Pengaruh Suplementasi Kapsul Serbuk Daun Torbangun (Coleus Amboinicus Lour) Dan Konsumsi Ikan Secara Rutin Terhadap Tekanan Darah Dan Total Kolesterol
PENGARUH SUPLEMENTASI KAPSUL SERBUK DAUN TORBANGUN
(Coleus amboinicus Lour) DAN KONSUMSI IKAN SECARA RUTIN
TERHADAP TEKANAN DARAH DAN TOTAL KOLESTEROL
SITTI ALVIANTI
SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2015
PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA
Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis berjudul Pengaruh Suplementasi
Kapsul Serbuk Daun Torbangun (Coleus amboinicus Lour) dan Konsumsi Ikan
Secara Rutin Terhadap Tekanan Darah dan Total Kolesterol adalah benar karya
saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk
apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau
dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah
disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir
tesis ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut
Pertanian Bogor.
Bogor, September 2015
Sitti Alvianti
NIM I151114011
RINGKASAN
SITTI ALVIANTI. Pengaruh Suplementasi Kapsul Serbuk Daun Torbangun
(Coleus amboinicus Lour) dan Konsumsi Ikan Secara Rutin Terhadap Tekanan
Darah dan Total Kolesterol. Dibimbing oleh M. RIZAL M. DAMANIK dan SRI
ANNA MARLIYATI.
Prevalensi hipertensi dan hiperkolesterolemia di Indonesia saat ini cukup
tinggi. Faktor yang mempengaruhi diantaranya aktifitas fisik, status gizi dan
konsumsi pangan. Mengonsumsi kapsul serbuk daun Torbangun (Coleus
amboinicus Lour) dan ikan secara rutin memungkinkan adanya pendekatan yang
lebih komprehensif dalam pengelolaan awal faktor risiko penyakit degeneratif
khususnya hipertensi dan hiperkolesterol.
Tujuan umum dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh
suplementasi kapsul serbuk daun Torbangun (Coleus amboinicus Lour) dan
konsumsi ikan secara rutin terhadap tekanan darah dan total kolesterol. Penelitian
ini merupakan jenis penelitian kuasi eksperimental. Desain penelitian yang
digunakan adalah pre-post test with control design. Subjek penelitian adalah
masyarakat kota Kendari yang tergabung dalam lembaga kerukunan masyarakat
WAKATOBI provinsi Sulawesi Tenggara. Setelah diseleksi berdasarkan syarat
inklusi dan menyetujui Informed Consent diperoleh 32 orang subjek berpartisipasi
dalam penelitian ini dan selanjutnya dibagi menjadi 2 kelompok (16 perlakuan
kapsul serbuk daun Torbangun dan 16 kontrol).
Data karakteristik subjek, pola konsumsi pangan, tekanan darah dan total
kolesterol subjek disajikan secara deskriptif. Pengaruh konsumsi ikan dan kapsul
serbuk daun Torbangun pada kelompok perlakuan dan kelompok kontrol terhadap
angka tekanan darah dan total kolesterol dianalisa dengan menggunakan uji t.
Sebagian besar subjek penelitian memiliki status gizi gemuk, berumur 30 60 tahun, berprofesi sebagai dosen dengan latar belakang sarjana serta berasal dari
daerah Sulawesi. Hasil penelitian di empat titik pengukuran (H0, H14, H22, H35)
menunjukkan bahwa pada awal penelitian tekanan darah sistol, diastol, maupun
total kolesterol subjek kelompok perlakuan tidak berbeda nyata (P>0.05) dengan
kelompok kontrol. Demikian pula yang terjadi pada hari ke empat belas. Pada hari
ke 22 penelitian, tekanan darah sistol subjek kelompok perlakuan berbeda nyata
(P0.05) in the
control group. Similarly, what happened on day fourteen. On day 22 the study,
subjects systolic blood pressure treatment groups was significantly different
(P18 tahun adalah sebesar 29,8%.
Sementara untuk hiperkolesterolemia, menurut Balitbangkes (2005) pada Survei
Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) tahun 2004, prevalensi hiperkolesterolemia di
Indonesia pada usia 25 - 34 tahun sebesar 9,3%.
Ada beberapa faktor yang dapat mempengaruhi tekanan darah dan
kolesterol diantaranya pola makan yang tinggi natrium, lemak dan kolesterol serta
kurangnya asupan protein dan serat seperti pada makanan-makanan siap saji.
Faktor lainnya adalah gaya hidup seperti kebiasaan merokok, mengonsumsi
alkohol dan rendahnya kebiasaan olahraga akibat sedentary life style, psikososial
(tingkat stres), genetik, usia, jenis kelamin dan status gizi (Depkes 2007).
Pola makan yang tidak sehat dan lebih bersifat praktis seperti maraknya
aneka makanan siap saji maupun junk food banyak dikonsumsi oleh masyarakat.
Jenis makanan tersebut biasanya hanya menyediakan tinggi energi, lemak dan
natrium. Sementara kandungan protein, serat, vitamin dan mineral yang penting
bagi kesehatan tubuh biasanya jarangsekali dijumpai pada makanan-makanan
tersebut. Pola makan tinggi natrium dan rendah serat yangsering dikonsumsi oleh
masyarakat, tanpa disadari telah memicu hipertensi dan hiperkolesterolemia
(Depkes 2007).
Pentingnya memperhatikan pola makan bagi pencegahan awal faktor
resiko hipertensi dan hiperkolesterolemia membuat masyarakat harus
mengonsumsi bahan pangan yang aman serta memenuhi standar gizi seimbang.
Ikan adalah salah satu bahan pangan yang sering dikonsumsi masyarakat
2
Indonesia karena memiliki senyawa alami yang baik buat kesehatan. Ikan
mempunyai beberapa kelebihan, diantaranya adalah mengandung omega 3 dan
omega 6 serta kelengkapan komposisi asam amino.
Dalam beberapa penelitian mengungkapkan bahwa omega 3 yang terdapat
pada minyak ikan dapat mencegah penyakit jantung dan penyakit degeneratif
lainnya. Studi epidemiologi pada awal tahun 1970 menunjukkan bahwa
kurangnya penderita penyakit jantung koroner di kalangan orang Eskimo,
kemungkinan berkaitan dengan kebiasaan mengonsumsi makanan khususnya ikan
yang kaya akan asam lemak tak jenuh. Beberapa studi telah membuktikan bahwa
mengonsumsi ikan menurunkan kadar LDL (Low-density lipoprotein) atau
kolesterol jahat. Selain itu mengonsumsi ikan juga dapat menjaga tekanan darah
dalam batas normal, sehingga sangat membantu bagi orang yang menderita
hipertensi (Garaiova et al. 2013). Studi lain menyebutkan bahwa kandungan
omega 3 dalam minyak ikan juga mengurangi risiko serangan jantung dan stroke.
Alasan dasar dari serangan jantung dan stroke adalah arteri yang tersumbat.
Ketika plak menumpuk di dinding arteri, membuat tekanan pada aliran darah dan
ketika tekanan melintasi batas maka menghasilkan serangan jantung atau stroke
(Virtanen et al. 2008).
Secara nasional rata-rata konsumsi ikan perkapita penduduk Indonesia
sebesar 35,40 kg/kapita/tahun, jumlah tersebut telah melebihi Pola Pangan
Harapan (PPH) sebesar 30,40 kg/kapita setiap tahunnya (KKP 2013). Sulawesi
Tenggara adalah salah satu provinsi dengan prevalensi terbesar dalam
mengonsumsi ikan sebesar 47,71 kg/kapita/tahun (BPS 2010).
Tingginya kejadian penyakit degeneratif di masyarakat menyebabkan
penggunaan bahan alami saat ini cenderung meningkat, terutama dalam upaya
promotif, preventif dan rehabilitatif. Ditambah lagi dengan adanya isu back to
nature, maka selain konsumsi ikan, masyarakat menggunakan tanaman fungsional
dan tanaman obat sebagai pengobatan tradisional. Salah satu tanaman fungsional
yang sering digunakan dalam pengobatan adalah daun Torbangun (Coleus
amboinicus Lour). Bahkan tanaman ini dijadikan panganan pendamping nasi,
misalnya sebagai sayuran. Oleh masyarakat batak di propinsi Sumatra Utara daun
Torbangun biasanya disajikan dalam bentuk sop yang dimasak secara tradisional
dengan santan.
Torbangun selain kaya akan serat juga kaya akan kandungan zat gizi mikro
seperti magnesium,besi, zinc, kalsium, α-tocopherol dan β-karoten. Selain itu juga
mengandung minyak atsiri antaralain fenol, karvakrol, isopropyl, okresol dan
sinerol serta zat aktif seperti flavonoid dan glikosida yang berguna sebagai
antioksidan (Batubara et al. 2004). Berdasarkan hasil penelitian Damanik (2006)
telah terbukti mengandung zat aktif lactagogum yang dapat meningkatkan
produksi ASI pada wanita suku Batak di Simalungun, Provinsi Sumatera Utara.
Selain berkhasiat sebagai lactagogum, masyarakat Batak juga meyakini khasiat
daun Torbangun sebagai pembersih rahim ibu yang baru melahirkan (uterine
cleansing agent), penambah tenaga (tonikum), pengurang rasa nyeri (analgesik),
(antimikroba/antibakteri) dan obat untuk menyembuhkan penyakit seperti
sariawan dan batuk (Damanik et al. 2004). Namun, investigasi lebih lanjut,
termasuk uji klinis pada manusia, yang diperlukan untuk mendukung manfaatnya
di bidang nutrisi dan kesehatan pada manusia (Damanik 2009). Berdasarkan hasil
3
penelitian Andriani et al (2012) kapsul serbuk daun Torbangun secara signifikan
mampu mempertahankan total kolesterol dalam kondisi normal.
Berdasarkan keunggulan yang dimiliki oleh ikan dan daun Torbangun
seperti kaya akan zat-zat gizi, serat serta antioksidan, peneliti tertarik untuk
mengkombinasikan konsumsi ikan secara rutin dan suplementasi kapsul serbuk
daun Torbangun (Coleus amboinicus Lour) pada masyarakat Kendari Sulawesi
Tenggara. Kedua senyawa alami dari ikan dan daun Torbangun (Coleus
amboinicus Lour) memungkinkan adanya pendekatan yang lebih komprehensif
dalam pengelolaan awal faktor risiko penyakit degeneratif khususnya hipertensi
dan hiperkolesterol.
Rumusan Masalah
1. Apakah suplementasi kapsul serbuk daun Torbangun dan konsumsi ikan
secara rutin dapat menormalkan tekanan darah pada penderita hipertensi.
