Penyimpanan Benih Empat Varietas Kedelai (Glycine Max (L.) Merr) Pada Berbagai Tingkat Vigor Awal

PENYIMPANAN BENIH EMPAT VARIETAS KEDELAI
(Glycine max (L.) Merr) PADA BERBAGAI
TINGKAT VIGOR AWAL

MUHAMMAD TAKBIR

DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA
FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2016

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER
INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA*
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Penyimpanan
Benih Empat Varietas Kedelai (Glycine max (L.) Merr) pada Berbagai
Tingkat Vigor Awal adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi
pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan
tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya
yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan
dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi

ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada
Institut Pertanian Bogor.
Bogor, Maret 2016
Muhammad Takbir
NIM A24100199

* Pelimpahan hak cipta atas karya tulis dari penelitian kerja sama dengan pihak
luar IPB harus didasarkan pada kerja sama yang terkait.

ABSTRAK
MUHAMMAD TAKBIR. Penyimpanan Benih Empat Varietas Kedelai (Glycine
max (L.) Merr) pada Berbagai Tingkat Vigor Awal. Dibimbing oleh ABDUL
QADIR dan FAIZA C. SUWARNO.
Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari pengaruh vigor awal simpan
pada beberapa varietas benih kedelai terhadap viabilitas dan aktivitas respirasi
selama masa penyimpanan. Penelitian dilaksanakan di Laboratorium
Penyimpanan Benih dan Laboratorium Pascapanen, Departemen Agronomi dan
Hortikultura, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor pada bulan Agustus
2014 hingga bulan Februari 2015. Rancangan penelitian yang digunakan adalah

rancangan acak lengkap (RAL) 2 faktor. Faktor pertama varietas yang terdiri atas
4 taraf, yaitu varietas Dering-1, Gepak Kuning, Detam-2, dan Mallika. Faktor
kedua adalah vigor awal yang terdiri atas 3 taraf, yaitu 65%–75%, 76%–85%, dan
86%–95%. Benih disimpan dengan teknik penyimpanan terkontrol pada suhu
19°C–22°C dan RH 64%–67% selama 6 bulan dan dievaluasi setiap bulan dengan
peubah viabilitas, seperti; daya berkecambah (%), indeks vigor (%), kadar air (%),
daya hantar listrik (μmhos (cm∙g)-1), dan laju respirasi (mg CO2 kg-1 jam-1). Benih
dari semua varietas dengan vigor awal 86–95% dapat mempertahankan daya
berkecambahnya diatas 80% selama 6 bulan di penyimpanan, kecuali varietas
Mallika. Tidak ada satu varietas pun dari tingkat vigor awal 65–75% yang dapat
mempertahankan viabilitasnya selama disimpan, semuanya sudah menurun di
periode simpan 2 bulan. Laju respirasi benih selama periode simpan tidak
dipengaruhi oleh tingkat vigor awal pada semua varietas, kecuali Gepak Kuning.
Pengamatan respirasi selama periode simpan menunjukkan bahwa benih dengan
tingkat vigor 86–95% memiliki laju respirasi yang rendah dibandingkan dengan
benih tingkat vigor lainnya.
Kata kunci: daya berkecambah, deteriorasi, laju respirasi, penyimpanan terkontrol,
viabilitas

ABSTRACT

MUHAMMAD TAKBIR. Seed Storage of Four Soybean (Glycine max (L.) Merr)
Varieties on Several Initial Vigor Levels. Supervised by ABDUL QADIR and
FAIZA C. SUWARNO.
This study aimed to elucidate the effects of pre-determined storage vigor on
the seeds of four soybean varieties on viability and respiration activity of the seeds
during the storage period. The experiment was conducted at the Laboratory of
Seed Storage and the Laboratory of Postharvest Laboratory, Department of
Agronomy and Horticulture, Faculty of Agriculture, Bogor Agricultural
University from August 2014 to February 2015. A completely randomized design
(CRD) was followed to run the experiment with two treatment factors. The first
factor was the soybean variety consisting of four levels, namely Dering–1 Gepak
Kuning, Detam–2, and Mallika. The second factor was the initial vigor level
consisting of three levels, i.e. 65% – 75%, 76% – 85%, and 86% – 95%. The
seeds were stored in a controlled storage with the temperature of 19 °C – 22 °C
and RH of 64% – 67% for 6 months. Observations were conducted monthly for
the viability parameters, including germination percentage (%), vigor index (%),
moisture content (%), electrical conductivity (µmhos (cm∙g)-1), and seed
respiration rate (mg CO2 kg-1 hour-1). The seed of all varieties with high (86-95%)
initial vigor could maintain germination percentage above 80% for 6 months in
the storage, except for variety Mallika. The seed with low (65-75%) initial vigor

of all varieties could not maintain the viability during the storage and significantly
declined after 2 months storage. Respiration rate of seed at storage period was not
affected by the level of initial seed vigor in all varieties, except Gepak Kuning.
Observation of respiration during the storage period showed that the seeds with
high initial vigor (86-95%) have the lowest respiration rate compared to the other
vigor levels.
Key words: germination percentage, deterioriation, respiration rate, controlled
storage, viability

PENYIMPANAN BENIH EMPAT VARIETAS KEDELAI
(Glycine max (L.) Merr) PADA BERBAGAI
TINGKAT VIGOR AWAL

Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Pertanian
pada
Departemen Agronomi dan Hortikultura

DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA

FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2016

PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT karena atas
limpahan rahmat dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan
penelitan ini. Topik yang dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan
Agustus 2014 ini ialah penyimpanan benih, dengan judul penelitian Penyimpanan
Benih Empat Varietas Kedelai (Glycine max (L.) Merr) pada Berbagai Tingkat
Vigor Awal.
Ucapan terima kasih penulis sampaikan kepada Dr Ir Abdul Qadir, MSi; Dr
Ir Faiza C. Suwarno, MS selaku dosen pembimbing, serta Ari Wahyuni, SP, MSi,
yang telah banyak memberikan saran dan bimbingannya. Rasa hormat dan
ungkapan terima juga penulis sampaikan kepada orang tua penulis, dosen
pembimbing akademik Dr Ir Yudiwanti WEK, MS, serta keluarga besar Senior
Resident Asrama TPB IPB yang telah memberikan dorongan dan motivasi, baik
secara moril maupun materil. Ungkapan terima kasih juga penulis sampaikan
kepada seluruh keluarga besar Edelweiss AGH 47 atas segala doa dan kasih

sayangnya.
Semoga laporan penelitian ini dapat bermanfaat bagi yang membaca dan
membutuhkannya.

