Suplementasi Kapsul Serbuk Daun Torbangun (Coleus amboinicus Lour) untuk Menanggulangi Keluhan Sindrom Pramenstruasi Pada Remaja Putri

(1)

TORBANGUN (

Coleus amboinicus

Lour) UNTUK

MENANGGULANGI KELUHAN SINDROM

PRAMENSTRUASI PADA REMAJA PUTRI

MAZARINA DEVI

SEKOLAH PASCASARJANA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

2 0 0 9


(2)

Dengan ini saya menyatakan bahwa disertasi “Suplementasi Kapsul Serbuk Daun Torbangun (Coleus amboinicus Lour) untuk Menanggulangi Keluhan Sindrom Pramenstruasi pada Remaja Putri” adalah karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir disertasi ini.

Bogor, Agustus 2009

Mazarina Devi


(3)

MAZARINA DEVI. The Supplementation of Torbangun Leaves (Coleus amboinicus

Lour) Capsule to Overcome Pre-Menstruation Syndrome Among Teenagers. Under direction of HIDAYAT SYARIEF, M. RIZAL M. DAMANIK, AHMAD SULAEMAN and BUDI SETIAWAN.

Torbangun (Coleus amboinicus Lour) is one of Labiatae family which contains a lot of micro nutrients and active elements. The plants containing iridoid and flavonoid as well as phytochemistry which correlated with hormone reproduction and have been used as traditional medicine for premenstrual syndrome (PMS). The pharmacologycal effects of torbangun leaves is for anti inflammation and maintain the blood stream. Furthermore, the family of torbangun plants contains active ingredients that have direct effect on production of progesterone hormone. The study was aimed to assess the efficacy of Coleus amboinicus Lour leaves capsule to overcome of Premenstrual syndrome (PMS) among teenagers. An experimental clinical trial was conducted in Bogor on 35 teenagers with PMS. Three treatments were given included:1)Coleus amboinicus Lour leaves capsule; 2) commercial herb; and 3) placebo. 35 research participant had been the intervention period to 1 month. The supplementation period started at follicle phase until luteal phase, for duration of 14 days. Retrieval of blood was done to analyze serum progesterone concentration in blood. Blood samples were collected on three occasions. The first, 3 day after the onset of menses, the second, 2 day before the expected onset of menses. And the third, 3 day after the onset of menses. The results showed average menarche occurred around age 13 years, with menstruation lasting for 5 days. During each successive treatment cycle, participants experienced a lower pain intensity score. Results of the study showed that the group receiving Coleus amboinicus Lour capsule had significantly (p < 0.05) reduced pain intensity compared with commercial herb and placebo group. The group received Coleus amboinicus Lour capsule also showed highest serum progesterone rate compared to commercial preparation and placebo. In conclusion the torbangun leaves capsule can be used as treatment to relief symptoms of the premenstrual syndrome.


(4)

MAZARINA DEVI. Suplementasi Kapsul Serbuk Daun Torbangun (Coleus amboinicus Lour) untuk Menanggulangi Keluhan Sindrom Pramenstruasi pada Remaja Putri. Dibimbing oleh HIDAYAT SYARIEF, M. RIZAL M. DAMANIK, AHMAD SULAEMAN dan BUDI SETIAWAN.

Sindrom pramenstruasi adalah gejala fisik dan psikis yang terjadi 7 sampai 10 hari sebelum menstruasi dan akan hilang saat menstruasi. Keluhan yang terjadi sangat bervariasi dan dapat menjadi lebih ringan atau lebih berat. Penyebab terjadinya sindrom pramenstruasi belum diketahui secara pasti, tetapi beberapa studi menyatakan bahwa perubahan hormonal yang terjadi sebelum menstruasi. Merupakan salah satu penyebab sindrom pramenstruasi. Tanaman Torbangun merupakan tanaman yang mengandung mineral kalsium, magnesium, zat besi dan flavonoid. Efek farmakologi dari daun torbangun adalah sebagai anti inflamasi, memperlancar peredaraan darah dan sebagai pembersih darah. Kandungan zat aktif tanaman torbangun berhubungan dengan hormon reproduksi. Selain itu keluarga dari tanaman torbangun mengandung zat aktif yang secara langsung memiliki efek terhadap jaringan produksi hormon progesterone.

Tujuan utama dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh suplementasi serbuk daun torbangun (Coleus amboinicus Lour) terhadap penurunan keluhan sindrom pramenstruasi pada remaja putri. Penelitian ini membandingkan suplemen serbuk daun torbangun dengan herbal komersil yang sudah di jual di pasaran dan plasebo.

Rancangan percobaan yang digunakan adalah rancangan acak lengkap. Penelitian dilakukan dalam tiga tahap. Tahap pertama adalah survey jenis sindrom pramenstruasi yang dialami remaja putri, tahap kedua pembuatan suplemen dari serbuk daun torbangun dan tahap ketiga adalah pemberian suplemen kapsul serbuk daun torbangun. Penelitian dilaksanakan mulai bulan Juli 2007 sampai dengan Mei 2008 di desa Cinangneng-Cibanteng Kabupaten Bogor.

Analisis kalsium serum, magnesium serum dan Hb darah dilakukan di Laboratorium Biokomia Gizi Masyarakat Pusat Penelitian dan Pengembangan Gizi Bogor Departemen Kesehatan RI. Analisis hormon progesteron dilakukan di laboratorium Makmal Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo. Analisis bubuk daun torbangun dilaksanakan di Laboratorium Jasa Analisis Pangan Departemen Ilmu dan Teknologi Pangan Departemen Ilmu, Fakultas Teknologi Pertanian Bogor.

Karakteristik subjek penelitian meliputi umur, pendidikan dan indeks massa tubuh (IMT). Hasil analisis menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan yang nyata (p>0,05) pendidikan dan IMT serta umur pada ketiga kelompok perlakuan. Subjek penelitian rata-rata mendapat menstruasi pertama kali (menarke) pada usia antara 12 tahun hingga 15 tahun dengan rata-rata 13 tahun dan diantara ketiga kelompok perlakuan tidak berbeda nyata (p>0,05). Kisaran menstruasi subjek penelitian antara 3-5 hari sebanyak 54,3 % sedangkan antara 6-7 hari sebanyak 45,7%. Berdasarkan uji Anova, kisaran menstruasi tidak berbeda nyata (p>0,05).

Rata-rata subjek penelitian mengalami 3 jenis keluhan yaitu sebanyak 45,71% dengan jenis keluhan yang bervariasi antara payudara terasa nyeri, sakit kepala, nyeri perut bagian bawah serta emosi. Nilai rata-rata jumlah jenis keluhan antar kelompok perlakuan sebelum pemberian suplemen tidak berbeda nyata (p>0,05). Akan tetapi


(5)

Pada kelompok daun torbangun, menunjukkan adanya perbedaan yang nyata (p<0,05) terhadap nilai rata-rata jenis keluhan antara sebelum dan sesudah pemberian suplemen. Begitu juga terhadap kelompok herbal komersil, ada perbedaan yang nyata (p<0,05) nilai rata-rata jumlah jenis keluhan antara sebelum dan sesudah pemberian suplemen, sedangkan pada kelompok kontrol tidak ada perbedaan yang nyata (p>0,05) nilai rata-rata jumlah jenis keluhan antara sebelum dan sesudah pemberian suplemen.

Kandungan normal kalsium dalam serum darah adalah 9– 11 mg/dl. Rata rata kadar kalsium serum dalam darah sebelum pemberian suplemen berada pada kisaran normal yaitu sebesar 9,83 mg/dl kelompok kapsul serbuk daun torbangun, 9,55 mg/dl kelompok herbal komersil dan 9,83 mg/dl kelompok kontrol. Kandungan kalsium serum dalam darah pada kelompok herbal komersil, sesudah pemberian suplemen terjadi penurunan dan berada di bawah kisaran normal yaitu 8,51 mg/dl. Tidak ada perbedaan yang nyata kadar kalsium serum dalam darah antar kelompok baik sebelum pemberian suplemen maupun sesudah pemberian suplemen.

Rata rata kadar magnesium serum dalam darah pada ketiga kelompok perlakuan berada pada level normal baik sebelum pemberian suplemen, sesudah pemberian suplemen dan sesudah menstruasi. Tidak ada perbedaan yang nyata kadar magnesium serum dalam darah antar tiga kelompok perlakuan baik sebelum pemberian suplemen sesudah pemberian suplemen.

Kadar Hb darah sebelum pemberian suplemen pada kelompok kapsul serbuk daun torbangun sebesar 11,84 mg/dl, sesudah pemberian suplemen terjadi peningkatan menjadi 12,26 mg/dl dan sesudah menstruasi sebesar 12,14 mg/dl. Pada kelompok herbal komesil terlihat kadar Hb darah sebelum pemberian suplemen sebesar 12,01 mg/dl dan sesudah pemberian suplemen kadar Hb darah sebesar 12,04 mg/dl serta sesudah menstruasi sebesar 11,70 mg/dl. Untuk kelompok kontrol, kadar Hb darah sebelum pemberian suplemen sebesar 12,10 mg/dl, sesudah pemberian suplemen sebesar 11,46 mg/dl dan sesudah menstruasi sebesar 11,60 mg/dl. Tidak ada perbedaan yang nyata kadar Hb darah antar kelompok baik sebelum pemberian suplemen sesudah pemberian suplemen.

Analisis progesteron serum menunjukkan bahwa kelompok subjek penelitian yang mengkonsumsi kapsul serbuk daun torbangun memiliki konsentrasi progesteron dalam darah lebih tinggi dibandingkan dengan kelompok perlakuan yang mengkonsumsi herbal komersil dan kelompok kontrol pada fase luteal. Ada hubungan yang nyata antara penurunan keluhan dengan hormon progesteron serum darah. Penurunan keluhan sindrom pramenstruasi pada subjek penelitian yang mengkonsumsi kapsul torbangun lebih besar dibandingkan dengan objek yang mengkonsumsi herbal komersil dan plasebo sebagai kontrol. Suplementasi kapsul serbuk daun torbangun sebanyak 750 miligram menurunkan keluhan payudara terasa nyeri, sakit kepala, nyeri perut bagian bawah dan emosi lebih besar pada remaja putri yang menderita sindrom pramenstruasi dibandingkan herbal komersil dan plasebo.


(6)

Hak cipta dilindungi undang-undang.

1. Dilarang mengutip sebagian atas atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan nama atau menyebut sumber

a. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian,

penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik atau tinjauan suatu masalah

b. Pengutipan tidak merugikan kepentingan yang wajar IPB

2. Dilarang menggunakan dan memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis dalam bentuk apapun tanpa izin IPB

SUPLEMENTASI KAPSUL SERBUK DAUN


(7)

PRAMENSTRUASI PADA REMAJA PUTRI

MAZARINA DEVI

Disertasi

Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Doktor pada

Program Studi Ilmu Gizi Masyarakat dan Sumberdaya Keluarga

SEKOLAH PASCASARJANA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

2 0 0 9


(8)

Penguji Ujian Terbuka : Djoko Kartono M.Sc., Ph.D.

Prof. Dr. Ir. Latifah K Darusman, MS.


(9)

Nama : Mazarina Devi NIM : A 561040011

Disetujui: Komisi Pembimbing

Prof. Dr.Ir. Hidayat Syarief, MS. drh. M.Rizal M.Damanik, M.Rep.Sc.,PhD Ketua Anggota

Prof. Dr.Ir. Ahmad Sulaeman, MS. Dr.Ir. Budi Setiawan, MS. Anggota Anggota

Mengetahui:

Ketua Program Studi Ilmu Gizi Masyarakat Dekan Sekolah Pascasarjana Dan Sumberdaya Keluarga

Dr. Ir. Hadi Riyadi, MS Prof. Dr. Ir. Khairil A. Notodiputro, MS

Tanggal Ujian : 24 Juni 2009 Tanggal Lulus :


(10)

dimanfaatkan secara turun temurun adalah tanaman Torbangun (Coleus amboinicus

Lour). Tanaman ini telah dirasakan manfaatnya oleh suku Batak sebagai pelancar produksi air susu ibu yang sedang menyusui. drh M. Rizal M Damanik, M.Rep.Sc, PhD telah melakukan riset mengenai tanaman Torbangun ini yang dibuat sop yang diberikan pada ibu-ibu menyusui. Hasil dari riset tersebut juga didapat bahwa tanaman ini berfungsi sebagai peluruh darah (uterine cleansing agent). Berdasarkan hal tersebut dilakukan penelitian pengaruh suplementasi kapsul serbuk daun Torbangun terhadap kejadian sindrom pramenstruasi pada remaja putri. Hasil studi ini menunjukkan bahwa pemberian kapsul serbuk daun torbangun dapat menurunkan keluhan sindrom pramenstruasi dan meningkatkan kadar progesteron dalam serum darah.

