Pengetahuan dan Sikap Remaja Putri tentang Menarche

(1)

PENGETAHUAN DAN SIKAP REMAJA PUTRI

TENTANG MENARCHE DI SD HARAPAN 1 MEDAN

Oleh:

SETIA YUDA NUGRAHA

080100379

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

2011


(2)

PENGETAHUAN DAN SIKAP REMAJA PUTRI

TENTANG MENARCHE DI SD HARAPAN 1 MEDAN

KARYA TULIS ILMIAH INI DIAJUKAN SEBAGAI SALAH

SATU SYARAT MERAIH GELAR SARJANA KEDOKTERAN

Oleh:

SETIA YUDA NUGRAHA

080100379

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

2011


(3)

LEMBAR PENGESAHAN

Judul Penelitian : Pengetahuan dan Sikap Remaja Putri tentang

Menarche

di SD Harapan 1 Medan Nama : Setia Yuda Nugraha NIM : 080100379

Pembimbing Penguji I

(dr. Sarma N. Lumbanraja, Sp.OG(K)) (dr. Arlinda Sari W, M.Kes)

NIP: 19600116 1986111 001 NIP: 19690609 1999032 001 Penguji II

(dr. Sri Sofyani, Sp.A(K)) NIP:

Medan, Desember 2011 Dekan

Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara

(Prof. dr. Gontar Alamsyah Siregar, Sp.PD-KGEH) NIP: 19540220 198011 1 001


(4)

HALAMAN PERSETUJUAN

Karya Tulis Ilmiah dengan Judul:

Pengetahuan dan Sikap Remaja Putri tentang Menarche di SD Harapan 1 Medan

Yang dipersiapkan oleh:

Setia Yuda Nugraha

080100379

Karya Tulis Ilmiah ini telah diperiksa dan disetujui untuk

dilanjutkan ke Seminar Hasil Karya Tulis Ilmiah

Medan, 19 Desember 2011

Disetujui, Dosen Pembimbing

(dr.Sarma N. Lumbanraja, Sp.OG(K)) NIP:19600116


(5)

ABSTRAK

Latarbelakang: Salah satu peristiwa penting yang terjadi pada seorang remaja putri ditandai dengan datangnya haid pertama (menarche). Apabila mereka sudah dipersiapkan dan mendapatkan informasi yang benar tentang datangnya menstruasi maka mereka tidak akan mengalami kecemasan dan reaksi negatif lainnya. Oleh kerena itu pengetahuan yang baik mengenai menarche yang didapat oleh remaja putri akan sangat mempengaruhi sikapnya menghadapi menarche tersebut.

Metode: Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana tingkat pengetahuan dan sikap remaja putri tentang menarche. Metode penelitian ini adalah penelitian survei yang bersifat deskriptif, dengan sampel yang didapat melalui metode total sampling dimana semua sample berasal dari siswi SD Harapan 1 Medan kelas V dan VI yang berjumlah 119 orang. Kemudian peneliti menggunakan kuesioner sebagai alat ukur untuk mengetahui tingkat pengetahuan dan sikap sampel.

Hasil: dari hasil penelitian didapat 24,4% remaja putri memiliki pengetahuan baik dan 75,6% remaja putri memiliki pengetahuan cukup baik. Berdasarkan sikap, didapat 70,6% remaja putri memiliki sikap yang baik dalam menghadapi

menarche dan 29,4% remaja putri memiliki sikap yang cukup baik dalam

menghadapi menarche 29,4%.

Kesimpulan: Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi informasi bagi institusi pendidikan, dan pelayanan kesehatan sebagai bahan untuk penyuluhan tentang kesehatan reproduksi bagi siswi-siswinya.


(6)

ABSTRACT

Background: One of the key events that occurred in a young women is marked by the arrival of first menstruation (menarche). If they are already prepared and get the correct information about menstruation so they will not experience the anxiety and other negative reactions. Therefore, the good knowledge about menarche obtained by young women will greatly affect her attitude to face the menarche.

Methods: This study aims to determine how the level of knowledge and attitudes of young women about menarche. This research method is a descriptive survey, with a sample obtained by total sampling and from all elementary students grade V and VI counted for 119 people. Then the researchers used a questionnaire as a measuring tool to determine the level of knowledge and attitude of the sample.

Results: the results of research are 24,4% of girls have good knowledge and 75,6% of girls have good enough knowledge. Based on the attitude, there are 70,6% of girls have good attitude in dealing with and 29,4% of girls have good enough attitude of dealing with menarche.

Conclusion: The results of this study is expected to be a source information for edcuational and health institution to increase student counseling on reproduction health education.


(7)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan ridho - Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan karya tulis ilmiah ini, sebagai salah satu syarat untuk memperoleh kelulusan sarjana kedokteran Program Studi Pendidikan Dokter Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.

Karya tulis ilmiah ini berjudul “Pengetahuan dan Sikap Remaja Putri tentang

Menarche di SD Harapan 1 Medan”. Dalam penyelesaian penulisan karya tulis ilmiah ini, penulis banyak menerima bantuan dari berbagai pihak. Untuk itu penulis ingin menyampaikan ucapan rasa terima kasih dan penghargaan setinggi-tingginya kepada:

1. Bapak Prof. dr. Gontar Alamsyah Siregar, Sp. PD-KGEH, selaku Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.

2. Ibu dr. Sarma N. Lumbanraja, Sp.OG(K) selaku Dosen Pembimbing yang telah banyak memberi arahan dan masukan kepada penulis, sehingga karya tulis ilmiah ini dapat terselesaikan dengan baik.

3. Ibu dr. Arlinda Sari W, M.Kes dan dr. Sri Sofyani, Sp.A(K) selaku dosen penguji saya dalam karya tulis ilmiah ini.

4. Bapak, Parlindungan Lubis S.Pd selaku Kepala Sekolah dan Muhammad Yusuf S.Pd selaku Wakil Kepala Sekolah Dasar Harapan 1 Medan yang telah memberikan izin dan banyak bantuan kepada penulis dalam melakukan proses pengumpulan data di lokasi penelitian.

5. Seluruh guru dan staf pegawai di SD Harapan 1 Medan

6. Seluruh staf pengajar dan civitas akademika Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.

7. Kedua orang tua tercinta H.Yusri Tanjung dan Hj. Darwilis Nasution yang telah memberikan dukungan, motivasi, serta mendoakan dan memberikan semangat kepada penulis dalam menyelesaikan pendidikan dan karya tulis ilmiah ini.


(8)

8. Kakak dan adik-adik saya tercinta Raisa Siska, Yuli Mirani dan M. Tandri yang selalu memberikan motivasi dalam penyelesaian karya tulis ilmiah ini.

9. Sahabat-sahabat saya, Ayub Basaldi, M.Ihsan, Okmaronab, Fairus Syarifudin, Harry Andrean, Saddam Emir, Medina Muslim, Puja Nastia, Melinda Yoanita, Gesit Pramono, Putri Gaby, Julia Dista dan Seluruh teman-teman Stambuk 2008, terima kasih atas dukungan dan bantuannya Untuk seluruh bantuan baik moril maupun materil yang diberikan kepada penulis selama ini, penulis ucapkan terima kasih dan semoga Allah SWT memberikan imbalan pahala yang sebesar-besarnya.

Penulis menyadari bahwa karya tulis ilmiah ini masih jauh dari sempurna. Untuk itu penulis mengharapkan masukan berupa kritik dan saran yang membangun demi kesempurnaan karya tulis ilmiah ini. Semoga karya tulis ilmiah ini dapat berguna bagi kita semua.

Medan, 16 Desember 2011

Penulis,

Setia Yuda Nugraha


(9)

DAFTAR ISI

Halaman

LEMBAR PENGESAHAN ... i

HALAMAN PERSETUJUAN ... ii

ABSTRAK ... iii

ABSTRACT ... iv

KATA PENGANTAR ... v

DAFTAR ISI ... vii

DAFTAR TABEL ... x

DAFTAR GAMBAR ... xi

DAFTAR LAMPIRAN ... xii

BAB 1 PENDAHULUAN... 1

1.1. Latar Belakang ... 1

1.2. Rumusan Masalah ... 2

1.3. Tujuan Penelitian ... 2

1.4. Manfaat Penelitian ... 3

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA ... 4

2.1. Remaja ... 4

2.1.1. Definisi ... 4

2.1.2. Pertumbuhan pada Remaja Putri ... 5

2.1.3. Pertumbuhan Organ Reproduksi Remaja Putri... 6

2.1.4. Peran Gizi pada Pertumbuhan Remaja Putri ... 6

2.1.5. Perubahan Hormonal ... 6

2.1.6. Aapek Psikososial dari Kematangan Seksual Remaja Putri ... 7

2.2. Menstruasi ... 8

2.2.1. Definisi ... 8

2.2.2. Fisiologi ... 8


(10)

