Studi Morfometrik Perna Viridis Linnaeus 1758 di Muara Angke dan Pelabuhanratu

STUDI MORFOMETRIK Perna viridis Linneaus 1758
DI MUARA ANGKE DAN PELABUHANRATU

TITAN BUDI SETYAWAN

DEPARTEMEN ILMU DAN TEKNOLOGI KELAUTAN
FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2015

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA*
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi Studi Morfometrik Perna viridis
Linneaus 1758 di Muara Angke dan Pelabuhanratu adalah benar karya saya
dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun
kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip
dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah
disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir
skripsi ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut

Pertanian Bogor.
Bogor, Februari 2015
Titan Budi Setyawan
NIM C54090033

ABSTRAK
TITAN BUDI SETYAWAN. Studi Morfometrik Perna viridis Linneaus 1758 di
Muara Angke dan Pelabuhanratu. dibimbing oleh NEVIATY PUTRI ZAMANI.
Perairan di Utara Jakarta merupakan perairan yang tercemar. Pencemaran
ini memengaruhi kehidupan biota yang hidup di perairan tersebut. Salah satu biota
yang hidup di perairan tersebut adalah kerang hijau (Perna viridis). Pertumbuhan
kerang hijau dipengaruhi oleh beberapa faktor, termasuk faktor lingkungan.
Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari dan membandingkan morfometrik
kerang hijau yang berasal dari perairan yang tercemar (Muara Angke) dan
perairan yang kurang tercemar (Pelabuhanratu). Metode yang digunakan adalah
dengan menggunakan metode analisis grafik untuk melihat hubungan antar
parameter yang diukur. Hasil yang diperoleh adalah terdapat perbedaan
morfometrik yang terlihat nyata pada panjang cangkang dengan panjang rata-rata
cangkang untuk Muara Angke dan Pelabuhanratu sebesar 54.14 mm dan 49.94
mm, lebar cangkang dengan lebar cangkang rata-rata untuk Muara Angke dan

Pelabuhanratu sebesar 25.86 mm dan 24.77 mm, tebal umbo dengan tebal umbo
rata-rata untuk Muara Angke dan Pelabuhanratu sebesar 17.5 mm dan 14.74 mm,
berat cangkang dengan berat cangkang rata-rata untuk Muara Angke dan
Pelabuhanratu sebesar 4.78 g dan 3.52 g, rasio panjang cangkang dan berat
cangkang untuk Muara Angke dan pelabuhanratu sebesar 13.28 dan 15.41, rasio
panjang cangkang dan lebar cangkang dengan rata-rata rasio untuk Muara Angke
dan pelabuhanratu sebesar 2.11 dan 2.02 , rasio panjang cangkang dan tebal umbo
dengan rata-rata rasio untuk Muara Angke dan Pelabuhanratu sebesar 3.33 dan
3.4, rasio lebar cangkang dan tebal umbo dengan rata-rata rasio untuk Muara
Angke dan Pelabuhanratu sebesar 1.59 dan 1.7 serta nilai indeks kondisi Perna
viridis dengan indeks rata-rata untuk Muara Angke dan Pelabuhanratu sebesar
12.14 dan 12.98.
Kata kunci:

Kerang hijau (Perna viridis),
pertumbuhan, Muara Angke

morfometrik,

Pelabuhanratu,


ABSTRACT
TITAN BUDI SETYAWAN. Morphometric Study of Perna viridis Linneaus
1758 in Muara Angke and Pelabuhanratu. supervised by NEVIATY PUTRI
ZAMANI.
The water in North Jakarta is polluted water. This pollution affect the life of
biotic in the water. Green mussel (Perna viridis) is one species that can live in that
polluted water. Environment affect green mussel’s growth. The objective of
present study is to compare the growth pattern and morphometric of Perna viridis
in polluted area (Muara Angke) and less polluted area (Pelabuhanratu). This study
used graphic analyse method to see the connection between each parameter. The
results of this study proves there is morphometric difference in shell length with
average for Muara Angke and Pelabuhanratu with value 54.14 mm and 49.94 mm,
shell width with average for Muara Angke and Pelabuhanratu with value 25.86

mm and 24.77 mm , shell height with average for Muara Angke and
Pelabuhanratu with value 17.5 mm and 14.74 mm , shell weight with average for
Muara Angke and Pelabuhanratu with value 4.78 g and 3.52 g , shell length and
shell weight ratio with average for Muara Angke and Pelabuhanratu with value
13.28 and 15.41 , shell length and shell width ratio with average for Muara Angke

and Pelabuhanratu with value 2.11 and 2.02 , shell length and shell height ratio
with average for Muara Angke and Pelabuhanratu with value 3.33 and 3.4, shell
width and shell height ratio with average for Muara Angke and Pelabuhanratu
with value 1.59 and 1.7, and condition index of Perna viridis with average for
Muara Angke and Pelabuhanratu with value 12.14 and 12.98.
Keywords: Green mussels (Perna viridis), growth, morphometric, Pelabuhanratu,
Muara Angke

STUDI MORFOMETRIK Perna viridis Linneaus 1758
DI MUARA ANGKE DAN PELABUHANRATU

TITAN BUDI SETYAWAN

Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Ilmu Kelautan
pada
Departemen Ilmu dan Teknologi Kelautan

DEPARTEMEN ILMU DAN TEKNOLOGI KELAUTAN

FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2015

Judul Skripsi
Nama
NIM

Studi Morfometrik Perna Viridis Linnaeus 1758 di Muara
Angke dan Pelabuhanratu
: Titan Budi Setyawan
: C54090033

:

Disetujui oleh

Dr Ir Neviaty Putri Zamani MSc
Pembimbing


Diketahui oleh

Dr Ir Wayan Nurjaya, MSc
Ketua Departemen

Tanggal Lulus:

PRAKATA
Puji dan syukur penulis hadiratkan kepada Allah SWT yang telah
memberikan rahmat dan hidayah-Nya sehingga skripsi dengan judul “Studi
morfometrik Perna viridis Linnaeus 1758 di Muara Angke dan Pelabuhanratu”
dapat diselesaikan. Skripsi disusun untuk memenuhi persyaratan untuk
menyelesaikan studi di Departemen Ilmu dan Teknologi Kelautan, Institut
Pertanian Bogor.
Ucapan terima kasih juga penulis sampaikan kepada :
1.
2.
3.
4.


Kedua orang tua beserta seluruh keluarga untuk doa dan dukungannya
Ibu Dr. Ir. Neviaty Putri Zamani M.Sc selaku dosen pembimbing.
Ibu Puji yang memberi wejangan di saat saya nge-down.
Uwa Budi dan Uwa Lilis yang telah memberi semangat dan membantu
mengerjakan skripsi.
5. Dyah Hafida Laksmi yang selalu membantu dan menyemangati dari awal
pengerjaan skripsi
6. Pii, Bubu, Kaka, Ruru, Acrodia, Animarelix, Blackqnight, Janggofett,
Eng, Dedi, Ismet, dan semua teman yang telah membantu.
7. Teman-teman crazier ITK 46 yang telah mendukung sejauh ini.
8. Mba Yayoi, Mba Ani, dan Mba Elli yang membantu di penelitian.
9. Bapak nelayan dari Muara Angke dan Pelabuhan Ratu.
10. Semua pihak yang telah membantu dalam penyelesaian karya ilmiah ini
Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.

