Sikap Dan Perilaku Remaja Pedesaan Dalam Menggunakan Smartphone

SIKAP DAN PERILAKU REMAJA PEDESAAN
DALAM MENGGUNAKAN SMARTPHONE
(Kasus Remaja di Desa Jangglengan Kecamatan Nguter,
Kabupaten Sukoharjo, Jawa Tengah)

UMI WASILAH WINAHYUNING TYAS

DEPARTEMEN SAINS KOMUNIKASI DAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT
FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2016

2

LEMBAR PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi yang berjudul “Sikap dan Perilaku
Remaja Pedesaan dalam Menggunakan Smartphone (Kasus Remaja di Desa
Jangglengan Kecamatan Nguter, Kabupaten Sukoharjo, Jawa Tengah)” benarbenar hasil karya saya sendiri berdasarkan arahan dari dosen pembimbing skripsi
dan belum pernah diajukan sebagai karya ilmiah pada perguruan tinggi atau
lembaga manapun kecuali kutipan yang ada dalam tulisan ini. Sumber informasi

berasal atau dikutip dari karya yang telah diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari
penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam daftar pustaka di
bagian akhir skripsi ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dan karya tulis ini kepada Institut
Pertanian Bogor. Demikian pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya.

Bogor, Juni 2016

Umi Wasilah Winahyuning Tyas
I34120077

ABSTRAK
UMI WASILAH WINAHYUNING TYAS, Sikap dan Perilaku Remaja Pedesaan
dalam Menggunakan Smartphone. Dibawah bimbingan HADIYANTO
Teknologi berkembang sangat cepat dan pesat. Perkembangan teknologi ini
memberikan pengaruh besar pada aktivitas setiap orang, kemudahan yang diberikan
oleh teknologi memungkinkan setiap orang mampu menjangkau seluruh dunia.
Teknologi yang hampir dimiliki oleh semua orang adalah smartphone. Pengguna
smartphone tertinggi adalah kelompok usia 16-25 tahun. Penelitian ini
menggunakan metode survey dengan pendekatan penelitian data kuantitatif yang

didukung oleh data kualitatif. Pada penelitian ini menunjukkan sikap responden
positif terhadap smartphone dan significant others responden adalah teman.
Terdapat hubungan nyata antara sikap dengan perilaku, sedangkan hubungan antara
tingkat motivasi mengikuti significant others hanya berhubungan nyata pada
perilaku memperoleh informasi. Hubungan antara sikap dengan perilaku signifikan
pada selang kepercayaan 99,0 persen walaupun dengan kedalaman hubungan yang
berbeda, sedangkan hubungan antara tingkat motivasi mengikuti significant others
dengan perilaku memperoleh informasi signifikan pada selang kepercayaan 95,0
persen dengan kedalaman hubungan yang cukup kuat.
Kata Kunci : Sikap dan Perilaku, Remaja, Smartphone,

ABSTRACT
UMI WASILAH WINAHYUNING TYAS, The Attitude and Behavior of Rural
Adolescents in Using Smartphone. Supervised by HADIYANTO
Technology is developing very fast and rapidly. Technological developments have
a significant impact on the activities of each person, the convenience provided by
the technology allows each person able to reach the whole world. Technology that
almost possessed by everyone is smartphone. The highest smartphone users is the
age group 16-25 years. This research was quantitative research that is supported
by qualitative data. This study showed positive respondents attitudes toward

smartphones and significant others of respondents are friends. There was a real
connection between attitudes and behavior, while the relationship between the level
of motivation to follow the real significant others relate only to the behavior
information. The relationship between attitudes and behavior was significant at the
99.0 percent confidence interval, although with a different depth of the relationship,
while the relationship between the level of motivation to follow the behavior of
significant others to obtain significant information on a confidence interval of 95.0
per cent with the depth of the relationship that was strong enough.
Keywords: Attitude and Behavior, Adolescents, Smartphone

SIKAP DAN PERILAKU REMAJA PEDESAAN
DALAM MENGGUNAKAN SMARTPHONE
(Kasus Remaja di Desa Jangglengan Kecamatan Nguter,
Kabupaten Sukoharjo, Jawa Tengah)

UMI WASILAH WINAHYUNING TYAS

Skripsi
Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat

pada
Departemen Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat

DEPARTEMEN SAINS KOMUNIKASI DAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT
FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2016

PRAKATA
Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT karena berkat rahmat dan
hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan Skripsi yang berjudul “Sikap dan
Perilaku Remaja dalam Menggunakan Smartphone (Kasus Remaja di Desa
Jangglengan, Kecamatan Nguter, Sukoharjo, Jawa Tengah)”. Salawat serta salam
senantiasa tercurahkan kepada baginda Rasulullah SAW.
Penulis memiliki harapan agar skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi
pihak terkait dan menambah khasanah ilmu pengetahuan baru. Proses pembuatan
skripsi ini tidak lepas dari kontribusi dan dukungan dari semua pihak. Oleh karena
itu penulis ingin meyampaikan terimakasih kepada Bapak Ir Hadiyanto MSi
sebagai dosen pembimbing yang telah banyak meluangkan waktu untuk
memberikan saran, motivasi, dan masukan selama proses penulisan hingga

penyelesaian skripsi. Penulis juga menyampaikan rasa hormat kepada Ibu Yayuk,
Bapak Syaiful Bahri dan Bapak Subakri selaku ibu dan ayah tercinta yang selalu
mendoakan dan senantiasa melimpahkan kasih sayang serta dukungannya kepada
penulis. Ahmad Faishol Syaifullah dan Nur Fadillah Triyuning Tyas selaku adik
penulis yang selalu memberikan semangat dan mendoakan penulis. Selain itu
kepada Direktorat Kemahasiswaan Institut Pertanian Bogor yang telah memberikan
beasiswa Bidik Misi sebagai penunjang perkuliahan serta Direktorat Kemahasiswa
Institut Pertanian Bogor yang telah membantu proses kelancaran administrasi
perkuliahan.
Penulis juga sampaikan kepada Mumu Muftiadi yang turut memberikan
kesabaran, perhatian, cinta dan kasih sayang, dukungan, dan saran penulisan.
Sahabat sekaligus teman seperjuangan Eka Desi Yulia, Citra Tresna Asih, dan
Paramita Dwi Febrianti yang telah memberi semangat dan dorongan kepada penulis
selama proses penulisan laporan skripsi ini. Keluarga besar SKPM dan SKPM 49
atas kebersamaannya, divisi Public Relation HIMASIERA 2015, cabe foundation,
Forum Mahasiswa Probolinggo (FMP) serta senior-senior seluruh angkatan SKPM
seluruh angkatan atas kesediaannya berbagi pengalaman dan memberikan saransaran dalam penulisan. Karang Taruna Pangudi Lestari Desa Jangglengan yang
telah memberikan dukungan selama pengambilan data lapang. Warga Desa
Jangglengan yang telah memberikan dukungan dan semangat selama penelitian
berlangsung dan pihak lain yang tidak dapat saya sebutkan satu persatu, yang telah

memberikan kontribusi, dukungan, dan doa kepada penulis selama ini. Penulis
berharap skripsi ini mampu memberikan manfaat dan sumbangsih terhadap
khazanah ilmu pengetahuan.

