Pengetahuan Dan Sikap Remaja Putri Terhadap Aborsi Dari Kehamilan Tidak Dikehendaki Di Sekolah Menengah Umum Negeri I Pematang Siantar Kecamatan Siantar Kabupaten Simalungun, Tahun 2007

(1)

PENGETAHUAN DAN SIKAP REMAJA PUTRI TERHADAP ABORSI DARI KEHAMILAN TIDAK DIKEHENDAKI DI SEKOLAH

MENENGAH UMUM NEGERI I PEMATANG SIANTAR KECAMATAN SIANTAR KABUPATEN

SIMALUNGUN, TAHUN 2007

SKRIPSI

Oleh :

TINCEULI SINAGA

NIM : 021000305

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


(2)

Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas sumatera utara Skripsi , Desember 2007

ABSTRAK

TINCEULI SINAGA

PENGETAHUAN DAN SIKAP REMAJA PUTRI TERHADAP ABORSI DARI KEHAMILAN TIDAK DIKEHENDAKI DI SMU NEGERI I SIANTAR KECAMATAN SIANTAR KABUPATEN SIMALUNGUN TAHUN 2007.

Kasus Aborsi adalah fenomena sosial yang tak kunjung ada solusi pemecahan masalahnya. Tidak tertinggal pelaku atau korban aborsi dari kehamilan yang tidak dikehendaki terjadi di kalangan remaja. Keadaan yang menghawatirkan ini lebih berbahaya lagi apabila remaja tersebut mengidap penyakit infeksi menular seksual (HIV/AIDS).

Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui pengetahuan dan sikap remaja putri terhadap aborsi dari kehamilan tidak dikehendaki di SMU Negeri I Siantar yaitu berjumlah 424 orang. Simple Random Sampling merupakan teknik pengambilan sampel dalam penelitian berjumlah 79 orang.

Berdasarkan hasil penelitian diperoleh bahwa pengetahuan siswi SMU Negeri I Siantar mengenai pengetahuan dan sikap terhadap aborsi dari kehamilan tidak dikehendaki pada umumnya ”sedang” yaitu sebesar 77,22%, sikap siswi SMU Negeri I Siantar ”baik” yaitu sebesar 100%.

Diharapkan institusi yang terkait dengan masalah kesehatan reproduksi khususnya remaja putri dapat bekerjasama dengan media elektronik khususnya televisi dalam menyiarkan pembelajaran tentang aborsi dan bahayanya.

Kata kunci : Pengetahuan, Sikap, Remaja Putri, Aborsi dari kehamilan tidak dikehendaki.


(3)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan ke Hadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas berkat dan Rahmat-Nya, Penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan judul

”Pengetahuan Dan Sikap Remaja Putri Terhadap Aborsi dari Kehamilan Tidak Dikehendaki di SMU Negeri I Pematang Siantar”.

Skripsi ini tidak hadir begitu saja. Penulis berterima kasih kepada mereka yang berperan amat penting di dalam memberikan bantuan dan dukungan baik secara moril maupun materil. Tanpa sentuhan tangan dan pikiran mereka, skripsi ini masih menjadi tumpukan yang tak berarti. Untuk itu, pada kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih dan penghargaan yang tulus kepada :

1. Ibu dr.Ria Masniari Lubis, Msi selaku Dekan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara Medan.

2. Bapak Drs. Tukiman, MKM selaku dosen Penguji I dan Kepala Departemen PKIP Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara Medan. 3. Bapak Dr. Drs. Kintoko Rokhadi, M.Kes selaku Dosen Pembimbing Skripsi I

mulai dari persiapan hingga terselesainya skripsi ini.

4. Bapak Drs. Alam Bakti Keloko, M.Kes selaku Dosen Pembimbing II mulai dari persiapan hingga terselesainya skripsi ini.

5. Bapak Drs. Edi Syahrial MKM selaku Dosen Penguji II.

6. Ibu Siti Khadijah, SKM, M.Kes selaku Dosen Pembimbing Akademik.

7. Seluruh Dosen / Staf di bagian Departemen PKIP Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara Medan.


(4)

8. Ayahanda dan Ibunda tercinta yang memberi dukungan materi dan doa restu mulai dari Ananda mahasiswa di FKM hingga terselesaikannya skripsi ini. 9. Abang, Kakak, Adik, juga seluruh keluarga yang memberi dukungan moril

kepada penulis.

Penulis menyadari skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan. Hal ini tidak terlepas dari keterbatasan pengetahuan penulis. Untuk itu, penulis mengharapkan saran dan kritik yang bersifat membangun demi kesempurnaan skripsi ini dan semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi kita semua. Semoga Tuhan Yang Maha Esa selalu memberikan Kasih Dan karunia-Nya kepada kita.

Medan, Desember 2007


(5)

DAFTAR ISI

ABSTRAK ... i

KATA PENGANTAR... ii

DAFTAR ISI... iv

DAFTAR TABEL ... vi

BAB I PENDAHULUAN... 1

1.1. Latar Belakang Masalah... 1

1.2. Permasalahan ... 7

1.3. Tujuan... 7

1.3.1. Tujuan Umum ... 7

1.3.2. Tujuan Khusus ... 7

1.4. Manfaat Penelitian ... 8

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 9

2.1.Perilaku ... 9

2.2.Pengetahuan (Knowledge)... 10

2.3.Sikap (Attitude) ... 13

2.4.Aborsi... 18

2.4.1. Pengertian... 18

2.4.2. Jenis Aborsi... 19

2.4.3. Aborsi Tidak Aman (Unsafe Aborsion) ... 22

2.4.4. Kehamilan Tidak Dikehendaki (KTD)... 23

2.4.5. Kehamilan Remaja ... 25

2.4.6. Pendidikan Seks Berbasis Sekolah... 27

2.4.7. Hambatan Orang Tua dalam Menyempaikan Masalah Kesehatan Reproduksi... 29

2.4.8. Persiapan Menghadapi Masa Puber ... 30

2.5. Aborsi Dan Hukum ... 31

2.5.1. Hukum Pidana (KUHP) RI ... 31

2.5.2. Aborsi dengan Undang-Undang Kesehatan ... 32

2.6. Aborsi Dari Sudut Pandang Agama ... 32

2.6.1. Agama Islam ... 32

2.6.2. Agama Kristen dan Katolik... 33

2.6.3. Agama Hindu dan Buddha ... 34

2.7. Kerangka Konsep ... 35

BAB III METODE PENELITIAN ... 36

3.1.Jenis Penelitian... 36

3.2.Lokasi dan Waktu Penelitian... 36

3.3.Populasi dan Sampel Penelitian ... 36

3.3.1. Populasi ... 36

3.3.2. Sampel... 36

3.4.Metode Pengumpulan Data.. ... 38

3.5.Instrumen Penelitian ... 38


(6)

3.7.Aspek Pengukuran ... 40

3.7.1.Pengetahuan... 40

3.7.1.Sikap... 40

3.8.Teknik Pengolahan dan Analisa Data ... 41

3.8.1. Pengolahan Data ... 41

3.8.2. Analisa Data ... 41

BAB IV HASIL PENELITIAN ... 42

4.1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian ... 42

4.2. Hasil Penelitian ... 42

4.2.1. Data Umum Responden ... 42

4.2.2. Data Khusus Responden ... 43

4.2.3. Data Pengetahuan Responden ... 43

BAB V PEMBAHASAN ... 55

5.1. Karakteristik Responden ... 55

5.2. Sumber Informasi Aborsi Dari Kehamilan Tidak Dikehendaki 55 5.3. Pembahasan Hasil Pengetahuan Responden Pada Penelitian . 57 5.4. Pembahasan Sikap Responden Terhadap Aborsi Dari Keha - Milan Tidak Dikehendaki ... 59

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN ... 63

6.1. Kesimpulan ... 63

6.2. Saran ... 63

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN :

1. Kuesioner Penelitian

2. Surat Izin Penelitian dari FKM USU

3. Surat Keterangan telah melakukan penelitian dari SMU Negeri 1 Siantar. 4. Master Tabel Hasil Penelitian


(7)

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Perilaku remaja sekarang sudah amat mengkhawatirkan. Hal ini ditandai dengan semakin meningkatnya kasus-kasus seperti aborsi, kehamilan tidak diinginkan (KTD), dan infeksi menular seksual (IMS) termasuk HIV/AIDS (Suarta, 2007). Dari berbagai survei di Indonesia mendukung penemuan bahwa akar masalah dibalik alasan melakukan aborsi adalah kurangnya pengetahuan dan keterampilan remaja dalam masalah pengaturan kesehatan reproduksi dan seksual (Wilopo, 2005).

Indonesia merupakan salah satu negara yang melarang praktek aborsi. Hal ini ditegaskan dalam UU Kesehatan No 23 tahun 1992. Bahkan KUHP dengan tegas melarang tindakan aborsi apapun alasannya kecuali untuk menyelamatkan nyawa si ibu sebagaimana diatur dalam pasal 346, pasal 347, pasal 348, pasa1 349 (Maria,2006).

Ketika seorang perempuan mengalami kehamilan tak diinginkan (KTD), diantara jalan keluar yang ditempuh adalah melakukan upaya aborsi, baik yang dilakukan sendiri maupun dengan bantuan orang lain. Banyak diantaranya yang memutuskan untuk mengakhiri kehamilannya dengan mencari pertolongan yang tidak aman sehingga mereka mengalami komplikasi serius atau kematian karena ditangani oleh orang yang tidak berkompeten atau dengan peralatan yang tidak memenuhi standar (Hanifah,2007).


(8)

Menurut Wilopo (2005), dampak negatif aborsi pada status kesehatan perempuan, baik dari aspek fisik atau psikososial kontroversial, terutama yang terjadi pada usia remaja. Selain dampak negatif kesehatan tersebut, dampak lain secara sosial, ekonomis dan kultural merupakan masalah penting. Aborsi pada usia remaja merupakan indikasi bahwa remaja memiliki kehidupan reproduksi yang tidak sehat serta belum siap dalam memasuki kehidupan berkeluarga. Padahal, agar terbentuk keluarga yang berkualitas diperlukan kesiapan dalam pengetahuan dan kesesuaian sikap dalam mengatur kehidupan reproduksinya, sehingga pembentukan keluarga adalah proses yang direncanakan dan tidak dilakukan secara dini serta tanpa rencana atau keluarga prematur. Aborsi tidak aman dapat mengakibatkan terjadinya infeksi saluran reproduksi, sehingga menimbulkan nyeri panggul yang kronis, infeksi ruang panggul, dan berakibat kemandulan dikemudian hari. Resiko ini lebih berat apabila perempuan juga mengidap penyakit menular seksual. Kemandulan karena gangguan saluran reproduksi ini akan menentukan kehidupan keluarganya di masa depan. Kehidupan keluarga dengan infertilitas memiliki resiko yang lebih tinggi untuk mengalami perceraian dan kekerasan dalam rumah tangga, sehingga ada hubungan yang tidak langsung antara aborsi, infertilitas dan kualitas keluarga.

Sebenarnya aborsi juga merupakan penyebab kematian ibu, hanya saja muncul dalam bentuk komplikasi perdarahan dan sepsis. Akan tetapi, kematian ibu yang disebabkan komplikasi aborsi sering tidak muncul dalam laporan kematian, tetapi dilaporkan sebagai perdarahan atau sepsis. Hal itu terjadi karena hingga saat ini aborsi masih merupakan masalah kontroversial di masyarakat. Di satu pihak aborsi dianggap ilegal dan dilarang oleh agama sehingga masyarakat cenderung


(9)

menyembunyikan kejadian aborsi, dilain pihak aborsi terjadi di masyarakat. Ini terbukti dari berita yang ditulis di surat kabar tentang terjadinya aborsi di masyarakat, selain dengan mudahnya didapatkan jamu dan obat-obatan peluntur serta dukun pijat untuk mereka yang terlambat datang bulan (Hanifah, 2007).

Dari situs http://situs.kesrepro.info, diakses tanggal 10 juli 2007 World Health

Organization (WHO), di tahun 1999, setiap tahun terdapat sekitar 210 juta ibu yang

hamil di seluruh dunia. Dari angka tersebut, 46 juta di antaranya melakukan aborsi, dan hampir setengahnya melalui cara-cara yang tidak aman (sekitar 20 juta). Akibatnya, terdapat 70.000 kematian ibu akibat melakukan aborsi tidak aman setiap tahunnya, sementara empat juta lainnya mengalami kesakitan.

Menurut Hidayat (2004), di Indonesia diperkirakan ada satu juta wanita yang mengalami KTD (kehamilan tidak dikehendaki). Dan menurut laporan WHO, di seluruh dunia diperkirakan 15 juta remaja setiap tahunnya hamil, 60% diantaranya tidak dikehendaki. Salah satu akibat sehingga terjadinya KTD adalah ketidak tahuan atau minimnya pengetahuan tentang perilaku seksual yang dapat mengakibatkan kehamilan.

