Analisis Tingkat Kesukaan Konsumen Terhadap Atribut Susu Pasteurisasi.

ANALISIS TINGKAT KESUKAAN KONSUMEN TERHADAP
ATRIBUT SUSU PASTEURISASI

GITA SEPTIANA DEWI

DEPARTEMEN STATISTIKA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2015

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Analisis Tingkat
Kesukaan Konsumen terhadap Atribut Susu Pasteurisasi adalah benar karya saya
dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun
kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari
karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan
dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut
Pertanian Bogor.

Bogor, Juni 2015
Gita Septiana Dewi
NIM G14110044

ABSTRAK
GITA SEPTIANA DEWI. Analisis Tingkat Kesukaan Konsumen terhadap Atribut
Susu Pasteurisasi. Dibimbing oleh ANIK DJURAIDAH dan PIKA SILVIANTI.
Susu dan produk olahannya merupakan salah satu bahan pangan yang
dibutuhkan oleh tubuh manusia. Kementerian Perindustrian Republik Indonesia
menyatakan bahwa konsumsi susu masyarakat Indonesia terbilang rendah
dibandingkan sejumlah negara di ASEAN. Hal ini merupakan peluang sekaligus
tantangan bagi pengusaha susu di dalam negeri untuk meningkatkan konsumsi susu
masyarakat Indonesia. Perusahaan ABCD akan mengeluarkan produk susu cair
pasteurisasi baru dan akan menganalisis tingkat kesukaan konsumen terhadap
produknya dan kompetitornya. Tingkat kesukaan terhadap produk ini dipengaruhi
beberapa atribut yaitu warna, kesegaran, aroma, kekentalan, rasa, tingkat gurih,
tingkat kemanisan, dan rasa yang tertinggal. Produk yang diteliti adalah susu
pasteurisasi jenis tawar, yaitu “2L8”, “3C6” dan “4P1”. Tujuan penelitian ini adalah
menentukan peringkat atribut-atribut yang mempengaruhi penilaian responden
terhadap suatu produk menggunakan metode Thurstone, mengetahui performa

produk secara keseluruhan menggunakan analisis biplot dan mengukur kemiripan
tingkat kesukaan antar responden menggunakan analisis procrustes. Hasil
penelitian menunjukan secara keseluruhan atribut rasa yang tertinggal merupakan
atribut yang sangat disukai oleh responden. Analisis biplot memetakan merk
sebagai objek dan atribut sebagai peubah. Produk “2L8” dinilai oleh responden
sebagai produk yang memiliki karakteristik atribut yang rata-ratanya lebih tinggi
dari produk yang lain. Analisis procrustes menunjukan bahwa konfigurasi matriks
responden anak-anak dan ibu rumah tangga memiliki kemiripan sebesar 72.25%.
Kata kunci: biplot, procrustes, produk susu pasteurisasi, thurstone

ABSTRACT
GITA SEPTIANA DEWI. Analysis of Consumer Satisfaction Level on Pasteurized
Milk Attributes. Supervised by ANIK DJURAIDAH and PIKA SILVIANTI.
Milk and other dairy products are the foodstuffs needed by the human.
Ministry of Industry of Republic Indonesia states that milk consumption in
Indonesia is lower than some countries in ASEAN. This is an opportunity and a
challenge for milk companies to increase milk consumption in Indonesia. ABCD
company will produce a new pasteurized milk and analyze the consumer
satisfaction level for the products and the competitors. The satisfaction level is
influenced by several attributes, such as color, freshness, flavor, consistency, taste,

savory level, sweetness level, and remained taste. This research studied plain
pasteurized milk named as “2L8”, “3C6” and “4P1”. The aim of this study was to
determine the rank of attributes that affect respondents' assessment using Thurstone
method, determine the overall performance of products using biplot analysis and
measuring the similarity level of preference among respondents using Procrustes
analysis. The results showed overall, remainden taste is an attribute that highly
favored by the respondents. Biplot analysis mapped brands as objects and attributes
as variables. Product "2L8" was rated by respondents as a product that has higher
average (level) than the other products. Procrustes analysis showed that respondents
matrix configuration of children and housewives have a similarity 72.25%.
Keywords: biplot, procrustes, pasteurized milk product, thurstone

ANALISIS TINGKAT KESUKAAN KONSUMEN TERHADAP
ATRIBUT SUSU PASTEURISASI

GITA SEPTIANA DEWI

Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Statistika

pada
Departemen Statistika

DEPARTEMEN STATISTIKA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2015

PRAKATA
Puji dan syukur kehadirat Allah SWT karena hanya dengan lindungan,
rahmat, dan karunia-Nya lah karya ilmiah yang berjudul Analisis Tingkat Kesukaan
Konsumen Terhadap Atribut Susu Pasteurisasi ini berhasil diselesaikan.
Terselesaikannya penyusunan karya ilmiah ini tidak lepas dari dukungan,
motivasi, saran, dan kerja sama dari berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis
mengucapkan terima kasih kepada:
1. Ibu Dr Ir Anik Djuraidah, MS selaku ketua komisi pembimbing yang telah
bersabar dalam memberikan nasihat dan selalu memberikan semangat
kepada penulis untuk dapat menghasilkan dan menyelesaikan karya ilmiah
yang baik dan dapat dipertanggungjawabkan.

2. Ibu Pika Silvianti, MSi selaku anggota komisi pembimbing atas bimbingan
dan nasehat yang membangun bagi karya ilmiah penulis.
3. Ibu Dr Ir Indahwati, MSi selaku penguji luar komisi pembimbing yang telah
memberikan banyak masukan bagi karya tulis ilmiah penulis.
4. Perusahaan riset pemasaran Pixel Research yang telah bersedia memberikan
kebutuhan data kepada penulis, terutama kepada Bapak Bambang S.L
Tobing, Bapak Dudi Darmadi dan Bapak Mufti Mubarok yang telah
bersedia membimbing dan memberikan nasehat kepada penulis.
5. Rekan-rekan Statistika angkatan 2011, terutama Muhammad Jamaludin,
Linda Karlina Sari, Fauzi, Siti Nur Aziezah Syabani, Iqbal Hanif, Andhini
Wira Pradana, Adi Nugraha, Ema Maryati, Aulia Rahma Dewi, Pradita
Chandra, Vicha Angela Arisandhi dan Jumadi yang selalu memberikan
motivasi dan masukannya dalam membantu penulis untuk menyelesaikan
karya ilmiah ini.
6. Staf Tata Usaha Departemen Statistika atas bantuannya dalam kelancaran
administrasi.
7. Bapak, ibu, serta seluruh keluarga dan kerabat, atas segala doa dan
dukungannya kepada penulis.
Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.