Bogor, Februari 2015

Titan Budi Setyawan


DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL

vi

DAFTAR GAMBAR

vi

DAFTAR LAMPIRAN

vi

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Tujuan Penelitian

1
1
2


METODE
Waktu dan Lokasi Penelitian
Alat dan Bahan
Prosedur Penelitian
Prosedur Analisis Data
Uji Statistika
Hubungan Morfometrik
Rasio Morfometrik

2
2
2
2
3
3
3
4

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil
Hubungan Panjang Cangkang dengan Berat Cangkang
Hubungan Lebar Cangkang dengan Berat Cangkang
Hubungan Tebal Umbo Cangkang dengan Berat Cangkang
Rasio Panjang Cangkang dan Lebar Cangkang
Rasio Panjang Cangkang dan Tebal Umbo
Rasio Lebar Cangkang dan Tebal Umbo
Indeks Kondisi Kerang Hijau
Data Sekunder Kualitas Perairan
Pembahasan

6
6
9
11
13
14
15
16
17

18
19

SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
Saran

20
20
21

DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

21
23

DAFTAR TABEL
1 Rata-rata beberapa morfometrik dan rasio Perna viridis dari Muara
Angke dan Pelabuhanratu
2 Nilai R2 dan persamaan model pertambahan panjang cangkang dan
pertambahan berat cangkang kerang hijau dengan beberapa
pengelompokan berdasarkan ukuran.
3 Nilai R2 dan persamaan model pertambahan lebar cangkang dan
pertambahan berat cangkang kerang hijau dengan beberapa
pengelompokan berdasarkan ukuran
4 Nilai R2 dan persamaan model pertambahan tebal umbo cangkang dan
pertambahan berat cangkang kerang hijau dengan beberapa
pengelompokan berdasarkan ukuran.
5 Jumlah individu berdasarkan rasio panjang cangkang dan lebar cangkang
Perna viridis Muara Angke dan Pelabuhanratu
6 Jumlah individu berdasarkan rasio panjang cangkang dan tebal umbo
cangkang Perna viridis Muara Angke dan Pelabuhanratu
7 Jumlah individu berdasarkan rasio lebar cangkang dan tebal umbo
cangkang Perna viridis Muara Angke dan Pelabuhanratu
8 Nilai rata-rata indeks kondisi Perna viridis yang berasal dari Muara
Angke dan Pelabuhanratu dengan pengelompokan berdasarkan ukuran
cangkang
9 Data sekunder beberapa kualitas perairan Teluk Jakarta dan
Pelabuhanratu

8

9

12

14
15
16
17

18
18

DAFTAR GAMBAR
1 Ilustrasi pengukuran (a) panjang, (b) lebar dan (c) tebal umbo kerang
dengan menggunakan vektor x, y, dan z
2 Diagram alir prosedur penelitian
3 Diagram pai persentase jumlah Perna viridis yang diperoleh dari Muara
Angke dan Pelabuhanratu
4 Grafik pola sebaran data panjang Perna viridis di Muara Angke dan
Pelabuhanratu
5 Grafik hubungan panjang cangkang dengan berat cangkang kerang hijau
(Perna viridis) dari Muara Angke dan Pelabuhanratu
6 Grafik hubungan lebar cangkang dengan berat cangkang kerang hijau
(Perna viridis) dari Muara Angke dan Pelabuhanratu
7 Grafik hubungan tebal umbo dengan berat cangkang kerang hijau (Perna
viridis) dari Muara Angke dan Pelabuhanratu

3
5
6
7
9
11
13

DAFTAR LAMPIRAN
1 Data morfometrik kerang hijau yang berasal dari Pelabuhanratu dan
Muara Angke
2 Peta Lokasi Penelitian, Muara Angke, Teluk Jakarta
3 Peta Lokasi Penelitian, Teluk Pelabuhanratu

23
36
37

1

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Perairan di Utara Jakarta merupakan salah satu perairan yang padat dengan
berbagai kegiatan manusia seperti industri, rekreasi, dan juga penangkapan ikan.
Kegiatan kegiatan manusia menghasilkan limbah yang dibuang ke sungai karena
kurangnya kesadaran masyarakat sehingga Muara di Jakarta menjadi tempat
penampungan akhir dari badan sungai yang berada di daerah Jakarta dan menjadi
penyebab utama dari pencemaran logam berat yang terjadi di perairan Utara
Jakarta. Muara Angke merupakan salah satu muara yang terletak di Utara Jakarta.
Muara ini juga tidak terlepas dari berbagai kegiatan manusia, sehingga memiliki
kandungan logam berat yang cukup tinggi. Kegiatan manusia yang memberikan
peluang masuknya logam berat ke dalam badan air di antaranya adalah limbah
industri, buangan kapal, dan juga limbah rumah tangga.
Teluk Pelabuhanratu merupakan salah satu teluk yang terletak di Selatan
Jawa yang memiliki fasilitas berupa pelabuhan perikanan dengan berbagai
kegiatan yang berlangsung seperti kegiatan penangkapan ikan dan juga kegiatan
perbaikan kapal. Kegiatan perbaikan kapal ini merupakan peluang terjadinya
pencemaran logam berat. Penelitian mengenai logam berat di Pelabuhanratu
masih sangat terbatas. Penelitian Anindita (2002) dan Desmawati (2006)
mengenai logam berat menunjukkan bahwa logam berat Cd, Cu, Ni, Pb, dan Zn di
Pelabuhanratu masih di bawah baku mutu yang ditetapkan oleh pemerintah.
Kerang hijau (Perna viridis) merupakan salah satu komoditas laut yang
telah lama dikenal dan dimanfaatkan oleh sebagian masyarakat Indonesia sebagai
bahan pangan. Kerang hijau merupakan salah satu hewan bertubuh lunak yang
memiliki dua cangkang (bivalvia), berwarna hijau cerah pada kerang muda dan
hijau tua hingga coklat pada kerang yang sudah tua, serta memiliki panjang 8-16
cm (Cappenberg 2008). Perna viridis hidup pada zona pasang surut dengan tipe
substrat keras seperti kapal, struktur bangunan, pipa, buoy dan sebagainya, serta
dapat hidup pada perairan dengan salinitas 27 – 33 ‰ dan temperatur 26-32oC,
serta memiliki arus yang baik(Vakily 1989). Kerang hijau juga dapat digunakan
sebagai bioindikator logam berat (Putri et al. 2012). Semakin meningkatnya
akumulasi logam berat di tubuh kerang, akan mengakibatkan kerang mengalami
gangguan dalam filtrasi makanan sehingga menyebabkan penurunan dalam
pertumbuhan (Suryono 2006).
Perairan Utara Jakarta dan Pelabuhanratu memiliki tingkat pencemaran air
yang cukup berbeda. Pelabuhanratu memiliki pencemaran air yang lebih kecil
dibandingkan dengan perairan Muara Angke. Sampel kerang hijau diambil dari
kedua lokasi dengan tujuan untuk membandingkan morfometrik dari dua populasi
yang berasal dari tempat yang berbeda.
Hubungan morfometrik antara panjang dengan berat dapat digunakan untuk
menduga kesehatan individu dan untuk menentukan perbedaan antar populasi di
spesies yang sama (King 2007). Pertumbuhan kerang dipengaruhi oleh faktor
lingkungan, sehingga studi morfometrik mengenai kerang perlu dilakukan untuk
mengetahui perubahan kondisi iklim seperti kenaikan suhu (Global warming) atau
ada perubahan salinitas yang terjadi di perairan. Faktor utama dari pertumbuhan