Bogor, Juni 2016

Umi Wasilah Winahyuning Tyas

DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR LAMPIRAN
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Perumusan Masalah
Tujuan Penelitian
Kegunaan Penelitian
PENDEKATAN TEORITIS
Sikap, Norma Subjektif, dan Perilaku
Pengertian dan Karakteristik Remaja

Media Komunikasi
Perkembangan Smartphone sebagai Media Komunikasi
Perilaku Penggunaan Smartphone
Hubungan Sikap dan Perilaku
Hubungan Norma Subjektif dan Perilaku
Kerangka Pemikiran
Hipotesis Penelitian
PENDEKATAN LAPANG
Metode Penelitian
Lokasi dan Waktu Penelitian
Teknik Pengumpulan Data dan Instrumen Pengumpulan Data
Penentuan Responden dan Informan
Teknik Pengolhan dan Analisis Data
Definisi Operasional
GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN
Kondisi Fisik, Sarana dan Prasarana
Kondisi Kependudukan dan Tenaga Kerja
Kondisi Ekonomi dan Pertanian
GAMBARAN UMUM RESPONDEN
Usia

Jenis Kelamin
Status Pendidikan
Pengeluaran
Media Massa
Aplikasi Smartphone
SIKAP, NORMA SUBJEKTIF, DAN PERILAKU PENGGUNAAN
SMARTPHONE
Sikap terhadap Smartphone
Norma Subjektif terhadap Smartphone
Perilaku terhadap Smartphone
HUBUNGAN SIKAP DENGAN PERILAKU PENGGUNAAN
SMARTPHONE
Hubungan sikap dengan Perilaku Penggunaan Smartphone
HUBUNGAN NORMA SUBJEKTIF DENGAN PERILAKU
PENGGUNAAN SMARTPHONE

vi
vii
viii
1

1
3
4
4
5
5
6
7
8
9
10
12
13
14
15
15
15
16
18
19

20
23
23
24
27
29
29
29
30
30
31
33
37
37
38
40
43
43
47


14

Hubungan Tingkat Motivasi Mengikuti Significant Others dengan
Perilaku Penggunaan Smartphone
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Saran
DAFTAR PUSTAKA
DFTAR LAMPIRAN
RIWAYAT HIDUP

47
51
51
52
54
59
70

DAFTAR TABEL
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
13.
14.
15.
16.
17.
18.
19.
20.
21.
22.
23.
24.
25.
26.

27.

Perbedaan telepon selular dan smartphone
Uji reliabilitas instrumen
Metode pengumpulan data
Aksesibilitas Desa Jangglengan
Selisih jumlah penduduk Desa Jangglengan
Jumlah kualitas angkatan kerja
Jumlah kelompok usia kerja
Jumlah kategori usia remaja
Jumlah dan persentase kesejahteraan keluarga
Jumlah dan persentase kepala keluarga (KK) berdasarkan aset
penguasaan tanah di Desa Jangglengan
Jumlah dan persentase responden berdasarkan usia
Jumlah dan persentase responden berdasarkan jenis kelamin
Jumlah dan persentase responden berdasarkan status pendidikan terakhir
Jumlah dan persentase responden berdasarkan pengeluaran selama satu
bulan
Jumlah dan persentase responden berdasarkan jumlah aplikasi
Jumlah dan persentase responden berdasarkan sikap
Jumlah dan persentase responden berdasarkan significant others
Jumlah dan persentase responden berdasarkan tingkat motivasi untuk
mengikuti significant others
Jumlah dan persentase responden berdasarkan perilaku untuk
memperoleh informasi
Jumlah dan persentase responden berdasarkan perilaku untuk
melakukan interaksi sosial
Jumlah dan persentase responden berdasarkan perilaku untuk
memperoleh hiburan
Jumlah dan persentase hubungan antara tingkat sikap dengan tingkat
perilaku untuk memperoleh informasi
Jumlah dan persentase hubungan antara tingkat sikap dengan tingkat
perilaku untuk melakukan interaksi sosial
Jumlah dan persentase hubungan antara tingkat sikap dengan tingkat
perilaku untuk memperoleh hiburan
Jumlah dan persentase hubungan antara tingkat motivasi mengikuti
significant others dengan tingkat perilaku untuk memperoleh informasi
Jumlah dan persentase hubungan antara tingkat motivasi mengikuti
significant others dengan tingkat perilaku untuk melakukan interaksi
sosial
Jumlah dan persentase hubungan antara tingkat motivasi mengikuti
significant others dengan tingkat perilaku untuk memperoleh hiburan

9
17
18
23
24
25
25
26
26
28
29
30
30
31
35
37
38
39
40
41
41
43
44
45
47

48
49

DAFTAR GAMBAR
1. Theory of Planned Behavior
2. Bagan kerangka pemikiran sikap dan perilaku dalam menggunakan
smartphone
3. Sebaran jumlah responden berdasarkan penggunaan media massa
4. Jumlah penggunaan aplikasi pada smartphone responden

11
14
31
34

DAFTAR LAMPIRAN
1.
2.
3.
4.
5.
6.

Panduan pertanyaan mendalam
Hasil uji korelasi Pearson
Tulisan tematik
Kerangka sampling penelitian
Peta lokasi penelitian
Dokumentasi lapang

59
60
63
66
68
69

1

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Perkembangan teknologi memberikan pengaruh besar pada aktivitas setiap
orang, karena dengan kemudahan yang diberikan oleh teknologi memungkinkan
setiap orang mampu menjangkau belahan dunia hingga tanpa secara fisik
menjangkau belahan dunia tersebut secara langsung (Prayifto 2010). Produk
teknologi yang kini hampir dimiliki oleh semua orang adalah smartphone, salah
satu alat yang paling revolusioner di abad ini dan sering digunakan karena
memberikan kemudahan dalam melakukan komunikasi. Dahulu sebelum adanya
smartphone dalam kegiatan berkomunikasi orang biasanya menggunakan surat,
telegram atau media lainnya yang dirasa cukup mahal dan sulit untuk melakukan
komunikasi jarak jauh secara langsung. Namun seiring dengan perkembangan
smartphone yang pesat mampu memberikan kemudahan dalam berkomunikasi
bahkan lebih dari hanya sekedar itu. Harganya pun murah dan biaya operasionalnya
juga tidak terlalu mahal. Kini komunikasi jarak jauh pun terasa dekat, informasi
apapun begitu mudah didapatkan. Berdasarkan UU Nomor 39 Tahun 1999 Pasal 14
Ayat 1 dan 2 Tentang Hak Asasi Manusia terkait komunikasi dan perolehan
informasi untuk pengembangan diri dengan menggunakan sarana yang tersedia.
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) tahun 2011 persentase jumlah
pengguna telepon terbanyak terdapat pada telekomunikasi tanpa kabel yaitu sebesar
96,33 % termasuk di dalamnya pelanggan telepon tetap nirkabel, smartphone pasca
bayar, dan smartphone prabayar. Persentase pelanggan telekomunikasi dengan
menggunakan kabel hanya sebesar 3,67 % dari seluruh pelanggan telepon. Data
lainnya yang diperoleh dari survei Indikator Teknologi Informasi dan Komunikasi
(TIK) rumah tangga yang dilakukan oleh Puslitbang Penyelenggara Pos dan
Informatika (PPI) Kominfo tahun 2014 menyatakan bahwa 83,20 % rumahtangga
memiliki smartphone sedangkan hanya 17% rumah tangga yang menyatakan tidak
memiliki smartphone. Pulau Jawa dan Sumatera merupakan pulau dengan proporsi
kepemilikan smartphonenya di atas 80 %. Pada tahun 2011 pengguna smartphone
telah melebihi jumlah penduduk Indonesia, pada tahun 2013 jumlah kepemilikan
smartphone mencapai 313 juta. Rata-rata pertumbuhan jumlah pengguna
smartphone mencapai 18 % per tahun. Smartphone ini terus berkembang dengan
berbagai fitur yang memberikan manfaat kepada penggunanya.
Namun saat ini mulai timbul keresahan di masyarakat, karena penggunaan
smartphone bukan hanya keluarga lapisan atas dan perkotaan saja namun keluarga
lapisan menengah, lapisan bawah termasuk anggota keluarga petani sudah
menggunakan smartphone (Veronika 2013). Hasil Survei indikator rumah tangga
yang dikeluarkan pada tahun 2014 oleh Puslitbang PPI Badan Litbang SDM
Kementerian Komunikasi dan Informatika didapatkan data sebaran individu
pengguna smartphone tertinggi pada kelompok usia produktif Indonesia yaitu usia
16-25 tahun dengan persentase sebesar 84,82 % dan usia 26-35 tahun dengan
persentase sebesar 82,59 %. Kelompok usia 56-65 tahun menduduki posisi paling
rendah dengan persentase 63,08 %. Smartphone memberikan dampak bukan hanya
positif namun juga negatif seperti kejadian insomnia akibat tingginya durasi
penggunaan media sosial pada smartphone (Syamsoedin et al. 2015).

