Pertumbuhan Dan Morfometrik Tubuh Ternak Sapi Peranakan Ongole Dan Kerbau Jantan Dengan Pencitraan Digital
PERTUMBUHAN DAN MORFOMETRIK TUBUH TERNAK
SAPI PERANAKAN ONGOLE DAN KERBAU JANTAN
DENGAN PENCITRAAN DIGITAL
FIQY HILMAWAN
SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2016
PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA
Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis berjudul Pertumbuhan dan
Morfometrik Tubuh Ternak Sapi Peranakan Ongole dan Kerbau Jantan dengan
Pencitraan Digital adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi
pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi
mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan
maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan
dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir tesis ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut
Pertanian Bogor.
Bogor, Februari 2016
Fiqy Hilmawan
NIM D151130301
RINGKASAN
FIQY HILMAWAN. Pertumbuhan dan Morfometrik Tubuh Ternak Sapi
Peranakan Ongole dan Kerbau Jantan dengan Pencitraan Digital. Dibimbing oleh
HENNY NURAINI dan RUDY PRIYANTO.
.
Penilaian ukuran tubuh pada ternak dapat digunakan sebagai indikator
produktivitas ternak. Selama ini penilaian ukuran tubuh ternak pada sapi
Peranakan Ongole (PO) dan kerbau dilakukan secara manual yaitu mengukur
secara langsung bagian tubuh ternak yang berisiko terhadap tingkat stres pada
ternak dan keamanan evaluator.
Penelitian ini bertujuan mendapatkan informasi metode penilaian
morfometrik ternak secara manual dan citra digital, menganalisis pola
pertumbuhan kerangka tubuh ternak serta mengkaji karakteristik morfometrik sapi
PO dan kerbau berdasarkan tingkatan umur. Ternak yang digunakan dalam
penelitian ini adalah ternak sapi PO jantan dan kerbau jantan masing-masing 74
ekor dan 94 ekor dengan kisaran umur dari I0 sampai I3. Bagian tubuh/kerangka
yang diukur meliputi ruas tulang belakang, ruas tulang alat gerak, tulang bagian
pelvis, dan dimensi performans umum. Pengukuran ukuran tubuh masing-masing
ternak dilakukan dengan mengukur langsung bagian tubuh ternak (manual) dan
dengan mengambil gambar ternak (citra digital). Data yang diperoleh dianalisis
dengan uji t-student, rancangan acak lengkap pola faktorial 2 x 4 dengan faktor
pertama spesies dan faktor kedua tingkatan umur. Metode Huxley digunakan
untuk analisis pertumbuhan alometrik kerangka tubuh sapi PO dan kerbau.
Hasil pengukuran morfometrik ternak (sapi PO dan kerbau) secara manual
dan digital menunjukkan hasil yang tidak berbeda nyata (P>0.05) dengan
persentase perbedaan antara pengukuran manual dan citra digital sekitar 0.635.43% pada sapi PO dan 0.46-4.16% pada kerbau. Sapi PO memiliki nilai
pertumbuhan yang lebih tinggi dibandingkan kerbau. Pola pertumbuhan tulang
sapi PO dan kerbau dengan citra digital menunjukkan pola pertumbuhan yang
sama. Pola pertumbuhan tulang pada kerbau dan sapi PO secara keseluruhan
dimulai dari bagian kaki (distal) menuju ke arah badan (proximal) dan dari bagian
tulang sacral menuju ke arah depan pada bagian punggung (thorax). Perbedaan