2.2.4. Menarche ... 12

2.3. Masalah Tumbuh Kembang Remaja Putri ... 13

2.3.1. Pubertas Terlambat ... 13

2.3.2. Pubertas Prekok ... 14

2.4. Pengetahuan dan Sikap ... 14

2.4.1. Pengetahuan ... 14

2.4.2. Sikap ... 15

BAB 3 KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL... 17

3.1. Kerangka Konsep Penelitian ... 17

3.2. Definisi Operasional ... 17

3.3. Cara Ukur ... 18

3.3.1. Pengetahuan ... 18

3.3.2. Sikap ... 18

BAB 4 METODE PENELITIAN ... 19

4.1. Jenis Penelitian ... 19

4.2. Waktu dan Tempat Penelitian ... 19

4.3. Populasi dan Sampel Penelitian... 19

4.4. Teknik Pengumpulan Data ... 20

4.4.1. Uji Validitas ... 20

4.4.2. Uji Reabilitas ... 21

4.5. Metode Analisa Data ... 21

BAB 5 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 24

5.1. Hasil Penelitian ... 24

5.1.1. Deskripsi Lokasi Penelitian ... 24

5.1.2. Deskripsi Karakteristik Sampel ... 24

5.1.3. Tingkat Pengetahuan Siswi Terhadap Menarche ... 26

5.1.4. Sikap Siswi Menghadapi Menarche ... 29


(11)

5.2.1. Pengetahuan Remaja Putri tentang Menarche di SD Harapan 1

Medan ... 32

5.2.2 Sikap Remaja Putri tentang Menarche di SD Harapan 1 Medan.33 BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN ... 35

6.1. Kesimpulan... 35

6.2. Saran ... 35

DAFTAR PUSTAKA ... 36


(12)

DAFTAR TABEL

Nomor JUDUL Halaman

Tabel 3.1. Definisi Operasional 17 Tabel 4.1. Validitas dan Reliabel Kuesioner 22

Tabel 5.1.

Distribusi Frekuensi dan Persentase Berdasarkan

Usia 25

Tabel 5.2.

Distribusi Frekuensi dan Persentase Berdasarkan

Kelas 25

Tabel 5.3.

Distribusi Frekuensi dan Persentase Usia Menurut

Kelas 25

Tabel 5.4. Tingkat Pengetahuan Siswi Terhadap Menarche 26

Tabel 5.5.

Tingkat Pengetahuan Kelas V SD Terhadap

Menarche 27

Tabel 5.6.

Tingkat Pengetahuan Kelas VI SD Terhadap

Menarche 27

Tabel 5.7.

Distribusi Jawaban Siswi Mengenai Pengetahuan

Menarche 28

Tabel 5.8. Sikap Siswi Terhadap Menarche 29 Tabel 5.9. Sikap Siswi Kelas V SD Terhadap Menarche 29 Tabel 5.10. Sikap Siswi Kelas IV SD Terhadap Menarche 30

Tabel 5.11.

Distribusi Jawaban Siswi Mengenai Sikap Tentang


(13)

DAFTAR GAMBAR

Nomor Judul Halaman


(14)

DAFTAR LAMPIRAN

Daftar Riwayat Hidup

Ethical Clearance

Surat Izin Penelitian


(15)

ABSTRAK

Latarbelakang: Salah satu peristiwa penting yang terjadi pada seorang remaja putri ditandai dengan datangnya haid pertama (menarche). Apabila mereka sudah dipersiapkan dan mendapatkan informasi yang benar tentang datangnya menstruasi maka mereka tidak akan mengalami kecemasan dan reaksi negatif lainnya. Oleh kerena itu pengetahuan yang baik mengenai menarche yang didapat oleh remaja putri akan sangat mempengaruhi sikapnya menghadapi menarche tersebut.

Metode: Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana tingkat pengetahuan dan sikap remaja putri tentang menarche. Metode penelitian ini adalah penelitian survei yang bersifat deskriptif, dengan sampel yang didapat melalui metode total sampling dimana semua sample berasal dari siswi SD Harapan 1 Medan kelas V dan VI yang berjumlah 119 orang. Kemudian peneliti menggunakan kuesioner sebagai alat ukur untuk mengetahui tingkat pengetahuan dan sikap sampel.

Hasil: dari hasil penelitian didapat 24,4% remaja putri memiliki pengetahuan baik dan 75,6% remaja putri memiliki pengetahuan cukup baik. Berdasarkan sikap, didapat 70,6% remaja putri memiliki sikap yang baik dalam menghadapi

menarche dan 29,4% remaja putri memiliki sikap yang cukup baik dalam

menghadapi menarche 29,4%.

Kesimpulan: Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi informasi bagi institusi pendidikan, dan pelayanan kesehatan sebagai bahan untuk penyuluhan tentang kesehatan reproduksi bagi siswi-siswinya.


(16)

ABSTRACT

Background: One of the key events that occurred in a young women is marked by the arrival of first menstruation (menarche). If they are already prepared and get the correct information about menstruation so they will not experience the anxiety and other negative reactions. Therefore, the good knowledge about menarche obtained by young women will greatly affect her attitude to face the menarche.

Methods: This study aims to determine how the level of knowledge and attitudes of young women about menarche. This research method is a descriptive survey, with a sample obtained by total sampling and from all elementary students grade V and VI counted for 119 people. Then the researchers used a questionnaire as a measuring tool to determine the level of knowledge and attitude of the sample.

Results: the results of research are 24,4% of girls have good knowledge and 75,6% of girls have good enough knowledge. Based on the attitude, there are 70,6% of girls have good attitude in dealing with and 29,4% of girls have good enough attitude of dealing with menarche.

Conclusion: The results of this study is expected to be a source information for edcuational and health institution to increase student counseling on reproduction health education.


(17)

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pubertas merupakan masa peralihan antara masa kanak-kanak dan masa dewasa, yang dimulai pada saat terjadinya kematangan seksual. Pubertas merupakan suatu tahap dalam proses perkembangan yang penting bagi remaja untuk menuju kedewasaan (Soetjiningsih, 2010). Kedewasaan pada remaja putri salah satunya ditandai dengan adanya perubahan-perubahan bertahap pada organ kandungan, yang berfungsi sebagai persiapan untuk suatu kehamilan (Manuaba, 2010). Peristiwa penting tersebut ditandai dengan datangnya haid pertama

(menarche) pada wanita. Maka remaja akan dihadapkan pada keadaan yang

memerlukan penyesuaian untuk dapat menerima perubahan yang terjadi (Marheni, 2010).

Menarche sebenarnya hanyalah puncak dari serangkaian perubahan yang

terjadi pada seorang remaja putri sedang menginjak dewasa (Jones, 2005). Perubahan-perubahan tersebut ditimbulkan oleh serangkaian reaksi antara beberapa kelenjar dalam tubuh. Pusat pengendali utamanya adalah hipotalamus yang bekerja sama dengan hipofisis mengendalikan urutan rangkaian perubahan tersebut (Sherwood, 2001 ). Salah satu hormon yang berperan dalam rangkaian itu adalah hormon estrogen yang berfungsi meningkatkan kematangan alat seks sekunder yaitu pembesaran mamae, deposit lemak sesuai pola wanita, pertumbuhan rambut, tumbuh-kembang uterus, dan endometrium (Manuaba, 2010).

Seseorang remaja putri mengalami menarche pada usia yang berbeda-beda. Usia semasa menarche dipengaruhi oleh keadaan biologi wanita, seperti genetik, faktor lingkungan, dan faktor nutrisi. Usia remaja putri saat mengalami menarche bervariasi, yaitu antara usia 10-16 tahun, tetapi rata-rata pada usia 12,5 tahun. (Sarwono, 2008). Ada sebagian kecil anak perempuan mengalami


(18)

menstruasi lebih awal yang disebut solated premature menarche dan ada juga yang mengalami menstruasi yang lewat primary amenorrhe (Aulia, 2009).

Pengetahuan yang dimiliki oleh seorang remaja putri mengenai reproduksi memberitahukan kepadanya bahwa apa yang ia alami sewaktu pubertas adalah normal. Adanya perasaan bingung saat pertama kali mengalami menstruasi disebabkan oleh remaja putri tersebut kurang pengetahuan tentang menstruasi (Darvill & Powell, 2003 dalam Leliana, 2010). Semakin dini menarche terjadi pada seorang putri, semakin belum siap ia menerima peristiwa haid tersebut. Apabila mereka sudah dipersiapkan dan mendapatkan informasi yang benar tentang datangnya menstruasi maka mereka tidak akan mengalami kecemasan dan reaksi negatif lainnya, tetapi bila mereka kurang memperoleh informasi yang benar maka mereka akan merasakan pengalaman yang negatif (Soetjiningsih, 2010). Oleh kerena itu pengetahuan yang baik mengenai menarche yang didapat oleh remaja putri akan sangat mempengaruhi sikapnya menghadapi menarche tersebut.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, permasalahan dalam penelitian ini adalah “Bagaimana gambaran pengetahuan dan sikap remaja putri tentang

menarche di SD Harapan 1 medan?”.