Puji syukur Alhamdulillah dipanjatkan ke haribaan Allah Subhanalahu

Wata’ala yang telah meridhoi jerih payah dan usaha yang telah saya lakukan sehingga

dapat menyelesaikan studi dan penulisan disertasi ini. Proses persiapan penelitian yang panjang telah dilakukan sejak Oktober 2006 yang pada setiap tahap kegiatan telah banyak pihak yang membantu demi kelancaran penelitian ini. Untuk itu pada kesempatan ini saya ingin menyampaikan ucapan terima kasih serta penghargaan yang setinggi tingginya kepada berbagai pihak yang telah ikut berperan dalam penelitian ini.

Ucapan terima kasih dengan penuh hormat saya sampaikan kepada ketua komisi bapak Prof. Dr. Ir. Hidayat Syarief MS., yang telah banyak memberikan masukan didalam menganalisa data dan pembahasan, yang selalu bersedia berdiskusi, memberi nasihat dan solusi ketika penulis mendapat masalah dan dengan sabar membimbing penulis menyelesaikan penulisan disertasi. Bapak Dr. Ir. Budi Setiawan MS., sebagai anggota komisi pembimbing, yang selalu memberi semangat, memberikan masukan didalam menganalisis data, tempat penulis bertanya jika ada masalah di lapang, membantu memecahkan masalah dan tempat penulis berkeluh kesah jika mendapat kesulitan. Bapak Prof. Dr. Ir. Ahmad Sulaeman MS., sebagai anggota komisi yang selalu memberi semangat, memberikan masukan serta perhatian didalam penulisan dan selalu menghibur penulis ketika penulis dalam kesulitan. Bapak


(11)

dalam kesibukannya mengajar di Malaysia. Untuk semua kesabaran, semangat dan jerih payah dari komisi pembimbing, penulis haturkan terima kasih.

Ucapan terima kasih dan rasa hormat kepada Prof. Dr. Ir. Hardinsyah, MS. Sebagai penguji pada saat prakualifikasi serta penguji pada ujian tertutup dan Dr. Sri Anna Marliyati, MS., sebagai pembahas pada saat kolokium dan penguji pada ujian tertutup yang telah banyak memberikan masukan dalam penulisan disertasi ini. Ucapan terima kasih juga saya sampaikan kepada Djoko Kartono M.Sc., Ph.D. dan Prof. Dr. Ir. Latifah K Darusman, MS., sebagai penguji luar komisi pada ujian terbuka. Kepada Rektor Universitas Negeri Malang dan Dekan Fakultas Teknik Universitas Negeri Malang beserta jajaran pimpinan, disampaikan ucapan terima kasih atas kesempatan dan kepercayaan yang telah diberikan kepada penulis untuk mengikuti studi Program Doktor (S3) pada Program Studi Gizi Masyarakat dan Sumberdaya Keluarga Sekolah Pascasarjana IPB. Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Departemen Pendidikan Nasional, terima kasih atas beasiswa (BPPS) yang telah diberikan.

Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada Rektor Institut Pertanian Bogor, Dekan Sekolah Pascasarjana Prof. Dr. Ir Khairil Anwar, MS. Ketua Program Studi Gizi Masyarakat Sumberdaya Keluarga Dr. Ir. Hadi Riyadi, MS. Prof. Dr. Clara M. Kusharto, MSc., selaku dosen wali, dan seluruh sivitas akademika atas pengajaran yang diberikan selama penulis mengikuti pendidikan S3 di IPB.

Ucapan terima kasih disampaikan kepada bapak Drs. Zuliar Apt, staf pengajar Lembaga Akademi Farmasi Angkatan Laut Indonesia, yang telah membantu penulis didalam formulasi dan produksi kapsul serbuk daun torbangun. Ibu Rousmala Dewi yang telah sabar membantu penulis di lapang. Bidan Yana, sebagai tenaga medis di desa Cinangneng yang menyediakan kliniknya sebagai tempat pemeriksaan kesehatan objek penelitian selama penelitian.

Kepada rekan-rekan di Program Studi, Dr. Bernatal, MSi, Dr. Dodik Briawan, MCN, Dr.Erli Mutiara MSi dan Dr. Heryudarini, SKM sebagai sejawat yang telah banyak memberikan masukan dan sebagai teman diskusi selama perkuliahan dan dalam penyelesaian disertasi. Ucapan terima kasih juga disampaikan kepada Reisi, yang selalu memberi semangat dan tempat penulis bercerita jika mendapat kesulitan.


(12)

pendidikan disampaikan terima kasih.

Penghargaan khusus diberikan kepada ayanda (alm) Djohan Mawi dan ibunda (alm) Saniah Djohan yang telah membesarkan, mendidik dan membimbing serta memberi semangat kepada penulis selama penulis mengikuti perkuliahan sebelum mereka dipanggil menghadap Ilahi pada saat penulis sedang melaksanakan penelitian. Karena amanah merekalah, maka penulis tetap bertahan untuk menyelesaikan disertasi ini. Kepada saudara-saudara penulis Nana, Titiek, Mahanizar dan Devi sebagai pengganti kedua orang tua penulis yang telah memberikan kasih sayang, perhatian, dukungan moril dan material, serta doa sehingga penulis dapat menyelesaikan studi ini. Juga kepada saudara-saudara ipar penulis Syahrul, Koko, Ossy dan Deded, yang senantiasa memberi semangat selama penulis menyelesaikan penelitian.

Ucapan terima kasih juga penulis sampaikan kepada semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu-persatu atas segala bantuan yang telah diberikan hingga selesainya disertasi ini, semoga dapat keridhoanNya. Akhirnya dengan diiringi doa, semoga Allah SWT membalas segala kebaikan yang telah diberikan kepada penulis dan penulis berharap semoga tulisan ini berguna bagi siapapun yang memerlukan. Amien.

Bogor, Agustus 2009

Mazarina Devi


(13)

Pendidikan sarjana (S1) ditempuh di IKIP Jakarta pada Program Studi Pendidikan Tata Boga dan lulus tahun 1988. Pada tahun 1993 penulis melanjutkan Pendidikan Program Masgister (S2) pada Program Studi Gizi Masyarakat dan Sumberdaya Keluarga Program Pascasarjana IPB. Tahun 1996 penulis menamatkan pendidikan S2. Tahun 2004 penulis mendapatkan beasiswa dari BPPS Direktorat Pendidikan Tinggi Departemen Pendidikan Nasional untuk mengambil Program Doktor pada Program Studi Gizi Masyarakat dan Sumberdaya Keluarga Program Sekolah Pascasarjana IPB.

Penulis bekerja sebagai staf pengajar program studi Tata Boga Fakultas Teknik Universitas Negeri Malang sejak tahun 1990 hingga saat ini. Jabatan yang pernah penulis pegang adalah sebagai Sekretaris Jurusan pada periode tahun 1997-2000. Selain mengajar pada program studi Tata Boga, penulis aktif di Lembaga Pengabdian pada Masyarakat Universitas Negeri Malang.


(14)

DAFTAR TABEL ... DAFTAR GAMBAR ... DAFTAR LAMPIRAN ...

PENDAHULUAN ... Latar Belakang ... Perumusan Masalah Penelitian ... Tujuan Penelitian ... Manfaat ... Hipotesis Penelitian ...

TINJAUAN PUSTAKA ... Alat Reproduksi Wanita ... Menstruasi ... Hormon-hormon yang Berhubungan dengan Siklus

Menstruasi ... Hubungan Siklus Hormonal dan Menstruasi ... Sindrom Pramenstruasi ... Upaya Menurunkan Keluhan PMS ... Tanaman Torbangun (Coleus amboinicusLour)... Herbal komersil ...

Hubungan Kebiasaan Makan dengan Kejadian

Sindrom Pramenstruasi ... Zat Gizi Mikro yang Berhubungan dengan Kejadian

Sindrom Pramenstruasi ...

KERANGKA PEMIKIRAN ... Kerangka Pemikiran ... Definisi Operasional ...

METODE PENELITIAN ... Desain, Tempat dan Waktu Penelitian ... Tahap Pelaksanaan Suplementasi ... Teknik Penarikan Subjek Penelitian ...

xvi xviii xix 1 1 4 5 5 6 7 7 8 11 15 16 19 20 23 24 25 30 30 32 34 34 34 37 Halaman


(15)

Pengolahan dan Analisa Data ...

HASIL DAN PEMBAHASAN... Kandungan Mineral Daun Torbangun ... Keluhan Sindrom Pramenstruasi ...

Karateristik Subjek Penelitian ... Menarke dan Kisaran Menstruasi ... Keluhan Sindrom Pramenstruasi ... Upaya Mengatasi Keluhan PMS ... Jenis Keluhan Sindrom Pramenstruasi ... Kebiasaan Makan dan Asupan Mineral ... Kebiasaan Makan ... Asupan Energi ... Asupan Karbohidrat ... Asupan Protein ...

Asupan Kalsium ... Asupan Magnesium ... Asupan Besi ...

Kesukaan Rasa Makanan ... Profil Darah ... ...

Kalsium serum ... Magnesium serum ... Hemoglobin (Hb) darah ... Hormon Progesteron ...

PEMBAHASAN UMUM ...

SIMPULAN DAN SARAN ... Simpulan ... Saran ...

DAFTAR PUSTAKA ...

LAMPIRAN ... 41 45 45 45 45 47 48 51 53 61 61 64 65 67 69 71 73 75 77 77 79 80 82 85 91 91 92 93 102


(16)

1. Kandungan gizi daun torbangun ... 22

2. Jenis data dan cara pengumpulan data ... 39

3. Jenis data, frekuensi pengumpulan dan pengukuran ... 42

4. Kandungan mineral Ca, Mg dan Fe pada bubuk daun torbangun ... 45

5. Karakteristik subjek penelitian ... 46

6. Rata rata usia usia pertama mendapat menstruasi (menarke) dan kisaran menstruasi ... 48

7. Sebaran responden terhadap kombinasi keluhan sindrom pramenstruasi yang dialami ... 49

8. Sebaran subjek penelitian berdasarkan kombinasi gejala keluhan sindrom pramenstruasi yang dialami sebelum suplementasi ……….. 51

9. Upaya yang dilakukan untuk mengurangi gejala keluhan sindrom pramenstruasi ... 52

10. Nilai rata-rata jumlah jenis keluhan sebelum dan sesudah pemberian suplemen pada berdasarkan kelompok perlakuan ... 55

11. Sebaran keluhan subjek penelitian sebelum dan sesudah pemberian suplemen berdasarkan jenis keluhan PMS ... 59

12. Sebaran subjek penelitian menurut frekuensi makan lengkap dan kelompok perlakuan sebelum dan sesudah pemberian suplemen ... 61

13. Sebaran makanan jajanan yang disukai subjek penelitian ... 62

14. Sebaran jenis makanan yang sering dikonsumsi objek penelitian per minggu ... 63

15. Rata-rata persentase tingkat kecukupan energi berdasarkan kelompok sebelum dan sesudah pemberian suplemen ... 65

16. Rata-rata persentase tingkat kecukupan karbohidrat berdasarkan kelompok sebelum dan sesudah pemberian suplemen ... 66

17. Rata-rata persentase tingkat kecukupan protein berdasarkan kelompok sebelum dan sesudah pemberian suplemen ... 68

18. Rata rata asupan kalsium (mg) menurut kelompok sebelum dan sesudah pemberian suplemen ... 69

19. Rata rata asupan magnesium (mg) menurut kelompok sebelum dan sesudah pemberian suplemen ... 71

20. Rata rata asupan besi (mg) menurut kelompok sebelum dan sesudah pemberian suplemen ... 74


(17)

21. Kesukaan subjek penelitian terhadap konsumsi makanan

rasa manis dan rasa asin sebelum pemberian suplementasi ... 76 22. Nilai rata rata kalsium serum (mg/dl) dalam darah sebelum

dan sesudah pemberian suplemen serta sesudah menstruasi ... 77 23. Nilai rata rata magnesium serum (mg/dl) dalam darah sebelum

dan sesudah pemberian suplemen serta sesudah menstruasi ... 80 24. Nilai rata rata Hb darah (mg/dl) sebelum dan sesudah pemberian

suplemen serta sesudah menstruasi ... 81 25. Sebaran nilai rata rata Progesteron darah (ng/ml) sebelum