Bogor, Juni 2015
Gita Septiana Dewi

DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL

ix

DAFTAR GAMBAR

ix

DAFTAR LAMPIRAN

ix

PENDAHULUAN

1


Latar Belakang

1

Tujuan Penelitian

2

TINJAUAN PUSTAKA

2

Metode Thurstone

2

Analisis Biplot

4


Analisis Procrustes

4

METODOLOGI
Data
Prosedur Analisis Data
HASIL DAN PEMBAHASAN

8
8
10
11

Performa Produk “2L8”

11

Performa Produk “3C6”


14

Performa Produk “4P1”

17

Performa Keseluruhan Produk Susu Pasteurisasi

20

Kemiripan Tingkat Kesukaan antar Konsumen

22

SIMPULAN DAN SARAN

23

Simpulan


23

Saran

23

DAFTAR PUSTAKA

24

LAMPIRAN

25

RIWAYAT HIDUP

29

DAFTAR TABEL
1 Hasil analisis procrustes responden anak-anak dan ibu rumah tangga


22

DAFTAR GAMBAR
1
2
3
4

5

6

7

8

9

10
11

Ilustrasi konfigurasi matriks awal (a) dan transformasi translasi (b)
Ilustrasi transformasi rotasi
Ilustrasi transformasi dilasi
Peringkat atribut tingkat kesukaan produk susu pasteurisasi “2L8” pada
responden anak-anak secara umum, berdasarkan jenis kelamin anakanak dan kelas sosial ekonomi anak-anak
Peringkat atribut tingkat kesukaan produk susu pasteurisasi “2L8” pada
responden ibu rumah tangga secara umum dan berdasarkan kelas sosial
ekonomi rumah tangga
Peringkat atribut tingkat kesukaan produk susu pasteurisasi “3C6” pada
responden anak-anak secara umum, berdasarkan jenis kelamin anak-anak
dan kelas sosial ekonomi anak-anak
Peringkat atribut tingkat kesukaan produk susu pasteurisasi “3C6” pada
responden ibu rumah tangga secara umum dan berdasarkan kelas sosial
ekonomi ibu rumah tangga
Peringkat atribut tingkat kesukaan produk susu pasteurisasi “4P1” pada
responden anak-anak secara umum, berdasarkan jenis kelamin anak-anak
dan kelas sosial ekonomi anak-anak
Peringkat atribut tingkat kesukaan produk susu pasteurisasi “4P1” pada
responden ibu rumah tangga secara umum dan berdasarkan kelas sosial
ekonomi ibu rumah tangga
Performa keseluruhan produk susu pasteurisasi pada responden anakanak
Performa keseluruhan produk susu pasteurisasi pada responden ibu
rumah tangga

5
6
7

12

14

15

16

18

19
20
21

DAFTAR LAMPIRAN
1 Hasil pengelompokan responden berdasarkan karakteristik responden
(jenis responden, jenis kelamin anak dan kelas sosial ekonomi)
2 Kriteria kelas sosial ekonomi responden
3 Tahapan pada metode Thurstone

25
25
27

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Susu merupakan salah satu bahan pangan sumber kalsium yang dibutuhkan
oleh tubuh manusia. Berdasarkan data Kementerian Perindustrian Republik
Indonesia, konsumsi susu masyarakat Indonesia terbilang masih rendah atau
kisaran 11.09 liter per kapita per tahun dibandingkan sejumlah negara di ASEAN
sekitar 20 liter per kapita per tahun. Hal ini merupakan peluang sekaligus tantangan
bagi pengusaha susu di dalam negeri untuk meningkatkan konsumsi susu
masyarakat Indonesia.
Produk susu yang dikonsumsi oleh masyarakat saat ini tidak hanya terbatas
pada susu bubuk dan susu kental manis saja, tetapi juga terdapat susu cair yang siap
minum dengan berbagai rasa dan bentuk kemasan yang praktis. Salah satu
perusahaan yang bergerak dibidang olahan susu cair, yaitu perusahaan ABCD akan
mengeluarkan produk susu cair baru dalam kemasan untuk meningkatkan konsumsi
susu masyarakat Indonesia. Produk susu cair yang akan diproduksi adalah susu
pasteurisasi karena susu pasteurisasi merupakan salah satu produk olahan susu cair
yang banyak dikonsumsi masyarakat Indonesia (Ambarsari et al. 2013). Susu
pasteurisasi adalah susu segar, susu rekonstitusi, susu rekombinasi yang telah
mengalami proses pemanasan pada temperatur 63 °C - 66 °C selama minimum 30
menit atau pada pemanasan 72 °C selama minimum 15 detik, kemudian segera
didinginkan sampai 10 oC, selanjutnya diperlakukan secara aseptis dan disimpan
pada suhu maksimum 4.4 oC (BSN 1995).
Semakin berkembangnya perusahaan susu pasteurisasi di Indonesia,
menyebabkan semakin tingginya tingkat persaingan yang terjadi. Tingginya tingkat
persaingan menyebabkan banyaknya pilihan terkait produk susu pasteurisasi,
sehingga dapat menyebabkan penurunan tingkat loyalitas konsumen terhadap suatu
produk. Oleh karena itu, perusahaan ABCD akan menganalisis tingkat kesukaan
konsumen terhadap produknya. Analisis tingkat kesukaan konsumen terhadap suatu
produk merupakan salah satu cara yang dilakukan produsen untuk mengevaluasi
produk yang dikeluarkannya. Analisis tingkat kesukaan ini akan memberikan
penilaian terhadap beberapa atribut pada produk susu pasteurisasi, diantaranya
adalah atribut warna, kesegaran, aroma keseluruhan, aroma susu, kekentalan, rasa
susu, kegurihan dan rasa yang tertinggal. Hasil penilaian konsumen ini merupakan
hal penting untuk memperbaiki atribut mana yang harus ditingkatkan agar
konsumen menyukai produk susu pasteurisasi perusahaan ABCD. Produk yang
akan dianalisis yaitu produk susu pasteurisasi terbaru perusahaan ABCD dan
produk susu pasteurisasi yang telah dikeluarkan oleh perusahaan ABCD
sebelumnya serta produk kompetitor perusahaan ABCD.
Data yang diperoleh dari penelitian ini berupa data ordinal dalam skala likert
1-9. Metode yang dapat digunakan untuk analisis peringkat pada data ordinal adalah
metode Thurstone. Metode Thurstone digunakan untuk menentukan peringkat
atribut-atribut yang mempengaruhi penilaian responden terhadap suatu produk dan
selanjutnya untuk melihat performa produk secara keseluruhan adalah dengan
menggunakan analisis biplot serta untuk melihat kemiripan tingkat kesukaan antar
responden digunakan analisis procrustes.

2
Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah:
1. Menentukan peringkat atribut-atribut yang memengaruhi penilaian
responden terhadap produk susu pasteurisasi perusahaan ABCD.
2. Mengetahui performa produk susu pasteurisasi perusahaan ABCD secara
keseluruhan.
3. Mengukur kemiripan tingkat kesukaan antara anak-anak dan ibu rumah
tangga terhadap produk susu pasteurisasi perusahaan ABCD.