Di Indonesia, l l % dari kematian maternal akibat aborsi yang tidak aman

(unsaf-abortion) menurut data WHO, pada tahun 2004 (Wilopo,2005). Estimasi

nasional menyatakan setiap tahun terjadi dua juta kasus aborsi di Indonesia. Ini artinya terdapat 43 kasus aborsi perseratus kelahiran hidup (menurut hasil sensus penduduk tahun 2000), terdapat 53.783.717 perempuan usia 15-49 tahun atau 37 kasus aborsi pertahun perseribu perempuan usia 15-49 tahun (berdasarkan Crude –


(10)

Birth Rate (CBR) sebesar 23 perseribu kelahiran hidup). Sebuah studi yang dilakukan

di beberapa fasilitas kesehatan di Indonesia, mengistimasikan 25-60% kejadian aborsi adalah aborbsi di sengaja (induced abortion). (http://situs.kesrepro.info).

Dari berbagai penelitian menunjukkan, perilaku seksual pada remaja mempunyai korelasi dengan sikap remaja terhadap seksualitas. Penelitian tentang perilaku seksual di empat kota menunjukkan 3,6% remaja di kota Medan; 8,5% remaja di Jokjakarta, 3,4% di kota Surabaya, serta 31,1% remaja di kota Kupang telah terlibat hubungan seks secara aktif. Penelitian juga menemukan, 33,5% responden laki-laki di kota Bali pernah berhubungan seks, sedangkan di desa Bali sebanyak 23,6% laki-laki. Di Jokjakarta, kota sebanyak 15,5% sedangkan di desa sebanyak 0,5% (Tito,2001).

Jumlah pelajar di Jakarta yang hamil di luar nikah semakin banyak. Dari 500 pelajar Sekolah Menengah Umum (SMU) yang dijadikan responden, sekitar 4,2%nya mengaku kandungannya digugurkan. Wilayah Jakarta Timur menduduki peringkat pertama dalam kasus ini, yaitu sekitar tujuh persen. Responden yang diambil rata-rata siswa yang baru menjalani masa orientasi sekolah. (Sukmaningsih,2003).

Menurut Hidayat (2004), ternyata 97,05 % dari 1.660 responden mahasiswi di Yogyakarta sudah tidak perawan lagi. Bahkan diketahui pula 90% diantaranya telah melakukan aborsi. Sampai dengan Januari 2001 rata-rata perhari lima remaja putri mengaku telah mengalami pengalaman pranikah. Dengan demikian, dalam sebulan rata-rata remaja yang mengaku hamil pranikah sebanyak 150 orang. Mereka mengalami kehamilan itu usianya bervariasi mulai dari kelas dua SMP sampai mahasiswa.


(11)

Menurut Laazulva (2005), sebanyak 560 kasus (10,89%) kehamilan tidak dikehendaki (KTD), unwanted pregnancy sepanjang tahun 2004, terjadi pada kelompok usia 18 tahun atau usia Sekolah Lanjutan Tingkat Atas (SLTA). Bila dilihat dari proporsi yang mengalami KTD terbagi untuk tingkat pendidikan Sekolah Menengah Lanjutan Pertama (SMP) sebanyak 1,42%, dan proporsi tingkat pendidikan Sekolah Menengah Umum (SMU) ada 16,6%. Adapun selebihnya adalah kelompok mahasiswa. Banyak remaja yang konsultasi menanyakan tentang seksualitas dan kesehatan reproduksi, mulai dari mimpi basah, menstruasi, masturbasi atau onani, sampai terjadinya proses kehamilan. Sebagian besar klien KTD berada dalam kisaran usia 15-24 tahun dan pengetahuan tantang risiko melakukan hubungan seks masih rendah.

Hasil survey di PKBI (Perkumpulan Keluarga Berencana Indonesia) Sumatera Utara, Medan tahun 2004-2006, jumlah remaja yang konseling 126 orang dengan umur 16-24 tahun. Masalah yang dikonsulkan tentang pacar dan masalah seksualitas. Diantaranya 60 orang mengatakan sudah melakukan hubungan suami istri dan diantaranya sudah ada yang pernah kandungannya digugurkan. Dikutip dari laporan CMR (centra mitra remaja) (Tahun 2007).

Hasil survey di rumah sakit umum daerah Dr. Djasamen Saragih Pematang Siantar, jumlah kasus abortus tahun 2002 sampai 2006 dikutip dari laporan RL.2a. abortus spontan 29 orang abortus teraupetik medik 32 orang. Abortus lainnya 76 orang (Tahun 2007).


(12)

SMU Negeri I Pematang Siantar merupakan salah satu SMU Negeri kategori Baik dan berprestasi, yang ada di Kabupaten Simalungun dimana rentang usia pada sekolah ini berada pada usia 15-19 tahun atau masih tergolong kepada usia remaja. Pada usia ini, remaja sangat rentan atau sensitif terhadap “hal-hal baru” yang memungkinkan berpotensi terjadinya berbagai permasalahan termasuk hubungan seks pranikah. Adanya budaya “cobacoba” dikalangan remaja merupakan trend remaja saat ini supaya kelihatan “wah” dikalangan remaja itu sendiri, utamanya terjadi di kalangan remaja yang tinggal di kota-kota seiring dengan semakin meningkatnya arus informasi di Kabupaten Simalungun.

Banyaknya informasi yang berkonotasi pornografi yang bersumber dari berbagai media seperti media cetak (misalnya; koran, majalah, tabloid, dan sebagainya) dan juga media elektronik (misalnya; Internet, Short Message Sent/SMS, VCD porno dan sebagainya) perlu disikapi dalam menerima informasi tersebut khususnya para remaja yang masih rentan atau peka terhadap “hal-hal baru” tersebut. Pengetahuan dan sikap para remaja putri di SMU Negeri I Pematang Siantar perlu mendapat perhatian yang ekstra agar para remaja tersebut tidak terjerumus kepada hal-hal yang tidak diinginkan akibat dampak dari seks bebas yang berkaitan dengan informasi yang diterima melalui media dimaksud dengan melakukan budaya “coba-coba” dalam pergaulan sehari-hari.


(13)

Para siswa khususnya remaja putri di SMU Negeri I Pematang Siantar tentu saja tidak luput dari arus informasi yang semakin gencar tersebut. Tanpa adanya atau tanpa dibekalinya remaja dengan pengetahuan maupun sikap yang baik terhadap informasi tersebut, hal ini tentu sangat berpeluang terjadinya hubungan seks pranikah yang berlanjut kepada kejadian aborsi dari kehamilan yang tidak dikehendaki di sekolah tersebut.

Berdasarkan paparan di atas maka perlu dilakukan penelitian tentang pengetahuan dan sikap remaja putri terhadap aborsi dari kehamilan tidak dikehendaki di SMU Negeri I Pematang Siantar Kecamatan Siantar Kabupaten Simalungun.

1.2. Permasalahan

Bagaimana pengetahuan dan sikap remaja putri terhadap aborsi dari kehamilan tidak dikehendaki di SMU Negeri I Pematang Siantar Kecamatan Siantar Kabupaten Simalungun.

1.3. Tujuan

1.3.1. Tujuan Umum:

Untuk mengetahui pengetahuan dan sikap remaja putri terhadap aborsi dari kehamilan tidak dikehendaki di SMU Negeri I Pematang Siantar Kecamatan Siantar Kabupaten Simalungun tahun 2007.

1.3.2. Tujuan Khusus:

1. Untuk mengetahui pengetahuan remaja putri terhadap aborsi dari kehamilan tidak dikehendaki di SMU Negeri I Siantar kecamatan Siantar Kabupaten Simalungun tahun 2007.


(14)

2. Untuk mengetahui sikap remaja putri terhadap aborsi dari kehamilan tidak dikehendaki di SMU Negeri I Siantar kecamatan Siantar Kabupaten Simalungun tahun 2007.

1.4. Manfaat Penelitian:

1. Sebagai bahan referensi dalam pengembangan keilmuan khususnya di

Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.

2. Sebagai bahan masukan untuk Dinas Kesehatan Kabupaten dalam upaya penyuluhan kesehatan dimasa yang akan datang.

3. Sebagai pedoman bagi remaja putri untuk pencegahan melakukan seks dini, kehamilan tidak direncanakan, dan aborsi dari kehamilan tidak dikehendaki.


(15)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Perilaku

Perilaku manusia pada hakekatnya adalah seluruh aktivitas manusia, baik yang teramati maupun yang tidak teramati oleh pihak luar. Perilaku merupakan respon terhadap stimulus (rangsangan dari luar). Perilaku terjadi melalui proses adanya stimulus terhadap organisme, lalu organisme tersebut meresponnya (Notoatmodjo, 2003).

Notoadmojo (2003) juga menjelaskan bahwa dari bentuk respon terhadap stimulus, perilaku dibedakan menjadi dua bagian yaitu :

1. Perilaku tertutup (convert behavior), respon terhadap stimulus yang terbatas pada perhatian, persepsi, pengetahuan dan sikap.

2. Perilaku terbuka (overt behavior), respon terhadap stimulus dalam bentuk tindakan nyata, jelas bentuk dan prakteknya serta dapat diamati oleh orang lain.

Menurut Ali (2003), secara lebih operasional perilaku dapat diartikan suatu respon organisme atau seseorang terhadap rangsangan (stimulus) dari luar subjek tersebut. Respon ini berbentuk dua macam, yakni :

1. Bentuk pasif adalah respon internal, yaitu yang terjadi di dalam diri manusia dan tidak secara langsung dapat terlihat oleh orang lain, misalnya berfikir, tanggapan atau sikap batin, dan pengetahuan. Misalnya seorang ibu tahu bahwa imunisasi itu dapat mencegah suatu penyakit tertentu, meskipun ibu tersebut tidak membawa anaknya ke puskesmas untuk diimunisasi. Contoh lain adalah seorang yang


(16)

menganjurkan orang lain untuk mengikuti keluarga berencana meskipun ia sendiri tidak ikut keluarga berencana. Dari kedua contoh tersebut terlihat bahwa ibu telah tahu gunanya imunisasi, dan contoh kedua orang tersebut telah mempunyai sikap yang positif untuk mendukung keluarga berencana, meskipun mereka sendiri belum melakukan secara konkrit terhadap kedua hal tersebut. Oleh sebab itu perilaku mereka ini masih terselubung (covert behavior).

2. Bentuk aktif, yaitu apabila perilaku itu jelas dapat diobservasi secara langsung. Misalnya pada kedua contoh tersebut, si ibu sudah membawa anaknya ke puskesmas atau fasilitas kesehatan lain untuk imunisasi, dan orang pada kasus kedua sudah ikut keluarga berencana dalam arti sudah menjadi akseptor KB. Oleh karena perilaku mereka ini sudah tampak dalam bentuk tindakan nyata, maka disebut overt behavior.

2.2. Pengetahuan (knowledge)

Pengetahuan adalah hasil penginderaan manusia, atau hasil tahu seseorang terhadap objek melalui indra yang dimilikinya (mata, hidung, telinga, dan sebagainya). Dengan sendirinya, pada waktu penginderaan sampai menghasilkan pengetahuan tersebut sangat dipengaruhi oleh intensitas perhatian dan persepsi terhadap objek. Sebagian besar pengetahuan seseorang diperoleh diperoleh melalui indra pendengaran (telinga), dan indra penglihatan (mata). Pengetahuan seseorang terhadap objek mempunyai intensitas atau tingkat yang berbeda-beda. Secara garis besarnya dibagi dalam enam tingkat pengetahuan, yaitu:

a. Tahu (know).


(17)

sebelumnya setelah mengamati sesuatu. Misalnya tahu bahwa sebuah tomat banyak mengandung vitamin C, jamban adalah tempat membuang air besar, penyakit demam berdarah ditularkan oleh gigitan nyamuk Aedes Agepti, dan sebagainya. Untuk mengetahui atau mengukur bahwa orang tahu sesuatu dapat menggunakan pertanyaan-pertanyaan, misalnya: apa tanda-tanda anak yang kurang gizi, apa penyebab penyakit TBC, bagaimana cara melakukan PSN (pemberantasan sarang nyamuk), dan sebagainya.

b. Memahami (comprehension)

Memahami suatu objek bukan sekedar tahu terhadap objek tersebut, tidak sekedar dapat menyebutkan, tetapi orang tersebut harus dapat menginterpretasikan secara benar tentang objek yang diketahui tersebut. Misalnya, orang yang memahami cara pemberantasan penyakit demam berdarah, bukan hanya sekedar menyebutkan 3M (mengubur, menutup, dan menguras),tetapi harus dapat menjelaskan mengapa harus menutup, menguras, dan sebagainya tempat-tempat penampungan air tersebut.

c. Aplikasi (application)

Aplikasi diartikan apabila orang yang telah memahami objek yang dimaksud dapat menggunakan atau mengaplikasikan prinsip yang diketahui tersebut pada situasi yang lain. Misalnya, seseorang yang telah paham tentang proses

perencanaan,ia harus dapat membuat perencanaan,ia harus dapat membuat perencanaan program kesehatan di tempat ia bekerja atau dimana saja. Orang


(18)

yang telah paham metodologi penelitian, ia akan mudah membuat proposal penelitian dimana saja, dan seterusnya.

d. Analisis (analysis)

Analisis adalah kemampuan seseorang untuk menjabarkan dan atau memisahkan, kemudian mencari hubungan antara komponen-komponen yang terdapat dalam suatu masalah atau objek yang diketahui. Indikasi bahwa pengetahuan seseorang itu sudah sampai pada tingkat analisis adalah apabila orang tersebut telah dapat membedakan, atau memisahkan, mengelompokkan, membuat diagram (bagan) terhadap pengetahuan atas objek tersebut. Misalnya, dapat membedakan antara nyamuk aedes agepty dengan nyamuk biasa, dapat membuat diagram (flow chart) siklus hidup cacing kremi, dan sebagainya.

e.Sintesis (shyntesis)

Sintesis menunjukkan suatu kemampuan seseorang untuk merangkum atau meletakkan dalam satu hubungan yang logis dari komponen-komponen pengetahuan yang dimiliki. Dengan kata lain, sintesis adalah suatu kemampuan untuk menyusun formulasi baru dari formulasi-formulasi yang ada. Misalnya, dapat membuat atau meringkas dengan kata-kata atau kalimat sendiri tentang hal-hal yang telah dibaca atau didengar, dapat membuat kesimpulan tentang artikel yang telah dibaca.

f.Evaluasi (evaluation)

Evaluasi berkaitan dengan kemampuan seseorang untuk melakukan justifikasi atau penilaian terhadap suatu objek tertentu. Penilaian ini dengan sendirinya didasarkan pada suatu kriteria yang ditentukan sendiri atau norma-norma yang berlaku di masyarakat. Misalnya, seorang ibu dapat menilai atau menentukan seorang anak


(19)

menderita malnutrisi atau tidak, seseorang dapat menilai manfaat ikut keluarga berencana, dan sebagainya.

