Viabilitas Benih Kedelai (Glycine max (L.) Merr) Dengan Varietas Dan Kemasan Yang Berbeda Pada Beberapa Ruang Penyimpanan

VIABILITAS BENIH KEDELAI (Glycine max (L.) Merr) DENGAN VARIETAS DAN KEMASAN YANG BERBEDA
PADA BEBERAPA RUANG PENYIMPANAN
TESIS
Oleh
JULIA ERNAWATI HUTAHAEAN 067001005/AGR
SEKOLAH PASCASARJANA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN 2008
Julia Ernawati Hutahaean : Viabilitas Benih Kedelai (Glycine max (L.) Merr) Dengan Varietas Dan Kemasan Yang Berbeda Pada Beberapa Ruang Penyimpanan, 2008 USU Repository © 2008

VIABILITAS BENIH KEDELAI (Glycine max (L.) Merr) DENGAN VARIETAS DAN KEMASAN YANG BERBEDA
PADA BEBERAPA RUANG PENYIMPANAN
TESIS
Untuk Memperoleh Gelar Magister Pertanian dalam Program Studi Agronomi Pada Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara
Oleh
JULIA ERNAWATI HUTAHAEAN 067001005/AGR .
SEKOLAH PASCASARJANA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN 2008
Julia Ernawati Hutahaean : Viabilitas Benih Kedelai (Glycine max (L.) Merr) Dengan Varietas Dan Kemasan Yang Berbeda Pada Beberapa Ruang Penyimpanan, 2008 USU Repository © 2008

Judul Tesis


: VIABILITAS BENIH KEDELAI (Glycine max (L.) Merr) DENGAN VARIETAS DAN KEMASAN YANG BERBEDA PADA BEBERAPA RUANG PENYIMPANAN

Nama Mahasiswa Nomor Pokok Program Studi

: Julia Ernawati Hutahaean : 067001005 : Agronomi

Menyetujui: Komisi Pembimbing

(Dr. Ir. Sumarmadji, MS) Ketua

(Prof. Dr. Ir. B. Sengli. J. Damanik, MSc) Anggota

Ketua Program Studi

Direktur

(Prof. Dr. Ir. B. Sengli J. Damanik, MSc) (Prof. Dr. Ir. T. Chairun Nisa B, MSc)

Tanggal Lulus : 11 Oktober 2008
Julia Ernawati Hutahaean : Viabilitas Benih Kedelai (Glycine max (L.) Merr) Dengan Varietas Dan Kemasan Yang Berbeda Pada Beberapa Ruang Penyimpanan, 2008 USU Repository © 2008


Telah diuji Pada Tanggal, 11 Oktober 2008
PANITIA PENGUJI TESIS Ketua : Dr. Ir. Sumarmadji, MS Anggota : 1. Prof. Dr. Ir. B. Sengli. J. Damanik, MSc
2. Dr. Ir. Elisa Julianti, MS 3. Dr. Ir. Rosmayati, MS 4. Dr. Ir. Hamida Hanum, MS
Julia Ernawati Hutahaean : Viabilitas Benih Kedelai (Glycine max (L.) Merr) Dengan Varietas Dan Kemasan Yang Berbeda Pada Beberapa Ruang Penyimpanan, 2008 USU Repository © 2008

ABSTRAK Julia Ernawati Hutahaean. Viabilitas benih kedelai (Glycine max (L.) Merr dengan varietas dan kemasan yang berbeda pada beberapa ruang penyimpanan. Dibimbing oleh Bapak Dr. Ir. Sumarmadji, MS sebagai ketua komisi, Bapak Prof. Dr. Ir. B. Sengli J. Damanik, MSc sebagai anggota. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui aspek fisiologi benih kedelai berupa dinamika viabilitas benih dan menemukan cara simpan yang efektif dan sederhana untuk mempertahankan mutu benih kedelai tetap tinggi dalam penyimpanan. Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Balai Pengawasan dan Sertifikasi Benih IV Dinas Pertanian Propinsi Sumatera Utara. Penelitian ini berlangsung sekitar 4 bulan yang dimulai bulan Maret 2008 s/d Juni 2008. Rancangan yang digunakan dalam penelitian ini adalah Rancangan Acak Lengkap (RAL) menggunakan 2 faktor dengan 3 ulangan. Faktor pertama adalah varietas (V) yaitu varietas Anjasmoro (V1) dan varietas Kaba (V2). Faktor kedua adalah kemasan (K) yaitu plastik (K1), kantong terigu (K2) dan kaleng (K3). Penelitian dilaksanakan pada tiga ruang penyimpanan yang berbeda yaitu refrigerator, ruang AC dan ruang suhu kamar. Setiap tiga minggu dilakukan pengamatan terhadap kadar air, daya kecambah, kecepatan perkecambahan, laju pertumbuhan, bobot kering kecambah dan uji Tetrazolium. Hasil penelitian menunjukkan bahwa benih kedelai Anjasmoro yang disimpan dalam kemasan plastik pada ruang refrigerator, ruang AC maupun ruang suhu kamar selama empat bulan masih mampu mempertahankan daya tumbuh dengan daya kecambah > 85%. Benih kedelai varietas Kaba yang disimpan dengan kemasan plastik, kantong terigu maupun kaleng yang disimpan empat bulan pada ruang refrigerator dan ruang AC masih mempunyai daya kecambah tinggi ( > 82%). Pada suhu kamar varietas Kaba yang disimpan dengan kemasan plastik, kantong terigu dan kaleng sampai minggu kesembilan daya kecambah masih tinggi (> 85%), tetapi setelah minggu kesembilan daya kecambah terus menurun drastis sampai akhir penyimpanan menjadi 59,67%; 29,67% dan 19,67% berturut-turut pada kemasan plastik, kaleng, dan kantong terigu.
Kata kunci : kedelai, viabilitas, kemasan, ruang penyimpanan
Julia Ernawati Hutahaean : Viabilitas Benih Kedelai (Glycine max (L.) Merr) Dengan Varietas Dan Kemasan Yang Berbeda Pada Beberapa Ruang Penyimpanan, 2008 USU Repository © 2008