TINJAUAN PUSTAKA
Metode Thurstone
Seorang psikolog Amerika yang bernama Louise Leon Thurstone
memperkenalkan metode untuk mengolah data ordinal, khususnya mengenai
penilaian sikap, persepsi atau reaksi seseorang terhadap sebuah pernyataan atau
atribut. Metode tersebut diantaranya adalah metode Thurstone (the law of
comparative judgment), successive intervals, dan equal appearing intervals. Dalam
penggunaannya, metode Thurstone (law of comparative judgment) lebih fleksibel
dan mudah digunakan untuk mengatasi permasalahan data, sehingga metode
Thurstone inilah yang akan digunakan dalam penelitian ini. Metode Thurstone
merupakan salah satu hukum psikofisik yang dikembangkan pertama kali oleh
Louise Leon Thurstone pada tahun 1927. Prinsip dasar metode Thurstone adalah
metode perbandingan berpasangan (Pair Comparison) pada seluruh kemungkinan
pasangan atribut dan mentransformasi data dari skala ordinal menjadi interval agar
relevan dalam melakukan interpretasi (Thurstone 1994).
Terdapat beberapa istilah dalam metode Thurstone, yaitu proses diskriminal
(discriminal process), simpangan diskriminal (discriminal deviation), dispersi
diskriminal (discriminal dispersion), dan beda diskriminal (discriminal difference).
Thurstone menyatakan bahwa proses diskriminal merupakan suatu proses reaksi
atau identifikasi seseorang terhadap suatu atribut. Setiap proses diskriminal
memiliki satu nilai garis skala yang memuat semua nilai pengukuran (psychological
continuum). Namun pada kenyataannya responden seringkali memberikan
penilaian pembandingan yang berbeda terhadap pasangan atribut yang sama pada
kesempatan yang berbeda. Oleh karena itu, Thurstone menyatakan bahwa proses
diskriminal seorang responden sesuai dengan stimulus yang diberikan atau dengan
kata lain seorang responden memiliki proses diskriminal yang berbeda pada
penilaian suatu atribut. Proses diskriminal ini berfluktuasi dan akan membentuk
sebaran frekuensi pada rangkaian psikologi proses diskriminalnya. Sebaran
frekuensi ini membentuk sebuah sebaran normal dengan nilai tengah sama dengan
nilai modus dari atribut tersebut. Interpretasi nilai modus dari suatu atribut adalah
sebagai proses diskriminal yang paling sering berasosiasi dengan atribut tersebut.
Simpangan diskriminal (discriminal deviation) adalah selisih dari proses
diskriminal untuk suatu atribut. Simpangan baku dari sebaran proses diskriminal
pada skala untuk atribut tertentu disebut dispersi diskriminal (discriminal
dispersion). Beda diskriminal (discriminal difference) adalah selisih atau skala

3
perbedaan antara proses diskriminal dari dua stimulus yang terlibat dalam penilaian
yang sama (Thurstone 1994).
Persamaan The law of comparative judgment didefinisikan sebagai berikut:

dengan:
Xi , Xj
Zij

X − � X = � √� + �� − �� �

= nilai skala psikologis dari atribut i dan j
= nilai dari tabel normal baku yang berhubungan dengan proporsi
penilaian (pi>j). Ketika pi>j bernilai lebih besar dari 0.5, maka Zij
bernilai positif. Sedangkan ketika pi>j kurang dari 0.5, maka Zij
bernilai negatif
�i
= dispersi diskriminal dari atribut i
�j
= dispersi diskriminal dari atribut j
r
= korelasi antara simpangan diskriminal dari atribut i dan atribut j
pada penilaian yang sama
The law of comparative judgment dapat diuraikan dalam lima kasus yang
berbeda berdasarkan perbedaan asumsi, pendekatan penilaian oleh pengamat dan
perbedaan tingkat penyederhanaan. Kasus I diterapkan dalam bentuk lengkap
dengan asumsi tiap-tiap atribut saling berkorelasi. Pengamatan dilakukan oleh
pengamat tunggal dengan penilaian berulang pada seluruh pasangan atribut. Kasus
ini dapat diaplikasikan pada pengukuran kualitatif dan kuantitatif. Kasus II
diterapkan pada sekelompok pengamat, masing-masing memberikan satu penilaian
untuk tiap pasang atribut sebagai pengganti pengamatan berulang yang dilakukan
oleh seorang pengamat. Persamaan yang digunakan sama dengan persamaan pada
kasus I. Kasus III menggunakan asumsi pada kasus I dan II ditambah dengan asumsi
tidak ada korelasi antar simpangan diskriminal (r=0) sehingga persamaan menjadi
X − � X = � �√� + � � . Kasus IV memiliki asumsi sama dengan kasus

sebelumnya namun ditambah dengan dispersi diskriminal antar atribut tidak jauh
berbeda, sehingga � = � � + d. Dengan mensubstitusikan persamaan tersebut
dengan persamaan pada kasus III dan diasumsikan nilai d2 sangat kecil sehingga
dapat diabaikan, maka persamaan yang digunakan menjadi X − X = � � � + � )


= 0.707� � + � . Kasus V (lima) merupakan kasus yang paling sederhana.
Kasus V mengasumsikan bahwa dispersi diskriminal antar atribut adalah sama atau
homogen ( �� = � serta tidak ada korelasi simpangan diskriminal ( � =
,�sehingga persamaan yang digunakan menjadi:
X − � X = � �√ �
�= � �� √
Dengan asumsi semua dispersi diskriminal nilainya sama dengan satu, maka
persamaan yang digunakan menjadi:
X − � X = � � �√
Konstanta √ dapat dihilangkan karena yang akan dicari adalah jarak skala relatif
antar atribut. Sehingga persamaan akhir yang digunakan untuk kasus V adalah
sebagai berikut:
X −�X = � �

4
Analisis Biplot
Biplot merupakan teknik statistika deskriptif dimensi ganda yang dapat
menyajikan secara simultan segugus obyek pengamatan dan peubah dalam suatu
grafik pada suatu bidang datar sehingga ciri-ciri peubah dan obyek pengamatan
serta posisi relatif antara obyek pengamatan dengan peubah dapat dianalisis (Jollife
2002). Tiga hal penting yang didapatkan dari tampilan biplot adalah:
1. Kedekatan antar objek yang diamati
2. Keragaman peubah
3. Korelasi antar peubah
Biplot yang mampu memberikan informasi sebesar 70% dari seluruh
informasi dapat dinyatakan cukup baik. Hal ini disebabkan karena biplot adalah
upaya membuat gambar di ruang berdimensi banyak menjadi gambar di ruang
berdimensi dua. Pereduksian dimensi inilah yang mengakibatkan menurunnya
informasi yang terkandung dalam biplot.
Analisis Procrustes
Analisis procrustes adalah suatu analisis statistika yang dikembangkan
untuk membandingkan sebuah matriks data observasi dengan matriks target, kedua
matriks ini memiliki nilai objek yang sama (sebagai baris) dan diperboleh memiliki
nilai peubah yang berbeda (sebagai kolom). Analisis ini bertujuan untuk
membandingkan dua konfigurasi yang mewakili n unit pengamatan yang sama.
Untuk mendapatkan kecocokan yang maksimal, analisis procrustes dapat mengolah
data dan membuat penyesuaian konfigurasi yang mampu mengeliminasi
ketidakmungkinan pembandingan peubah di dalam sebuah set data dan perbedaan
ukuran antara set data (Siswadi et al. 2012).
Misalkan akan dibandingkan dua buah matriks X dan Y, X adalah matriks
berukuran n x p dan Y adalah matriks berukuran n x q yang masing-masing adalah
representasi konfigurasi yang akan dibandingkan. Konfigurasi pertama berada pada
ruang berdimensi p dan koordinat titik ke-i yaitu (� , � , …�, � ) . Konfigurasi
kedua berada pada ruang berdimensi q dan koordinat titik ke-i yaitu
(� , � , …�, � ). Konfigurasi kedua berada pada subruang berdimensi p jika p > q.
Dalam analisis procrustes, perbedaan dimensi ini dapat diselesaikan dengan cara
menambahkan kolom 0 pada bagian mana saja dari konfigurasi Y sebanyak p - q
kolom. Sehingga menjadi matriks berukuran n x p. Dengan demikian, dapat
digunakan secara umum p=q. Menurut Siswadi et al. (2012), untuk menentukan
ukuran kesesuaian dalam dua konfigurasi, analisis procrustes menggunakan jumlah
kuadrat jarak antara titik yang bersesuaian yaitu:
� �, � = � ∑�= ∑ = (� − � � ) = tr � − � T � − �
(1)
Perbandingan dua konfigurasi objek akan menghasilkan suatu ukuran
kedekatan yang memunculkan konfigurasi data baru. Konfigurasi data baru
diperoleh dengan melakukan proses transformasi data. Menurut Siswadi et al.
(2012) urutan transformasi untuk memperoleh nilai E optimal adalah translasi,
rotasi, dan yang terakhir dilasi. Konfigurasi X tetap dan konfigurasi Y bergerak
menyesuaikan urutan translasi, rotasi, dan dilasi.

5
Translasi
Translasi adalah perpindahan paralel dari setiap titik pengamatan ke suatu
titik asal yang baru dengan jarak yang tetap dan arah yang sama untuk mendapatkan
sumbu baru yang sejajar dengan sumbu aslinya.

Gambar 1 Ilustrasi konfigurasi matriks awal (a) dan transformasi translasi (b)
Dari persamaan (1) diperoleh:
� �, � = � ∑



=



= � ∑�= ∑

=

=

[ (� − ��̅ ) − � (� − � �̅ ) + � (�̅ − � �̅ ) ]

[(� − � �̅ ) − (� − � �̅ )�] + � ∑�= ∑

��������������������̅ ) − � (� − � �̅ )]�(�̅ − � �̅ ) + �� ∑

=

=

(�̅ − � �̅ ) ����

[(� −

(2)

Suku kedua dari persamaan (2) bernilai nol maka diperoleh:
� �, � = � � �� , �� + ��

(3)

dengan:
�� = � − � ��
�� = � − � � �
� = � (�̅ , ��
̅ , … . . , �̅� )
� =� �
̅ �, �
̅ ,…..,�
̅�



=�∑

=

(�̅ − ��̅ )

�̅� = � �∑�= �


�̅� = � �∑�= �
untuk j = 1,2,...,p.

� � dan �� merupakan konfigurasi dari matriks X dan Y setelah mengalami
translasi. � dan � �masing-masing adalah sentroid kolom dari matriks X dan
matriks Y. Sedangkan � merupakan jumlah kuadrat jarak dari kedua sentroid
kolom X dan Y. Agar nilai E menjadi minimum, maka � harus bernilai 0
sehingga konfigurasi matriks X dan Y setelah mengalami translasi adalah:

�� �, � = � � � , �� = � ∑�= ∑

=

[ (� − � �̅ ) − � (� − � �̅ ) ]

(4)

6
Rotasi
Rotasi adalah pemindahan seluruh titik dengan sudut yang tetap tanpa
mengubah jarak setiap titik terhadap sentroidnya. Di dalam analisis procrustes,
transformasi rotasi ini dilakukan dengan mengalikan matriks Y dengan suatu
matriks ortogonal. Penjelasan secara aljabar ditunjukan dari penurunan persamaan
(1) dengan Y dikalikan dengan matriks ortogonal Q( �T Q = Q�T = I ) sehingga
menjadi E(X,YQ).

Gambar 2 Ilustrasi transformasi rotasi
Perbedaan minimum konfigurasi X dan konfigurasi Y setelah penyesuaian dengan
rotasi adalah:
���������������������������������������������� �, � = infQ�� �, ��
(5)
Secara aljabar, nilai perbedaan minimum setelah dilakukan penyesuaian dengan
rotasi adalah:
� �, �� �� = tr � − �� T � − ��
= tr �� T + tr �� T − �tr ��T � T
(6)

Nilai E akan minimum apabila tr(��T � T ) maksimum. Agar tr(��T � T )
maksimum maka harus memaksimumkan nilai Q dengan Teorema Sibson. Menurut
Sibson (1978) jika X dan Y merupakan elemen didalam ℝ�� �dan Q elemen dalam
ℝ � merupakan matriks ortogonal maka tr(��T � T ) akan maksimum bila dipilih Q
= ��T dengan UΣ �T merupakan hasil Dekomposisi Nilai Singular Bentuk
Lengkap (DNSBL) dari matriks �� T .
Dilasi

Dilasi adalah penskalaran data dengan perbesaran atau pengecilan jarak
setiap titik dalam konfigurasi terhadap sentroidnya. Didalam analisis Procrustes,
transformasi dilasi ini dilakukan dengan mengkalikan matriks Y dengan suatu
skalar c sehingga konfigurasi setelah didilasi akan menjadi cY.

7

Gambar 3 Ilustrasi transformasi dilasi
Perbedaan minimum konfigurasi X dan Y setelah dilasi adalah:
��������������������������� �, � = infc �� �, ��

(7)

Secara aljabar, nilai perbedaan minimum setelah dilakukan dilasi adalah:
� �, �� = tr � − �� T � − ��
��������������������������������������������= � � �tr �� � − ��tr �� � + tr �� �

(8)

Persamaan (8) merupakan persamaan kuadrat dalam peubah c maka nilai E yang
minimum dapat diperoleh dengan membuat turunan pertama sama dengan nol dan
turunan kedua lebih besar dari nol. Dari persamaan (8) diperoleh:
���
= ��tr �� T − �tr �� � =
��
��tr �� T = �tr �� �
tr �� T

c = � tr ��T

(9)

Substitusi nilai c ke dalam persamaan (8), nilai minimum E diperoleh:
���� �, � = tr �� T − �

�� � �� T
�� �� T

(10)

Transformasi berupa translasi, rotasi, kemudian dilasi akan diperoleh jarak
minimum procrustes sebagai berikut:
������

�, � = � � � , ��� � = tr(� � � � T ) −

tr2 � T T �T
tr �� �� T

(11)

Untuk memperoleh posisi yang paling sesuai sehingga kedua matriks
menjadi semakin dekat dilakukan penyesuaian seperti di atas. Ukuran kesesuaian
dua konfigurasi menggambarkan kesesuaian antara dua matriks. Semakin kecil nilai
�� maka memiliki kesesuaian yang relatif dekat, sedangkan semakin besar nilai
�� maka memiliki kesesuaian antar konfigurasi yang relatif jauh.