2. Apakah suplementasi kapsul serbuk daun Torbangun dan konsumsi ikan
secara rutin dapat menormalkan kadar kolesterol total pada subjek yang
beresiko hiperkolesterolemia.
Tujuan Penelitian
Tujuan umum dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh
suplementasi kapsul serbuk daun Torbangun (Coleus amboinicus Lour) dan
konsumsi ikan secara rutin terhadap tekanan darah dan total kolesterol.
Tujuan Khusus
1. Mengetahui karakteristik subjek penelitian meliputi: umur, status gizi,
pekerjaan, pendidikan dan asal daerah.
2. Menganalisa pola konsumsi subjek penelitian meliputi: asupan zat gizi, dan
tingkat kecukupan energi, protein, karbohidrat, lemak, natrium, serat dan
kolesterol.
3. Mengetahui dan menganalisa angka tekanan darah dan total kolesterol subjek
penelitian.
4. Mengetahui perubahan angka tekanan darah dan total kolesterol subjek
penelitian sebelum dan setelah mengonsumsi ikan dan kapsul serbuk daun
Torbangun.
Hipotesis
H0 : Tidak ada pengaruh konsumsi ikan secara rutin dan suplementasi daun
Torbangun terhadap angka tekanan darah dan total kolesterol pada penderita
hipertensi dan resiko hiperkolesterol.
H1: Ada pengaruh konsumsi ikan secara rutin dan suplementasi daun
Torbangun terhadap angka tekanan darah dan total kolesterol pada penderita
hipertensi dan resiko hiperkolesterol.
4
Manfaat Penelitian
1. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memperkaya informasi tentang manfaat
konsumsi ikan dan daun Torbangun (Coleus amboinicus Lour) dikaitkan
dengan masalah kesehatan yang berhubungan dengan tekanan darah dan total
kolesterol.
2. Diharapkan pula penelitian ini dapat memberikan sumbangan yang berarti
bagi pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, khususnya pada peran
tanaman obat-obatan sebagai suplemen dalam dunia kesehatan.
2 TINJAUAN PUSTAKA
Tekanan Darah
Tekanan darah adalah tekanan yang ditimbulkan pada dinding arteri,
dimana tekanan puncak terjadi saat ventrikel berkontraksi dan disebut tekanan
sistolik. Tekanan diastolik adalah tekanan terendah saat pengisian darah di jantung
sebelum dipompakan ke seluruh tubuh (tekanan yang terjadi saat jantung
beristirahat). Tekanan darah biasanya digambarkan sebagai rasio tekanan sistolik
terhadap tekanan diastolik, dengan nilai dewasa normalnya berkisar dari 100/60
mmHg sampai 140/90 mmHg. Rata-rata tekanan darah normal 120/80 mmHg
(Smeltzer dan Bare 2001).
Menurut Hayens (2003), tekanan darah timbul ketika bersikulasi di dalam
pembuluh darah. Organ jantung dan pembuluh darah memiliki dinding yang
elastis dan ketahanan yang kuat untuk memompa darah. Palmer (2007)
menyatakan bahwa tekanan darah diukur dari tekanan darah sistolik dan tekanan
darah diastolik dalam satuan milimeter air raksa (mmHg).
Komite Nasional Gabungan Amerika Serikat untuk prevensi, deteksi,
valuasi dan pengobatan tekanan darah tinggi (Joint National Committee on
Prevention, detection, Evaluation and Treatment of High Blood Pressure)
selanjutnya disingkat JNC mengklasifikasikan tekanan darah dalam empat
kelompok yaitu tekanan darah normal, pra-hipertensi, hipertensi stadium I dan
hipertensi stadium II. Keempat kelompok tekanan darah tersebut dapat dilihat
seperti yang tertera pada Tabel 1.
Tabel 1 Klasifikasi tekanan darah orang dewasa menurut JNC-VII 2003
Tekanan Darah (mmHg)
Klasifikasi
Tekanan Darah
Sistolik
Diastolik
Normal
< 120
Dan < 80
Pra-Hipertensi
120 – 139
Atau 80 – 89
Hipertensi Stadium I
140 – 159
Atau 90 – 99
Hipertensi Stadium II
≥ 160
≥ 100
Sejalan dengan bertambahnya usia, hampir setiap orang mengalami
kenaikan tekanan darah. Tekanan sistolik terus meningkat sampai usia 80 tahun,
sementara tekanan diastolik terus meningkat sampai usia 55-60 tahun, kemudian
berkurang secara perlahan atau bahkan menurun drastis (Depkes 2006).
5
Pada pemeriksaan tekanan darah akan diperoleh hasil dua angka. Angka
yang lebih tinggi diperoleh pada saat jantung berkontraksi (sistolik) dan angka
yang lebih rendah diperoleh pada saat jantung berelaksasi (diastolik). Tekanan
darah kurang dari 120/80 mmHg didefinisikan sebagai tekanan darah normal.
Gangguan tekanan darah dapat berupa hipertensi (tekanan darah tinggi) maupun
hipotensi (tekanan darah rendah). Gangguan tekanan darah tersebut dapat
menimbulkan gangguan pada pembuluh darah seperti stroke, jantung dan bahkan
sampai gangguan ginjal (Depkes 2006).
Hipertensi dapat didefenisikan sebagai tekanan darah tinggi persisten
dimana tekanan sistoliknya di atas 140 mmHg dan tekanan diastolik di atas 90
mmHg (Smeltzer dan Bare 2001). Selain itu, dimulai dari tekanan darah 115/75
mmHg, kenaikan setiap 20/10 mmHg dalam tiga kali pengukuran dapat
meningkatkan resiko penyakit kardiovaskular sebanyak dua kali (Denio 2005).
Wiryowidagdo (2002) mengatakan bahwa hipertensi merupakan suatu
keadaan dimana keadaan tekanan darah seseorang berada pada tingkatan di atas
normal. Jadi tekanan di atas dapat diartikan sebagai peningkatan secara abnormal
dan terus menerus pada tekanan darah yang disebabkan satu atau beberapa faktor
yang tidak berjalan sebagaimana mestinya dalam mempertahankan tekanan darah
secara normal (Hayens 2003).
Pada waktu tidur malam hari tekanan darah berada dalam kondisi rendah,
sebaliknya tekanan darah dipengaruhi oleh kegiatan harian sehingga bila semakin
aktif seseorang maka semakin naik tekanan darahnya. Dapat dibayangkan
semakin tinggi tekanan darah seseorang maka semakin tinggi kekuatan yang
mendorong darah dan dapat mengakibatkan pecahnya pembuluh darah dan
perdarahan yang dapat terjadi di otak dan jantung sehingga dapat mengakibatkan
stroke, gagal jantung bahkan kematian (Hayens 2003).
Hipertensi seringkali tidak menimbulkan gejala (silent killer), sementara
tekanan darah yang terus meningkat akibat kesalahan pola hidup dan pola makan
dalam jangka waktu lama dapat menimbulkan komplikasi. Seseorang baru
merasakan dampak hipertensi ketika telah terjadi komplikasi. Jadi baru disadari
ketika telah menyebabkan gangguan organ seperti gangguan fungsi jantung,
fungsi ginjal, gangguan fungsi kognitif atau stroke (Lenny 2008).
Menurut Dalimartha et al. (2008) faktor pemicu hipertensi dibedakan
menjadi penyebab yang tidak dapat dikontrol (seperti keturunan, jenis kelamin,
dan umur), serta penyebab yang dapat dikontrol (seperti kegemukan, kurang
olahraga, merokok, konsumsi garam dan konsumsi alkohol yang berlebih).
Faktor-faktor yang menjadi penyebab penyakit hipertensi antara lain faktor
keturunan, berat badan, diet, alkohol, rokok, obat-obatan dan faktor penyakit lain.
Gaya hidup juga berpengaruh terhadap kemunculan serangan hipertensi.
Kebiasaan-kebiasaan tidak sehat seperti pola makan yang tidak seimbang dengan
kadar kolesterol yang tinggi, rokok dan alkohol, garam, minimnya olah raga dan
porsi istirahat sampai stres dapat berpengaruh terhadap kemunculan hipertensi.
Faktor keturunan tidak lagi diragukan pengaruhnya terhadap timbulnya hipertensi
hanya saja belum dapat dipastikan apakah ini disebabkan oleh sepasang gen
tunggal atau oleh banyak gen. Bagi yang memiliki faktor resiko ini seharusnya
lebih waspada dan lebih dini dalam melakukan upaya-upaya pencegahan. Contoh
yang paling sederhana adalah rutin memeriksakan darahnya minimal satu bulan
sekali disertai dengan menghindari faktor pencetus timbulnya hipertensi.
6
Gangguan tekanan darah selain hipertensi, bisa juga terjadi hipotensi.
Penyebab hipotensi bisa diakibatkan oleh beberapa faktor eksternal seperti (1)
dehidrasi (disebabkan karena kurang minum, diare dan muntah), (2) konsumsi
obat-obatan untuk tekanan darah tinggi, jantung, anti-depresi, obat disfungsi
ereksi atau obat Parkinson, (3) penggunaan obat berefek diuretik secara berlebihan
(seperti obat pelangsing), (4) anemia, infeksi berat, gangguan jantung, gangguan
sistem saraf pusat, gangguan endoktrin (termasuk hipotiroid, hipertiroid, diabetes,
dan kadar gula darah rendah) serta (5) terlalu lama berada di udara panas,
kehamilan, terlalu lama berbaring karena sakit atau lanjut usia.
Gaya hidup menggambarkan keseluruhan diri seseorang yang berinteraksi
dengan lingkungannya. Menurut Lenny (2008) gaya hidup sehat menggambarkan
pola perilaku sehari-hari yang mengarah pada upaya pemeliharaan kondisi fisik,
mental dan sosial agar tetap berada dalam keadaan yang baik. Gaya hidup sehat
meliputi kebiasaan tidur, makan, pengendalian berat badan, tidak merokok atau
minum-minuman beralkohol, berolahraga secara teratur dan terampil dalam
mengelola stres yang dialami.
Sejalan dengan pendapat Hayens (2003) menyebutkan bahwa perilaku
sehat (healthy behavior) adalah perilaku-perilaku atau kegiatan-kegiatan yang
berkaitan dengan upaya mempertahankan dan meningkatkan kesehatan. Untuk
mencapai gaya hidup yang sehat diperlukan pertahanan yang baik dengan
menghindari kelebihan dan kekurangan yang menyebabkan ketidakseimbangan
yang menurunkan kekebalan dan semua yang mendatangkan penyakit.