umur berpengaruh nyata (P0.05) antara metode pengukuran
manual dan citra digital. Hal ini karena dalam pengambilan gambar, ternak
11
Tabel 1 Perbandingan morfometrik sapi PO dan kerbau jantan secara manual dan citra digital
Parameter (cm)
Manual
Tulang Belakang
Ossa vertebrae cervicales
Ossa vertebrae thoracecae
Ossa vertebrae lumbales
Ossa vertebrae sacrales
Alat Gerak Depan
Os scapulla
Os humerus
Ossa radius-ulna
Os metacarpale
Alat Gerak Belakang
Os femoris
Ossa tibia-fibulla
Os metatarsale
Performa Umum
Panjang badan
Tinggi badan
Tinggi pinggul/hip
Dalam dada
Jarak antar Coxae
Jarak antar Ischium
Jarak Coxae-Ischium
Metode Pengukuran
Sapi PO Jantan (n = 74)
Digital
Perbedaan (%)
Manual
Kerbau Jantan (n = 94)
Digital
Perbedaan (%)
28.96 ± 4.03
50.68 ± 7.93
32.27 ± 4.83
14.66 ± 2.04
28.95 ± 4.19
50.57 ± 8.12
32.05 ± 5.16
14.51 ± 2.00
1.34
2.61
1.63
0.73
30.03 ± 4.43
48.36 ± 7.31
33.94 ± 4.68
15.02 ± 1.77
29.45 ± 4.49
48.16 ± 7.37
33.99 ± 4.93
15.18 ± 1.96
1.28
2.11
1.38
0.54
33.94 ± 3.93
25.70 ± 3.12
36.03 ± 3.98
23.11 ± 1.76
33.28 ± 4.41
24.82 ± 3.62
36.74 ± 4.24
22.74 ± 2.09
1.36
1.10
1.34
0.63
32.96 ± 4.40
25.23 ± 2.70
34.57 ± 3.60
20.39 ± 1.50
32.88 ± 4.27
25.16 ± 3.03
34.83 ± 3.46
20.26 ± 1.67
1.25
0.83
1.02
0.46
28.53 ± 3.69
41.85 ± 4.09
27.04 ± 1.96
27.14 ± 4.01
41.32 ± 4.55
26.18 ± 2.26
1.25
1.40
0.69
27.73 ± 2.60
37.87 ± 3.64
23.51 ± 1.61
27.23 ± 2.89
37.37 ± 3.24
23.22 ± 1.78
0.79
0.99
0.49
114.24 ± 16.33
116.93 ± 12.44
122.38 ± 12.78
53.04 ± 7.82
31.89 ± 6.03
14.69 ± 2.11
29.86 ± 5.25
113.70 ± 17.07
116.82 ± 12.97
122.36 ± 13.22
53.36 ± 8.12
31.06 ± 6.12
14.63 ± 2.55
29.79 ± 5.29
5.43
4.13
4.23
2.56
1.97
0.76
1.71
115.47 ± 14.36
114.50 ± 9.75
117.96 ± 9.45
59.79 ± 6.97
37.53 ± 5.15
15.66 ± 2.27
29.19 ± 4.04
114.61 ± 14.53
114.74 ± 9.83
117.53 ± 9.92
60.42 ± 7.38
36.17 ± 5.46
15.77 ± 2.62
29.24 ± 4.33
4.16
2.82
2.79
2.07
1.53
0.70
1.20
n = jumlah sampel (ekor)
11
12
dikondisikan dalam posisi berdiri tegak dan tenang. Pengambilan gambar ternak
juga dalam kondisi fullframe pada kamera disertai keberadaan tongkat
pembanding sebagai standar ukuran nyata. Penelitian Gaudioso et al. (2014)
menyatakan metode analisis citra digital dapat menjadi estimasi ciri fisik tubuh
sapi dengan baik dan tidak berbeda nyata dibandingkan hasil pengukuran
langsung. Tasdemir et al. (2011) menyatakan photogrammetry (mengukur obyek
dari foto) merupakan teknik yang akurat dalam teknik pengukuran obyek. Jika
dibandingkan dengan pengukuran manual, photogrammetry memiliki keunggulan
yang lebih efisien, cepat dan aman. Dalam pengukuran citra digital, jarak antara
ternak dengan posisi kamera tidak mempengaruhi ukuran tiap bagian tubuh ternak
dengan hasil pengukuran metode manual.
Persentase perbedaan antara kedua metode tergolong rendah yaitu pada
kerbau berkisar 0.46-4.16% dan sapi PO berkisar 0.63-5.43%. Hasil persentase
perbedaan ini lebih tinggi dengan pengukuran ukuran tubuh secara manual dan
citra digital di tiap ukuran tubuh pada kerbau (0.32-1.55%) , pada sapi perah (0.22.0% ), dan 1.3-2.2% pada sapi pedaging (Tozser et al. 2000; Negretti et al.
