulis panjatkan atas segala rahmat dan karunia Tuhan Yang Maha
Esa sehingga paparan hasil penelitian ini dapat diselesaikan dengan baik.
Penelitian ini berjudul “Ekologi Makan Orangutan Sumatera (Pongo abelii,
Lesson 1827) di Hutan Batang Toru Blok Barat, Sumatera Utara” Penelitian
ini bertujuan untuk mempelajari potensi pakan dan perilaku makan orangutan
sumatera di Kawasan Hutan Batang Toru Blok Barat, Provinsi Sumatera Utara.
Penulis menyampaikan terima kasih kepada Prof Dr Ir Ani Mardiastuti,
MSc dan Dr Ir Entang Iskandar, MSi selaku pembimbing tesis. Ucapan terima
kasih juga untuk Ibu Gabriella Fredriksson, PhD dan Matthew Nowak (Yayasan

Ekosistem Lestari-Sumatran Orangutan Conservation Program) selaku orang yang
selalu mendukung penulis dalam mempelajari perilaku orangutan sumatera di
Hutan Batang Toru. Terima kasih kepada Prof Dr Ir Dewi Apri Astuti, MS selaku
penguji luar komisi pembimbing. Terima kasih kepada Dr dr Irma Herawati
Suparto, MS sebagai ketua sidang. Ucapan terima kasih juga disampaikan kepada
ProfdrhDondin Sajuthi, MST, PhD selaku ketua jurusan Primatologi.
Terima kasih kepada Ayahanda Endho Soewondho Suria, SH dan Ibunda
Siti Sofia Setyawati, serta kepada kakak-kakak penulis, Siti Nurjanah, SP dan
keluarga, M. Nurochman Hakim, SP dan keluarga, Soraya SLN, SSosI, SPd dan
keluarga, serta terima kasih kepada malaikat-malaikat kecil penulis (Kaka, Naila,
Khanza, Mara, Chacha, dan Shasha) atas motivasi dan doa bagi penulis. Terima
kasih kepada Annisa Rachma yang selalu mendampingi penulis dalam
penyusunan tesis ini. Serta terima kasih kepada Sasi Kirono, SHut, MSi yang
memberi pencerahan dalam analisis statistik. Terima kasih kepada Reyna Asyari,
Shut, dan Peni Widiyanti, SHut sebagai penyelia akhir naskah Keluarga Besar
UKM-UKF IPB.Tidak lupa ucapan terima kasih kepada staf pengajar Primatologi,
mba Nurjayanti dan mas Mulyana
Semoga hasil penelitian ini dapat bermanfaat bagi perkembangan
pengetahuan, khususnya pengetahuan mengenai ekologi orangutan Sumatera.


Bogor, Agustus 2015

Mokhamad Faesal Rakhman Khakim

DAFTAR ISI
DAFTAR ISI

viii

DAFTAR TABEL

ix

DAFTAR GAMBAR

x

DAFTAR LAMPIRAN

x




PENDAHULUAN
Latar Belakang
Perumusan Masalah
Tujuan Penelitian
Manfaat Penelitian









KONDISI UMUM
Lokasi
Iklim

Flora
Fauna
Kegiatan Manusia yang Ditemukan










METODE PENELITIAN
Lokasi dan Waktu
Alat dan Obyek Penelitian
Data yang Dikumpulkan
Metode Pengumpulan Data
Analisis Data











HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil
Individu Orangutan
Potensi Pakan
Perilaku Orangutan
Proporsi Jenis Pakan
Tumpang Tindih Jenis Pakan
Penggunaan Ruang Vertikal oleh Orangutan Berdasarkan Kelas Umur
Jelajah harian Orangutan Sumatera
Keterkaitan Pola Jelajah dengan Ketersediaan Pakan
Pembahasan
Populasi Orangutan
Ketersediaan Pakan
Pakan Kesukaan dan Pakan Cadangan
Komposisi Pakan
Perilaku
Jelajah Harian




12 
15 
17 
19 
19 
20 
22 
22 
22 
23 
23 
24 
24 
25 



Penggunaan Strata Tajuk
Implikasi untuk Pengelolaan

25 
26 

KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Saran

26 
26 
27 

DAFTAR PUSTAKA

27 

LAMPIRAN

31

RIWAYAT HIDUP

44

DAFTAR TABEL
1.
2.
3.
4.
5.

Individu fokal yang paling sering dijumpai/diikuti ...................................... 10 
Jenis-jenis pakan yang memiliki proporsi waktu dimakan tertinggi di
setiap bulan (N=113 individu orangutan)..................................................... 12 
Daftar jenis pakan orangutan (N=113 individu) yang tercatat selama
penelitian .................................................................................................... 13 
Nilai ketersediaan daun muda. buah. dan bunga sepanjang tahun
berdasarkan seluruh plot fenologi (N=1492)................................................ 15 
Jelajah harian (m/hari) orangutan 7 individu fokal....................................... 22 

DAFTAR GAMBAR
1. Rumusan permasalahan penelitian ............................................................ 3
2. Curah hujan di Hutan Batang Toru sampai dengan tahun 2014 ................. 5
3. Peta Stasiun Riset Yayasan Ekosistem Lestari-Program Konservasi
Orangutan Sumatera ................................................................................. 7
4. Gambar jantan dewasa berbantalan pipi (Togos), jantan dewasa tak
berbantalan pipi (Gilang), betina dewasa Indah dan Beta, betina
remaja Uli, jantan remaja Ipang, dan Beti, betina anak yang masih
bergerak bersama Beta ........................................................................... 11
5. Buah agatis (kiri atas), buah sampinur tali (kanan atas dengan
lingkaran merah, bunga mayang susu (kiri tengah) ................................. 13
6. Hasil monitoring pada plot fenologi........................................................ 15
7. Proporsi aktivitas betina dari tiga kelas umur (dewasa, remaja, dan
anak) ...................................................................................................... 16
8. Proporsi aktivitas jantan dewasa (kiri) dan remaja (kanan)...................... 16
9. Komposisi pakan berdasarkan persentase makan .................................... 17
10. Proporsi makan orangutan Batang Toru selama bulan Januari 2013
sampai dengan bulan Juni 2014 .............................................................. 17
11. Korelasi antara ketersediaan buah dengan persentase memakan buah,
bunga, daun, umbut, kulit kayu. dan serangga ......................................... 18
12. Tumpang tindih dalam persen (%) penggunaan item pakan antar
kelas umur .............................................................................................. 19
13. Gambar penggunaan ruang vertikal (garis putus-putus) oleh
orangutan di Batang Toru ....................................................................... 20
14. Penggunaan
ruang
vertikal
oleh
orangutan
dalam
beraktivitas................................................................................................20
15. Jelajah harian Beta dan Beti yang dimulaidari pagi saat bangun
sampai tidur di sarang malam (n=5 hari) ................................................. 21

DAFTAR LAMPIRAN
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.