Bogor, Maret 2016
Muhammad Takbir

DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR LAMPIRAN
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Tujuan Penelitian
Hipotesis
TINJAUAN PUSTAKA
Viabilitas dan Vigor Benih
Kemunduran Benih
Pengusangan Cepat
Respirasi Benih

METODE PENELITIAN
Tempat dan Waktu
Bahan
Peralatan
Prosedur Percobaan
Analisis Data
HASIL DAN PEMBAHASAN
Kondisi Awal Benih Sebelum diberikan Perlakuan
Viabilitas Benih Kedelai Sebelum Disimpan
Penyimpanan dan Pengujian Viabilitas Benih Kedelai
Hubungan Antara Vigor Awal dengan Variabel
Hubungan Antara Varietas Benih dengan Variabel
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Saran
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
RIWAYAT HIDUP

v

vi
vii
1
1
2
2
2
2
3
3
4
5
5
5
5
5
7
8
8
8

10
20
24
29
29
29
29
31
40

DAFTAR TABEL
1
2

Hasil pengamatan awal mutu benih kedelai
8
Kadar air dan viabilitas kedelai pada periode sebelum simpan (0 bulan) 9

3
4

5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20

Pengaruh vigor awal dan varietas benih terhadap peubah
kadar air pada periode sebelum simpan (0 bulan)
Pengaruh vigor awal dan varietas benih terhadap peubah

daya berkecambah pada periode sebelum simpan (0 bulan)
Pengaruh vigor awal dan varietas benih terhadap peubah indeks vigor
pada periode sebelum simpan (0 bulan)
Kadar air dan viabilitas kedelai pada periode simpan 2 bulan
Pengaruh interaksi vigor awal dan varietas benih terhadap peubah
kadar air pada periode simpan 2 bulan
Pengaruh interaksi vigor awal dan varietas benih terhadap peubah
daya berkecambah pada periode simpan 2 bulan
Pengaruh interaksi vigor awal dan varietas benih
terhadap peubah indeks vigor pada periode simpan 2 bulan
Kadar air dan viabilitas kedelai pada periode simpan 4 bulan
Pengaruh interaksi vigor awal dan varietas benih terhadap peubah
kadar air pada periode simpan 4 bulan
Pengaruh interaksi vigor awal dan varietas benih terhadap peubah
daya berkecambah pada periode simpan 4 bulan
Pengaruh interaksi vigor awal dan varietas benih terhadap
peubah indeks vigor pada periode simpan 4 bulan
Pengaruh interaksi vigor awal dan varietas benih terhadap peubah
daya hantar listrik pada periode simpan 4 bulan
Kadar air dan viabilitas kedelai pada periode simpan 6 bulan
Pengaruh interaksi vigor awal dan varietas benih terhadap peubah
kadar air pada periode simpan 6 bulan
Pengaruh interaksi vigor awal dan varietas benih terhadap peubah
daya berkecambah pada periode simpan 6 bulan
Pengaruh interaksi vigor awal dan varietas benih terhadap
peubah indeks vigor pada periode simpan 6 bulan
Pengaruh interaksi vigor awal dan varietas benih terhadap peubah
daya hantar listrik pada periode simpan 6 bulan
Pengaruh interaksi vigor awal dan varietas benih terhadap peubah
laju respirasi pada periode simpan 6 bulan

9
10
10
11
12
12
13
13
14
15
15
16
17
18
18
19
19
20

DAFTAR GAMBAR
1
2
3
4
5
6

Kadar air dengan vigor awal berbeda selama 6 bulan masa
penyimpanan
Daya hantar listrik dengan vigor awal berbeda selama 6 bulan masa
penyimpanan
Daya berkecambah dengan vigor awal berbeda selama 6 bulan masa
penyimpanan
Indeks vigor dengan vigor awal berbeda selama 6 bulan masa
penyimpanan
Laju respirasi dengan vigor awal berbeda selama 6 bulan masa
penyimpanan
Kadar air benih empat varietas selama 6 bulan masa penyimpanan

20
21
22
23
24
25

7

Daya hantar listrik benih empat varietas selama 6 bulan masa
penyimpanan
8 Daya berkecambah benih empat varietas selama 6 bulan
penyimpanan
9 Indeks vigor benih empat varietas selama 6 bulan masa
penyimpanan
10 Laju respirasi benih empat varietas selama 6 bulan masa
penyimpanan

25
26
27
28

DAFTAR LAMPIRAN
1

Tabel rekapitulasi sidik ragam perlakuan tingkat vigor awal
dan varietas terhadap kadar air dan viabilitas benih

31

PENDAHULUAN

Latar Belakang
Kedelai adalah salah satu komoditas populer di Indonesia yang telah lama
dikonsumsi. Tercatat permintaan kedelai di Indonesia semakin meningkat dari
tahun ke tahun. Permintaan kedelai pada tahun 2011 mencapai 2.2 juta ton (BPS
2011). Hal tersebut tidak diimbangi dengan produktivitas kedelai di Indonesia
yang hanya mencapai sekitar 955 ribu ton (BPS 2014), sedangkan sisa permintaan
yang tidak terpenuhi ditutupi dengan kedelai impor. Cara pemenuhan kebutuhan
kedelai dalam negeri yang dapat dilakukan adalah meningkatkan produksi kedelai
dengan penyediaan benih bermutu melalui perlakuan penyimpanan benih kedelai
dengan metode yang tepat. Perlakuan penyimpanan dengan metode yang tepat
bertujuan untuk menghasilkan benih dengan viabilitas yang tetap tinggi.
Benih kedelai termasuk ke dalam benih ortodoks yang toleran terhadap
kadar air dan suhu rendah. Kedelai memiliki kandungan lemak dan protein yang
tinggi, sehingga dalam pengelolaan penyimpanannya benih kedelai hanya mampu
bertahan antara tiga hingga empat bulan saja (Goldsmith 2008). Kemunduran
benih merupakan salah satu kendala dalam penyimpanan benih kedelai. Proses ini
bersifat irreversible (tidak dapat dibalikkan), inexorable (tidak dapat dihentikan),
dan inevitable (tidak dapat dihindari). Proses mundurnya viabilitas benih kedelai
disebabkan oleh berbagai faktor. Salah satu faktor yang menyebabkan turunnya
viabilitas adalah tingginya kandungan lemak dan protein pada kedelai (Tatipata et
al 2004). Penyimpanan benih yang lama akan menyebabkan turunnya daya
tumbuh benih kedelai.
Teknik penyimpanan benih terbagi menjadi dua jenis yakni penyimpanan
terbuka dan penyimpanan tertutup (terkontrol). Penyimpanan terkontrol adalah
sistem penyimpanan benih yang mengatur faktor lingkungan penyimpanan seperti
suhu dan kelembapan. Kaidah Harrington menyatakan bahwa suhu dan kadar air
benih saat masa penyimpanan berpengaruh terhadap kemunduran benih.
Pertambahan suhu sebesar 5˚C dan kadar air sebesar 1% maka akan menurunkan
daya simpan benih sebesar setengahnya. Penurunan suhu sebesar 5˚C atau kadar
air sebesar 1% akan menaikkan daya simpan sebesar dua kali lipat (Justice dan
Bass 2002). Daya simpan benih dipengaruhi oleh faktor lingkungan dan faktor
genetik (varietas).
Cara yang dapat digunakan untuk mengetahui lama daya simpan benih dan
vigor daya simpannya adalah dengan menggunakan teknik pengusangan benih.
Teknik pengusangan cepat adalah pengujian vigor daya simpan benih setelah
mendapatkan pengusangan fisik yang dapat memberikan simulasi lingkungan
suboptimum yang dapat menyebabkan kemunduran benih mirip seperti kondisi
sebenarnya (Mugnisjah 1994). Kegunaan metode pengusangan cepat selain untuk
menduga daya simpan benih, juga dapat digunakan untuk mendapatkan lot-lot
benih dengan tingkat vigor yang berbeda-beda.
Deteksi status vigor/viabilitas benih dapat dilakukan berdasarkan metode
langsung dan tidak langsung. Metode langsung adalah pengujian viabilitas benih