2

kerang adalah temperatur, salinitas dan ketersediaan bahan makanan sedangkan
faktor faktor lainnya seperti habitat, genetik, usia, dan jenis kelamin. Oleh karena
itu, studi mengenai cangkang Perna viridis perlu dilakukan.
Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan mempelajari dan membandingkan morfometrik
cangkang Perna viridis di perairan Utara Jakarta dan perairan Pelabuhanratu
sehingga dapat memberikan gambaran kondisi perairan.

METODE
Waktu dan Lokasi Penelitian
Penelitian dilakukan dari bulan Februari hingga Mei 2014 bertempat di
Pelabuhanratu, Muara Angke, dan Laboratorium Penelitian Biokimia, Departemen
Biokimia, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Institut Pertanian
Bogor. Pengambilan sampel dilakukan pada tanggal 15 Maret 2014 di Muara
Angke dan 19 April 2014 di Pelabuhanratu.
Pengambilan sampel dilakukan dengan mengambilnya di bagan tancap di
tonggak bambu yang sama dengan tujuan usia sampel yang diperoleh tidak
berbeda jauh. Sampel dibawa dengan menggunakan cool box, kemudian sampel
dikategorikan berdasarkan asal diambilnya sampel dan ukuran sampel.
Alat dan Bahan
Alat yang digunakan dalam penelitan ini terdiri atas : Laptop (MS Office,
MS Excel), alat tulis, jangka sorong, timbangan digital Adam HCB 1002, dan
gelas erlenmenyer.
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah Perna viridis yang
berasal dari dua lokasi yang berbeda, yaitu Muara Angke dan Pelabuhanratu.
Total sampel yang diambil dari masing masing tempat adalah 109 untuk
Pelabuhanratu dan 183 untuk Muara Angke. Sampel yang diambil memiliki
rentang usia 2-3 bulan (usia panen).
Prosedur Penelitian
Penelitian mengacu ke metode yang dilakukan oleh Niswari (2004). Data
morfometrik yang diambil terdiri atas : panjang cangkang (P), lebar cangkang (L),
tebal umbo cangkang (L), berat cangkang (Bc), dan berat kering (Bk). Panjang,
lebar, dan tebal umbo cangkang diukur dengan menggunakan jangka sorong.
Berat cangkang dan berat kering diukur dengan menggunakan timbangan digital.

3

(a)

(b)

(c)

Gambar 1 Ilustrasi pengukuran (a) panjang, (b) lebar dan (c) tebal umbo kerang
dengan menggunakan vektor x, y, dan z
Berat kering jaringan diperoleh dengan cara mengeringkan jaringan kerang
di dalam oven selama 12 jam dengan suhu 600C. Indeks Kondisi kerang diperoleh
dengan menggunakan rumus yang berasal dari Bhagde (2013), yaitu:
............................................... (1)
Bc = Berat cangkang (g)
Bk = Berat kering (g)
IK = Indeks Kondisi
Prosedur Analisis Data
Uji Statistika
Hasil perhitungan morfometrik diuji secara statistika dengan menggunakan
uji-t untuk mengetahui perbedaan morfometrik Perna viridis yang berasal dari
Muara Angke dan Pelabuhanratu. Uji t dilakukan dengan menggunakan aplikasi
IBM SPSS Statistic 21. Data yang diuji dengan menggunakan uji t adalah panjang
cangkang, lebar cangkang, tebal umbo, berat cangkang, berat kering jaringan,
indeks kondisi, rasio panjang cangkang dengan lebar cangkang (P/L), rasio
panjang cangkang dengan tebal umbo (P/T), rasio lebar cangkang dengan tebal
umbo (L/T), rasio panjang cangkang dengan berat cangkang (P/Bc), rasio indeks
kondisi dengan berat cangkang (IK/Bc), dan rasio panjang cangkang dengan
indeks kondisi (P/IK).
Hubungan Morfometrik
Hubungan panjang cangkang dan berat cangkang, hubungan lebar cangkang
dan berat cangkang dan hubungan tebal umbo cangkang dan berat cangkang
diperoleh dengan menggunakan aplikasi Microsoft Excel. Garis kecenderungan
tipe pangkat diperoleh dari grafik Microsoft Excel dengan persamaan
..................................................... (2)

4

Nilai b pada persamaan y=axb dapat menyatakan pola pertambahan antara
hubungan panjang dan berat cangkang, lebar cangkang dan berat cangkang, dan
tebal umbo dan berat cangkang. Nilai b=3 menyatakan bahwa pertambahan
panjang dan pertambahan berat memiliki pola yang isometrik atau memiliki
pertambahan panjang dan pertambahan berat dengan pola pertambahan yang sama
(Suryanto 2003).
Rasio Morfometrik
Rasio morfometrik yang dicari adalah rasio panjang cangkang dan lebar
cangkang, rasio panjang cangkang dan tebal umbo, dan rasio lebar cangkang dan
tebal umbo. Masing-masing sampel dibagi menjadi 5 kelas berdasarkan rasio
masing-masing sampel untuk melihat perbedaan rasio dan sebaran sampel.
Rasio panjang dan lebar didapatkan dengan menggunakan rumus di bawah :

.............................................. (3)

.............................................. (4)

................................................... (5)

:

Rasio panjang cangkang dan lebar cangkang

:

Rasio panjang cangkang dan tebal umbo

:

Rasio lebar cangkang dengan tebal umbo

5

Diagram Alir Rancangan Kerja
Gambar 2 merupakan diagram alir yang menggambarkan langkah kerja
penelitian.
Mulai

Pengambilan sampel biota dari Muara Angke dan Pelabuhanratu

Transportasi Biota

Analisis panjang, tinggi, lebar, berat kering jaringan dan
berat cangkang

Analisis data

Hasil Analisis

Selesai

Gambar 2 Diagram Alir Prosedur Penelitian

6

HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil
Kerang hijau yang berasal dari Muara Angke dan Pelabuhanratu merupakan
spesies Perna viridis L. Spesies ini memiliki ciri-ciri memiliki tubuh luar
berwarna hijau kecoklatan, memiliki tekstur cangkang yang halus, dan memiliki
pola radial yang berasal dari umbo (Niswari 2004). Perna viridis hidup dengan
menempel pada substrat yang keras dengan menggunakan benang byssus (bissal
thread).
Kerang hijau hidup di kedalaman 1-7 meter di perairan yang masih terkena
pengaruh pasang surut. Lokasi budidaya kerang hijau yang baik adalah lokasi
yang terlindung dari arus kencang, terhindar dari fluktuasi salinitas yang tinggi,
dasar perairan lumpur berpasir, dan jauh dari pengaruh sungai besar. Contoh
perairan yang digunakan untuk budidaya kerang hijau adalah perairan
Pelabuhanratu dan Muara Angke.
Gambar 3 menunjukkan persentase jumlah kerang hijau yang diperoleh dari
Pelabuhanratu dan Muara Angke.