2008). Semakin kecil nilai perbedaan (eror) berarti pengukuran semakin tepat
(Munoz dan Perpinan 2010). Persentase perbedaan antara metode manual dan
citra digital pada kedua jenis ternak memiliki nilai yang tinggi terdapat pada
bagian panjang badan, tinggi badan, dalam dada, tinggi pinggul/hip dan terendah
pada ossa vertebrae sacrales, os metacarpale, os metatarsale, dan jarak antar
ischium. Bagian tubuh yang pendek seperti ossa vertebrae sacrales memberikan
ketepatan yang lebih tinggi dibandingkan bagian tubuh dengan ukuran yang
panjang. Bagian tubuh dengan nilai persentase perbedaan yang tinggi ini diduga
disebabkan oleh distorsi pengukuran bagian tubuh yang ukurannya panjang
dengan alat ukur.
Adanya nilai persentase perbedaan yang bervariasi antara kedua metode di
tiap bagian tubuh diduga disebabkan oleh kondisi ternak, posisi ternak dan
keahlian/ketepatan evaluator dalam melakukan pengukuran maupun interpretasi
gambar di komputer. Perbedaan ketepatan pada pengukuran manual dan digital
disebabkan oleh beberapa faktor di antaranya keahlian evaluator, bentuk bagian
tubuh, dan ketepatan media ukur. Posisi ternak yang tidak tenang dan berubahubah, kondisi area yang miring atau bergelombang merupakan kendala dalam
pengambilan fokus gambar ternak. Hal ini yang menyebabkan terdapat perbedaan
nilai pengukuran antara metode manual dan citra digital. Fisher (1975)
mengemukakan terdapat tiga hal yang dapat menjadi sumber eror dalam
pengukuran tubuh ternak yaitu: (1) identifikasi dalam penentuan titik tubuh yang
akan diukur, (2) distorsi anatomi tubuh yang dihasilkan oleh ternak yang
mengubah posisi atau posturnya atau dikarenakan perubahan otot (3) eror yang
disebabkan pada saat pengukuran pada berbagai posisi tubuh ternak yang banyak
terjadi saat menggunakan pita ukur.
Analisis digital dua dimensi (2D) ketelitian dan keakuratan pengukuran
tergantung pada resolusi gambar pada kamera dan posisi ternak. Semakin tinggi
resolusi gambar dan semakin sempurna posisi ternak (berdiri tegak), maka proses
interpretasi gambar di komputer semakin mudah dan tepat. Pengambilan gambar
dapat dilakukan dengan bermacam jarak posisi ternak dengan kamera karena tidak
memberikan pengaruh terhadap hasil asalkan gambar ternak dapat terambil
dengan baik dan tepat (Gaudioso et al. 2014).
13
Kendala yang dihadapi dalam pengukuran secara citra digital secara umum
dapat diatasi dengan peningkatan sumberdaya manusia yang memiliki
kemampuan baik dalam pengambilan gambar digital. Standar baku dalam
pengambilan gambar digital juga perlu diterapkan untuk mengurangi kesalahan
yang terjadi selama pengambilan gambar digital. Standar baku tersebut meliputi
ketentuan kemiringan area pengambilan gambar digital, posisi ternak,
pencahayaan, resolusi kamera, dan dimensi gambar digital yang diambil.
Pengukuran metode citra digital dapat dijadikan alternatif dalam pengukuran
morfometrik ternak karena kemudahan mengumpulkan data di lapangan,
pengambilan sampel dalam jumlah yang lebih banyak, waktu pengambilan data
lebih singkat, aman, dan mengurangi tingkat stres ternak. Adanya tindakan
meminimalisasi kontak langsung dengan ternak dapat menjadikan ternak menjadi
lebih tenang dan stabil sehingga proses pengukuran dapat berlangsung dengan
baik. Penerapan metode citra digital ini tentunya disertai dengan keterampilan dari
sumberdaya manusia yang cakap terutama dalam hal analisis citra digital
komputer. Tasdemir et al. (2011) menyatakan dengan metode pengukuran secara
digital dapat meminimalkan masalah dalam hal biaya, kesulitan pengukuran,
keterbatasan personel, dan mengatasi risiko serta stres pada ternak. Metode
pengukuran citra digital dapat memberikan analisis yang lebih baik dan mendetail
terhadap performans ternak. Performans ternak tersebut, tidak hanya performans
utama seperti panjang dan tinggi badan, tetapi juga dapat memberikan informasi
lebih banyak lagi tentang detail ukuran tubuh yang dapat digunakan seperti
pertulangan. Performans ternak ini dapat digunakan untuk memprediksi
pertumbuhan dan produktivitas ternak. Pada dasarnya, pengukuran morfometrik
memiliki beberapa kegunaan pada ternak diantaranya untuk kajian hubungan
filogenetik, mengetahui evolusi, dimorfisme seksual, ekomorfologi, kondisi
tubuh, tingkat pertumbuhan, dan tingkah laku ternak (Zelditch et al. 2004; Green
2001; Ackerman 2005).