(18)

1. Hubungan siklus hormonal dan menstruasi ... 15

2 Tanaman torbangun ... 21

3. Faktor faktor yang berhubungan dengan sindrom pramenstruasi ... 31

4. Kapsul yang digunakan dalam penelitian ……… 35

5. Bagan proses pembuatan suplemen bubuk daun Torbangun ... 36

6. Pengelompokkan subjek penelitian berdasarkan perlakuan ... 38

7. Tahap pengambilan data ... 41

8. Persentase jumlah subjek penelitian berdasarkan jenis keluhan menurut kelompok perlakuan sebelum pemberian suplemen ... 50

9. Rata-rata persentase kepatuhan minum kapsul menurut kelompok perlakuan ... 53

10. Nilai rata-rata jumlah jenis keluhansebelum dan sesudah pemberian suplemen berdasarkan kelompok perlakuan ... 54

11. Jumlah subjek penelitian berdasarkan jenis keluhan payudara terasa nyeri sebelum dan sesudah pemberian suplemen ... 56

12. Jumlah subjek penelitian berdasarkan jenis keluhan sakit kepala sebelum dan sesudah pemberian suplemen ... 57

13. Jumlah subbjek penelitian berdasarkan jenis keluhan perut bagian bawah terasa nyeri sebelum dan sesudah pemberian suplemen ... 57

14. Jumlah subjek penelitian berdasarkan jenis keluhan emosi sebelum dan sesudah pemberian suplemen ... 58

15. Rata rata asupan energi sebelum dan sesudah pemberian suplemen pada kelompok perlakuan... 64

16. Rata rata asupan karbohidrat sebelum dan sesudah pemberian suplemen pada kelompok perlakuan ... 66

17. Rata rata asupan protein sebelum dan sesudah pemberian suplemen pada kelompok perlakuan ... 67

18. Tingkat kecukupan kalsium sebelum dan sesudah pemberian suplemen berdasarkan kelompok perlakuan ... 70

19. Tingkat kecukupan magnesium sebelum dan sesudah pemberian suplemen berdasarkan kelompok perlakuan ... 72

20. Tingkat kecukupan zat besi sebelum dan sesudah emberian suplemen berdasarkan kelompok perlakuan ... 75


(19)

Halaman

1. Form perkembangan peserta riset ... 102

2. Formulir persetujuan setelah mendapat penjelasan (Informed consent) ... 103

3. Tahapan analisis Hemoglobin ... 105

4. Analisis hormon progesteron ... 105

5. Hasil analisis tabulasi silang karakteristik objek penelitian ... 106

6. Analisis tabulasi indeks masa tubuh ... 107

7. Analisis tabulasi silang menarke dan kisaran menstruasi ... 107

8. Sebaran sampel yang mengalami kejadian sindrom pramenstruasi sebelum dan sesudah intervensi ... 108

9. Selisih Nilai Kalsium serum (mg/dl) sampel dalam Darah ... 109

10. Nilai Magnesium serum (mg/dl) sampel dalam Darah ... 110

11. Nilai Hb (mg/dl) sampel dalam Darah ... 111

12. Sebaran sampel berdasarkan jumlah penurunan keluhan sindrom pramenstruasi sebelum dan sesudah Intervensi ... 112

13. Hasil analaisis chi Square jumlah jenis keluhan sebelum pemberian suplemen berdasarkan kelompok perlakuan ... 112

14. Hasil analisis chi square jumlah jenis keluhan sesudah pemberian suplemen berdasarkan kelompok perlakuan ……… 113

15. Hasil analisis uji t keluhan payudara terasa nyeri sesudah pemberian suplemen antar kelompok perlakuan ... 113

16. Hasil analisis uji t keluhan sakit kepala sesudah pemberian suplemen antar kelompok perlakuan... 114

17. Hasil analisis Uji t keluhan nyeri perut bagian bawah sesudah pemberian suplemen antar kelompok perlakuan... 114

18. Hasil analisis Uji t keluhan emosi sesudah pemberian suplemen antar kelompok perlakuan ... 114

19. Hasil analisis korelasi antara jenis keluhan dengan kalsium serum ……… 115

20. Hasil analisis korelasi antara jenis keluhan dengan magnesium serum ……… 115

21. Hasil analisis korelasi antara jenis keluhan dengan Hb darah ... 116

22. Hasil analisis korelasi antara jenis keluhan dengan hormone progesteron serum ………... 116


(20)

23. Hasil analisis Anova nilai rata rata progesteron darah sebelum

Dan sesudah pemberian suplemen serta sesudah menstruasi……… 117 24. Hasil analisis Post Hoc ... 118 25. Persetujuan Etik (Ethical Clearance) ………... 119


(21)

Latar Belakang

Sindrom pramenstruasi (PMS) atau sindrom menjelang menstruasi merupakan suatu keadaan dimana sejumlah gejala terjadi beberapa saat sebelum menstruasi, gejala biasanya timbul 7-10 hari sebelum menstruasi dan menghilang ketika menstruasi dimulai. Gejala-gejala tersebut berupa gangguan fisik dan psikis. Keluhan fisik seperti payudara terasa sakit atau membengkak, perut kembung atau sakit, sakit kepala, sakit sendi, sakit punggung, mual, muntah, diare atau sembelit, dan tumbuhnya masalah kulit seperti jerawat. Keluhan psikis meliputi depresi, sensitif, lekas marah, gangguan tidur, kelelahan, lemah, dan kadang-kadang perubahan suasana hati yang sangat cepat.

Sindrom pramenstruasi terjadi akibat berbagai faktor yang salah satunya adalah akibat perubahan hormonal yang terjadi sebelum menstruasi. Terjadinya penurunan kadar hormon estrogen setelah ovulasi dapat mempengaruhi neurotransmitter di otak terutama serotonin. Serotonin memegang peranan dalam regulasi emosi (Agustini, 2007). Sindrom pramenstruasi adalah gejala gejala yang disebabkan perubahan hormonal yang berhubungan dengan siklus menstruasi wanita serta berhubungan dengan turun naiknya kadar estrogen dan progesteron yang terjadi selama siklus menstruasi (Daugherty, 1998). Gejala itu dirasakan pada waktu antara saat ovulasi dan menstruasi (7-10 hari sebelum menstruasi), kemudian menghilang pada saat menstruasi hingga beberapa hari setelah menstruasi. Lebih lanjut Owen (1975) menyatakan sindrom pramenstruasi disebabkan karena produksi hormon estrogen berlebihan. Secara lebih jelas Wyatt et al. (2001) mengatakan bahwa defisiensi hormon progesteron sebagai penyebab terjadinya sindrom pramenstruasi.

Para peneliti saat ini sedang menyelidiki kemungkinan adanya perbedaan genetik pada sensitivitas reseptor dan sistem pembawa pesan yang menyampaikan pengeluaran hormon reproduksi dalam sel. Kemungkinan lain berhubungan dengan gangguan perasaan, faktor kejiwaan, masalah sosial atau fungsi serotonin yang dialami penderita, terutama mereka yang peka terhadap perubahan hormonal dalam siklus menstruasi (Brinton, 1997).


(22)

Gejala-gejala yang timbul menjelang masa menstruasi akan menjadi gangguan terhadap aktivitas sehari-hari pada wanita pada saat menstruasi. Masalah utama yang ditimbulkan oleh sindrom pramenstruasi menurut Baziad (2005) ini ialah gangguan pada diri wanita sendiri dan keluarganya, kerugian dalam bidang industri dan komersial, serta dalam skala yang lebih besar adalah kerugian pada ekonomi nasional. Masalah tersebut dikaitkan dengan penurunan produktivitas kerja akibat peningkatan absensi kehadiran di tempat kerja selama 7 sampai 10 hari, atau sama dengan 84 - 120 hari per tahun, dan ini merupakan suatu kehilangan personal dan sosial yang bermakna. Hasil penelitian Ruhana (2005) mengungkapkan bahwa keluhan menstruasi ini mempengaruhi kegiatan belajar mahasiswa.

Pada saat menstruasi, wanita kehilangan darah. Di dalam darah terkandung zat besi dan unsur ini yang membentuk sel-sel darah merah. Karena itu, pada saat menstruasi perlu ada tambahan zat besi sehingga kekurangan unsur Fe di dalam tubuh tergantikan. Survey yang dilakukan di PT Dada Indonesia olehWorker Rights Consortium (2002) menemukan bahwa sebagian besar pekerja (20 dari 26) yang disurvei mengaku bahwa mereka merasa pusing dan banyak diantaranya yang mengalami sakit kepala dan gangguan menstruasi. Tingginya jumlah perempuan yang mengalami gangguan menstruasi juga bisa berarti bahwa mereka mengalami anemia dalam tingkatan yang cukup tinggi

Menurut Dickerson et al. (2003) sebanyak 85% wanita yang masih mendapatkan siklus menstruasi, mengalami satu atau lebih gejala sindrom pramenstruasi. Penelitian Ruhana (2005) menunjukkan bahwa sebesar 87,2% mahasiswa putri TPB IPB mengalami sindrom pramenstruasi. Hasil survey di Amerika Utara, sindrom pramenstruasi dialami oleh hampir 75% wanita dan sekitar 5% mengalami gejala sindrom pramenstruasi yang parah (Macdougall, 2000)

Hasil penelitian Abraham (1981) dan Sherwoodet al.(1986) menyebutkan bahwa resiko sindrom pramenstruasi meningkat pada wanita yang mengalami defisiensi mineral magnesium dan zink. Selain magnesium dan zink, mineral kalsium memiliki peran penting terhadap kejadian Sindrom pramenstruasi. Hasil penelitian Thys-Jacobs et al. (1989) melaporkan bahwa sebanyak 55% dari 661 pasien penderita sindrom pramenstruasi yang diberikan kalsium, mengalami perbaikan pada gejala PMS. Selain itu menurut Mira et al. (1988), gejala sindrom


(23)

pramenstruasi berhubungan dengan kandungan α-tocopherol (vitamin E) dalam tubuh. Dilaporkan bahwa pemberian vitamin E sebanyak 400 IU per hari selama phase luteal menurunkan gangguan yang timbul pada remaja putri penderita sindrom pramenstruasi (ACOG, 2000). Meningkatnya kadar estrogen dalam darah akan menyebabkan gejala depresi dan khususnya gangguan psikis.

Tanaman torbangun (Coleus amboinicus Lour) adalah salah satu species dari Labiatae family yang banyak mengandung zat gizi mikro dan zat aktif yang telah diteliti manfaatnya bagi kesehatan. Manfaat yang telah dirasakan masyarakat selama ini adalah sebagai obat sariawan, batuk, demam, perut kembung dan asma (Tanaman Obat Indonesia, 2005). Menurut tradisi masyarakat Batak di Sumatera Utara, daun torbangun diyakini berkhasiat sebagai laktagogum, meningkatkan kualitas dan kuantitas ASI (Damaniket al, 2001) dan dapat meningkatkan status gizi anak yang dilahirkan (Damanik, 2005). Selain berkhasiat sebagai laktagogum, masyarakat Batak juga meyakini khasiat daun torbangun sebagai pembersih rahim ibu yang baru melahirkan (uterine cleansing agent), penambah tenaga (tonikum), pengurang rasa nyeri (analgesik), penawar racun (antimikroba/antibakteri) dan obat untuk menyembuhkan penyakit seperti sariawan dan batuk (Damaniket al, 2004).

Torbangun kaya akan kandungan zat gizi mikro seperti magnesium, besi, zink, kalsium, α-tocopherol, dan β-karoten, minyak atsiri antara lain fenol, karvakrol, isopropil o kresol dan sineol serta zat aktif seperti flavonoid dan glikosida (Batubara, 2004). Menurut Collins (2006), keluarga dari tanaman torbangun mengandung zat aktif yang secara langsung memiliki efek terhadap jaringan produksi hormon progesteron, namun belum ada penelitian yang secara khusus menggunakan daun torbangun sebagai suplemen untuk mengurangi keluhan sindrom pramenstruasi. Oleh sebab itu perlu dilakukan penelitian dengan menjadikan daun torbangun sebagai suplemen pada remaja putri yang mengalami sindrom pramenstruasi.