PelabuhanRatu
2%
26%

72%

Muara Angke
14%
22%
64%

Keterangan:

= kerang hijau berukuran kecil (30-46 mm)
= kerang hijau berukuran sedang (46-63 mm)
= kerang hijau berukuran besar (63-78 mm)
Gambar 3 Diagram pai persentase jumlah Perna viridis yang diperoleh dari
Muara Angke dan Pelabuhanratu

7

Persentase jumlah kerang hijau yang diperoleh dari Pelabuhanratu adalah
25.69% untuk kerang ukuran kecil berjumlah 28 individu, 72.48% untuk kerang
ukuran sedang berjumlah 79 individu, dan 1.83% untuk kerang ukuran besar
dengan jumlah 2 individu. Total sampel yang diperoleh dari Pelabuhanratu adalah
109 individu. Persentase jumlah kerang hijau yang diperoleh dari Muara Angke
adalah 13.66% untuk kerang ukuran kecil berjumlah 25 individu, 22.4% untuk
kerang ukuran sedang berjumlah 41 individu, dan 63.93% untuk kerang ukuran
besar dengan jumlah 117 individu. Total sampel yang diperoleh dari Muara
Angke adalah 183 individu.
Gambar 4 menunjukkan pola sebaran data panjang kerang hijau di Muara
Angke dan Pelabuhanratu. Dapat dilihat pada Gambar 4 bahwa terdapat perbedaan
pola sebaran kerang hijau, yaitu pada perairan Muara Angke kerang hijau yang
paling banyak ditemukan adalah kerang hijau dengan ukuran panjang 55-58 mm
dan 63-66 mm, sedangkan di perairan Pelabuhanratu lebih banyak ditemukan
kerang hijau dengan ukuran panjang 46-55 mm.
Pola sebaran kerang hijau yang dipanen nelayan di perairan Muara Angke
memiliki kisaran yang cukup besar, yaitu 30-78 mm dengan frekuensi yang
bervariasi. Hal ini cukup berbeda dengan kerang hijau yang berasal dari
Pelabuhanratu yang memiliki kisaran relatif lebih sempit yaitu sebesar 36-61 mm.
25

Frekuensi

20

15
Muara Angke

10

Pelabuhan Ratu
5

0

Panjang Cangkang (mm)

Gambar 4 Grafik Pola Sebaran Data Panjang Perna viridis di Muara Angke dan
Pelabuhanratu
Tabel 1 merupakan rata-rata dari beberapa variabel yang diukur. Perna
viridis dibagi menjadi tiga kelompok berdasarkan ukuran panjang, yaitu ukuran
kecil dengan ukuran 30-46 mm, ukuran sedang dengan ukuran 46.1-63 mm, dan
ukuran besar dengan ukuran 64.1-80 mm. Uji-t mandiri dengan selang
kepercayaan 95% menunjukkan bahwa terdapat perbedaan antara kerang yang
berasal dari Muara Angke dan Pelabuhanratu pada beberapa variabel. Perbedaan
yang ada pada kerang ukuran kecil terdapat pada variabel panjang, L/T, dan P/IK.
Perbedaan pada kerang ukuran sedang terdapat pada variabel tebal umbo, indeks

8

kondisi, P/L, P/T, L/T, P/Bc, dan IK/BC. Kerang hijau ukuran besar yang berasal
dari Pelabuhanratu memiliki dua sampel sehingga tidak bisa dibandingkan secara
statistika. Secara keseluruhan, perbedaan terdapat pada panjang, lebar, tebal
umbo, berat cangkang, berat kering, P/L, L/T, dan P/IK.
Tabel 1 Rata-rata beberapa morfometrik dan rasio Perna viridis dari Muara
Angke dan Pelabuhanratu
Variabel
Panjang (mm)
Muara Angke
Pelabuhanratu
Lebar (mm)
Muara Angke
Pelabuhanratu
Tebal umbo (mm)
Muara Angke
Pelabuhanratu
Berat cangkang (g)
Muara Angke
Pelabuhanratu
Berat kering (g)
Muara Angke
Pelabuhanratu
Indeks Kondisi
Muara Angke
Pelabuhanratu
P/L
Muara Angke
Pelabuhanratu
P/T
Muara Angke
Pelabuhanratu
L/T
Muara Angke
Pelabuhanratu
P/Bc
Muara Angke
Pelabuhanratu
IK/Bc
Muara Angke
Pelabuhanratu
P/IK
Muara Angke
Pelabuhanratu

Kecil
(30-46 mm)

Sedang
(46.1-63 mm)

Besar
(64.1-80 mm)

38.64
42.42

55.78
52.21

67.27
65.90

21.40
22.24

25.96
25.52

30.21
30.25

13.87
12.57

17.78
15.43

20.76
17.85

2.12
2.33

4.95
3.85

7.19
6.85

0.22
0.32

0.54
0.48

0.79
0.77

10.44
13.92

10.85
12.69

10.92
11.26

1.80
1.91

2.15
2.05

2.23
2.18

2.78
3.39

3.14
3.39

3.25
3.71

1.54
1.77

1.46
1.66

1.46
1.70

19.03
19.14

11.45
14.22

9.49
10.18

5.34
6.46

2.26
3.57

1.54
1.76

3.79
3.10

5.24
4.20

6.32
5.85

9

Hubungan Panjang Cangkang dengan Berat Cangkang
8,00

Kecil

Berat cangkang (g)

Berat cangkang (g)

5,00
4,00
3,00
2,00
1,00
-

Sedang

6,00
4,00
2,00
-

30,00

40,00

50,00

40,00 50,00 60,00 70,00
Panjang Cangkang (mm)

11,00
10,00
9,00
8,00
7,00
6,00
5,00
4,00

Besar
Berat Cangkang (g)

Berat Cangkang (g)

Panjang Cangkang (mm)

60,00

70,00

80,00

Panjang Cangkang (mm)

Keterangan:

Gambar 5

14,00
12,00
10,00
8,00
6,00
4,00
2,00
-

Gabung

20,00 40,00 60,00 80,00
Panjang Cangkang (mm)

= Muara Angke
= Pelabuhan Ratu

Grafik hubungan panjang cangkang dengan berat cangkang kerang
hijau (Perna viridis) dari Muara Angke dan Pelabuhanratu