ABSTRACT
Julia Ernawati Hutahaean. The viability of soybean seed (Glycine max (L.) Merr) with a different variety and packing on some storing room. Supervised by Dr. Ir. Sumarmadji, MS as advisor, Prof. Dr. Ir. B. Sengli J. Damanik, MSc as co-advisor.
The objective of this study was aimed to know the physiological aspect of soybean seed in a viability seed dynamics and to seek the way of store effectively and simply in maintaining the high quality of soybean seed in storing. The research conducted completely on Laboratorium Balai Pengawasan dan Sertifikasi Benih IV Dinas Pertanian Propinsi Sumatera Utara. The research took place 4 months commenced of March 2008 up to June 2008. The design adopted to this study is a Randomized Completely Design apllied 2 factors with 3 replications. The first factor is the variety (V) namely an Anjasmoro variety (V1) and Kaba variety (V2). Secondly factor is on packing (K) namely with plastic(K1), the flavor bag (K2) and can (K3). The study was conducted in 3 rooms of storing differently namely refrigerator, AC room and room with own temperature. Each three weeks was conducted a monitoring on the moisture content, germination value, the fast of germination, the growth rate, the dried weight germination and the test of Tetrazolium. The result of study showed that the Anjasmoro variety soybean seed as stored in a plastic packing on a refrigerator room, AC room or other room with own temperature for four months still have a maintained viability as high as germination value of 85%. It is noted that Kaba variety soybean seed as stored with plastic packing, flavor bag or with can as stored for four months on refrigerator and AC room were still in high germination value (85%), but after the ninth week the germination value going decreasing drastic until the end of storing noted become 59,67%; 29,67% and another 19,67% in plastic packing, cans, and flavor bag respectively.
Keyword : soybean, viability, package, storage room
Julia Ernawati Hutahaean : Viabilitas Benih Kedelai (Glycine max (L.) Merr) Dengan Varietas Dan Kemasan Yang Berbeda Pada Beberapa Ruang Penyimpanan, 2008 USU Repository © 2008

KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, atas berkat dan rahmatNya, sehingga penulis dapat menyelesaikan Penelitian ini yang berjudul “Viabilitas Benih Kedelai (Glycine max (L.) Merr) dengan Varietas dan Kemasan yang Berbeda pada Beberapa Ruang Penyimpanan”.
Penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada Bapak Dr. Ir. Sumarmadji, MS selaku Pembimbing Utama, dan kepada Bapak Prof. Dr. Ir. B. Sengli J. Damanik, MSc selaku Anggota Pembimbing, yang telah memberikan bimbingan dan petunjuk, sehingga penulis dapat menyelesaikan kegiatan Penelitian dan penulisan Tesis ini.
Penulis menyadari bahwa dalam penulisan Tesis ini masih banyak kekurangannya, jauh dari sempurna. Untuk itu Penulis mengharapkan kritikan maupun saran yang bersifat membangun dari semua pihak demi kesempurnaan Tesis ini. Atas bantuan semua pihak, Penulis mengucapkan terima kasih yang tak terhingga.

Medan, September 2008
Penulis
Julia Ernawati Hutahaean : Viabilitas Benih Kedelai (Glycine max (L.) Merr) Dengan Varietas Dan Kemasan Yang Berbeda Pada Beberapa Ruang Penyimpanan, 2008 USU Repository © 2008

UCAPAN TERIMAKASIH
Puji dan syukur yang tidak terhingga penulis ucapkan kepada Tuhan Allah Bapa karena berkat dan rahmatNya sehingga penulis dapat menyelesaikan tesis ini dengan baik.
Penulis menyadari sepenuhmya dari mulai perencanaan penelitian, pelaksanaan penelitian hingga penulisan tesis ini, penulis banyak menerima bantuan dari banyak pihak, baik berupa doa, dorongan semangat, perhatian, bimbingan, tenaga, fasilitas, materi, dana dan sebagainya. Dalam tulisan ini penulis mencoba semampunya untuk menuangkan ucapan terimakasih kepada semua pihak yang telah membantu penyelesaian tesis ini.
Pada kesempatan ini dengan segala ketulusan hati, penulis ucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada: 1. Bapak Dr. Ir. Sumarmadji, MS selaku Ketua Komisi Pembimbing atas segala
bimbingan, petunjuk dan saran yang diberikan sejak awal hingga akhir penelitian dan penulisan tesis. 2. Bapak Prof. Dr. Ir. B. Sengli J. Damanik selaku Anggota Komisi Pembimbing sekaligus Ketua Program Studi Agronomi PPs USU, atas segala bimbingan, petunjuk dan saran yang diberikan sejak awal hingga akhir penelitian dan penulisan tesis. 3. Rektor Universitas Sumatera Utara dan Direktur Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara yang telah memberikan kesempatan dan fasilitas kepada penulis untuk mengikuti Pendidikan Program Magister pada Program Pascasarjana USU. Juga kepada seluruh staf dan pegawai PPs USU yang telah memberikan bantuan kepada penulis. 4. Bapak Kepala Balai Pengawasan dan Sertifikasi Benih IV, Kepala Dinas Pertanian Propinsi Sumatera Utara, yang memberikan ijin kepada penulis sehingga penulis dapat mengikuti sekolah pada Sekolah Pascasarjana USU.
Julia Ernawati Hutahaean : Viabilitas Benih Kedelai (Glycine max (L.) Merr) Dengan Varietas Dan Kemasan Yang Berbeda Pada Beberapa Ruang Penyimpanan, 2008 USU Repository © 2008