8
Ukuran Kemiripan Procrustes
Salah satu ukuran yang digunakan untuk menggambarkan kesamaan bentuk
kedua konfigurasi yang dibandingkan adalah R2. Nilai ini menunjukan berapa
persen pengamatan pada kedua konfigurasi yang dapat dianggap sama. Jika nilai
ini sama dengan 1 (100%), berarti kedua konfigurasi tersebut memiliki bentuk yang
sama (Sumertajaya et al. 1997).

Keterangan:
� � � , ��T �
tr �� �

R2 = [ −

� T ,��T �

tr �� T

= Jumlah Kuadrat Galat (JKG)
= Jumlah Kuadrat Total (JKT)



%

METODOLOGI
Data
Data yang digunakan merupakan data primer yang berasal dari hasil survei
yang dilakukan oleh salah satu perusahan riset pemasaran di Jakarta. Perusahaan
ini ditunjuk oleh perusahaan ABCD untuk membantu mengevaluasi produk susu
pasteurisasi baru. Selain peluncuran produk baru, perusahaan ABCD ingin
mengetahui pendapat responden mengenai produk susu pasteurisasi yang telah
dikeluarkannya dan pendapat mengenai produk susu pasteurisasi kompetitornya.
Data tersebut diambil di Jakarta pada 9 Maret, 15-18 Maret, 6-8 April tahun 2012
dengan menggunakan metode penarikan contoh tidak berpeluang, yaitu penarikan
contoh dengan tujuan tertentu (purpossive random sampling).
Responden yang di survei sebanyak 246 yang terdiri dari 124 responden
anak-anak (laki-laki 42 dan perempuan 82 responden) dan 122 responden ibu rumah
tangga. Kriteria responden terdiri atas anak-anak berusia 6-15 tahun, ibu rumah
tangga berusia 25-45 tahun, responden merupakan pengonsumsi susu cair segar
(pasteurized liquid milk) dalam enam bulan terakhir serta termasuk dalam kriteria
kelas sosial ekonomi (SEC) yang terdiri dari SEC A dan SEC B. Kriteria sosial
ekonomi (SEC) didapatkan dengan cara menggabungkan data pengeluaran rutin
keluarga per bulan dan kepemilikan barang dalam suatu rumah tangga. Dipilih
responden ibu rumah tangga karena ibu rumah tangga dianggap sebagai pengambil
keputusan dalam pembelian produk susu pasteurisasi, sedangkan responden anakanak dipilih karena anak-anak dianggap sebagai pengonsumsi susu pasteurisasi
terbanyak di dalam sebuah keluarga.
Perusahaan ABCD akan mengeluarkan produk susu pasteurisasi baru jenis
susu tawar (“2L8”). Produk baru tersebut akan dibandingkan dengan produk dari
perusahaan ABCD sebelumnya (“3C6”) dan produk susu pasteurisasi yang berasal
dari kompetitornya (“4P1”). Karakteristik produk susu “2L8” ialah susu
pasteurisasi dalam kemasan dengan komposisi 200 ml berbentuk kotak. Produk
susu “3C6” mempunyai karakteristik susu pasteurisasi dalam kemasan dengan
komposisi 950 ml berbentuk kotak. Sedangkan produk susu “4P1” mempunyai

9
karakteristik susu pasteurisasi full cream dalam kemasan dengan komposisi 1000
ml dengan bentuk kemasan lebih panjang dari produk sebelumnya.
Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah central location test
(CLT). CLT merupakan suatu teknik penelitian dengan metode tatap muka yang
mengundang responden dengan atau tanpa pemberitahuan sebelumnya ke suatu
tempat yang ditentukan untuk mengevaluasi produk-produk yang diujikan,
misalnya di pusat perbelanjaan. Responden akan direkrut untuk berpartisipasi
dalam penelitian yang akan dilakukan dan diselesaikan pada waktu tersebut
(ESOMAR 1998). Metode evaluasi produk yang digunakan adalah blind testing dan
sequential monadic testing. Blind testing merupakan metode pengujian yang
mencatat hasil tes tanpa mengetahui identitas sampel dan hasil yang diharapkan.
Metode ini membantu menghilangkan efek dari merek dalam mempengaruhi opini
terhadap kinerja produk. Metode blind testing ini dikombinasikan dengan
sequential monadic testing yang merupakan metode evaluasi produk yang
mengevaluasi semua produk yang diujikan secara bergantian. Pergantian produk
yang diujikan ini membutuhkan penetralisir yang tepat (Pati 2002).
Atribut yang diukur pada produk susu pasteurisasi pada penelitian ini
adalah:
X1 : Warna
X2 : Kesegaran
X3 : Aroma keseluruhan
X4 : Aroma susu
X5 : Kekentalan
X6 : Rasa susu
X7 : Kegurihan
X8 : Rasa yang tertinggal
Data yang dihasilkan berupa data ordinal dalam skala likert 1-9. Skala 1-9
menyatakan tingkat kesukaan terhadap produk susu pasteurisasi dengan skala 1
menunjukan perasaan sangat tidak suka sekali dan skala 9 sangat suka sekali. Hasil
kesimpulan dari prosiding seminar nasional tentang perbedaan pandangan skala
likert sebagai skala ordinal atau interval adalah:
a) Skala likert merupakan skala yang sudah memiliki tingkatan namun jarak
antar tingkatan belum pasti.
b) Terdapat korelasi yang kuat antara data yang belum ditransformasi dengan
data yang telah ditrasfomasi dengan menggunakan metode successive
interval baik menggunakan korelasi rank Spearman maupun korelasi
product moment Pearson.
c) Tidak terdapat perbedaan kesimpulan analisis regresi antara data yang
belum ditransformasi dengan data yang telah ditransfomasi dengan
menggunakan metode successive interval.
d) Tidak terdapat perbedaan kesimpulan analisis jalur antara data yang belum
ditransformasi dengan data yang telah ditransfomasi dengan menggunakan
metode successive interval.
Hal ini tentu menjadi jawaban bahwa meskipun kita menggunakan angket
dengan skala likert, data dari angket tersebut dapat dianalisis langsung
menggunakan analisis regresi ataupun statistic parametric lainnya tanpa harus di
transformasi karena hasilnya tidak akan berbeda meskipun data ditransformasi ke
bentuk interval (Suliyanto 2011).