Pertumbuhan Kerangka Ternak Sapi PO dan Kerbau Jantan
Pertumbuhan dapat diartikan sebagai pertambahan massa tubuh per satuan
waktu, dimana kecepatan pertumbuhan dan distribusi dari komponen-komponen
tubuh seperti tulang, otot dan lemak berlangsung secara gradual dengan jaringan
tulang bertumbuh lebih awal, kemudian diikuti jaringan otot dan terakhir yang
bertumbuh adalah jaringan lemak. Perkembangan diartikan sebagai perubahan
bentuk dan komposisi tubuh sebagai akibat perbedaan kecepatan pertumbuhan
relatif dari berbagai komponen tubuh (Berg and Butterfield 1976; Aberle et al.
2001). Philips (2001) terdapat dua fase pertumbuhan pada ternak yaitu
pertumbuhan sebelum lahir dan sesudah lahir. Pertumbuhan sebelum lahir
ditandai dengan dengan adanya diferensiasi sel yang terdiri dari ektoderm,
mesoderm, dan endoderm. Pertumbuhan setelah lahir lebih mengarah pada
perkembangan jaringan tulang otot, dan lemak. Pertumbuhan bagian-bagian tubuh
hewan tidak terjadi pada saat yang bersamaan. Pertumbuhan komponenkomponen tersebut berlangsung dengan laju yang berbeda selama pertumbuhan
dan perkembangan serta peningkatan bobot tubuh.
14
Pertumbuhan kerangka/tulang ternak dapat dipelajari dengan mengukur
pertumbuhan relatif komponen tulang tubuh. Melalui persamaan alometrik Huxley
(1932) yaitu Y = aXb, dapat diketahui gambaran pertumbuhan tulang atau
komponen tubuh secara kuantitatif. Penggunaan persamaan ini berdasarkan
anggapan bahwa perubahan relatif tulang atau komponen tubuh selama
pertumbuhan lebih tergantung pada bobot hidup, dibandingkan dengan waktu
yang diperlukan untuk mencapai ukuran tersebut. Kajian mengenai sistem
kerangka dinilai sangat penting karena tulang berfungsi sebagai pemberi bentuk
tubuh, tempat melekatnya otot dan perlindungan bagi organ-organ vital. Hasil
analisis pertumbuhan alometrik kerangka/tulang sapi PO dan kerbau jantan dapat
dilihat di Tabel 2.
Tabel 2 Koefisien pertumbuhan tulang terhadap total ukuran linier panjang
tulang tubuh sapi PO dan kerbau jantan
Sapi PO
Kerbau
Kerangka Tubuh
b
SE
b
SE
b
a
Ossa vertebrae cervicales
1.075
0.057
1.283
0.060
Ossa vertebrae thoracicae
1.244
0.050
1.339
0.052
Ossa vertebrae lumbales
1.182
0.074
1.229
0.076
Ossa vertebrae sacrales
1.030
0.078
0.985
0.081
b
a
Os scapulla
0.986
0.042
1.181
0.044
Os humerus
1.107
0.040
1.073
0.041
a
b
Ossa radius-ulna
0.892
0.038
0.785
0.039
Ossa metacarpale
0.549
0.052
0.570
0.054
Os femoris
1.096a
0.040
0.926b
0.042
a
b
Ossa tibia-fibulla
0.820
0.038
0.679
0.040
Os metatarsale
0.505
0.049
0.540
0.051
Coxae-ischium
1.338
0.069
1.200
0.071
Huruf superskrip yang berbeda pada baris yang sama menyatakan adanya perbedaan
nyata antar perlakuan (P
SAPI PERANAKAN ONGOLE DAN KERBAU JANTAN
DENGAN PENCITRAAN DIGITAL
FIQY HILMAWAN
SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2016
PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA
Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis berjudul Pertumbuhan dan
Morfometrik Tubuh Ternak Sapi Peranakan Ongole dan Kerbau Jantan dengan
Pencitraan Digital adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi
pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi
mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan
maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan
dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir tesis ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut
Pertanian Bogor.