5. Thanks buat Bang Sabar Sinaga dan Kak Donna Sinambela selaku kepala Laboratorium BPSB yang memberikan dorongan moril dan motifasi maupun fasilitas laboratorium selama penulis melaksanakan penelitian dan sampai selesainya tesis ini.
6. Spesial thanks berat buat temanku Lince Romauli yang telah banyak berkorban waktu dan tenaga maupun materi selama penulis menyelesaikan studi sampai pembuatan tesis ini .
7. Rekan-rekan analis Laboratorium Balai Pengawasan dan Sertifikasi Benih IV (Kak Roulina, Kak Lusperia, Kak Herdeliana, Kak Bonur, Kak Liner, Kak Purnama dan Eka Ruliyani) yang telah memberikan motifasi dan doa kepada penulis selama mengikuti sekolah di Sekolah Pascasarjana USU hingga penyelesaian tesis ini.
8. Serta Penghargaan dan doa yang tulus penulis ucapkan kepada ayahanda K. Hutahaean (Alm) dan ibunda Cl Panjaitan tercinta yang telah membesarkan penulis dan memberikan motifasi untuk melanjutukan S2 dan doa yang senantiasa dipanjatkan kepada Tuhan demi keberhasilan penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan program magister ini dan semua abang, kakak dan adik-adikku tercinta ( Kel. Bosman Hutahaean, Kel. Lisbeth Hutahaean, Kel. Ivan Hutahaean dan Kel. Ucok Hutahaean), terimakasih atas semua dukungan, doa dan perhatiannya.
9. Suami yang terkasih Binsar Siahaan, SE serta putri tercinta Nadine Angelica, penulis menyampaikan penghargaan dan rasa terimakasih yang tulus atas segala doa, pengorbanan dan pengertiannya selama penulis mengikuti sekolah di Sekolah Pascasarjana USU hingga penyelesaian tesis ini.
10. Rekan-rekan seakademis, khususnya rekan satu angkatan (Donna, Iwan, Fitri, Erly, Nasir dan Ira) yang telah memberikan bantuan dan dukungan moril kepada penulis dalam menyelesaikan tesis ini.
Julia Ernawati Hutahaean : Viabilitas Benih Kedelai (Glycine max (L.) Merr) Dengan Varietas Dan Kemasan Yang Berbeda Pada Beberapa Ruang Penyimpanan, 2008 USU Repository © 2008

Akhirnya kepada semua yang terlibat dan membantu yang tak dapat disebutkan satu persatu, penulis mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya sehingga apa yang didapat penulis dalam studi ini dapat bermanfaat untuk orang lain.

Medan, September 2008 Penulis
Julia Ernawati Hutahaean : Viabilitas Benih Kedelai (Glycine max (L.) Merr) Dengan Varietas Dan Kemasan Yang Berbeda Pada Beberapa Ruang Penyimpanan, 2008 USU Repository © 2008

RIWAYAT HIDUP Penulis dilahirkan pada tanggal, 26 Juli 1967 di Medan, Provinsi Sumatera Utara. Sebagai anak ketiga dari lima bersaudara, dari ayah K. Hutahaean dan Ibu Cl. Panjaitan. Pada tahun 1981, 1984, 1987, penulis berturut-turut lulus dari SD Methodist Hangtuah – Medan, SMP Methodist Hangtuah – Medan dan SMA Negeri 1 Medan. Pada tahun 1987 kuliah di Universitas Jambi dan meraih gelar sarjana pertanian jurusan Agronomi pada tahun 1993. Pada tahun 1993 penulis diterima bekerja di Balai Pengawasan dan Sertifikasi Benih IV Propinsi Sumatera Utara. Pada tahun 2006, penulis memperoleh kesempatan mengikuti program Magister di Sekolah Pascasarjana USU pada program studi Agronomi.
Julia Ernawati Hutahaean : Viabilitas Benih Kedelai (Glycine max (L.) Merr) Dengan Varietas Dan Kemasan Yang Berbeda Pada Beberapa Ruang Penyimpanan, 2008 USU Repository © 2008

DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRAK …………………………………………………………………

i

ABSTRACT ……………………………………………………………….

ii

KATA PENGANTAR ……………………………………………………..


iii

UCAPAN TERIMA KASIH ………………………………………………

iv

RIWAYAT HIDUP ………………………………………………………..

vii

DAFTAR ISI ………………………………………………………………

viii

DAFTAR TABEL …………………………………………………………

x

DAFTAR GAMBAR ……………………………………………………...


xi

DAFTAR LAMPIRAN ……………………………………………………

xii

PENDAHULUAN ………………………………………………………… Latar Belakang ……………………………………………………… Perumusan Masalah ………………………………………………… Tujuan Penelitian …………………………………………………… Hipotesis Penelitian …………………………………………………. Manfaat Penelitian …………………………………………………..