2
yang mengamati perilaku individu benih tersebut sedangkan metode tidak
langsung adalah pengujian viabilitas benih yang mengamati perilaku benih
sebagai sebuah kelompok. Pengujian viabilitas benih tersebut juga memiliki dua
macam indikasi, yakni pengujian viabilitas benih dengan indikasi langsung dan
indikasi tidak langsung. Pengujian viabilitas benih dengan indikasi langsung
adalah pengujian yang melihat dengan langsung munculnya kecambah atau tidak
pada benih sebagai tanda bahwa benih tersebut viabel, sementara pengujian benih
dengan indikasi tidak langsung menentukan viabilitas benih dengan mengamati
proses metabolisme yang terjadi pada benih tersebut. Kegunaan dari penelitian ini
adalah sebagai bagian dari penelitian besar tentang pemodelan kemunduran benih
pada saat penyimpanan. Penelitian ini juga dapat menjadi acuan informasi tentang
kemunduran benih kedelai yang terjadi pada saat penyimpanan. Informasi ini juga
dapat dipergunakan untuk memperkirakan daya simpan benih yang telah disimpan
sebelumnya pada penyimpanan terkontrol.
Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari pengaruh vigor awal simpan
pada beberapa varietas benih kedelai dan mendapatkan informasi mengenai
viabilitas dan aktivitas respirasi dari benih kedelai tersebut selama masa
penyimpanan.
Hipotesis
1. Terdapat perbedaan viabilitas dan aktivitas respirasi antar tingkat vigor
awal simpan benih yang disimpan.
2. Terdapat perbedaan viabilitas dan aktivitas respirasi pada setiap varietas
benih yang diuji.
3. Terdapat interaksi antara varietas kedelai dengan vigor awal simpan
terhadap viabilitas dan aktivitas respirasi

TINJAUAN PUSTAKA

Viabilitas dan Vigor Benih
Viabilitas benih adalah kemampuan benih untuk tumbuh dan berkembang
yang dapat diidentifikasi dengan berbagai tolok ukur pada kondisi yang optimum.
Viabilitas benih terbagi atas tiga periode. Periode tersebut menunjukkan kondisi
benih dalam rentang waktu tertentu. Periode I adalah periode pembentukan benih
yang ditandai dengan tercapainya viabilitas maksimum pada fase masak fisiologis.
Periode II adalah masa pemrosesan dan penyimpanan benih. Periode III
merupakan periode kritis saat benih harus ditanam karena telah memasuki masa
penurunan viabilitas (Sadjad 1994).

3
Vigor benih adalah kemampuan benih untuk tumbuh dan berkembang
menjadi tanaman normal meskipun kondisi alam tidak optimum (suboptimum).
Benih yang vigor akan menghasilkan produk diatas normal apabila ditumbuhkan
pada kondisi yang optimum (Sadjad et al. 1999). Vigor benih pada saat disimpan
merupakan faktor penting yang mempengaruhi daya simpan benih. Viabilitas dan
vigor benih tidak selalu dapat dibedakan terutama pada lot benih yang mengalami
kemunduran dengan cepat. Laju kemunduran vigor dan viabilitas benih tergantung
dari beberapa faktor yaitu faktor genetik, kondisi benih, kondisi penyimpanan,
keseragaman lot benih, serta cendawan (Justice dan Bass 2002).
Kemunduran Benih
Kemunduran benih merupakan suatu proses yang merugikan yang dialami
oleh benih setelah benih masak dan terus berlangsung selama benih mengalami
proses pengolahan, pengemasaan, dan penyimpanan. Gejala kemunduran benih
dapat dilihat dari gejala fisiologi dan biokimia. Gejala kemunduran fisiologi
antara lain penurunanan daya berkecambah dan vigor, sementara untuk gejala
kemunduran biokimia dicirikan dengan adanya penurunan aktivitas enzim,
penurunan cadangan makanan dan meningkatnya nilai konduktivitas (Tatipata et
al 2004).
Benih kedelai termasuk ke dalam benih yang cepat mengalami kemunduran.
Hal ini disebabkan karena kedelai memiliki kandungan lemak dan protein pada
kotiledonnya, sehingga rentan rusak apabila terjadi proses respirasi. Untuk itu,
dalam pengelolaan penyimpanannya, benih kedelai hanya mampu bertahan antara
3-4 bulan saja (Goldsmith 2008). Apabila lewat dari waktu tersebut, maka benih
akan mengalami fase yang disebut fase kemunduran benih. Kemunduran benih
adalah fase menurunnya viabilitas benih akibat menurunnya cadangan makanan
benih atau mengalami gangguan fisik dan non-fisik.
Menurut Justice & Bass (2002), salah satu pemicu kemunduran benih adalah
kandungan air dalam benih tersebut. Kemampuan menyerap dan menahan uap air
setiap benih berbeda, tergantung ketebalan dan sturuktur kulit benih serta
komposisi kimia dalam benih. Tatipata et al. (2004) menyatakan bahwa
kemunduran benih kedelai dapat dicerminkan oleh menurunnya kadar fosfolipid,
protein membran, fosfor anorganik mitokondria, aktifitas spesifik suksinat
dehidrogenase, dan sitokrom oksidase serta laju respirasi.
Pengusangan Cepat
Pengujian dengan metode pengusangan cepat (rapid aging method) adalah
satu cara untuk menguji vigor dan daya simpan benih. Pengusangan cepat benih
dapat dilakukan dengan dua cara yakni penderaan secara kimia dan fisik.
Pengusangan kimia dilakukan dengan menggunakan larutan etanol. Pengusangan
fisik dilakukan dengan mendera benih kelembaban nisbi 100% pada suhu 40˚C.
Pengusangan yang dilakukan dianggap sebagai suatu simulasi lingkungan
penyimpanan benih, sehingga dapat menyebabkan kemunduran benih sesuai
dengan kondisi yang sebenarnya (Mugnisjah et al 1994). Gholami dan
Golpayegani (2011) menyatakan bahwa benih mengalami kemunduran lebih cepat
pada suhu 40°C dengan kadar air 18% bila dibandingkan dengan kondisi suhu