Enam langkah dalam perubahan gaya hidup yang sehat bagi para penderita
hipertensi yaitu mengatur pola makan (batasi sodium, tingkatkan asupan potasium
dan magnesium), mengonsumsi jenis makanan sereal, aktivitas (olah raga) secara
teratur, bantuan dari kelompok pendukung (teman maupun keluarga), berhenti
merokok dan hindari konsumsi alkohol berlebih.
Asupan Zat Gizi yang Berkaitan dengan Hipertensi
Asupan Natrium
Hayens (2003) menyarankan agar dalam sehari sebaiknya mengonsumsi
garam sebaiknya tidak lebih dari 2000 sampai 2500 mg. Karena tekanan darah
dapat meningkat bila asupan garam meningkat. Dimana pembatasan asupan
sodium dapat mempertinggi efek sebagian besar obat yang digunakan untuk
mengobati tekanan darah tinggi (seperti catopril).
Natrium atau sodium adalah kation utama dalam cairan ekstraselular.3040% natrium ada di dalam kerangka tubuh. Di dalam tubuh, natrium terdapat di
dalam sel (intraseluler) dan terutama terdapat dalam cairan di luar sel (cairan
extraseluler). Antara lain cairan saluran cerna, seperti cairan empedu dan pankreas,
mengandung banyak natrium. Angka kebutuhan gizi natrium pria dan wanita yang
berusia >18 tahun adalah sebesar 1500 mg (WKNPG 2004).
Hampir seluruh natrium yang dikonsumsi (3-7 gram sehari) diabsorbsi,
terutama di dalam usus halus. Natrium yang diabsorbsi dibawa oleh aliran darah
ke ginjal. Di ginjal natrium disaring dan dikembalikan ke aliran darah dalam
jumlah yang cukup untuk mempertahankan taraf natrium dalam darah. Kelebihan
natrium yang dikonsumsi akan dikeluarkan melalui urin. Dalam keadaan normal,
natrium yang dikeluaran melalui urin sejajar dengan jumlah natrium yang
dikonsumsi (Meikemayasari 2008).
7
Natrium berfungsi dalam menjaga keseimbangan cairan dalam tubuh.
Natrium mengatur tekanan osmosis yang menjaga cairan tidak keluar dari darah
dan masuk ke dalam sel. Bila jumlah natrium di dalam sel meningkat secara
berlebihan, air akan masuk ke dalam sel, akibatnya sel akan membengkak. Inilah
yang menyebabkan terjadinya pembengkakan dalam jaringan tubuh.
Keseimbangan cairan juga akan terganggu bila seseorang kehilangan natrium. Air
akan memasuki sel untuk mengencerkan natrium dalam sel, sehingga cairan
ekstraselular akan menurun. Perubahan cairan dalam sel ini dapat menurunkan
tekanan darah, (2) menjaga keseimbangan asam basa di dalam tubuh, (3)
pengaturan kepekaan otot dan saraf, yaitu berperan dalam transmisi saraf yang
menghasilkan terjadinya kontraksi otot, (4) berperan dalam absorpsi glukosa dan
(5) berperan sebagai alat angkut zat gizi lain melalui membran, terutama melalui
dinding usus. Sumber natrium dapat diperoleh dari garam dapur (NaCl), MSG,
kecap, makanan yang diawetkan, daging, ikan, unggas, susu dan telur. Perkiraan
kebutuhan natrium makanan sehari-hari biasanya cukup mengandung natrium
yang dibutuhkan tubuh. Taksiran kebutuhan natrium sehari untuk orang dewasa
adalah sebanyak 1500 mg. Setiap 1 gram garam dapur mengandung 400 mg
natrium. Apabila dikonversikan ke dalam ukuran rumah tangga maka 4 gram
garam dapur setara dengan ½ sendok teh atau sekitar 1600 mg natrium
(Meikemayasari 2008).
Kekurangan natrium dapat menyebabkan kejang, apatis dan kehilangan
nafsu makan. Kekurangan natrium dapat terjadi sesudah muntah, diare, keringat
berlebihan dan bila menjalankan diet rendah garam, sedangkan kelebihan natrium
dapat menimbulkan keracunan yang dalam keadaan akut menyebabkan edema dan
hipertensi. Hal ini dapat diatasi dengan meningkatkan konsumsi cairan. Kelebihan
asupan natrium secara terus-menerus terutama dalam bentuk garam dapur dapat
menimbulkan hipertensi (Meikemayasari 2008).
Asupan Kalium
Pola makan yang rendah kalium atau potasium menjadi salah satu faktor
pemicu tekanan darah tinggi. Kalium berfungsi sebagai diuretik sehingga
pengeluaran natrium melalui cairan urin akan meningkat, sehingga dapat
membantu menurunkan tekanan darah.
Kalium merupakan kation utama intraseluler. Perbandingan natrium dan
kalium di dalam cairan intraselular adalah 1:10, sedangkan di dalam cairan
ekstraselular 28:1. Sebanyak 95% kalium tubuh berada di dalam cairan
intraselular. Menurut Angka Kecukupan Gizi berdasarkan WKNPG (2004),
kebutuhan kalium pria dan wanita pada usia > 18 tahun adalah sebesar 2000
mg/hari.
Kalium diabsorpsi dengan mudah dalam usus halus. Sebanyak 80-90%
kalium yang dimakan diekskresi melalui urin, selebihnya dikeluarkan melalui
feses dan sedikit melalui keringat serta cairan lambung. Kadar kalium normal
dalam darah dipelihara oleh ginjal melalui kemampuan menyaring, mengabsorbsi
kembali dan mengeluarkan kalium di bawah pengaruh aldosteron. Kalium
dikeluarkan dalam bentuk ion dengan menggantikan ion natrium melalui
mekanisme pertukaran di dalam tubula ginjal.
Fungsi kalium diantaranya (1) bersama natrium melakukan pemeliharaan
keseimbangan cairan dan elektrolit serta keseimbangan asam basa, (2) bersama
8
kalsium, berperan dalam transmisi saraf dan relaksasi otot serta (3) di dalam sel
berfungsi sebagai katalisator dalam banyak reaksi biologik (metabolisme energi,
sintesis glikogen, dan protein).
Kekurangan kalium karena makanan jarang terjadi, kekurangan kalium
dapat terjadi karena kebanyakan kehilangan melalui saluran cerna (muntahmuntah dan diare kronis) serta kebanyakan menggunakan obat pencuci perut atau
ginjal (penggunaan obat-obat deuretik). Kekurangan kalium menyebabkan lemah,
lesu, kehilangan nafsu makan, kelumpuhan, mengigau dan konstipasi. Jantung
akan berdebar-debar dan menurunkan kemampuan untuk memompa darah,
sedangkan kelebihan kalium adalah hiperkalemi akut yang dapat menyebabkan
gagal jantung yang berakibat kematian. Kelebihan kalium juga dapat terjadi bila
ada gangguan fungsi ginjal (Meikemayasari 2008).
Kebutuhan minimum akan kalium adalah sebanyak 2000 mg sehari.
Sumber kalium diantaranya daging, ikan, unggas, tepung, buah-buahan dan
sayuran (makanan mentah/segar). Buah-buahan dan sayuran segar merupakan
sumber terbaik bagi kedua nutrisi tersebut untuk menurunkan tekanan darah
(Dalimartha et al. 2008). Kandungan kalium yang tinggi antara lain terdapat pada
air kelapa, pisang, alpukat, tomat dan nangka.
Asupan Makanan Jenis Serealia
Penelitian yang dimuat dalam American Journal of Clinical Nutrition yang
ditulis dalam Dalimartha et al. (2008), menyatakan bahwa pria yang
mengonsumsi sedikitnya satu porsi sereal dari jenis padi-padian per hari
mempunyai kemungkinan yang sangat kecil (0-20%) untuk terkena penyakit
jantung. Semakin banyak konsumsi padi-padian, semakin rendah resiko penyakit
jantung koroner, termasuk terkena hipertensi (Dalimartha et al. 2008).
Makanan jenis serealia, sayur-sayuran dan buah-buahan adalah makanan
yang mengandung serat yang larut dalam air berjenis musilase. Musilase sangat
berperan didalam membantu pencernaan makanan di usus halus selain itu
juga berfungsi sebagai penghancur flak dalam dinding arteri (Ramos et al. 2011).
Penelitian Ramos et al. (2011) dengan subjek penderita hiperkolesterolemia
menunjukkan bahwa mengonsumsi 26 gram serat larut per hari, menghasilkan
perubahan yang signifikan pada total kolesterol, LDL-kolesterol, dan trigliserida
namun tidak ada perubahan pada HDL-kolesterol. Lebih lanjut pada penelitian
dengan subjek vegetarian menunjukkan konsentrasi kolesterol lebih rendah dan
tingkat terjadinya penyakit jantung koroner pada kelompok ini lebih rendah
dibandingkan dengan kelompok lain yang mengonsumsi daging sehingga semakin
tinggi kolesterol jika tidak diimbangi dengan asupan serat yang cukup maka
akan terjadi atherosklerosis, dimana terjadi penyumbatan padapembuluh koroner
karena kolesterol plasma yang menumpuk (Koli et al. 2015).
Faktor Risiko Hipertensi yang Dapat Dikontrol
Aktivitas (Olah Raga)
Melalui olah raga yang teratur (aktivitas fisik aerobik selama 30-45 menit
per hari) dapat menurunkan tekanan darah (Yundini 2006). Palmer (2007)
mengatakan bahwa ada delapan cara untuk meningkatkan aktivitas fisik yaitu
dengan menyempatkan berjalan kaki misalnya mengantar anak kesekolah,
sisihkan 30 menit sebelum berangkat bekerja untuk berenang di kolam renang
9
terdekat, gunakan sepeda untuk pergi kerja selama 2 sampai 3 hari dalam satu
minggu, mulailah berlari setiap hari dimana melakukan latihan ringan pada
awalnya dan tingkatkan secara perlahan-lahan, pada saat istirahat makan siang
tinggalkan meja kerja anda dan mulailah berjalan atau bersepeda bersama
keluarga dan teman satu hari dalam satu minggu. Lakukan aktivitas baru misalnya
bergabung dengan klub tenis atau bulu tangkis, yang terakhir pilih tangga
dibandingkan lift atau eskalator. Karena dengan melakukan aktivitas fisik secara
teratur dapat menjaga kesehatan jantung yang merupakan organ pemompa darah.