Pertambahan panjang cangkang kerang hijau berhubungan erat dengan
pertambahan berat cangkang. Hubungan panjang cangkang dengan berat
cangkang kerang hijau mengikuti garis kecenderungan model fungsi pangkat.
Gambar 5 menunjukkan pertambahan panjang cangkang yang meningkat pesat di
ukuran kecil dan sedang namun di ukuran besar pertambahan cangkang kerang
hijau tidak mengalami peningkatan yang cukup signifikan.
Tabel 2 Nilai R2 dan persamaan model pertambahan panjang cangkang dan
pertambahan berat cangkang kerang hijau dengan beberapa
pengelompokan berdasarkan ukuran.
Ukuran
Kecil
Sedang
Besar
Gabung

Asal Kerang
Muara Angke
Pelabuhanratu
Muara Angke
Pelabuhanratu
Muara Angke
Muara Angke
Pelabuhanratu

Bc
0.0008P2.1365
0.0002P2.494
0.0014P2.0296
0.00009P2.6798
0.0001P2.6283
0.0006P2.2405
0.0002P2.5202

R2
0.9455
0.5764
0.891
0.7347
0.8152
0.9854
0.8315

10

Tabel 2 menunjukkan nilai R2 dan persamaan model pertambahan panjang
cangkang dan pertambahan berat cangkang kerang hijau dengan beberapa
pengelompokan berdasarkan ukuran. Pertumbuhan Perna viridis mengikuti garis
kecenderungan tipe fungsi pangkat. Tabel 2 menunjukkan bahwa Perna viridis
berukuran kecil yang berasal dari Pelabuhanratu menyebar jauh dari garis
kecenderungan tipe fungsi pangkat dengan nilai R2= 0.5764. Hal ini menunjukkan
bahwa hubungan antara berat cangkang dengan panjang cangkang untuk Perna
viridis berukuran kecil yang berasal dari Pelabuhanratu memiliki keeratan
hubungan yang kurang kuat. Hal ini berarti bahwa sampel dari populasi kerang
hijau berukuran kecil yang berasal dari Pelabuhanratu tidak dapat menggunakan
persamaan Bc=0.0002P2.494 karena memiliki nilai R2 yang kecil. Berbeda dari
Perna viridis yang berukuran sama yang berasal dari Muara Angke yang memiliki
keeratan yang tinggi antara berat cangkang dan panjang cangkang dengan nilai
R2= 0.9455 . Hal ini menunjukkan bahwa pertambahan berat dan panjang
cangkang Perna viridis mengikuti kecenderungan model dengan persamaan pada
Tabel 2, sehingga persamaan Bc=0.0008P2.1365 dapat digunakan untuk menduga
sampel kerang hijau berukuran kecil yang berasal dari Muara Angke.
Perna viridis berukuran sedang yang berasal dari Pelabuhanratu memiliki
nilai R2= 0.7347. Nilai ini menunjukkan bahwa pada ukuran sedang Perna viridis
yang berasal dari Pelabuhanratu mengikuti garis kecenderungan dan memiliki
keeratan yang lebih tinggi dibandingkan yang berukuran kecil. Nilai R2 pada
sampel yang berasal dari Muara Angke sebesar 0.891 yang menunjukkan bahwa
memiliki keeratan yang cukup tinggi. Perna viridis yang berukuran besar tidak
ditemukan dalam jumlah banyak pada Pelabuhanratu sehingga tidak dilakukan
perhitungan koefisien determinasinya. Nilai koefisien determinasi kerang hijau
berukuran besar yang berasal dari Muara Angke sebesar 0.8152. nilai ini
menunjukkan keeratan hubungan antara berat cangkang dengan panjang cangkang
Perna viridis berukuran besar dari Muara Angke.
Data gabungan Perna viridis yang berasal dari Muara Angke dihitung juga
koefisien determinasinya dan didapatkan nilai R2 sebesar 0.9854. Nilai tersebut
menunjukkan bahwa hubungan antara panjang cangkang dengan berat cangkang
memiliki hubungan yang sangat erat sehingga persamaan Bc=0.0006P2.2405 dapat
digunakan untuk menduga berat cangkang kerang hijau dari populasi tersebut.
Data gabungan Perna viridis yang berasal dari Pelabuhanratu memiliki nilai
koefisien determinasi sebesar 0.8315. Hal ini menunjukkan bahwa hubungan
panjang dengan berat cangkang Perna viridis yang berasal dari Pelabuhanratu
memiliki keeratan yang cukup kuat sehingga persamaan Bc=0.0002P2.5202 dapat
digunakan untuk menduga berat cangkang kerang hijau dari populasi
Pelabuhanratu.
Gambar 5 menunjukkan bahwa populasi kerang hijau yang berasal dari
Pelabuhanratu dan Muara Angke tidak memiliki perbedaan populasi yang
signifikan. Perbedaan yang terlihat hanya pada sebaran sampel yaitu sampel
kerang hijau yang berasal dari Pelabuhanratu memiliki sebaran yang lebih jauh
dari garis kecenderungan dibandingkan sampel yang berasal dari Muara Angke.
Perbedaan ini menunjukkan bahwa ada hubungan antara panjang cangkang
dengan berat cangkang kerang hijau yang cukup erat.

11

4,50
4,00
3,50
3,00
2,50
2,00
1,50
1,00
0,50
-

8,00

Kecil

Sedang

7,00
6,00
Berat Cangkang (g)

Berat Cangkang (g)

Hubungan Lebar Cangkang dengan Berat Cangkang

5,00
4,00
3,00
2,00
1,00
-

-

20,00

40,00

-

10,00 20,00 30,00 40,00

Lebar Cangkang (mm)

12,00

Lebar Cangkang (mm)

12,00

Besar

10,00
Berat Cangkang (g)

Berat Cangkang (g)

10,00

Gabung

8,00
6,00
4,00
2,00

8,00
6,00
4,00
2,00

-

-

10,00 20,00 30,00 40,00
Lebar Cangkang (mm)

Keterangan:

-

10,00 20,00 30,00 40,00
Lebar Cangkang (mm)

= Muara Angke
= Pelabuhan Ratu

Gambar 6 Grafik hubungan lebar cangkang dengan berat cangkang kerang hijau
(Perna viridis) dari Muara Angke dan Pelabuhanratu
Gambar 6 menunjukkan hubungan antara pertambahan lebar cangkang
kerang hijau dengan berat cangkang kerang hijau. Hubungan antara lebar
cangkang dengan berat cangkang mengikuti garis kecenderungan model fungsi
pangkat. Grafik kerang hijau ukuran kecil menunjukkan data tersebar dari garis
kecenderungan, namun pada data gabungan menunjukkan bahwa pertambahan
cangkang kerang hijau mengikuti garis kecenderungan. Kerang hijau pada ukuran
kecil menunjukkan pertambahan lebar cangkang yang signifikan, namun pada
ukuran sedang dan besar hampir tidak terlihat perbedaan lebar yang cukup
signifikan.
Sampel kerang hijau gabungan menunjukkan perbedaan pada garis
kecenderungan. Selain itu, perbedaan juga terlihat dari sebaran datanya, yaitu
sampel yang berasal dari Muara Angke tidak menyebar jauh dari garis
kecenderungan, sedangkan sampel kerang hijau yang berasal dari Pelabuhanratu
terlihat menyebar cukup jauh dari garis kecenderungan.