10
Responden pada penelitian ini dikelompokan berdasarkan beberapa
karakteristik responden. Karakteristik tersebut adalah jenis responden, jenis
kelamin anak-anak dan kelas sosial ekonomi responden. Kelompok tersebut adalah
anak-anak secara keseluruhan, ibu rumah tangga secara keseluruhan, anak-anak
berjenis kelamin laki-laki, anak-anak berjenis kelamin perempuan, SEC A dan SEC
B pada kedua responden. Hasil pengelompokan responden dapat dilihat pada
Lampiran 1. Kelompok-kelompok tersebut akan menghasilkan nilai skala
Thurstone sehingga dapat menentukan peringkat atribut-atribut yang memengaruhi
tingkat kesukaan responden terhadap produk susu pasteurisasi perusahaan ABCD
pada masing-masing kelompok responden.
Prosedur Analisis Data
Tahapan yang dilakukan dalam penelitian ini adalah :
1. Melakukan pengelompokan responden berdasarkan jenis kelamin dan kelas
sosial ekonomi yang terdapat pada data. Pembagian kelas sosial ekonomi
bergantung pada pengeluaran tiap bulan dan kepemilikan barang-barang. Untuk
deskripsi masing-masing kelas sosial ekonomi dapat dilihat pada Lampiran 2.
2. Menganalisis data menggunakan metode Thurstone kasus V:
i. Melakukan perbandingan berpasangan pada seluruh pasangan atribut dan
seluruh pengamatan dengan ketentuan sebagai berikut :
1, ketika nilai atribut i>nilai atribut j
Skor = { 0, ketika nilai atribut i √� � > ... > √� � , dan � −� adalah matriks diagonal dengan
unsur-unsur diagonal √�

−�

> √�

−�

> ... > √�

−�

.

d. Memfaktorkan matriks X menjadi: � = ��� � −� �T
e. Mendefiisikan matriks G = ��� dan T = � −� �T
f. Mereduksi matriks G menjadi G* dengan mengambil dua kolom
pertama dari matriks G.
g. Mereduksi matriks T menjadi ∗T dengan mengambil dua
kolom pertama dari matriks T
h. Menggambar biplot dengan matriks G sebagai koordinat bagi
objek dan matriks H sebagai koordinat bagi peubah.
i. Melakukan interpretasi pada biplot yang dihasilkan.
4. Melakukan analisis procrustes antara responden ibu rumah tangga sebagai
matriks X dan responden anak-anak sebagai matriks Y.
5. Menggolongkan hasil R2 ke dalam empat golongan secara subyektif:
a. 0% ≤ R2 ≤ 25%
: tidak mirip
b. 25% < R2 ≤ 50%
: cukup mirip
c. 50% < R2 ≤ 75%
: mirip
2
d. 75% < R ≤ 100% : sangat mirip
HASIL DAN PEMBAHASAN
Performa Produk “2L8”
Gambar 4 menyajikan nilai skala tingkat kesukaan responden terhadap
produk susu pasteurisasi “2L8” hasil analisis metode Thurstone. Nilai skala yang
paling besar mengindikasikan atribut yang paling diutamakan atau yang paling
disukai oleh responden, sedangkan kriteria dengan nilai skala yang paling kecil
mengindikasikan bahwa atribut tersebut tidak terlalu penting atau tidak terlalu
disukai oleh responden. Perhitungan metode Thurstone dapat dilihat di Lampiran 3.

12
Secara umum anak-anak sangat menyukai atribut rasa yang tertinggal pada
produk susu pasteurisasi “2L8”. Atribut rasa yang tertinggal memiliki nilai skala
yang jauh dari atribut lainnya. Atribut yang menempati peringkat kedua yaitu
atribut kekentalan dengan nilai skala yang tidak terlalu jauh dengan atribut rasa
gurih yang menempati urutan ketiga. Hal ini dapat diartikan kedua atribut tersebut
merupakan atribut yang disukai oleh anak-anak secara umum. Atribut terendah
pada produk susu pasteurisasi “2L8” ini adalah kesegaran. Hal ini menunjukan
bahwa secara umum anak-anak tidak terlalu memperhatikan atribut kesegaran susu
dalam memilih produk susu pasteurisasi “2L8”. Atribut aroma keseluruhan
merupakan atribut yang kurang disukai. Atribut warna, aroma susu dan rasa susu
yang memiliki jarak tidak terlalu jauh dan cenderung membentuk kelompok. Hal
tersebut dapat diartikan bahwa atribut-atribut tersebut tidak dominan atau kurang
begitu disukai oleh anak-anak secara umum.
0.7

Rasa yang tertinggal

0.6

Rasa yang tertinggal

Rasa yang tertinggal

Nilai Sk ala

0.5

Aroma Keseluruhan

0.4

0.3

Rasa yang tertinggal
Kekentalan
Rasa
Gurih

Warna
Aroma Susu
Rasa Susu

Aroma Susu
Rasa Susu

Kekentalan
Rasa Gurih

Rasa Gurih

Aroma Susu
Warna

Aroma Keseluruhan
Aroma Susu

0.1

Kekentalan
Rasa Gurih

Aroma Keseluruhan
0.2

Kekentalan
Rasa Gurih
Aroma Keseluruhan
Warna

Rasa yang tertinggal

Kekentalan
Rasa Susu
Warna
Aroma Susu

Rasa Susu

Aroma Keseluruhan

Kesegaran

Kesegaran

Rasa Susu
0.0

Kesegaran
A NA K SECA RA UMUM

Kesegaran
Warna
A NA K LA KI-LA KI

Kesegaran
A NA K P EREMP UA N

A NA K SEC A

A NA K SEC B

Gambar 4 Peringkat atribut tingkat kesukaan produk susu pasteurisasi “2L8” pada
responden anak-anak secara umum, berdasarkan jenis kelamin anak-anak
dan kelas sosial ekonomi anak-anak
Peringkat atribut tingkat kesukaan berdasarkan jenis kelamin bertujuan
untuk melihat pengaruh jenis kelamin terhadap penilaian atribut produk susu
pasteurisasi “2L8”. Gambar 4 untuk anak laki-laki menunjukan hasil bahwa atribut
rasa yang tertinggal merupakan atribut yang paling disukai. Atribut yang
menduduki urutan kedua adalah atribut kekentalan dengan nilai skala yang tidak
berbeda jauh dengan atribut rasa gurih. Terjadi persamaan pada anak-anak berjenis
kelamin laki-laki dan perempuan, yaitu sama-sama sangat menyukai atribut rasa
yang tertinggal pada produk susu pasteurisasi “2L8”. Terdapat hal yang menarik
yaitu semua atribut menempati posisi yang sama kecuali atribut warna. Pada lakilaki atribut warna menempati urutan terendah, sedangkan pada perempuan atribut