Jenis-jenis pakan orangutan .................................................................... 31
Hasil uji χ² (khi-kuadrat) untuk kebebasan .............................................. 36
Jelajah harian Togos, jantan berbantalan pipi .......................................... 39
Jelajah harian Gilang, jantan dewasa tak berbantalan pipi ....................... 40
Jelajah harian Indah, betina dewasa ........................................................ 41
Jelajah harian Uli, betina remaja ............................................................. 42
Jelajah harian Ipang, jantan remaja ......................................................... 43

1

1 PENDAHULUAN
Latar Belakang
Sebagai satu-satunya kera besar di luar Afrika, orangutan yang tersisa pada
masa sekarang penyebaran geografisnya hanya terbatas pada dua pulau, yaitu
bagian utara Pulau Sumatera dan Pulau Kalimantan (Delgado dan van Schaik
2002). Namun berdasarkan bukti catatan paleontologi dan arkeologi, orangutan
pernah terdistribusi secara luas di Asia Tenggara. Temuan material fosil dan
subfosil orangutan pernah ditemukan di Selatan Cina, Thailand, Laos, Kamboja,
Sumatera, Jawa, dan Borneo (Harrison et al. 2006). Pada saat ini orangutan dibagi
menjadi dua spesies, satu di Pulau Sumatera yaitu orangutan Sumatera (Pongo
abelii)dan satu di Pulau Kalimantan, yaitu orangutan Kalimantan (Pongo
pymaeus) yang selanjutnya dibagi menjadi tiga subspesies : P. p pygmaeus, P. p
morio , dan P. p wurmbii (Goossen et al. 2009).
Orangutan Sumatera tersebar di Kawasan Ekosistem Leuser dan sekitarnya
di sebelah utara Danau Toba, namun berdasarkan Wich et al. (2003), orangutan
sumatera juga tersebar di bagian selatan Danau Toba, yaitu di Kawasan Hutan
Batang Toru (KHBT). Populasi orangutan di KHBT merupakan populasi yang
baru ditemukan kembali sekitar tahun 1997 (Meijaard 1997). Dalam publikasi
terbaru disebutkan bahwa orangutan betina di Kawasan Hutan Batang Toru
memiliki keunikan secara genetika, yaitu lebih dekat kekerabatannya dengan
orangutan di Pulau Kalimantan dibanding dengan orangutan sumatera di kawasan
lain (Nater et al. 2011).
Populasi orangutan terbesar di Sumatera dijumpai di Leuser Barat (2508
individu) dan Leuser Timur (1052 individu), serta Rawa Singkil (1500 individu).
Berdasarkan Departemen Kehutanan (2007) yang diperkuat oleh Wich et al.
(2008) terdapat populasi lain yang diperkirakan potensial untuk bertahan dalam
jangka panjang yaitu di Batang Toru Barat dengan populasi sekitar 400 individu
dan Batang Toru Timur atau Sarulla Timur dengan estimasi populasi sekitar 150
individu.
Pakan merupakan sumber fundamental yang berpengaruh kuat terhadap
individu primata, kelompok, populasi dan berbagai jenis dengan cara yang
bervariasi dalam perilakunya (Harrison dan Marshall 2011). Orangutan
merupakan pemakan yang selektif dengan jumlah yang cukup banyak karena
ukuran tubuhnya, terutama pemakan buah ketika buah melimpah dan menyukai
buah yang memiliki daging buah yang lembut (soft pulp). Selain itu, orangutan
juga memakan daun muda dan pucuk, biji-bijian, tunas, bunga, kulit kayu bagian
dalam (inner bark), liana, sejumlah kecil serangga, serta mineral tanah (Delgado
dan van Schaik 2002), bahkan bila memungkinkan primata kecil lain (Utami dan
van Hoof 1997). Orangutan biasanya bersifat soliter, namun terkadang berkumpul
di sekitar sumber pakan yang melimpah.
Orangutan adalah primata besar yang cenderung memakan buah atau
bersifat frugivorous(Marshall 2009). Marshall dan Wrangham (2007) menjelaskan
perbedaan pakan preferensi (preferred foods) dan pakan cadangan (fallback
foods). Pakan preferensi relatif sering dipilih tanpa proporsi saat kelimpahannya
cukup tinggi di dalam habitat suatu populasi (Marshall et al.2009). Para

2

antropologis fisik menggunakan istilah pakan cadanganuntuk mendenotasikan
sumber daya dengan kualitas relatif miskin yang menjadi bagian penting sebagai
bagian komponen konsumsi pakan selama periode di mana pakan yang disukai
jarang atau terbatas (Marshall et al. 2009). Pakan cadangan biasanya disebut
sebagai pakan yang kualitasnya relatif miskin nutrisi dan kelimpahan tinggi yang
dimakan ketika pakan yang disukai tidak tersedia (Harisson dan Marshall 2011).
Hutan Batang Toru terbagi ke dalam dua blok, Blok Barat dan Blok Timur
(Sarulla Timur), secara administratif terletak di tiga kabupaten, yaitu Kabupaten
Tapanuli Utara, Kabupaten Tapanuli Tengah, dan Kabupaten Tapanuli Selatan.
Letak secara geografis antara koordinat 98° 53’ - 99° 26’ Bujur Timur dan 02° 03’
- 01° 27’ Lintang Utara. Hutan primer yang tersisa diperkirakan seluas 136.284
Ha. Jenis hutan terdiri dari hutan pegunungan rendah, hutan gambut pada
ketinggian 900-1000 mdpl, hutan berlumut, hutan batu kapur, dan hutan belang
(rawa) di ketinggian 800 mdpl. Vegetasi yang dominan di Kawasan Hutan Batang
Toru antara lain jenis, atur mangan (Gymnostoma sumatrana), sampinur tali
(Dacrydium spp.), dan jenis-jenis mayang (Palaquium spp.) (Indra dan
Fredriksson 2007).
Kawasan Hutan Batang Toru (KHBT) sebagai lokasi terkini yang
dilaporkan memiliki populasi orangutan sumatera terendah, yaitu dengan dugaan
sekitar 400 individu dengan luas habitat orangutan sumatera yang tersisa adalah
600 km2 di Blok Barat dan 375 km2 di Sarulla Timur atau Blok Timur dengan
populasi sekitar 150 individu (Wich et al. 2008). Oleh karena itu Batang Toru
menjadi salah satu situs penting untuk konservasi orangutan. Masih sedikitnya
informasi mengenai ekologi orangutan sumatera di KHBT menjadikan KHBT
sebagai kawasan penting untuk menjadi lokasi penelitian, khususnya terkait
dengan penelitian mengenai orangutan.