Frekuensi olahraga yang baik yaitu bila seseorang melakukan olahraga
dalam waktu seminggu dilakukan 3-5 kali dan dilakukan secara teratur dengan
intensitas yang sedang dapat menurunkan tekanan darah (Divine 2009). Aktifitas
fisik dapat memperbaiki kecepatan jantung saat kondisi istirahat, kadar kolesterol
total, kadar LDL serta tekanan sistolik dan diastolik selama 6 minggu
(Nurrahmani 2012).
Olahraga bermanfaat karena memperbaiki fungsi paru-paru dan pemberian
O2 ke miokard, menurunkan BB sehingga lemak tubuh yang berlebihan berkurang
bersamaan dengan menurunnya LDL, menurunkan kolesterol darah total,
trigliserida, dan kadar gula darah pada penderita DM, menurunkan tekanan darah,
dan meningkatkan kesegaran jasmani (Lindvall et al. 2015). Beberapa penelitian
menunjukkan bahwa terdapat keuntungan dari pengaruh olahraga pada tekanan
darah. Analisis pertama menunjukkan bahwa berjalan kaki mengurangi tekanan
darah pada orang dewasa rata-rata sebesar 2% (Wu T et al. 2009). Analisis kedua,
menunjukkan bahwa aerobik menurunkan tekanan darah sistolik rata-rata 4
mmHg dan tekanan darah diastolik 2 mmHg pada pasien dengan atau tanpa
tekanan darah tinggi (Lindvall et al. 2015).
Rokok, Kopi dan Alkohol Berlebih
Rokok adalah racun yang bekerja lambat tetapi pasti. Sebatang rokok
mengandung kurang lebih delapan belas racun. Apabila sebatang rokok disulut,
maka berhamburanlah aneka macam racun bersama asap yang keluar, diantaranya
gas karbon monoksida, nitrogen oksida, amonia, benzene, methanol, perylene,
hydrogen cyanide, acrolein, acetilen, benzaldehyde, arsenikum, benzopyrene,
urethane, coumarin, ortocresol, nikotin, tar, dan lainlain (Bangun 2008). Ketika
suatu rokok dihisap, nikotin dengan seketika masuk ke aliran darah dan
menjangkau otak dalam waktu enam detik, dimana lebih dari 15% nikotin diserap.
Saat nikotin menjangkau otak, sinyal kelenjar adrenal melepaskan norepinefrin
dan epinefrin (adrenalin) yang meningkatkan tekanan darah sistolik dan diastolik
(Kolahdooz 2013).
Nikotin dalam tembakau adalah penyebab meningkatnya tekanan darah.
Nikotin diserap oleh pembuluh-pembuluh darah di dalam paru-paru dan diedarkan
ke aliran darah. Dalam beberapa detik nikotin mencapai ke otak. Otak bereaksi
terhadap nikotin dengan memberi sinyal pada kelenjar adrenal untuk melepas
epinefrin (adrenalin), sehingga dengan pelepasan hormon ini akan menyempitkan
pembuluh darah dan memaksa jantung untuk bekerja lebih berat karena tekanan
yang lebih tinggi (Sheps 2005).
Menurut Bangun (2008), nikotin yang terkandung dalam rokok
menyebabkan epinefrin dan norepinefrin dalam darah meningkat, yang
menyebabkan jantung berdebar lebih cepat dan pembuluh darah berkontraksi atau
10
menyempit. Debar jantung yang lebih cepat akan meningkatkan kebutuhan akan
oksigen pada otot jantung. Sementara itu, persediaan oksigen jadi menurun karena
oksigen yang ada akan diikat oleh karbon monoksida yang dihasilkan oleh rokok.
Dalam hal ini, nikotin yang berperan membuat irama jantung tidak teratur,
menimbulkan kerusakan lapisan dalam pembuluh darah dan menimbulkan
penggumpalan darah sehingga serangan jantung mengikutinya.
Kopi mengandung kafein yang dapat meningkatkan debar jantung dan
naiknya tekanan darah. Kafein merupakan salah satu zat yang terdapat dalam kopi
yang meningkatkan pelepasan hormon norepinefrin yang akan menyebabkan
vasokontriksi dan membatasi aliran darah. Selain itu, kafein juga menstimulasi
pelepasan hormon katekolamin dan kartisol yang akan memobilitasi metabolisme
trigliserida menjadi asam lemak bebas pada saat beraktivitas fisik tetapi justru
dapat menambah penyimpanan trigliserida pada keadaan kurang aktivitas fisik.
Kafein ini bekerja secara langsung pada jaringan adiposa dan berinteraksi dengan
reseptor untuk melepaskan asam lemak bebas (Wijayakusuma 2005).
Demikian juga dengan alkohol, efek semakin banyak mengonsumsi
alkohol maka semakin tinggi tekanan darah, sehingga peluang terkena hipertensi
semakin tinggi (Hayens 2003). Menurut Sheps (2005) alkohol dalam darah
merangsang pelepasan epinefrin (adrenalin) dan hormon-hormon lain yang
membuat pembuluh darah menyempit atau menyebabkan penumpukan lebih
banyak natrium dan air. Selain itu minum alkohol yang berlebihan dapat
menyebabkan kekurangan gizi yaitu penurunan kadar kalsium dan magnesium,
rendahnya kadar dari kalsium dan magnesium berkaitan dengan peningkatan
tekanan darah (Sheps 2005). Beberapa laporan menyimpulkan bahwa efek alkohol
dimulai dari asupan alkohol yang paling rendah. Jadi, seseorang yang tidak
mengonsumsi alkohol maka cenderung memiliki tekanan darah yang normal.
Laporan lain menunjukkan ada batas atau ambang tertentu dari alkohol yang dapat
mempengaruhi tekanan darah (Hayens 2003).
Alkohol bersifat meningkatkan aktivitas saraf simpatis karena dapat
merangsang sekresi corticotropin releasing hormone (CRH) yang berujung pada
peningkatan tekanan darah (Irza 2009). Konsumsi alkohol diakui sebagai faktor
penting yang berhubungan dengan tekanan darah. Kebiasaan konsumsi alkohol
harus dihilangkan untuk menghindari peningkatan tekanan darah (Hartono 2006).
Jika dibandingkan dengan orang yang bukan peminum alkohol, maka terdapat
perbedaan yang signifikan dalam hal tingginya tekanan darah. Konsumsi alkohol
3 kali per hari dapat menjadi pencetus meningkatnya tekanan darah dan
berhubungan dengan peningkatan 3 mmHg. Konsumsi alkohol seharusnya kurang
dari 2 kali per hari (24 oz bir, 10 oz wine, atau 2 oz whiskey murni) pada laki-laki
untuk pencegahan peningkatan tekanan darah. Bagi perempuan dan orang yang
memiliki berat badan berlebih, direkomendasikan tidak lebih dari 1 kali minum
per hari (Krummel 2004).
Hiperkolesterolemia
Seseorang dinyatakan kelebihan kadar kolesterol dalam darah atau
kolesterol tinggi jika total kadar kolesterol mencapai lebih dari 240 mg/dL.
Kelebihan kolesterol jahat bisa mengakibatkan penumpukan lemak yang
menyumbat pembuluh darah.
11
Kolesterol adalah suatu zat lemak yang beredar di dalam darah, diproduksi
oleh hati dan sangat diperlukan oleh tubuh. Kolesterol berlebih akan menimbulkan
masalah terutama pada pembuluh darah, jantung dan otak. Darah mengandung
80% kolesterol yang diproduksi oleh tubuh sendiri dan 20% berasal dari makanan.
Kolesterol yang diproduksi terdiri atas 2 jenis yaitu kolesterol HDL (High Density
Lipoprotein) dan kolesterol LDL (Low Density Lipoprotein). Bila kolesterol LDL
jumlahnya berlebih di dalam darah akan diendapkan pada dinding pembuluh
darah dan membentuk bekuan yang dapat menyumbat pembulun darah
(aterosklerosis), sedangkan kolesterol HDL mempunyai fungsi membersihkan
pembuluh darah dari kolesterol LDL yang berlebihan. Selain itu ada trigliserida
yang terbentuk sebagai hasil dari metabolisme makanan yang berbentuk lemak,
karbohidrat dan protein yang berlebihan (Dalimartha et al. 2008).
Secara normal kolesterol dapat diproduksi oleh tubuh sesuai dengan
kebutuhan namun dapat meningkat karena makanan yang kita makan mengandung
kolesterol. Kolesterol yang berlebihan dapat membuat penumpukan di pembuluh
darah dan dapat menimbulkan penyempitan, karena itulah dapat menyebabkan
seseorang terserang stroke dan jantung.
Kolesterol diangkut oleh lipoprotein menuju sel-sel yang membutuhkan
termasuk jantung dan otak, sedangkan kelebihan kolesterol diangkut oleh HDL
menuju hati yang kemudian diurai dan masuk ke empedu sebagai asam empedu.
LDL memiliki kandungan lemak yang lebih banyak dibandingkan dengan dengan
HDL. LDL dianggap lemak yang jahat karena dapat menempel di dinding
pembuluh darah sedangkan HDL dianggap lemak yang baik karena membawa
lemak yang berlebih menuju hati.
Mekanisme kenaikan kolesterol dalam darah dapat terjadi karena sintesa
kolesterol berlebih dalam tubuh dan asupan kolesterol dari bahan pangan harian,
terutama yang tinggi kolesterol, seperti hati, kuning telur, otak, dan makananmakanan cepat saji (fast food). Naiknya kolesterol darah lebih banyak disebabkan
oleh peningkatan pembentukannya dalam hati yang dalam keadaan normal
mencapai 500 mg/hari. Penyebab lain adalah meningkatnya penyerapan kolesterol
kembali dalam usus halus (Hartono 1996).
Plak pada kolesterol bersifat rapuh dan mudah pecah, apabila terjadi luka
pada dinding pembuluh darah dapat memicu pembentukan bekuan darah. Karena
pembuluh darah sudah tersendat oleh kolesterol maka keberadaan bekuan darah
dapat menyumbat sepenuhnya aliran darah, kondisi ini disebut aterosklerosis dan
dapat terjadi di arteri pada jantung, otak, ginjal atau organ vital lainnya. Kadar
kolesterol yang tinggi dapat membuat darah menjadi kental sehingga mengurangi
oksigen dan gejalanya dapat dirasakan seperti sakit kepala dan pegal-pegal,
namun tidak sedikit yang tanpa gejala (National Cardiovascular Center Harapan
Kita 2011).