1.3 Tujuan Penelitian 1.3.1 Tujuan Umum

Untuk mengetahui gambaran pengetahuan dan sikap remaja putri tentang

menarche di SD Harapan 1 Medan

1.3.2 Tujuan Khusus

- Untuk mengetahui gambaran pengetahuan remaja putri tentang menarche - Untuk mengetahui sikap remaja putri tentang menarche


(19)

1.4 Manfaat Penelitian 1.4.1 Bagi Peneliti

Sebagai pengalaman yang sangat berharga dalam mengadakan suatu penelitian dan tambahan pengetahuan bagi peneliti.

1.4.2 Bagi Penelitian Selanjutnya

Sebagai bahan masukan atau sumber data bagi peneliti berikutnya yang ingin melakukan penelitian sejenis atau lebih lanjut dengan tema yang sama.

1.4.3 Bagi SD Harapan 1 Medan

Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan masukan bagi Usaha Kesehatan Sekolah (UKS) untuk penyuluhan tentang kesehatan reproduksi bagi siswi-siswi SD Harapan 1 Medan.


(20)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Remaja 2.1.1 Definisi

Seringkali dalam pembahasan soal remaja digunakan istilah pubertas dan adolescence. Istilah pubertas digunakan untuk menyatakan perubahan biologis yang meliputi morfologi dan fisiologi yang terjadi dengan pesat dari masa anak ke masa dewasa, terutama kapasitas reproduksi yaitu berubahan alat kelamin dari tahap anak ke dewasa (Soetjiningsih, 2010).

Sedangkan yang dimaksud dengan istilah adolescence, dulu merupakan sinonim dari pubertas, sekarang lebih ditekankan untuk menyatakan perubahan psikologis yang menyertai pubertas. Walaupun begitu, akselerasi pertumbuhan somatik yang merupakan bagian dari perubahan fisik pada puberitas, disebut sebagai pacu tumbuh adolescence growth spurt (Soetjiningsih, 2010). Remaja yang dalam bahasa aslinya disebut adolescence, berasal dari kata Latin adolescere yang artinya tumbuh atau tumbuh untuk mencapai kematangan. Perkembangan lebih lanjut, istilah adolescence memiliki arti yang luas mencakup kematangan mental, emosional, sosial dan fisik (Hurlock, 2007).

Masa remaja adalah masa transisi antara masa anak dan dewasa, dimana terjadi pacu tumbuh (growth spurt), timbul ciri-ciri seks sekunder, tercapainya fertilitas dan terjadi perubahan-perubahan psikologik serta kognitif (Soetjiningsih, 2010).

Menurut Soetjiningsih (2010) berdasarkan umur kronologis dan berbagai kepentingan, terdapat berbagai definisi tentang remaja, yaitu:

- Pada buku-buku pediatri, remaja pada umumnya didefinisikan dengan mereka yang telah berumur 10-18 tahun bagi anak perempuan dan 12-20 tahun bagi anak laki-laki.

- Menurut undang-undang No 4 tahun 1979 remaja adalah individu yang belum mencapai 21 tahun dan belum menikah.


(21)

- Menurut undang-undang Perburuhan, anak dianggap remaja apabila telah mencapai umur 16-18 tahun atau sudah menikah dan mempunyai tempat untuk tinggal.

- Menurut UU Perkawinan No 1 tahun 1974, anak dianggap sudah remaja apabila cukup matang untuk menikah, yaitu umur 16 untuk anak perempuan dan 19 tahun untuk anak laki-laki.

- Menurut WHO, remaja bila anak telah mencapai umur 10-18 tahun.

Dalam tumbuh kembangnya menuju dewasa, berdasarkan kematangan psikososial dan seksual, semua remaja akan melewati tahapan berikut:

- Masa remaja awal/dini (Early adolescence): umur 11-13 tahun - Masa remaja pertengahan (Middle adolescence): umur 14-16 tahun - Masa remaja lanjut (Late adolescence): umur 17-20 tahun

2.1.2 Pertumbuhan pada Remaja Putri

Sebelum mulai pacu tumbuh, remaja putri tumbuh dengan kecepatan 5,5 cm/ tahun (4-7,5 cm). Sekitar 2 tahun setelah mulai pacu tumbuh, remaja perempuan mencapai PHV (peak height velocity) dengan kecepatan sekitar 8cm/tahun (6-10,5 cm). Kecepatan maksimal dicapai 6-12 bulan sebelum

menarche dan ini dipertahankan hanya untuk beberapa bulan. Kemudian

kecepatan pertumbuhan linier mengalami deselerasi untuk 2 tahun berikutnya atau lebih, keadaan ini sesuai dengan TKS4 (Tingkat Kematangan Seksual 4).

Gambaran yang paling dini dan penting dari pertumbuhan tulang pada remaja perempuan adalah pertumbuhan pada lebar panggul selama pubertas. Pertumbuhan pelvis dan panggul (diukur pada diameter bi-iliacal) secara kuantitatif hampir sama dengan remaja laki-laki. Tetapi, karena pertumbuhan remaja perempuan lebih kecil pada berbagai dimensi tubuhnya, maka lebar panggul tampak tidak proporsional (tampak lebih besar) daripada remaja laki-laki (Soetjiningsih, 2010).


(22)

2.1.3 Pertumbuhan Organ Reproduksi Remaja Putri

Pada remaja putri tanda pubertas pertama pada umumnya adalah pertumbuhan payudara stadium 2 atau disebut breast bud yaitu terdiri dari penonjolan puting disertai pembesaran daerah aerola sekitar umur 8-12 tahu. Haid pertama (menarche) terjadi pada stadium lanjut dari pubertas dan sangat bervariasi pada umur beberapa masing-masing individu mengalaminya, rata-rata pada umur 10,5-15,5 tahun. Hubungan antara menarche dan pacu tumbuh tinggi badan sangat erat, menarche ini pada setiap anak perempuan terjadi bila kecepatan pertumbuhan tinggi badan mulai menurun (Soetjiningsih, 2010).

2.1.4 Peran Gizi pada Pertumbuhan Remaja Putri

Nutrisi menentukan pertumbuhan badan, bila asupan nutrisi dalam jumlah yang suboptimal, akan berdampak pada perlambatan proses pertumbuhan dan perkembangan maturasi/pematangan seksual. Sebaliknya terjadi percepatan proses pertumbuhan dan perkembangan seksual bila asupan kalori berlebihan. Nutrisi mempengaruhi kematangan seksual pada gadis yang mendapat menstruasi pertama lebih dini, mereka cenderung lebih berat dan lebih tinggi pada saat menstruasi pertama dibandingkan dengan mereka yang belum menstruasi pada usia yang sama, walaupun tinggi badan mereka sama, pada umumnya, mereka yang menjadi matang lebih dini akan memiliki IMT (Indeks Massa Tubuh) yang lebih tinggi dan mereka yang matang terlambat memiliki IMT lebih kecil pada usia yang sama. (Suandi, 2010).

2.1.5 Perubahan Hormonal

Regulasi sistem neuroendokrin dipengaruhi oleh pusat ekstra-hipotalamus di korteks serebri termasuk sistem limbik. Pusat ini akan merangsang sel basal hipotalamus untuk mensekresi hormon Gonadotropin Releasing Hormone (GnRH) yang bersifat pulsatif dan episodik. Hormon ini melalui aliran darah akan merangsang hipofise anterior untuk mensekresi hormon gonadotropin berupa Folikel Stimulating Hormone (FSH) dan Luteinizing Hormone (LH) yang juga bersifat episodik dan pulsatif. Hormon gonadotropin akan merangsang gonad


(23)

untuk memproduksi hormon testosteron pada laki-laki dan hormon estrogen pada perempuan. Pada keadaan prapubertas kadar hormon ini sangat rendah, sedangkan saat mulainya puberitas amplitudo dan frekuensi keluarnya hormon GnRH meningkat pesat sehingga hormon gonadotropin dan seks steroid juga meningkat untuk merangsang pertumbuhan tanda-tanda seks sekunder serta menyiapkan proses fertilisasi. Hal ini disebabkan saat puberitas terjadi aktifasi dari aksis hipotalamus-hipofise-gonad (Suryawan, 2010).