Perumusan Masalah
Orangutan Sumatera saat ini hanya mendiami bagian utara Pulau Sumatera,
yaitu di Provinsi Sumatera Utara dan Provinsi Nangroe Aceh Darussalam (Wich
et al. 2008). Studi orangutan sumatera di Provinsi Nangroe Aceh Darussalam
telah berlangsung sejak tahun 1971, bersama dengan populasi orangutan di SuaqBalimbing yang sudah dipelajari secara berkelanjutan sejak 1991. Sedangkan di
Batang Toru, studi tentang perilaku orangutan yang mengikuti standarisasi San
Anselmo, yaitu minimum standar untuk mengumpulkan data lapangan sehingga
dapat membandingkan perilaku dan variabel ekologi dari lokasi lain yang menjadi
habitat orangutan (Morogh-Bernard dan McLardy 2002). Penggunaan standarisasi
tersebut di Batang Torubaru dimulai sejak tahun 2011, sehingga masih cukup
banyak aspek yang harus dipelajari, termasuk studi tentang ekologi makan
(feeding ecology) yang meliputi seluruh aspek baik dari aspek orangutan Sumatera
maupun dari aspek pakan orangutan.
Pakan menjadi sumber fundamental yang berpengaruh kuat terhadap
individu primata, kelompok, populasi dan berbagai jenis dengan cara yang
bervariasi dalam perilakunya (Harrison dan Marshall 2011). Pakan orangutan
diketahui berubah-ubah sesuai dengan faktor ekologi, termasuk perbedaan dalam
komposisi spesies pakan, produktivitas dan musim tahunan yang mana

3

membentuk potensi keanekaragaman ketersedian pakan (Russon et al. 2009).
Potensi pakan orangutan diketahui terdiri dari buah, daun muda, bunga, kulit
kayu, dan satwa avertebrata. Potensi pakan diperoleh dari studi fenologi serta
monitoring perilaku makan individu fokal.
Studi fenologi pada hutan temperate dan hutan tropis dapat mendeteksi pola
musim ketersediaan buah yang dikaitkan dengan perubahan curah hujan dan suhu
(Lieberman 1982 dalam Chapman et al. 1999). Pendekatan fenologi adalah
dengan cara menghitung prosentase buah, bunga, serta daun muda yang
dinyatakan dalam skor tertentu, yang dapat dihitung guna memperoleh indeks
ketersediaan pakan dalam menduga ketersediaan pakan. Perilaku makan terkait
dengan pemilihan jenis pakan, pemilihan pohon patch, durasi di pohon patch,
posisi makan, serta daya jelajah harian orangutan tersebut. Dengan demikian akan
diperoleh informasi lengkap mengenai ekologi makan orangutan (feeding ecology)
yang dapat menjadi masukan bagi pihak pengelola serta lebih jauh lagi adalah
untuk kepentingan konservasi orangutan dan vegetasi pakan. Secara skematis,
kerangka pikir dalam melaksanakan penelitian dijelaskan dalam Gambar 1.
Potensi Pakan

Orangutan Sumatera

Fenologi

Perilaku Makan
Orangutan

Indeks Ketersediaan Pakan
Pemilihan pohon pakan
Durasi di pohon pakan
Daya jelajah harian

Ekologi Makan

Informasi ilmiah terbaru

Konservasi
Orangutan

Vegetasi

Gambar 1Rumusan permasalahan penelitian

Tujuan Penelitian
Penelitian Ekologi Makan Orangutan Sumatera (Pongo abelii, Lesson 1827)
di Hutan Batang Toru Blok Barat, Sumatera Utara bertujuan untuk :

4

a. Mendapatkan informasi potensi pakan, fluktuasi ketersediaan pakan,
indeks ketersediaan pakan berdasarkan fenologi, pakan yang dipilih berupa
pakan yang lebih disukai (preferred foods) dan pakan cadangan (fallback
foods) bagi orangutan, serta tumpang tindih jenis pakan antara kelas umur
dewasa, remaja, dan anak.
b. Mendapatkan informasi perilaku harian, perilaku makan dan daya jelajah
harian orangutan di berbagai kelas umur.

Manfaat Penelitian
Menghasilkan informasi ilmiah yang dapat menjadi masukan bagi pihak
pengelola.Setelah mengetahui nilai penting dari pohon pakan, baik pohon pakan
preferensi maupun pakan cadangan maka diperlukan tindakan konservasi terhadap
jenis-jenis tersebut yang menjadi komponen daya dukung orangutan.

2 KONDISI UMUM
Lokasi
Secara keseluruhan Kawasan Hutan Batang Torumerupakan suatu hamparan
hutan yang kondisinya masih baik dengan populasi orangutan Sumatra (Pongo
abelii) yang mungkin sudah lama terpisah dari populasi di bagian utara pulau
Sumatra. Kawasan tersebut memanjang sekitar 46 km dari utara ke arah selatantenggara antara Kota Tarutung (di sebelah utara), Kota Padang Sidempuan (di
sebelah selatan) dan Kota Sibolga (di sebelah barat). Topografidari sebagianbesar
KHBT
adalahberbukitdenganlereng
yang
relatif
terjalsehinggamenyusahkanakseskedalamhutan.Faktorinilah
yang
mungkinmenyelamatkankawasaninidarikonversilahankefungsilainselamaini
(Fredriksson dan Usher 2007).

Iklim
Data suhu dan curah hujan sudah dikumpulkan selama lima tahun berturutturut di area studi (Stasiun Riset Batang Toru) dengan suhu terendah 11.9o C dan
suhu tertinggi 30.3o C. Berdasarkan Wich et al. (2014), curah hujan rata-rata
tahunan 3629 mm (3225-3792 mm). Hasil pengamatan terhadap cuaca di Stasiun
Riset Batang Toru dipaparkan pada Gambar 2.

5

CurahHujan (mm)

700
600
500
400
300
200
100
0
Jan

Feb

Mar

Apr

Mei

Jun

Jul Agust Sep

Okt

Nop

Des

Bulan
2011

2012

2013

2014*

Gambar 2Curah hujan di Hutan Batang Toru sampai dengan tahun 2014

Flora
Beragam tipe hutan dataran tinggi dengan struktur dan komposisi pohon
berbeda terutama dari Dipterocarpaceae, Fagaceae, Casuarinaceae, Lauraceae,
Araucariaceae. Struktur dan komposisi berbeda yang mungkin disebabkan
ketinggian, substrat dan iklim mikro sehingga di beberapa tempat terdapat hutan
kerangas dataran tinggi yang ditandai struktur hutan relatif pendek dengan lapisan
gambut diatas pasir kwarsa. Jenis-jenis pohon yang umum ditemukan adalah
sampinur tali, sampinur bunga, hoting (Fagaceae), atur mangan (Casuarinacae),
malu tua (Tristaniopsis sp.), meranti (Shorea sp.), kruing (Dipterocarpus
sp.),tapak kuda (Macaranga sp.), dan kempas (Koompasia mallaccensis).Flora
lainnya, terdapat berbagai jenis kantong semar (Nepenthes sp.), anggrek
(Orchidaceae), jahe-jahean (Zingiberaceae). Terdapat jenis saprofit yang cukup
menarik yaitu jenis Thismia sp.