4
20°C dengan kadar air 8%. Metode pengusangan cepat yang telah divalidasi ISTA
(2010) menyebutkan bahwa benih dinaikkan kadar airnya hingga mencapai 20%,
kemudian dilakukan cekaman pada suhu 45°C menggunakan waterbath selama 24
jam.
Metode pengusangan cepat telah banyak dipergunakan untuk mempelajari
perubahan aktivitas fisiologi dan biokimia saat terjadinya kemunduran benih.
Kemunduran benih terjadi dengan sendirinya pada suhu dan kelembaban yang
tinggi. Filho et al (2001) menyatakan bahwa benih kedelai dengan kadar air benih
15.5% selama 48 jam dan 72 jam pada suhu 40°C dapat digunakan untuk menguji
vigor benih kedelai. Reninta (2012) juga menyatakan bahwa kondisi kadar air
15% dengan lama penderaan 24 jam dan suhu penderaan 45°C merupakan kondisi
paling tepat untuk menguji vigor benih kedelai. Mavi dan Demir (2007)
menyatakan bahwa pada kadar air 24% dan lama penderaan 48 jam pada
Controlled Deterioration dan lama penderaan selam 120-144 jam pada
Accelerated Aging Test merupakan kondisi yang optimum untuk menguji biji
semangka dan untuk biji mentimun digunakan lama penderaan 96 jam dengan
kadar air 20%. Cicero et al (2009) menjelaskan bahwa Controlled Deterioration
Test merupakan pengujian yang cocok untuk mengevaluasi daya simpan lot benih
kedelai. Hal ini disebabkan karena benih kedelai dapat dengan mudah kehilangan
kualitas selama masa penyimpanan dengan periode tertentu.
Respirasi Benih
Respirasi benih merupakan suatu proses metabolisme benih yang dapat
digunakan sebagai tolok ukur viabilitas. Pengujian aktivitas respirasi merupakan
pengujian viabilitas dengan metode tidak langsung yaitu berdasarkan gejala
metabolismenya. Kapasitas respirasi dapat mendeteksi viabilitas total benih, vigor
daya simpan, dan vigor kekuatan tumbuh (Kusumadewi 1988). Pada aktivitas
respirasi, daya hidup benih dapat diketahui dari banyaknya CO2 yang terbentuk
atau O2 yang diserap. Proses respirasi benih akan meningkat apabila suhu dan
kadar air meningkat. Pengaruh suhu terhadap berlangsungnya proses respirasi
dihubungkan dengan metabolisme enzim (Sadjad 1975).
Tatipata (2008) menyatakan bahwa menurunnya daya berkecambah benih
kedelai berhubungan dengan tingginya kadar air. Kadar air yang tinggi
menyebabkan struktur membran mitokondria, sehingga permeabilitas membran
meningkat. Peningkatan permeabilitas membran ini menyebabkan metabolit
seperti gula, asam amino dan lemak bocor, sehingga energi yang dihasilkan untuk
berkecambah berkurang. Benih yang sudah mengalami kemunduran akan
menyebabkan laju respirasi semakin berkurang. Both dan Sowa (2001)
menyatakan bahwa pada benih bitterbush (Purshia tridentata dc.) tidak ada
perbedaan respirasi antara benih yang dorman dengan benih yang tidak dorman,
sehingga benih yang mengalami dormansi tetap melakukan respirasi aktif.
Tatipata et al. (2004) menyatakan menurunnya aktivitas respirasi
menyebabkan energi dalam bentuk ATP berkurang, sehingga daya berkecambah
dan vigor menurun. Permatasari (2011) menyatakan bahwa semakin tinggi vigor
benih semakin tinggi pula laju respirasinya.

5

METODE PENELITIAN
Tempat dan Waktu
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Agustus 2014 – Februari 2015 di
Laboratorium Ilmu dan Teknologi Benih dan Laboratorium Pasca Panen,
Departemen Agronomi dan Hortikultura, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian
Bogor.
Bahan
Penelitian ini menggunakan benih kedelai varietas Dering–1, Gepak
Kuning, Detam–2, dan Mallika. Bahan-bahan lain yang digunakan, yaitu: kertas
stensil dan plastik untuk menguji daya berkecambah, label, plastik polietilen,
silica gel, aqua destilata, plastik wrap.
Peralatan
Peralatan yang digunakan terdiri dari oven (dengan suhu 103±2 ˚C),
desikator, timbangan digital, alat pengecambah benih tipe IPB 72-1, Burret, gelas,
alat pengepres kertas (IPB 75-1), termometer, cosmotector XP-314, glassware,
(wadah kaca), alat perekat kemasan (sealer), electric conductivity meter, dan
waterbath.
Prosedur Percobaan
Pelaksanaan Percobaan
Percobaan I meliputi pembuatan tiga lot benih kedelai dengan tiga interval
vigor awal, yakni 65–75%, 76–85%, dan 86–95% dengan menggunakan metode
pengusangan cepat fisik. Metode ini mempergunakan alat waterbath. Alat ini
mengeluarkan panas, sehingga diharapkan menurunkan viabilitas benih sesuai
dengan tingkatan yang telah ditentukan. Benih yang dimasukkan ke dalam
waterbath ini didera dalam waktu tertentu. Sebelum diusangkan memakai
waterbath, benih harus dinaikkan kadar airnya mencapai tertentu. Benih Dering–1
dinaikkan hingga 16% untuk mendapatkan vigor awal 65%–75%, 15% untuk
vigor awal 76%–85%. Benih Gepak Kuning dinaikkan hingga 15% untuk
mendapatkan vigor 65%–75%, 13% untuk vigor awal 76%–85%. Benih Mallika
dinaikkan kadar airnya hingga 16% untuk mendapatkan vigor awal 65%–75%,
14% untuk vigor awal 76%-85%. Benih Detam–2 dinaikkan hingga 17% untuk
vigor awal 65%–75%, 16% untuk vigor awal 76%–85%, sedangkan untuk
mendapatkan vigor awal 85%–95% tidak dilakukan penaikkan kadar air.
Penambahan air untuk mendapatkan range vigor awal yang diinginkan berbedabeda. Range 65%–75% ditambahkan air sebanyak 40–80 ml per 700–800 g, range
76%-85% ditambahkan air sebanyak 23–45 ml per 700-800 g.
Percobaan II dimulai dengan mengemas benih masing-masing varietas di
dalam plastik polietilen. Tiap kemasan diisi dengan benih seberat 26 g. Setelah
itu, benih-benih tersebut disimpan dalam kondisi terkontrol pada suhu rendah 19–

6
22˚C dan RH 64–67% dalam rak bertingkat, sehingga terjadi sirkulasi udara yang
maksimal. Pengamatan dilakukan pada interval waktu 1 bulan selama 6 bulan.
Peubah yang diamati pada percobaan ini meliputi kadar air (KA), daya
berkecambah (DB), indeks vigor (IV), aktivitas respirasi, uji permeabilitas
membran benih berdasarkan hasil pengamatan daya hantar listrik (DHL).
Pengamatan Percobaan
Variabel yang diamati meliputi:
1. Kadar Air (KA)
Kadar air diukur dengan menggunakan metode oven suhu rendah konstan
(103±2 oC) selama (17±1) jam. Kadar air benih dihitung dengan rumus:

Keterangan :
M1
: Berat cawan + tutup (g)
M2
: Berat benih + M1 sebelum dioven (g)
M3
: Berat benih + M1 setelah dioven (g)
2. Daya Berkecambah (DB)
Daya berkecambah diukur berdasarkan persentase kecambah normal (KN)
pada pengamatan pertama (3HST) dan pengamatan kedua (5HST).

3. Indeks Vigor (IV)
Indeks vigor diukur berdasarkan persentase kecambah normal (KN) pada
hitungan pertama pengamatan viabilitas.

Keterangan:
∑ KN I : Jumlah kecambah normal pengamatan pertama (3 HST)
4. Respirasi benih
Pengujian respirasi benih dilakukan menggunakan alat penguji respirasi
yakni kosmotektor. Benih kedelai yang akan diuji ditaruh diatas 3 kertas stensil
yang telah dilembabkan. Kemudian benih sebanyak 25 butir itu diletakkan ke
dalam wadah yang ditutup rapat untuk diinkubasi selama 24 jam. Aktivitas
respirasi yang umumnya berupa CO2 dari hasil inkubasi tersebut dihitung
dengan rumus:
Keterangan:
L
: Laju respirasi (mg CO2 kg-1 jam-1)
V
: Volume udara bebas dalam inkubator, V toples-V bahan
(ml)

7
K
W
B

: Kadar CO2 setelah inkubasi – kadar CO2 awal (0.03%)
: Waktu inkubasi (jam)
: Bobot Bahan (kg)

5. Daya hantar listrik (DHL)
Pengujian permeabilitas benih dilakukan dengan tolok ukur daya hantar
listrik. Uji daya hantar listrik (μmhos cm-1 g-1), dilakukan dengan merendam
100 butir benih yang telah ditimbang pada 50 ml aquabides selama 24 jam
kemudian air rendamannya diukur dengan alat Electric Conductivity meter.