13
warna menempati urutan ke lima. Hal ini sesuai dengan karakteristik perempuan
yang lebih menyukai hal yang berwarna. Atribut yang menempati urutan terendah
pada anak perempuan yaitu atribut kesegaran. Atribut yang menempati urutan
terendah dapat dijadikan bahan evaluasi oleh perusahaan ABCD untuk segera
melakukan perbaikan pada atribut tersebut sebelum dilakukan pemasaran.
Berdasarkan kelas sosial ekonomi pada responden anak-anak, atribut rasa
yang tertinggal menempati urutan pertama pada SEC A maupun SEC B. Hal ini
menunjukan bahwa atribut rasa yang tertinggal merupakan atribut yang sangat
diutamakan atau disukai oleh anak-anak secara umum. Hal menarik terjadi pada
atribut aroma keseluruhan, pada SEC A atribut aroma keseluruhan menempati
posisi kedua dengan skala 0.408, sedangkan pada SEC B atribut aroma keseluruhan
menempati urutan kedua terakhir dengan skala 0.098. Hal ini berarti atribut aroma
keseluruhan merupakan atribut yang disukai pada SEC A, namun atribut ini hampir
tidak begitu disukai oleh SEC B. Nilai skala atribut pada responden anak SEC A
tidak ada yang membentuk suatu kelompok, artinya atribut-atribut tersebut tidak
ada yang memiliki kesamaan tingkat kesukaan. Atribut lainnya seperti kekentalan,
rasa gurih, rasa susu, aroma susu dan warna menempati urutan yang beragam. Hal
ini menunjukan anak-anak pada SEC A maupun SEC B memiliki penilaian khusus
terhadap atribut tersebut. Atribut kesegaran menempati urutan terakhir pada semua
kelas sosial ekonomi. Hal ini dapat diartikan bahwa anak-anak pada semua kelas
sosial ekonomi tidak begitu menyukai atribut kesegaran pada produk susu
pasteurisasi “2L8”.
Gambar 5 menunjukan hasil untuk responden ibu rumah tangga secara
umum dan berdasarkan kelas sosial ekonominya. Secara umum ibu rumah tangga
lebih menyukai atribut rasa yang tertinggal dibanding atribut lainnya, karena
memiliki nilai skala paling tinggi yaitu 0.415. Atribut kekentalan menyusul
diurutan kedua dengan skala yang tidak berbeda jauh dengan atribut rasa yang
tertinggal yaitu 0.363. Hal ini menunjukan bahwa secara umum ibu rumah tangga
lebih mengutamakan dan menyukai atribut rasa yang tertinggal dan kekentalan
dalam memilih produk susu pasteurisasi “2L8”. Atribut aroma keseluruhan dan rasa
gurih menempati urutan ketiga dan keempat, artinya atribut tersebut cukup disukai
oleh ibu rumah tangga secara umum. Atribut warna dan aroma susu membentuk
suatu kelompok dengan nilai skala yang berdekatan. Artinya kedua atribut ini
memiliki tingkat kesukaan yang kurang disukai oleh ibu rumah tangga secara umum.
Atribut rasa susu menempati urutan kedua terakhir. Hal ini berarti rasa susu menjadi
atribut yang kurang begitu disukai oleh ibu rumah tangga secara umum. Atribut
yang menempati urutan terakhir yaitu atribut kesegaran. Secara umum ibu rumah
tangga tidak begitu menyukai atribut kesegaran pada produk ini.
Peringkat atribut berdasarkan kelas sosial ekonomi ibu rumah tangga dapat
dilihat juga pada Gambar 5. Beragamnya hasil peringkat pada kelas sosial ekonomi
ibu rumah tangga menunjukan bahwa masing-masing SEC (SEC A dan SEC B)
memiliki karakteristik khusus dalam memilih produk susu pasteurisasi “2L8”. Pada
SEC A, atribut yang paling disukai adalah atribut rasa yang tertinggal, sedangkan
pada SEC B atribut rasa yang tertinggal menempati urutan kedua. Atribut
kekentalan lah yang menempati urutan pertama pada SEC B. Berbeda dengan SEC
B, atribut kekentalan pada SEC A hanya menempati urutan ketiga.

14

Rasa yang tertinggal
0.5

Kekentalan
Rasa yang tertinggal
0.4

Aroma Keseluruhan

Nilai Skala

Kekentalan

0.3

0.2

Aroma Keseluruhan

Kekentalan

Rasa Gurih

Aroma Susu
Rasa Gurih

Warna
Aroma Susu

Rasa Susu
Rasa Susu

Rasa yang tertinggal
Warna
Rasa Gurih

Aroma
Aroma Susu
Keseluruhan

Warna

0.1

Rasa Susu

0.0

Kesegaran
IB U SEC A RA UM UM

Kesegaran
IB U SEC A

Kesegaran
IB U SEC B

Gambar 5 Peringkat atribut tingkat kesukaan produk susu pasteurisasi “2L8” pada
responden ibu rumah tangga secara umum dan berdasarkan kelas sosial
ekonomi rumah tangga
Terdapat hal menarik disini, atribut aroma keseluruhan pada SEC A
menempati urutan kedua sedangkan pada SEC B menempati urutan ketiga terbawah.
Artinya atribut aroma keseluruhan memiliki tingkat kesukaan yang berbeda pada
kedua kelas sosial ekonomi. Atribut warna juga memiliki keunikan tersendiri, pada
SEC B atribut warna menempati urutan ketiga sedangkan pada SEC A atribut warna
menempati urutan kedua terbawah. Terdapat persamaan pada kedua kelas sosial
ekonomi ini, yaitu atribut kesegaran menempati urutan terakhir pada masingmasing kelas sosial ekonomi. Hal ini berarti atribut kesegaran tidak begitu disukai
oleh kedua kelas sosial ekonomi ibu rumah tangga. Atribut lainnya seperti aroma
susu, rasa gurih, rasa susu dan warna hampir menempati urutan terbawah pada
kedua kelas sosial ekonomi. Artinya atribut-atribut tersebut merupakan atribut yang
kurang begitu disukai oleh ibu rumah tangga di kedua kelas sosial ekonomi.
Beragamnya hasil peringkat pada kedua kelas sosial ekonomi tersebut, maka
perusahaan ABCD harus membedakan strategi pemasaran produk susu pasteurisasi
“2L8” pada kedua kelas sosial ekonomi ibu rumah tangga.
Performa Produk “3C6”
Performa produk susu pasteurisasi “3C6” pada anak-anak secara umum
dapat dilihat pada Gambar 6. Atribut rasa yang tertinggal menempati urutan
pertama pada anak-anak secara umum. Atribut kekentalan dan rasa gurih mnempati
urutan kedua dan ketiga. Atribut aroma susu dan aroma keseluruhan seperti
membentuk suatu kelompok karena memiliki nilai skala yang tidak jauh berbeda.
Kedua atribut ini sama-sama merupakan atribut yang cukup disukai oleh anak-anak.