Fauna
Survei pertama untuk menghitung kepadatan orangutan Sumatera di Batang
Toru dilakukan pada tahun 1997, dan dihitung kembali populasinya pada tahun
2008 (Wich et al. 2008). Selain Orangutan, KHBT merupakan habitat satwa
primata lainnya seperti siamang (Symphalangus syndactylus), ungko (Hylobates
agilis), beruk (Macaca nemestrina), simpai (Presbytis melalophos), dan kukang
(Nycticebus coucang). Adapun beberapa mamalia lain yang terlihat terutama dari
jenis-jenis tupai, bajing (termasuk sejenis bajing raksasa, Ratufa sp.), kelelawar
dan kalong. Dari temuan kamera jebakan dapat dipastikan bahwa terdapat
harimau, beberapa jenis kucing hutan, beruang madu, kijang dan kancil.
Marga burung yang paling menonjol dari segi jumlah dan jumlah jenis
adalah Pycnonotidae (jenis-jenis cucak dan kutilang). Burung pemangsa
berukuran besar yang dilihat dan didengar adalah elang-ular bido (Spilornis
cheela). Beberapa burung enggang (Bucerotidae), seperti enggang gading
(Buceros vigil), enggang jambul-hitam (Aceros corrugatus) dan enggang badak
(Buceros rhinoceros). Beberapa jenis burung pelatuk (Picidae), madi

6

(Eurylaimidae), takur (Capitonidae), paok (Pittidae), luntur (Trogonidae),
tepekong (Hemiprocnidae), kepodang (Oriolidae), pengoceh (Timaliidae),
pengicau (Sylviidae), kangkok dan kadalan (Cuculidae), kicuit dan apung
(Motacillidae), cabai (Dicaeidae), merpati-merpatian (Columbidae), srigunting
(Dicruridae), dan kuau (Phasianidae) dilihat atau didengar(Fredriksson dan Usher
2007).
Terdapat beberapa jenis satwa herpetofauna. Yang paling menarik adalah
temuan kadal tak berkaki (Dophasia wegneri) pada tahun 2010. Jenis kadal ini
terakhir ditemukan pada tahun 1950 di Sumatera Barat (Khakim 2010). Beberapa
jenis kupu-kupu (Lepidoptera) berukuran besar dari Suku Papilionidae (dari
genera Troides, Papilio dan Graphium), suku Nymphalidae (misalnya Idea sp.)
sedangkan berbagai jenis dari suku Pieridae sangat umum disekitar aliran
sungai.Berbagai jenis menarik dari Ordo Hempitera, Coleoptera, Orthoptera,
Odonata, Diptera, Dictyoptera, Phasmida juga ditemukan. Diperkirakan bahwa
studi yang lebih intensif akan menemukan banyak jenis avertebrata yang menarik
bahkan sangat besar kemungkinan bahwa akan ditemukan jenis baru (Fredriksson
dan Usher 2007).

Kegiatan Manusia yang Ditemukan
Kawasan Hutan Batang Toru dikelilingi permukiman yang pada umumnya
sudah lama dihuni. Bahkan ada beberapa permukiman yang tidak tercantumdalam
peta rupa bumi skala 1:50000 yangditerbitkan oleh Badan Koordinasi Survey dan
Pemetaan Nasional (Bakosurtanal) seperti Haramunting, Hutaraja dan Tapian
Nauli di sebelah barat dan Hutapasir di bagian timur, padahal menurut informasi
lisan dari masyarakat setempat pemukiman tersebut sudah dihuni selama puluhan
bahkan ratusan tahun. Menurut Fredriksson dan Usher (2007), ancaman bagi
kelestarian KHBT secara umum berupa :
a. Pembalakan
Sebagian besar kawasan diklasifikasikan sebagai hutan produksi dan Izin
HPH dipegang oleh PT. Teluk Nauli. Pada akhir tahun 90-an perusahaan
perkayuan tersebut telah mendorong jalan akses yang masuk ke wilayah
sepanjang lebih dari 30 km. Jalan logging tersebut diawali dari kampung
Sukaramai pada jalan Pandan-Batang Toru, menuju ke arah utara kemudian
membelok ke arah barat (di sebelah utara Hutan Lindung Register 13). Menurut
informasi mantan pegawai perusahaan logging tersebut aktifitas logging dilakukan
hingga tahun 2003. Pengamatan di lapangan menunjukkan bahwa kayu komersil
berukuran besar telah ditebang sepanjang jalan logging dan jalan cabang sampai
dengan km 30, tetapi belum ada kegiatan logging signifikan di beberapa cabang
yang telah didorong ke arah barat. PT. Teluk Nauli telah menghentikan kegiatan
penebangan sejak tahun 2003, jalan logging dan beberapa fasilitas seperti
bangunan pegawai sudah tidak dirawat dan tidak layak dipakai lagi.
b. Perambahan
Analisis citra satelit menunjukkan bahwa perambahan untuk membuka
lahan pertanian baru dilakukan pada beberapa tempat di dalam maupun sekitar
kawasan. Bagian barat dan selatan KHBTB mengalami tekanan dari masyarakat

7

Tapanuli Tengah dan Tapanuli Selatan, yang umumnya dilakukan oleh warga
Etnis Nias.
c. Perburuan
Terdapat keterangan lisan bahwa masyarakat sekitar melakukan berbagai
tipe perburuan di dalam kawasan. Gua Liang sering dikunjungi masyarakat dari
Haramonting dan Tapian Nauli untuk berburu kelelawar dan juga mengambil
ikan. Sedangkan masyarakat dari selatan Blok Barat, yaitu masyarakat Sialogo
juga sering datang untuk sering mengambil ikan dari sungai-sungai di dalam
kawasan hutan (seperti Aek Marulak) dengan memancing bahkan ada
kemungkinan menggunakan racun ikan. Selain itu, ancaman perburuan tidak
terbatas pada ikan, namun juga terdapat aktivitas perburuan kelelawar dan
perburuan burung-burung menarik seperti poksai.

3 METODE PENELITIAN
Lokasi dan Waktu
Lokasi penelitian berada di Stasiun Riset Yayasan Ekosistem LestariProgram Konservasi Orangutan Sumatera di Kawasan Hutan Batang Toru
(KHBT) selama Bulan Oktober 2013 sampai dengan Bulan Februari 2014. Lokasi
stasiun riset terletak di Kabupaten Tapanuli Utara dengan luas kawasan sekitar 12
km2 dengan total panjang transek lebih dari 30 km (Gambar 3). Stasiun riset
berada pada ketinggian yang bervariasi antara 850-1,100 mdpl (Khakim 2010).

Gambar 3Peta Stasiun Riset Yayasan Ekosistem Lestari-Program Konservasi
Orangutan Sumatera

8

Alat dan Obyek Penelitian
Alat yang digunakan selama penelitian yaitu, satu unit binokuler 8x42, satu
unit GPS Garmin 60 Map, kamera digital, jam tangan digital, piranti lunak SPSS
16 for windows dan ArcMap 10.1, Alat tulis, kertas koran untuk spesimen
tumbuhan pakan yang belum teridentifikasi, dan data sheet. Obyek penelitian
adalah orangutan dan vegetasi yang menjadi komponen habitat orangutan.