Keterangan:
X
: daya hantar listrik air rendaman benih (µmhos cm-1)
Blangko : daya hantar listrik air bebas ion tanpa benih (µmhos cm-1)
Analisis Data
Rancangan yang digunakan dalam pengujian masing-masing aspek adalah
rancangan acak lengkap (RAL) faktorial dengan 2 faktor perlakuan. Faktor
pertama adalah varietas (α) yang terdiri atas 4 taraf, yaitu Dering-1 (α1), Gepak
Kuning (α2), Detam-2 (α3) dan Mallika (α4). Faktor kedua adalah vigor awal
simpan (β) yang terdiri atas 3 taraf, yaitu skala 65-75% (β1), 76-85% (β2), dan 8695% (β3). Jumlah kombinasi perlakuan adalah 12 kombinasi dengan masingmasing perlakuan terdapat 3 ulangan, sehingga pada penelitian ini terdapat 36
satuan percobaan penelitian ini dilaksanakan pada 7 periode simpan yaitu, bulan
ke 0, 1, 2, 3, 4, 5, dan 6.
Model rancangan yang digunakan dalam penelitian ini adalah:
Yij= µ+ αi + βj + (αβ)ij + ɛij

(i = 1, 2, 3; j = 1, 2, 3)

Keterangan:
Yij
: Nilai hasil pengamatan
µ
: Nilai rataan umum
αi
: Pengaruh faktor varietas ke-i
βj
: Pengaruh faktor vigor awal simpan ke-j
(αβ)ij
: Pengaruh interaksi faktor varietas ke-i dengan vigor awal simpan
ke-j
ɛij
: Pengaruh galat percobaan
Data yang diperoleh dianalisis secara statistik dengan menggunakan uji F
taraf 5%. Apabila didapatkan hasil yang berpengaruh nyata, maka dilakukan uji
Duncan Multiple Range Test (DMRT) pada taraf 5%.

8

HASIL DAN PEMBAHASAN
Kondisi Awal Benih Sebelum diberi Perlakuan
Benih kedelai yang digunakan ada empat varietas, yaitu Dering–1, Gepak
Kuning, Detam–2 dan Mallika. Pengujian awal benih dilakukan untuk mengetahui
mutu benih yang meliputi, kadar air (KA), daya berkecambah (DB), dan indeks
vigor (IV) (Tabel 1).
Tabel 1 Hasil pengamatan awal mutu benih kedelai
Varietas

Peubah
Kadar air benih (%)

Dering–1

Gepak Kuning

Detam–2

Mallika

7.71

10.28

8.69

8.88

Daya berkecambah benih (%)

93

92

92

90

Indeks vigor benih (%)

90

80

80

76

10.70

8.25

13.54

10.00

Bobot 100 butir benih (g)

Hasil pengamatan awal menunjukkan bahwa benih dalam kondisi yang
baik. Berdasarkan warna, benih kedelai varietas Dering–1 dan Gepak kuning
termasuk benih yang berkulit kuning, sedangkan Detam–2 dan Mallika termasuk
benih yang berkulit hitam. Jika ditinjau berdasarkan ukuran, Dering–1 dan
Mallika termasuk benih ukuran sedang, Gepak Kuning berukuran kecil, dan
Detam–2 termasuk benih berukuran besar. Benih yang masih memiliki viabilitas
yang tinggi ini kemudian diberi perlakuan pengusangan untuk mendapatkan
tingkat vigor awal yang diinginkan. Tingkat vigor awal ini dibagi menjadi tiga
taraf, yakni 65%–75% (rendah), 76%–85% (sedang), 86%–95% (tinggi).
Viabilitas Benih Kedelai Sebelum Disimpan
Benih setelah diberikan perlakuan pengusangan, sebelum disimpan
menunjukkan perubahan yang signifikan pada hampir semua peubah yang
diamati. Hasil pengamatan pada faktor vigor awal memperlihatkan bahwa benih
yang memiliki tingkat vigor 65–75% (vigor rendah) mempunyai kadar air yang
tinggi sebesar 15.25%, benih yang memiliki tingkat vigor 76–85% (vigor sedang)
mempunyai kadar air 14.13% dan benih yang memiliki tingkat vigor 86%–95%
(vigor tinggi) mempunyai kadar air rendah 8.89%. Variasi tingkat kadar air
tersebut terjadi karena
volume air yang diberikan
dalam pelaksanaan
pengusangan benih tidak sama. Semakin rendah tingkat vigor benih, semakin
banyak jumlah air yang diberikan. Benih vigor rendah dan vigor tinggi
menunjukkan daya berkecambah, indeks vigor dan DHL yang berbeda nyata,
namun tidak berbeda nyata pada peubah aktivitas respirasinya. Daya berkecambah
dari benih vigor tinggi 90.50 % sedangkan daya berkecambah dari benih vigor
rendah 70.17 %.
Benih Detam–2 (13.77%) memiliki kadar air lebih tinggi dibandingkan
varietas lain (12.19 – 12.78%). Hal tersebut disebabkan karena benih varietas
Detam–2 ukurannya lebih besar dan mendapatkan air lebih banyak. Menurut

9
Justice dan Bass (2002) kandungan air di dalam benih akan mempengaruhi daya
simpan benih.
Tabel 2 Kadar air dan viabilitas benih kedelai pada periode sebelum simpan
(0 bulan)
Peubah
Perlakuan

KA
(%)

DB
(%)

IV
(%)

DHL
(μmhos (cm∙g)-1)

Respirasi
(mg CO2 kg-1 jam-1)

65%–75%

15.28

70.17

60.50

61.43

412.20

76%–85%

14.13

80.05

61.16

63.67

414.20

86%–95%

8.89

90.50

80.50

54.68

390.89

Dering–1

12.19

82.22

76.88

50.65

361.87

Gepak Kuning

12.78

79.55

67.78

53.32

598.46

Detam-2

13.77

80.67

62.88

63.04

359.82

Mallika

12.33

79.11

62.00

72.71

302.89

Vigor Awal

Varietas

Peubah aktivitas respirasi dipengaruhi oleh ukuran dan warna benih.
Marwanto (2003) menyatakan bahwa kulit benih kedelai kuning cenderung
memiliki permeabilitas yang lebih tinggi dibandingkan dengan permeabilitas kulit
benih kedelai hitam. Gepak Kuning (ukuran kecil warna kuning) memiliki
respirasi sebesar 598.46 mg CO2 kg-1 jam-1 lebih besar dibandingkan Detam–2
(ukuran besar warna hitam) 359.82 mg CO2 kg-1 jam-1. Purwanti (2004) dalam
penelitiannya menjelaskan bahwa permeabilitas kulit benih yang tinggi akan
memudahkan masuknya air dan oksigen ke dalam benih, sehingga akan
mengaktifkan enzim-enzim yang berperan dalam metabolisme.
Hasil analisis data sidik ragam antara perlakuan vigor awal dan varietas
benih pada periode sebelum simpan (0 bulan) menunjukkan pengaruh pada
peubah kadar air (Tabel 3).
Tabel 3 Pengaruh vigor awal dan varietas kedelai terhadap peubah kadar air benih
pada periode sebelum simpan (0 bulan)
Periode
Simpan