2.3. Sikap (attitude)

Sikap adalah respon tertutup seseorang terhadap stimulus atau objek tertentu, yang sudah melibatkan faktor pendapat dan emosi yang bersangkutan (senang-tidak senang, setuju-tidak setuju, baik - tidak-baik, dan sebagainya). Champell (1950) mendefenisikan sangat sederhana, yakni: ”An individual’s attitude is syndrome of

response consistency with regard to object.” jadi jelas, disini dikatakan bahwa sikap

itu suatu sindroma atau kumpulan gejala dalam merespons stimulus atau objek, sehingga sikap itu melibatkan pikiran,perasaan, perhatian,dan gejala kejiwaan yang lain.

Newcomb, salah seorang ahli psikologi sosial menyatakan, bahwa sikap merupakan kesiapan atau kesediaan untuk bertindak, dan bukan merupakan pelakksanaan motif tertentu. Dalam kata lain, fungsi sikap belum merupakan tindakan (reaksi terbuka) atau aktivitas, akan tetapi merupakan predisposisi perilaku (tindakan) atau reaksi tertutup.

Komponen Pokok Sikap:

Menurut Allport (1954) sikap itu terdiri dari tiga komponen pokok, yaitu:

a. Kepercayaan atau keyakinan, ide, dan konsep terhadap objek. Artinya, bagaimana keyakinan dan pendapat atau pemikiran seseorang terhadap objek. Sikap orang terhadap penyakit kusta misalnya, berarti bagaimana pendapat atau keyakinan orang tersebut terhadap penyakit kusta.

b. Kehidupan emosional atau evaluasi orang terhadap objek, artinya bagaimana penilaian (terkandung didalamnya factor emosi) orang tersebut terhadap objek.


(20)

Seperti contoh butir a tersebut, berarti bagaimana orang menilai terhadap penyakit kusta, apakah penyakit yang biasa saja atau penyakit yang membahayakan.

c. Kecenderungan untuk bertindak (tend to behave), artinya sikap adalah merupakan komponen yang mendahului tindakan atau perilaku terbuka. Sikap adalah ancang-ancang untuk bertindak atau berperilaku terbuka (tindakan). Misalnya, tentang contoh sikap terhadap terhadap penyakit kusta diatas, adalah apa yang dilakukan seseorang bila ia menderita penyakit kusta.

Ketiga komponen tersebut secara bersama-sama membentuk sikap yang utuh (total attitude). Dalam menentukan sikap yang utuh ini, pengetahuan, pikiran, keyakinan, dan emosi memegang peranan penting. Contoh: Seseorang ibu mendengar (tahu) penyakit demam berdarah (penyebabnya, cara penularannya, cara pencegahannya, dan sebagainya). Pengetahuan ini akan membawa ibu untuk berpikir dan berusaha supaya keluarganya, terutama anaknya tidak kena demam berdarah. Dalam berpikir ini komponen emosi dan keyakinan ikut bekerja sehingga ibu tersebut berniat (kecendrungan bertindak) untuk melakukan 3M agar anaknya tidak terserang demam berdarah. Ibu ini mempunyai sikap tertentu (berniat melakukan 3M) terhadap objek tertentu yakni penyakit demam berdarah.

Seperti halnya pengetahuan, sikap juga mempunyai tingkat-tingkat berdasarkan intensitasnya, sebagai berikut:


(21)

menerima diartikan bahwa seseorang atau subjek mau menerima (ante natal care), dapat diketahui atau diukur dari kehadiran si ibu untuk mendengarkan penyuluhan tentang ante natal care di lingkungannya.

b. Menanggapi (Responding)

Menanggapi disini diartikan memberikan jawaban atau tanggapan terhadap pertanyaan atau objek yang dihadapi. Misalnya, seorang ibu yang mengikuti penyuluhan ante natal care tersebut ditanya dan diminta menanggapi oleh penyuluh, kemudian ia menjawap atau menanggapinya.

c. Menghargai (Valuing)

Menghargai diartikan subjek, atau seseorang memberikan nilai yang positif terhadap objek atau stimulus, dalam arti membahasnya dengan orang lain dan bahkan mengajak atau mempengaruhi atau menganjurkan orang lain merespons. Contoh butir a diatas, ibu itu mendiskusikan ante natal care dengan suaminya, atau bahkan mengajak tetangganya untuk mendengarkan ante natal care.

d. Bertanggung jawab (responsible)

Sikap yang paling tinggi tingkatannya adalah bertanggung jawab terhadap apa yang paling diyakininya. Seseorang yang telah mengambil sikap tertentu berdasarkan keyakinannya, dia harus berani mengambil resiko bila ada orang yang mencemoohkan atau adanya resiko lain. Contoh tersebut diatas, ibu yang

sudah mau mengikuti penyuluhan ante natal care, ia harus berani untuk mengorbankan waktunya, atau mungkin kehilangan penghasilannya, atau diomeli oleh atau diomeli mertuanya karena meninggalkan rumah, dan


(22)

sebagainya.(Notoatmojo,2005)

Menurut Notoadmodjo (1993), ada beberapa teori determinan perilaku, antara lain sebagai berikut :

• Teori Lawrence Green :

Kesehatan seseorang atau masyarakat dipengaruhi oleh dua faktor pokok, yaitu faktor perilaku dan faktor diluar perilaku. Faktor perilaku tersebut terbentuk dari tiga faktor. Pertama , faktor-faktor predisposisi yang terwujud dalam pengetahuan, sikap, kepercayaan, keyakinan dan nilai-nilai. Kedua, faktor-faktor pendukung yang terwujud dalam lingkungan fisik, tersedia atau tidak tersedianya fasilitas-fasilitas atau sarana kesehatan, misalnya puskesmas, obat-obatan dan alat-alat kontrasepsi. Ketiga, faktor-faktor pendorong yang terwujud dalam sikap dan perilaku petugas kesehatan yang merupakan kelompok pendukung dan perilaku masyarakat.

• Teori WHO :

Analisa dari tim kerja WHO menyatakan bahwa perilaku seseorang disebabkan oleh empat alasan pokok. Pertama, pemikiran dan perasaan dalam bentuk pengetahuan yang diperoleh dari pengalaman sendiri atau orang lain, sikap yang akan diikuti atau tidak diikuti oleh tindakan mengacu pada pengalaman orang lain, kepercayaan-kepercayaan yang biasanya diperoleh dari orangtua meskipun kepercayaan tersebut diyakini tanpa ada pembuktian terlebih dahulu dan penilaian-penilaian seseorang terhadap objek kesehatan. Kedua, orang-orang yang dianggap penting dimana seseorang akan mencontoh perilaku orang yang penting baginya. Ketiga, sumberdaya yang


(23)

mencakup fasilitas, uang, waktu dan tenaga. Keempat, kebudayaan yang mempunyai pengaruh yang dalam terhadap perilaku.

Terbentuknya suatu perilaku baru, terutama pada orang dewasa dimulai pada domain kognitif, dalam arti subjek tahu terlebih dahulu terhadap stimulus yang berupa materi atau objek di luarnya, sehingga menimbulkan pengetahuan baru pada subjek tersebut. Ini selanjutnya menimbulkan respon batin dalam bentuk sikap si subjek terhadap objek yang diketahui itu. Akhirnya rangsangan yakni objek yang telah diketahui dan disadari sepenuhnya tersebut akan menimbulkan respon lebih jauh lagi, yaitu berupa tindakan (action) terhadap atau sehubungan dengan stimulus atau objek tadi. Namun demikian, di dalam kenyataan stimulus yang diterima subjek dapat baru tanpa mengetahui terlebih dahulu makna stimulus yang diterimanya. Dengan kata lain tindakan (practice) seseorang tidak harus didasari oleh pengetahuan atau sikap (Ali, 2003).

2.4. Aborsi 2.4.1. Pengertian

Menurut Fact About Abortion, Info Kit on Women’s Health oleh Institute for

Social, Studies and Action, Maret 1991, dalam istilah kesehatan aborsi didefinisikan


(24)

dalam rahim (uterus), sebelum usia janin (fetus) mencapai 20 minggu (http://www.nedstatbasic.net).

Dari Wikipedia Indonesia, ensiklopedia bebas berbahasa Indonesia, gugur kandungan atau aborsi (bahasa Latin: abortus) adalah berhentinya kehamilan sebelum usia kehamilan 20 minggu yang mengakibatkan kematian janin. Apabila janin lahir selamat (hidup) sebelum 38 minggu namon setelah 20 minggu, maka istilahnya adalah kelahiran prematur (http://www.nedstatbasic.net).

Di Indonesia, belum ada batasan resmi mengenai aborsi. Dalam Kamus Umum Bahasa Indonesia, abortus didefinisikan sebagai terjadi keguguran janin; melakukan abortus sebagai melakukan pengguguran (dengan sengaja karena tak menginginkan bakal bayi yang dikandung itu). Secara umum istilah aborsi diartikan sebagai pengguguran kandungan, yaitu dikeluarkannya janin sebelum waktunya, baik itu secara sengaja maupun tidak. Biasanya dilakukan saat janin masih berusia muda atau sebelum bulan ke empat masa kehamilan (http://www.nedstatbasic.net).

2.4.2. Jenis Aborsi

Dalam ilmu kedokteran, istilah-istilah ini digunakan untuk membedakan aborsi (http://www.nedstatbasic.net) :

1. Spontaneous abortion: gugur kandungan yang disebabkan oleh trauma kecelakaan atau sebab-sebab alami.


(25)

2. Induced abortion atau procured abortion: pengguguran kandungan yang disengaja. Termasuk di dalamnya adalah:

Therapeutic abortion: pengguguran yang dilakukan karena kehamilan

tersebut mengancam kesehatan jasmani atau rohani sang ibu, terkadang dilakukan sesudah pemerkosaan.

Eugenic abortion: pengguguran yang dilakukan terhadap janin yang cacat. Elective abortion: pengguguran yang dilakukan untuk alasan-alasan lain.

Dalam bahasa sehari-hari, istilah “keguguran” biasanya digunakan untuk spontaneous

abortion, sementara “aborsi” digunakan untuk induced abortion.

Sedangkan jenis abortus menurut terjadinya dibagi menjadi dua yaitu (http://www.nedstatbasic.net) :

1. Abortus spontanea (abortus yang berlangsung tanpa tindakan), yaitu :

Abortus Imminens : Peristiwa terjadinya perdarahan dari uterus pada

kehamilan sebelum 20 minggu, dimana hasil konsepsi masih dalam uterus, dan tanpa adanya dilatasi serviks.

Abortus insipiens : Peristiwa perdarahan uterus pads kehamilan sebelum 20

minggu dengan adanya dilatasi serviks uteri yang meningkat, tetapi hash konsepsi masih dalam uterus.

Abortus inkompletus : Pengeluaran sebagian hash konsepsi pada kehamilan

sebelum 20 minggu dengan masih ada sisa tertinggal dalam uterus.

Abortus kompletus : Semua hasil konsepsi sudah dikeluarkan.