Data yang Dikumpulkan
a. Data Primer
Data primer yang diambil meliputi :
1. Jenis pakan aktual yang dimakan selama mengikuti individu fokal maupun
individu lain.
2. Data dari plot pengamatan fenologi selama penelitian.
3. Perilaku makan orangutan jantan dan betina, meliputi bagian pakan yang
diambil, waktu masuk dan keluar pohon pakan, lama waktu menghabiskan
pakan.
b. Data Sekunder
Data sekunder meliputi data cuaca, data perilaku periode sebelumnya, daftar
jenis pakan orangutan, peta digital KHBT, thesis, disertasi, dan jurnal-jurnal
ilmiah.

Metode Pengumpulan Data
Data primer diperoleh dari observasi secara langsung di lokasi penelitian.
Pengumpulan data perilaku makan dilakukan dengan focal animal sampling dan
secara ad libitum (Altmann 1974). Data perilaku dicatat sesuai dengan standarisasi
San Anselmo (Morogh-Bernard dan McLardy 2002), dengan mengikuti individu
orangutan dari sarang pagi hingga sarang malam, dengan interval pencatatan tiap
2 menit (Martin dan Bateson 1993) dan bila memungkinkan terhadap individu lain
yang dijumpai selama penelitian berlangsung (di Fiore 2004). Sampai dengan saat
ini terdapat 17 individu yang telah teridentifikasi. Namun demikian hanya 7
individu yang telah terhabituasi, dengan susunan betina dewasa dengan anak 1
individu, betina dewasa tanpa anak 1 individu, jantan dewasa 2 individu, remaja
jantan 1 individu, dan remaja betina 1 individu.
Pengambilan data kecepatan makan rata-rata (feeding rate) diacu dari
penelitian Rothman (2006), di mana perhitungan dimulai ketika satwa melakukan
kontak pertama sampai berakhir dengan item pakan, sedangkan sesi berikutnya
diambil dengan selisih 10 detik dari sesi sebelumnya. Untuk mendapatkan data
potensi dan ketersediaan pakan, dilakukan dengan fenologi (Wich et al. 2006;
protokol berdasarkan Zweifel 2011). Plot fenologi yang terdapat di Stasiun Riset
Batang Toru terdiri dari 15 plot pengamatan dan masing-masing 5 plot untuk
mewakili tiga tipe hutan, yaitu 5 plot hutan low land forest, 5 plot untuk hutan low
mixed Dipterocarp forest, dan 5 plot yang mewakili heath forest. Pohon-pohon
fenologi telah diidentifikasi oleh Botanis dari Universitas Sriwijaya pada bulan
November 2009. Pohon-pohon yang masuk dalam monitoring fenologi adalah

9

pohon dengan diameter setinggi dada (DBH) ≥ 10 cm. Ukuran plot fenologi
adalah 100 m panjang melintas sepanjang transek dengan lebar kiri kanan 5 m
(Khakim 2010).
Untuk memperoleh jelajah harian, titik pergerakan orangutan diambil
dengan menggunakan GPS dengan interval pengambilan waypoints adalah tiap 15
menit. Data sekunder diperoleh dari studi literatur dan informasi yang diperoleh
dari pihak pengelola.

Analisis Data
Analisis data untuk potensi pakan berdasarkan plot fenologi adalah dengan
menghitung Indeks Ketersedian Pakan (IKP). Indeks diperoleh dengan
menghitung jumlah pohon yang memiliki daun muda, berbuah dan berbunga
dibandingkan dengan total pohon dalam keseluruhan plot. Secara matematis
dirumuskan sebagai berikut (Sumatran Orangutan Conservation Programme
2013).

IKPbuah

:

IKPbunga

:

IKPdaun muda

:

 

 
 

 

 
 

 

 
 

 

 
 

 

 
 

   

   
   

 

 
 

  

  
  

x100%
x100%
x100%

Untuk membandingkan pola perilaku antara orangutan jantan dewasa
dengan betina dewasa, serta jantan remaja dengan betina remaja menggunakan
ujikhi kuadrat (χ²) untuk kebebasandengan bantuan perangkat lunak SPSS
16.0.Daya jelajah harian akan dipetakkan dengan bantuan perangkat
lunakArcMap 10.1, sehingga dapat dikalkulasikan daya jelajah harian orangutan
jantan maupun betina dalam rangka ramban (foraging). Data yang digunakan
untuk dipetakan adalah data yang diikuti sejak pagi individu fokal bangun dari
sarang hingga tidur di sarang malam.

4 HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil
Individu Orangutan
Hutan Batang Toru memiliki sejarah perburuan di masa lalu, sehingga
seringkali sulit untuk bisa menjumpai satwa. Begitu pula dengan orangutan, yang
seringkali terlihat stres saat diikuti. Hal ini ditandai dengan perilaku bersuara
berupa kiss squeak dan mematahkan ranting, serta menggoyangkan tajuk. Selama
penelitian terhitung 113 perjumpaan dengan orangutan dengan total mengikuti
individu fokal selama 96624 menit. Dari 17 individu yang telah diidentifikasi,
terdapat 7 individu fokal yang paling sering diikuti (Tabel 1; Gambar 4). Tujuh

10

individu fokal tersebut merupakan orangutan yang telah terhabituasi dengan
pengamat, sehingga perilaku saat diikuti adalah perilaku normal.
Tabel 1Individu fokal yang paling sering dijumpai/diikuti
No Nama Fokal Jenis Kelamin Kelas Umur Keterangan
1 Togos
Jantan
Dewasa
Memiliki bantalan pipi
2 Gilang
Jantan
Dewasa
Belum memiliki bantalan pipi
3 Indah
Betina
Dewasa
4 Beta
Betina
Dewasa
Memiliki anak (Beti)
5 Uli
Betina
Remaja
6 Ipang
Jantan
Remaja
Anak remaja Indah
7 Beti
Betina
Anak
Anak Beta
Selama penelitian dijumpai 11 individu yang berbeda. Beta dan Beti
merupakan individu yang paling sering diikuti selama penelitian. Walaupun
terdapat beberapa orangutan betina yang masih semi habituasi, antara lain Riti,
Tiur, Cemara. Sedangkan pada kelas anak, hanya Cakra (anak Cemara) yang
dikenali. Orangutan yang masih semi habituasi masih sering terlihat stres saat
diikuti. Selama penelitian tidak dijumpai jantan dari kelas umur anak.