Varietas

0 bulan

Dering–1
Gepak Kuning
Detam–2
Mallika

65-75
15.58
14.01
16.68
14.84

Vigor Awal (%)
76-85
13.28
14.04
15.93
13.28

86-95
7.07
10.21
8.69
8.87

Benih kedelai varietas Detam–2 dengan vigor awal 65%–75% pada periode 0
bulan memiliki nilai kadar air yang tinggi dibandingkan dengan varietas benih
kedelai lainnya. Hal ini diduga terjadi akibat adanya perbedaan ukuran benih pada
setiap varietas. Varietas Detam–2 adalah benih kedelai ukuran besar, sehingga
diduga pada saat penaikan kadar air sebelum pengusangan, varietas ini menyerap
dan menyimpan lebih banyak air dibandingkan dengan varietas lainnya. Hal ini
terbukti pada hasil analisis data sidik ragam kadar air di vigor awal 76%–85%. Varietas
Detam–2 pada vigor awal 76%–85% ini juga memiliki nilai kadar air yang lebih
besar dibandingkan dengan varietas kedelai lainnya.

10
Hasil analisis data sidik ragam perlakuan vigor awal dan varietas benih pada
periode sebelum simpan (0 bulan) menunjukkan pengaruh pada peubah daya
berkecambah (Tabel 4).
Tabel 4 Pengaruh vigor awal dan varietas kedelai terhadap peubah daya
berkecambah benih pada periode sebelum simpan (0 bulan)
Periode
Simpan
0 bulan

Varietas
Dering–1
Gepak Kuning
Detam–2
Mallika

65-75
71.33
70.00
71.33
68.00

Vigor Awal (%)
76-85
82.00
80.00
80.67
79.33

86-95
93.33
88.67
90.00
90.00

Semua benih kedelai pada vigor awal 86%–95% memiliki nilai daya
berkecambah yang tinggi. Nilai daya berkecambah benih pada faktor vigor awal
86%–95% ini berkisar antara 88.67% sampai 93.33%. Benih dengan vigor awal
65%–75% dan 76%–85% untuk semua varietas kedelai tidak menunjukkan
adanya perbedaan. Hal ini menunjukkan bahwa pada awal penyimpanan kondisi
viabilitas benih sama. Jika dilihat dari semua nilai daya berkecambah pada semua
benih untuk semua vigor awal terlihat bahwa pada awal penyimpanan semua
benih telah berada pada rentang nilai vigor awal yang diinginkan.
Hasil analisis data sidik ragam antara perlakuan vigor awal dan varietas
benih kedelai pada periode sebelum simpan (0 bulan) menunjukkan pengaruh
terhadap peubah indeks vigor (Tabel 5)
Tabel 5 Pengaruh vigor awal dan varietas varietas terhadap peubah indeks vigor
benih pada periode simpan 0 bulan
Periode
Simpan

0 bulan

Varietas
Dering–1
Gepak Kuning
Detam–2
Mallika

65-75
65.33
60.00
46.67
52.00

Vigor Awal (%)
76-85
74.67
68.67
63.33
56.00

86-95
90.67
74.67
78.67
78.00

Benih kedelai varietas Dering–1 pada vigor awal 86%–95% memiliki nilai
indeks vigor yang lebih tinggi dibandingkan dengan varietas benih lain pada vigor
awal yang sama. Hal ini menunjukkan bahwa pada awal penyimpanan, varietas
Dering–1 memiliki kualitas vigor yang lebih baik dibandingkan dengan varietas
lainnya. Vigor dapat dibedakan menjadi vigor daya simpan dan vigor kekuatan
tumbuh (Sadjad et. al 1999). Kualitas vigor kekuatan yang bagus memungkinkan
benih kedelai untuk tumbuh pada kondisi yang tidak optimal, sedangkan vigor
daya simpan menunjukkan kemampuan benih untuk disimpan pada suatu periode
penyimpanan. Hasil pengukuran indeks vigor menunjukkan hasil yang berbedabeda, sehingga benih memiliki daya simpan yang bervariasi.
Penyimpanan dan Pengujian Viabilitas Benih Kedelai
Penyimpanan benih dilakukan selama 6 bulan pada ruang tertutup dengan
suhu ruang berkisar 19°C–22°C dan kelembapan antara 64%–67%. Hal tersebut

11
sesuai dengan hasil penelitian Permana (2014) yang menyatakan bahwa suhu
19°C–22°C dan RH 64%–67% merupakan kondisi terbaik untuk menyimpan
benih kedelai pada kondisi terkontrol.
Benih yang tingkat vigor awalnya tinggi dengan kadar air 9.23% memiliki
daya berkecambah dan indeks vigor yang nyata lebih tinggi dibandingkan dengan
benih vigor awal rendah, namun laju respirasinya tidak berbeda nyata. Laju
respirasi benih merupakan bagian dari kegiatan metabolisme benih dalam proses
perkecambahan benih.
Hasil analisis data nilai tengah pada faktor varietas memperlihatkan bahwa
varietas Dering–1 dan Gepak Kuning memiliki DB dan IV yang lebih tinggi
dibandingkan dengan Detam–2 dan Mallika seperti yang terlihat pada di bawah ini
(Tabel 6).
Tabel 6 Kadar air dan viabilitas benih kedelai pada periode simpan 2 bulan
Peubah1
Faktor

KA
(%)

DB
(%)

IV
(%)

DHL
(μmhos (cm∙g)-1)

Respirasi
(mg CO2 kg-1 jam-1)

65%–75%

15.49a

55.33c

15.78c

72.31a

492.30

76%–85%

13.31b

67.67b

31.83b

72.31a

483.70

9.23c
**

85.66a

56.91a

60.37b

546.00

**

**

*

tn

Dering–1

11.81d

72.67a

52.67a

59.39c

356.80b2

Gepak Kuning

12.30c

75.78a

52.22a

71.18b

594.70ab2

Detam-2

13.65a

64.89b

17.25b

61.26c

358.00b2

Mallika

12.93b

64.89b

11.33b

81.48a

719.80a2

Uji F

**

**

**

**

**

Interaksi

**

**

**

tn

tn

KK (%)

2.20

9.31

18.89

12.69

7.192

Vigor awal

86%–95%
Uji F
Varietas

1Angka

pada kolom yang sama diikuti oleh huruf yang sama tidak berbeda nyata pada taraf uji 5% (uji selang
berganda Duncan), 2Hasil transformasi ke logaritma

Tingkat vigor awal benih berhubungan dengan kadar airnya. Benih yang
vigor awalnya rendah dengan kadar air 15.49 % memiliki daya berkecambah
terendah (55.33%) dan indeks vigor terendah (15.78%) dengan daya hantar listrik
yang tinggi (72.317 μmhos (cm∙g)-1). Varietas Mallika menunjukkan nilai DHL
dan laju respirasi yang lebih tinggi dibandingkan dengan varietas lain. Hal ini
menunjukkan bahwa peubah DHL dan laju respirasi berkorelasi negatif dengan
DB dan IV.
Hasil analisis data sidik ragam faktor vigor awal dan varietas benih kedelai
pada periode simpan 2 bulan menunjukkan pengaruh nyata pada peubah kadar air
(Tabel 7). Varietas Dering–1 pada periode simpan 2 bulan masih tetap memiliki
kadar air yang paling rendah dibandingkan dengan varietas lainnya pada vigor
awal 86%–95% (7.77%). Rendahnya kadar air varietas Dering–1 menandakan bahwa
pada kondisi terkontrol, varietas Dering–1 masih dapat mempertahankan kadar
airnya. Hal ini juga menunjukkan bahwa kondisi kulit benih varietas ini masih
tetap terjaga.