2. Abortus provokatus (abortus yang sengaja dibuat), yaitu : menghentikan kehamilan sebelum janin dapat hidup diluar tubuh ibu. Pada umumnya dianggap


(26)

bayi belum dapat hidup diluar kandungan apabila kehamilan belum mencapai umur 28 minggu, atau berat badan bayi belum 1000 gram, walaupun terdapat kasus bahwa bayi dibawah 1000 gram dapat terus hidup. Abortus provokatus dapat dibedakan menjadi :

Abortus Provokatus Medisinalis/Artificialis/Therapeuticus

Di Indonesia yang dimaksud dengan indikasi medik adalah demi menyelamatkan nyawa ibu. Syarat-syaratnya :

a. Dilakukan oleh tenaga kesehatan yang memiliki keahlian dan kewenangan untuk melakukannya (yaitu seorang dokter ahli kebidanan dan penyakit kandungan) sesuai dengan tanggung jawab profesi.

b. Harus meminta pertimbangan tim ahli (ahli medis lain, agama, hukum, psikologi).

c. Harus ada persetujuan tertulis dari penderita atau suaminya atau keluarga terdekat.

d. Dilakukan di sarana kesehatan yang memiliki tenaga/peralatan yang memadai, yang ditunjuk oleh pemerintah.

e. Prosedur tidak dirahasiakan f. Dokumen medik harus lengkap

Abortus Provokatus Kriminalis

Abortus yang sengaja dilakukan dengan tanpa adanya indikasi medik (ilegal). Biasanya pengguguran dilakukan dengan menggunakan alat-alat atau obat-obat


(27)

tertentu. Abortus Provokatus Kriminalis sering terjadi pada kehamilan yang tidak dikehendaki (KTD). Ada beberapa alasan wanita tidak menginginkan kehamilannya :

a. Alasan kesehatan, di mana ibu tidak cukup sehat untuk hamil.

b. Alasan psikososial, di mana ibu sendiri sudah enggan/tidak mau untuk punya anak lagi.

c. Kehamilan di luar nikah.

d. Masalah ekonomi, menambah anak berarti akan menambah beban ekonomi keluarga.

e. Masalah sosial, misalnya khawatir adanya penyakit turunan, janin cacat f. Kehamilan yang terjadi akibat perkosaan atau akibat incest (hubungan

antar keluarga). Selain itu tidak bisa dilupakan jugs bahwa kegagalan kontrasepsi juga termasuk tindakan kehamilan yang tidak diinginkan. g. Pelaku Abortus Provokatus Kriminalis biasanya adalah : pertama, wanita

bersangkutan. Kedua, dokter atau tenaga medis lain (demi keuntungan atau demi rasa simpati). Ketiga, orang lain yang bukan tenaga medis yang karena suatu alasan tidak menghendaki suatu kehamilan.

2.4.3. Aborsi Tidak Aman (Unsafe Abortion)

Yang dimaksud dengan aborsi tidak aman (Unsafe Abortion) adalah penghentian kehamilan yang dilakukan oleh orang yang tidak terlatih/kompeten dan menggunakan sarana yang tidak memadai, sehingga menimbulkan banyak komplikasi bahkan kematian. Umumnya aborsi yang tidak aman terjadi karena tidak tersedianya


(28)

pelayanan kesehatan yang memadai. Apalagi bila aborsi dikategorikan tanpa indikasi medis, seperti korban perkosaan, hamil diluar nikah, kegagalan alat kontrasepsi dan lain-lain. Ketakutan dari calon ibu dan pandangan negatif dari keluarga atau masyarakat akhirnya menuntut calon ibu untuk melakukan pengguguran kandungan secara diam-diam tanpa memperhatikan resikonya (http://www.nedstatbasic.net). Sedangkan menurut batasan WHO dalam kutipan http://www.nedstatbasic.net. diakses 2007 menyebutkan bahwa aborsi yang tidak aman adalah penghentian kehamilan yang tidak diinginkan yang dilakukan oleh tenaga yang tidak terlatih, atau tidak mengikuti prosedur kesehatan atau kedua-duanya. Dari 46 juta aborsi/tahun, 20 juta dilakukan dengan tidak aman, 800 wanita diantaranya meninggal karena komplikasi aborsi tidak aman dan sekurangnya 13 persen kontribusi Angka Kematian Ibu Global.

Aborsi mungkin sudah menjadi kebutuhan, namun karena adanya larangan baik hukum maupun atas nama agama, menimbulkan praktek aborsi tidak aman meluas. Penelitian pada 10 kota besar dan enam kabupaten memperlihatkan 53 % Jumlah aborsi terjadi di kota, padahal penduduk kota 1,36 kali lebih kecil dari pedesaan, dan pelayan aborsi dilakukan oleh tenaga yang tidak terlatih terdapat di 16 % titik pelayanan aborsi di kota oleh dukun bayi dan 57 % di Kabupaten. Kasus aborsi yang ditangani dukun bayi sebesar 11 % di kota dan 70 % di Kabupaten dan dari semua titik pelayanan 54 % di kota dan 85 % di Kabupaten dilakukan oleh swasta/ pribadi (http://www.nedstatbasic.net).

Strategi untuk menurunkan risiko kematian karena aborsi tidak aman adalah dengan menurunkan ‘demand’ perempuan terhadap aborsi tidak aman. Ini dapat dimungkinkan bila pemerintah mampu menyediakan fasilitas keluarga berencana


(29)

yang berkualitas dilengkapi dengan konseling. Konseling keluarga berencana dimaksudkan untuk membimbing klien melalui komunikasi dan pemberian informasi yang obyektif untuk membuat keputusan tentang penggunaan salah satu metode kontrasepsi yang memadukan aspek kesehatan dan keinginan klien, tanpa menghakimi.

Bagi remaja yang belum menikah, perlu dibekali dengan pendidikan seks sedini mungkin sejak mereka mulai bertanya mengenai seks. Namun, perlu disadari bahwa risiko terjadinya kehamilan selalu ada, sekalipun pasangan menggunakan kontrasepsi. Bila akses terhadap pelayanan aborsi yang aman tetap tidak tersedia, maka akan selalu ada ‘demand’ perempuan terhadap aborsi tidak aman (Susilo , 2002).

2.4.4. Kehamilan Yang Tidak Dikehendaki (KTD)

Zahrotinisak (2002), menyatakan terjadinya kehamilan yang tidak dikehendaki dapat berakibat buruk terhadap janin ibu, ataupun anak setelah lahir. Banyak wanita (ibu) yang tidak menghendaki kehamilannya, berupaya menggugurkan janinnya dengan meminum obat-obatan tertentu atau melakukan aborsi. Namun ada yang menerimanya dengan pasrah dan menghendaki janinnya lahir walaupun di warnai dengan rasa kekecewaan. Moralitas dan rasa keibuan nya yang sering mengusiknya untuk kemudian menerima kehamilan itu. Kehadiran anak dari kehamilan tidak dikehendaki secara emosi (kejiwaan) mempunyai hubungan batin yang kurang dekat dengan ibu atau ayah, hal ini menimbulkan kesenjangan dalam memberi perhatian, kasih sayang, dukungan, bahkan penyediaan fasilitas-fasilitas lahir/materil seperti pendidikan, kesehatan, pakaian dan lain-lain. Dibandingkan dengan anaknya dari


(30)

kehamilan yang memang dikehendaki

Dari hasil SDKI 1997, delapan dari sepuluh kelahiran (83%) memang

diinginkan sesuai rencana, sembilan persen diharapkan tetapi pada waktu kemudian (ditunda), dan delapan persen tidak diinginkan sama sekali. Urutan kelahiran mempunyai hubungan erat dengan perencanaan kehamilan. Hampir semua kelahiran pertama diharapkan (95%), dan satu dari empat dari kelahiran ke empat dan seterusnya tidak dikehendaki (32,1%).

Zahrotinisak (2002) juga mengatakan, kehamilan tidak dikehendaki dan aborsi, merupakan dua hal yang erat kaitannya (terutama untuk aborsi yang sengaja dilakukan tanpa alasan medis). Dalam sebuah penelitian yang dilakukan tahun 1997 di Jawa Barat, menunjukan bahwa aborsi (dari kehamilan tidak dikehendaki) mempunyai alasan-alasan :

1. Karena malu, takut 15%

2. Sudah memiliki anak, tidak ingin, hamil lagi 40% 3. Belum ingin memiliki anak lima persen

4. Disuruh suami lima persen.

2.4.5. Kehamilan Remaja.

Bagus (1998) kurangnya pengetahuan tentang waktu yang aman untuk melakukan hubungan seksual mengakibatkan tejadi kehamilan remaja, yang sebagian besar tidak dikehendaki. Kehamilan telah menimbulkan posisi remaja dalam situasi yang serba salah dan memberikan tekanan batin (stres) yang disebabkan oleh beberapa faktor.


(31)

dengan ajaran agama dalam lingkungan dasar negara Pancasila. Sekalipun pelaksanaan gugur kandung bertentangan moral agama tetap merupakan alternatif yang paling ringan risikonya dan murah biayanya dibandingkan menerima cemoohan masyarakat, keluarga dan temannya bila kehamilan diteruskan sampai pada persalinan. Dalam pelaksanaan gugur kandung sering dilakukan secara tersembunyi oleh tenaga tidak terlatih atau dukun, sehingga dapat berakibat buruk. Gugur kandung yang ditangani orang yang kurang dapat dipertanggung jawabkan akan terjadi perdarahan, kerusakan alat reproduksi remaja, dan infeksi yang mengakibatkan kematian. Disamping itu kesembuhan yang kurang sempurna dapat mengakibatkan kerusakan alat reproduksi dan infeksi menahun dan infertilitas. Kerusakan partial saluran telur wanita dapat menimbulkan hamil ektopik makin meningkat yang memerlukan tindakan darurat.

Bila kehamilan ini diteruskan dalam usia yang relatif muda dari sudut kebidanan dapat mengakibatkan penyulit (komplikasi) kehamilan yang cukup besar diantaranya persalinan belum cukup bulan (prematuritas), pertumbuhan janin dalam rahim yang kurang sempurna, kehamilan dengan keracunan yang memerlukan penanganan khusus, persalinan sering berlangsung dengan tindakan operasi,perdarahan setelah melahirkan makin meningkat, kembalinya alat reproduksi yang terlambat setelah persalinan mudah terjadi infeksi setelah persalinan, pengeluaran ASI yang tidak cukup. Upaya demikian maka pemilihan gugur kandung merupakan pilihan yang paling ringan resikonya, sekalipun masih tetap mempunyai penyulit yang tidak sedikit.


(32)

revolusi kebebasan seksual pada remaja yang dapat mengakibatkan dua masalah penting yaitu penyakit hubungan seks yang menjurus pada penyakit radang panggul dan kehamilan yang tidak dikehendaki. Kejadian yang muncul kepermukaan sangat kecil dibandingkan yang sebenarnya dalam masyarakat laksana gunung es.

Pelaksanaan praktis upaya preventif tersebut dapat dilakukan dengan meningkatkan hubungan remaja dalam lingkungan keluarga, memberikan pendidikan seksual yang sehat, mengikut sertakan dalam semua aktipitas yang produktif, menganjurkan untuk menggunakan metode keluarga berencana. Untuk mengatasi kehamilan yang tidak dikehendaki perlu di ikuti dengan tepat pelaksanaan Undang-Undang Kesehatan Nomor 23 tahun 1992 pasal 15 dalam melakukan tindakan tertentu. Upaya preventif bertujuan untuk menyelamatkan alat reproduksi remaja, sehingga tidak terjadi akibat yang buruk dan dapat meneruskan serta menurunkan generasi yang tangguh pada waktunya berkeluarga nanti.

2.4.6. Pendidikan Seks Berbasis Sekolah

Remaja adalah seorang anak manusia yang berusia 14-21 tahun. Di dalam keadaan ini mereka sangat rawan terhadap apapun, mereka selalu ingin mencoba segala sesuatu yang ada di dunia ini tanpa memikirkan akibatnya di masa yang akan datang. Untuk itu para remaja perlu mendapatat pendidikan atau bimbingan agar dapat menjadi manusia yang berguna bagi nusa, bangsa masyarakat serta agamanya.

Hasil sebuah studi menyatakan bahwa lebih dari 500 juta usia 10-14 tahun hidup di negara berkembang, dan rata-rata pernah melakukan hubungan suami-isteri


(33)

terjadi pada remaja di negara berkembang adalah tidak dikehendaki (unwanted

pregnancy) dan 15 juta remaja pernah melahirkan. Di Indonesia kasus-kasus tersebut

diperparah dengan kurang adanya komitmen dan dukungan pemerintah dalam bentuk kebijakan yang mengatur tentang pendidikan seksual dan reproduksi bagi remaja terutama di tiap sekolah, lemahnya kerjasama lintas sektor (depkes-depdiknas-depsos) dan kecenderungan menganggap Lembaga Swadaya Masyarakat pesaing sekaligus musuh pemerintah menjadi hambatan penyelenggaraan program tersebut. Kita akui memang norma adat dan nilai budaya leluhur yang masih dianut sebagian besar masyarakat Indonesia juga menjadi tantangan terbesar dalam penyelenggaraan pendidikan seksual dan

reproduksi berbasis sekolah. Semisal masih banyaknya pendapat, permasalahan seks itu tabu untuk dibicarakan kepada mereka yang belum menikah, dengan pendidikan seks justru akan meningkatkan kasus-kasus seperti kehamilan di luar nikah, aborsi, dan IMS termasuk HIV/AIDS (Suarta, 2007).

Defenisi yang diberikan WHO (1974) tentang remaja lebih bersifat konseptual, defenisi tersebut dikemukakan dalam tiga kriteria, pertama, kriteria biologi dengan ciri individu berkembang mulai saat pertama kali menunjukkan tanda-tanda seksual sekundernya sampai saat ia mencapai kematangan seksual. Kedua remaja sebagai individu mengalami perkembangan psikologi dan indentifikasi dari anak-anak menjadi dewasa. Ketiga sosial ekonomi terjadi peralihan dari


(34)

ketergantungan yang penuh menjadi keadaan yang relatif lebih mandiri lebih mandiri, (Sarlito, 2003)

SIECUS (Sexuality Information and Education Council United States) menulis tentang materi pokok yang harus terdapat dalam pendidikan seksual dan reproduksi (Suarta, 2007):

1. perkembangan manusia (anatomi dan fisiologi system reproduksi)

2. hubungan antar manusia (baik dengan keluarga, teman sejawat, dan pacaran dengan pernikahan)

3. kemampuan personal (nilai, pengambilan keputusan, komunikasi, dan negosiasi)

4. perilaku seksual (kontrasepsi, IMS, dan pencegahan HIV/AIDS serta aborsi maupun kejahatan atau pelecehan seksual)

5. budaya dan social (peran fender, agama, dan seksualitas).