2.1.6 Aspek Psikososial dari Kematangan Seksual Remaja Putri

Memasuki masa remaja yang diawali dengan terjadinya kematangan seksual, maka remaja akan dihadapkan pada keadaan yang memerlukan penyesuaian untuk dapat menerima perubahan-perubahan yang terjadi. Kematangan seksual dan terjadinya perubahan bentuk tubuh sangat berpengaruh pada kehidupan kejiwaan remaja. Datangnya menarche dapat menimbulkan reaksi positif maupun negatif bagi remaja perempuan. Apabila mereka sudah dipersiapkan dan mendapat informasi tentang akan datangnya menstruasi maka mereka tidak akan mengalami kecemasan dan reaksi negatif lainnya, tetapi bila mereka kurang memperoleh informasi maka akan merasakan pengalaman yang negatif. Kematangan seksual yang terlalu cepat atau lambat juga dapat mempengaruhi kehidupan psikososialnya, yaitu status mereka di dalam kelompok sebayanya. Anak perempuan yang lebih dahulu mengalami kematangan seksual akan merasa bahwa dirinya terlalu besar bila berada di kelompok teman sekelasnya, sementara teman-teman perempuan yang lainnya masih dapat merasakan kebersamaan dengan kelompok baik laki-laki ataupun perempuan.

Terjadinya kematangan seksual pada remaja perempuan juga mengakibatkan remaja mulai tertarik terhadap anatomi fisiologi tubuhnya, mulai muncul kecemasan-kecemasan dan pertanyaan-pertanyaan seputar menstruasi, ukuran buah dada dan lain sebagainya. Pada saat itu mereka mulai memperhatikan tubuhnya dan penampilan dirinya dan sering membandingkan dirinya dengan orang lain, selain tertarik kepada dirinya, juga mulai muncul perasaan tertarik


(24)

kepada teman sebayanya yang berlawanan jenis, walaupun masih disembunyikan, karena mereka menyadari masih terlalu kecil untuk berpacaran (Marheni, 2010).

2.2 Menstruasi 2.2.1 Definisi

Menstruasi merupakan suatu peristiwa perdarahan uterus yang terjadi secara siklik dan dialami oleh sebagian besar wanita usia reproduktif (Norwitz, 2006). Menstruasi terjadi sebagai akibat dihasilkannya hormon-hormon dari sebuah kelenjar kecil di dasar otak yang disebut normal pertumbuhan (Pituitary gland) (Darvill, 2003). Menstruasi juga bisa diartikan keluarnya cairan secara berkala dari vagina selama masa usia produktif. (Aulia, 2009).

2.2.2 Fisiologi

Pengaturan siklus menstruasi ditentukan oleh faktor psikologis dan umpan balik (feedback loop) estrogen dan progesteron. Long feedback loop adalah umpan balik steroid hormon terhadap hipotalamus dan hipofisis. Short feedback loop langsung ke hipofisis untuk pengeluaran gonadotropin. Ultrashort feedback loop adalah pengaturan pengeluaran sendiri releasing hormon factor (Manuaba, 2009).

Menurut Sofoewan (2008), siklus menstruasi dibagi dalam dua siklus, yaitu siklus ovarium dan siklus uterus. Pada siklus ovarium terdapat beberapa fase yaitu:

1. Fase Folikular

Pada hari ke 1-8.

Terjadi peningkatan kadar Folikel Stimulating Hormone (FSH) dan

Luteinizing Hormone (LH) yang relatif tinggi dan memacu perkembangan

10-20 folikel dalam satu folikel dominan. Folikel dominan tersebut tampak pada fase mid follicular dan sisanya mengalami atresia. Relatif tingginya kadar FSH dan LH merupakan trigger turunnya estrogen dan progesteron pada akhir siklus.


(25)

Pada hari ke 9-14

Pada saat ukuran folikel meningkat lokalisasi akumulasi cairan tampak sekitar sel granulosa dan menjadi konfluen, memberikan peningkatan pengisian cairan di ruang sentral yang disebut antrum yang merupakan transformasi folikel primer menjadi sebuah Graafian folikel dimana oosit menempati posisi eksentrik, dikelilingi 2-3 lapis sel granulosa yang disebut kumulus ooforus. Perubahan hormon hubungannya dengan pematangan folikel adalah ada kenaikan yang progresif dalam produksi estrogen (terutama estradiol) oleh sel granulosa dari folikel yang berkembang. Mencapai puncak 18 jam sebelum ovulasi. Karena kadar estrogen yang meningkat, pelepasan kedua gonadotropin ditekan (umpan balik negatif) yang berguna untuk mencegah hiperstimulasi dari ovarium dan pematangan banyak folikel.

2. Fase Ovulasi

Ovulasi adalah pembesaran folikel secara cepat yang diikuti dengan protrusi dari permukaan korteks ovarium dan pecahnya folikel dengan ekstrusinya oosit yang ditempeli oleh kumulu ooforus. Pada beberapa perempuan saat ovulasi dapat dirasakan dengan adanya nyeri di fosa iliaka. Estrogen meningkatkan sekresi LH (melalui hipotalamus) mengakibatkan meningkatnya produksi androgen dan estrogen (umpan balik positif). Segera sebelum ovulasi terjadi penurunan kadar estradiol yang cepat dan peningkatan produksi progesteron. Ovulasi terjadi dalam 8 jam dari mid-cycle surge LH.

3. Fase Luteal

Hari ke 15-28

Sisa folikel tertahan dalam ovarium dipenitrasi oleh kapiler dan fibroblas dari teka. Sel granulosa mengalami luteinisasi menjadi korpus luteum. Korpus luteum merupakan sumber utama hormon steroid seks, estrogen, dan progesteron disekresi oleh ovarium pada fase pasca-ovulasi. Korpus luteum meningkatkan produksi progesteron dan estradiol. Kedua


(26)

hormon tersebut diproduksi dari prekursor yang sama. Selama fase luteal kadar gonadotropin rendah sampai terjadi regresi korpus luteum yang terjadi pada hari ke 26-28. Jika terjadi konsepsi dan implantasi, korpus luteum tidak mengalami regresi karena dipertahankan oleh gonadotropin yang dihasilkan oleh trofoblas. Jika konsepsi dan implantasi tidak terjadi, korpus luteum akan mengalami regresi dan terjadilah haid. Setelah kadar hormon steroid turun akan diikuti peningkatan kadar gonadotropin untuk inisiasi siklus berikutnya.

Dengan diproduksinya hormon steroid oleh ovarium secara siklik akan menginduksi perubahan penting pada uterus yang disebut dengan siklus uterus, yang melibatkan endometrium dan mukosa serviks.

1. Endometrium

Endometrium terdiri atas 2 lapis, yaitu superfisial yang akan mengelupas saat haid dan lapisan basal yang tidak ikut dalam proses haid, tetapi ikut dalam proses regenerasi lapisan superfisial untuk siklus berikutnya. Batas antara 2 lapis tersebut ditandai dengan perubahan dalam karakteristik arteriola yang memasok endometrium. Basal endometrium kuat, tetapi karena pengaruh hormon menjadi berlekuk dan memberikan kesempatan a.spiralis berkembang. Susunan anatomi tersebut sangat penting dalam fisiologi pengelupasan lapisan superfisial endometrium.

a. Fase Proliferasi

Selama fase folikular di ovarium, endometrium dibawah pengaruh estrogen. Pada akhir haid proses regenerasi berjalan dengan cepat. Saat ini disebut fase proliferasi, kelenjar tubular yang tersusun rapi sejajar dengan sedikit sekresi.

b. Fase Sekretoris

Setelah ovulasi, produksi progesteron menginduksi perubahan sekresi endometrium. Tampak sekretori dari vakuole dalam epitel kelenjar dibawah nukleus, sekresi maternal ke dalam lumen kelenjar dan menjadi berkelok-kelok.


(27)

c. Fase Haid

Normal fase luteal berlangsung selama 14 hari. Pada akhir fase ini terjadi regresi korpus luteum yang ada hubungannya dengan menurunnya produksi estrogen dan progesteron ovarium. Penurunan ini diikuti oleh kontraksi spasmodik yang intens dari bagian arteri spiralis kemudian endometrium menjadi iskemik dan nekrosis, terjadi pengelupasan lapisan superfisial endometrium dan terjadilah pendarahan.

Vasospasmus terjadi karena adanya produksi lokal prostaglandin. Prostaglandin juga meningkatkan kontrasi uterus bersamaan dengan aliran darah haid yang tidak membeku karena adanya aktivitas fibrinolitik lokal dalam pembuluh darah endometrium yang mencapai puncaknya saat haid.

2. Mukus Serviks

Pada perempuan ada kontinuitas yang langsung antara alat genital bagian bawah dengan kavum peritonei. Kontinuitas ini sangat penting untuk akses spermatozoon menuju ke ovum, fertilisasi terjadi dalam tuba falopii, ada risiko oleh infeksi yang asendens, tetapi secara alami risiko tersebut dicegah dengan adanya mukus serviks sebagai barier yang permeabilitasnya bervariasi selama siklus haid.

1. Awal fase folikular mukus serviks viskus dan impermeabel.

2. Akhir fase folikular kadar estrogen meningkat memacu perubahan dan komposisi mukus, kadar airnya meningkat secara progresif, sebelum ovulasi terjadi mukus serviks banyak mengandung air dan mudah dipenetrasi oleh spermatozoon. Perubahan ini dikenal dengan istilah “spinnbarkheit”.