Beberapa faktor yang mempengaruhi total kolesterol, diantaranya asupan
lemak yang tinggi, kebiasaan merokok, kurangnya aktivitas (sedentary life style).
Dalimartha et al. (2008) menyarankan asupan lemak
(Coleus amboinicus Lour) DAN KONSUMSI IKAN SECARA RUTIN
TERHADAP TEKANAN DARAH DAN TOTAL KOLESTEROL
SITTI ALVIANTI
SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2015
PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA
Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis berjudul Pengaruh Suplementasi
Kapsul Serbuk Daun Torbangun (Coleus amboinicus Lour) dan Konsumsi Ikan
Secara Rutin Terhadap Tekanan Darah dan Total Kolesterol adalah benar karya
saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk
apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau
dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah
disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir
tesis ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut
Pertanian Bogor.
Bogor, September 2015
Sitti Alvianti
NIM I151114011
RINGKASAN
SITTI ALVIANTI. Pengaruh Suplementasi Kapsul Serbuk Daun Torbangun
(Coleus amboinicus Lour) dan Konsumsi Ikan Secara Rutin Terhadap Tekanan
Darah dan Total Kolesterol. Dibimbing oleh M. RIZAL M. DAMANIK dan SRI
ANNA MARLIYATI.
Prevalensi hipertensi dan hiperkolesterolemia di Indonesia saat ini cukup
tinggi. Faktor yang mempengaruhi diantaranya aktifitas fisik, status gizi dan
konsumsi pangan. Mengonsumsi kapsul serbuk daun Torbangun (Coleus
amboinicus Lour) dan ikan secara rutin memungkinkan adanya pendekatan yang
lebih komprehensif dalam pengelolaan awal faktor risiko penyakit degeneratif
khususnya hipertensi dan hiperkolesterol.
Tujuan umum dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh
suplementasi kapsul serbuk daun Torbangun (Coleus amboinicus Lour) dan
konsumsi ikan secara rutin terhadap tekanan darah dan total kolesterol. Penelitian
ini merupakan jenis penelitian kuasi eksperimental. Desain penelitian yang
digunakan adalah pre-post test with control design. Subjek penelitian adalah
masyarakat kota Kendari yang tergabung dalam lembaga kerukunan masyarakat
WAKATOBI provinsi Sulawesi Tenggara. Setelah diseleksi berdasarkan syarat
inklusi dan menyetujui Informed Consent diperoleh 32 orang subjek berpartisipasi
dalam penelitian ini dan selanjutnya dibagi menjadi 2 kelompok (16 perlakuan
kapsul serbuk daun Torbangun dan 16 kontrol).
Data karakteristik subjek, pola konsumsi pangan, tekanan darah dan total
kolesterol subjek disajikan secara deskriptif. Pengaruh konsumsi ikan dan kapsul
serbuk daun Torbangun pada kelompok perlakuan dan kelompok kontrol terhadap
angka tekanan darah dan total kolesterol dianalisa dengan menggunakan uji t.
Sebagian besar subjek penelitian memiliki status gizi gemuk, berumur 30 60 tahun, berprofesi sebagai dosen dengan latar belakang sarjana serta berasal dari
daerah Sulawesi. Hasil penelitian di empat titik pengukuran (H0, H14, H22, H35)
menunjukkan bahwa pada awal penelitian tekanan darah sistol, diastol, maupun
total kolesterol subjek kelompok perlakuan tidak berbeda nyata (P>0.05) dengan
kelompok kontrol. Demikian pula yang terjadi pada hari ke empat belas. Pada hari
ke 22 penelitian, tekanan darah sistol subjek kelompok perlakuan berbeda nyata
(P0.05) in the
control group. Similarly, what happened on day fourteen. On day 22 the study,
subjects systolic blood pressure treatment groups was significantly different
(P18 tahun adalah sebesar 29,8%.
Sementara untuk hiperkolesterolemia, menurut Balitbangkes (2005) pada Survei
Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) tahun 2004, prevalensi hiperkolesterolemia di
Indonesia pada usia 25 - 34 tahun sebesar 9,3%.
Ada beberapa faktor yang dapat mempengaruhi tekanan darah dan
kolesterol diantaranya pola makan yang tinggi natrium, lemak dan kolesterol serta
kurangnya asupan protein dan serat seperti pada makanan-makanan siap saji.
Faktor lainnya adalah gaya hidup seperti kebiasaan merokok, mengonsumsi
alkohol dan rendahnya kebiasaan olahraga akibat sedentary life style, psikososial
(tingkat stres), genetik, usia, jenis kelamin dan status gizi (Depkes 2007).
Pola makan yang tidak sehat dan lebih bersifat praktis seperti maraknya
aneka makanan siap saji maupun junk food banyak dikonsumsi oleh masyarakat.
Jenis makanan tersebut biasanya hanya menyediakan tinggi energi, lemak dan
natrium. Sementara kandungan protein, serat, vitamin dan mineral yang penting
bagi kesehatan tubuh biasanya jarangsekali dijumpai pada makanan-makanan
tersebut. Pola makan tinggi natrium dan rendah serat yangsering dikonsumsi oleh
masyarakat, tanpa disadari telah memicu hipertensi dan hiperkolesterolemia
(Depkes 2007).
Pentingnya memperhatikan pola makan bagi pencegahan awal faktor
resiko hipertensi dan hiperkolesterolemia membuat masyarakat harus
mengonsumsi bahan pangan yang aman serta memenuhi standar gizi seimbang.
Ikan adalah salah satu bahan pangan yang sering dikonsumsi masyarakat
2
Indonesia karena memiliki senyawa alami yang baik buat kesehatan. Ikan
mempunyai beberapa kelebihan, diantaranya adalah mengandung omega 3 dan
omega 6 serta kelengkapan komposisi asam amino.
Dalam beberapa penelitian mengungkapkan bahwa omega 3 yang terdapat
pada minyak ikan dapat mencegah penyakit jantung dan penyakit degeneratif
lainnya. Studi epidemiologi pada awal tahun 1970 menunjukkan bahwa
kurangnya penderita penyakit jantung koroner di kalangan orang Eskimo,
kemungkinan berkaitan dengan kebiasaan mengonsumsi makanan khususnya ikan
yang kaya akan asam lemak tak jenuh. Beberapa studi telah membuktikan bahwa
mengonsumsi ikan menurunkan kadar LDL (Low-density lipoprotein) atau
kolesterol jahat. Selain itu mengonsumsi ikan juga dapat menjaga tekanan darah
dalam batas normal, sehingga sangat membantu bagi orang yang menderita
hipertensi (Garaiova et al. 2013). Studi lain menyebutkan bahwa kandungan
omega 3 dalam minyak ikan juga mengurangi risiko serangan jantung dan stroke.
Alasan dasar dari serangan jantung dan stroke adalah arteri yang tersumbat.
Ketika plak menumpuk di dinding arteri, membuat tekanan pada aliran darah dan
ketika tekanan melintasi batas maka menghasilkan serangan jantung atau stroke
(Virtanen et al. 2008).
Secara nasional rata-rata konsumsi ikan perkapita penduduk Indonesia
sebesar 35,40 kg/kapita/tahun, jumlah tersebut telah melebihi Pola Pangan
Harapan (PPH) sebesar 30,40 kg/kapita setiap tahunnya (KKP 2013). Sulawesi
Tenggara adalah salah satu provinsi dengan prevalensi terbesar dalam
mengonsumsi ikan sebesar 47,71 kg/kapita/tahun (BPS 2010).
Tingginya kejadian penyakit degeneratif di masyarakat menyebabkan
penggunaan bahan alami saat ini cenderung meningkat, terutama dalam upaya
promotif, preventif dan rehabilitatif. Ditambah lagi dengan adanya isu back to
nature, maka selain konsumsi ikan, masyarakat menggunakan tanaman fungsional
dan tanaman obat sebagai pengobatan tradisional. Salah satu tanaman fungsional
yang sering digunakan dalam pengobatan adalah daun Torbangun (Coleus
amboinicus Lour). Bahkan tanaman ini dijadikan panganan pendamping nasi,
misalnya sebagai sayuran. Oleh masyarakat batak di propinsi Sumatra Utara daun
Torbangun biasanya disajikan dalam bentuk sop yang dimasak secara tradisional
dengan santan.
Torbangun selain kaya akan serat juga kaya akan kandungan zat gizi mikro
seperti magnesium,besi, zinc, kalsium, α-tocopherol dan β-karoten. Selain itu juga
mengandung minyak atsiri antaralain fenol, karvakrol, isopropyl, okresol dan
sinerol serta zat aktif seperti flavonoid dan glikosida yang berguna sebagai
antioksidan (Batubara et al. 2004). Berdasarkan hasil penelitian Damanik (2006)
telah terbukti mengandung zat aktif lactagogum yang dapat meningkatkan
produksi ASI pada wanita suku Batak di Simalungun, Provinsi Sumatera Utara.
Selain berkhasiat sebagai lactagogum, masyarakat Batak juga meyakini khasiat
daun Torbangun sebagai pembersih rahim ibu yang baru melahirkan (uterine
cleansing agent), penambah tenaga (tonikum), pengurang rasa nyeri (analgesik),
(antimikroba/antibakteri) dan obat untuk menyembuhkan penyakit seperti
sariawan dan batuk (Damanik et al. 2004). Namun, investigasi lebih lanjut,
termasuk uji klinis pada manusia, yang diperlukan untuk mendukung manfaatnya
di bidang nutrisi dan kesehatan pada manusia (Damanik 2009). Berdasarkan hasil
3
penelitian Andriani et al (2012) kapsul serbuk daun Torbangun secara signifikan
mampu mempertahankan total kolesterol dalam kondisi normal.
Berdasarkan keunggulan yang dimiliki oleh ikan dan daun Torbangun
seperti kaya akan zat-zat gizi, serat serta antioksidan, peneliti tertarik untuk
mengkombinasikan konsumsi ikan secara rutin dan suplementasi kapsul serbuk
daun Torbangun (Coleus amboinicus Lour) pada masyarakat Kendari Sulawesi
Tenggara. Kedua senyawa alami dari ikan dan daun Torbangun (Coleus
amboinicus Lour) memungkinkan adanya pendekatan yang lebih komprehensif
dalam pengelolaan awal faktor risiko penyakit degeneratif khususnya hipertensi
dan hiperkolesterol.
Rumusan Masalah
1. Apakah suplementasi kapsul serbuk daun Torbangun dan konsumsi ikan
secara rutin dapat menormalkan tekanan darah pada penderita hipertensi.