12

Tabel 3

Nilai R2 dan persamaan model pertambahan lebar cangkang dan
pertambahan berat cangkang kerang hijau dengan beberapa
pengelompokan berdasarkan ukuran
Bc

R2

Muara Angke

0.0002L2.9732

0.9304

Pelabuhanratu

0.0022L22398

0.6549

Muara Angke

0.0043L2.1593

0.6595

Pelabuhanratu

0.0006L2.7138

0.5436

Besar

Muara Angke

0.0005L2.8017

0.9446

Gabung

Muara Angke

0.00006L3.4604

0.9374

Pelabuhanratu

0.0003L2.9562

0.7305

Ukuran
Kecil

Sedang

Asal Kerang

Tabel 3 menunjukkan nilai koefisien determinasi dari lebar cangkang serta
berat cangkang serta persamaan garis kecenderungan dengan fungsi pangkat.
Kerang hijau ukuran kecil yang berasal dari Muara Angke memiliki nilai R2
sebesar 0.9304 yang berarti bahwa hubungan antara lebar cangkang dengan berat
cangkang memiliki kaitan yang sangat erat sehingga persamaan Bc=0.0002L2.9732
dapat digunakan karena sampel kerang hijau mengikuti garis kecenderungan
tersebut. Kerang hijau yang berasal dari Pelabuhanratu memiliki nilai R2 sebesar
0.6549 yang berarti bahwa hubungan antara lebar cangkang dengan berat
cangkang memiliki kaitan yang kurang erat sehingga persamaan Bc=0.0022L22398
tidak dapat digunakan untuk menduga berat cangkang dari lebar cangkang.
Kerang hijau dengan ukuran sedang memiliki kaitan lebar cangkang dan
berat cangkang yang kurang erat dengan nilai R2 sebesar 0.6595 untuk Muara
Angke dan 0.5436 untuk Pelabuhanratu sehingga persamaan . Kerang hijau
dengan ukuran besar memiliki nilai R2 sebesar 0.9446 untuk Muara Angke,
sedangkan untuk kerang hijau berukuran besar di Pelabuhanratu tidak dapat
ditarik kesimpulan karena jumlah sampel yang kurang.
Secara keseluruhan, kerang hijau yang berasal dari Muara Angke memiliki
lebar cangkang dan berat cangkang yang memiliki hubungan lebih erat dengan
nilai R2 sebesar 0.9374 dibandingkan kerang hijau yang berasal dari
Pelabuhanratu yang memiliki nilai R2 sebesar 0.7305. Nilai b pada persamaan
Bc=0.00006L3.4604 memiliki nilai lebih besar dari 3 sehingga menurut hukum
kubik pola pertambahan berat cangkang dan lebar cangkang kerang hijau yang
berasal dari Muara Angke memiliki sifat allometrik negatif sehingga pola
pertambahan berat lebih besar dibandingkan dengan pola pertambahan lebar.

13

4,50
4,00
3,50
3,00
2,50
2,00
1,50
1,00
0,50
-

Kecil
Berat Cangkang (g)

Berat Cangkang (g)

Hubungan Tebal Umbo Cangkang dengan Berat Cangkang

-

8,00
7,00
6,00
5,00
4,00
3,00
2,00
1,00
-

5,00 10,00 15,00 20,00

14,00

Besar
Berat Cangkang (g)

Berat Cangkang (g)

20,00

30,00

Gabung

12,00

10,00
8,00
6,00
4,00

10,00
8,00
6,00
4,00

2,00

2,00

-

-

10,00 20,00 30,00
Tebal Cangkang (mm)

Keterangan:

10,00

Tebal Cangkang (mm)

Tebal cangkang (mm)

12,00

Sedang

-

10,00 20,00 30,00
Tebal Cangkang (mm)

= Muara Angke
= Pelabuhan Ratu

Gambar 7 Grafik hubungan tebal umbo dengan berat cangkang kerang hijau
(Perna viridis) dari Muara Angke dan Pelabuhanratu
Gambar 7 menunjukkan hubungan antara pertambahan tebal umbo
cangkang kerang hijau dengan berat cangkang kerang hijau. Hubungan antara
tebal umbo cangkang dengan berat cangkang mengikuti garis kecenderungan
model fungsi pangkat. Kerang hijau dari Muara Angke dengan ukuran kecil
memiliki tebal umbo yang lebih besar dibandingkan kerang hijau yang berasal
dari Pelabuhanratu dengan berat yang sama. Kerang hijau dengan ukuran sedang
dan gabungan dari ketiga data yang ada menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan
yang signifikan pada hubungan berat cangkang dengan tebal cangkang tersebut.
garis kecenderungan antara populasi Muara Angke dan Pelabuhanratu pada data
gabungan juga tidak berbeda jauh. Perbedaan terlihat pada sebaran sampel yaitu
kerang hijau yang berasal dari Pelabuhanratu memiliki sampel yang lebih
menyebar dibandingkan dengan kerang hijau yang berasal dari Muara Angke.
Gambar 7 menunjukkan bahwa dengan menyebarnya sampel yang berasal dari
Pelabuhanratu maka keeratan hubungan antara tebal umbo dengan berat cangkang
kurang kuat apabila dibandingkan dengan kerang hijau yang berasal dari Muara
Angke.

14

Tabel 4 Nilai R2 dan persamaan model pertambahan tebal umbo cangkang dan
pertambahan berat cangkang kerang hijau dengan beberapa
pengelompokan berdasarkan ukuran.
Ukuran

Bc

R2

Muara Angke

0.0024T2.5624

0.6750

Pelabuhanratu

0.0073T2.2681

0.7557

Muara Angke

0.0027T2.6121

0.8928

Pelabuhanratu

0.0055T2.3857

0.7873

Muara Angke

0.0212T1.9195

0.8203

Muara Angke

0.0008T3.0275

0.9534

Pelabuhanratu

0.0047T2.4451

0.8746

Asal Kerang

Kecil

Sedang
Besar
Gabung

Tabel 4 menunjukkan fungsi garis kecenderungan fungsi pangkat dan nilai
koeefisien determinan kerang hijau dari Pelabuhanratu dan Muara Angke. Kerang
hijau dengan ukuran kecil memiliki keeratan yang lebih kecil dibandingkan
kerang hijau dengan ukuran sedang dan besar dengan nilai koefisien determinan
sebesar 0.675 untuk Muara Angke dan 0.7557 untuk Pelabuhanratu sehingga
persamaan Bc=0.0024T2.5624 dan Bc=0.0073T2.2681 tidak dapat digunakan. Kerang
hijau dengan ukuran sedang memiliki keeratan yang paling tinggi dengan
koefisien determinan sebesar 0.8928 untuk Muara Angke dan 0.7873 untuk
Pelabuhanratu. Kerang hijau dengan ukuran besar memiliki koefisien determinan
sebesar 0.8203 untuk Muara Angke. Nilai koefisien total kerang hijau yang
berasal dari Muara Angke sebesar 0.9534 dan kerang hijau yang berasal dari
Pelabuhanratu sebesar 0.8746 sehingga persamaan Bc=0.0008T3.0275 dan
Bc=0.0047T2.4451 dapat digunakan untuk menduga berat cangkang dari tebal
umbo. Nilai b pada persamaan kerang hijau gabungan yang berasal dari Muara
Angke memiliki nilai 3.0275. Hal ini menunjukkan bahwa pertambahan tebal
umbo dan berat cangkang kerang hijau di Muara Angke memiliki sifat
pertambahan isometrik, yaitu pola pertambahan tebal umbo sama dengan pola
pertambahan berat cangkang.