3. Setelah ovulasi progesteron diproduksi oleh korpus luteum yang efeknya berlawanan dengan estrogen, dan mukus serviks menjadi impermeabel lagi, orifisium uteri eksternum kontraksi.

Peubahan-perubahan ini dapat dimonitor oleh perempuan sendiri jika ingin menjadi konsepsi atau dia ingin menggunakan “rhythm method” kontrasepsi. Dalam klinik perubahan ini dapat dimonitor dengan memeriksa mukus serviks


(28)

di bawah mikroskop tampak gambaran seperti daun pakis atau fern-like patterm yang paralel dengan kadar estrogen sirkulasi, maksimum pada saat sebelum ovulasi, setelah itu perlahan-lahan hilanng

2.2.3 Mekanisme Menstruasi

Hormon steroid estrogen dan progesteron mempengaruhi pertumbuhan endometrium. Di bawah pengaruh estrogen endometrium memasuki fase proliferasi sesudah ovulasi, endometrium memasuki fase sekresi. Dengan menurunnya kadar estrogen dan progesteron pada akhir siklus haid, terjadi regresi endometrium yang kemudian diikuti oleh pendarahan yang terkenal dengan nama menstruasi. Mekanisme menstruasi belum diketahui dengan seluruhnya (Wiknjosastro, 2008).

2.2.4 Menarche

Peristiwa terpenting yang terjadi pada gadis remaja ialah datangnya haid yang pertama kali yang pertama ini datang dinamakan menarche. Menarche sebenarnya hanyalah puncak dari serangkaian perubahan yang terjadi pada seorang gadis yang sedang menginjak dewasa (Sigar, 2005). Menarche adalah siklus menstruasi pertama sekali yang dialami wanita. Menarche terjadi akibat peningkatan FSH dan LH yang merangsang sel target ovarium. FSH dan LH berkombinasi dengan reseptor FSH dan LH yang selanjutnya akan meningkatkan laju kecepatan sekresi, pertumbuhan dan proliferasi sel. Hampir semua perangsangan ini dihasilkan dari pengaktifan sistem second messenger

adenosine-monophosphate cyclic dalam sitoplasma sel ovarium sehingga menstimulus

ovarium untuk memproduksi estrogen dan progesteron. Estrogen dan progesteron akan menstimulus uterus dan kelenjar payudara agar kompeten untuk memungkinkan terjadinya ovulasi. Ovulasi yang tidak dibuahi akan memicu terjadinya menstruasi (Guyton, 1997). Menurut Manuaba (2010) menarke merupakan menstruasi pertama yang berlangsung sekitar umur 10-11 tahun.


(29)

Rangsangan panca indra diblok puberitas inhibitor (nukleus amigdale) melalui stria terminalis, menuju hipotalamus sehingga terhindar dari puberitas prekok. Pada usia 8-9 tahun terdapat estrogen rendah dan pengeluaran FSH minimal. Estrogen rendah berfungsi untuk tumbuh-kembang alat seks sekunder dan mempersiapkan uterus (endometrium) lebih matang untuk menerima rangsangan. Pada usia 10-11 tahun terjadi perdarahan lucut endometrium, tanpa disertai “ovulasi” untuk lebih mematangkan uterus dengan endometrium dan alat seks sekunder.

2.3 Masalah Tumbuh Kembang Remaja Putri 2.3.1 Pubertas Terlambat

Pubertas terlambat (delayed puberty) pada perempuan didefinisikan tidak membesarnya payudara sampai 13 tahun atau tidak adanya menstruasi sampai umur 15 tahun. Sedangkan pubertas terlambat pada laki-laki apabila sampai umur 14 tahun belum ada tanda-tanda pubertas berupa panjang testis masih kurang dari 2.5 cm atau volume testis masih lebih kecil dari4 ml. Secara statistik pubertas yang mengalami keterlambatan sebanyak 2,5% dari normal populasi remaja pada kedua jenis kelamin; lebih banyak pada laki-laki yang mengalami keterlambatan pubertas dibandingkan dengan perempuan. Kebanyakan pubertas terlambat masih normal yaitu pada constitutional delayed of growth and puberty (CDGP). Berdasarkan kadar gonadotropin dalam darah pubertas terlambat dikelompokkan menjadi: Hypergonadotropic Hypogonadism dan Hypogonadotropic

Hypogonadism. Pada hypergonadotropic hypogonadism, ditemukan kadar hormon

gonadotropin (FSH dan LH) meningkat namun kadar hormon seks steroid seperti testosteron dan estrogen tetap rendah, hal ini menandakan kerusakan tidak pada aksis hipotalamus hipofise. Sedangkan pada hypogonadotropin hypogonadism, ditemukan penurunan kadar hormon gonadotropin (Suryawan, 2010).


(30)

2.3.2 Pubertas Prekok

Pubertas prekok terjadi apabila tanda-tanda pubertas ditemukan sebelum umur 8 tahun pada perempuan dan sebelum umur 9 tahun pada laki-laki. Pubertas prekok dapat diklasifikasikan berdasarkan aktifitas dari aksis neuroendokringonad. Diagnosis pubertas prekok dibuat berdasarkan gejala klinis yang mendukung dan hasil tes laboratorium. Pada anak yang dicurigai menderita pubertas prekok diperiksa secara lengkap antara lain pembesaran payudara dan pertumbuhan rambut pubis pada perempuan. Pubertas prekok pada perempuan bila ditemukan pembesaran payudara sebelum umur 8 tahun, timbulnya rambut pubis sebelum umur 9 tahun, atau terjadinya menstruasi sebelum umur 9,5 tahun. Rontgen pergelangan dan telapak tangan kiri untuk menilai umur tulang (bone age) sebagai tanda terjadinya peningkatan hormon seks steroid secara sistemik. Pada anak-anak dengan pubertas prekok kadar hormon FSH dan LH meningkat sesuai dengan masa pubertas (Suryawan, 2010).

2.4 Pengetahuan dan Sikap 2.4.1 Pengetahuan.

Dalam Kamus Besar bahasa Indonesia (2002), disebutkan bahwa istilah pengetahuan berasal dari kata dasar “tahu” yaitu paham, maklum, mengerti. Pengetahuan (knowledge) merupakan hasil dari tahu dan pengalaman seseorang dalam melakukan penginderaan terhadap suatu rangsangan tertentu. Pengetahuan kognitif merupakan dominan yang sangat penting dalam membentuk tindakan seseorang (overt behavior).

Kedalam pengetahuan yang diperoleh seseorang terhadap sesuatu rangsangan dapat diklasifikasikan berdasarkan enam tingkatan, yaitu:

a. Tahu (know)

Merupakan mengingat suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya, termasuk ke dalam tingkatan ini adalah mengingat kembali (recall) terhadap suatu spesifik dari seluruh bahan yang di pelajari atau rangsangan yang telah diterima. Oleh karena itu, tahu merupakan pengalaman yang paling rendah.


(31)

b. Memahami (comprehension)

Merupakan suatu kemampuan untuk menjelaskan secara benar objek yang diketahui. Orang telah paham akan objek atau materi harus mampu menjelaskan, menyebutkan contoh, menyimpulkan, meramalkan, dan sebagainya terhadap objek yang dipelajari

c. Aplikasi (application)

Kemampuan dalam menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi dan kondisi yang sebenarnya

d. Analisis (analysis)

Kemampuan dalam menjabarkan materi atau suatu objek dalam komponen-komponen, dan masuk ke dalam struktur organisasi tersebut.

e. Sintesis (synthesis)

Kemampuan dalam meletakkan atau menghubungkan bagian-bagian di dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru

f. Evaluasi (evaluation)

Kemampuan dalam melakukan penelitian terhadap suatu materi atau objek (Notoatmodjo,2003).

2.4.2 Sikap

Merupakan respon yang masih tertutup dari seseorang terhadap suatu stimulus atau objek. Manifestasi sikap tidak langsung dilihat akan tetapi harus ditafsirkan terhadapkan terlebih dahulu sebagai tingkah laku yang tertutup.

Menurut Allport (1954) seperti yang diikuti Notoatmodjo (2003), sikap mempunyai tiga komponen pokok, yakni:

a. Kehidupan emosional atau evaluasi terhadap suatu objek b. Kepercayaan (keyakinan), ide, konsep terhadap suatu konsep c. Kecenderungan untuk bertindak (tend to behave)

Sikap terdiri dari berbagai tingkatan, antara lain: a. Menerima (receiving)


(32)

b. Merespon (responding)

Memberi jawaban apabila ditanya, mengerjakan dan menyelesaikan tugas yang diberikan.

c. Menghargai (valuing)

Mengajak orang lain mengerjakan atau mendiskusikan masalah. d. Bertanggung jawab (responsible)

Mempunyai tanggung jawab terhadap segala sesuatu yang dipilihnya dengan segala risiko.