Adapun komponen-komponen yang turut menentukan kesuksesan program pendidikan seksual dan reproduksi berbasis sekolah, (Suarta,2007) yakni 1. ketepatan identifikasi dan memahami karakter setiap kelompok

2. melibatkan remaja dalam perencanaan program

3. bekerjasama dengan tokoh masyarakat, tokoh agama, dan orang tua 4. komunikasi interpersonal

5. jejaring

6. sumber daya (baik sumber daya manusia dalam hal ini tenaga pengajar maupun sumber daya alamnya atau fasilitas yang tersedia)


(35)

2.4.7. Hambatan Orang Tua Dalam Menyempaikan Masalah Kesehatan Reproduksi

Para ahli yang berkecipung dalam anak, pada umumnya sependapat bahwa pendidik dalam bidang kesehatan reproduksi, termasuk dalam hal ini adalah pendidik dalam bidang kesehatan reproduksi, ( Singgih, 1993). Kesulitan sering timbul karena pengetahuan orang tua mengenai reproduksi mungkin ” kalah” jauh dibanding dengan pengetahuan anak. Dalam hal demikian jelas orang tua mampu mengimbangi pengetahuan anak, karena itu orang tua acap kali perlu belajar antara lain mengenai bacaan atau kursus konsultasi dengan ahli yang memang mengetahui hal tersebut. Hambatan lain juga sering timbul karena kurang terbukanya hubungan antara orang tua dengan anak.

Untuk membicarakan masalah kesehatan reproduksi karena merupakan sesuatu yang sifatnya sangat pribadi maka dibutuhkan suasana akrab, terbuka dari hati kehati antara orang tua dengan anak. Sehingga keluhan seperti tidak tahu bagaimana harus memulai, merasa kaku, kebingungan dan sebagaimana dapat dikurangi dengan suasana seperti itu, ( Jamaluddin, 2001).

Pada umumnya orang tua menunggu sampai anaknya puber, terutama untuk anak perempuan, bila membicarakan masalah tentang reproduksi. Padahal seharusnya persiapan menghadapi masa puber dapat dilakukan sedini mungkin sebelum tanda-tanda fisiknya nampak. Sedikitnya sebelum seorang anak menginjak dunia remaja, dimana proses kematangan seks mulai timbul, harus sudah diberikan. Misalnya anak perempuan sebelum mengalami haid pertama, dan anak-anak laki-laki sebelum mengalami mimpi basah, ( Kartini, 1992).


(36)

2.4.8. Persiapan Menghadapi Masa Puber

Persiapan mengalami masa puber ini sangat penting untuk memberikan, (BKKBN./ Com, 2003):

1. Dasar bagi anak untuk mengetahuan tanggung jawabnya sebagai seorang yang akan dewasa

2. dasar-dasar untuk memilih, menentukan atau mampu mengambil keputusan tentang sesuatu itu baik atau buruk, benar atau salah, cepat atau tidak bagi dirinya, keluarga dan agamanya.

3. mempunyai kesadaran tentang terjadinya gejala fisik yang berhubungan dengan puber.

4. pemahaman tentang kehidupan seksual termasuk kewajiban agama dan beban hukum.

2.5. Aborsi dan hukum

2.5.1. Hukum Pidana (KUHP) RI.

Pada pasal 346-349 KUHP tersebut mengkategorikan aborsi sebagai tindak pidana, sebagaimana bunyi lengkap pasal-pasal tersebut dibawah ini:

Pasal 346

”Seorang wanita yang dengan sengaja menggugurkan kandungan atau mematikan kandungannya atau menyuruh orang lain untuk itu, diancam dengan pidana paling lama empat tahun”


(37)

Pasal 347

1.Barang siapa dengan sengaja menggugurkan kandungan atau mematikan kandungannya atau menyuruh orang lain untuk itu, diancam dengan penjara pidana paling lama dua belas tahun.

2.Jika perbuatan itu mengakibatkan matinya wanita tersebut, diancam dengan pidana penjara paling lama lima belas tahun.

Pasal 348

1.Barang siapa dengan sengaja menggugurkan atau mematikan kandungan seorang wanita dengan persetujuannya, diancam dengan pidana penjara paling lama lima tahun enam bulan.

2.Jika perbuatan itu mengakibatkan matinya wanita tersebut, diancam dengan pidana penjara paling lama tujuh tahun.

Pasal 349

”Jika seorang tabib, dukun beranak atau tukang obat membantu melakukan kejahatan berdasarkan pasal 347 dan 348, maka pidana yang ditentukan dalam pasal itu dapat ditambah dengan sepertiga dan ia dapat dipecat dari jabatan yang digunakan untuk melakukan kejahatan”.

2.5.2. Aborsi dan undang-undang kesehatan.

Ditegaskan juga dalam Undang-Undang tentang Kesehatan Nomor 23 Tahun 1992 Pasal 15 Ayat 1,2,3, berikut:

1. Dalam keadaan darurat sebagai upaya untuk menyelamatkan jiwa ibu hamil dan atau janinnya, dapat dilakukan tindakan medis tertentu.


(38)

2. Tindakan medis tertentu sebagai mana dimaksud dalam ayat (1) hanya dapat dilakukan:

a. Berdasarkan indikasi medis yang mengharuskan diambilnya tindakan tersebut. b. Oleh tenaga kesehatan

2.6. Aborsi dari sudut pandang Agama. 2.6.1. Agama Islam.

Mainstream pandangan agama Islam yang dianut masyarakat Indonesia mayoritas melarang aborsi. Adanya perdebatan yang terjadi dikalangan ulama fikih adalah hal biasa dalam menentukan suatu pandangan termasuk didalamnya persoalan fikih aborsi. Karena setiap ulama mewakili kondisi dan ruang dimana mereka hidup, yang tentu saja berpengaruh pada metode dan hasil dari yang mereka kaji. Berkaitan dengan fikih aborsi, pendapat para ulama sangat beragam, meskipun dengan argumentasi yang sama-sama bersumber dari teks. Ulama dari madzab Hanafi memperbolehkan pengguguran kandungan sebelum kehamilan berusia 120 hari dengan alasan belum terjadi penciptaan. Mayoritas ulama Hanabilah membolehkan pengguguran kandungan selama janin masih dalam bentuk segumpal darah (alaqah) karena belum berbentuk manusia. Syafi’iyah melarang aborsi dengan alasan kehidupan dimulai sejak konsepsi sebagaimana dikemukakan oleh Al-Ghazali dalam Ihya Ulumuddin, tetapi sebagian lain dari mereka yaitu Abi Sad dan Al-Qurthubi membolehkan.

2.6.2. Agama Kristen dan Katolik.

Dalam tradisi Katolik sikap terhadap aborsi sangat dipengaruhi oleh pemikiran dan prakik gereja. Pada awal kelahiran Yesus Undang-Undang lebih banyak


(39)

ditujukan untuk melindungi fetus.Dan ketentuan Undang-Undang melarang semua hal yang menyebabkan kematian anak yang tidak dilahirkan. Namun, pada abad kedua setelah kelahiran Yesus, Undang-Undang anti aborsi diberlakukan sebagai bagian dari reformasi general. Penentangan aborsi disuarakan oleh para pendeta Apostolik. Alasan yang diajukan bahwa aborsi bertentangan dengan ajaran cinta.

Ringkasnya dari kalangan agama Kristen yang sebagian besar menolak tindakan aborsi berasal dari penganut gereja Katolik Roma, gereja Ortodok Yunani, sedangkan pihak yang memperbolehkan aborsi secara ketat maupun longgar (sebagai hak perempuan) di antaranya persatuan gereja kristen di Kanada, Amerika dan Amerika Utara.

2.6.3. Agama Hindu dan Budha.

Perbedaan juga terdapat dalam ajaran agama Hindu dan Buddha. Sebagian kalangan pemeluk agama Hindu memiliki perspektif bahwa jiwa diciptakan sejak masa konsepsi, sehingga tindakan aborsi merupakan hal yang dilarang kecuali karena tiga alasan, yang pertama yaitu untuk menyelamatkan ibu, untuk kasus perkosaan dan incest. Hal yang sama juga terdapat dalam sebagian ajaran Buddha bahwa aborsi dipercaya sebagai pembunuhan terhadap jiwa, namun tindakan aborsi juga diperbolehkan dengan alasan tertentu.(Maria 2006).


(40)

2.7. Kerangka Konsep

Berdasarkan uraian-uraian dan juga teori-teori yang telah disebutkan sebelumnya, maka dapat disusun kerangka konsep sebagai berikut :

Faktor Internal:

• Umur • Pengetahuan. • Sikap

Aborsi dari kehamilan Tidak dikehendaki

Faktor Eksternal :

• Orang Tua • Kakak/Saudara • Guru

• Teman Sebaya • Petugas kesehatan • Tokoh agama • Media cetak


(41)

Skema diatas menjelaskan bahwa faktor Internal dan faktor eksternal dapat mempengaruhi pengetahuan dan sikap remaja putri terhadap aborsi dari kehamilan tidak dikehendaki.


(42)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1. Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini bersifat deskriptif dengan metode analisa kuantitatif yaitu untuk mengetahui pengetahuan dan sikap remaja putri terhadap aborsi dari kehamilan tidak dikehendaki di SMU Negeri I Pematang Siantar Kecamatan Siantar Kabupaten Simalungun.

3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian.

Lokasi penelitian di SMU Negeri I Siantar Kecamatan Siantar Kabupaten Simalungun. Waktu penelitian dilaksanakan pada bulan Juni 2007 sampai bulan Nopember 2007. Alasan pemilihan lokasi penelitian adalah karena :

Ü SMU Negeri I Siantar belum pernah dilakukan penelitian mengenai pengetahuan dan sikap remaja putri terhadap aborsi dari kehamilan tidak dikehendaki.

3.3. Populasi dan Sampel 3.3.1. Populasi

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh remaja putri kelas I sampai dengan kelas III yang berjumlah 424 orang.

3.3.2. Sampel

Penentuan besar sampel secara Simple Random Sampling dengan menggunakn rumus Vincent Gasper sebagai berikut :


(43)

n = ) 1 ( . . ) 1 ( . 2 2 2 p p Zc G N P P Zc N − + − −

n =

) 5 , 0 1 ( 5 , 0 . ) 96 , 1 ( ) 1 , 0 ( 424 ) 5 , 0 , 1 ( 5 , 0 . ) 96 , 1 ( 424 2 2 2 − +

n =

) 25 , 0 ( 8416 , 3 24 , 4 25 , 0 ) 8416 , 3 .( 424 +

n =

9604 , 0 24 , 4 2096 , 407 +

n =

2004 , 5 2096 , 407

n = 78,3 ≈ 79 orang dimana :

n : besar sampel N : besar populasi

Zc : nilai derajat kepercayaan 95%=1,96 G : galat pendugaan =0,1

p : proporsi dari populasi ditetapkan p=0,5

Berdasarkan hasil perhitungan diatas maka jumlah sampel dalam penelitian ini adalah sebanyak 79 orang. Teknik pengambilan sampel dilakukan dengan cara


(44)

3.4. Metode Pengumpulan Data

a. Data primer

Data primer dikumpulkan dengan melakukan wawancara secara langsung kepada remaja putri dengan menggunakan pedoman wawancara (kuesioner) tentang persepsi dan sikap remaja putri terhadap aborsi dari kehamilan tidak dikehendaki di SMU Negeri I Pematang Siantar Kecamatan Siantar Kabupaten Simalungun. b. Data sekunder

Data sekunder dikumpulkan dari laporan-laporan Rumah Sakit Umum Daerah dr. Djasamen Saragih Pematang Siantar dan dari laporan-laporan Dinas Kesehatan Kabupaten Simalungun, data hasil laporan CNR PKBI Sumatera utara serta data lain yang mendukung dalam penelitian ini.

3.5. Instrumen Penelitian

Instrumen yang digunakan dalam pengumpulan data adalah kuesioner, yang berisi tentang data identitas diri responden dan pertanyaan tentang pengetahuan dan sikap remaja putri terhadap aborsi dari kehamilan tidak dikehendaki.

3.6. Defenisi Operasional

1. Umur adalah lamanya waktu perjalanan hidup responden yang dihitung sejak ia lahir sampai pada saat pelaksanaan wawancara yang dinyatakan dalam satuan tahun

2. Pengetahuan adalah merupakan segala sesuatu yang diketahui responden tentang pengetahuan seks, kesehatan reproduksi, aborsi dari kehamilan tidak dikehendaki


(45)

3. Sikap adalah kecenderungan remaja putri untuk melakukan penilaian dan atau bertindak sesuai dengan pengetahuannya berkaitan dengan aborsi dari kehamilan tidak dikehendaki.

4. Orang Tua adalah Ayah atau Ibu (orang yang mengasuh) responden

5. Kakak/saudara adalah orang yang dianggap dapat bekerjasama dan saling bertukar pikiran.

6. Guru adalah seorang yang mendidik dan memberikan pelajaran disekolah khususnya berperan dalam menyampaikan informasi kesehatan roproduksi.