12

Tabel 7 Pengaruh interaksi vigor awal dan varietas kedelai terhadap peubah kadar
air benih pada periode simpan 2 bulan
Periode
Simpan

2 bulan

Varietas
Dering–1
Gepak Kuning
Detam–2
Mallika

65-75
15.49b
14.74c
16.61a
15.11bc

Vigor Awal (%)1
76-85
12.24e
11.92e
15.24b
13.83d

86-95
7.77h
10.24f
9.11g
9.85f

1Angka

pada kolom atau baris yang sama, diikuti oleh huruf yang tidak sama menunjukkan adanya pengaruh
nyata pada taraf uji 5% (uji selang berganda Duncan)

Varietas Detam–2 memiliki kadar air yang paling tinggi (16.61%)
dibandingkan pada varietas yang lain pada vigor awal 65%–75%. Nilai kadar air
Detam–2 pada vigor awal 65%–75% pada periode simpan 2 bulan ini tidak
berubah signifikan dibandingkan dengan kadar air pada periode simpan 0 bulan.
Tidak adanya perubahan kadar air pada periode simpan 2 bulan ini menunjukkan
bahwa pada kadar air yang tinggi varietas Detam–2 memiliki kulit yang kuat.
Hasil analisis data sidik ragam faktor vigor awal dan varietas benih kedelai
memperlihatkan pengaruh nyata pada peubah daya berkecambah (Tabel 8).
Tabel 8 Pengaruh interaksi vigor awal dan varietas kedelai terhadap peubah daya
berkecambah benih pada periode simpan 2 bulan
Periode
Simpan

2 bulan

Varietas
Dering–1
Gepak Kuning
Detam–2
Mallika

65-75
26.00e
36.00d
32.00de
17.33f

Vigor Awal (%)
76-85
86-95
60.00c
88.67a
70.67b
94.67a
26.67e
64.00bc
28.67de
33.00de

1Angka

pada kolom atau baris yang sama, diikuti oleh huruf yang tidak sama menunjukkan adanya pengaruh
nyata pada taraf uji 5% (uji selang berganda Duncan)

Daya berkecambah varietas Mallika merupakan nilai daya berkecambah
yang paling kecil pada vigor awal 65%–75% (17.33%) dan 86%–95% (33.00%)
dibandingkan dengan varietas lainnya. Hal ini terjadi diduga karena pada periode
simpan 2 bulan ini kondisi benih Mallika sudah tidak baik lagi. Adanya proses
pengusangan pada pengondisian awal diduga menjadi penyebab rendahnya daya
berkecambah varietas ini. Diduga kondisi fisik benih kedelai varietas Mallika
telah mengalami penurunan sebelum pengusangan. Kondisi fisik yang menurun
dapat dilihat dari retaknya kulit benih pada setiap individu benih. Kemudian
penurunan nilai daya berkecambah benih kedelai varietas Mallika juga dapat
diduga karena adanya perbedaan sifat genetik varietas. Hal ini sesuai dengan
Copeland dan McDonald (2001) yang menyatakan bahwa sifat genetik, daya
tumbuh dan vigor, kondisi kulit, dan kadar air awal benih mempengaruhi
viabilitas benih selama penyimpanan
Hasil analisis data sidik ragam benih kedelai faktor vigor awal dan varietas
pada periode simpan 2 bulan menunjukkan pengaruh terhadap peubah indeks
vigor (Tabel 9). Indeks vigor benih kedelai varietas Mallika (0.00%) dan Detam–2

13
(4.00%) pada tingkat vigor awal 65%–75% lebih rendah dibandingkan dengan
benih kedelai varietas Dering–1 (19.33%) dan Gepak Kuning (24.00%) pada
periode simpan 2 bulan.
Tabel 9 Pengaruh interaksi vigor awal dan varietas kedelai terhadap peubah
indeks vigor benih pada periode simpan 2 bulan
Periode
Simpan

Varietas

2 bulan

Dering–1
Gepak Kuning
Detam–2
Mallika

65-75
19.33de
24.00d
4.00f
0.00f

Vigor Awal (%)1
76-85
52.67c
59.33c
10.00ef
5.33f

86-95
86.00a
73.33b
50.00c
17.33def

1Angka

pada kolom atau baris yang sama, diikuti oleh huruf yang tidak sama menunjukkan adanya pengaruh
nyata pada taraf uji 5% (uji selang berganda Duncan)

Rendahnya nilai indeks vigor benih kedelai varietas Mallika dan Detam–2
tersebut menunjukkan kurangnya masa daya simpan kedua varietas tersebut pada
vigo awal 65%–75%. Hal ini menunjukkan bahwa pada tingkat vigor awal 65%75% benih kedelai varietas Mallika dan Detam–2 mampu bertahan lebih kurang 1
bulan.
DB dan IV kelompok vigor rendah dan vigor sedang lebih rendah
dibandingkan dengan kelompok vigor tinggi pada periode simpan 4 bulan.
Tabel 10 Kadar air dan viabilitas benih kedelai pada periode simpan 4 bulan
Peubah1
Faktor

KA
(%)

DB
(%)

IV
(%)

DHL
(μmhos (cm∙g)-1)

Respirasi
(mg CO2 kg-1 jam-1)

65%–75%

14.92a

25.50c

8.33c

74.35a

534.10

76%–85%

12.96b

51.00b

23.50b

73.88a

523.30

86%–95%

8.69c

86.83a

52.83a

62.74b

422.50

**

**

**

**

tn

Dering–1

11.32b

60.00b

34.89b

59.46c

378.70bc

Gepak Kuning

10.79b

77.11a

45.56a

77.43b

594.70ab

Detam–2

13.73a

46.67c

23.33c

60.33c

263.30c

Mallika

12.91a

34.00d

9.11d

84.07a

736.50a

Uji F

**

**

**

**

**

Interaksi

*

**

**

**

tn

KK (%)

9.04

8.30

17.11

6.00

6.872

Vigor awal

Uji F
Varietas

1Angka

pada kolom yang sama, diikuti oleh huruf yang sama tidak berbeda nyata pada taraf uji 5% (uji selang
berganda Duncan), 2Hasil transformasi logaritma

Rendahnya DB dan IV kelompok benih tersebut menunjukkan adanya
deteriorasi pada benih di periode simpan ini. Hal ini diperjelas dengan nilai DHL
kedua kelompok benih tersebut yang lebih tinggi dibandingkan dengan kelompok
benih bervigor tinggi seperti yang terlihat pada Tabel 10 di atas.
Nilai DHL benih kelompok vigor awal rendah pada periode ini adalah 74.35
μmhos (cm∙g)-1, sedangkan nilai DHL benih kelompok vigor awal sedang sebesar