11

©Tim
Laman/NG

Togos

Gilang

Indah

Beta

Uli

Ipang

Beti

Gambar 4 Gambar jantan dewasa berbantalan pipi (Togos), jantan dewasa tak
berbantalan pipi (Gilang), betina dewasa Indah dan Beta, betina
remaja Uli, jantan remaja Ipang, dan Beti, betina anak yang masih
bergerak bersama Beta

12

Potensi Pakan
Data pakan orangutan telah dikumpulkan sejak tahun 2008 sampai dengan
saat ini. Total telah tercatat 90 jenis pakan orangutan, namun masih ada
kemungkinan penambahan jenis. Pakan meliputi buah, bunga, daun, daun muda,
kulit kayu, serangga, umbut, liana, dan pakan lain seperti tanah. Selama penelitian
jenis pohon yang paling sering dimakan dalam waktu yang cukup lama di setiap
bulannya. Selama melakukan penelitian ada 46 jenis pakan yang dimakan
orangutan.
Tabel 2

Jenis-jenis pakan yang memiliki proporsi waktu dimakan tertinggi di
setiap bulan (N=113 individu orangutan)

Januari
Februari
Maret
April
Mei

Proporsi
(%)
53.45
16.07
35.31
32.51
23.60

Juni

14.35

Agatis

Agathis borneensis

Juli*

42.81

Jambu carallia

Carallia eugenioidea

Agustus*

29.42

Agatis

Agathis borneensis

September*

11.30

Terentang

Campnosperma auriculatum

Oktober

30.65

Terentang

Campnosperma auriculatum

November

13.74

Agatis

Agathis borneensis

Desember

15.46

Sampinur tali

Dacrydium beccarii

Bulan

Nama Lokal

Nama Ilmiah

Sampinur tali
Sampinur tali
Mayang susu
Terentang
Agatis

Dacrydium beccarii
Dacrydium beccarii
Palaquium rostratum
Campnosperma auriculatum
Agathis borneensis

Keterangan : * Sumber data : Sumatran Orangutan Conservation Programme (2013)

Sampinur tali berbuah cukup serentak di bulan Desember, dengan
puncaknya di bulan Januari dan menurun kembali di bulan Februari. Mayang susu
merupakan keluarga Sapotaceae yang dimakan buah, bunga, daun, serta kulit
kayu. Pohon agatis selalu berbunga dan berbuah sepanjang tahun. Pohon terentang
teramati berbuah di bulan Maret, September dan November. Selama penelitian,
jenis pakan yang dimakan dalam jumlah besar adalah agatis, sampinur tali, bunga
mayang susu, dan buah terentang (Gambar 5).

13

Gambar 5 Buah agatis (kiri atas), buah sampinur tali (kanan atas dengan
lingkaran merah, bunga mayang susu (kiri tengah)
Dari total 90 jenis yang sudah tercatat sebagai pakan orangutan di Batang
Toru, selama penelitian diperoleh 46 jenis pakan orangutan, Pakan terdiri dari
buah, bunga, daun, bagian tubuh serangga, umbut, kulit kayu, dan umbi. Daftar
pakan yang diperoleh selama penelitian dijelaskan pada Tabel 3.
Tabel 3
No

Daftar jenis pakan orangutan (N=113 individu) yang tercatat selama
penelitian

Nama Lokal

Nama Ilmiah

Bagian yang
Dimakan
Buah
Buah
Buah

Kecepatan makan ratarata
1 menit 26 detik
9 detik
12 detik

1
2
3

Agatis
Langsat
-

Agathis borneensis
Aglaia tomentosa
Alseodaphne intermedia

4
5

Nangka-nangkaan
Terentang

6
7
8

Barangan
Sampinur tali
-

9
10

Kayu arang
-

Arthocarpus sp.
Campnosperma
auriculatum
Castanopsis argentata
Dacrydium beccarii
Dacryodes rostrata
Diospyros sp.
Endiandra rubescens

Buah
Buah

45 detik
13 detik

Buah
Buah
Kulit kayu
Daun
Buah

23 detik
23 detik
1 menit 14 detik
33 detik
17 detik

11
12

Anggrek
Epifit

Orchidae
-

Daun
Daun

14 detik
-

13
14

Ara
-

Ficus sp.
Freycinetia sp.
Garcinia hombroniana

Buah
Umbut
Buah

23 detik
29 detik
21 detik

15

Kandis

14

No

Nama Lokal

Nama Ilmiah

Bagian yang
Dimakan
Daun muda
Daun muda
Buah
Daun

Kecepatan makan ratarata
30 detik
28 detik
16 detik
21 detik

16
17
18
19

Medang kunyit
Kempas
Lalap

Girroniera subaequalis
Girronierra parvifolia
Koompasia malaccensis
-

20
21

Liana
Liana daun besar

-

Umbut
Buah

60 detik
1 menit 59 detik

22
23
24
25

Liana daun jari
tiga
Liana kantong
Liana mangkok
Liana melinjo

-

Daun

28 detik

-

Lainnya
Umbi
Buah

49 detik

26
27

Hoting
-

Lithocarpus sp.
Madhuca kunstleri

Buah
Buah
Buah.
bunga.
kulit kayu

Umbut
Buah
Buah
Buah
Bagian tubuh
Bagian tubuh

32 detik
23 detik
17 detik (buah), 12
detik (bunga). 1 menit
2 detik (kulit kayu)
39 detik
20 detik (buah), 13
detik (bunga), 1 menit
38 detik (kulit kayu)
5 menit 3 detik
40 detik
2 menit 24 detik
23 detik
38 detik
1 menit 51 detik

28

Mayang merah

Madhuca laurifolia

29
30

Darah-darah
Mayang susu

Myristica inners
Palaquium rostratum

Buah
Buah dan bunga

31
32

Attunu
Petai hutan

33
34

Baja-baja

35
36

Rayap
Semut

Pandanus tectorius
Parkia sp.
Porterandia anisophylla
Pternandra tuberculata
Dicuspiditermes
-

37
38

Ulat
-

Stemonurus malaccensis

Bagian tubuh
Buah

13 detik
14 detik

39

-

Stemonurus umbellata

Buah dan bunga

40
41

Jambu-jambu
Jambu-jambu

Syzigium garcinifolia
Syzigium napiformis

Buah
Daun muda

19 detik (buah), 14
detik (bunga)
33 detik
30 detik

42
43

Jambu-jambu
Jambu-jambu

Syzigium sp 36.
Syzigium sp.

Buah
Buah

17 detik
17 detik

44
45

Tanah
Malaka

Tetramerista glabra

Buah

2 menit 1 detik
30 detik

46

Gitan

Willughbeia cf

Buah

2 menit 9 detik

Berdasarkan Tabel 3, dapat dilihat bahwa orangutan juga memakan buah
dari tumbuhan liana. Bahkan jenis anggrek juga dimakan pada bagian daunnya.
Dari kelompok insekta, tercatat orangutan mengonsumsi rayap, semut dan ulat.
Orangutan juga memakan tanah, di mana tanah kaya akan kandungan mineral.
Selain pengamatan pakan yang secara langsung dimakan oleh orangutan.
data ketersediaan pakan setiap bulan diperoleh melalui fenologi. Total pohon di
seluruh plot fenologi adalah 1492 pohon. di antaranya terdapat 239 jenis pohon
diidentifikasi. Hasil fenologi dijelaskan pada Gambar 6.