Rasio Panjang Cangkang dan Lebar Cangkang
Analisis rasio panjang cangkang dan lebar cangkang perlu dilakukan untuk
mengetahui sebaran normal dari kedua ukuran morfometrik tersebut. Rasio
panjang dibagi menjadi 5 kelompok dengan tujuan untuk melihat perbedaan rasio
dan mendapatkan hasil yang lebih teliti.

15

Tabel 5 Jumlah individu berdasarkan rasio panjang cangkang dan lebar cangkang
Perna viridis Muara Angke dan Pelabuhanratu
Asal Perna viridis

Pelabuhanratu

Muara Angke

Kelas

Jumlah

1.643-1.837

6

1.837-2.031

45

2.031-2.225

53

2.225-2.419

4

2.419-2.613

1

1.632-1.819

37

1.819-2.006

22

2.006-2.193

61

2.193-2.380

62

2.380-2.567

1

Rasio panjang cangkang dan lebar cangkang pada Pelabuhanratu tersebar
dari rasio 1.643-2.613. Jumlah individu terbanyak terdapat pada rasio 2.031-2.225
dengan jumlah individu sebanyak 53 individu. Rasio panjang cangkang dan lebar
cangkang pada Muara Angke tersebar dari rasio 1.632-2.567. Kisaran rasio di
Muara Angke lebih kecil dibandingkan kisaran rasio di Pelabuhanratu. Jumlah
individu terbanyak terdapat pada kisaran rasio 2.193-2.380.
Data di atas menunjukkan bahwa rasio panjang dan lebar pada
Pelabuhanratu memiliki individu yang lebih terfokus, sedangkan pada Muara
Angke lebih tersebar secara merata. Hal ini menunjukkan bahwa pertambahan
kerang hijau di Pelabuhanratu memiliki rasio pertambahan panjang dan lebar yang
hampir sama yaitu berkisar antara 1.837-2.225.

Rasio Panjang Cangkang dan Tebal Umbo
Analisis rasio panjang cangkang dan tebal umbo cangkang perlu dilakukan
untuk mengetahui sebaran normal dari kedua ukuran morfometrik tersebut. Rasio
panjang cangkang dan tebal umbo dibagi menjadi 5 kelompok.

16

Tabel 6 Jumlah individu berdasarkan rasio panjang cangkang dan tebal umbo
cangkang Perna viridis Muara Angke dan Pelabuhanratu
Asal Perna viridis

Muara Angke

Pelabuhanratu

Kelas

Jumlah

2.585-2.820

37

2.820-3.055

26

3.055-3.290

106

3.290-3.525

13

3.525-3.760

1

2.859-3.074

5

3.074-3.290

24

3.290-3.506

47

3.506-3.722

29

3.722-3.938

4

Rasio panjang cangkang dan tebal umbo Perna viridis di Muara Angke
berkisar di antara 2.585-3.760, dengan jumlah individu terbanyak pada kisaran
3.055-3.290. Rasio panjang cangkang dan tebal umbo Perna viridis di
Pelabuhanratu tersebar pada kisaran 2.859-3.938 dan tersebar mendekati pola
sebaran normal dengan jumlah individu terbanyak pada kisaran 3.290-3.506.
Hasil uji statistik menunjukkan bahwa terdapat perbedaan rasio panjang dan
tebal umbo cangkang kerang hijau di kedua tempat. Kerang hijau di
Pelabuhanratu memiliki kecenderungan memiliki bentuk morfometrik rasio
panjang cangkang dan tebal umbo lebih besar dibandingkan kerang hijau yang
berasal dari Muara Angke. Perbedaan morfometrik ini dapat terjadi karena
perbedaan lingkungan tempat hidup sehingga dapat memengaruhi pertumbuhan
cangkang kerang hijau.

Rasio Lebar Cangkang dan Tebal Umbo
Analisis rasio lebar cangkang dan tebal umbo cangkang perlu dilakukan
untuk mengetahui sebaran normal dari kedua ukuran morfometrik tersebut. Rasio
lebar cangkang dan tebal umbo dibagi menjadi 5 kelompok.

17

Tabel 7

Jumlah individu berdasarkan rasio lebar cangkang dan tebal umbo
cangkang Perna viridis Muara Angke dan Pelabuhanratu
Asal Perna viridis

Muara Angke

Pelabuhanratu

Kelas

Jumlah

1.143-1.292

1

1.292-1.441

32

1.441-1.590

141

1.590-1.739

8

1.739-1.888

1

1.461-1.567

23

1.567-1.673

29

1.673-1.779

25

1.779-1.885

23

1.885-1.992

9

Rasio lebar cangkang dan tebal umbo Perna viridis yang terdapat di Muara
Angke memiliki kisaran 1.143-1.888, dengan jumlah individu terbanyak pada
kisaran 1.441-1.590. Rasio lebar cangkang dan tebal umbo di Pelabuhanratu
memiliki kisaran 1.461-1.992, dengan jumlah individu terbanyak terdapat pada
kisaran rasio 1.567-1.673. Kerang hijau yang berasal dari Muara Angke memiliki
kecenderungan untuk tumbuh mengikuti rasio dengan kisaran 1.441-1.590,
sedangkan kerang hijau yang berasal dari Pelabuhanratu tidak memiliki
kecenderungan untuk tumbuh mengikuti rasio seperti di Muara Angke.

Indeks Kondisi Kerang Hijau
Indeks kondisi adalah suatu pernyataan yang menyatakan kualitas individual
suatu makhluk hidup (Labocha 2013). Dapat dikatakan bahwa indeks kondisi
menunjukkan kualitas atau kegemukan individu biota. Ada beberapa cara untuk
mengetahui indeks kondisi Perna viridis, diantaranya adalah dengan mencari
perbandingan berat daging dan berat cangkang, berat daging dan berat total, serta
berat daging dan volume cangkang. Penelitian ini menggunakan indeks kondisi
yang menggunakan berat daging dan berat cangkang. Tabel 8 menunjukkan nilai
rata-rata indeks kondisi Perna viridis dari Muara Angke dan Pelabuhanratu.