Bogor, Februari 2016
Fiqy Hilmawan
NIM D151130301
RINGKASAN
FIQY HILMAWAN. Pertumbuhan dan Morfometrik Tubuh Ternak Sapi
Peranakan Ongole dan Kerbau Jantan dengan Pencitraan Digital. Dibimbing oleh
HENNY NURAINI dan RUDY PRIYANTO.
.
Penilaian ukuran tubuh pada ternak dapat digunakan sebagai indikator
produktivitas ternak. Selama ini penilaian ukuran tubuh ternak pada sapi
Peranakan Ongole (PO) dan kerbau dilakukan secara manual yaitu mengukur
secara langsung bagian tubuh ternak yang berisiko terhadap tingkat stres pada
ternak dan keamanan evaluator.
Penelitian ini bertujuan mendapatkan informasi metode penilaian
morfometrik ternak secara manual dan citra digital, menganalisis pola
pertumbuhan kerangka tubuh ternak serta mengkaji karakteristik morfometrik sapi
PO dan kerbau berdasarkan tingkatan umur. Ternak yang digunakan dalam
penelitian ini adalah ternak sapi PO jantan dan kerbau jantan masing-masing 74
ekor dan 94 ekor dengan kisaran umur dari I0 sampai I3. Bagian tubuh/kerangka
yang diukur meliputi ruas tulang belakang, ruas tulang alat gerak, tulang bagian
pelvis, dan dimensi performans umum. Pengukuran ukuran tubuh masing-masing
ternak dilakukan dengan mengukur langsung bagian tubuh ternak (manual) dan
dengan mengambil gambar ternak (citra digital). Data yang diperoleh dianalisis
dengan uji t-student, rancangan acak lengkap pola faktorial 2 x 4 dengan faktor
pertama spesies dan faktor kedua tingkatan umur. Metode Huxley digunakan
untuk analisis pertumbuhan alometrik kerangka tubuh sapi PO dan kerbau.
Hasil pengukuran morfometrik ternak (sapi PO dan kerbau) secara manual
dan digital menunjukkan hasil yang tidak berbeda nyata (P>0.05) dengan
persentase perbedaan antara pengukuran manual dan citra digital sekitar 0.635.43% pada sapi PO dan 0.46-4.16% pada kerbau. Sapi PO memiliki nilai
pertumbuhan yang lebih tinggi dibandingkan kerbau. Pola pertumbuhan tulang
sapi PO dan kerbau dengan citra digital menunjukkan pola pertumbuhan yang
sama. Pola pertumbuhan tulang pada kerbau dan sapi PO secara keseluruhan
dimulai dari bagian kaki (distal) menuju ke arah badan (proximal) dan dari bagian
tulang sacral menuju ke arah depan pada bagian punggung (thorax). Perbedaan
umur berpengaruh nyata (P0.05) antara metode pengukuran
manual dan citra digital. Hal ini karena dalam pengambilan gambar, ternak
11
Tabel 1 Perbandingan morfometrik sapi PO dan kerbau jantan secara manual dan citra digital
Parameter (cm)
Manual
Tulang Belakang
Ossa vertebrae cervicales
Ossa vertebrae thoracecae
Ossa vertebrae lumbales
Ossa vertebrae sacrales
Alat Gerak Depan
Os scapulla
Os humerus
Ossa radius-ulna
Os metacarpale
Alat Gerak Belakang