Selama ini telah tersedia minuman suplemen herbal yang digunakan untuk menurunkan keluhan sindrom pramenstruasi yaitu minuman Kiranti. Minuman ini mengandung Kunyit (Curcuma domestica) sebanyak 20%, Asam jawa (Tamarind) 3,75%, Kencur (Kaempferiae) 2%, Jahe (Zingiberis officinale), Gula Palm (Arengae piñata), Kayu manis (Cinnamoni cortex) dan air 74,25%. Hasil penelitian yang dilakukan Suryana (2005) melaporkan bahwa herbal komersil dapat


(24)

menurunkan skor gejala sindrom pramenstruasi. Selain kiranti, merk dagang lain yang digunakan untuk menurunkan keluhan sindrom pramenstruasi diantaranya adalah kapsul Tuntas yang terdiri dari jintan hitam jahe, dan kunyit.

Perumusan Masalah Penelitian

Sindrom pramenstruasi merupakan masalah fisik dan psikis yang mempengaruhi wanita sebelum siklus menstruasi. Dampak yang dapat ditimbulkan dari sindrom pramenstruasi adalah menurunnya aktifitas kerja individu yang mengalami kejadian sindrom pramenstruasi. Sindrom pramenstruasi antara lain disebabkan kelebihan hormon estrogen, defisiensi hormon progesteron atau kombinasi keduanya, dan defisiensi mineral seperti kalsium, magnesium dan zat besi.

Tanaman torbangun merupakan tanaman obat yang kaya akan kandungan mineral kalsium, magnesium dan zat besi namun belum diteliti kegunaannya untuk menurunkan gejala sindrom pramenstruasi. Selain kandungan mineral, torbangun juga mengandung zat aktif yang dapat berperan meningkatkan kandungan hormon progesteron. Rendahnya kadar hormon progesteron selama masa luteal merupakan salah satu sebab terjadinya sindrom pramenstruasi. Penelitian tentang efikasi daun torbangun terhadap sindrom pramenstruasi belum diteliti padahal daun torbangun berpotensi sebagai herbal untuk menurunkan keluhan sindrom pramenstruasi. Oleh sebab itu perlu dilakukan penelitian hubungan tanaman torbangun dengan kejadian sindrom pramenstruasi.

Permasalahan yang akan diteliti sebagai berikut:

1. Jenis jenis sindrom pramenstruasi apa yang banyak dikeluhkan oleh remaja putri usia 15-18 tahun?

2. Berapa kandungan mineral (Ca, Mg dan Fe) pada daun torbangun yang berhubungan dengan kejadian sindrom pramenstruasi?

3. Bagaimana kebiasaan makan remaja putri yang menderita sindrom pramenstruasi?

4. Bagaimana pengaruh pemberian kapsul serbuk daun torbangun terhadap penurunan keluhan sindrom pramenstruasi pada remaja putri dibanding dengan herbal komersil dan plasebo?


(25)

5. Bagaimana pengaruh pemberian kapsul serbuk daun torbangun terhadap konsentrasi kalsium serum, magnesium serum dan Hb remaja putri penderita sindrom pramenstruasi dibanding dengan herbal komersil dan plasebo?

6. Bagaimana pengaruh pemberian kapsul serbuk daun torbangun terhadap konsentrasi hormon progesteron serum pada remaja putri penderita sindrom pramenstruasi dibanding dengan herbal komersil dan plasebo?

Tujuan Penelitian

Tujuan Umum:

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh suplementasi kapsul serbuk daun torbangun (Coleus amboinicus Lour) terhadap penurunan keluhan sindrom pramenstruasi pada remaja putri.

Tujuan Khusus:

Secara khusus penelitian ini bertujuan untuk:

1. Menganalisis kandungan mineral magnesium, kalsium dan Fe pada serbuk daun torbangun.

2. Mengetahui kebiasaan makan remaja putri yang mengalami sindrom pramenstruasi.

3. Mengkaji pengaruh perlakuan suplementasi kapsul serbuk daun torbangun, herbal komersil dan plasebo terhadap kandungan magnesium serum, kalsium serum dan Hb remaja putri yang mengalami sindrom pramenstruasi.

4. Mengkaji pengaruh suplementasi kapsul serbuk daun torbangun terhadap konsentrasi hormon progesteron dalam serum darah (ng/ml) pada remaja putri yang mengalami sindrom pramenstruasi

5. Mengkaji pengaruh suplementasi kapsul serbuk daun torbangun terhadap keluhan pada remaja putri yang mengalami sindrom pramenstruasi.

Manfaat

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah informasi tentang manfaat tanaman torbangun (Coleus amboinicus Lour) dikaitkan dengan kejadian sindrom pramenstruasi pada remaja putri. Di samping itu juga memberikan sumbangan yang


(26)

berarti bagi pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, khususnya pada peran tanaman obat obatan terhadap kesehatan reproduksi wanita. Hasil penelitian ini dapat menjadi dasar pengembangan minuman fungsional atau suplemen makanan yang berguna untuk mengurangi kejadian sindrom pramenstruasi.

Dari segi riset, diharapkan hasil penelitian ini dapat memberikan kontribusi yang berarti bagi penelitian sejenisnya khususnya yang terkait dengan penelitian daun torbangun dan sindrom pramenstruasi. Selain itu penelitian ini masih mempunyai celah yang dapat dimanfaatkan untuk penelitian-penelitian selanjutnya.

Hipotesis Penelitian

1. Suplementasi kapsul serbuk daun torbangun dapat meningkatkan kandungan kalsium serum, magnesium serum dan Hb dibandingkan dengan herbal komersil dan plasebo pada remaja putri yang mengalami sindrom pramenstruasi.

2. Suplementasi kapsul serbuk daun torbangun dapat meningkatkan konsentrasi hormon progesteron dibandingkan dengan herbal komersil dan plasebo pada remaja putri yang mengalami sindrom pramenstruasi.

3. Suplementasi kapsul serbuk daun torbangun dapat menurunkan keluhan sindrom pramenstruasi dibandingkan dengan herbal komersil dan plasebo pada remaja putri yang mengalami sindrom pramenstruasi.


(27)

TINJAUAN PUSTAKA

Alat Reproduksi Wanita

Alat Reproduksi wanita terdiri atas: 1) organ eksternal atau disebut organ reproduksi luar yang berfungsi sebagai jalan masuk sperma ke dalam tubuh wanita dan sebagai pelindung organ kelamin dalam dari organisme penyebab infeksi. 2) organ internal atau disebut organ reproduksi dalam yang berfungsi ovulasi, fertilisasi ovum, transportasi blastocyst, implantasi, pertumbuhan dan perkembangan fetus, kelahiran. Organ internal terdiri dari Ovarium (indung telur) penghasil sel telur, Tuba falopii (oviduct) tempat berlangsungnya pembuahan serta rahim (uterus), tempat berkembangnya embrio menjadi janin (Gunawan, 1999).

Ovarium

Ovarium berbentuk oval, terletak di dalam rongga peritoneum, sepasang kiri-kanan. Dilapisi mesovarium, sebagai jaringan ikat dan jalan pembuluh darah dan saraf. Terdiri dari korteks dan medula. Ovarium berfungsi dalam pembentukan dan pematangan folikel menjadi ovum, ovulasi (pengeluaran ovum) serta sintesis dan sekresi hormon-hormon steroid

Tuba Falopii

Sepasang tuba kiri-kanan dengan panjang antara 5 cm hingga 7,6 cm. Tuba Falopii yaitu tempat berlangsungnya pembuahan berfungsi sebagai jalan transportasi ovum dari ovarium sampai cavum uteri. Ujung dari tuba kiri dan kanan membentuk corong sehingga memiliki lubang yang lebih besar agar sel telur jatuh ke dalamnya ketika dilepaskan dari ovarium. Ovarium tidak menempel pada tuba falopii tetapi menggantung dengan bantuan sebuah ligamen.

Dinding tuba terdiri tiga lapisan : 1)Pars isthmica (proksimal/isthmus)yang merupakan bagian dengan lumen tersempit, terdapat sfingter uterotuba pengendali transfer gamet. 2)Pars ampularis(medial/ampula) yaitu tempat terjadinya fertilisasi adalah daerah ampula / infundibulum, dan pada hamil ektopik (patologik) sering juga terjadi implantasi di dinding tuba bagian ini. 3) Pars infundibulum (distal)


(28)

ujungnya, melekat dengan permukaan ovarium. Fimbriae berfungsi menangkap ovum yang keluar saat ovulasi dari permukaan ovarium dan membawanya ke dalam tuba (Gunawan, 1999).

Uterus

Uterus atau rahim adalah organ muskular berbentuk seperti buah pir terletak di puncak vagina. Uterus terletak di belakang kandung kemih dan di depan rektum, dan diikat oleh 6 ligamen. Uterus terbagi menjadi 2 bagian, yaitu serviks dankorpus (badan rahim). Serviks merupakan uterus bagian bawah yang membuka ke arah vagina. korpus biasanya condong ke arah depan. Selama masa reproduktif, panjang korpus adalah 2 kali dari panjang serviks. Korpus merupakan jaringan kaya otot yang bisa melebar untuk menyimpan janin. Bila tidak terjadi pembuahan maka lapisan rahim (endometrium) akan luruh dan akan dikeluarkan melalui vagina yang disertai dengan pendarahan (Anonymous, 2008)

Menstruasi

Menstruasi adalah pelepasan dinding rahim (endometrium) yang disertai dengan pendarahan dan terjadi secara berulang setiap bulan kecuali pada saat kehamilan (Simon, 2003). Menurut Greenspan et al. (1998) menstruasi adalah perdarahan vagina secara berkala akibat terlepasnya lapisan endometrium uterus.

Lama keluarnya darah menstruasi juga bervariasi, rata-rata lamanya 4 sampai 6 hari tetapi antara 2 sampai 8 hari masih dapat dianggap normal. Pada umumnya perdarahan menstruasi berlangsung selama 3 - 7 hari, rata-rata selama 5 hari. Darah yang hilang serbanyak 28 - 283 gram. Pengeluaran darah menstruasi terdiri dari fragmen-fragmen kelupasan endrometrium yang bercampur dengan darah yang banyaknya tidak tentu. Darah menstruasi biasanya tidak membeku kecuali jika perdarahannya sangat hebat. Pada saat menstruasi terjadi peningkatan kadar dan aktivitas hormon-hormon Follicle Stimulating Hormone (FSH) dan estrogen yang disebabkan tidak adanya hormon Luteinizing Hormone (LH) karena produksinya telah dihentikan oleh peningkatan kadar hormon progesteron secara maksimal (Sobotta, 1989).


(29)

Menstruasi yang berulang setiap bulan tersebut akhirnya membentuk siklus menstruasi. Siklus menstruasi dihitung dari hari pertama menstruasi sampai tepat satu hari sebelum menstruasi bulan berikutnya. Siklus menstruasi berkisar antara 21-35 hari, dan hanya sekitar 10-15% remaja putri memiliki siklus 28 hari (Baziad, 1993). Menstruasi merupakan pertanda masa reproduktif pada kehidupan seorang wanita yang dimulai dari menarke sampai terjadinya menopause (Simon, 2003). Menstruasi yang pertama kali disebut menarke paling sering terjadi pada usia 12 tahun, tetapi bisa juga terjadi pada usia 8 atau 16 tahun.

Siklus menstruasi terjadi pada manusia dan primata, sedang pada hewan mamalia terjadi siklus estrus. Siklus menstruasi terjadi secara periodik setiap 28 hari (ada pula setiap 21 hari dan 35 hari) yaitu sebagai berikut : Pada hari 1 sampai hari ke-14 terjadi pertumbuhan dan perkembangan folikel primer yang dirangsang oleh hormon Follicle Stimulating Hormone (FSH). Pada saat tersebut sel oosit primer akan membelah dan menghasilkan ovum. Saat folikel berkembang menjadi folikel de Graaf yang masak, folikel ini juga menghasilkan hormon estrogen yang merangsang keluarnya Luteinizing Hormone (LH) dari hipofisis. Estrogen yang

keluar berfungsi merangsang perbaikan dinding uterus yaitu endometrium yang habis terkelupas waktu menstruasi, selain itu estrogen menghambat pembentukan FSH dan memerintahkan hipofisis menghasilkan LH yang berfungsi merangsang folikel de Graaf yang masak untuk mengadakan ovulasi yang terjadi pada hari ke-14, waktu di sekitar terjadinya ovulasi disebut fase estrus (Greenspanet al, 1998 dan Josephet al, 1997).