15
Atribut warna dan rasa susu juga memiliki nilai skala yang tidak berbeda jauh,
kedua atribut ini dinilai kurang disukai oleh anak-anak. Sedangkan atribut
kesegaran menempati urutan terakhir, artinya kesegaran merupakan atribut yang
tidak begitu disukai anak-anak secara umum. Tahapan selanjutnya adalah
memisahkan responden anak-anak berdasarkan jenis kelaminnya. Atribut rasa yang
tertinggal merupakan atribut yang paling disukai oleh laki-laki maupun perempuan.
Pada laki-laki atribut kekentalan berada pada urutan kedua, sedangkan pada
perempuan atribut yang berada pada urutan kedua adalah atribut aroma susu. Hal
ini dapat disimpulkan bahwa masing-masing anak, baik laki-laki maupun
perempuan memiliki penilaian tersendiri terhadap produk susu pasteurisasi “3C6”.
Keunikan terjadi pada atribut warna, karena justru pada produk ini, laki-laki lebih
menyukai atribut warna dibanding perempuan. Hal ini sangat berbeda dengan
produk susu pasteurisasi “2L8” sebelumnya. Atribut aroma keseluruhan, rasa gurih,
rasa susu dan aroma susu pada responden laki-laki menempati urutan yang beragam.
Artinya atribut-atribut tersebut merupakan atribut yang kurang disukai oleh lakilaki. Atribut kekentalan, rasa gurih, aroma keseluruhan dan rasa susu pada
perempuan merupakan atribut yang cukup disukai. Terdapat persamaan pada lakilaki dan perempuan, yaitu pada atribut kesegaran yang menempati urutan terakhir
pada responden laki-laki maupun perempuan.
0.5
Rasa yang tertinggal
Rasa yang tertinggal

Rasa yang tertinggal
Rasa yang tertinggal

0.4

Aroma Susu
Rasa
Gurih
Kekentalan

Aroma Keseluruhan
Rasa Gurih

Kekentalan

Nilai Skala

0.3

Rasa Gurih

Kekentalan

Aroma Susu
Aroma Keseluruhan

Warna

Warna
Rasa Susu

Aroma Susu

Aroma Keseluruhan
Rasa Gurih

Rasa yang tertinggal

Aroma Keseluruhan

Kekentalan
0.2

Kekentalan

Rasa Susu
Warna
Rasa Susu
Warna

Aroma Susu
Rasa Gurih
Warna

Rasa Susu
Aroma Keseluruhan

0.1
Rasa Susu
Aroma Susu
0.0

Kesegaran
A NA K SECA RA UMUM

Kesegaran
A NA K LA KI-LA KI

Kesegaran
A NA K PEREMPUA N

Kesegaran
A NA K SEC A

Kesegaran
A NA K SEC B

Gambar 6 Peringkat atribut tingkat kesukaan produk susu pasteurisasi “3C6” pada
responden anak-anak secara umum, berdasarkan jenis kelamin anak-anak
dan kelas sosial ekonomi anak-anak
Berdasarkan kelas sosial ekonomi anak-anak, hasil pemeringkatan atributatributnya sangat beragam. Anak-anak dengan SEC A sangat menyukai atribut rasa

16
yang tertinggal, sedangkan pada SEC B atribut rasa yang tertinggal menempati
urutan kedua. Atribut kekentalan yang menjadi atribut paling disukai pada SEC B,
sedangkan pada SEC A atribut kekentalan menempati urutan kelima. Pada SEC A
atribut aroma keseluruhan menempati urutan kedua dengan nilai skala 0.399, nilai
ini tidak terlalu jauh dengan atribut rasa gurih yaitu 0.368. Artinya kedua atribut ini
merupakan atribut yang cukup disukai oleh anak-anak SEC A. Atribut aroma susu
dan kekentalan seperti membentuk suatu kelompok, sama hal nya dengan atribut
warna dan rasa susu. Atribut-atribut tersebut kurang disukai oleh anak-anak SEC A
karena menempati urutan pertengahan. Atribut aroma susu dan rasa gurih juga
seperti membentuk suatu kelompok karena nilai skala yang tidak berbeda jauh pada
SEC B. Kedua atribut tersebut sama halnya dengan atribut rasa susu dan aroma
keseluruhan. Terdapat kesamaan pada kedua kelas sosial ekonomi ini, yaitu atribut
kesegaran yang menempati urutan terakhir. Atribut kesegaran ini tidak begitu
disukai anak-anak dalam produk susu pasteurisasi “3C6”.
0.4

Rasa yang tertinggal
Kekentalan

Rasa Gurih
0.3

Rasa yang tertinggal

Nilai Skala

Rasa Susu
Rasa Gurih
Rasa Susu

Aroma Keseluruhan
Aroma Susu

Rasa yang tertinggal
Rasa Susu
Aroma
Susu
Rasa Gurih

0.2

Aroma Susu
Kekentalan
Aroma Keseluruhan
0.1

0.0

Kesegaran
Warna
IB U SEC A RA UM UM

Warna

Kesegaran
Aroma Keseluruhan

Kesegaran

Kekentalan
Warna

IB U SEC A

IB U SEC B

Gambar 7 Peringkat atribut tingkat kesukaan produk susu pasteurisasi “3C6” pada
responden ibu rumah tangga secara umum dan berdasarkan kelas sosial
ekonomi ibu rumah tangga
Penelitian ini melibatkan dua responden, yaitu anak-anak dan ibu rumah
tangga. Pada Gambar 7 diperlihatkan urutan atribut produk susu pasteurisasi “3C6”
pada ibu rumah tangga secara umum dan berdasarkan kelas sosial ekonominya. Ibu
rumah tangga secara umum sangat menyukai atribut rasa yang tertinggal, karena
atribut rasa yang tertinggal menempati urutan pertama dengan nilai skala 0.299.
Urutan kedua ditempati oleh atribut rasa gurih dengan nilai skala 0.234 yang tidak
berbeda jauh dengan atribut rasa susu. Hal ini berarti kedua atribut tersebut
merupakan atribut yang cukup disukai oleh ibu rumah tangga secara umum. Atribut
aroma susu dan kekentalan memiliki nilai skala yang tidak terlalu jauh, oleh karena
itu atribut ini merupakan atribut yang cukup disukai juga oleh ibu rumah tangga

17
secara umum. Atribut aroma keseluruhan menempati urutan ketiga terakhir pada
produk ini. Namun atribut ini memiliki nilai skala yang jauh dengan kedua atribut
yang menempati urutan terakhir. Kedua atribut yang menempati urutan terakhir
tersebut terlihat membentuk suatu kelompok, atribut tersebut yaitu atribut
kesegaran dan warna. Hal ini menunjukan bahwa kedua atribut pada produk susu
pasteurisasi “3C6” ini tidak begitu disukai oleh ibu rumah tangga secara umum.
Hampir semua atribut pada produk ini membentuk suatu kelompok,
sehingga pada penelitian ini akan dilihat juga urutan atribut produk susu
pasteurisasi “3C6” berdasarkan kelas sosial ekonomi ibu rumah tangga. Gambar 7
menunjukan hasil atribut rasa yang tertinggal menempati urutan pertama pada
kedua kelas sosial ekonomi, artinya atribut rasa yang tertinggal merupakan atribut
yang paling diutamakan atau sangat disukai oleh ibu rumah tangga pada SEC A
maupun SEC B. Terdapat beberapa perbedaan pada kedua kelas sosial ekonomi ini
yang menyimpulkan bahwa ibu rumah tangga mempunyai penilaian khusus pada
produk ini. Urutan kedua pada SEC A ditempati atribut kekentalan, sedangkan p