1 1 3 4 4 4

TINJAUAN PUSTAKA ………………………………………………….. Tinjauan Umum Kedelai ……………………………………………. Viabilitas Benih ……………….…………………………………….. Penyimpanan Benih ………………………………………………… Varietas Kedelai …………………………………………………….. Suhu dan Kelembaban ……………….……………….…………….. Kemasan Simpan ……………………………………………………. Uji Tetrazolium ……………………………………………………...

5 5 6 7 9 10 12 13

BAHAN DAN METODE ………………………………………………… Tempat dan Waktu …………………………..……………………… Bahan dan Alat Penelitian …………………..………………………. Metode Penelitian ……………………………………………………

15 15 15 15

Pelaksanaan Penelitian …………………………………………................ 17 Peubah yang Diamati …………………………………………………….. 19


HASIL DAN PEMBAHASAN ………………………………………………… Hasil ……………………………………………………………………… Pembahasan …………………………………………………….................

23 23 48

KESIMPULAN DAN SARAN ………………………………………………… Kesimpulan ………………………………………………………………. Saran ………………………………………………………………………

55 55 56

DAFTAR PUSTAKA ………………………………………………………….. 57

Julia Ernawati Hutahaean : Viabilitas Benih Kedelai (Glycine max (L.) Merr) Dengan Varietas Dan Kemasan Yang Berbeda Pada Beberapa Ruang Penyimpanan, 2008 USU Repository © 2008

Nomor

DAFTAR TABEL Judul

Halaman

1. Kadar air benih kedelai (%) dengan lama penyimpanan 0 - 15 minggu pada ruang penyimpanan yang berbeda …..………..……...
2. Daya kecambah benih kedelai (%) dengan lama penyimpanan 0 15 minggu pada ruang refrigerator …………… …..………..……...

3. Daya kecambah benih kedelai (%) dengan lama penyimpanan 0 15 minggu pada ruang AC dan ruang suhu kamar …..………..…...
4. Kecepatan perkecambahan benih kedelai (% etmal -1) dengan lama penyimpanan 0 - 15 minggu pada ruang refrigerator …………. ….
5. Kecepatan perkecambahan benih kedelai (%etmal -1) dengan lama penyimpanan 0 - 15 minggu pada ruang AC dan suhu kamar ……...
6. Laju pertumbuhan g/kecambah) dengan lama penyimpanan 0 - 15 minggu pada ruang penyimpanan yang berbeda …..………..……...
7. Bobot kering kecambah (g) benih kedelai dengan lama penyimpanan 0 - 15 minggu pada ruang refrigerator dan AC…. ….
8. Bobot kering kecambah (g) benih kedelai dengan lama penyimpanan 0 - 15 minggu pada ruang suhu kamar ……….…..….
9. Uji Tetrazolium benih kedelai dengan lama penyimpanan 0 - 15 minggu pada ruang refrigerator dan ruang AC……………………
10. Uji Tetrazolium benih kedelai dengan lama penyimpanan 0 - 15 minggu pada ruang suhu kamar …………….………………………

23 28 29 32 33 36 39 41 44 45

Julia Ernawati Hutahaean : Viabilitas Benih Kedelai (Glycine max (L.) Merr) Dengan Varietas Dan Kemasan Yang Berbeda Pada Beberapa Ruang Penyimpanan, 2008 USU Repository © 2008

DAFTAR GAMBAR

Nomor

Judul

Halaman


1. Reaksi kimia perubahan larutan tetrazolium menjadi formazan ….

14

2. Grafik kadar air benih dengan lama penyimpanan 0 – 15 minggu pada refrigerator (a), ruang AC (b) dan ruang suhu kamar (c) …...

26

3. Grafik daya kecambah benih dengan lama penyimpanan 0 – 15 minggu pada refrigerator (a), ruang AC (b) dan ruang suhu kamar (c) …................................................................................................

30

4. Grafik kecepatan perkecambahan benih dengan lama penyimpanan 0 – 15 minggu pada refrigerator (a), ruang AC (b) dan ruang suhu kamar (c) ………………………………………...

35

5. Grafik laju pertumbuhan benih dengan lama penyimpanan 0 – 15 minggu pada refrigerator (a), ruang AC (b) dan ruang suhu kamar (c) ………………………………………………………………....

38


6. Grafik bobot kering kecambah benih dengan lama penyimpanan 0 – 15 minggu pada refrigerator (a), ruang AC (b) dan ruang suhu kamar (c) ……………………………………………………….....

42

7. Grafik Uji Tetrazolium benih dengan lama penyimpanan 0 – 15 minggu pada refrigerator (a), ruang AC (b) dan ruang suhu kamar (c) ………………………………………………………………....

46

8. Uji Tetrazolium benih varietas kaba dengan kemasan kantong terigu di ruang suhu kamar dengan lama penyimpanan 15 minggu …………………………………………………………....