2. Apakah suplementasi kapsul serbuk daun Torbangun dan konsumsi ikan
secara rutin dapat menormalkan kadar kolesterol total pada subjek yang
beresiko hiperkolesterolemia.
Tujuan Penelitian
Tujuan umum dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh
suplementasi kapsul serbuk daun Torbangun (Coleus amboinicus Lour) dan
konsumsi ikan secara rutin terhadap tekanan darah dan total kolesterol.
Tujuan Khusus
1. Mengetahui karakteristik subjek penelitian meliputi: umur, status gizi,
pekerjaan, pendidikan dan asal daerah.
2. Menganalisa pola konsumsi subjek penelitian meliputi: asupan zat gizi, dan
tingkat kecukupan energi, protein, karbohidrat, lemak, natrium, serat dan
kolesterol.
3. Mengetahui dan menganalisa angka tekanan darah dan total kolesterol subjek
penelitian.
4. Mengetahui perubahan angka tekanan darah dan total kolesterol subjek
penelitian sebelum dan setelah mengonsumsi ikan dan kapsul serbuk daun
Torbangun.
Hipotesis
H0 : Tidak ada pengaruh konsumsi ikan secara rutin dan suplementasi daun
Torbangun terhadap angka tekanan darah dan total kolesterol pada penderita
hipertensi dan resiko hiperkolesterol.
H1: Ada pengaruh konsumsi ikan secara rutin dan suplementasi daun
Torbangun terhadap angka tekanan darah dan total kolesterol pada penderita
hipertensi dan resiko hiperkolesterol.
4
Manfaat Penelitian
1. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memperkaya informasi tentang manfaat
konsumsi ikan dan daun Torbangun (Coleus amboinicus Lour) dikaitkan
dengan masalah kesehatan yang berhubungan dengan tekanan darah dan total
kolesterol.
2. Diharapkan pula penelitian ini dapat memberikan sumbangan yang berarti
bagi pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, khususnya pada peran
tanaman obat-obatan sebagai suplemen dalam dunia kesehatan.
2 TINJAUAN PUSTAKA
Tekanan Darah
Tekanan darah adalah tekanan yang ditimbulkan pada dinding arteri,
dimana tekanan puncak terjadi saat ventrikel berkontraksi dan disebut tekanan
sistolik. Tekanan diastolik adalah tekanan terendah saat pengisian darah di jantung
sebelum dipompakan ke seluruh tubuh (tekanan yang terjadi saat jantung
beristirahat). Tekanan darah biasanya digambarkan sebagai rasio tekanan sistolik
terhadap tekanan diastolik, dengan nilai dewasa normalnya berkisar dari 100/60
mmHg sampai 140/90 mmHg. Rata-rata tekanan darah normal 120/80 mmHg
(Smeltzer dan Bare 2001).
Menurut Hayens (2003), tekanan darah timbul ketika bersikulasi di dalam
pembuluh darah. Organ jantung dan pembuluh darah memiliki dinding yang
elastis dan ketahanan yang kuat untuk memompa darah. Palmer (2007)
menyatakan bahwa tekanan darah diukur dari tekanan darah sistolik dan tekanan
darah diastolik dalam satuan milimeter air raksa (mmHg).
Komite Nasional Gabungan Amerika Serikat untuk prevensi, deteksi,
valuasi dan pengobatan tekanan darah tinggi (Joint National Committee on
Prevention, detection, Evaluation and Treatment of High Blood Pressure)
selanjutnya disingkat JNC mengklasifikasikan tekanan darah dalam empat
kelompok yaitu tekanan darah normal, pra-hipertensi, hipertensi stadium I dan
hipertensi stadium II. Keempat kelompok tekanan darah tersebut dapat dilihat
seperti yang tertera pada Tabel 1.
Tabel 1 Klasifikasi tekanan darah orang dewasa menurut JNC-VII 2003
Tekanan Darah (mmHg)
Klasifikasi
Tekanan Darah
Sistolik
Diastolik
Normal
< 120
Dan < 80
Pra-Hipertensi
120 – 139
Atau 80 – 89
Hipertensi Stadium I
140 – 159
Atau 90 – 99
Hipertensi Stadium II
≥ 160
≥ 100
Sejalan dengan bertambahnya usia, hampir setiap orang mengalami
kenaikan tekanan darah. Tekanan sistolik terus meningkat sampai usia 80 tahun,
sementara tekanan diastolik terus meningkat sampai usia 55-60 tahun, kemudian
berkurang secara perlahan atau bahkan menurun drastis (Depkes 2006).
5
Pada pemeriksaan tekanan darah akan diperoleh hasil dua angka. Angka
yang lebih tinggi diperoleh pada saat jantung berkontraksi (sistolik) dan angka
yang lebih rendah diperoleh pada saat jantung berelaksasi (diastolik). Tekanan
darah kurang dari 120/80 mmHg didefinisikan sebagai tekanan darah normal.
Gangguan tekanan darah dapat berupa hipertensi (tekanan darah tinggi) maupun
hipotensi (tekanan darah rendah). Gangguan tekanan darah tersebut dapat
menimbulkan gangguan pada pembuluh darah seperti stroke, jantung dan bahkan
sampai gangguan ginjal (Depkes 2006).
Hipertensi dapat didefenisikan sebagai tekanan darah tinggi persisten
dimana tekanan sistoliknya di atas 140 mmHg dan tekanan diastolik di atas 90
mmHg (Smeltzer dan Bare 2001). Selain itu, dimulai dari tekanan darah 115/75
mmHg, kenaikan setiap 20/10 mmHg dalam tiga kali pengukuran dapat
meningkatkan resiko penyakit kardiovaskular sebanyak dua kali (Denio 2005).
Wiryowidagdo (2002) mengatakan bahwa hipertensi merupakan suatu
keadaan dimana keadaan tekanan darah seseorang berada pada tingkatan di atas
normal. Jadi tekanan di atas dapat diartikan sebagai peningkatan secara abnormal
dan terus menerus pada tekanan darah yang disebabkan satu atau beberapa faktor
yang tidak berjalan sebagaimana mestinya dalam mempertahankan tekanan darah
secara normal (Hayens 2003).
Pada waktu tidur malam hari tekanan darah berada dalam kondisi rendah,
sebaliknya tekanan darah dipengaruhi oleh kegiatan harian sehingga bila semakin
aktif seseorang maka semakin naik tekanan darahnya. Dapat dibayangkan
semakin tinggi tekanan darah seseorang maka semakin tinggi kekuatan yang
mendorong darah dan dapat mengakibatkan pecahnya pembuluh darah dan
perdarahan yang dapat terjadi di otak dan jantung sehingga dapat mengakibatkan
stroke, gagal jantung bahkan kematian (Hayens 2003).
Hipertensi seringkali tidak menimbulkan gejala (silent killer), sementara
tekanan darah yang terus meningkat akibat kesalahan pola hidup dan pola makan
dalam jangka waktu lama dapat menimbulkan komplikasi. Seseorang baru
merasakan dampak hipertensi ketika telah terjadi komplikasi. Jadi baru disadari
ketika telah menyebabkan gangguan organ seperti gangguan fungsi jantung,
fungsi ginjal, gangguan fungsi kognitif atau stroke (Lenny 2008).
Menurut Dalimartha et al. (2008) faktor pemicu hipertensi dibedakan
menjadi penyebab yang tidak dapat dikontrol (seperti keturunan, jenis kelamin,
dan umur), serta penyebab yang dapat dikontrol (seperti kegemukan, kurang
olahraga, merokok, konsumsi garam dan konsumsi alkohol yang berlebih).
Faktor-faktor yang menjadi penyebab penyakit hipertensi antara lain faktor
keturunan, berat badan, diet, alkohol, rokok, obat-obatan dan faktor penyakit lain.
Gaya hidup juga berpengaruh terhadap kemunculan serangan hipertensi.
Kebiasaan-kebiasaan tidak sehat seperti pola makan yang tidak seimbang dengan
kadar kolesterol yang tinggi, rokok dan alkohol, garam, minimnya olah raga dan
porsi istirahat sampai stres dapat berpengaruh terhadap kemunculan hipertensi.
Faktor keturunan tidak lagi diragukan pengaruhnya terhadap timbulnya hipertensi
hanya saja belum dapat dipastikan apakah ini disebabkan oleh sepasang gen
tunggal atau oleh banyak gen. Bagi yang memiliki faktor resiko ini seharusnya
lebih waspada dan lebih dini dalam melakukan upaya-upaya pencegahan. Contoh
yang paling sederhana adalah rutin memeriksakan darahnya minimal satu bulan
sekali disertai dengan menghindari faktor pencetus timbulnya hipertensi.
6
Gangguan tekanan darah selain hipertensi, bisa juga terjadi hipotensi.
Penyebab hipotensi bisa diakibatkan oleh beberapa faktor eksternal seperti (1)
dehidrasi (disebabkan karena kurang minum, diare dan muntah), (2) konsumsi
obat-obatan untuk tekanan darah tinggi, jantung, anti-depresi, obat disfungsi
ereksi atau obat Parkinson, (3) penggunaan obat berefek diuretik secara berlebihan
(seperti obat pelangsing), (4) anemia, infeksi berat, gangguan jantung, gangguan
sistem saraf pusat, gangguan endoktrin (termasuk hipotiroid, hipertiroid, diabetes,
dan kadar gula darah rendah) serta (5) terlalu lama berada di udara panas,
kehamilan, terlalu lama berbaring karena sakit atau lanjut usia.
Gaya hidup menggambarkan keseluruhan diri seseorang yang berinteraksi
dengan lingkungannya. Menurut Lenny (2008) gaya hidup sehat menggambarkan
pola perilaku sehari-hari yang mengarah pada upaya pemeliharaan kondisi fisik,
mental dan sosial agar tetap berada dalam keadaan yang baik. Gaya hidup sehat
meliputi kebiasaan tidur, makan, pengendalian berat badan, tidak merokok atau
minum-minuman beralkohol, berolahraga secara teratur dan terampil dalam
mengelola stres yang dialami.
Sejalan dengan pendapat Hayens (2003) menyebutkan bahwa perilaku
sehat (healthy behavior) adalah perilaku-perilaku atau kegiatan-kegiatan yang
berkaitan dengan upaya mempertahankan dan meningkatkan kesehatan. Untuk
mencapai gaya hidup yang sehat diperlukan pertahanan yang baik dengan
menghindari kelebihan dan kekurangan yang menyebabkan ketidakseimbangan
yang menurunkan kekebalan dan semua yang mendatangkan penyakit.