Pengukuran sikap dapat dilakukan secara langsung dan dapat juga tidak. Secara langsung dapat dinyatakan bagaimana pendapat atau pernyataan responden terhadap suatu objek. Orang lain berperilaku bertentangan dengan sikapnya, dan bisa juga merubah sikapnya sesudah yang bersangkutan merubah tindakannya. Namun secara tidak mutlak dapat dikatakan bahwa perubahan sikap merupakan loncatan untuk terjadinya perubahan prilaku.

Teori menyatakan tindakan seseorang dipengaruhi oleh sikapnya. Kalau kita berhasil merubah sikap seseorang, maka ia akan merubah perilakunya. Tetapi dalam praktek hal ini tidak selamanya benar. Memang hubungan antara sikap dan tindakan sangat kompleks dan kabur. Orang bisa berperilaku bertentangan dengan sikapnya, dan bisa juga merubah sikapnya sesudah yang bersangkutan merubah tindakannya. Jadi tidak mutlak harus ada perubahan sikap dulu, baru ada perubahan perilaku. Namun demikian secara tidak mutlak dapat dikatakan bahwa perubahan sikap merupakan loncatan untuk terjadinya perubahan perilaku (Notoatmodjo, 2003).


(33)

BAB 3

KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL

3.1 Kerangka Konsep

3.2 Definisi Operasional

Tabel 3.1. Definisi Operasional

No Variabel Definisi Operasional Alat Ukur Hasil Ukur Skala Ukur

1. Pengetahuan Segala sesuatu yang diketahui responden mengenai Menarche

Kuesioner 1: Baik

2: Sedang

3: Kurang

Ordinal

2. Sikap Tanggapan atau reaksi responden mengenai Menarche

Kuesioner 1: Baik

2: Sedang

3: Kurang

Ordinal Sikap

Menarche Pengetahuan


(34)

3.3 Cara Ukur 3.3.1 Pengetahuan

Pengetahuan responden diukur melalui 15 pertanyaan. Jika pertanyaan dijawab benar oleh responden maka diberi nilai 1, jika responden menjawab salah maka diberi nilai 0. Sehingga skor total yang tertinggi adalah 15.

Selanjutnya dikategorikan atas baik, sedang dan kurang dengan definisi sebagai berikut (Pratomo, 1986):

a. Baik, apabila responden mengetahui sebagian besar atau keseluruhannya tentang Menarche (skor jawaban responden >75% dari nilai tertinggi yaitu >11).

b. Sedang, apabila responden mengetahui sebagian tentang Menarche (skor jawaban responden 40%-75% dari nilai tertinggi yaitu 6-11).

c. Kurang, apabila responden mengetahui sebagian kecil tentang Menarche (skor jawaban responden <40% dari nilai tertinggi yaitu <6).

3.3.2 Sikap

Sikap diukur melalui 10 pertanyaan dan jika pertanyaan dijawab benar oleh responden maka diberi nilai 2, jika responden menjawab salah maka diberi nilai 1, dan jika responden tidak menjawab maka diberi nilai 0. Sehingga skor total yang tertinggi adalah 20. diberi. Selanjutnya dikategorikan atas baik, sedang dan kurang dengan definisi sebagai berikut (Pratomo, 1986) :

a.Sikap baik, apabila memperoleh nilai >75% b.Sikap sedang, apabila memperoleh nilai 40-75% c.Sikap kurang, apabila memperoleh nilai < 40%


(35)

BAB 4

METODOLOGI PENELITIAN

4.1 Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini adalah penelitian survei yang bersifat deskriptif, yakni melihat gambaran pengetahuan dan sikap remaja putri tentang menarche. Survei adalah suatu cara penelitian deskriptif yang dilakukan terhadap sekumpulan objek yang biasanya cukup banyak dalam jangka waktu tertentu. Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah cross-sectional study, di mana pengumpulan data atau variabel yang diteliti dilakukan secara bersamaan dan diambil pada satu waktu.

4.2 Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian telah dilaksanakan di SD Harapan 1 Medan. Pengambilan dan pengumpulan data telah dilakukan selama bulan Oktober sampai November 2011.

4.3 Populasi dan Sampel

Populasi pada penelitian ini adalah seluruh siswi kelas V dan VI SD Harapan 1. Besar sample adalah seluruh populasi (total sampling) dengan jumlah sampel 119 siswi dengan perincian yaitu:

- Siswi kelas V = 63 siswi - Siswi kelas VI = 56 siswi

Pemilihan sampel adalah berdasarkan yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi penelitian ini.

Kriteria Inklusi

- Semua siswi kelas V dan VI SD Harapan 1 Medan. Kriteria Esklusi

- Siswi kelas V dan VI SD Harapan 1 Medan yang tidak bersedia diikutkan dalam penelitian


(36)

- Siswi kelas V dan VI SD Harapan 1 Medan yang tidak mengisi kuesioner secara lengkap

- Siswi kelas V dan VI SD Harapan 1 Medan yang tidak hadir pada saat pengambilan sampel penelitian.

4.4 Teknik Pengumpulan Data

Jenis data yang dikumpulkan dalam penelitian ini adalah data primer dan data sekunder, data primer yaitu data yang didapat langsung dari responden. Sedangkan data sekunder yaitu data yang diperoleh dari bagian Tata Usaha SD Harapan 1 Medan untuk mengetahui jumlah siswa, Pengumpulan data akan dilakukan dengan metode angket dengan menggunakan instrumen kuisioner.

Untuk menilai pengetahuan dan sikap siswi SD kelas V dan VI Harapan 1 Medan maka akan diuji validitas dan reabilitas kuisioner tersebut.

4.4.1 Uji Validitas

Validitas adalah suatu indeks yang menunjukkan alat ukur itu benar-benar mengukur apa yang diukur. Kuesioner yang telah selesai disusun telah diuji validitasnya dengan menggunakan teknik korelasi “product moment” dengan menggunakan rumus :

r : koefisien korelasi product moment x : skor tiap pertanyaan/ item

y : skor total

N : jumlah responden

Butir pertanyaan dikatakan significant apabila nilai korelasi yang didapatkan > nilai tabel r dengan taraf signifikasi 0,05.


(37)

4.4.2 Uji Reliabilitas

Reliabilitas merupakan indeks yang dipakai untuk menunjukkan sejauh mana suatu alat pengukur dapat dipercaya atau diandalkan. Kuesioner yang telah selesai disusun telah diuji reabilitasnya dengan menggunakan uji Cronbach ( Cronbach Alpha) dengan menggunakan rumus :

r : reliabilitas instrumen

k : jumlah butir pertanyaan atau banyaknya soal b² : jumlah varian butir

t² : varian total

Untuk menentukan reliabilitas bisa dilihat dari nilai Alpha. Jika nilai alpha lebih besar dari 0,60 maka bisa dikatakan reliabel.

4.5 Metode Analisa Data

Data dari setiap responden telah dimasukkan ke dalam komputer oleh peneliti. Analisis data yang diperoleh dilakukan secara deskriptif dengan menggunakan program komputer dan disajikan dalam bentuk tabel (Wahyuni, 2008).


(38)

Tabel 4.1. Validitas dan Reliabilitas Kuesioner

Kuesioner r tabel r hitung Status Nilai alpha Status

Pengetahuan 0.945

1 0,444 0,776 Valid Reliabel 2 0,444 0,842 Valid Reliabel 3 0,444 0,776 Valid Reliabel 4 0,444 0,810 Valid Reliabel 5 0,444 0,522 Valid Reliabel 6 0,444 0,842 Valid Reliabel 7 0,444 0,810 Valid Reliabel 8 0,444 0,740 Valid Reliabel 9 0,444 0,522 Valid Reliabel 11 0,444 0,740 Valid Reliabel 12 0,444 0,842 Valid Reliabel 13 0,444 0,558 Valid Reliabel 16 0,444 0,842 Valid Reliabel 19 0,444 0,740 Valid Reliabel 20 0,444 0,558 Valid Reliabel

Sikap 0,867

1 0,444 0,627 Valid Reliabel 3 0,444 0,464 Valid Reliabel 5 0,444 0,594 Valid Reliabel 7 0,444 0,649 Valid Reliabel 8 0,444 0,544 Valid Reliabel 10 0,444 0,717 Valid Reliabel 12 0,444 0,771 Valid Reliabel 13 0,444 0,513 Valid Reliabel 15 0,444 0,627 Valid Reliabel 16 0,444 0,532 Valid Reliabel


(39)

Pada uji validitas dan uji reliabilitas kuesioner pengetahuan didapat 15 pertanyaan yang valid dan reliabel dari 20 pertanyaan yang diberikan kepada 20 responden, sedang uji validitas dan uji reliabilitas kuesioner sikap didapat 10 pernyataan yang valid dan reliabel dari 20 pertanyaan yang diberikan kepada 20 responden


(40)

BAB 5

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

5.1 Hasil Penelitian

Penelitian ini telah dilaksanakan di SD Harapan 1 Medan. Penelitian ini dilaksanakan selama 2 bulan yaitu mulai bulan Oktober hingga November 2011.