47

Julia Ernawati Hutahaean : Viabilitas Benih Kedelai (Glycine max (L.) Merr) Dengan Varietas Dan Kemasan Yang Berbeda Pada Beberapa Ruang Penyimpanan, 2008 USU Repository © 2008

DAFTAR LAMPIRAN

Nomo Judul r

Halaman


1. Deskripsi kedelai varietas Anjasmoro ……………………. …...

61

2. Deskripsi kedelai varietas Kaba ………………………………..

62

3. Jadwal Kegiatan Penelitian dari bulan Kanuari s/d Agustus 2008 ……………………………..……………………………..

63

4. Data Suhu dan Kelembaban di ruang Refrigerator …………….

64

5 Data Suhu dan Kelembaban di ruang AC ………. …………….

66

6. Data Suhu dan Kelembaban di ruang bersuhu kamar ………….

68

7. Rataan kadar air benih kedelai 0, 3, 6, 9, 12, dan 15 minggu setelah penyimpanan . ………………….………………………

70

8. Rataan daya kecambah benih kedelai 0, 3, 6, 9, 12, dan 15 minggu setelah penyimpanan . ………………..…………..……

70

9. Rataan kecepatan perkecambahan benih kedelai 0, 3, 6, 9, 12, dan 15 minggu setelah penyimpanan . …………………………

71

10. Rataan laju pertumbuhan benih kedelai 0, 3, 6, 9, 12, dan 15 minggu setelah penyimpanan . …………………………………

71

11. Rataan bobot kering kecambah benih kedelai 0, 3, 6, 9, 12, dan 15 minggu setelah penyimpanan . …………………………..…

72

12. Rataan Uji Tetrazolium benih kedelai 0, 3, 6, 9, 12, dan 15 minggu setelah penyimpanan . …………………….…..………

72

13. Daftar sidik ragam kadar air benh kedelai (transformasi arcsin √%) 0 – 15 minggu di ruang Refrigerator …..………………….

73

14. Daftar sidik ragam kadar air benh kedelai (transformasi arcsin √%) 0 – 15 minggu di ruang AC ………. …..………………….

73

15. Daftar sidik ragam kadar air benh kedelai (transformasi arcsin √%) 0 – 15 minggu di ruang suhu kamar …..………………….

73

16. Daftar sidik ragam daya kecambah benh kedelai (transformasi arcsin √%) 0 – 15 minggu di ruang Refrigerator …..…………….

74

17. Daftar sidik ragam daya kecambah benh kedelai (transformasi arcsin √%) 0 – 15 minggu di ruang AC ………. ….…………….

74

18. Daftar sidik ragam daya kecambah benh kedelai (transformasi arcsin √%) 0 – 15 minggu di ruang suhu kamar …….………….

74

19. Daftar sidik ragam kecepatan perkecambahan benh kedelai

75

Julia Ernawati Hutahaean : Viabilitas Benih Kedelai (Glycine max (L.) Merr) Dengan Varietas Dan Kemasan Yang Berbeda Pada Beberapa Ruang Penyimpanan, 2008 USU Repository © 2008

(transformasi arcsin √%) 0 – 15 minggu di ruang Refrigerator …..
20. Daftar sidik ragam kecepatan perkecambahan benh kedelai (transformasi arcsin √%) 0 – 15 minggu di ruang AC ………. …...
21. Daftar sidik ragam kecepatan perkecambahan benh kedelai (transformasi arcsin √%) 0 – 15 minggu di ruang suhu kamar …...
22. Daftar sidik ragam laju pertumbuhan lama penyimpanan 0 – 15 minggu di ruang Refrigerator ……………………………………...
23. Daftar sidik ragam laju pertumbuhan lama penyimpanan 0 – 15 minggu di ruang AC ………. ….......................................................
24. Daftar sidik ragam laju pertumbuhan lama penyimpanan 0 – 15 minggu di ruang suhu kamar ….......................................................
25. Daftar sidik ragam bobot kering kecambah lama penyimpanan 0 – 15 minggu di ruang Refrigerator …………..……………………...
26. Daftar sidik ragam bobot kering kecambah lama penyimpanan 0 – 15 minggu di ruang AC ………. …..................................................
27. Daftar sidik ragam bobot kering kecambah lama penyimpanan 0 – 15 minggu di ruang suhu kamar …..................................................
28. Daftar sidik ragam Uji Tetrazolium lama penyimpanan 0 – 15 minggu di ruang Refrigerator …………..……………………...
29. Daftar sidik ragam Uji Tetrazolium lama penyimpanan 0 – 15 minggu di ruang AC ………. ….......................................................
30. Daftar sidik ragam Uji Tetrazolium lama penyimpanan 0 – 15 minggu di ruang suhu kamar ….......................................................
31. Daftar Uji T terhadap kadar air penyimpanan 0 - 15 minggu antara ruang simpan yang berbeda ………………………………...
32. Rataan kadar air Uji T penyimpanan 0 - 15 minggu antara ruang simpan yang berbeda ……………………………………………....
33. Daftar Uji T terhadap daya kecambah penyimpanan 0 - 15 minggu antara ruang simpan yang berbeda ………………………..
34. Rataan daya kecambah Uji T penyimpanan 0 - 15 minggu antara ruang simpan yang berbeda ………………………..……………...
35. Daftar Uji T terhadap kecepatan perkecambahan penyimpanan 0 15 minggu antara ruang simpan yang berbeda …………………....
36. Rataan kecepatan perkecambahan Uji T penyimpanan 0 - 15 minggu antara ruang simpan yang berbeda ……………………….
37. Daftar Uji T terhadap laju pertumbuhan penyimpanan 0 - 15 minggu antara ruang simpan yang berbeda …………………….....
38. Rataan laju pertumbuhan Uji T penyimpanan 0 - 15 minggu antara ruang simpan yang berbeda ………………………………...