2

Prayifto (2010) dalam penelitiannya mengenai sikap dan perilaku
penggunaan smartphone menyatakan perilaku yang dimunculkan oleh remaja desa
terhadap penggunaan smartphone dipengaruhi oleh keterdedahannya pada iklan
dan terpaan media massa. Lebih dari 60 % remaja desa menyatakan bahwa
tingginya hubungan tingkat terpaan media massa dan keterdedahan iklan dengan
perilaku remaja dalan menggunakan smartphone. Selain itu Mulyandari (2006)
dalam penelitian serupa menyatakan bahwa perilaku yang dimunculkan oleh
mahasiswa terhadap penggunaan smartphone tidah hanya dipengaruhi oleh sikap
tetapi intensitas berperilaku. Penelitian ini juga menyatakan hampir 65 % responden
mengetahui dampak negatif penggunaan smartphone dalam jangka waktu lama
namun tetap saja keinginan untuk sering menggunakan fasilitas yang ada pada
smartphone. Intensitas berperilaku mahasiswa dalam menggunakan smartphone
dikatakan tinggi karena 70 % responden dalam penelitian ini menyatakan akan terus
menggunakan smartphone untuk menunjang kegiatan sehari-hari. Penelitian ini
juga menunjukkan bahwa intesi berperilaku mahasiswa sebesar 55 % dipengaruhi
oleh keluarga, dan 30 % dipengaruhi oleh teman yang artinya terdapat pihak yang
memberikan pengaruh mahasiswa dalam menggunakan smartphone. Hasil tersebut
berlandaskan pada Theory of Reasoned Action atau lebih dikenal dengan Theory of
Planned Behavior Ajzein dan Fishbein dalam Baron dan Byrne (2003) yang
menjelaskan bahwa perilaku juga dipengaruhi oleh norma subjektif yang di
antaranya adalah tokoh panutan dan motivasi untuk mengikuti tokoh panutan.
Penelitian mengenai sikap dan perilaku penggunaan smartphone masih
sedikit yang membahas terkait pengguna di pedesaan, kebanyakan membahas
mengenai sikap dan perilaku penggunaan smartphone remaja di daerah perkotaan.
Penelitian terkait sikap dan perilaku penggunaan smartphone yang kini bukan
hanya dipakai oleh masyarakat perkotaan saja namun juga masyarakat pedesaan,
tidak terkecuali anggota keluarga petani sebagai subjek perkembangan pertanian di
pedesaan masih sangat sedikit. Implikasi penggunaan smartphone dalam
pengembangan pertanian terutama untuk menyebarkan informasi sangat efektif dan
efisien. Solusi dari permasalahan dalam mengembangkan pertanian dapat diakses
dengan mudah melalui smartphone. Baik orangtua, dewasa, ataupun remaja hingga
anak-anak di pedesaan kini sudah mulai mengenal layanan yang disediakan oleh
smartphone. Perbedaan antara telepon selular dengan smartphone diduga
memunculkan sikap dan perilaku yang berbeda. Oleh karena itu penting untuk
mengetahui sikap dan perilaku pengguna smartphone pada anggota keluarga petani
sehingga dampak negatif dari penggunaan dapat dihindari, selain itu terdedahnya
anggota keluarga petani diharap dapat meningkatkan kemudahan akses terhadap
informasi. Pendapat lain dari Badwilan (2004) menyatakan penggunaan
smartphone secara terus menerus dalam jangka waktu yang cukup lama akan
menggangu kesehatan, di antaranya kanker otak, kanker mata, kanker telinga, sakit
kepala, dan pembengkakan jari-jari tangan.
Berdasarkan data hasil survei Sosial Ekonomi Nasional (SUSENAS) tahun
2013 Jawa Tengah merupakan provinsi yang menduduki posisi kelima terbesar
pengguna internet dengan menggunakan smartphone di pedesaan yakni 9,43 %,
sedangkan pengguna di perkotaan menduduki posisi kesembilan yakni 20,14 %.
Salah satu desa di Jawa Tengah yang sudah terdedah dengan perkembangan
smartphone adalah Desa Jangglengan, Kecamatan Nguter, Kabupaten Sukoharjo.
Desa Jangglengan ini merupakan desa yang masih mencirikan suasana pedesaan