Os femoris
Ossa tibia-fibulla
Os metatarsale
Performa Umum
Panjang badan
Tinggi badan
Tinggi pinggul/hip
Dalam dada
Jarak antar Coxae
Jarak antar Ischium
Jarak Coxae-Ischium
Metode Pengukuran
Sapi PO Jantan (n = 74)
Digital
Perbedaan (%)
Manual
Kerbau Jantan (n = 94)
Digital
Perbedaan (%)
28.96 ± 4.03
50.68 ± 7.93
32.27 ± 4.83
14.66 ± 2.04
28.95 ± 4.19
50.57 ± 8.12
32.05 ± 5.16
14.51 ± 2.00
1.34
2.61
1.63
0.73
30.03 ± 4.43
48.36 ± 7.31
33.94 ± 4.68
15.02 ± 1.77
29.45 ± 4.49
48.16 ± 7.37
33.99 ± 4.93
15.18 ± 1.96
1.28
2.11
1.38
0.54
33.94 ± 3.93
25.70 ± 3.12
36.03 ± 3.98
23.11 ± 1.76
33.28 ± 4.41
24.82 ± 3.62
36.74 ± 4.24
22.74 ± 2.09
1.36
1.10
1.34
0.63
32.96 ± 4.40
25.23 ± 2.70
34.57 ± 3.60
20.39 ± 1.50
32.88 ± 4.27
25.16 ± 3.03
34.83 ± 3.46
20.26 ± 1.67
1.25
0.83
1.02
0.46
28.53 ± 3.69
41.85 ± 4.09
27.04 ± 1.96
27.14 ± 4.01
41.32 ± 4.55
26.18 ± 2.26
1.25
1.40
0.69
27.73 ± 2.60
37.87 ± 3.64
23.51 ± 1.61
27.23 ± 2.89
37.37 ± 3.24
23.22 ± 1.78
0.79
0.99
0.49
114.24 ± 16.33
116.93 ± 12.44
122.38 ± 12.78
53.04 ± 7.82
31.89 ± 6.03
14.69 ± 2.11
29.86 ± 5.25
113.70 ± 17.07
116.82 ± 12.97
122.36 ± 13.22
53.36 ± 8.12
31.06 ± 6.12
14.63 ± 2.55
29.79 ± 5.29
5.43
4.13
4.23
2.56
1.97
0.76
1.71
115.47 ± 14.36
114.50 ± 9.75
117.96 ± 9.45
59.79 ± 6.97
37.53 ± 5.15
15.66 ± 2.27
29.19 ± 4.04
114.61 ± 14.53
114.74 ± 9.83
117.53 ± 9.92
60.42 ± 7.38
36.17 ± 5.46
15.77 ± 2.62
29.24 ± 4.33
4.16
2.82
2.79
2.07
1.53
0.70
1.20
n = jumlah sampel (ekor)
11
12
dikondisikan dalam posisi berdiri tegak dan tenang. Pengambilan gambar ternak
juga dalam kondisi fullframe pada kamera disertai keberadaan tongkat
pembanding sebagai standar ukuran nyata. Penelitian Gaudioso et al. (2014)
menyatakan metode analisis citra digital dapat menjadi estimasi ciri fisik tubuh
sapi dengan baik dan tidak berbeda nyata dibandingkan hasil pengukuran
langsung. Tasdemir et al. (2011) menyatakan photogrammetry (mengukur obyek
dari foto) merupakan teknik yang akurat dalam teknik pengukuran obyek. Jika
dibandingkan dengan pengukuran manual, photogrammetry memiliki keunggulan
yang lebih efisien, cepat dan aman. Dalam pengukuran citra digital, jarak antara
ternak dengan posisi kamera tidak mempengaruhi ukuran tiap bagian tubuh ternak
dengan hasil pengukuran metode manual.
Persentase perbedaan antara kedua metode tergolong rendah yaitu pada
kerbau berkisar 0.46-4.16% dan sapi PO berkisar 0.63-5.43%. Hasil persentase
perbedaan ini lebih tinggi dengan pengukuran ukuran tubuh secara manual dan
citra digital di tiap ukuran tubuh pada kerbau (0.32-1.55%) , pada sapi perah (0.22.0% ), dan 1.3-2.2% pada sapi pedaging (Tozser et al. 2000; Negretti et al.