75 75 76 76 76 77 77 77 78 78 78 79 79 79 79 80 80 80 80

Julia Ernawati Hutahaean : Viabilitas Benih Kedelai (Glycine max (L.) Merr) Dengan Varietas Dan Kemasan Yang Berbeda Pada Beberapa Ruang Penyimpanan, 2008 USU Repository © 2008

39. Daftar Uji T terhadap bobot kering penyimpanan 0 - 15 minggu antara ruang simpan yang berbeda ………………………………...
40. Rataan bobot kering Uji T penyimpanan 0 - 15 minggu antara ruang simpan yang berbeda ……………..………………………...
41. Daftar Uji T terhadap Uji Tetrazolium penyimpanan 0 - 15 minggu antara ruang simpan yang berbeda ………………………..
42. Rataan Uji Tetrazolium Uji T penyimpanan 0 - 15 minggu antara ruang simpan yang berbeda ………………..……………………...

81 81 81 81

Julia Ernawati Hutahaean : Viabilitas Benih Kedelai (Glycine max (L.) Merr) Dengan Varietas Dan Kemasan Yang Berbeda Pada Beberapa Ruang Penyimpanan, 2008 USU Repository © 2008

PENDAHULUAN
Latar Belakang Kedelai (Glycine max (L.) Merr) merupakan salah satu komoditas tanaman
pangan yang penting di Indonesia. Kacang kedelai bagi industri pengolahan pangan di Indonesia banyak digunakan sebagai bahan baku pembuatan tahu, tempe dan kecap. Kebutuhan akan kedelai meningkat setiap tahunnya, sejalan dengan meningkatnya pertumbuhan penduduk dan berkembangnya pabrik pakan ternak. Komsumsi per kapita kedelai saat ini sekitar 8 kg/kapita/tahun. Diperkirakan setiap tahunnya kebutuhan akan biji kedelai adalah sekitar 1,8 juta ton dan bungkil kedelai sekitar 1,1 juta ton (Departemen Pertanian, 2006).
Indonesia mengimpor kedelai kuning 6,8%/tahun, kedelai hitam 15,5%/tahun dan bungkil kedelai 25,1%/tahun, untuk pemenuhan kebutuhan konsumsi dan industri pengolahan bahan makanan dalam negeri (industri tahu/tempe), juga industri pakan ternak yang memanfaatkan bungkil kedelai sebagai bahan baku (Lembaga Penelitian Universitas Nusa Cendana Kupang, 2006).
Untuk memenuhi konsumsi dalam negeri, produksi perlu ditingkatkan antara lain dengan menggunakan benih bermutu. Mutu benih yang mencakup mutu fisik, fisiologis dan genetik dipengaruhi oleh proses penanganannya dari produksi sampai akhir periode simpan (Tatipata, Prapto, Aziz dan Woerjono, 2004).
Menurut Kartono (2004), yang menentukan keberhasilan pengembangan tanaman kedelai adalah tersedianya benih bermutu dengan daya kecambah >80%. Untuk menghasilkan benih bermutu dan berdaya kecambah tinggi diperlukan penanganan panen dan pascapanen yang tepat, antara lain penyimpanan. Faktor yang mempengaruhi daya kecambah benih kedelai selama penyimpanan adalah: (1) mutu dan daya kecambah benih sebelum disimpan, (2) kadar air benih, (3) kelembaban ruang penyimpanan, (4) suhu tempat penyimpanan, (5) hama dan penyakit di tempat penyimpanan, dan (6) lama penyimpanan.
Julia Ernawati Hutahaean : Viabilitas Benih Kedelai (Glycine max (L.) Merr) Dengan Varietas Dan Kemasan Yang Berbeda Pada Beberapa Ruang Penyimpanan, 2008 USU Repository © 2008

Penyimpanan merupakan fase kritis yang berpengaruh terhadap mutu benih. Penyimpanan benih yang kurang baik akan menyebabkan benih mengalami kemunduran fisiologis. Untuk itu perlu kondisi simpan yang dapat menahan kemunduran fisiologis benih tersebut.
Laju kemunduran mutu benih dapat ditekan dengan mengendalikan faktor yang berpengaruh selama penyimpanan seperti suhu dan kelembaban, meskipun kemunduran benih secara kronologis tetap berlangsung. Kemunduran bisa dideteksi melalui perubahan fisiologis dan biokimia, antara lain perubahan warna, terlambatnya perkecambahan, menurunnya toleransi terhadap keadaan lingkungan sub-optimal dan kondisi beragam, berkurangnya laju perkecambahan, perubahan respirasi, aktivitas enzim, perubahan membran dan laju sintesis protein (Copeland dan McDonald, 2001).
Menurut Tatipata et al. (2004) benih kedelai cepat mengalami kemunduran dalam penyimpanan, disebabkan oleh kandungan lemak dan proteinnya yang relatif tinggi sehingga perlu ditangani secara serius sebelum disimpan. Kadar air benih akan meningkat jika suhu dan kelembaban ruang simpan cukup tinggi. Untuk mencegah peningkatan kadar air selama penyimpanan benih, diperlukan kemasan yang kedap udara dan uap air.
Perumusan Masalah Salah satu faktor pembatas produksi kedelai di daerah tropis adalah cepatnya
kemunduran benih selama penyimpanan sehingga mengurangi ketersediaan benih yang berkualitas tinggi. Kemunduran benih kedelai selama penyimpanan lebih cepat berlangsung dibandingkan dengan benih tanaman lain dengan kehilangan viabilitas benih yang cepat yang menyebabkan penurunan perkecambahan benih. Benih yang mempunyai vigor rendah menyebabkan pemunculan bibit di lapangan rendah, terutama dalam kondisi tanah yang kurang ideal. Dengan demikian benih kedelai yang akan ditanam harus disimpan dalam lingkungan yang menguntungkan, agar kualitas benih tetap tinggi sampai akhir penyimpanan.
Julia Ernawati Hutahaean : Viabilitas Benih Kedelai (Glycine max (L.) Merr) Dengan Varietas Dan Kemasan Yang Berbeda Pada Beberapa Ruang Penyimpanan, 2008 USU Repository © 2008