3

yakni bertani, kekeluargaan, menjunjung tinggi nilai-nilai keagamaan, dan lebih
dari 80 % penduduk desa memiliki aset ekonomi berupa tanah sebagai modal
produksi usaha di sektor pertanian. Walaupun masih mencirikan pedesaan namun
wilayah ini sudah terdedah dengan adanya smartphone. Berdasarkan data isian desa
menunjukkan jumlah kepemilikan smartphone di desa ini yang telah mencapai
lebih dari 15 % dari jumlah penduduk desa. Rumah tangga di Desa Jangglengan
adalah rumah tangga petani, karena sumber mata pencaraharian utamanya dibidang
pertanian, Sebesar 92 persen dari jumlah KK di Desa Jangglengan merupakan
keluarga petani. Kelompok usia yang sudah terdedah dengan adanya smartphone
adalah remaja desa yang merupakan bagian dari keluarga petani, berusia rata-rata
16-25 tahun. Remaja desa merupakan sumberdaya manusia desa yang memiliki
pontensi besar untuk perkembangan desa ke arah yang lebih baik terutama
perkembangan desa di sektor pertanian, dengan tingginya tingkat keterdedahan
remaja terhadap media dapat memberikan perubahan perilaku remaja terhadap
lingkungannya.
Masalah yang kini melanda bangsa Indonesia bukan hanya
termarjinalisasinya budaya asli. Dahulu remaja senang sekali bermain petak umpet,
lompat tali, dan permainan tradisional lainnya di halaman rumah kini permainan
yang mereka suka lebih banyak terdapat di smartphone miliknya (Asizah 2013).
Namun peluang untuk berkembang lebih cepat melalui kemudahan akses informasi
membuat remaja semakin konsumtif bukan produktif. Selain itu dampak negatif
dari penggunaan jangka lama smartphone juga tidak dapat menjadi faktor
penghambat penggunaan. Menurut Calhoun (1995), perilaku merupakan fungsi dari
sikap. Sikap mendukung atau tidak pada suatu objek akan mempengaruhi perilaku
seseorang terhadap objek tersebut sehingga sikap keluarga petani akan
mempengaruhi perilaku mereka dalam menggunakan smartphone. Remaja
merupakan kelompok pengguna smartphone dalam keluarga petani dan pengguna
tertinggi Desa Jangglengan, Kecamatan Nguter, Kabupaten Sukoharjo. Artinya
dampak dari penggunaan akan dapat dilihat dari sikap dan perilaku penggunaan
remaja dalam menggunakan produk teknologi tersebut. Oleh karena itu untuk dapat
memahami perilaku remaja sebagai anggota keluarga petani perlu melihat
bagaimana hubungan antara sikap dan norma subjektif terhadap perilaku remaja
dalam menggunakan smartphone.
Perumusan Masalah
Sikap seseorang terhadap suatu objek atau lainnya akan berpengaruh pada
pembentukan perilaku seseorang tersebut (Baron RA dan Byrne D 2003). Remaja
merupakan subjek penting dalam perkembangan berbagai aspek di Indonesia
pasalnya remaja merupakan generasi penerus bangsa, bukah hanya remaja
perkotaan saja yang kini terdedah dengan perkembangan produk teknologi namun
juga remaja di pedesaan. Remaja desa yang menjadi harapan bangsa untuk menjadi
generasi penerus terutama dalam bidang pertanian sudah mulai enggan melirik
dunia pertanian. Selain itu rendahnya kesejahteraan keluarga petani Indonesia
membuat semakin menurunnya jumlah petani Indonesia saat ini.
Terdedahnya anggota keluarga petani terutama remaja pedesaan terhadap
inovasi dan kemudahan akses terhadap informasi pada layanan smartphone
diharapkan mampu meningkatkan pengetahuan petani dalam meningkatkan

4

kesejahteraan keluarga petani. Kemudahan akses informasi, interaksi, hiburan turut
menyumbang perkembangan baik pada kondisi keluarga petani Indonesia. Salah
satu inovasi yang kini hampir setiap lapisan masyarakat punya yaitu smartphone.
Oleh karena itu general research question dalam penelitian ini adalah “Bagaimana
hubungan antara sikap dan norma subjektif terhadap perilaku remaja pedesaan
dalam menggunakan smartphone”.
Berdasarkan latar belakangan yang telah dikemukakan diatas. Maka dapat
dirumuskan pertanyaan penelitian antara lain:
1. Bagaimana sikap remaja pedesaan di Desa Jangglengan terhadap
smartphone?
2. Bagaimana perilaku remaja pedesaan di Desa Jangglengan dalam
menggunakan smartphone?
3. Bagaimana norma subjektif remaja pedesaan di Desa Jangglengan
dalam menggunakan smartphone?
4. Bagaimana hubungan sikap dengan perilaku remaja pedesaan di Desa
Jangglengan dalam menggunakan smartphone?
5. Bagaimana hubungan norma subjektif dengan remaja pedesaan di
Desa Jangglengan dalam menggunakan smartphone?
Tujuan Penelitian
Berdasarkan perumusan masalah maka dapat dirumuskan tujuan penelitian
umum yaitu untuk menganalisis sejauh mana hubungan antara sikap dan norma
subjektif terhadap perilaku seseorang dalam menggunakan smartphone. Adapun
tujuan yang lebih spesifik lainnya adalah sebagai berikut:
1. Menggambarkan sikap remaja di Desa Jangglengan terhadap smartphone.
2. Menggambarkan perilaku remaja di Desa Jangglengan dalam menggunakan
smartphone.
3. Menggambarkan norma subjektif remaja di Desa Jangglengan dalam
menggunakan smartphone.
4. Menganalisis hubungan sikap dengan perilaku remaja di Desa Jangglengan
dalam menggunakan smartphone.
5. Menganalisis hubungan norma subjektif dengan perilaku remaja di Desa
Jangglengan dalam menggunakan smartphone.
Kegunaan Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan kegunaan bagi berbagai pihak,
yaitu:
1. Bagi kalangan akademisi, hasil penelitian ini dapat menambah literatur
sikap dan perilaku remaja pedesaan dalam menggunakan smartphone.
2. Bagi pembuat kebijakan, hasil penelitian ini dapat dijadikan rekomendasi
upaya pembangunan di Indonesia.
3. Bagi masyarakat, hasil penelitian ini dapat menambah kesadaran kritis
tentang masuknya teknologi dalam kehidupan remaja di pedesaan.
4. Bagi peneliti yang ingin mengkaji lebih lanjut mengenai sikap dan perilaku
dalam menggunakan smartphone secara lebih rinci.