2008). Semakin kecil nilai perbedaan (eror) berarti pengukuran semakin tepat
(Munoz dan Perpinan 2010). Persentase perbedaan antara metode manual dan
citra digital pada kedua jenis ternak memiliki nilai yang tinggi terdapat pada
bagian panjang badan, tinggi badan, dalam dada, tinggi pinggul/hip dan terendah
pada ossa vertebrae sacrales, os metacarpale, os metatarsale, dan jarak antar
ischium. Bagian tubuh yang pendek seperti ossa vertebrae sacrales memberikan
ketepatan yang lebih tinggi dibandingkan bagian tubuh dengan ukuran yang
panjang. Bagian tubuh dengan nilai persentase perbedaan yang tinggi ini diduga
disebabkan oleh distorsi pengukuran bagian tubuh yang ukurannya panjang
dengan alat ukur.
Adanya nilai persentase perbedaan yang bervariasi antara kedua metode di
tiap bagian tubuh diduga disebabkan oleh kondisi ternak, posisi ternak dan
keahlian/ketepatan evaluator dalam melakukan pengukuran maupun interpretasi
gambar di komputer. Perbedaan ketepatan pada pengukuran manual dan digital
disebabkan oleh beberapa faktor di antaranya keahlian evaluator, bentuk bagian
tubuh, dan ketepatan media ukur. Posisi ternak yang tidak tenang dan berubahubah, kondisi area yang miring atau bergelombang merupakan kendala dalam
pengambilan fokus gambar ternak. Hal ini yang menyebabkan terdapat perbedaan
nilai pengukuran antara metode manual dan citra digital. Fisher (1975)
mengemukakan terdapat tiga hal yang dapat menjadi sumber eror dalam
pengukuran tubuh ternak yaitu: (1) identifikasi dalam penentuan titik tubuh yang
akan diukur, (2) distorsi anatomi tubuh yang dihasilkan oleh ternak yang
mengubah posisi atau posturnya atau dikarenakan perubahan otot (3) eror yang
disebabkan pada saat pengukuran pada berbagai posisi tubuh ternak yang banyak
terjadi saat menggunakan pita ukur.
Analisis digital dua dimensi (2D) ketelitian dan keakuratan pengukuran
tergantung pada resolusi gambar pada kamera dan posisi ternak. Semakin tinggi
resolusi gambar dan semakin sempurna posisi ternak (berdiri tegak), maka proses
interpretasi gambar di komputer semakin mudah dan tepat. Pengambilan gambar
dapat dilakukan dengan bermacam jarak posisi ternak dengan kamera karena tidak
memberikan pengaruh terhadap hasil asalkan gambar ternak dapat terambil
dengan baik dan tepat (Gaudioso et al. 2014).
13
Kendala yang dihadapi dalam pengukuran secara citra digital secara umum
dapat diatasi dengan peningkatan sumberdaya manusia yang memiliki
kemampuan baik dalam pengambilan gambar digital. Standar baku dalam
pengambilan gambar digital juga perlu diterapkan untuk mengurangi kesalahan
yang terjadi selama pengambilan gambar digital. Standar baku tersebut meliputi
ketentuan kemiringan area pengambilan gambar digital, posisi ternak,
pencahayaan, resolusi kamera, dan dimensi gambar digital yang diambil.
Pengukuran metode citra digital dapat dijadikan alternatif dalam pengukuran
morfometrik ternak karena kemudahan mengumpulkan data di lapangan,
pengambilan sampel dalam jumlah yang lebih banyak, waktu pengambilan data
lebih singkat, aman, dan mengurangi tingkat stres ternak. Adanya tindakan
meminimalisasi kontak langsung dengan ternak dapat menjadikan ternak menjadi
lebih tenang dan stabil sehingga proses pengukuran dapat berlangsung dengan
baik. Penerapan metode citra digital ini tentunya disertai dengan keterampilan dari
sumberdaya manusia yang cakap terutama dalam hal analisis citra digital
komputer. Tasdemir et al. (2011) menyatakan dengan metode pengukuran secara
digital dapat meminimalkan masalah dalam hal biaya, kesulitan pengukuran,
keterbatasan personel, dan mengatasi risiko serta stres pada ternak. Metode
pengukuran citra digital dapat memberikan analisis yang lebih baik dan mendetail
terhadap performans ternak. Performans ternak tersebut, tidak hanya performans
utama seperti panjang dan tinggi badan, tetapi juga dapat memberikan informasi
lebih banyak lagi tentang detail ukuran tubuh yang dapat digunakan seperti
pertulangan. Performans ternak ini dapat digunakan untuk memprediksi
pertumbuhan dan produktivitas ternak. Pada dasarnya, pengukuran morfometrik
memiliki beberapa kegunaan pada ternak diantaranya untuk kajian hubungan
filogenetik, mengetahui evolusi, dimorfisme seksual, ekomorfologi, kondisi
tubuh, tingkat pertumbuhan, dan tingkah laku ternak (Zelditch et al. 2004; Green
2001; Ackerman 2005).