Faktor-faktor yang mempengaruhi viabilitas benih selama penyimpanan dibagi menjadi faktor internal dan eksternal. Faktor internal mencakup sifat genetik, daya tumbuh dan vigor, kondisi kulit dan kadar air benih awal. Faktor eksternal antara lain kemasan benih, komposisi gas, suhu dan kelembaban ruang simpan (Copeland dan McDonald, 2001).
Masalah yang dihadapi dalam penyimpanan benih makin kompleks sejalan dengan meningkatnya kadar air benih. Penyimpanan benih yang berkadar air tinggi dapat menimbulkan risiko terserang cendawan. Benih bersifat higroskopis, sehingga benih akan mengalami kemunduran tergantung dari tingginya faktor-faktor kelembaban nisbi udara dan suhu lingkungan benih disimpan.
Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui aspek fisiologi benih kedelai berupa
dinamika viabilitas benih dan menemukan cara simpan yang efektif dan sederhana untuk mempertahankan mutu benih kedelai tetap tinggi dalam penyimpanan.
Hipotesis Penelitian 1. Ada perbedaan tanggap dari dua varietas terhadap kondisi simpan. 2. Kemasan simpan plastik dapat mempertahankan viabiltas benih kedelai
dibandingkan dengan kemasan kantong terigu dan kaleng.
Manfaat Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan untuk
mendapatkan cara penyimpanan benih kedelai yang efektif dan sederhana dengan kondisi viabilitas benih yang tetap terjaga dengan baik.
Julia Ernawati Hutahaean : Viabilitas Benih Kedelai (Glycine max (L.) Merr) Dengan Varietas Dan Kemasan Yang Berbeda Pada Beberapa Ruang Penyimpanan, 2008 USU Repository © 2008

TINJAUAN PUSTAKA Tinjauan Umum Kedelai
Kedelai (Glycine max (L.) Merr) sudah dibudidayakan sejak 1500 tahun SM dan baru ke Indonesia, terutama Jawa sekitar tahun 1750. Kedelai paling baik ditanam di ladang dan persawahan antar musim kemarau dan musim penghujan. Untuk budidaya tanaman kedelai yang paling baik adalah pada ketinggian tanah kurang dari 500 m di atas permukaan laut (Puslitbangtan, 2005).
Kedelai merupakan tanaman semak semusim. Batang tanaman kedelai bersegi, berwarna hijau keputih-putihan dan tinggi batangnya mencapai 75 cm. Bentuk daunnya bulat telur dengan kedua ujungnya membentuk sudut lancip dan bersusun tiga menyebar (kanan–kiri–depan) dalam satu untaian ranting yang menghubungkan batang pohon. Bunganya majemuk berwarna ungu/kuning keputihan. Kedelai berbuah polong yang berisi biji–biji, pendek dan pipih. Buah mudanya berwarna hijau dan tuanya berwarna kuning. Baik kulit luar buah polong maupun batang pohonnya mempunyai bulu yang kasar berwarna coklat (Iptek, 2007 dan Asia Maya, 2007).
Kedelai memiliki kontribusi besar dalam hal penyediaan pangan bergizi bagi manusia sehingga dijuluki sebagai Gold from the Soil, atau sebagai World´s Miracle mengingat kualitas asam amino dalam protein yang tinggi, seimbang dan lengkap. Setiap 100 gram kedelai kering mengandung 34,90 gram protein, 331,00 kal kalori, 18,10 gram lemak serta berbagai vitamin dan mineral lainnya (Agribusiness Information, 2001).
Kuantitas protein kedelai dari 62 varietas kedelai yang dilepas di Indonesia sekitar 42%, sedangkan di negara-negara sentra kedelai (Cina, Thailand, Jepang dan Brasilia) telah berhasil meningkatkan kandungan protein kedelai di atas 46%. Salah satu galur hasil persilangan Balitkabi memiliki kandungan protein 46%. Kuantitas protein kedelai tertinggi dibandingkan tanaman pangan lainnya, namun kualitas proteinnya memiliki kelemahan karena rendahnya kandungan asam amino sistein dan
Julia Ernawati Hutahaean : Viabilitas Benih Kedelai (Glycine max (L.) Merr) Dengan Varietas Dan Kemasan Yang Berbeda Pada Beberapa Ruang Penyimpanan, 2008 USU Repository © 2008