5

PENDEKATAN TEORITIS
Sikap, Norma Subjektif, dan Perilaku
Manusia akan melakukan evaluasi terhadap aspek dunia sosialnya, apakah hal
tersebut merupakan hal positif atau negatif. Menurut Calhoun (1995) sikap adalah
sekelompok keyakinan dan perasaan yang melekat tentang objek tertentu, dan
kecenderungan untuk bertindak terhadap objek tersebut dengan cara-cara tertentu.
Sedangkan menurut Rakhmat (2001) sikap adalah kecenderungan bertindak,
berpersepsi, berpikir, dan merasa dalam menanggapi objek, ide, situasi atau nilai.
Selain itu menurut Sears et al. (2004) Sikap akan sesuai dengan perilaku jika dalam
kondisi tertentu, seperti sikap yang kuat dan tanpa tekanan emosi yang
bertentangan. Artinya sikap yang yang dimunculkan oleh individu diambil dan
diputuskan saat kondisi terbaik individu, tidak sedang berada dalam tekanan yang
dapat memunculkan sikap tidak pasti pada sebuah objek. Sikap dapat bersifat positif
dan negatif, pada sikap positif terdapat kecenderungan tindakan mendekati,
menyenangi, dan mengaharapkan pada objek tertentu sedangkan pada sikap negatif
terdapat kecenderungan tindakan menjauhi, menghindari, membenci, tidak
menyukai pada objekt tertentu (Sarwono 2002).
Terdapat tiga komponen sikap (Azwar 2003) yang disebut sebagai struktur
sikap, yaitu: (1) Komponen kognitif, yaitu kepercayaan seseorang mengenai apa
yang berlaku atau apa yang benar bagi objek sikap. Komponen kognitif juga berisi
persepsi, kepercayaan, dan stereotip yang dimiliki individu mengenai sesuatu; (2)
Komponen afektif merupakan perasaan individu terhadap objek sikap dan
menyangkut masalah emosi. Aspek emosional inilah yang biasanya berakar paling
dalam sebagai komponen sikap dan merupakan aspek yang paling bertahan
terhadap pengaruh-pengaruh yang mungkin akan mengubah sikap seseorang; (3)
Komponen konatif merupakan kecenderungan untuk bertindak atau untuk bereaksi
terhadap sesuatu dengan cara-cara tertentu. Sikap manusia bukan merupakan
bawaan akan tetapi suatu yang dipelajari, oleh karena itu sikap lebih mudah
dibentuk, dikembangkan, dipengaruhi, dan diubah. Sikap timbul karena adanya
pengaruh dari individu itu sendiri atau lingkungannya. Sikap seseorang tidak
selamanya tetap.
Sikap dapat menentukan perilaku jika dapat muncul dalam kesadaran
seseorang. Manurut Walgito (2002) perilaku yang dilakukan seseorang disebut
perilaku tampak (overt behavior). Hubungan sikap dan perilaku juga dipengaruhi
oleh pengalaman langsung seseorang pada suatu objek dengan adanya kepentingan
terhadap objek tersebut (Sears et al. 2004). Namun tidak selalu sikap berakhir
dengan perilaku yang sesuai dengan sikap tersebut, hal ini terjadi jika terdapat
tekanan besar pada individu untuk melakukan tindakan yang tidak sesuai (Sarwono
2002). Kecenderungan berperilaku secara konsisten, selaras dengan kepercayaan
dan perasaan ini akan membentuk sikap individual. Cara lingkungan dalam
mempengaruhi perilaku di antaranya adalah lingkungan menghalangi perilaku yang
akibatnya akan membatasi apa yang akan dilakukan, lingkungan menentukan
bagaimana harus bertindak, dan lingkungan juga mampu membentuk diri (Calhoun
1995). Maksudnya adalah banyak faktor yang dapat menentukan perilaku seseorang

6

terutama faktor lingkungan yang akan berpengaruh pada tindakan individu,
membatasi tindakan individu, dan membentuk karakter individu.
Menurut Azwar (2003) ada beberapa faktor yang mempengaruhi perilaku
salah satunya adalah pengaruh orang lain yang dianggap penting (significant
others) yaitu orang yang akan banyak mempengaruhi tingkat kecenderungan
berperilaku. Diantara orang yang dapat dianggap penting bagi individu adalah
orangtua, teman dan lain sebagainya. Selain itu besarnya motivasi untuk mengikuti
pengaruh dari significant others juga perlu di perhatikan sebagai salah satu faktor
penentu perilaku seseorang. Teori yang mengungkapkan latar belakangan atau
alasan dari suatu tindakan dapat dilihat dari Theory of Planned Behavior oleh Ajzen
dan Fisbein. Teori ini mengatakan bahwa sikap dan norma subjektif mempengaruhi
perilaku dengan membentuk kecenderungan berperilaku yang pada akhirnya
seseorang akan bertindak secara nyata. Teori tersebut juga dijelaskan bahwa
terbentuknya suatu perilaku dari seseorang merupakan suatu proses berpikir yang
cukup panjang dalam mengambil keputusan, yaitu apakah seseorang tersebut akan
bertindak atau tidak. Sikap seseorang terhadap suatu objek disertai dengan adanya
norma subjektif maka akan memperngaruhi perilaku seseorang tersebut. Semakin
positif sikap seseorang terhadap suatu objek, semakin positif konsekuensi yang
diterima, dan semakin didukung oleh norma subjektif (significant others) maka
semakin besar berilaku dan begitu sebaliknya semakin negatif sikap seseorang dan
konsekuensi yang diterima negatif disertai dengan tidak didukung oleh norma
subjektif maka semakin kecil perilaku seseorang tersebut.
Pengertian dan Karakteristik Remaja
Remaja berasal dari kata latin adolescere (kata bendanya adolescentia
yang berarti remaja) yang berarti tumbuh atau tumbuh menjadi dewasa (Piaget
dalam Hurlock 1991). Secara teoritis dan empiris dari segi psikologi, rentang usia
remaja berada antara 12 tahun sampai 21 tahun bagi perempuan dan 13 tahun
sampai 22 tahun bagi laki-laki. Jika dibagi atas remaja awal dan remaja akhir maka
remaja awal berada pada usia 12-13 tahun sampai 17 tahun sedangkan remaja akhir
berada pada usia 17-18 tahun sampai 22 tahun (Mappiare 1982). Menurut Mappiare
(1982) secara psikologi masa remaja merupakan kondisi dimana individu
berintegrasi dengan masyarakat dewasa, usia seorang anak sudah tidak lagi merasa
di bawah tingkat orang-orang yang lebih tua, melainkan berada pada tingkat yang
sama. Kepribadian remaja masih sangat labil dan rentan terhadap pengaruh luar
yang akan membentuk sikap dan perilakunya. Masa remaja dikatakan juga sebagai
masa dimana seorang individu mencari jati diri dengan berinteraksi lebih banyak
pada lingkungan eksternal dan internalnya. Remaja akan menemukan jati diri
dengan berinteraksi dalam kelompok, lingkungan, atau mengidolakan seseorang.
Masa remaja juga merupakan masa yang ditandai dengan meningkatnya pola
interaksi sosial yang sifatnya pribadi. Terkadang mendapatkan untuk penerimaan
sosial dari kelompoknya maka seorang remaja sangat mencurahkan perhatian dan
meningkatkan daya tarik diri, misalnya dalam berpakaian, berbicara, termasuk
dalam menggunakan smartphone.
Menurut Soekanto (2002) pada remaja pedesaan ciri-ciri yang menonjol
dari kehidupannya adalah kehidupan keagamaan yang cenderung lebih kuat
dibandingkan dengan remaja perkotaan, hal ini disebabkan oleh kehidupan