Fase Folikuler

Dinamakan fase folikuler karena pada saat ini terjadi pertumbuhan folikel di dalam ovarium. Masa ini adalah masa paling subur bagi seorang wanita. Dimulai dari hari pertama sesudah menstruasi sampai sekitar sebelum kadar LH meningkat dan terjadi pelepasan sel telur (ovulasi). Pada pertengahan fase ini, kadar FSH sedikit meningkat yang menyebabkan terjadinya rangsangan pertumbuhan sekitar 3-30 folikel yang masing-masing mengandung 1 sel telur tetapi hanya satu folikel yang terus tumbuh, yang lainnya hancur. Pada suatu siklus, sebagian endometrium dilepaskan sebagai respon terhadap penurunan kadar hormon estrogen dan progesteron (Simon, 2003). Endometrium terdiri dari 3 lapisan dimana lapisan


(30)

paling atas dan lapisan tengah dilepaskan, sedangkan lapisan dasarnya tetap dipertahankan dan menghasilkan sel-sel baru untuk kembali membentuk kedua lapisan yang telah dilepaskan. Pada akhir dari fase ini terjadi lonjakan produksi hormon LH yang sangat meningkat yang menyebabkan terjadinya proses ovulasi.

Fase Ovulasi

Fase ovulasi adalah masa paling subur bagi seorang wanita. Sel telur biasanya dilepaskan dalam waktu 16-32 jam setelah terjadi peningkatan kadar LH. Folikel yang matang akan menonjol dari permukaan ovarium, akhirnya pecah dan melepaskan sel telur. Pada saat ovulasi ini beberapa wanita merasakan nyeri timbul pada perut bagian bawahnya; nyeri ini dikenal sebagai mittelschmerz, yang berlangsung selama beberapa menit sampai beberapa jam (Simon, 2003).

Fase Luteal

Awal fase luteal, seiring dengan pematangan korpus luteum. Sekresi progesteron terus menerus meningkat dan mencapai kadar antara 6 dan 20 ng/ml. Estrogen dikeluarkan terutama dari folikel yang besar yang tidak mengalami atresia, juga tampak pada fase luteal dengan konsentrasi yang lebih tinggi daripada selama permulaan atau pertengahan fase folikuler. Produksi estrogen dan progesteron maksimal dijumpai antara hari ke-20 dan 23 (Jacoebet al, 1994).

Fase luteal terjadi setelah ovulasi dan berlangsung selama sekitar 14 hari. Pada fase ini folikel yang pecah kembali menutup dan membentuk korpus luteum dari sisa-sisa folikel-folikel de Graaf yang sudah mengeluarkan sel ovum (telur) pada saat terjadinya proses ovulasi serta menghasilkan sejumlah besar progesteron. Progesteron menyebabkan suhu tubuh sedikit meningkat selama fase luteal dan tetap tinggi sampai siklus yang baru dimulai (Simon, 2003). Peningkatan suhu ini bisa digunakan untuk memperkirakan terjadinya ovulasi.

Pada fase ini peningkatkan hormon progesteron bermakna, yang diikuti oleh penurunan kadar hormon-hormon FSH, estrogen dan LH. Keadaan ini digunakan sebagai penunjang lapisan endometrium untuk mempersiapkan dinding rahim dalam menerima hasil konsepsi jika terjadi kehamilan, digunakan untuk penghambatan masuknya sperma ke dalam uterus dan proses peluruhan dinding rahim yang prosesnya akan terjadi pada akhir fase ini.


(31)

Hormon-hormon yang Berhubungan dengan Siklus Menstruasi

Hormon adalah protein yang terdiri atas asam amino pendek dan steroid, yang diproduksi oleh kelenjar endokrin dan mempunyai efek tertentu pada aktifitas organ-organ lain dalam tubuh serta disekresi langsung ke pembuluh darah (Syahrum

et al, 1994). Hormon berfungsi sebagai penghantar (transmitter) yang dilepas dari sel khusus ke dalam aliran darah dan selanjutnya hormon tersebut dibawa ke sel-sel target (responsive cells) tempat terjadinya efek hormon (Ismail, 2008).

Hormon bekerja dalam sistem umpan balik, yang memungkinkan tubuh untuk dipertahankan dalam situasi lingkungan optimal. Kadar hormon dalam darah dikontrol oleh umpan balik negatif manakala kadar hormon telah mencukupi untuk menghasilkan efek yang dimaksudkan, kenaikan kadar hormon lebih jauh dicegah oleh umpan balik negatif (Coad, 2002). Hormon mengontrol laju aktivitas selular. Hormon tidak mengawali perubahan biokimia, hormon hanya mempengaruhi sel-sel yang mengandung reseptor yang sesuai, yang melakukan fungsi spesifik (Pragasta 2008). Pelepasan hormon dari satu kelenjar sering merangsang pelepasan hormon dari kelenjar lainnya.

Hormon reproduksi merupakan zat yang dikeluarkan oleh kelenjar seks dan kelenjar adrenalin langsung ke dalam aliran darah. Hormon-hormon tersebut sebagian bertanggung jawab dalam menentukan jenis kelamin janin dan bagi perkembangan organ seks yang normal.

Gonadotropin Releasing Hormone(GNRH)

Gonadotropin Releasing Hormone (GNRH) merupakan hormon yang diproduksi oleh hipotalamus di otak. GNRH akan merangsang pelepasan FSH (Follicle Stimulating Hormone) di hipofisis. Bila kadar estrogen tinggi, maka estrogen akan memberikan umpan balik ke hipotalamus sehingga kadar GNRH akan menjadi rendah, begitupun sebaliknya. Hormon-hormon yang dihasilkan gonadotropin hipofisis meliputi LH, FSH, prolaktin, estrogen dan progesteron. Keaktifan kelenjar gonad terjadi pada masa prepubertas dengan meningkatnya sekresi gonadotropin akibat penurunan inhibisi steroid (Pragasta, 2008).


(32)

Luteinizing Hormon (LH)

LH dihasilkan oleh sel-sel asidofilik (afinitas terhadap asam), bersama dengan FSH berfungsi mematangkan folikel dan sel telur, serta merangsang terjadinya ovulasi. LH merupakan glikoprotein dengan BM sekitar 28.000. Terdiri dari satu unit alfa dan satu unit beta. Waktu paruh plasma awal dari awal LH sekitar 30 menit. Folikel yang melepaskan ovum selama ovulasi disebut korpus rubrum yang disusun oleh sel-sel lutein dan disebut korpus luteum (Greenspan et al, 1998; Syahrumet al, 1994).

Follicle Stimulating Hormon (FSH)

Hormon ini mempengaruhi ovarium sehingga dapat berkembang dan berfungsi pada saat pubertas. FSH mengembangkan folikel primer yang mengandung oosit primer dan keadaan padat (solid) tersebut menjadi folikel yang menghasilkan estrogen (Greenspan et al, 1998; Syahrum et al, 1994). FSH merupakan glikoprotein dengan BM sekitar 33.000 yang terdiri dari satu unit alfa dan satu unit beta, sedangkan waktu paruh awalnya adalah 3 jam.

Prolactin Releasing Hormon (PRH)

Prolaktin terdiri dari satu rantai peptida dengan 198 asam amino dan sama sekali tidak mengandung karbohidrat. BM-nya adalah sekitar 25.000. Secara pilogenetis, prolaktin adalah suatu hormon yang sangat tua serta memiliki susunan yang sama dengan hormon pertumbuhan (Growth hormone, Somatogotropic hormone, TSH, Somatotropin). Secara sinergis dengan estradia, prolaktin mempengaruhi laktasi serta berperan pada pembentukan dan fungsi korpus luteum (Syahrumet a., 1994).

Steroid ovarium

Ovarium menghasilkan progestrin, androgen, dan estrogen. Pada umumnya steroid yang dihasilkan, disekresi oleh kelenjar adrenal atau dapat dibentuk di jaringan perifer melalui perubahan prekursor-prekursor steroid lain, konsekuensinya


(33)

kadar plasma dari hormon-hormon ini tidak dapat langsung mencerminkan aktivitas steroidogenik dari ovarium.

Estrogen

Hormon estrogen dihasilkan oleh teka interna folikel. Estrogen merupakan produk yang paling penting yang disekresi oleh ovarium karena memiliki potensi biologik dan efek fisiologik yang beragam terhadap jaringan perifer sasaran. Peninggian kadar estrogen plasma berkorelasi erat dengan peningkatan ukuran folikel pra-ovulasi. Setelah lonjakan LH, kadar estrogen serum akan mencapai kadar terendah selama beberapa hari dan terjadi peningkatan kedua kadar estrogen plasma dan akan mencapai puncaknya pada pertengahan fase luteal, yang akan mencerminkankan sekresi estrogen oleh korpus luteum (Greenspan et al, 1998; Syahrumet al, 1994).

Pada masa pubertas terjadi perkembangan sifat seks sekunder. Selanjutnya akan berlangsung siklus pada uterus, vagina dan kelenjar mammae. Hal ini disebabkan oleh pengaruh hormon estrogen. Terhadap uterus, hormon estrogen menyebabkan endometrium mengalami proliferasi, yaitu lapisan endometrium berkembang dan menjadi lebih tebal. Hal ini diikuti dengan lebih banyak kelenjar-kelenjar, pembuluh darah arteri maupun vena (Simon, 2003).

Estrogen juga berguna pada siklus menstruasi dengan membentuk ketebalan endometrium, menjaga kualitas dan kuantitas cairan cerviks dan vagina sehingga sesuai untuk penetrasi sperma (Simon, 2003). Estrogen memiliki efek neurologis pusat yang dapat berkontribusi untuk meningkatkan aktivitas otak dan juga dapat berkontribusi dalam penyimpanan garam yang menyebabkan terjadinya pembengkakkan tubuh seperti pembengkakkan pada kaki dan payudara (Lichten, 2005)

Progesteron

Progesteron adalah hormon steroid yang terlibat dalam siklus menstruasi. Progesteron adalah sintesa dari pregnenolone yaitu produk turunan dari kolesterol (Luconi et al, 1998). Konversi ini dilakukan dalam dua langkah, 3 - hydroxyl kelompok ini diubah menjadi keto grup dan dipindahkan ke C-4, dari C-5. Progesteron, sepertipregnenolone dandehydroepiandrosterone termasuk kelompok


(34)

neurosteroids yang ditemukan dalam konsentrasi tinggi di bagian tertentu di otak. Progesteron diproduksi terutama di korpus luteum di ovarium, sebagian diproduksi di kelenjar adrenal, dan pada kehamilan juga diproduksi di plasenta. Progesteron berperan dalam menstimulasi endometrium untuk tumbuh lebih lanjut serta mensekresi dan mengumpulkan zat-zat gizi bagi perkembangan telur menjadi janin. Fase sekresi ini berlangsung sepanjang minggu ke 3 dari siklus. Peran lain dari progesteron yang paling penting adalah faktor penyebab endometrium untuk mengeluarkan protein khusus dalam siklus menstruasi (Brinton, 1997). Progesteron menyebabkan terjadinya proses perubahan sekretorik pada fase sekresi pada endometrium uterus, yang mempersiapkan endometrium uterus berada pada keadaan yang optimal jika terjadi implantasi.

Progesteron bersama estrogen penting sekali bagi proses pematangan folikel dan pelepasan telur. Selama fase folikuler, kadar progesteron adalah rendah yaitu kurang dari 2 ng/ml (3,8 nmol/l) dan kadar progesteron akan mencapai plateau yaitu antara 10-20 ng/ ml (32-64 nmol) pada pertengahan fase luteal. Selama fase luteal, hampir semua progesteron dalam sirkulasi merupakan hasil sekresi langsung korpus luteum. Pengukuran kadar progesteron plasma banyak dimanfaatkan untuk memantau ovulasi. Kadar progesteron di atas 4-5 ng/ml (12,7-15.9 nmol/l) mengisyaratkan bahwa ovulasi telah terjadi. Perkembangan uterus yang sudah dipengaruhi hormon estrogen selanjutnya dipengaruhi progesteron yang dihasilkan korpus luteum menjadi stadium sekresi, yang mempersiapkan endometrium mencapai optimal.