7. Teman sebaya adalah orang yang dianggap tempat mencurahkan perasaan dan gejolak jiwa tentang perasaan cintanya.

8. Petugas kesehatan adalah orang yang bertugas dari puskesmas untuk penyuluhan kesehatan di sekolah responden .

9. Tokoh agama adalah orang yang menyampaikan kotbah santapan rohani kepada responden.

10. Media cetak / Elektronik adalah keterangan atau penjelasan tentang aborsi dari kehamilan tidak dikehendaki. Juga informasi yang didapatkan responden, tentang seks melalui media massa baik elektronik dan non elektronik (TV, vcd porno, majalah, dan lain-lain).

11. Aborsi dari kehamilan yang tidak dikehendaki adalah pengguguran kandungan dari kehamilan yang tidak diinginkan akibat dari hubungan seks pranikah atau semasa masih sekolah.


(46)

3.7. Aspek Pengukuran 3.7.1. Pengetahuan

Pengukuran pengetahuan berdasarkan penilaian remaja putri terhadap aborsi dari kehamilan tidak dikehendaki dengan kemampuan siswa menjawab pertanyaan yang terdiri dari 16 pertanyaan, responden yang menjawab benar akan diberi skor 3, sedangkan salah diberi nilai 1 sehingga skor tertinggi yang didapat responden adalah 48.

Selanjutnya dikategorikan atas baik, sedang, dan kurang, berdasarkan Pratomo (1986) sebagai berikut :

a. Baik apabila menjawab pertanyaan yang diajukan dengan benar lebih besar dari 75% atau memiliki nilai > 36.

b. sedang apabila menjawab pertanyaan yang diajukan dengan benar : 40%-75% atau memiliki nilai 19-36.

c. kurang apabila menjawab pertanyaan yang diajukan dengan benar < 40% atau memiliki nilai < 19.

3.7.2. Sikap

Sikap diukur melalui kuesioner yang telah diberi skor nilai. Jumlah pertanyaan ada 12. Masing-masing pertanyaan dengan jawaban tidak setuju diberi nilai 1 dan pertanyaan dengan jawaban setuju diberi nilai 2. Nilai tertinnggi dari seluruh pertanyaan adalah 24. Berdasarkan jumlah nilai yang diperoleh responden, maka dapat dikategorikan kedalam 3 kategori sikap, yaitu :

a. Baik apabila menjawab pertanyaan yang diajukan dengan setuju: > 75% atau memiliki nilai > 18


(47)

b. Sedang apabila menjawab pertanyaan yang diajukan dengan benar : 40% -75% atau memiliki nilai antara 9 - 18

c. kurang apabila menjawab pertanyaan yang diajukan dengan benar < 40% atau memiliki nilai < 9

3.8. Teknik Pengolahan data dan Analisa Data 3.8.1.Pengolahan Data

Pengolahan data dilakukan secara manual dan disajikan dalam bentuk distribusi frekuensi.

3.8.2. Analisa Data

Data yang diperoleh dikumpulkan dan diolah secara manual dan disajikan dalam bentuk distribusi frekuensi, kemudian dianalisa secara deskriptif untuk mengetahui tingkat pengetahuan dan sikap terhadap aborsi dari kehamilan tidak dikehendaki.


(48)

BAB IV

HASIL PENELITIAN

4.1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian

SMU Negeri Siantar didirikan pada tahun 1993 dengan status SMU Negeri.

SMU Negeri Siantar ini terletak di jalan mahoni raya nomor 4 desa Sitalasari kecamatan Siantar Kabupaten Simalungun.

Luas sekolah ini yaitu 10000 M yang dilengkapi dengan fasilitas-fasilitas yang menunjang untuk proses belajar mengajar seperti ruang/lokal belajar, ruang laboratorium, ruang perpustakaan, tempat/sarana olah raga dan ruang UKS. Tenaga pengajar berjumlah 62 orang terdiri guru tetap serta tenaga tata usaha 8 orang. Jumlah siswa seluruhnya 651 orang yang terdiri dari 16 lokal siswa kelas satu 6 lokal, siswa kelas dua 5 lokal, dan kelas tiga 5 lokal.

4.2. Hasil Penelitian

Berdasarkan hasil pengumpulan data primer mengenai pengetahuan dan sikap

remaja putri terhadap aborsi dari kehamilan tidak dikehendaki pada siswi SMU Negeri I Siantar, Tahun 2007, diperoleh data sampai berikut:

4.2.1. Data Umum Responden

Berdasarkan hasil penelitian distribusi frekuensi responden, Menurut umur responden, dan sumber informasi aborsi dari kehamilan tidak dikehendaki dapat dilihat pada tabel dibawah ini:


(49)

Tabel 4.1. Distribusi Frekwensi Responden Berdasarkan Umur dan Sumber Informasi Aborsi Dari Kehamilan Tidak Dikehendaki di SMU Negeri I Siantar Kecamatan Siantar, Kabupaten Simalungun Tahun 2007

UMUR f %

14 Tahun 3 3,79

15 Tahun 24 30,3

16 Tahun 30 37,97

17 Tahun 17 21,5

18 Tahun 5 21,5

Jumlah 79 100

SUMBER INFORMASI

Orang Tua 9 11,39

Kakak/saudara 5 6,33

Guru 5 6,33

Teman sebaya 5 6,33

Petugas kesehatan 5 6,33

Tokoh agama 5 6,33

Media cetak 13 16,46

Media elektronik 32 40,5

jumlah 79 100

4.2.2. Data Khusus Responden

Dari tabel diatas diatas dapat diketahui umur responden 14 tahun 3,79%, 15 tahun 30,3%, umur 16 tahun 37,97%, 17 tahun 21,5%, 18 tahun 21,5%.

4.2.2.1. Data Pengetahuan Responden

Berdasarkan hasil penelitian diketahui distribusi frekuensi responden

menurut pengetahuan remaja putri terhadap aborsi dari kehamilan tidak dikehendaki di SMU Negeri I siantar tahun 2007, dapat dilihat pada tabel dibawah ini.


(50)

Tabel 4.2. Distribusi Frekuensi Pengetahuan Responden Tentang Pernah Mendengar Aborsi di SMU Negeri I Siantar Tahun 2007

No. Apakah pernah mendengar aborsi f %

1 Ya 79 100

2 Tidak - -

Jumlah 79 100

Dari tabel diatas dapat diketahui bahwa responden yang pernah mendengar aborsi sebesar 100%

Tabel 4.3. Distribusi Frekuensi Pengetahuan Responden Mendengar Informasi Tentang Aborsi di SMU Negeri I Siantar Tahun 2007

No. Respon remaja putri mendengar informasi tentang aborsi

f %

1 Respon sekali, karena pengetahuan yang penting 36 45,57 2 Biasa saja, karena sudah banyak mengerti tentang aborsi 9 11,39 3 Asing sekali, karena merasa ngeri 34 43

Jumlah. 79 100

Dari tabel diatas dapat diketahui bahwa respon dari responden mendengar aborsi dari kehamilan tidak dikehendaki adalah respon sekali, karena pengetahuan yang penting 45,57%.

Tabel 4.4. Distribusi Pengetahuan Responden Tentang Pengertian Aborsi di SMU Negeri I Siantar Tahun 2007

No. Pengertian Aborsi f %

1 Penghentian kehamilan dengan usia kandungan <4 bulan disengaja ataupun tidak disengaja.

24 30,38 2 Penghentian kehamilan dengan memakan obat terlambat

bulan

45 56,96 3 Penghentian kehamilan dengan memijit/mengusut perut

wanita hamil

10 12,66


(51)

Dari tabel diatas dapat diketahui bahwa pengetahuan responden tentang pengertian aborsi adalah penghentian kehamilan dengan usia kandungan <4 bulan disengaja ataupun tidak disengaja , 30,38%.

Tabel 4.5. Distribusi Frekuensi Pengetahuan Responden Tentang Bahaya yang Timbul Bila Melakukan Aborsi Kepada Dukun (tukang pijit) di SMU Negeri I Siantar Tahun 2007

No. Bahaya yang timbul bila melakukan aborsi kepada dukun

f %

1 Shock/pingsan karena kesakitan berlebihan saat melakukan aborsi dan berdampak kematian

48 60,76 2 Perdarahan hebat saat melakukan kusut 27 34,18 3 Infeksi karena alat yang di pakai melakukan aborsi tidak

steril

4 5,1

Jumlah. 79 100

Dari tabel diatas dapat diketahui bahwa pengetahuan responden tentang bahaya yang timbul bila melakukan aborsi kepada dukun (tukang pijit) adalah shock/pingsan karena kesakitan berlebihan saat melakukan aborsi dan berdampak kematian 60,76%.

Tabel 4.6. Distribusi Frekuensi Pengetahuan Responden Tentang Bahaya Melakukan Aborsi Dengan Memakan Obat-obatan, Jamu-jamuan, Ramu-ramuan di SMU Negeri I Siantar Tahun 2007

No. Bahaya melakukan aborsi dengan memakan obat-obatan, jamu-jamuan, dan ramu-ramuan.

f %

1 Infeksi (rahim busuk karena janin mati) 48 60,76 2 Perdarahan hebat dari rahim karena demam 15 18,99 3 Kematian siperempuan yang melakukan aborsi 16 20,3

jumlah 79 100

Dari tabel diatas dapat diketahui bahwa pengetahuan responden tentang bahaya melakukan aborsi dengan memakan obat-obatan, jamu-jamuan, dan ramu-ramuan adalah infeksi (rahim busuk karena janin mati) 60,76%.


(52)

Tabel 4.7. Distribusi Frekuensi Pengetahuan Responden Tentang Jenis Penyakit Berbahaya yang Dapat Tertular Dari Alat-alat Medis Pada Waktu Melakukan Aborsi Pada Petugas Kesehatan di SMU Negeri I Siantar Tahun 2007

No. Jenis penyakit berbahaya yang dapat tertular dari alat-alat medis saat melakukan aborsi kepada

petugas kesehatan.

f %

1 HIV/AIDS 15 18,99

2 TBC paru 24 30,38

3 Kudis-kudis 40 50,6

jumlah 79 100

Dari tabel diatas dapat diketahui bahwa pengetahuan responden tentang penyakit berbahaya yang dapat tertular melalui alat-alat medis yang dipakai aborsi adalah HIV/AIDS 18,99%.

Tabel 4.8. Distribusi Pengetahuan Responden Tentang Kerusakan Alat Reproduksi Oleh karena Melakukan Aborsi di SMU Negeri I Siantar Tahun 2007

No. Kerusakan alat reproduksi oleh karena melakukan aborsi dapat mengakibatkan

f %

1 Kemandulan 51 64,56

2 Kegemukan 16 20,25

3 Kecacatan anak yang lahir 12 15,19

Jumlah 79 100

Dari tabel diatas dapat diketahui bahwa pengetahuan responden tentang akibat kerusakan alat reproduksi saat melakukan aborsi adalah kemandulan 64,56%.


(53)

Tabel 4.9. Distribusi Pengetahuan Responden Tentang Bila Kehamilan Kemaja Diteruskan Sampai Melahirkan Dampak Kebidanan yang Terjadi di SMU Negeri I Siantar Tahun 2007

No. Dampak kebidanan yang terjadi bila kehamilan remaja diteruskan sampai melahirkan

f %

1 Mendapat penyulit saat melahirkan karena alat reproduksi masih muda.

48 60,76 2 Kurus dan lemah karena masih muda 16 20,15 3 Kurang giji karena masih muda 15 18,99

jumlah 79 100

Dari tabel diatas dapat diketahui bahwa pengetahuan responden tentang dampak kebidanan yang terjadi bila kehamilan remaja diteruskan sampai melahirkan adalah mendapat penyulit saat melahirkan karena alat reproduksi masih muda 60,76%.

Tabel 4.10. Distribusi Pengetahuan Responden Terhadap Dampak Kehamilan Dini dan Berumah tangga Dini Pada Remaja yang Berpengaruh Pada Kesehatan Jiwa di SMU Negeri I Siantar Tahun 2007

No. Dampak psikologis akibat hamil dini dan berumah tangga dini pada remaja putri

f %

1 Tekanan jiwa (depresi), malu pada masyarakat karena melanggar norma/nilai di masyarakat

63 79,75 2 Membuat remaja putri tadi semakin liar 1 1,27 3 Remaja bisa bunuh diri 15 18,99

jumlah 79 100

Dari tabel diatas dapat diketahui bahwa pengetahuan responden tentang dampak hamil dini dan berumah tangga dini pada remaja putri adalah tekanan jiwa (depresi), malu pada masyarakat karena melanggar norma/nilai di masyarakat 79,75%.


(54)

Tabel 4.11. Distribusi Frekuensi Pengetahuan Responden Terhadap Dampak Ekonomi dan Mempengaruhi Kesehatan Akibat Hamil Dini dan Berumah tangga Dini di SMU Negeri I Siantar Tahun 2007

No. Dampak ekonomi dan yang mempengaruhi kesehatan reemaja putri akibat hamil dini dan

berumah tangga dini

f %

1 Putus sekolah dan menghalangi cita-cita untuk mendapatkan pekerjaan yang mapan dilanda kemiskinan dan mempengaruhi giji keluarga dirumah tangganya

62 78,48

2 Dicaci maki mertua karena tergantung makan sama orang tua

5 6,32 3 Ditelantarkan suami karena tidak sanggup membiayai

kehidupan rumah tangga

12 15,19

Jumlah 79 100

Dari tabel diatas dapat diketahui bahwa pengetahuan responden tentang dampak ekonomi dan yang mempengaruhi kesehatan reemaja putri akibat hamil dini dan berumah tangga dini adalah putus sekolah dan menghalangi cita-cita untuk mendapatkan pekerjaan yang mapan dilanda kemiskinan dan mempengaruhi giji keluarga dirumah tangganya 78,48%.