7

keagamaan warga desa yang cenderung ke arah agama (religious trend), remaja
pedesaan pada umumnya bergantung pada orang lain, karena di pedesaan orang
lebih mementingkan keluarganya. Remaja pedesaan menganggap remaja perkotaan
mempunyai tingkat kebudayaan yang lebih tinggi dan pergaulan yang lebih luas
dengan segala kondisi lingkungan dengan taraf hidup menengah atas sehingga
remaja pedesaan mempunyai daya atau gairah yang kuat untuk meniru perilaku
remaja perkotaan yang tidak selamanya baik. Perbedaan perilaku juga dipengaruhi
oleh perbedaan jenis kelamin. Remaja perempuan cenderung memiliki keintiman
yang dalam dengan orang sekitarnya dibandingkan dengan remaja laki-laki. Hal ini
disebabkan karena remaja laki-laki ingin menunjukkan kemandirian yang lebih dan
adanya jarak dengan sekitarnya (Hurlock 1991). Karakteristik seorang remaja dapat
dibagi menjadi karakteristik demografik dan karakteristik psikografik.
Karakteristik demografik mencakup usia, jenis kelamin, ukuran keluarga, daur
kehidupan keluarga, penghasilan, pekerjaan, pendidikan, agama, ras, kebangsaan,
dan tingkat sosial. karakteristik psikografik mencakup gaya hidup dan kepribadian
remaja (Kotler 1997).
Media Komunikasi
Menurut Cangara (1998) media merupakan alat atau sarana yang
digunakan untuk menyampaikan pesan dari komunikator kepada khalayak. Media
Komunikasi menurut Danim (2008), ilmu pengetahuan dan teknologi menyebabkan
teknologi komunikasi mengalami kemajuan yang pesat sehingga dapat berpengaruh
terhadap pola komunikasi di masyarakat. Dibuatnya instrumen teknologi seperti
satelit, televisi, radio, video tape dan komputer memberikan arti tersendiri dalam
proses komunikasi antar manusia. Teknologi tersebut, dapat memudahkan manusia
dalam berkomunikasi satu sama lain dan mempermudah individu dalam
memperoleh informasi yang dibutuhkanya.
Pembetukan sikap yang merupakan evaluasi seseorang pada dunia sosialnya
bukan hanya terbatas pada seseorang saja namun juga pada obyek. Salah satunya
adalah teknologi komunikasi yang kini sangat akrab dikalangan masyarakat seperti
sebagai media komunikasi seperti smartphone, televisi, internet, dan lain
sebagainya. Berdasarkan karakteristik media komunikasi menurut Ruben (1992)
telepon seluler memiliki karakteristik sebagai media komunikasi sebagai berikut:
1) sinkron, karena smartphone memungkinkan proses komunikasi dimanapun
berada tanpa dibatasi ruang dan waktu; 2) interaktivitas tinggi, karena kontrol isi
pesan, waktu, dan tempat terjadinya komunikasi sepenuhnya ada di pengguna
smartphone; 3) presensi tinggi, karena komunikasi dengan menggunakan media
smartphone memungkinkan terjadinya komunikasi yang personal (pribadi); 4)
bersifat pribadi, karena smartphone merupakan alat komunikasi interpersonal yang
hanya melibatkan individu dalam proses komunikasi. Media komunikasi massa
memiliki peran penting dalam membentuk jati diri bangsa, selain itu dapat
mengubah budaya di masyarakat sehingga nilai serta norma terkadang melenceng
dari aturan lama dan akhirnya menjadi pandangan hidup bangsa (Setiawati 2008).

8

Perkembangan Smartphone sebagai Media Komunikasi
Tahun 1978 merupakan awal diciptakannya telepon selular dan mulai
digunakan oleh negara di dunia seperti Jerman dan Amerika pada tahun 1985
(Mulyanta 2003), sedangkan pada tahun 1994 sampai tahun 1995 sudah mulai
diperkenalkan dan digunakan di Indonesia. Menurut Darwin dalam Rahardjo
(2002) dalam perkembangan telepon selular telah mengalami evolusi, mulai dari
perubahan bentuk atau tampilan fisik sampai fitur yang disediakan. Layanan yang
muncul pada setiap perkembangannya semakin manarik masyarakat untuk
menggunakannya hingga saat ini muncul telepon selular yang kemampuannya
hampir setara dengan PDA yang sering disebut smartphone. Pada mulanya telepon
selular hanya terbatas pada percakapan suara dan Short Message Service (SMS)
saja namun saat ini telepon selular sudah mampu mengakses internet, merekam
suara, mengakses berbagai aplikasi, serta download. Selain itu teknologi lainnya
adalah kemampuan melakukan video call yang memungkinkan seseorang untuk
berkomunikasi secara tatap mudah tanpa batas jarak.
Smartphone merupakan media komunikasi yang sangat akrab dengan
masyarakat (Prayifto 2010). Masyarakat kini telah mengenal smartphone atau
telepon pintar yang lebih canggih dibandingkan dengan telepon selular. Melakukan
aktivitas dengan menggunakan smartphone memiliki banyak keuntungan
dibandingkan dengan telepon selular. Keunggulan smartphone yang menggunakan
teknologi android, teknologi yang cukup canggih terbukti pada ketersediaan fiturfitur yang menarik dan beraneka macam (Salisiya 2013). Smartphone berfungsi
layaknya komputer atau laptop yang mampu mendukung gaya hidup online di era
internet seperti saat ini. Hadirnya smartphone ini memberikan banyak pengaruh
dalam kehidupan, bukan hanya pengaruh positif namun juga negatif. Beragam pula
sikap dan perilaku konsumen dalam menanggapi hadirnya produk teknologi
komunikasi yang canggih ini. Menurut Badwilan (2004) penggunaan smartphone
secara terus menerus dalam jangka waktu yang lama dapat menyebabkan gangguan
kesehatan, di antaranya adalah keletihan, pusing, iritasi kulit, kanker telinga, dan
kanker otak. Selanjutnya Mulyanta (2003) menyatakan bahwa radiasi yang
dikeluarkan oleh smartphone mempunyai efek terhadap kesehatan tubuh para
penggunanya. Beberapa penyakit yang timbul dari penggunaan smartphone dalam
waktu yang cukup lama adalah kanker, tumor otak, kelelahan, dan sakit kepala.
Layanan pada smartphone kini tidak hanya untuk kegiatan positif namun juga
negatif baik dalam lingkup memperoleh informasi, melakukan kegiatan interaksi,
dan memperoleh hiburan. Selain itu Hakim (2009) juga memaparkan bahwa
penggunaan smartphone saat ini tidak hanya sebagai alat komunikasi semata,
melainkan dapat membetuk interaksi sosial yang dapat berbeda dengan interaksi
tatap muka. Orang yang dikatakan tidak dapat tampil di tempat umum bisa
melakukan interaksi sosial dan komunikasi sosial dengan yang lain, sambil
mempertahankan ruang pribadinya sendiri. Artinya seseorang dapat berada di ruang
publik walaupun secara fisik tidak berada disana. Berikut perbedaan telepon selular
dan smartphone (Tabel 1)

9

Tabel 1 Perbedaan telepon selular dan smartphone
No
Telepon selular
Smartphone
1
Tidak memiliki sistem operasi Memiliki
sistem
operasi
yang
untuk berbagai aplikasi
memungkinkan mampu menjalankan
berbagai aplikasi
2
Memiliki perangkat lunak namun Smartphone memiliki aplikasi yang
tidak mampu melakukan kegiatan memungkinkan anda membuat dan
mengedit, membuat, dan melihat mengedit dokumen Ms. Office atau
dokumen
setidaknya mampu melihat file, selain
itu
memiliki
kemampuan
mendownload berbagai aplikasi seperti
sotfware keuangan, personal assistant,
dan banyak lagi
3
Tidak mampu melakukan akses Smartphone dapat mengakses internet
terhadap
internet
dengan pada kecepatan yang lebih tinggi,
kecepatan tinggi
berkat pertembuhan 4G dan jaringan
data 3G, serta penambahan dukungan
Wi-fi
4
Tombol yang masih digunakan Smarthphone pada umumnya sudah
adalah
tombol
manual dilengkapi
dengan
keyboard
smartphone secara fisik
QWERTY yang bisa berbentuk fisik
ataupun virtual (diketik melalui layar
sentuh)
5
Hanya dapat menerima pesan dan Semua smartphone dapat mengirim
mengirim pesan, tidak memiliki dan menerima pesan teks namun
kemampuan menangani email
smartphone lebih unggul adalah
kemampuan akses terhadap email
Sumber: Internet Dapat diunduh pada http://www.amazine.co/23760/apa-itu-smartphone5-perbedaan-smartphone-dengan-ponsel/