Androgen

Androgen merupakan hormon steroid dengan 19 atom C. Jenis hormon yang termasuk androgen yaitu : testosteron, DTH, 17 ketosteroid DHEA, dihidroeplandrosteron, juga termasuk golongan ini tetapi khasiat androgennya lemah. Androgen merangsang pertumbuhan rambut di daerah aksila dan pubes serta mampu meningkatkan libido. Androgen terbentuk selama sintesis steroid di ovarium dan adrenal, sebagai pembakal estrogen. Androgen pada wanita dapat berakibat maskulinisasi, maka pembentukan yang berlebih akan menyebabkan gangguan yang berarti. Fase folikuler dan fase luteal kadar rata-rata testosteron plasma berkisar


(35)

antara 0,2 ng/mg-0,4ng/mg (0,69-1,39 nmol/l) dan sedikit meningkat pada fase pra-ovulasi (Jacoebet al, 1994).

Hubungan Siklus Hormonal dan Menstruasi

Permulaan siklus menstruasi, dimulai dengan kadar hormon gonadotropin (FSH, LH) berada pada level yang rendah dan sudah menurun sejak akhir dari fase luteal siklus sebelumnya. Hormon FSH dari hipotalamus perlahan mengalami peningkatan setelah akhir dari korpus luteum dan pertumbuhan folikel dimulai pada fase folikular. Hal ini merupakan pemicu untuk pertumbuhan lapisan endometrium (Coad, 2002). Secara skematis siklus menstruasi disajikan pada Gambar 1.

Sumber: Wikipedia

Gambar 1 Hubungan siklus hormonal dan menstruasi

Fase folikel ovulasi Fase luteal

Hormon

Hari ke 1 Hari ke 14 Hari ke 28


(36)

Peningkatan level estrogen menyebabkanfeedback negatif pada pengeluaran FSH hipofisis. Hormon LH kemudian menurun sebagai akibat dari peningkatan level estradiol, tetapi pada akhir dari fase folikular level hormon LH meningkat drastis (respon bifasik). Pada akhir fase folikular, hormon FSH merangsang reseptor hormon LH yang terdapat pada sel granulosa dan dengan rangsangan dari hormon LH, sekresi hormon progesteron terjadi (Pragasta, 2008).

Setelah perangsangan oleh hormon estrogen, hipofisis LH terpicu yang menyebabkan terjadinya ovulasi yang muncul 24-36 jam kemudian. Ovulasi adalah penanda fase transisi dari fase proliferasi ke sekresi, dari folikular ke luteal. Kadar estrogen menurun pada awal fase luteal dari sesaat sebelum ovulasi sampai fase pertengahan, dan kemudian meningkat kembali karena sekresi dari korpus luteum. Progesteron meningkat setelah ovulasi dan dapat merupakan penanda bahwa sudah terjadi ovulasi. Kedua hormon estrogen dan progesteron meningkat selama masa hidup korpus luteum dan kemudian menurun untuk mempersiapkan siklus berikutnya.

Sindrom Pramenstruasi

Shreeve (1983) mendefinisikan sindrom pramenstruasi sebagai sejumlah perubahan psikis maupun fisik yang terjadi antara hari ke-2 sampai hari ke-14 sebelum menstruasi dan mereda segera setelah menstruasi berawal. Menurut Dalton (1983), sindrom pramenstruasi adalah kambuhnya gejala-gejala pada saat premenstruasi dan menghilang setelah menstruasi. Indusekhar et al. (2007) berpendapat bahwa sindrom pramenstruasi adalah kelompok gejala-gejala psikologi dan somatik yang berhubungan dengan siklus mentruasi yang terjadi pada fase luteal serta berakhir saat menstruasi. Sedangkan Karyadi (2005) mengatakan bahwa sindrom pramenstruasi merupakan kumpulan gejala akibat perubahan hormonal yang berhubungan dengan siklus saat ovulasi (pelepasan sel telur dari ovarium) dan menstruasi. Sindrom itu akan menghilang pada saat menstruasi dimulai sampai beberapa hari setelah selesai menstruasi.

Penyebab timbulnya sindrom ini memang belum jelas. Beberapa teori menyebutkan antara lain karena faktor hormonal yakni ketidak seimbangan antara hormon estrogen dan progesteron. Teori lain mengatakan, karena hormon estrogen yang berlebihan. Para peneliti melaporkan, salah satu kemungkinan yang kini


(37)

sedang diselidiki adalah adanya perbedaan genetik pada sensitivitas reseptor dan sistem pembawa pesan yang menyampaikan pengeluaran hormon reproduksi dalam sel. Kemungkinan lain, itu berhubungan dengan gangguan perasaan, faktor kejiwaan, masalah sosial, atau fungsi serotonin yang dialami penderita (Karyadi, 2005).

Kadar estrogen yang tinggi ini, selain memicu aktivitas sel-sel otak berlebihan, juga menyebabkan terjadinya retensi cairan tubuh, seperti di payudara, tungkai, dan juga di otak (Baziad, 2005). Faktor kebiasaan makan seperti tinggi gula, garam, kopi, teh dan coklat memperberat gejala sindrom pramenstruasi.

Kopi, teh dan coklat dianjurkan tidak dikonsumsi penderita sindrom pramenstruasi karena mengandung kafein. Kafein dapat menyebabkan ganguan tidur, sakit kepala dan gangguan emosi (Wirakusumah, 2009). Kekurangan zat-zat gizi seperti kurang vitamin B (terutama B6), vitamin E, vitamin C, magnesium, zat

besi, zink, mangan, asam lemak linoleat juga dapat memperparah gejala sindrom pramenstruasi (Karyadi, 2005).

Pengelompokkan Gejala Sindrom Pramenstruasi

Abraham (1981) membagi sindrom pramenstruasi menurut gejalanya yakni sindrom pramenstruasi tipe A, H, C, dan D. Delapan puluh persen gangguan sindrom pramenstruasi termasuk tipe A. Penderita sindrom pramenstruasi tipe H sekitar 60%, sindrom pramenstruasi C 40%, dan sindrom pramenstruasi D 20%. Kadang-kadang seorang wanita mengalami gejala gabungan, misalnya tipe A dan D secara bersamaan. Setiap tipe memiliki gejalanya sendiri (Lichten, 2005).

Sindrom pramenstruasi tipe A (anxiety) ditandai dengan gejala seperti rasa cemas, sensitif, saraf tegang, perasaan labil. Bahkan beberapa wanita mengalami depresi ringan sampai sedang saat sebelum mendapat menstruasi. Gejala ini timbul akibat ketidak seimbangan hormon estrogen dan progesteron dimana hormon estrogen lebih tinggi dibandingkan dengan hormon progesteron. Pemberian hormon progesteron kadang dilakukan untuk mengurangi gejala, tetapi beberapa peneliti mengatakan bahwa pada penderita sindrom pramenstruasi A (anxiety) bisa jadi kekurangan vitamin B6 dan magnesium. Penderita sindrom pramenstruasi A

sebaiknya banyak mengkonsumsi makanan berserat dan mengurangi atau membatasi minum kopi (Lawrence, 2004).


(38)

Sindrom pramenstruasi tipe H (hyperhydration) adalah sindrom pramenstruasi dengan gejala edema (pembengkakan), perut kembung, nyeri pada buah dada, pembengkakan tangan dan kaki, peningkatan berat badan sebelum menstruasi. Gejala tipe ini dapat juga dirasakan bersamaan dengan tipe sindrom pramenstruasi lain. Pembengkakan itu terjadi akibat berkumpulnya air pada jaringan di luar sel (ekstrasel) karena tingginya asupan garam atau gula pada diet penderita. Pemberian obat diuretika untuk mengurangi retensi (penimbunan) air dan natrium pada tubuh hanya mengurangi gejala yang ada. Untuk mencegah terjadinya gejala ini penderita dianjurkan mengurangi asupan garam dan gula pada diet makanan serta membatasi minum sehari-hari. Garam dan gula dapat memperparah keluhan sindrom pramenstruasi terutama pada gejala pembengkakan karena bersifat retensi terhadap cairan (Baziad, 1993).

Sindrom pramenstruasi tipe C (craving) ditandai dengan rasa lapar ingin mengkonsumsi makanan yang manis-manis (coklat) dan karbohidrat sederhana (biasanya gula). Pada umumnya sekitar 20 menit setelah mengkonsumsi gula dalam jumlah banyak, timbul gejala hipoglikemia seperti kelelahan, jantung berdebar, pusing kepala yang terkadang sampai pingsan. Hipoglikemia timbul karena pengeluaran hormon insulin dalam tubuh meningkat. Rasa ingin menyantap makanan manis dapat disebabkan oleh stres, tinggi garam dalam diet makanan, tidak terpenuhinya asam lemak esensial (omega 6), atau kurangnya magnesium (Abraham, 1981).

Sindrom pramenstruasi tipe D (depression) adalah sindrom pramenstruasi dengan gejala rasa ingin menangis, depresi, lemah, gangguan tidur, pelupa, bingung, sulit dalam mengucapkan kata-kata (verbalisasi), bahkan kadang-kadang muncul rasa ingin bunuh diri atau mencoba bunuh diri. Biasanya sindrom pramenstruasi tipe D berlangsung bersamaan dengan sindrom pramenstruasi tipe A, hanya sekitar 3% dari seluruh tipe sindrom pramenstruasi benar-benar murni tipe D. Sindrom pramenstruasi tipe D murni disebabkan oleh ketidakseimbangan hormon progesteron dan estrogen. Kombinasi sindrom pramenstruasi tipe D dan tipe A dapat disebabkan oleh beberapa faktor yaitu stres, kekurangan asam amino tyrosine, penyerapan dan penyimpanan timbal di tubuh, atau kekurangan magnesium dan vitamin B (terutama B6). Meningkatkan konsumsi makanan yang mengandung vitamin B6 dan


(39)

magnesium dapat membantu mengatasi gangguan sindrom pramenstruasi tipe D yang terjadi bersamaan dengan sindrom pramenstruasi tipe A.

Upaya Menurunkan Keluhan PMS

Upaya yang dapat dilakukan untuk mengurangi keluhan sindrom pramenstruasi saat ini meliputi terapi farmakologi dan non farmakologi. Secara farmakologi terapi dilakukan dengan pemberian obat antidepresi seperti sertraline

(Jones, 2002). Studi yang dilakukan oleh Freeman (2004) menunjukkan bahwa pemberian sertraline dengan dosis 50 mg dan 100 mg per hari selama tiga siklus menstruasi menunjukkan penurunan keluhan sindrom pramenstruasi yang signifikan dibandingkan dengan plasebo. Selain antidepresi, pemberian analgesik dan anti inflamasi juga dapat dilakukan pada penderita sindrom pramenstruasi (Smith, 2006).

Terapi secara non farmakologi yang umumnya dilakukan adalah dengan pemberian suplemen vitamin dan mineral. Pemberian vitamin B6 diantaranya dapat menurunkan retensi cairan dan emosi (Jones, 2002) sedangkan Whyatt (1999) berpendapat bahwa pemberian vitamin B6 100 mg per hari selama 3 siklus dapat memberikan manfaat pada penurunan keluhan gejala sindrom pramenstruasi. Pada satu studi yang dilakukan oleh London et al. (1991) dengan pemberian multivitamin dan mineral dihasilkan, bahwa usaha penurunan keluhan sindrom pramenstruasi dapat dilakukan dengan pemberian vitamin B6 600 mg per hari, magnesium 500 mg per hari, vitamin E 200 IU per hari, vitamin A 25,000 IU per hari. Pemberian suplemen multivitamin dan mineral tersebut menurunkan keluhan sindrom pramenstruasi dengan gejala yang berbeda-beda (Stewart A, 1987: Chakmakjian, 1985)

Beberapa studi juga dilakukan untuk melihat hubungan sindrom pramenstruasi dengan defisiensi mineral. Quaranta (2007) mengatakan bahwa pemberian 250 mg mineral magnesium setiap hari selama tiga bulan menurunkan gejala sindrom pramenstruasi. Sulih hormon saat ini juga sudah dilakukan untuk menurunkan keluhan gejala sindrom pramenstruasi meskipun terdapat pendapat yang berbeda. Studi yang dilakukan oleh Dennerstein (1985) menunjukkan bahwa pemberian hormon progesteron 3 x 100 mg per hari selama empat bulan,


(40)

memberikan manfaat pada penurunan sindrom pramenstruasi dibandingkan dengan plasebo.