Tabel 4.12. Distribusi Frekuensi Pengetahuan Responden Tentang Resiko Tertular HIV/AIDS Saat Melakukan Aborsi di SMU Negeri I Siantar Tahun 2007

No Resiko tertular penyakit HIV/AIDS saat melakukan aborsi

f % 1 Dapat menularkan kepada suami dan anak setelah menikah

kelak

51 64,56

2 Kematian bayi yang dilahirkan 15 18,99

3 Seluruh badan korengan karena HIV/AIDS 13 16,46

jumlah 79 100

Dari tabel diatas dapat diketahui bahwa pengetahuan responden tentang

resiko tertular penyakit HIV/AIDS saat melakukan aborsi dapat menularkan kepada suami dan anak setelah menikah kelak 64,56%.


(55)

Tabel 4.13. Distribusi Pengetahuan Responden Tentang Pengertian Dengan Kehamilan Tidak Dikehendaki di SMU Negeri I Siantar Tahun 2007

No. Pengertian kehamilan tidak dikehendaki f %

1 Kehamilan yang tidak direncanakan 12 15,19 2 Kehamilan diluar pernikahan 57 72,15 3 Kehamilan yang membawa penyakit 10 12,66

jumlah 79 100

Dari tabel diatas dapat diketahui bahwa pengetahuan responden tentang pengertian kehamilan tidak dikehendaki adalah kehamilan yang tidak direncanakan 15,19%.

Tabel. 4.14. Distribusi Frekuensi Pengetahuan Responden Tentang Bila Ketahuan Melakukan Aborsi yang Bertentangan Dengan Hukum di SMU Negeri I Siantar Tahun 2007

No. Bila ketahuan melakukan aborsi yang bertentangan dengan hukum

f %

1 Ditangkap Pihak berwajib (polisi) dan dijatuhi hukuman penjara sesuai undang-undang yang berlaku

54 68,35 2 Ditelantarkan pacar yang tidak bertanggung jawab 4 5,1 3 Didiskriminasi masyarakat 21 26,58

jumlah 79 100

Dari tabel diatas dapat diketahui bahwa pengetahuan responden tentang bila ketahuan melakukan aborsi yang bertentangan dengan hukum adalah ditangkap pihak berwajib dan (polisi) dijatuhi hukuman penjara sesuai undang-undang yang berlaku 68,35%.


(56)

Tabel 4.15. Distribusi Frekuensi Pengetahuan Responden Terhadap Aborsi yang Diperbolehkan Undang-undang, di SMU Negeri I Siantar Tahun 2007

No. Aborsi yang diperbolehkan undang-undang f %

1 Aborsi terapeutik medis (oleh karena sesuatu penyakit, demi kemanusiaan)

65 82,28 2 Aborsi spontan (tanpa diganggu oleh siapapun) 10 12,66 3 Aborsi yang disengaja untuk menutupi aib karena

manusia punya harga diri

4 5,1

jumlah 79 100

Dari tabel diatas dapat diketahui bahwa pengetahuan responden tentang Aborsi yang diperbolehkan undang-undang adalah Aborsi terapeutik medis (oleh karena sesuatu penyakit, demi kemanusiaan) 82,28%.

Tabel 4.16. Distribusi Frekuensi Pengetahuan Remaja Putri Tentang Pernah Membicarakan Kesehatan Reproduksi Secara Pribadi di SMU Negeri I Siantar Tahun 2007

No. Pernahkah membicarakan kesehatan reproduksi secara pribadi

f %

1 Ya 9 11,39

2 Tidak 70 88,61

jumlah 79 100

Dari tabel diatas dapat diketahui bahwa pengetahuan responden tentang pernah membicarakan kesehatan reproduksi secara pribadi adalah 11,39%.

Tabel 4.17. Distribusi Frekuensi Pengetahuan Responden Tentang Siapa yang Cocok Teman Responden Membicarakan Kesehatan Reproduksi Secara Pribadi di SMU Negeri I Siantar Tahun 2007

No. Siapa yang cocok teman remaja putri membicarakan secara pribadi masalah kesehatan reproduksinya

f %

1 Ibu 60 75,95

2 guru 7 8,86

3 Kakak/saudara 12 15,19


(57)

Dari tabel diatas dapat diketahui bahwa pengetahuan responden tentang ibu yang cocok teman remaja putri membicarakan secara pribadi tentang masalah kesehatan reproduksinya 75,95%, guru 8,86% kakak/saudara 15,19%.

Tabel 4.18 Distribusi Frekuensi Pengetahuan Responden Secara Umum Siswi SMU Negeri I Siantar Kecamatan Siantar, Kabupaten Simalungun Tahun 2007.

No. Tingkat Penilaian pengetahuan responden f %

1 Baik 17 21,52

2 sedang 62 78,48

3 rendah - -

jumlah 79 100

Dari tabel diatas dapat disimpulkan bahwa pengetahuan secara umum di SMU Negeri I Siantar Kecamatan Siantar, Kabupaten Simalungun Tahun 2007 adalah sedang yaitu 77,22%.

4.2.2. Sikap Responden

Tabel 4.19. Distribusi Sikap Responden Terhadap Aborsi Dari Kehamilan Tidak Dikehendaki di SMU Negeri I Siantar Kecamatan Siantar, Kabupaten Simalungun Tahun 2007

Setuju Tidak Setuju

No Sikap Responden

F % F %

1. Aborsi berbahaya bagi kesehatan alat reproduksi perempuan.

72 91,14 7 8,86 2 Remaja putri seharusnya mampu menjaga

kesehatan reproduksi dan sadar akan kewajibannya di masa mendatang untuk melahirkan generasi anak-anak bangsa yang sehat dan berkualitas.

79 100 - -

3 Penjagaan alat reproduksi yang sehat pada remaja putri adalah tanggung jawab remaja putri itu sendiri yang mengemban tugas


(1)

14.

Aborsi yang diperbolehkan undang-undang ialah?

a.

Aborsi teraupetik medis (oleh karena suatu penyakit, demi kemanusiaan).

b.

Aborsi spontan (tanpa diganggu oleh siapapun).

c.

Aborsi yang disengaja untuk menutupi aib karena manusia punya harga

diri.

15.

Pernahkah anda membicarakan kesehatan reproduksi secara pribadi?

a.

Ya

b.

Tidak

16.

Menurut anda siapakah yang cocok teman remaja putri membicarakan secara

pribadi masalah kesehatan reproduksinya?

a.

Ibu

b.

Guru

c.

Kakak saudara

III. SIKAP RESPONDEN

1.

Aborsi berbahaya bagi kesehatan alat reproduksi perempuan, bagaimana

menurut pendapat anda?

a.

Setuju

b.

Tidak Setuju

2.

Remaja putri seharusnya mampu menjaga kesehatan reproduksi dan sadar

akan kewajibannya di masa mendatang untuk melahirkan generasi anak-anak

bangsa yang sehat dan berkualitas, bagaimana menurut pendapat anda?

a.

Setuju

b.

Tidak Setuju

3.

Penjagaan alat reproduksi yang sehat pada remaja putri adalah tanggung

jawab remaja putri itu sendiri yang mengemban tugas mulia melahirkan

generasi bangsa, bagaimana menurut pendapat anda?

a.

Setuju

b.

Tidak Setuju


(2)

4.

Untuk dapat menjaga kesehatan reprodruksi remaja putri perlu dibekali

pengetahuan seks, kesehatan reproduksi dan aborsi, bagaimana menurut

pendapat anda?

a.

Setuju

b.

Tidak Setuju

5.

Remaja yang berhasil menjaga alat reproduksinya besar harapan akan

melahirkan anak-anaknya sehat pula kelak, bagaimana menurut pendapat

anda?

a.

Setuju

b.

Tidak Setuju

6.

Remaja putri harus mampu membedakan mana yang baik dan mana yang

buruk tentang menjaga alat reproduksinya, bagaimana menurut pendapat

anda?

a.

Setuju

b.

Tidak Setuju

7.

Sebaiknya remaja putri ikut berperan dalam memberikan pendidikan

kesehatan repriduksi kepada teman-teman sebayanya, bagaimana menurut

pendapat anda?

a.

Setuju

b.

Tidak Setuju

8.

Inti dari pencegahan hamil masa sekolah salah satunya menghindari budaya

coba-coba, bagaimana menurut pendapat anda?

a.

Setuju

b.

Tidak Setuju

9.

Melakukan hubungan seks semasa remaja akibat pengaruh VCD porno adalah

perbuatan merugikan diri sendiri, bagaimana menurut pendapat anda?

a.

Setuju

b.

Tidak Setuju

10.

Guna dari peraturan pemerintah membuat undang-undang kesehatan

reproduksi adalah untuk melindungi kesehatan reproduksi dan mengharapkan

Tinceuli Sinaga : Pengetahuan Dan Sikap Remaja Putri Terhadap Aborsi Dari Kehamilan Tidak Dikehendaki..., 2007 USU Repository © 2009


(3)

generasi yang lahir, manusia sehat dan berkualitas di bangsa kita, bagaimana

menurut pendapat anda?

a.

Setuju

b.

Tidak Setuju

11.

Untuk mencegah kehamilan remaja perlu mengetahui cara-cara pergaulan

remaja pacaran yang sehat, bagaimana menurut pendapat anda?

a.

Setuju

b.

Tidak Setuju

12.

Sebaiknya undang-undang di negara kita dikuatkan lagi karena kita harus

tetap mempertahankan iman dan norma /nilai sesuai Pancasila, bagaimana

menurut pendapat anda?

a.

Setuju

b.

Tidak Setuju


(4)

Master Tabel Hasil Penelitian “Pengetahuan dan Sikap Remaja Putri tehadap Aborsi dari Kehamilan Tidak Dikehendaki di SMU Negeri I Siantar Tahun 2007”

No. Umur S.Inf P1 P2 P3 P4 P5 P6 P7 P8 P9 P10 P11 P12 P13 P14 P15 P16 TP 1. 14 OT 3 3 3 1 1 3 3 1 1 1 3 3 3 1 1 3 34 2. 15 KK 3 1 3 3 3 3 1 3 3 1 3 3 3 3 3 3 42 3. 16 GR 3 3 1 3 1 3 3 3 1 3 3 3 1 3 3 3 40 4. 14 TS 3 1 3 3 3 3 1 3 3 1 3 1 3 1 1 1 34 5. 16 GR 3 3 1 3 1 3 3 1 1 3 3 1 3 3 1 3 36 6. 16 TS 3 1 3 3 1 1 1 3 1 3 1 3 3 3 1 1 32 7. 15 KK 3 3 3 1 3 1 3 3 1 3 3 3 3 3 1 1 38 8. 14 TS 3 3 1 1 1 1 1 3 3 1 3 3 3 3 3 3 36 9. 16 GR 3 1 3 3 1 3 3 3 1 3 3 3 3 3 1 1 38 10. 16 TS 3 3 1 3 3 1 1 1 3 1 1 3 3 3 3 3 36 11. 15 KK 3 1 1 3 1 3 3 3 3 3 3 3 3 3 1 1 38 12. 16 TS 3 1 3 3 3 1 3 3 1 3 1 1 3 1 1 3 34 13. 17 PK 3 3 1 3 1 3 1 3 1 3 3 1 1 3 1 1 32 14. 15 OT 3 3 3 1 3 3 3 1 3 1 3 3 3 3 1 3 34 15. 16 PK 3 1 3 3 1 3 1 3 3 3 3 3 3 3 1 1 38 16. 15 GR 3 3 1 3 1 1 3 1 3 1 3 3 3 3 3 3 38 17. 17 PK 3 3 3 3 3 1 1 3 1 3 3 3 3 3 3 3 42 18. 16 OT 3 1 1 1 1 3 3 1 1 3 3 1 1 3 1 1 28 19. 16 PK 3 3 3 3 1 3 3 3 1 3 3 3 3 3 3 3 44 20. 16 GR 3 3 1 1 3 3 1 1 1 1 3 3 3 3 1 3 34 21. 17 PK 3 3 3 3 1 3 3 3 1 3 3 3 1 3 1 3 40 22. 16 KK 3 1 1 1 3 3 3 3 1 3 3 1 3 3 1 1 34 23. 16 TA 3 3 1 3 1 1 3 1 1 3 1 3 3 3 1 3 34 24. 17 TA 3 3 3 1 3 3 3 3 1 3 3 1 3 1 1 1 36 25. 16 KK 3 1 1 3 1 3 1 1 1 3 3 3 3 3 1 3 34 26. 16 TA 3 3 3 1 3 3 3 3 1 1 1 3 3 3 1 3 38 27. 18 OT 3 3 1 3 1 3 1 3 1 3 1 3 1 3 1 3 34 28. 16 TA 3 3 1 3 1 3 3 1 1 3 3 1 3 3 1 3 36 29. 15 TA 3 3 3 3 1 1 3 3 1 1 1 3 3 1 1 1 32 30. 17 OT 3 3 1 1 1 1 1 1 1 1 1 3 3 3 1 1 26 31. 17 MC 3 3 3 3 1 3 3 1 1 3 3 1 3 1 1 3 36 32. 18 ME 3 1 1 3 1 1 3 3 1 3 3 3 1 3 1 3 34 33. 16 MC 3 3 3 3 1 3 1 3 1 1 3 3 3 1 1 1 34 34. 15 ME 3 1 3 3 1 1 3 3 1 1 3 3 3 1 1 1 32 35. 16 OT 3 3 1 3 1 3 1 3 3 1 3 1 3 1 1 1 32 36. 15 MC 3 1 3 3 1 1 3 3 1 3 3 3 3 1 1 1 34 37. 16 MC 3 3 3 3 1 3 1 1 3 1 3 3 3 1 1 3 36 38. 15 OT 3 1 1 3 1 1 3 3 1 3 3 1 3 1 1 3 32 39. 16 MC 3 3 1 3 1 3 1 3 1 3 1 3 3 1 1 1 32 40. 15 ME 3 1 1 3 1 1 3 3 3 1 3 3 1 3 1 3 34 41. 16 OT 3 3 3 3 1 3 1 3 1 3 3 3 3 3 1 3 40 42. 15 OT 3 1 1 3 1 1 3 1 1 3 3 3 3 3 1 3 34 43. 16 MC 3 3 3 3 1 3 1 3 1 3 3 1 3 3 1 3 38 44. 18 ME 3 1 1 1 3 1 3 3 1 3 3 3 3 3 3 3 38