Perilaku Penggunaan Smartphone
Hasil riset yang dilakukan google bersama dengan The Natural Source
(TNS) Australia yang ditulis oleh tekno.kompas.com pada 19 November 2015 di
situs resmi Kompas 50 % pemilik smartphone di Indonesia menjadikan alat tersebut
sebagai alat komunikasi utama termasuk untuk melakukan akses terhadap internet
oleh karena itu smartphone dianggap media penting untuk menunjang kegiatan
sehari-hari masyarakat Indonesia. Hasil riset ini juga menyatakan kawasan Asia
sudah berkembang menjadi hubungan bisnis aplikasi global. Terdapat tiga aplikasi
yang laku di Asia yakni aplikasi instant messaging, media sosial seperti line dan
whattsapp, dan mesin pencari. Indonesia merupakan salah satu negara yang
mendominasi aktivitas media sosial pertama dan chat di peringkat kedua. Googling
menduduki posisi ketiga aktivitas yang dilakukan oleh pengguna di Indonesia mirip
dengan pengguna smartphone di India dan Australia namun untuk India aktivitas
ketiga tertinggi adalah mencari hiburan, sementara Australia untuk mencari berita
atau kabar cuaca. Indonesia menduduki posisi tertinggi dalam unduhan aplikasi
smartphone tidak berbayar sedangkan untuk aplikasi berbayar Indonesia

10

menduduki posisi kedua. Fakta lain dari hasil survei itu terkait situs yang paling
laris dibuka di Indonesia yakni aplikasi belanja online, hiburan, dan travel.
Perilaku dalam menggunakan smartphone diartikan sebagai tindakan yang
dilakukan seseorang yang berkaitan dengan penggunaan smartphone sebagai media
komunikasi. Menurut McQuail (2002), ada beberapa alasan seseorang
menggunakan media komunikasi, di antaranya: (1) memperoleh informasi, seperti
mencari berita tentang peristiwa dan kondisi yang berkaitan dengan lingkungan
terdekat, memuaskan rasa ingin tahu dan minat umum, dan memperoleh rasa damai
melalui penambahan pengetahuan; (2) Melakukan interaksi sosial, seperti
memperoleh pengetahuan tentang keadaan orang lain, empati sosial,
memungkinkan seseorang dapat menghubungi sanak keluarga dan teman serta serta
kerabat; (3) Memperoleh hiburan, seperti melepaskan diri atau terpisah dari
permasalahan, bersantai dan mengisi waktu, memperoleh kenikmatan jiwa dan
estetis, menyalurkan emosi dan membangkitkan gairah seks.
Durasi dalam penggunaan media komunikasi pada smartphone lebih banyak
dibandingkan dengan aktivitas lainnya, karena jumlah media sosial yang dimiliki
pengguna smartphone rata-rata lebih dari dua aplikasi sosial media (Syamsoedin et
al. 2015). Perkembangan akibat teknologi ini banyak memberi perubahan terkait
desa, terutama perubahan gaya hidup sudah mulai nampak (Putri 2012).
Menggunakan smartphone memungkinkan semua pengguna dapat mengakses
informasi, melakukan interaksi dengan pengguna lainnya, dan memperoleh
hiburan. Hal tersebut paling sering dilakukan oleh pengguna smartphone dengan
dukungan aplikasi smartphone yang kini semakin beranekaragam (Mayasari 2012).
Hubungan Sikap dan Perilaku
Sikap merupakan gejala internal yang berdimensi afektif berupa
kecenderungan untuk merespon dengan cara yang relatif tetap terhadap objek
(orang atau barang), jasa, dan sebagainya, baik secara positif maupun negatif (Syah
2002) dan perilaku merupakan cara bertindak yang menunjukkan tingkah laku
seseorang. Menurut Azwar (2003), teori yang mengungkapkan latar belakang atau
alasan suatu tindakan dapat dilihat melalui Theory of Planned Behavior oleh Ajzen
dan Fishbein. Sikap ini ditentukan oleh dua hal yaitu, kepercayaan atau keyakinan
(belief) tentang konsekuensi-konsekuensi dari perilaku, dan evaluasi terhadap
konsekuensi-konsekuensi tersebut untuk diri subjek itu sendiri. Tekanan sosial yang
dirasakan (norma subjektif) untuk melakukan perilaku. Norma subjektif ditentukan
oleh dua hal, yaitu pendapat tokoh atau orang lain yang dianggap penting
(significant others) serta seberapa jauh subjek akan mengikuti pendapat orang lain
tersebut. Sikap terhadap perilaku bersama norma subjektif membentuk niat untuk
berperilaku.
Berdasarkan teori tersebut dapat dijelaskan bahwa terbentuknya suatu
perilaku seseorang merupakan proses berpikir yang cukup panjang dalam
mengambil keputusan, yaitu apakah seseorang akan bertindak atau tidak.
Berdasarkan teori ini perilaku ditentukan oleh tiga faktor , yaitu: (1) Sikap terhadap
perilaku (attitudes toward a behavior): evaluasi positif atau negatif dari perilaku
yang ditampilkan. (2) Tekanan sosial yang dirasakan (norma subjektif): persepsi
orang apakah orang lain akan menyetujui atau menolak perilaku tersebut, dan (3)

11

Kontrol perilaku yang dipersepsikan: penilaian terhadap kemampuan sikap untuk
menampilkan perilaku.

Sikap terhadap
tingkah laku tertentu
Norma subjektif

Intensi
tingkah
laku

Tingkah laku
yang tampak

Kontrol tingkah laku

Sumber: Ajzen dan Fishbein (1975) dalam Baron dan Byrne (2003)
Gambar 1 Theory of planned behavior
Menurut penelitian Handayani (2006) hubungan antara media komunikasi
dengan perilaku dapat dilihat dari sebagian besar petani peserta kredit ketahanan
pangan (KKP) sudah terdedah terhadap media, namun petani kurang intensif dalam
menggunakan media untuk memperoleh informasi. Selain menggunakan media,
petani juga dapat mendapatkan informasi dari temannya, penyuluh maupun pihak
Bank untuk mencari informasi tentang program KKP. Dalam hal kontak dengan
sumber informasi, sebagian besar petani kurang intensif dalam kontak dengan
sumber informai. Hal tersebut disebabkan petani tinggal di desa sehingga jauh
untuk mengakses bank, sifat pemalu petani menyebabkan mereka enggan untuk
kontak dengan penyuluh maupun sumber informan lainnya dan kesibukan petani
juga menghambat keintensifan kontak petani dengan sumber informasi. Dengan
demikian hubungan sikap dan perilaku dipengaruhi oleh bagaimana cara sikap itu
masuk dalam kesadaran. Hubungan sikap dan perilaku juga dipengaruhi oleh
pengalaman langsung pada objek serta adanya kepentingan tetap atau kepentingan
diri sendiri terhadap suatu objek (Sears et al. 2004).
Selain itu, penggunaan jenis media oleh petani dapat dilihat dalam aspekaspek penggunaan media komunikasi seperti mendengarkan radio, menonton
televisi dan membaca majalah atau brosur. Dalam hal mendengarkan radio, petani
kurang intensitasnya dalam mendengarkan radio untuk mencari informasi tentang
kredit ketahanan pangan (KKP). Hal tersebut disebabkan karena petani sibuk
dengan pekerjaannya sehingga petani kurang mendapatkan informasi melalui
media berupa radio. Dalam hal menonton televisi, petani di Kabupaten Ponorogo
hampir semuanya telah memiliki televisi sehingga petani dapat menonton televisi.
Kegiatan menonton televisi oleh petani dapat dikatakan belum terlalu intensif
karena petani sibuk dengan pekerjaannya dan waktu tayang program KKP yang
ditayangkan kurang sesuai dengan adwal longgar istirahat petani, sehingga petani
tidak banyak yang memperoleh informasi dari tayangan televisi mengenai program
KKP. Sebagian besar petani dapat membaca majalah atau brosur mengenai program
KKP. Informasi dari media tersebut dapat membuat petani memperoleh informasi
yang banyak mengenai program KKP. Menurut petani, membaca majalah maupun