14
73.88 μmhos (cm∙g)-1 dan kelompok vigor awal tinggi sebesar 62.74 μmhos
(cm∙g)-1. Tingginya nilai DHL ini menunjukkan bahwa telah terjadi kebocoran
membran pada kelompok benih tersebut. Kebocoran membran pada benih dapat
mengakibatkan viabilitas menurun, karena cadangan makanan yang seharusnya
dapat digunakan untuk berkecambah keluar melalui membran yang bocor.
Senyawa metabolit tersebut adalah gula, asam amino, asam lemak, enzim, dan
ion–ion anorganik, seperti K+, Ca+, Mg+, dan Na+ (Vieira et al 2008). Hal ini
dibuktikan dari viabilitas benih kelompok vigor awal rendah yang hanya memiliki
daya berkecambah sebesar 25.50% dan indeks vigor 8.43%.
Benih varietas Mallika merupakan benih yang kurang dapat
mempertahankan viabilitasnya dibandingkan dengan varietas lainnya. Daya
berkecambah varietas Mallika adalah 34.00% sementara indeks vigornya hanya
mencapai 9.11%, paling rendah dibandingkan dengan varietas lain. Rendahnya
viabilitas benih varietas Mallika diduga karena kebocoran membran yang besar
yang terjadi selama masa penyimpanan. Adanya kebocoran membran yang besar
pada varietas ini dibuktikan dengan nilai DHL sebesar 84.079 μmhos (cm∙g)-1,
lebih tinggi dibandingkan dengan ketiga varietas lainnya.
Varietas Mallika masih memiliki hasil respirasi yang tertinggi dibandingkan
varietas lainnya. Nilai laju respirasi varietas Mallika pada periode 4 bulan sebesar
736.5 mg CO2 kg-1 jam-1, berbeda nyata dengan varietas yang lain. Penelitian
Purwanti (2004) menyatakan bahwa perombakan cadangan makanan berupa
karbohidrat, protein, dan lemak akibat respirasi akan menghasilkan bahan
metabolit yang sebagian besar dapat menghambat metabolisme lain. Tingginya
laju respirasi varietas Mallika pada periode ini diduga karena tingginya kadar air
pada varietas tersebut. Kadar air varietas Mallika pada periode ini sebesar
12.91%, lebih tinggi dibandingkan varietas Dering–1 dan Gepak Kuning. Asni
(2012) menyatakan bahwa benih dengan kadar air yang tinggi akan melakukan
respirasi secara aktif.
Hasil analisis data sidik ragam antara vigor awal dan varietas pada periode
simpan 4 bulan menunjukkan pengaruh nyata pada peubah kadar air seperti yang
terlihat pada Tabel 11 di bawah ini.
Tabel 11 Pengaruh interaksi vigor awal dan varietas kedelai terhadap peubah
kadar air benih pada periode simpan 4 bulan
Periode
Simpan

4 bulan

Varietas
Dering–1
Gepak Kuning
Detam–2
Mallika

65-75
14.45bc
12.34de
17.26a
15.63ab

Vigor Awal (%)1
76-85
12.10de
11.33ef
15.06bc
13.35cd

86-95
7.40h
8.72gh
8.88gh
9.75fg

1Angka

pada kolom atau baris yang sama, diikuti oleh huruf yang tidak sama menunjukkan adanya pengaruh
nyata pada taraf uji 5% (uji selang berganda Duncan)

Kadar air benih kedelai varietas Gepak Kuning pada vigor awal 65%–75%
dan 76%–85% merupakan yang terendah dibandingkan dengan varietas lainnya
pada periode simpan 4 bulan. Hasil pengamatan menunjukkan bahwa pada vigor
awal 76%–85% varietas Gepak Kuning masih dapat disimpan hingga 4 bulan
karena kadar airnya yang masih dalam rentang aman penyimpanan benih yakni
80%) yaitu benih varietas Dering–1,
Gepak Kuning, dan Detam–2, sementara untuk vigor awal 76%–85%, benih
varietas Gepak Kuning masih dapat dikategorikan baik karena memiliki daya
berkecambah sebesar 80.00%. Pada tabel di atas benih varietas Mallika yang
diduga telah mengalami kemunduran yang signifikan dibandingkan dengan
kondisi awal pada rentang vigor 65%–75% karena hanya memiliki daya
berkecambah sebesar 5.33%.
Hasil pengamatan pada periode simpan 4 bulan memperlihatkan interaksi
antara vigor awal dan varietas benih berpengaruh nyata terhadap peubah indeks
vigor (Tabel 13).
Tabel 13 Pengaruh interaksi vigor awal dan kedelai terhadap peubah indeks vigor
benih pada periode simpan 4 bulan
Periode
Simpan

4 bulan

Varietas
Dering–1
Gepak Kuning
Detam–2
Mallika

65-75
5.33fg
25.33de
2.00fg
0.67g

Vigor Awal (%)1
76-85
30.00d
48.00c
10.00fg
6.00fg

86-95
69.33a
63.33ab
58.00b
20.67e

1Angka

pada kolom atau baris yang sama, diikuti oleh huruf yang tidak sama menunjukkan adanya pengaruh
nyata pada taraf uji 5% (uji selang berganda Duncan)

Benih varietas Mallika (0.67%) dan Detam–2 (6.00%) pada rentang vigor
awal 65%–75% memiliki indeksi vigor yang paling rendah dibandingkan dengan
varietas Dering–1 dan Gepak Kuning. Jika dilihat secara keseluruhan pada semua
rentang vigor awal, benih varietas Mallika merupakan benih yang paling rendah
indeks vigornya. Berbedanya hasil pengukuran indeks vigor benih varietas

16
Mallika dibandingkan dengan varietas lainnya diduga karena kondisi benih yang
telah rusak.
Interaksi antara vigor awal dan varietas benih pada periode simpan 4 bulan
berpengaruh nyata terhadap peubah daya hantar listrik seperti yang terlihat di
tabel di bawah ini (Tabel 14).
Tabel 14 Pengaruh interaksi vigor awal dan varietas kedelai terhadap peubah
daya hantar listrik benih pada periode simpan 4 bulan
Periode
Simpan

4 bulan

Varietas
Dering–1
Gepak Kuning
Detam–2
Mallika

65-75
59.26fg
83.86b
56.94fg
97.35a

Vigor Awal (%)1
76-85
64.46ef
78.30bc
70.90cde
81.97b

86-95
54.76g
70.13de
53.16g
72.90cd

1Angka

pada kolom atau baris yang sama, diikuti oleh huruf yang tidak sama menunjukkan adanya pengaruh
nyata pada taraf uji 5% (uji selang berganda Duncan)

Benih varietas Mallika dengan vigor awal 65%–75% mengalami kebocoran
membran tertinggi dibandingkan dengan varietas lainnya. Tingginya nilai daya
hantar listrik (96.35 μmhos (cm∙g)-1) membuktikan bahwa benih varietas Mallika
telah mengalami kebocoran membran yang menyebabkan viabilitas benih tersebut
menurun. Hal ini dibuktikan dengan nilai daya berkecambah varietas Mallika
yang hanya sebesar 5.33% (Tabel 13) dan nilai indeks vigor sebesar 0.65% (Tabel
13). Penelitian Purwanti (2004) juga menyatakan bahwa peningkatan kebocoran
membran akan menyebabkan penurunan vigor yang cepat.
Hasil analisis data nilai tengah pada periode simpan 6 bulan (Tabel 15)
menunjukkan bahwa benih dengan tingkat vigor awal tinggi masih dapat
mempertahankan viabilitasnya dengan daya berkecambah sebesar 83.83% dan
indeks vigor sebesar 55.50% dengan kadar air 9.31%. Nilai DHL yang dihasilkan
oleh kelompok tingkat vigor awal tinggi hanya sebesar 74.67 μmhos (cm∙g)-1
nyata lebih rendah dibanding