45. 15 MC 3 3 3 3 1 3 1 3 1 1 3 3 3 3 3 3 40

46. 16 ME 3 1 1 3 1 1 3 3 1 3 3 1 3 3 1 3 34 47. 15 MC 3 3 3 3 3 3 1 3 1 3 3 3 1 3 1 1 38 48. 16 ME 3 3 1 3 1 1 3 3 1 3 3 3 3 3 1 3 38 49. 16 MC 3 1 1 3 1 3 1 1 3 1 3 3 3 3 1 3 34 50. 18 ME 3 1 1 3 3 1 3 3 1 3 1 3 3 3 1 3 36 51. 16 MC 3 1 1 3 1 3 1 3 1 1 3 3 1 3 1 3 32 52. 16 ME 3 1 1 3 1 1 3 3 1 3 3 3 3 1 1 3 34 53. 16 MC 3 1 1 3 3 3 1 3 1 3 1 3 3 3 1 3 36 54. 16 ME 3 1 1 3 1 3 3 1 1 3 3 3 1 1 1 3 32 55. 16 MC 3 1 1 3 1 1 1 3 1 3 1 3 3 3 1 3 32 56. 16 ME 3 1 1 3 1 3 3 1 1 3 3 1 1 3 1 3 32 57. 17 MC 3 1 1 3 1 1 1 3 1 3 1 3 3 1 1 3 30 58. 17 ME 3 1 1 3 1 3 3 1 1 3 3 3 1 3 1 3 34 59. 17 ME 3 1 1 1 1 1 1 1 1 3 3 3 3 1 1 1 26 60. 17 ME 3 1 1 1 1 3 3 1 1 3 3 3 1 1 1 3 32

Tinceuli Sinaga : Pengetahuan Dan Sikap Remaja Putri Terhadap Aborsi Dari Kehamilan Tidak Dikehendaki..., 2007 USU Repository © 2009


(5)

61. 15 ME 3 1 1 1 1 3 3 3 1 3 3 3 3 3 1 3 36 62. 15 ME 3 1 1 1 1 1 1 3 1 1 3 3 3 3 1 3 30 63. 15 ME 3 1 1 1 1 3 3 3 1 3 3 3 3 3 1 3 36 64. 17 ME 3 1 1 1 1 1 3 3 1 1 3 3 3 1 1 3 30 65. 15 ME 3 1 1 1 1 3 3 1 1 3 3 3 3 3 1 3 34 66. 17 ME 3 1 1 1 1 3 3 1 1 1 3 3 1 3 1 3 30 67. 15 ME 3 1 1 1 1 1 1 1 1 3 3 3 3 3 1 3 30 68. 17 ME 3 3 1 1 1 3 3 3 1 1 3 3 3 1 1 3 34 69. 15 ME 3 1 1 1 1 1 3 3 1 3 3 3 3 3 1 3 34 70. 17 ME 3 3 1 1 1 3 3 1 1 3 3 3 3 3 1 3 36 71. 15 ME 3 3 1 1 1 3 3 1 1 1 3 3 3 1 1 3 32 72. 17 ME 3 1 1 1 1 1 3 3 1 1 3 3 3 3 1 3 32 73. 17 ME 3 3 1 3 1 3 3 1 1 1 3 3 3 3 1 3 36 74. 18 ME 3 3 1 1 1 1 3 3 1 1 1 1 3 3 1 3 30 75. 15 ME 3 3 1 1 1 3 3 1 1 1 3 3 3 3 1 3 34 76. 15 ME 3 1 1 1 1 3 3 1 1 3 3 3 3 1 1 3 32 77. 15 ME 3 1 1 1 1 1 3 1 1 3 3 3 3 1 1 3 28 78. 15 ME 3 1 1 1 1 3 3 1 1 3 1 1 3 1 1 3 26 79. 17 ME 3 1 1 1 1 3 3 1 1 3 1 1 3 1 1 3 26

Master Tabel Hasil Penelitian “Pengetahuan dan Sikap Remaja Putri tehadap Aborsi dari Kehamilan Tidak Dikehendaki di SMU Negeri I Siantar Tahun 2007”

No. S1 S2 S3 S4 S5 S6 S7 S8 S9 S10 S11 S12 TS 1. 2 2 2 2 2 2 2 2 1 2 2 2 23 2. 2 2 2 2 2 1 2 2 2 2 2 2 23 3. 2 2 2 2 2 2 1 2 1 2 2 2 22 4. 2 2 2 2 2 2 2 2 1 2 2 2 23 5. 2 2 2 2 2 2 1 2 1 2 2 2 22 6. 2 2 2 2 2 1 2 2 2 2 2 2 23 7. 2 2 2 1 2 1 1 2 1 2 2 2 20 8. 2 2 2 2 2 1 2 2 1 2 2 2 22 9. 2 2 2 2 2 2 2 2 1 2 2 1 22

10. 2 2 2 2 2 2 2 2 1 2 2 2 23

11. 2 2 2 2 2 2 1 2 1 2 2 2 22

12. 1 2 2 2 2 1 2 2 1 2 2 2 21

13. 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 24

14. 2 2 2 2 2 2 2 2 1 2 2 2 23

15. 2 2 2 2 1 2 1 2 1 2 2 2 21

16. 1 2 2 2 2 1 2 2 1 2 2 2 21

17. 2 2 2 2 2 2 1 2 1 2 2 2 22

18. 2 2 2 2 2 2 1 2 1 2 2 2 22

19. 2 2 2 2 2 2 1 2 2 2 2 2 23

20. 1 2 2 2 2 2 1 2 1 2 2 2 21

21. 2 2 2 2 2 2 2 2 1 2 2 2 23

22. 2 2 2 2 2 2 2 2 1 2 2 2 23

23. 2 2 2 1 2 1 2 2 1 2 2 2 21

24. 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 24

25. 1 2 2 2 2 2 1 2 1 2 2 2 21

26. 2 2 2 2 2 2 2 2 1 2 2 2 23

27. 2 2 2 2 2 2 1 2 1 2 2 2 22

28. 2 2 2 2 2 2 2 2 1 2 2 2 23

29. 2 2 2 2 2 2 2 2 1 2 2 2 23

30. 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 24

31. 2 2 2 2 2 1 2 2 1 2 2 2 22

32. 2 2 2 2 2 1 2 2 1 2 2 2 22

33. 2 2 2 2 2 2 2 2 1 2 2 2 23

34. 2 2 2 2 2 2 2 2 1 2 2 2 23

35. 2 2 2 2 2 1 2 2 2 1 2 2 22

36. 2 2 2 2 2 2 2 2 1 2 2 2 23

37. 2 2 2 2 2 1 2 2 2 2 2 2 23

38. 2 2 2 2 2 2 2 1 2 2 2 2 23


(6)

Tinceuli Sinaga : Pengetahuan Dan Sikap Remaja Putri Terhadap Aborsi Dari Kehamilan Tidak Dikehendaki..., 2007 USU Repository © 2009

40. 2 2 2 2 2 1 2 2 2 2 2 2 23

41. 2 2 2 2 2 2 2 1 1 2 2 2 22

42. 2 2 2 2 2 1 2 2 2 2 2 2 23

43. 1 2 2 2 2 2 2 1 1 2 2 2 21

44. 2 2 2 1 2 1 2 2 2 2 2 2 22

45. 2 2 2 2 2 1 2 2 1 2 2 2 22

46. 2 2 2 2 2 1 2 2 2 2 2 2 23

47. 2 2 2 2 2 1 2 2 1 2 2 2 22

48. 2 2 2 2 2 2 2 2 1 2 2 2 23

49. 2 2 2 2 2 1 2 2 1 2 2 2 22

50. 2 2 2 1 2 1 2 2 1 2 2 2 21

51. 2 2 2 2 2 1 2 2 1 2 2 2 22

52. 2 2 2 2 2 2 2 2 1 2 2 2 23

53. 2 2 2 2 2 1 2 2 1 2 2 2 22

54. 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 24

55. 2 2 2 2 2 1 2 2 2 2 2 2 23

56. 2 2 2 2 2 1 2 2 2 2 2 2 23

57. 2 2 2 1 2 2 2 2 2 2 2 2 23

58. 2 2 2 2 2 1 2 2 2 2 2 2 23

59. 2 2 2 2 2 1 2 2 1 2 2 2 22

60. 2 2 2 2 2 2 1 2 1 2 2 2 22

61. 2 2 2 1 2 1 2 2 2 2 2 2 22

62. 2 2 2 2 2 1 2 2 2 2 2 2 23

63. 2 2 2 2 2 1 2 2 2 2 2 2 23

64. 2 2 2 2 2 1 2 2 2 2 2 2 23

65. 2 2 2 2 2 1 2 2 1 2 2 2 22

66. 2 2 2 2 2 2 1 2 1 2 2 2 22

67. 2 2 2 1 2 2 2 2 2 2 2 2 23

68. 2 2 2 2 1 2 2 2 2 2 2 2 23

69. 1 2 2 2 2 1 2 2 2 2 2 2 22

70. 2 2 2 1 2 1 2 2 2 2 2 2 22

71. 2 2 2 2 2 1 1 2 2 2 2 2 22

72. 2 2 2 1 2 1 1 2 2 2 2 1 20

73. 2 2 2 2 2 1 2 2 2 2 2 2 23

74. 2 2 2 2 2 1 2 2 2 2 2 2 23

75. 2 2 2 2 2 1 2 2 2 2 2 2 23

76. 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 24

77. 2 2 2 2 2 1 2 2 2 2 2 2 23

78. 2 2 2 2 2 1 2 2 2 2 2 2 23


Dokumen yang terkait

Pengaruh Pendidikan Kesehatan tentang Narkoba terhadap Pengetahuan dan Sikap Remaja di SMA Negeri 5 Pematang Siantar Tahun 2013

1 47 163

Tingkat Pengetahuan Siswa-Siswi SMA Methodist Pematang Siantar Terhadap Konjungtivitis

0 37 47

PERSEPSI MASYARAKAT KECAMATAN RAYA TERHADAP PERPINDAHAN IBUKOTA KABUPATEN SIMALUNGUN DARI PEMATANG SIANTAR KE PEMATANG RAYA.

5 13 27

Efektivitas Penyuluhan Metode Diskusi Dan Curah Pendapat Tentang Aborsi Terhadap Pengetahuan Dan Sikap Remaja Putri Di Smk Negeri 3 Pematang Siantar Tahun 2015

0 0 18

Efektivitas Penyuluhan Metode Diskusi Dan Curah Pendapat Tentang Aborsi Terhadap Pengetahuan Dan Sikap Remaja Putri Di Smk Negeri 3 Pematang Siantar Tahun 2015

0 0 2

Efektivitas Penyuluhan Metode Diskusi Dan Curah Pendapat Tentang Aborsi Terhadap Pengetahuan Dan Sikap Remaja Putri Di Smk Negeri 3 Pematang Siantar Tahun 2015

0 0 7

Efektivitas Penyuluhan Metode Diskusi Dan Curah Pendapat Tentang Aborsi Terhadap Pengetahuan Dan Sikap Remaja Putri Di Smk Negeri 3 Pematang Siantar Tahun 2015

0 0 40

Efektivitas Penyuluhan Metode Diskusi Dan Curah Pendapat Tentang Aborsi Terhadap Pengetahuan Dan Sikap Remaja Putri Di Smk Negeri 3 Pematang Siantar Tahun 2015

1 3 4

Efektivitas Penyuluhan Metode Diskusi Dan Curah Pendapat Tentang Aborsi Terhadap Pengetahuan Dan Sikap Remaja Putri Di Smk Negeri 3 Pematang Siantar Tahun 2015

0 0 45

PENGETAHUAN DAN SIKAP REMAJA PUTRI KELAS XI TENTANG ABORSI KARENA KEHAMILAN TIDAK DIKEHENDAKI DI SMA NEGERI 1 KARANGKOBAR KABUPATEN BANJARNEGARA

0 0 7