methionin. Kedelai juga mengandung zat besi , kalsium, vitamin A, B, B1, B2 yang tinggi dibandingkan dengan jenis kacang-kacangan lainnya (Puslitbangtan, 2005).
Viabilitas Benih Viabilitas benih adalah kemampuan benih untuk berkecambah yang dapat
diindikasikan oleh berbagai tolok ukur. Ada dua macam cara pengujian viabilitas benih (Sudjoko, 1991), yaitu :
1. Uji langsung atau uji perkecambahan. 2. Uji tidak langsung, yaitu tanpa harus mengecambahkan benih-benih
tersebut antara lain dengan uji Tetrazolium. Selanjutnya Sadjad (1994) membagi viabilitas benih kedalam viabilitas potensial (Vp) dan vigor benih (Vg). Viabilitas potensial dapat diamati berdasarkan tolok ukur daya kecambah, dan bobot kering kecambah normal, sedangkan vigor kekuatan tumbuh dapat dicerminkan oleh kecepatan tumbuh (KCT), keserempakan tumbuh (KST), spontanitas tumbuh atau berbagai uji vigor kekuatan tumbuh yang spesifik. Mutu benih berangsur-angsur menurun karena proses kemunduran benih. Proses kemunduran alami maupun kemunduran karena faktor-faktor lingkungan yang merusak disebut deteriorasi. Selanjutnya Copeland dan McDonald (2001) berpendapat, bahwa kemunduran benih merupakan proses penurunan mutu secara berangsur-angsur dan kumulatif serta tidak dapat balik (irreversible) akibat perubahan fisiologis dan biokimia yang berakibat menurunnya viabilitas benih. Perubahan fisiologi meliputi perubahan warna, terlambatnya perkecambahan, menurunnya toleransi terhadap keadaan lingkungan sub-optimal, berkurangnya toleransi terhadap kondisi simpan yang beragam, tingkat kepekaan yang tinggi terhadap perlakuan radiasi, berkurangnya laju perkecambahan, menurunnya keserempakan tumbuh, laju pertumbuhan dan perkembangan bibit rendah, hilangnya daya tumbuh, tegakan tanaman yang tidak seragam dan produksi menurun.
Julia Ernawati Hutahaean : Viabilitas Benih Kedelai (Glycine max (L.) Merr) Dengan Varietas Dan Kemasan Yang Berbeda Pada Beberapa Ruang Penyimpanan, 2008 USU Repository © 2008

Penyimpanan Benih Benih dari hampir semua tanaman pertanian paling memerlukan penyimpanan
dari saat panen sampai tanam berikutnya. Penyimpanan perlu dilakukan untuk mempertahankan mutu benih dan menekan laju kemunduran benih.
Menurut Justice dan Bass (1990), tujuan utama penyimpanan benih tanaman bernilai ekonomis ialah untuk mengawetkan cadangan bahan tanam dari satu musim ke musim berikutnya. Selama penyimpanan, karena pengaruh beberapa faktor, keadaan atau mutu benih akan mengalami kemunduran atau deteriorasi. Kartasapoetra (1986) menyatakan proses deteriorasi tidaklah dapat dicegah atau dihindarkan melainkan hanyalah mengurangi kecepatan deteriorasinya. Mengurangi kecepatan deteriorasi tersebut dilakukan dengan beberapa usaha dan perlakuan yaitu dengan cara-cara penyimpanan yang baik dan tepat.
Berdasarkan tipe benih terhadap penyimpanan maka dibedakan macam tipe benih yaitu benih ortodoks bila benih menghendaki kondisi penyimpanan kering dan dingin, benih rekalsitran bila benih menghendaki kondisi penyimpanan lembab dan dingin, sedangkan tipe benih intermediate berada antara kedua sifat ortodoks dan rekalsitran. Tujuan dari penyimpanan ialah menjaga agar benih-benih selama waktu tertentu masih tetap baik kemampuan tumbuhnya (Hasanah, 2002). .Maksud utama penyimpanan benih adalah untuk mempertahankan mutu fisiologis benih guna keperluan tanam pada musim berikutnya. Selama penyimpanan, benih akan mengalami kemunduran yang kecepatannya dipengaruhi oleh faktor genetik dan mutu awal benih (daya berkecambah, indeks kecepatan berkecambah, kadar air benih, dan suhu ruang simpan (Sukarman dan Hasanah, 2003).
Schmidt (2000) mengambarkan beberapa hal yang berhubungan dengan daya simpan yaitu : 1. Peka pengeringan. Kadar air terendah yang aman adalah 60 – 70% untuk jenis
rekalsitran ekstrim dan 12 – 14% untuk beberapa jenis intermediate. 2. Peka suhu rendah. Kerusakan terjadi pada suhu penyimpanan < 200C. 3. Metabolisme aktif, hal ini berhubungan dengan kadar air.
Julia Ernawati Hutahaean : Viabilitas Benih Kedelai (Glycine max (L.) Merr) Dengan Varietas Dan Kemasan Yang Berbeda Pada Beberapa Ruang Penyimpanan, 2008 USU Repository © 2008

4. Tanpa dormansi, proses perkecambahan segera terjadi setelah benih menyebar. Meskipun kondisi penyimpanan normal bertujuan untuk mencegah
perkecambahan, ada beberapa kasus viabilitas hilang begitu cepat sehingga penyimpanan harus dilakukan lebih ketat. Pada penyimpanan benih kedelai dengan kadar air awal 8% dapat disimpan hingga 3 tahun tanpa menurunkan perkecambahannya, sedangkan benih kedelai dengan kadar air awal >12% hanya dapat disimpan selama satu tahun pada suhu dan ruang penyimpanan