15

100
90
80

% Produktivitas

70
60
50
40
30
20
10

Daun muda

Bunga

Jun-14

May-14

Apr-14

Mar-14

Feb-14

Jan-14

Dec-13

Nov-13

Oct-13

Sep-13

Aug-13

Jul-13

Jun-13

May-13

Apr-13

Mar-13

Feb-13

Jan-13

0

Buah

Gambar 6Hasil monitoring pada plot fenologi
Berdasarkan hasil fenologi, ketersediaan buah sebagai penyusun pakan
terbesar orangutan selalu ada sepanjang tahun. Ketersediaan buah tertinggi terjadi
di bulan Desember, sedangkan ketersediaan buah terendah berada di bulan Maret.
Nilai ketersediaan pakan berupa daun muda, buah, dan bunga dijelaskan dalam
Tabel 4.
Tabel 4

Nilai ketersediaan daun muda. buah. dan bunga sepanjang tahun
berdasarkan seluruh plot fenologi (N=1492)
Bagian
Nilai Min (%) Nilai Maks (%) Rerata (%)
Simp. Baku
(%)
Daun Muda
51.60
65.07
47.61
3.96
Buah
6.31
14.41
10.81
2.57
Bunga
3.69
13.73
7.49
2.10

Perilaku Orangutan
Hasil pengamatan terhadap tiga kelas umur betina menunjukkan bahwa
proporsi makan berkisar antara 65%-67%. Proporsi perilaku sosial dan bersuara
menempati proporsi terkecil selama penelitian. Betina dewasa memiliki proporsi
tertinggi dalam waktu makannya. Juvenil memiliki proporsi berpindah yang lebih
tinggi dibanding dua kelas umur lainnya. Oleh karena itu proporsi istirahat
bernilai paling kecil. Perilaku sosial berupa berkutu-kutuan (grooming) masuk
dalam perilaku sosial, namun proporsi selama penelitian sangat kecil. Betina anak.
masih sering teramati menyusu pada Beta. Secara keseluruhan perilaku orangutan
betina dewasa, orangutan betina remaja, dan orangutan anak dijelaskan dalam
Gambar 7.

16

Gambar 7 Proporsi aktivitas betina dari tiga kelas umur (dewasa, remaja, dan
anak)
Selama penelitian tidak dijumpai individu fokal anak jantan. Jantan dewasa
memiliki proporsi makan (60%) yang lebih tinggi dibanding dengan jantan remaja
(57%). Hal ini berbeda dengan betina dewasa yang lebih banyak waktu makannya.
Namun demikian jantan dewasa lebih tinggi proporsi berpindah dan istirahat.
Vokalisasi lebih sering ketika mengeluarkan panggilan panjang (long call).
Proporsi perilaku jantan dewasa dan jantan remaja dipaparkan dalam Gambar 8.

Gambar 8Proporsi aktivitas jantan dewasa (kiri) dan remaja (kanan)
Saat makan posisi orangutan adalah duduk, menggantung, dan dengan
berdiri. Hasil pengamatan terhadap posisi saat makan adalah dengan proporsi
tertinggi, yaitu sebesar 76.42% makan dengan cara duduk. Posisi makan
selanjutnya dengan menggantung sebesar 20.17%, dan dengan cara berdiri sebesar
3.41% (n=352). Tidak ada perbedaan perilaku yang nyata antara betina dewasa
dengan jantan dewasa (χ² =8.713; p-value = 0.190; α = 0.05). Begitu juga dengan
perilaku betina remaja dan jantan remaja yang menunjukkan tidak ada perbedaan
perilaku nyata (χ²= 4.284; p-value = 0.369; α = 0.05).

17

Proporsi Jenis Pakan
Buah menempati proporsi jenis pakan tertinggi. Jenis umbut yang dimakan
paling sering adalah Freycinetia sp. dan jenis Pandanus tectorius. Orangutan di
Batang Toru terlihat menganti pakannya menjadi umbut, daun muda dan bunga
saat buah tidak melimpah jumlahnya. Untuk melihat komposisi pakan orangutan
berdasarkan persentase makan diuraikan pada Gambar 9.
80

71.06

70
Jumlah (%)

60
50
40
30
20

11.72

10

7.85

2.82

2.79

2.06

1.71

Daun

Insekta

Kulit
kayu

Lain-lain

0
Buah

Umbut

Bunga

Jenis Pakan

Gambar 9Komposisi pakan berdasarkan persentase makan

Jumlah (%)

Komposisi pakan orangutan setiap bulan, terlihat fluktuatif. Mulai saat
ketersediaan buah melimpah hingga ketersediaan buah terbatas, sehingga
orangutan akan mengubah komposisi pakannya saat kelangkaan buah. Proporsi
komposisi pakan orangutan per bulan dijelaskan dalam Gambar 10.
100
90
80
70
60
50
40
30
20
10
0
Jan

Feb Mar Apr Mei Jun

Jul Agust Sept Okt Nov Des

Bulan
Serangga

Kulit Kayu

Daun

Umbut

Bunga

Buah

Gambar 10 Proporsi makan orangutan Batang Toru selama bulan Januari 2013
sampai dengan bulan Juni 2014
Berdasarkan Gambar 10, puncak orangutan memakan buah terjadi pada
bulan Januari. Pada bulan Januari, pakan yang memiliki frekuensi dimakan
tertinggi adalah buah sampinur tali. Sampinur tali terlihat berbuah di bulan

18

Desember 2013 dan mencapai puncak berbuah di bulan Januari 2014. Proporsi
memakan buah turun berangsur-angsur hingga mencapai titik terendah di bulan
Maret. Namun demikian, orangutan mengganti pakannya dengan bunga. Hal ini
disebabkan pada bulan Maret, bunga dari pohon mayang susu mengalami puncak
pembungaan. Saat bunga mayang susu cukup tinggi di bulan Maret, terjadi
konsumsi ulat yang menempel di daun mayang susu. Hal ini dapat ditunjukkan
dengan adanya nilai tertinggi proporsi pakan berupa insekta (ulat) di bulan Maret
2014.
Komposisi pakan orangutan terbesar adalah buah, umbut, dan bunga.
Ketersediaan buah ada pengaruh positif terhadap proporsi orangutan makan buah
dan bunga. Saat ketersediaan buah tidak ada orangutan akan cenderung menggeser
pakannya menjadi daun, kulit kayu, serangga dan umbut sebagai stategi bertahan
hidup. Namun umbut dan kulit kayu merupakan pilihan yang kuat saat
ketersediaan buah tidak mencukupi. Selama penelitian juga tercatat orangutan
juga memakan serangga berupa ulat dan rayap. Korelasi antara ketersediaan pakan
dengan proporsi pakan buah. bunga. daun. umbut. kulit kayu dan serangga
dipaparkan dalam Gambar 11.