5.1.1 Deskripsi Lokasi Penelitian

Penelitian dilakukan di SD Harapan 1 Medan yang terletak di jalan Imam Bonjol no. 35 Kelurahan Jati, Medan Maimun Medan. Sekolah dasar ini merupakan bagian dari Yayasan Pendidikan Harapan Medan. Bangunan sekolah terbuat dari batu bata, memiliki lapangan olah raga dan bermain, serta lapangan parkir. Lingkungan sekolah dikelilingi jalan raya, bersebelahan dengan gereja, dan bersebrangan dengan taman Ahmad Yani dan RS Elisabeth.

Sekolah ini terdiri dari 6 tingkatan kelas yang tiap tingkatannya terdiri dari 3 kelas yaitu kelas A, kelas B, dan kelas C. jumlah siswa pada sekolah ini adalah 654 orang yang terbagi pada kelas-kelas tersebut. Kegiatan belajar mengajar berlangsung dimulai pukul 07.00 sampai pukul 13.00.

Pengambilan sampel dilakukan pada satu waktu dimana sampel dikumpulkan bergantian dari tiap-tiap kelas di lapangan sekolah, mulai dari kelas Va, Vb, Vc, VIa, VIb,dan VIc. Pengambilan sampel dibantu oleh pihak sekolah pada saat jam pelajaran kosong.

5.1.2 Deskripsi Karakteristik Sampel

Dalam penelitian ini didapatkan sampel sebanyak jumlah populasi siswi SD Harapan 1 Medan tahun ajaran 2011/2012 sebanyak 119 siswi yang diperoleh dari siswi kelas V dan kelas VI. Dari keseluruhan sampel tersebut, karakteristik sampel yang diamati adalah kelompok usia dan kelas.

Berdasarkan data-data tersebut dapat dibuat karakteristik sampel penelitian sebagai berikut:


(41)

Tabel 5.1 Distribusi Frekuensi dan Persentase Berdasarkan Usia Usia Frekuensi (n) Persentase (%)

9 Tahun 14 11.8

10 Tahun 51 42.9

11 Tahun 54 45.4

Total 119 100.0

Berdasarkan tabel 5.1 dapat dilihat bahwa siswi dengan usia 9 tahun sebanyak 14 orang (11.8%), usia 10 tahun sebanyak 51 orang (42.9%), dan usia 11 tahun sebanyak 54 orang (45.4%).

Tabel 5.2 Distribusi Frekuensi dan Persentase Berdasarkan Kelas Kelas Frekuensi (n) Persentase (%)

V 63 52.9

VI 56 47.1

Total 119 100.0

Berdasarkan tabel 5.2 dapat dilihat bahwa siswi kelas V SD memiliki jumlah sebanyak 63 orang (52.9%), kelas VI SD sebanyak 56 orang (47.1%).

Tabel 5.3 Distribusi Frekuensi dan Persentase Usia Menurut Kelas

Kelas

Usia 9 Tahun Usia 10 Tahun Usia 11 Tahun Total n % n % n % n % V 14 22.2 49 77.8 0 0.0 63 100.0

VI 0 0.0 2 3.6 54 96.4 56 100.0

Berdasarkan tabel 5.3 dapat dilihat pada kelas V SD didapati usia 9 tahun sebanyak 14 orang (22.2%), usia 10 tahun sebanyak 49 (77.8%) dan tidak ada usia


(42)

11 tahun. Pada kelas VI SD tidak didapati usia 9 tahun, usia 10 tahun sebanyak 2 orang (3.6%), dan usia 11 tahun sebanyak 54 orang (96.4%).

5.1.3 Tingkat Pengetahuan Siswi Terhadap Menarche

Tingkat pengetahuan siswi diperoleh untuk mendapatkan gambaran mengenai pengetahuan para siswi tentang hal-hal yang berkaitan dengan

menarche. Pada penelitian ini, terdapat 15 pertanyaan mengenai pengetahuan

menarche yang ditanyakan dalam kuesioner.

Tingkat pengetahuan dalam penelitian ini dibedakan menjadi 3 yaitu baik, sedang, dan kurang. Seorang siswi dikatakan baik bila skor total untuk pengetahuan lebih daripada 75% sedangkan seorang siswi dikatakan berpengetahuan sedang bila skor total antara 40% hingga 75% dan dikatakan berpengetahuan kurang bila skor total kurang daripada 40%. Data tingkat pengetahuan siswi diperoleh melalui pengisian kuesioner. Berikut ini adalah tingkat pengetahuan siswi:

Tabel 5.3 Tingkat Pengetahuan Siswi Terhadap Menarche

Tingkat Pengetahuan Frekuensi (n) Persentase (%)

Baik 29 24.4

Sedang 90 75.6

Kurang 0 0

Total 119 100.0

Berdasarkan tabel 5.3 diatas dapat dilihat bahwa siswi yang memiliki pengetahuan baik sebanyak 29 orang (24.4%), siswi yang memiliki pengetahuan sedang sebanyak 90 orang (75.6%) dan siswi yang memiliki pengetahuan yang kurang tidak ada.


(43)

Tabel 5.4 Tingkat Pengetahuan Kelas V SD Terhadap Menarche Tingkat Pengetahuan Frekuensi (n) Persentase (%)

Baik 13 20.6

Sedang 50 79.4

Kurang 0 0

Total 63 100.0

Berdasarkan tabel 5.4 diatas dapat dilihat bahwa siswi kelas V yang memiliki pengetahuan baik sebanyak 13 orang (20.6%), siswi kelas V yang memiliki pengetahuan sedang sebanyak 50 orang (79.4%), dan siswi kelas V yang memiliki pengetahuan yang kurang tidak ada.

Tabel 5.5. Tingkat Pengetahuan Kelas VI SD Terhadap Menarche Tingkat Pengetahuan Frekuensi (n) Persentase (%)

Baik 16 28.6

Sedang 40 71.4

Kurang 0 0

Total 56 100.0

Berdasarkan tabel 5.5 diatas dapat dilihat bahwa siswi kelas VI yang memiliki pengetahuan baik sebanyak 16 orang (28.6%), siswi kelas VI yang memiliki pengetahuan sedang sebanyak 40 orang (71.4%) dan tidak ada siswi kelas VI yang memiliki pengetahuan kurang


(44)

Tabel 5.6 Distribusi Jawaban Siswi mengenai Pengetahuan Menarche

No. Pertanyaan Benar Salah n % n % 1. Arti menstruasi 86 72.3 33 27.7

2. Pernah mendengar menstruasi 96 80.7 23 19.3

3. Kapan menstruasi pertama terjadi 44 37.0 75 63.0

4. Lama menstruasi biasanya terjadi 73 61.3 46 38.7

5. Lama siklus menstruasi normal akan terjadi

39 32.8 80 67.2

6. Penyebab remaja putri mengalami keram saat menstruasi

25 21.0 94 79.0

7. Kapan mengganti pembalut 45 37.8 74 62.2

8. Pertama kali haid merupakan pertanda apa

114 95.8 5 4.2

9. Menstruasi normal terjadi 115 96.6 4 3,4

10. Menarche adalah 107 89.9 12 10.1

11. Menarche puncak dari serangkaian

perubahan yang terjadi

115 96.6 4 3.4

12. Gangguan yang sering terjadi menjelang datang bulan

64 53.8 55 46.2

13. Tanda kedewasaan seorang wanita 116 97.5 3 2.5

14. Menncegah gangguan datang bulan 101 84.9 18 15.1

15. Perubahan mental saat menstruasi 78 65.5 41 34.5

Berdasarkan tabel 5.5 dapat dilihat bahwa pertanyan yang paling banyak dijawab benar oleh siswi adalah pertanyaan nomor 13 mengenai tanda kedewasaan wanita dengan jumlah 116 orang (97.5%) sedangkan pertanyan yang paling banyak dijawab salah oleh siswi adalah pertanyaan nomor 6 mengenai


(45)

penyebab remaja putri mengalami keram saat menstruasi dengan jumlah 94 orang (79.0%).

5.1.4 Sikap Siswi Menghadapi Menarche

Sikap siswi diperoleh untuk mendapatkan gambaran mengenai sikap para siswi tentang hal-hal yang berkaitan dengan menarche. Pada penelitian ini, terdapat 10 pertanyaan mengenai sikap menghadapi menarche yang ditanyakan dalam kuesioner.

Sikap dalam penelitian ini dibedakan menjadi 3 kategori yaitu baik, sedang, dan kurang. Seorang siswi dikatakan mempunyai sikap baik bila skor total untuk sikap lebih daripada 75% sedangkan seorang siswi dikatakan mempunyai sikap sedang bila skor total antara 40% hingga 75% dan dikatakan mempunyai sikap kurang bila skor total kurang daripada 40%. Data sikap siswi diperoleh melalui pengisian kuesioner.