Enam langkah dalam perubahan gaya hidup yang sehat bagi para penderita
hipertensi yaitu mengatur pola makan (batasi sodium, tingkatkan asupan potasium
dan magnesium), mengonsumsi jenis makanan sereal, aktivitas (olah raga) secara
teratur, bantuan dari kelompok pendukung (teman maupun keluarga), berhenti
merokok dan hindari konsumsi alkohol berlebih.
Asupan Zat Gizi yang Berkaitan dengan Hipertensi
Asupan Natrium
Hayens (2003) menyarankan agar dalam sehari sebaiknya mengonsumsi
garam sebaiknya tidak lebih dari 2000 sampai 2500 mg. Karena tekanan darah
dapat meningkat bila asupan garam meningkat. Dimana pembatasan asupan
sodium dapat mempertinggi efek sebagian besar obat yang digunakan untuk
mengobati tekanan darah tinggi (seperti catopril).
Natrium atau sodium adalah kation utama dalam cairan ekstraselular.3040% natrium ada di dalam kerangka tubuh. Di dalam tubuh, natrium terdapat di
dalam sel (intraseluler) dan terutama terdapat dalam cairan di luar sel (cairan
extraseluler). Antara lain cairan saluran cerna, seperti cairan empedu dan pankreas,
mengandung banyak natrium. Angka kebutuhan gizi natrium pria dan wanita yang
berusia >18 tahun adalah sebesar 1500 mg (WKNPG 2004).
Hampir seluruh natrium yang dikonsumsi (3-7 gram sehari) diabsorbsi,
terutama di dalam usus halus. Natrium yang diabsorbsi dibawa oleh aliran darah
ke ginjal. Di ginjal natrium disaring dan dikembalikan ke aliran darah dalam
jumlah yang cukup untuk mempertahankan taraf natrium dalam darah. Kelebihan
natrium yang dikonsumsi akan dikeluarkan melalui urin. Dalam keadaan normal,
natrium yang dikeluaran melalui urin sejajar dengan jumlah natrium yang
dikonsumsi (Meikemayasari 2008).
7
Natrium berfungsi dalam menjaga keseimbangan cairan dalam tubuh.
Natrium mengatur tekanan osmosis yang menjaga cairan tidak keluar dari darah
dan masuk ke dalam sel. Bila jumlah natrium di dalam sel meningkat secara
berlebihan, air akan masuk ke dalam sel, akibatnya sel akan membengkak. Inilah
yang menyebabkan terjadinya pembengkakan dalam jaringan tubuh.
Keseimbangan cairan juga akan terganggu bila seseorang kehilangan natrium. Air
akan memasuki sel untuk mengencerkan natrium dalam sel, sehingga cairan
ekstraselular akan menurun. Perubahan cairan dalam sel ini dapat menurunkan
tekanan darah, (2) menjaga keseimbangan asam basa di dalam tubuh, (3)
pengaturan kepekaan otot dan saraf, yaitu berperan dalam transmisi saraf yang
menghasilkan terjadinya kontraksi otot, (4) berperan dalam absorpsi glukosa dan
(5) berperan sebagai alat angkut zat gizi lain melalui membran, terutama melalui
dinding usus. Sumber natrium dapat diperoleh dari garam dapur (NaCl), MSG,
kecap, makanan yang diawetkan, daging, ikan, unggas, susu dan telur. Perkiraan
kebutuhan natrium makanan sehari-hari biasanya cukup mengandung natrium
yang dibutuhkan tubuh. Taksiran kebutuhan natrium sehari untuk orang dewasa
adalah sebanyak 1500 mg. Setiap 1 gram garam dapur mengandung 400 mg
natrium. Apabila dikonversikan ke dalam ukuran rumah tangga maka 4 gram
garam dapur setara dengan ½ sendok teh atau sekitar 1600 mg natrium
(Meikemayasari 2008).
Kekurangan natrium dapat menyebabkan kejang, apatis dan kehilangan
nafsu makan. Kekurangan natrium dapat terjadi sesudah muntah, diare, keringat
berlebihan dan bila menjalankan diet rendah garam, sedangkan kelebihan natrium
dapat menimbulkan keracunan yang dalam keadaan akut menyebabkan edema dan
hipertensi. Hal ini dapat diatasi dengan meningkatkan konsumsi cairan. Kelebihan
asupan natrium secara terus-menerus terutama dalam bentuk garam dapur dapat
menimbulkan hipertensi (Meikemayasari 2008).
Asupan Kalium
Pola makan yang rendah kalium atau potasium menjadi salah satu faktor
pemicu tekanan darah tinggi. Kalium berfungsi sebagai diuretik sehingga
pengeluaran natrium melalui cairan urin akan meningkat, sehingga dapat
membantu menurunkan tekanan darah.
Kalium merupakan kation utama intraseluler. Perbandingan natrium dan
kalium di dalam cairan intraselular adalah 1:10, sedangkan di dalam cairan
ekstraselular 28:1. Sebanyak 95% kalium tubuh berada di dalam cairan
intraselular. Menurut Angka Kecukupan Gizi berdasarkan WKNPG (2004),
kebutuhan kalium pria dan wanita pada usia > 18 tahun adalah sebesar 2000
mg/hari.
Kalium diabsorpsi dengan mudah dalam usus halus. Sebanyak 80-90%
kalium yang dimakan diekskresi melalui urin, selebihnya dikeluarkan melalui
feses dan sedikit melalui keringat serta cairan lambung. Kadar kalium normal
dalam darah dipelihara oleh ginjal melalui kemampuan menyaring, mengabsorbsi
kembali dan mengeluarkan kalium di bawah pengaruh aldosteron. Kalium
dikeluarkan dalam bentuk ion dengan menggantikan ion natrium melalui
mekanisme pertukaran di dalam tubula ginjal.
Fungsi kalium diantaranya (1) bersama natrium melakukan pemeliharaan
keseimbangan cairan dan elektrolit serta keseimbangan asam basa, (2) bersama
8
kalsium, berperan dalam transmisi saraf dan relaksasi otot serta (3) di dalam sel
berfungsi sebagai katalisator dalam banyak reaksi biologik (metabolisme energi,
sintesis glikogen, dan protein).
Kekurangan kalium karena makanan jarang terjadi, kekurangan kalium
dapat terjadi karena kebanyakan kehilangan melalui saluran cerna (muntahmuntah dan diare kronis) serta kebanyakan menggunakan obat pencuci perut atau
ginjal (penggunaan obat-obat deuretik). Kekurangan kalium menyebabkan lemah,
lesu, kehilangan nafsu makan, kelumpuhan, mengigau dan konstipasi. Jantung
akan berdebar-debar dan menurunkan kemampuan untuk memompa darah,
sedangkan kelebihan kalium adalah hiperkalemi akut yang dapat menyebabkan
gagal jantung yang berakibat kematian. Kelebihan kalium juga dapat terjadi bila
ada gangguan fungsi ginjal (Meikemayasari 2008).
Kebutuhan minimum akan kalium adalah sebanyak 2000 mg sehari.
Sumber kalium diantaranya daging, ikan, unggas, tepung, buah-buahan dan
sayuran (makanan mentah/segar). Buah-buahan dan sayuran segar merupakan
sumber terbaik bagi kedua nutrisi tersebut untuk menurunkan tekanan darah
(Dalimartha et al. 2008). Kandungan kalium yang tinggi antara lain terdapat pada
air kelapa, pisang, alpukat, tomat dan nangka.
Asupan Makanan Jenis Serealia
Penelitian yang dimuat dalam American Journal of Clinical Nutrition yang
ditulis dalam Dalimartha et al. (2008), menyatakan bahwa pria yang
mengonsumsi sedikitnya satu porsi sereal dari jenis padi-padian per hari
mempunyai kemungkinan yang sangat kecil (0-20%) untuk terkena penyakit
jantung. Semakin banyak konsumsi padi-padian, semakin rendah resiko penyakit
jantung koroner, termasuk terkena hipertensi (Dalimartha et al. 2008).
Makanan jenis serealia, sayur-sayuran dan buah-buahan adalah makanan
yang mengandung serat yang larut dalam air berjenis musilase. Musilase sangat
berperan didalam membantu pencernaan makanan di usus halus selain itu
juga berfungsi sebagai penghancur flak dalam dinding arteri (Ramos et al. 2011).
Penelitian Ramos et al. (2011) dengan subjek penderita hiperkolesterolemia
menunjukkan bahwa mengonsumsi 26 gram serat larut per hari, menghasilkan
perubahan yang signifikan pada total kolesterol, LDL-kolesterol, dan trigliserida
namun tidak ada perubahan pada HDL-kolesterol. Lebih lanjut pada penelitian
dengan subjek vegetarian menunjukkan konsentrasi kolesterol lebih rendah dan
tingkat terjadinya penyakit jantung koroner pada kelompok ini lebih rendah
dibandingkan dengan kelompok lain yang mengonsumsi daging sehingga semakin
tinggi kolesterol jika tidak diimbangi dengan asupan serat yang cukup maka
akan terjadi atherosklerosis, dimana terjadi penyumbatan padapembuluh koroner
karena kolesterol plasma yang menumpuk (Koli et al. 2015).
Faktor Risiko Hipertensi yang Dapat Dikontrol
Aktivitas (Olah Raga)
Melalui olah raga yang teratur (aktivitas fisik aerobik selama 30-45 menit
per hari) dapat menurunkan tekanan darah (Yundini 2006). Palmer (2007)
mengatakan bahwa ada delapan cara untuk meningkatkan aktivitas fisik yaitu
dengan menyempatkan berjalan kaki misalnya mengantar anak kesekolah,
sisihkan 30 menit sebelum berangkat bekerja untuk berenang di kolam renang
9
terdekat, gunakan sepeda untuk pergi kerja selama 2 sampai 3 hari dalam satu
minggu, mulailah berlari setiap hari dimana melakukan latihan ringan pada
awalnya dan tingkatkan secara perlahan-lahan, pada saat istirahat makan siang
tinggalkan meja kerja anda dan mulailah berjalan atau bersepeda bersama
keluarga dan teman satu hari dalam satu minggu. Lakukan aktivitas baru misalnya
bergabung dengan klub tenis atau bulu tangkis, yang terakhir pilih tangga
dibandingkan lift atau eskalator. Karena dengan melakukan aktivitas fisik secara
teratur dapat menjaga kesehatan jantung yang merupakan organ pemompa darah.