18

Tabel 8 Nilai rata-rata indeks kondisi Perna viridis yang berasal dari Muara
Angke dan Pelabuhanratu dengan pengelompokan berdasarkan ukuran
cangkang
Ukuran
Kecil
Sedang
Besar
Gabung

Muara Angke
10.461
10.845
10.915
10.758

Pelabuhanratu
13.918
12.687
11.260
12.977

Nilai indeks kondisi kerang hijau pada Muara Angke memiliki rata-rata
lebih kecil dibandingkan nilai indeks kondisi di Pelabuhanratu. Nilai indeks
kondisi kerang hijau ukuran kecil di Muara Angke memiliki rata-rata sebesar
10.461, sedangkan di Pelabuhanratu memiliki nilai rata-rata indeks kondisi
sebesar 13.918. Nilai rata-rata indeks kondisi kerang hijau ukuran sedang di
Muara Angke sebesar 10.845 dan Pelabuhanratu sebesar 12.687. Nilai rata-rata
indeks kondisi kerang hijau ukuran besar pada Muara Angke sebesar 10.915 dan
Pelabuhanratu sebesar 11.260.
Nilai rata-rata indeks kondisi pada Muara Angke memiliki kecenderungan
untuk terus meningkat pada setiap ukuran, berkebalikan dengan nilai rata rata
indeks kondisi di Pelabuhanratu yang terus menurun. Nilai indeks kondisi
umumnya terus meningkat seiring pertambahan usia (Peig dan Green 2010).
Kerang hijau di Muara Angke memiliki nilai indeks kondisi terus meningkat
seiring dengan bertambahnya usia, namun hal yang sebaliknya terjadi pada kerang
hijau Pelabuhanratu yang nilai indeks kondisinya menurun dengan semakin
besarnya ukuran kerang tersebut. Lebih tingginya nilai indeks kondisi pada
Pelabuhanratu diduga terjadi karena lebih tingginya aktivitas manusia dan logam
berat di Muara Angke dibandingkan di Pelabuhanratu.

Data Sekunder Kualitas Perairan
Faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan kerang hijau adalah suhu,
salinitas, oksigen terlarut, cahaya, ketersediaan bahan makanan, usia, dan ukuran
kerang (Bayne 1976). Tabel 3 menunjukkan beberapa kualitas perairan Teluk
Jakarta dan Pelabuhanratu yang mempengaruhi pertumbuhan kerang hijau.
Tabel 9 Data sekunder beberapa kualitas perairan Teluk Jakarta dan
Pelabuhanratu

Suhu
Salinitas
Oksigen terlarut
a

Teluk Jakarta
29-32.5 oC
28-34 ‰
3.17-6.08 Mg/L

Data dari DHI (2014)
Data dari BPLHD Jakarta (2012)
c
Data dari penelitian Mujib et al (2013)
b

Pelabuhanratu
30.9 oC
33 ‰
6.28 Mg/L

19

Tabel 9 menunjukkan bahwa nilai kualitas air di Teluk Jakarta dan di
Pelabuhanratu memiliki nilai yang tidak berbeda jauh untuk parameter suhu,
salinitas dan oksigen terlarut, sehingga dapat dikatakan bahwa ketiga parameter
kualitas perairan tersebut tidak memengaruhi pertumbuhan kerang hijau. Faktor
lain yang memengaruhi pertumbuhan kerang hijau adalah ketersediaan bahan
makanan, usia dan ukuran kerang. Usia kerang diharapkan tidak berbeda jauh
karena dipanen pada usia yang tidak berbeda jauh, yaitu 2-3 bulan. Faktor
ketersediaan bahan makanan adalah salah satu faktor yang memengaruhi
pertumbuhan dari kerang hijau. Perairan di Teluk Jakarta memiliki tingkat
eutrofikasi yang tinggi (DHI 2011). Berbeda dari perairan Pelabuhanratu yang
memiliki kandungan nutrient yang tergolong rendah untuk melakukan fotosintesis
(Sanusi 2004). Rendahnya kandungan nutrient mengakibatkan sedikitnya jumlah
fitoplankton yang hidup di perairan tersebut. fitoplankton merupakan salah satu
makanan kerang hijau, sehingga dengan rendahnya jumlah fitoplankton yang
hidup di perairan mengakibatkan rendahnya ketersediaan bahan makanan bagi
kerang hijau. Hal ini menjadi faktor yang penting sehingga dapat terjadi
perbedaan ukuran kerang hijau pada sampel yang berasal dari Pelabuhanratu dan
Muara Angke.

Pembahasan
Data yang diperoleh menunjukkan bahwa kerang hijau yang berasal dari
Muara Angke memiliki ukuran cangkang lebih besar dibandingkan kerang hijau
yang berasal dari Pelabuhanratu. Kerang hijau yang berasal dari Muara Angke
dengan ukuran kecil memiliki panjang rata-rata 38.643 dan di Pelabuhanratu
memiliki panjang rata-rata 42.418. Rata-rata nilai panjang tersebut menunjukkan
bahwa kerang hijau yang berukuran kecil di Pelabuhanratu memiliki panjang lebih
besar dibandingkan dengan kerang hijau yang berasal dari Muara Angke. Kerang
hijau Muara Angke dengan ukuran sedang dan besar memiliki rata-rata panjang
lebih besar dibandingkan kerang hijau yang berasal dari Pelabuhanratu.
Selain ukuran panjang, ukuran morfometrik lainnya seperti lebar dan tebal
umbo juga berbeda. Kerang hijau dari Muara Angke memiliki rata-rata ukuran
lebih besar dibandingkan kerang hijau yang berasal dari Pelabuhanratu. Hal ini
bisa terjadi karena perairan di teluk Jakarta merupakan gabungan dari semua
buangan limbah dari Kota Jakarta, sehingga dapat menyebabkan tingginya
kandungan nutrient dan terjadi eutrofikasi di perairan tersebut, termasuk di Muara
Angke (DHI 2011).
Ukuran morfometrik berat cangkang dan berat kering kerang hijau pada
Muara Angke dan Pelabuhanratu memiliki perbedaan yang cukup terlihat. Berat
cangkang dan berat kering memiliki nilai lebih besar di Muara Angke
dibandingkan di Pelabuhanratu, namun nilai indeks kondisi di Pelabuhanratu lebih
besar dibandingkan dengan di Muara Angke. Hal ini dapat terjadi dimungkinkan
karena perairan di Muara Angke banyak mengandung logam berat (Yap dan AlBarwani 2012). Logam berat dapat masuk ke dalam tubuh kerang hijau sehingga
kerang hijau di Muara Angke memiliki nilai indeks kondisi yang lebih kecil
dibandingkan kerang hijau yang berasal dari Pelabuhanratu, namun hal ini belum
bisa menunjukkan pengaruh logam berat karena kurangnya data pengaruh logam

20

berat di dalam tubuh Perna viridis yang dapat mempengaruhi pertumbuhan
kerang hijau. Penelitian Niswari (2004) memiliki perbedaan dengan penelitian
kali ini untuk di Perairan Teluk Jakarta.
Persamaan berat cangkang pada hubungan berat cangkang dengan panjang
cangkang (Bc=aPb) menunjukkan nilai b