Herbal

Treatmen lain yang dapat dilakukan untun menurunkan keluhan sindrom pramenstruasi adalah dengan herbal. Di Amerika herbal sudah digunakan sebagai suplemen untuk pengobatan gejala sindrom pramenstruasi sedang di Eropa dan Asia, herbal digunakan sebagai pemberi rasa atau dijadikan minuman (Bendich, 2000). Tanaman Evening primrose oil (Oenthera biennis) dapat mencegah keluhan sindrom pramenstruasi dan memberikan manfaat menurunkan keluhan sindrom pramenstruasi (Casper, 1987). Studi lain yang dilakukan oleh Schellenberg (2001) diperoleh bahwa pemberian tablet ekstrak buah Agnus castus sebanyak 20 mg per hari selama tiga siklus menstruasi, memberikan hasil yang signifikan terhadap penurunan gejala sindrom pramenstruasi. Lima dari enam gejala sindrom pramenstruasi yang diamati mengalami penurunan keluhan yaitu mudah tersinggung, suasana hati yang tidak nyaman, emosi, sakit kepala dan pembengkakkan pada payudara. Agnus castus berperan dalam meningkatkan produksi hormon progesteron yang membantu menjaga keseimbangan hormon estrogen dan progesteron pada fase luteal (Schellenberget al, 2001).

Black cohosh (Cimicifuga racemosa) di Jerman sebagai suplemen yang digunakan untuk menurunkan keluhan sindrom pramenstruasi (Blumenthal et al, 1998).Dong quai (Angelica polymorpha var sinensis) adalah herbal dari Cina yang juga digunakan untuk terapi sindrom pramenstruasi (Foster, 1999). Menurut Chou (2005) pengobatan tradisional Cina dengan menggunakan herbal sudah digunakan dan memberikan hasil efektif dalam menurunkan keluhan sindrom pramenstruasi.

Tanaman Torbangun (Coleus amboinicusLour)

Torbangun merupakan suatu tumbuhan jenis perdu, mempunyai batang tebal, berdaging lunak, dan agak berkayu dengan cabang-cabang yang mencapai ketinggian satu meter. Pada bagian batangnya terdapat ruas-ruas. Bila bagian ruas batangnya itu menyentuh tanah, maka akar bisa keluar pada bagian tersebut. Torbangun biasanya ditanam di kebun-kebun di daerah dataran rendah dengan


(41)

ketinggian 1000 meter di atas permukaan laut. Batangnya lunak dan berair, daunnya berwarna hijau muda, berbentuk lonjong bergerigi kasar dan tebal. Daun torbangun memiliki bau yang khas dan bermanfaat untuk pengobatan. Pengembang biakan tanaman ini dapat dilakukan dengan cara stek dan dapat ditanam dalam pot maupun ditanam langsung di tanah. Torbangun tumbuh di tempat-tempat yang tidak terlalu banyak kena sinar matahari dan airnya cukup atau tidak terlalu kering (Tanaman Obat Indonesia, 2005).

Daun torbangun (Gambar 2) memiliki daun tunggal berwarna hijau dengan ukuran panjang 6-7 cm, lebar 5-6 cm. Daging daunnya tebal dan terletak berhadapan satu daun dengan daun lainnya. Bagian ini memiliki tangkai. Bentuk daunnya bulat telur berujung runcing dengan tepian bergerigi. Tulang daunnya tampak menonjol seperti jala. Jika diremas, daunnya mengeluarkan aroma (Tanaman Obat Indonesia, 2005).

Gambar 2 Tanaman torbangun

Tanaman ini memiliki banyak khasiat. Kandungan zat aktif dalam tanaman ini antara lain barbatusin, barbatusol (pada daun), koleol, forskolin, dan phytosterol (Schoellhorn, 2002). Khasiat forskolin antara lain merangsang ereksi, dan aktivator enzim adenilat-siklase, sementara itu phytosterol bersifat steroid (Schoellhorn, 2002). Forskolin juga berperan dalam meningkatkan produksi hormon tiroid, dimana hormon tiroid berfungsi mempertahankan sekresi Gonadotropin Releasing


(42)

Hormone (GNRH). Sel-sel GNRH berdiameter sel kira-kira 275-375 nm yang mengandung granula sekretori, menghasilkan FSH dan LH. FSH dan LH hormon yang diproduksi oleh tubuh yang berhubungan dengan siklus menstruasi (Pragasta, 2008). LH berperan dalam meningkatkan dan mempertahankan korpus luteum memperoduksi hormon progesteron.

Pada literatur Kebun Tanaman Obat Indonesi (2005) kandungan kimiawi dalam daun torbangun (Coleus amboinicus Lour) antara lain kalium, minyak atsiri (dua persen) yang mengandung karvakrol, isoprofil-o-kresol, karvon, limonen, dihidrokarvon, dihidrokarveol, karveol, asetaldehida, furol, dan fenol. Semua zat kimia itu didapatkan di bagian daunnya. Phytochemical database (Santosa, 2005) melaporkan bahwa dalam daun ini terdapat juga kandungan vitamin C, vitamin B1, vitamin B12, beta karotin, niasin, karvakrol, kalsium, asam-asam lemak, asam oksalat, dan serat. Senyawa-senyawa tersebut berpotensi terhadap bermacam-macam aktivitas biologik, misalnya antioksidan, diuretik dan analgesik. Shreeve (1983) mengemukakan bahwa kurangnya asam lemak esensial yang diperlukan oleh tubuh kita merupakan penyebab utama sindroma pre-menstruasi. Kandungan zat gizi daun torbangun dapat dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1 Kandungan gizi daun torbangun.

No Zat Gizi Komposisi per100 gram 1

2 3 4 5 6 7 8

Energi Kalori* (kal) Protein* (gram) Lemak* (gram) Karbohidrat* (gram) Zat Besi** (mg) Magnesium** (mg) Kalsium** (mg) Potasium** (mg)

27 1,3 0,6 4,0 13,6 62,5 230

52 Sumber : * Departemen Kesehatan RI (2001)

** Batubaraet al (2004)

Hasil uji fitokimia dalam daun torbangun terkandung alkaloid, flavonoid, dan tanin. Golongan flavonoid yang terkandung dalam daun torbangun adalah golongan flavonol glikosida, flavon glikosida, biflavonil, dan flavon (Batubara et al, 2004).


(43)

Senyawa flavonoid diketahui memiliki banyak fungsi bagi kesehatan manusia seperti antioxidant, anti inflammatory, anti virus, anti bakteri, dan lain-lain (Baron, 2002). Tanaman torbangun selama ini telah digunakan untuk mengobati mulas, perut kembung, sariawan, batuk, nyeri perut, dan demam. Daun torbangun telah digunakan oleh masyarakat Batak Sumatera Utara sebagai makanan yang dapat meningkatkan kualitas dan kuantitas ASI serta status gizi anak yang dilahirkan (Damanik, 2005). Efek farmakologis tanaman ini adalah berbau harum, getir, dan rasa tebal di lidah, menghilangkan sakit, penurun panas dan antiseptik. Menurut Morton (1992) daun torbangun dapat digunakan untuk mengobati gangguan pada vagina, selain itu daun torbangun mempunyai sifat dapat membersihkan darah (Tanaman obat Indonesia, 2005).

Stephenson (2001) mengemukakan bahwa tanaman yang mengandung iridoid dan flavonoid serta kandungan fitokimia yang berhubungan dengan hormon reproduksi dapat digunakan untuk pengobatan tradisional penderita sindrom pramenstruasi.

Herbal Komersil

Herbal komersil yang digunakan adalah herbal komersil yang sudah diperjual belikan di pasar. Kandungan utama pada suplemen ini adalah jintan hitam. Jintan hitam merupakan tanaman yang tumbuh liar sampai pada ketinggian 1100 m dari permukaan laut. Biasanya ditanam di daerah pegunungan ataupun ditanam dihalaman atau ladang sebagai tanaman rempah-rempah. Jintan hitam mengandung senyawa fosfat, zat besi, fosfor, karbohidrat, dan minyak yang mengandung banyak manfaat bagi kesehatan tubuh. Menurut suatu studi kandungan kadar minyak pada jintan hitam sekitar 28% (Anonymous, 2007). Jintan hitam juga mengandung antibiotika yang berguna untuk membasmi virus, kuman, dan bakteri. Terdapat pula

“karotena” yang dapat berfungsi sebagai antikanker, hormon-hormon reproduksi (Imansyah, 2003).

Selain jintan hitam, Tuntas mengandung kunyit dan jahe. Kunyit berkhasiat untuk melancarkan darah, peluruh darah, anti radang, mempermudah persalinan, anti bakteri, menstruasi tidak teratur, sakit perut setelah melahirkan, astringent dan antispasmodic sedangkan jahe berkhasiat untuk mengobati perut kembung, mulas


(44)

dan memperkuat khasit obat lain (Direktorat Jenderal Bina Produksi Hortikultura, 2002).

Hubungan Kebiasaan Makan dengan Kejadian Sindrom Pramenstruasi

Kebiasaan makan berpengaruh terhadap kejadian sindrom pramenstruasi. Makanan yang mengandung karbohidrat seperti roti, kentang, jagung, gandum dan oat membantu meringankan gejala sindrom pramenstruasi terutama berkaitan dengan mood (Mommies, 2005). Karbohidrat dapat meringankan gejala sindrom pramenstruasi karena karbohidrat berperan dalam meningkatkan gula darah. Ketika tingkat gula darah turun, tubuh mengeluarkan adrenalin yang menghentikan efektifitas hormon progesteron yang membantu penyembuhan gula darah (Mommies, 2005).

Mengurangi konsumsi makanan bergaram dapat menurunkan keluhan sindrom pramenstruasi karena garam dapat menyebabkan penahanan air (retensi) dan pembengkakan pada perut. Usaha dengan mengurangi asupan garam maka rasa kembung dan sakit saat menjelang menstruasi dapat berkurang (Simon, 2003)

Memperbanyak makan makanan yang berserat seperti sayur sayuran dan buah buahan dapat mengurangi keluhan sindrom pramenstruasi seperti sakit kepala dan nyeri perut (Simon, 2003). Sayur sayuran dan buah buahan selain mengandung serat kasar, juga banyak mengandung vitamin dan mineral yang dapat menurunkan keluhan sindrom pramenstruasi. Hasil penelitian di Jepang menunjukkan bahwa konsumsi makanan mengandung rendah serat ditemukan hubungan yang nyata dengan keluhan nyeri perut (Nagata, 2005). Studi pada wanita penderita sindrom pramenstruasi di Denmark yang dilakukan Deutch (1995) menyatakan bahwa sayur-sayuran, buah-buahan dan kacang-kacangan mengandung rendah lemak tetapi banyak mengandung asam lemak omega-3 yang relatif cukup besar. Asam lemak omega-3 dapat menurunkan rasa sakit yang ditimbulkan saat menjelang menstruasi.

Mengkonsumsi makanan rendah lemak dapat menurunkan keluhan nyeri perut dan pembengkakkan pada penderita sindrom pramenstruasi (Simon, 2003). Menurut London et al. ( 1987) konsumsi rendah lemak dapat mencegah terjadinya sindrom pramenstruasi. Sependapat dengan Mayo (1997) yang merekomendasikan konsumsi rendah lemak pangan hewani dapat mencegah terjadinya sindrom


(45)

pramenstruasi. Wanita yang mengeluarkan darah cukup banyak ketika menstruasi, membutuhkan konsumsi daging untuk mempertahankan level besi.

Minum air minimal 8 gelas sehari untuk membantu pengangkutan vitamin dan mineral ke seluruh bagian tubuh dan memproduksi enzim pencernaan yang membantu proses tubuh. Minum dengan jumlah yang cukup dapat mengurangi pembengkakan, retensi air dan gejala sindrom pramenstruasi lainnya (Simon, 2003).

Zat Gizi Mikro yang Berhubungan dengan Kejadian Sindrom Pramenstruasi

Vitamin dan mineral disebut gizi mikro. Vitamin dan mineral dibutuhkan dalam jumlah lebih sedikit daripada protein, lemak dan karbohidrat tapi sangat penting untuk status gizi tubuh yang baik. Mereka membantu tubuh tetap bekerja dan tetap sehat. Beberapa mineral juga memperbaiki jaringan tubuh, sebagai contoh kalsium dan fluor terdapat di dalam tulang dan gigi, dan zat besi di dalam darah.

Zat gizi mikro diperlukan dalam metabolisme hormon reproduksi. Kekurangan zat gizi ini berpengaruh pada hormon reproduksi. Vitamin A, Vitamin B kompleks, asam pantotenat, vitamin B1, niasin, asam folat, vitamin C dan vitamin E diperlukan organ reproduksi agar berfungsi dengan baik. Adapun mineral yang dibutuhkan oleh organ reproduksi adalah jenis kalsium dan magnesium.