Frekuensi olahraga yang baik yaitu bila seseorang melakukan olahraga
dalam waktu seminggu dilakukan 3-5 kali dan dilakukan secara teratur dengan
intensitas yang sedang dapat menurunkan tekanan darah (Divine 2009). Aktifitas
fisik dapat memperbaiki kecepatan jantung saat kondisi istirahat, kadar kolesterol
total, kadar LDL serta tekanan sistolik dan diastolik selama 6 minggu
(Nurrahmani 2012).
Olahraga bermanfaat karena memperbaiki fungsi paru-paru dan pemberian
O2 ke miokard, menurunkan BB sehingga lemak tubuh yang berlebihan berkurang
bersamaan dengan menurunnya LDL, menurunkan kolesterol darah total,
trigliserida, dan kadar gula darah pada penderita DM, menurunkan tekanan darah,
dan meningkatkan kesegaran jasmani (Lindvall et al. 2015). Beberapa penelitian
menunjukkan bahwa terdapat keuntungan dari pengaruh olahraga pada tekanan
darah. Analisis pertama menunjukkan bahwa berjalan kaki mengurangi tekanan
darah pada orang dewasa rata-rata sebesar 2% (Wu T et al. 2009). Analisis kedua,
menunjukkan bahwa aerobik menurunkan tekanan darah sistolik rata-rata 4
mmHg dan tekanan darah diastolik 2 mmHg pada pasien dengan atau tanpa
tekanan darah tinggi (Lindvall et al. 2015).
Rokok, Kopi dan Alkohol Berlebih
Rokok adalah racun yang bekerja lambat tetapi pasti. Sebatang rokok
mengandung kurang lebih delapan belas racun. Apabila sebatang rokok disulut,
maka berhamburanlah aneka macam racun bersama asap yang keluar, diantaranya
gas karbon monoksida, nitrogen oksida, amonia, benzene, methanol, perylene,
hydrogen cyanide, acrolein, acetilen, benzaldehyde, arsenikum, benzopyrene,
urethane, coumarin, ortocresol, nikotin, tar, dan lainlain (Bangun 2008). Ketika
suatu rokok dihisap, nikotin dengan seketika masuk ke aliran darah dan
menjangkau otak dalam waktu enam detik, dimana lebih dari 15% nikotin diserap.
Saat nikotin menjangkau otak, sinyal kelenjar adrenal melepaskan norepinefrin
dan epinefrin (adrenalin) yang meningkatkan tekanan darah sistolik dan diastolik
(Kolahdooz 2013).
Nikotin dalam tembakau adalah penyebab meningkatnya tekanan darah.
Nikotin diserap oleh pembuluh-pembuluh darah di dalam paru-paru dan diedarkan
ke aliran darah. Dalam beberapa detik nikotin mencapai ke otak. Otak bereaksi
terhadap nikotin dengan memberi sinyal pada kelenjar adrenal untuk melepas
epinefrin (adrenalin), sehingga dengan pelepasan hormon ini akan menyempitkan
pembuluh darah dan memaksa jantung untuk bekerja lebih berat karena tekanan
yang lebih tinggi (Sheps 2005).
Menurut Bangun (2008), nikotin yang terkandung dalam rokok
menyebabkan epinefrin dan norepinefrin dalam darah meningkat, yang
menyebabkan jantung berdebar lebih cepat dan pembuluh darah berkontraksi atau
10
menyempit. Debar jantung yang lebih cepat akan meningkatkan kebutuhan akan
oksigen pada otot jantung. Sementara itu, persediaan oksigen jadi menurun karena
oksigen yang ada akan diikat oleh karbon monoksida yang dihasilkan oleh rokok.
Dalam hal ini, nikotin yang berperan membuat irama jantung tidak teratur,
menimbulkan kerusakan lapisan dalam pembuluh darah dan menimbulkan
penggumpalan darah sehingga serangan jantung mengikutinya.
Kopi mengandung kafein yang dapat meningkatkan debar jantung dan
naiknya tekanan darah. Kafein merupakan salah satu zat yang terdapat dalam kopi
yang meningkatkan pelepasan hormon norepinefrin yang akan menyebabkan
vasokontriksi dan membatasi aliran darah. Selain itu, kafein juga menstimulasi
pelepasan hormon katekolamin dan kartisol yang akan memobilitasi metabolisme
trigliserida menjadi asam lemak bebas pada saat beraktivitas fisik tetapi justru
dapat menambah penyimpanan trigliserida pada keadaan kurang aktivitas fisik.
Kafein ini bekerja secara langsung pada jaringan adiposa dan berinteraksi dengan
reseptor untuk melepaskan asam lemak bebas (Wijayakusuma 2005).
Demikian juga dengan alkohol, efek semakin banyak mengonsumsi
alkohol maka semakin tinggi tekanan darah, sehingga peluang terkena hipertensi
semakin tinggi (Hayens 2003). Menurut Sheps (2005) alkohol dalam darah
merangsang pelepasan epinefrin (adrenalin) dan hormon-hormon lain yang
membuat pembuluh darah menyempit atau menyebabkan penumpukan lebih
banyak natrium dan air. Selain itu minum alkohol yang berlebihan dapat
menyebabkan kekurangan gizi yaitu penurunan kadar kalsium dan magnesium,
rendahnya kadar dari kalsium dan magnesium berkaitan dengan peningkatan
tekanan darah (Sheps 2005). Beberapa laporan menyimpulkan bahwa efek alkohol
dimulai dari asupan alkohol yang paling rendah. Jadi, seseorang yang tidak
mengonsumsi alkohol maka cenderung memiliki tekanan darah yang normal.
Laporan lain menunjukkan ada batas atau ambang tertentu dari alkohol yang dapat
mempengaruhi tekanan darah (Hayens 2003).
Alkohol bersifat meningkatkan aktivitas saraf simpatis karena dapat
merangsang sekresi corticotropin releasing hormone (CRH) yang berujung pada
peningkatan tekanan darah (Irza 2009). Konsumsi alkohol diakui sebagai faktor
penting yang berhubungan dengan tekanan darah. Kebiasaan konsumsi alkohol
harus dihilangkan untuk menghindari peningkatan tekanan darah (Hartono 2006).
Jika dibandingkan dengan orang yang bukan peminum alkohol, maka terdapat
perbedaan yang signifikan dalam hal tingginya tekanan darah. Konsumsi alkohol
3 kali per hari dapat menjadi pencetus meningkatnya tekanan darah dan
berhubungan dengan peningkatan 3 mmHg. Konsumsi alkohol seharusnya kurang
dari 2 kali per hari (24 oz bir, 10 oz wine, atau 2 oz whiskey murni) pada laki-laki
untuk pencegahan peningkatan tekanan darah. Bagi perempuan dan orang yang
memiliki berat badan berlebih, direkomendasikan tidak lebih dari 1 kali minum
per hari (Krummel 2004).
Hiperkolesterolemia
Seseorang dinyatakan kelebihan kadar kolesterol dalam darah atau
kolesterol tinggi jika total kadar kolesterol mencapai lebih dari 240 mg/dL.
Kelebihan kolesterol jahat bisa mengakibatkan penumpukan lemak yang
menyumbat pembuluh darah.
11
Kolesterol adalah suatu zat lemak yang beredar di dalam darah, diproduksi
oleh hati dan sangat diperlukan oleh tubuh. Kolesterol berlebih akan menimbulkan
masalah terutama pada pembuluh darah, jantung dan otak. Darah mengandung
80% kolesterol yang diproduksi oleh tubuh sendiri dan 20% berasal dari makanan.
Kolesterol yang diproduksi terdiri atas 2 jenis yaitu kolesterol HDL (High Density
Lipoprotein) dan kolesterol LDL (Low Density Lipoprotein). Bila kolesterol LDL
jumlahnya berlebih di dalam darah akan diendapkan pada dinding pembuluh
darah dan membentuk bekuan yang dapat menyumbat pembulun darah
(aterosklerosis), sedangkan kolesterol HDL mempunyai fungsi membersihkan
pembuluh darah dari kolesterol LDL yang berlebihan. Selain itu ada trigliserida
yang terbentuk sebagai hasil dari metabolisme makanan yang berbentuk lemak,
karbohidrat dan protein yang berlebihan (Dalimartha et al. 2008).
Secara normal kolesterol dapat diproduksi oleh tubuh sesuai dengan
kebutuhan namun dapat meningkat karena makanan yang kita makan mengandung
kolesterol. Kolesterol yang berlebihan dapat membuat penumpukan di pembuluh
darah dan dapat menimbulkan penyempitan, karena itulah dapat menyebabkan
seseorang terserang stroke dan jantung.
Kolesterol diangkut oleh lipoprotein menuju sel-sel yang membutuhkan
termasuk jantung dan otak, sedangkan kelebihan kolesterol diangkut oleh HDL
menuju hati yang kemudian diurai dan masuk ke empedu sebagai asam empedu.
LDL memiliki kandungan lemak yang lebih banyak dibandingkan dengan dengan
HDL. LDL dianggap lemak yang jahat karena dapat menempel di dinding
pembuluh darah sedangkan HDL dianggap lemak yang baik karena membawa
lemak yang berlebih menuju hati.
Mekanisme kenaikan kolesterol dalam darah dapat terjadi karena sintesa
kolesterol berlebih dalam tubuh dan asupan kolesterol dari bahan pangan harian,
terutama yang tinggi kolesterol, seperti hati, kuning telur, otak, dan makananmakanan cepat saji (fast food). Naiknya kolesterol darah lebih banyak disebabkan
oleh peningkatan pembentukannya dalam hati yang dalam keadaan normal
mencapai 500 mg/hari. Penyebab lain adalah meningkatnya penyerapan kolesterol
kembali dalam usus halus (Hartono 1996).
Plak pada kolesterol bersifat rapuh dan mudah pecah, apabila terjadi luka
pada dinding pembuluh darah dapat memicu pembentukan bekuan darah. Karena
pembuluh darah sudah tersendat oleh kolesterol maka keberadaan bekuan darah
dapat menyumbat sepenuhnya aliran darah, kondisi ini disebut aterosklerosis dan
dapat terjadi di arteri pada jantung, otak, ginjal atau organ vital lainnya. Kadar
kolesterol yang tinggi dapat membuat darah menjadi kental sehingga mengurangi
oksigen dan gejalanya dapat dirasakan seperti sakit kepala dan pegal-pegal,
namun tidak sedikit yang tanpa gejala (National Cardiovascular Center Harapan
Kita 2011).
Beberapa faktor yang mempengaruhi total kolesterol, diantaranya asupan
lemak yang tinggi, kebiasaan merokok, kurangnya aktivitas (sedentary life style).
Dalimartha et al. (2008) menyarankan asupan lemak