12

brosur lebih hemat biaya, dan fleksible dengan waktu longgar para petani sehingga
informasi yan diperoleh mudah untuk dimengerti.
Hasil penelitian Awaliah (2012) menyebutkan bahwa hubungan keterdedahan
petani dengan media komunikasi dapat dilihat dari frekuensi petani dalam
menggunakan media komunikasi. Frekuensi bertemu dengan penyuluh (PPL) tidak
berpengaruh secara nyata dengan sikap petani, hal tersebut karena petani lebih
percaya pada pengalamanya dalam bertani. Frekuensi menonton televisi
berpengaruh dalam pertambahan pengetahuan petani karena memberikan informasi
pertanian yang banyak. Frekuensi membaca koran, leaflet tidak berpengaruh secara
nyata baik dalam sikap, pengetahuan maupun tindakan oleh petani karena petani
tidak mengerti mengenai materi yang ada di dalamnya dan pendidikan petani hanya
sampai SD. Penilain petani terhadap media komunikasi menurut hasil penelitian ini
adalah media komunikasi berperan dalam memberikan informasi yang baru bagi
petani, akan tetapi informasi yang disampaikan oleh media komunikasi sering kali
sama dengan informasi yang sudah petani peroleh dari nenek moyangnya terdahulu.
Hubungan Norma Subjektif dan Perilaku
Pada theory of planned behavior menyatakan bahwa keputusan untuk
menampilkan tingkah laku tertentu adalah hasil proses rasional yang diarahkan
pada suatu tujuan tertentu dan mengikuti urutan berpikir. Norma subjektif atau
tekanan sosial merupakan persepsi orang apakah orang lain akan menyetujui atau
menolak perilaku tersebut. Perilaku akan kuat atau lemah dilakukan berdasarkan
pada dua hal, yakni tokoh panutan dan motivasi dalam mengikuti tokoh panutan.
Apabila tokoh panutan memiliki opini positif pada suatu hal maka kecenderungan
untuk berperilaku akan kuat, dan begitu pula sebaliknya. Norma subjektif atau
tekanan sosial terdiri dari dua hal yaitu significant others dan tingkat motivasi
mengikuti significant others. Significant others merupakan orang yang dapat
memberikan pengaruh pada seseorang untuk bertindak, sedangkan tingkat motivasi
untuk mengikuti significant others merupakan besarnya keinginan untuk mengikuti
harapan dari significant others.
Dalam menentukan perilaku yang akan muncul kepada seseorang maka dapat
dilihat bahwa akan ada hal lain yang juga akan ikut terlibat dalam pembentukan
perilaku tersebut selain sikap. Pertama aspek situasi, faktor ini dapat mempengaruhi
hubungan antara sikap dan perilaku dalam cara lain yang dapat di diskusikan.
Secara umum individu akan lebih menyukai situasi yang memungkinkan kita untuk
mengekspresikan sikap dan perilaku. Dengan kata lain individu sering kali memilih
situasi dimana mereka dapat berperilaku sesuai dengan sikapnya, sikap itu sendiri
dapat diperkuat oleh ekspresi yang tampak dan menjadi prediktor perilaku yang
lebih baik diacu dalam buku psikologi sosial Baron dan Byrne (2003). Aspek dari
sikap itu sendiri yang meliputi:
1. Sumber suatu sikap (Attitude Origins). Faktor inilah yang mempengaruhi
bagaimana pertama kali sikap terbentuk. Bukti yang ada mengindikasikan
bahwa sikap yang terbentuk dari pengalaman langsung sering kali
memberikan pengaruh yang lebih kuat pada perilaku dari pada sikap yang
terbentuk berdasarkan pengalam tidak langsung atau pengalama orang lain.

13

Sikpa yang terbentuk berdasarkan pengalaman langsung juga lebih mudah
diingat dan lebih besar menimbulkan dampak bagi perilaku.
2. Kekuatan sikap (Attitude Stength). Semakin kuat sikap tersebut maka
semakin kuat pula dampaknya pada perilaku (Petkova et al. 1995 dalam
Baron dan Byrne 2003). Kata kekuatan melibatkan beberapa faktor
intensitas dari sebuah sikap, kepentingan, penegtahuan, dan kemudahan
diakses. Penelitian Crano (1997) dalam Baron dan Byrne (2003)
menyatakan bahwa kepentingan pribadi memang menjadi perantara kuat
dalam hubungan sikap dan perilaku dan hubungan ini akan menjadi semakin
kuat ketika kepentingan pribadi juga semakin tinggi
3. Kekhususan sikap (Attitude Specificity). Yaitu sejauh mana sikap tersebut
terfokuskan pada objek tertentu dibandingkan hal umum.
Kesimpulannya adalah sikap memang mempengaruhi perilaku. Namun,
kekuatan hubungan ini sangat dipengaruhi oleh beberapa faktor yang berbeda di
antaranya adalah hambatan situasional yang mengizinkan atau tidak mengizinkan
kita menampilkan ekspresi lahiriah dari sikap kita, begitu pula aspek dari sikap itu
sendiri (sifatnya, kekuatannya, dan kekhususannya). Hal tersebut juga berlaku bagi
pengguna smartphone sebagai subjek dan pelaku. Setiap individu memiliki
karakteristik yang beragam, hal tersebut dapat mempengaruhi bagaimana seseorang
bersikap yang pada akhirnya akan berperilaku berbeda pula.
Kerangka Pemikiran
Media komunikasi yang kini sangat dekat dengan masyarakat adalah
Smartphone. Perkembangannya tampak dari semakin canggihnya media
komunikasi tersebut yang kini sering disebut smartphone karena mampu berfungsi
selayaknya komputer. Hadirnya smartphone yang canggih ini dalam kehidupan
masyarakat terutama remaja pedesaan mempengaruhi sikap dan perilaku mereka
terhadap inovasinya. Hal ini dikarenakan rata-rata tingkat pendidikan anggota
keluarga petani yang terbilang masih rendah, sehingga hal-hal baru bagi mereka
dapat dengan mudah mempengaruhi sikap dan perilakunya. Sikap dapat dilihat dari
tiga komponen yaitu komponen kognitif, komponen afektif, dan komponen konati