Penyebab terjadinya sindrom pramenstruasi antara lain adalah faktor hormon dan faktor makanan. Wanita yang mengkonsumsi makanan rendah kandungan, mineral besi, kalsium, dan magnesium memiliki resiko terkena sindrom pramenstruasi lebih tinggi dibandingkan wanita yang mengkonsumsi makanan yang cukup mengandung mineral besi, kalsium dan magnesium. Dari sebuah studi diketahui bahwa wanita yang rutin menambah suplemen kalsium (1000mg/hari) atau magnesium (250mg/hari) di dalam pola makannya, lebih kecil beresiko mengalami PMS (London, 1991).

Kalsium

Kalsium merupakan mineral yang paling banyak terdapat didalam tubuh manusia. Kira-kira 99% kalsium terdapat di dalam jaringan keras yaitu pada tulang dan gigi. Pada darah dan jaringan lunak terdapat 1% kalsium. Tanpa kalsium yang 1% ini, otot akan mengalami gangguan kontraksi, darah akan sulit membeku dan


(46)

transmisi saraf terganggu. Bila kadar kalsium darah rendah akibat asupan kurang,

tubuh akan mengambil kalsium dari tulang. Kebutuhan kalsium pada remaja putri

adalah sebesar 1000 mg per hari (Widyakarya Pangan Gizi, 2004). Kalsium akan bekerja efektif setelah kulit terkena sengatan singkat radiasi ultraviolet-B. Paparan sinar matahari memang merangsang produksi vitamin D. Vitamin ini diketahui berfungsi sebagai pembuka kalsium untuk masuk ke dalam aliran darah, sampai akhirnya menyatu di dalam tulang.

Salah satu peran penting lain kalsium adalah dalam meringankan sindrom pramenstruasi (PMS). Menurut Linder (1992) defisiensi kalsium dalam darah dapat mengakibatkan iritabilitas neuromuskuler (kekejangan dan kontraksi urat daging yang tak terkendali) dan dapat menyebabkan peningkatan keluhan sindrom pramenstruasi bila defisiensi itu terjadi pada fase luteal.

Kadar kalsium serum berperan dalam mengontrol sekresi paratiroid (Pragasta, 2008). Peran hormon tiroid yang berhubungan dengan siklus mentruasi adalah mempertahankan sekresi hormon gonadotropin yang merangsang pelepasan hormon FSH dan LH di hipofisis. Pembentukan estrogen dirangsang oleh FSH sedangkan pembentukan hormon progesteron dihasilkan oleh korpus luteum yang dirangsang oleh LH dan berfungsi menyiapkan dinding uterus agar dapat menerima telur yang sudah dibuahi.

Hal lain yang perlu diperhatikan, defisiensi kalsium dapat menyebabkan rendahnya sekresi estrogen dari tubuh (Linder, 1992). Tingginya hormon estrogen dalam tubuh dapat menyebabkan retensi cairan dalam tubuh yang menyebabkan pembengkakan (Baziad, 2005).

Penelitian tentang hubungan kalsium dengan siklus menstruasi dimulai tahun 1930. Dari studi tersebut mulai dilakukan treatmen dengan pemberian suplemen kalsium pada penderita sindrom pramenstruasi. Selanjutnya tahun 1989 suatu studi dengan 33 orang subjek penelitian yang diberikan suplemen kalsium menunjukkan hubungan yang nyata dengan penurunan keluhan sindrom pramenstruasi pada penderita setelah mengkonsumsi tablet kalsium 1000 mg per hari. (Thys-Jacobs et al, 1989). Pada satu studi yang dilakukan terhadap 466 orang wanita penderita sindrom pramenstruasi secara acak. Sebagian dari 466 wanita itu diberi 1.200 mg kalsium karbonat per hari, hasilnya terlihat pada siklus menstruasi ketiga dimana gejala sindrom pramenstruasi bisa dikurangi 48% pada wanita yang mengkonsumsi


(47)

kalsium dari total penderita, sedangkan pada kelompok plasebo hanya 30% gejala sindrom pramenstruasi yang dapat dikurangi (Bendich, 2000).

Magnesium

Mineral magnesium dan zink penting dalam produksi serotonin dan dopamine. Hormon-hormon ini dapat membantu meringankan gejala sindrom pramenstruasi seperti sakit kepala, sakit pinggul dan ketegangan. Magnesium dapat diperoleh dari gandum utuh (whole grain), kacang-kacangan, alpukat, dan sayuran hijau, atau minum suplemen. Zink banyak ditemukan dalam berbagai makanan seperti seafood, sereal, gandum dan sebagian besar makanan kaya protein seperti daging dan produk susu (Abrahamet al, 1981).

Kebutuhan mineral magnesium bagi remaja putri adalah 240 mg per hari (Widyakarya Pangan Gizi, 2004). Pada wanita yang dengan gejala sindrom pramenstruasi dilaporkan mengalami defisiensi magnesium (Abraham, 1981). Menurut Rosenstein (1994) kandungan magnesium dalam darah pada wanita yang mengalami sindrom pramenstruasi lebih rendah bila dibandingkan dengan wanita yang tidak mengalami sindrom pramenstruasi. Hal itu dijelaskan pula oleh Sherrwood (1986) bahwa rendahnya level magnesium dalam darah ditemui pada wanita yang mengalami sindrom pramenstruasi.

Defisiensi magnesium merupakan salah satu faktor menyebabkan terjadinya keluhan sindrom pramenstruasi. Magnesium dalam tubuh manusia berperan dalam metabolisme karbohidrat yaitu memecah glukosa menjadi dua asam pyruvat (Linder, 2008). Selain itu magnesium bersama kalsium berperan dalam sekresi hormon estrogen. Meningkatnya konsentrasi hormon estrogen disebabkan karena sedikitnya sekresi hormon estrogen yang diakibatkan rendahnya konsumsi magnesium (Apriadji, 2008).

Magnesium selain itu juga berperan dalam produksi hormon serotonin. Hormon serotonin berfungsi mengendalikan kestabilan emosi. Serotonin berperan sebagai neurotransmiter yaitu zat kimia di dalam otak yang berfungsi membawa pesan antar sel syaraf (Coad, 2002). Kadar serotonin yang rendah adalah suatu kondisi yang dapat menyebabkan ovulasi tertunda atau lebih awal dan memicu suatu ketidak seimbangan hormon estrogen dan progesteron (Agustini, 2007).


(1)

Lampiran 19 Hasil analisis korelasi antara jenis keluhan dengan kalsium serum

Payudara terasa

nyeri

Sakit kepala

Nyeri perut bagian bawah

Emosi/muda h marah Kalsium serum

tahap 2

Pearson Correlation

-.101 .082 -.012 .057

Sig. (2-tailed) .564 .639 .946 .744

N 35 35 35 35

Payudara terasa nyeri

Pearson Correlation

1 -.237 .152 .045

Sig. (2-tailed) . .171 .385 .798

N 35 35 35 35

Sakit kepala Pearson Correlation -.237 1 -.193 -.090

Sig. (2-tailed) .171 . .267 .606

N 35 35 35 35

Nyeri perut Pearson Correlation .152 -.193 1 .075

Sig. (2-tailed) .385 .267 . .669

N 35 35 35 35

Emosi/mudah marah

Pearson Correlation

.045 -.090 .075 1

Sig. (2-tailed) .798 .606 .669 .

N 35 35 35 35

Lampiran 20 Hasil analisis korelasi antara jenis keluhan dengan magnesium serum

Payudara terasa nyeri

Sakit kepala

Nyeri perut bagian bawah

Emosi/muda h marah

Payudara terasa nyeri Pearson Correlation 1 -.237 .152 .045

Sig. (2-tailed) . .171 .385 .798

N 35 35 35 35

Sakit kepala Pearson Correlation -.237 1 -.193 -.090

Sig. (2-tailed) .171 . .267 .606

N 35 35 35 35

Nyeri perut bagian Pearson Correlation .152 -.193 1 .075

Sig. (2-tailed) .385 .267 . .669

N 35 35 35 35

Emosi/mudah marah Pearson Correlation .045 -.090 .075 1

Sig. (2-tailed) .798 .606 .669 .

N 35 35 35 35

Magnesium serum 2 Pearson Correlation .096 .019 -.197 .183

Sig. (2-tailed) .582 .912 .257 .294


(2)

Lampiran 21 Hasil analisis korelasi antara jenis keluhan dengan Hb darah Payudara terasa nyeri Sakit kepala Nyeri perut bagian bawah Emosi/mud ah marah Payudara terasa nyeri Pearson

Correlation 1 -.237 .152 .045

Sig. (2-tailed) . .171 .385 .798

N 35 35 35 35

Sakit kepala Pearson

Correlation -.237 1 -.193 -.090

Sig. (2-tailed) .171 . .267 .606

N 35 35 35 35

Nyeri perut bagian bawah

Pearson

Correlation .152 -.193 1 .075

Sig. (2-tailed) .385 .267 . .669

N 35 35 35 35

Emosi/mudah marah

Pearson

Correlation .045 -.090 .075 1

Sig. (2-tailed) .798 .606 .669 .

N 35 35 35 35

Hb tahap 2 Pearson

Correlation .072 .063 .086 .010

Sig. (2-tailed) .680 .721 .622 .955

N 35 35 35 35

Lampiran 22 Hasil analisis korelasi antara jenis keluhan dengan hormon progesteron serum

payudara terasa nyeri intervensi sakit kepala intervensi perut bagian bawah terasa nyeri intervensi emosi intervensi payudara terasa nyeri

intervensi

Pearson Correlation

1 .108 .580 .609

Sig. (2-tailed) . .538 .000 .000

N 35 35 35 35

sakit kepala intervensi Pearson Correlation .108 1 -.043 .037

Sig. (2-tailed) .538 . .806 .833

N 35 35 35 35

perut bagian bawah terasa nyeri intervensi

Pearson Correlation

.580 -.043 1 .609

Sig. (2-tailed) .000 .806 . .000

N 35 35 35 35

emosi intervensi Pearson Correlation .609 .037 .609 1

Sig. (2-tailed) .000 .833 .000 .

N 35 35 35 35

progesteron tahap 2 Pearson Correlation -.452(**) -.295 -.230 -.444(**)

Sig. (2-tailed) .006 .085 .185 .008


(3)

Lampiran 23 Hasil analisis Anova nilai rata rata progesteron darah (ng/ml) sebelum dan sesudah pemberian suplemen serta sesudah menstruasi

Kelompok perlakuan

progesteron tahap 1

progesteron tahap 2

progesteron tahap 3

torbangun Mean .6332 8.0076 .7913

N 12 12 12

Std. Deviation .29008 5.07197 .27474

tuntas Mean .5008 5.0139 .5123

N 12 12 12

Std. Deviation .18814 .79688 .17615

placebo Mean .5801 2.5936 .6129

N 11 11 11

Std. Deviation .26342 1.19968 .21700

Total Mean .5711 5.2797 .6396

N 35 35 35

Std. Deviation .24943 3.73324 .24977

ANOVA

Sum of

Squares df

Mean

Square F Sig.

progesteron tahap 1

Between Groups

.107 2 .053 .848 .438

Within Groups 2.009 32 .063

Total 2.115 34

progesteron tahap 2

Between Groups

169.510 2 84.755 8.911 .001 Within Groups 304.351 32 9.511

Total 473.860 34

progesteron tahap 3

Between Groups

.478 2 .239 4.661 .017

Within Groups 1.643 32 .051


(4)

Lampiran 24. Post Hoc ANOVA Progesteron Sum of Squares df Mean

Square F Sig.

8,911 Antar kelompok Diantara kelompok 0,001 Total 169,510 304,351 473,860 2 32 34 84,755 9,511

UJI Post Hoc (LSD)

Peubah dependen: Progesteron setelah suplementasi

95% Confidence Interval Kelompok perlakuan (I) Kelompok perlakuan (J) Mean Difference (I-J) Std. Error Sig Lower Bound Upper Bound torbangun tuntas placebo tuntas placebo torbangun placebo torbangun tuntas 2.9937 5.4140(*) -2.9937 2.4203 -5.4140(*) -2.4203 1.25903 1.28733 1.25903 1.28733 1.28733 1.28733 .024 .000 .024 .069 .000 .069 0.429 2.7918 -5.5582 -.2019 -8.0362 -5.0425 5.5582 8.0362 -.4291 5.0425 -2.7918 .2019 .


(5)

(6)