Pertumbuhan Kerangka Ternak Sapi PO dan Kerbau Jantan
Pertumbuhan dapat diartikan sebagai pertambahan massa tubuh per satuan
waktu, dimana kecepatan pertumbuhan dan distribusi dari komponen-komponen
tubuh seperti tulang, otot dan lemak berlangsung secara gradual dengan jaringan
tulang bertumbuh lebih awal, kemudian diikuti jaringan otot dan terakhir yang
bertumbuh adalah jaringan lemak. Perkembangan diartikan sebagai perubahan
bentuk dan komposisi tubuh sebagai akibat perbedaan kecepatan pertumbuhan
relatif dari berbagai komponen tubuh (Berg and Butterfield 1976; Aberle et al.
2001). Philips (2001) terdapat dua fase pertumbuhan pada ternak yaitu
pertumbuhan sebelum lahir dan sesudah lahir. Pertumbuhan sebelum lahir
ditandai dengan dengan adanya diferensiasi sel yang terdiri dari ektoderm,
mesoderm, dan endoderm. Pertumbuhan setelah lahir lebih mengarah pada
perkembangan jaringan tulang otot, dan lemak. Pertumbuhan bagian-bagian tubuh
hewan tidak terjadi pada saat yang bersamaan. Pertumbuhan komponenkomponen tersebut berlangsung dengan laju yang berbeda selama pertumbuhan
dan perkembangan serta peningkatan bobot tubuh.
14
Pertumbuhan kerangka/tulang ternak dapat dipelajari dengan mengukur
pertumbuhan relatif komponen tulang tubuh. Melalui persamaan alometrik Huxley
(1932) yaitu Y = aXb, dapat diketahui gambaran pertumbuhan tulang atau
komponen tubuh secara kuantitatif. Penggunaan persamaan ini berdasarkan
anggapan bahwa perubahan relatif tulang atau komponen tubuh selama
pertumbuhan lebih tergantung pada bobot hidup, dibandingkan dengan waktu
yang diperlukan untuk mencapai ukuran tersebut. Kajian mengenai sistem
kerangka dinilai sangat penting karena tulang berfungsi sebagai pemberi bentuk
tubuh, tempat melekatnya otot dan perlindungan bagi organ-organ vital. Hasil
analisis pertumbuhan alometrik kerangka/tulang sapi PO dan kerbau jantan dapat
dilihat di Tabel 2.
Tabel 2 Koefisien pertumbuhan tulang terhadap total ukuran linier panjang
tulang tubuh sapi PO dan kerbau jantan
Sapi PO
Kerbau
Kerangka Tubuh
b
SE
b
SE
b
a
Ossa vertebrae cervicales
1.075
0.057
1.283
0.060
Ossa vertebrae thoracicae
1.244
0.050
1.339
0.052
Ossa vertebrae lumbales
1.182
0.074
1.229
0.076
Ossa vertebrae sacrales
1.030
0.078
0.985
0.081
b
a
Os scapulla
0.986
0.042
1.181
0.044
Os humerus
1.107
0.040
1.073
0.041
a
b
Ossa radius-ulna
0.892
0.038
0.785
0.039
Ossa metacarpale
0.549
0.052
0.570
0.054
Os femoris
1.096a
0.040
0.926b
0.042
a
b
Ossa tibia-fibulla
0.820
0.038
0.679
0.040
Os metatarsale
0.505
0.049
0.540
0.051
Coxae-ischium
1.338
0.069
1.200
0.071
Huruf superskrip yang berbeda pada baris yang sama menyatakan adanya perbedaan
nyata antar perlakuan (P