Gambar 11 Korelasi antara ketersediaan buah dengan persentase memakan buah,
bunga, daun, umbut, kulit kayu. dan serangga

19

Saat ketersediaan buah tinggi, orangutan cenderung responsif terhadap
ketersediaaan buah, walaupun tidak begitu signifikan (r=0.25). Saat ketersediaan
buah terbatas, orangutan terlihat mengganti pakannya dengan daun, umbut, dan
kulit kayu. Saat tersedia buah, orangutan juga memilih pakan serangga dalam
jumlah kecil sebagai upaya memnuhi kebutuhan protein.

Tumpang Tindih Jenis Pakan
Selama penelitian tercatat ada 46 jenis pakan yang dimakan. Dari semua
jenis pakan orangutan yang teramati. terdapat tumpang tindih jenis pakan yang
digunakan. Berdasarkan pengamatan tingginya irisan antara dewasa dengan anak
adalah karena anak cenderung melihat pakan yang dimakan oleh orangutan
dewasa. khususnya yang dimakan oleh induknya. Begitu juga interaksi yang lebih
tinggi antara induk dewasa dengan anaknya. Besarnya tumpang tindih (%)
penggunaan jenis pakan dijelaskan dalam Gambar 12.

Dewasa

62.86
Remaja

91.43
Anak

Gambar 12 Tumpang tindih dalam persen (%) penggunaan item pakan antar
kelas umur

Penggunaan Ruang Vertikal oleh Orangutan Berdasarkan Kelas Umur
Berdasarkan data plot vegetasi, tinggi rata-rata pohon di Hutan Batang Toru
adalah 18.24±8.12 m dengan diameter setinggi dada rata-rata 22.05±15.23 cm.
Walaupun pohon agatis di luar plot fenologi dapat mencapai tinggi sekitar 35 m.
Persentase penggunaan ruang vertikal yang terbesar adalah berada di ketinggian
antara 16-25 m. Pada ketinggian 16-25 m ketersediaan pakan cukup tinggi,
khususnya buah-buahan serta umbut. Penggunaan ruang pada ketinggian antara 610 m lebih sering saaat orangutan mengonsumsi daun muda Girronierra
subaequalis. Orangutan Batang Toru, rata-rata berada di posisi 72.00-82.14% dari
permukaan tanah (Gambar 13). Artinya orangutan lebih aktif di ruang tajuk
bagian tengah. Sekali tercatat orangutan, yaitu Beta turun ke tanah, karena

20

terputusnya strata tajuk akibat pohon tumbang. Secara lengkap penggunaan ruang
vertikal oleh orangutan Sumatera dijelaskan dalam Gambar 14.

Gambar 13 Gambar penggunaan ruang vertikal (garis putus-putus) oleh
orangutan di Batang Toru

Gambar 14 Penggunaan ruang vertikal oleh orangutan dalam beraktivitas

Jelajah harian Orangutan Sumatera
Pola jelajah orangutan di Batang Toru lebih terkonsentrasi di tengah lokasi
studi. Hal ini karena ketersediaan buah di daerah tersebut cukup tinggi. Dari
analisis fenologi serta pengamatan di lapangan. juga diperoleh tingginya nilai
ketersediaan pakan di areal tengah. Frekuensi perjumpaan dengan jantan tidak
sesering perjumpaan dengan betina. Demikian juga seringkali saaat mengikuti.
peneliti kehilangan jejak. sehingga hanya jelajah harian yang dimulai dari pagi
hingga sarang malam yang dipetakan. Berdasarkan peta di atas, areal jelajah
jantan terlihat tidak berdekatan, hal ini karena jantan belum berbantalan pipi
(Gilang) cenderung menghindari perjumpaan langsung maupun waspada saat
berdekatan dengan jantan berbantalan pipi (Togos). Togos sering mengeluarkan
suara long call sebagai tanda keberadaannya untuk mengusir jantan lain. Indah

21

dan Beta merupakan individu fokal yang paling sering dijumpai di lokasi studi.
Beta adalah betina yang selalu bergerak bersama Beti (Gambar 13), anak belum
berpisah dan sesekali sering terlihat menyusu. Indah adalah betina dewasa yang
berjalan sendiri, walaupun sering terlihat bergerak bersama Ipang. Jelajah harian
individu fokal lainnya ditampilkan dalam lampiran.

Gambar 145

Jelajah harian Beta dan Beti yang dimulaidari pagi saat bangun
sampai tidur di sarang malam (n=5 hari)
Uli dan Ipang memiliki jelajah yang cukup bervariasi walaupun masih
berada di areal tengah lokasi studi. Ipang adalah jantan remaja anak Indah.
Beberapa kali saat mengikuti indah. peneliti menjumpai Ipang di belakang Indah.

22

Selama penelitian tercatat Uli pernah sekali bermain dengan remaja lainnya.
Jelajah Beti sama dengan jelajah Bet

Dokumen yang terkait

Perilaku Makan Orangutan Sumatera (Pongo abelii Lesson, 1827) Di Stasiun Penelitian Hutan Batang Toru Bagian Barat Tapanuli Utara

1 45 85

Sebaran Pohon Pakan Orangutan Sumatera (Pongo abelii. Lesson,1827.) Menggunakan Aplikasi Sistem Informasi Geografis

5 53 57

Preferensi Habitat Bersarang Orangutan Sumatera (Pongo abelii Lesson, 1827) di Kawasan Hutan Batang Toru Kabupaten Tapanuli Utara – Sumatera Utara

0 24 70

Karakteristik Pohon Tempat Bersarang Orangutan Sumatera (Pongo abelii Lesson, 1827) di Kawasan Hutan Batang Toru, Kabupaten Tapanuli Utara – Sumatera Utara

3 20 93

Preferensi dan Kandungan Nutrisi Pakan Orangutan Sumatera (Pongo abelii Lesson, 1827) di Stasiun Penelitian Hutan Lindung Batang Toru, Tapanuli Tengah, Sumatera Utara

0 4 136

Kajian habitat dan estimasi populasi orangutan sumatera (Pongo abelii Lesson, 1872) di kawasan Hutan Toru, Sumatera Utara

0 4 154

Perilaku Makan Orangutan Sumatera (Pongo abelii Lesson, 1827) Di Stasiun Penelitian Hutan Batang Toru Bagian Barat Tapanuli Utara

0 0 15

Perilaku Makan Orangutan Sumatera (Pongo abelii Lesson, 1827) Di Stasiun Penelitian Hutan Batang Toru Bagian Barat Tapanuli Utara

0 0 6

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Taksonomi Orangutan - Perilaku Makan Orangutan Sumatera (Pongo abelii Lesson, 1827) Di Stasiun Penelitian Hutan Batang Toru Bagian Barat Tapanuli Utara

0 0 12

PERILAKU MAKAN ORANGUTAN SUMATERA (Pongo abelii Lesson, 1827) DI STASIUN PENELITIAN HUTAN BATANG TORU BAGIAN BARAT TAPANULI UTARA SKRIPSI

0 1 13