Tabel 5.7 Sikap Siswi Terhadap Menarche

Sikap Frekuensi (n) Persentase (%)

Baik 84 70.6

Sedang 35 29.4

Kurang 0 0

Total 119 100.0

Berdasarkan tabel 5.7 dapat dilihat bahwa siswi dengan sikap yang baik sebanyak 84 orang (70.6%), siswi dengan sikap yang sedang sebanyak 35 orang (29.4%), tidak ada siswi dengan sikap kurang.

Tabel 5.8 Sikap Siswi Kelas V SD Terhadap Menarche

Sikap Frekuensi (n) Persentase (%)

Baik 43 68.3

Sedang 20 31.7


(46)

Total 63 100.0

Berdasarkan tabel 5.8 diatas dapat dilihat bahwa siswi kelas V yang memiliki sikap baik sebanyak 43 orang (68.3%), siswi kelas V yang memiliki sikap sedang sebanyak 20 orang (31.7%) dan siswi kelas V yang memiliki sikap yang kurang tidak ada.

Tabel 5.9 Sikap Siswi Kelas VI SD Terhadap Menarche Sikap Frekuensi (n) Persentase (%)

Baik 41 73.2

Sedang 15 26.8

Kurang 0 0

Total 56 100.0

Berdasarkan tabel 5.9 diatas dapat dilihat bahwa siswi kelas VI yang memiliki sikap baik sebanyak 41 orang (73.2%), siswi kelas VI yang memiliki sikap sedang sebanyak 15 orang (26.8%) dan siswi kelas VI yang memiliki sikap yang kurang tidak ada.


(47)

Tabel 5.6 Distribusi Jawaban Siswi mengenai Sikap tentang Menarche

No Pernyataan Setuju Tidak Setuju n % n %

1. Menarche terjadi pada seorang gadis

yang sedang menginjak dewasa

216 90.8 11 9.2

2. Takut menghadapi menstruasi pertama 108 45.4 64 53.8

3. Tabu menceritakan menstruasi kepada teman sebaya

86 36.1 73 61.3

4. Mendapat menstuasi pertama, tahu bahwa itu darah menstruasi

166 69.7 36 30.2

5. Mendapat menstruasi lebih awal merasa malu

130 54.6 53 44.5

6 Teman mendapat menstruasi menjadi minder

186 78.1 24 20.1

7. Merasa lebih siap menghadapi menstruasi pertama setelah mendapat pengetahuan dari ibu

218 91.6 7 2.9

8. Ketika mendapat menstruasi pertama berusaha menyembunyikan hal tersebut dari ibu dan orang-orang terdekat saya

190 79.8 20 16.8

9. Menstruasi hal yang kotor 78 32.8 80 67.2

10. Merasa mendapat informasi yang cukup tentang menstruasi dari ibu dan orang terdekat

210 88.2 14 11.8

Berdasarkan tabel 5.6 dapat dilihat bahwa pernyataan yang paling banyak dijawab setuju oleh siswi adalah pernyataan nomor 7, mengenai merasa lebih siap menghadapi menstruasi pertama setelah mendapat pengetahuan dari ibu dengan jumlah skor 218 (91.6%) sedangkan pernyataan yang paling banyak dijawab tidak


(48)

setuju oleh siswi adalah pernyataan nomor 9 mengenai menstruasi hal yang kotor dengan jumlah skor 80 (67.2%).

5.2 Pembahasan

5.2.1 Pengetahuan Remaja Putri tentang Menarche di SD Harapan 1 Medan

Berdasarkan tabel 5.3 pengetahuan remaja putri di SD Harapan 1 Medan sebagian besar siswi memiliki pengetahuan baik (24.4%), dan sebagian memiliki pengetahuan sedang (75.6%). Berdasarkan tabel 5.4 diatas dapat dilihat bahwa siswi kelas V yang memiliki pengetahuan baik sebanyak 13 orang (20.6%), dan siswi kelas V yang memiliki pengetahuan sedang sebanyak 50 orang (79.4%). Berdasarkan tabel 5.5 diatas dapat dilihat bahwa siswi kelas VI yang memiliki pengetahuan baik sebanyak 16 orang (28.6%), siswi kelas VI yang memiliki pengetahuan sedang sebanyak 40 orang (71.4%)

Hal ini menunjukkan bahwa pengetahuan remaja putri tentang menstruasi di SD Harapan 1 Medan sebagian besar mungkin telah memiliki pengetahuan yang cukup tentang menstruasi. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Yenni (2003) dalam Indriyani (2008), dalam penelitian yang ia lakukan pada SLTPN 1 Tambelangan Sampang-Madura menunjukkan bahwa pengetahuan remaja putri tentang menstruasi pertama (menarche) memiliki pengetahuan sedang (89.3%).

Dari hasil diatas dapat kita nilai bahwa siswi kelas VI SD memiliki pengetahuan yang cenderung lebih baik dibanding siswi kelas V SD. Hal ini mungkin dipengaruhi oleh faktor usia, karena usia rata-rata pada kelas VI SD dalam penelitian ini adalah usia 11 tahun yaitu sebanyak 54 orang (96.4%) dan pada usia ini merupakan usia rata-rata menarche pada remaja putri yaitu 10,5-15,5 tahun (Soetjiningsih, 2010). Hal ini sesuai dengan Notoadmojo (2003) bahwa pengetahuan (knowledge) merupakan hasil dari tahu dan pengalaman seseorang dalam melakukan penginderaan terhadap suatu rangsangan tertentu.

Berdasarkan tabel 5.5 dapat dilihat bahwa pertanyan yang paling banyak dijawab benar oleh siswi adalah pertanyaan nomor 13 mengenai tanda kedewasaan wanita dengan jumlah 116 orang (97.5%). Hal ini menunjukkan


(49)

bahwa sebagian besar mereka telah mengetahui menarche merupakan tanda kedewasaan yang tejadi pada diri mereka.

Menurut Notoatmodjo (2003), pengetahuan baik dan sedang dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti sumber informasi dan faktor pendidikan serta faktor lingkungan. Rasa ingin tahu yang sangat besar menjadikan remaja mencari sumber-sumber informasi tentang perubahan fisik dan emosi yang terjadi pada dirinya termasuk informasi tentang menarche. Semakin banyak orang mendapatkan informasi baik dari lingkungan keluarga, lingkungan tetangga, dari petugas kesehatan maupun media cetak akan mempengaruhi tingkat pengetahuan seseorang. Pengetahuan yang cukup akan membantu remaja dalam memahami dan mempersiapkan diri untuk menghadapi menarche (Fifi,2007 dalam Indriyani, 2008).

5.2.2 Sikap Remaja Putri tentang Menarche di SD Harapan 1 Medan

Berdasarkan tabel 5.7 sikap remaja putri di SD Harapan 1 Medan sebagian siswi memiliki sikap yang baik dalam menghadapi menarche (70.6%) dan sebagian siswi memiliki sikap yang sedang dalam menghadapi menarche (29.4%). Berdasarkan tabel 5.8 diatas dapat dilihat bahwa siswi kelas V yang memiliki sikap baik sebanyak 43 orang (68.3%), dan siswi kelas V yang memiliki sikap sedang sebanyak 20 orang (31.7%). Berdasarkan tabel 5.9 diatas dapat dilihat bahwa siswi kelas VI yang memiliki sikap baik sebanyak 41 orang (73.2%), dan siswi kelas VI yang memiliki sikap sedang sebanyak 15 orang (26.8%).

Hal ini menunjukkan bahwa sebagian besar remaja putri di SD Harapan 1 Medan memiliki sikap yang baik dalam menghadapi menarche. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Indriyani (2008) terhadap murid kelas VI SD di kota Gorontalo yang melibatkan 109 siswi menunjukkan bahwa sikap remaja putri tentang menarche baik (70.6%).

Dari penelitian ini juga didapatkan bahwa sikap remaja putri baik kelas V ataupun kelas VI SD cenderung baik. Hal ini mungkin didukung oleh pengetahuan mereka yang baik. Menurut Rahayuningsih (2008), pemahaman ataupun pengetahuan baik dan buruk, salah atau benarnya suatu hal akan menentukan


(50)

sistem kepercayaan seseorang sehingga akan berpengaruh terhadap sikap seseorang.Sikap baik dan cukup dapat dipengaruhi oleh pengalaman langsung yang dialami individu terhadap suatu hal, dan sikap tidak dibawa sejak lahir tetapi dipelajari dan dibentuk berdasarkan pengalaman hidup sepanjang perkembangan selama hidupnya (Simamora, 2009 dalam Putra, 2010).

Berdasarkan tabel 5.6 dapat dilihat bahwa pernyataan yang paling banyak dijawab setuju oleh siswi adalah pernyataan nomor 7, mengenai merasa lebih siap menghadapi menstruasi pertama setelah mendapat pengetahuan dari ibu dengan jumlah skor 218 (91.6%) Hasil penelitian ini didukung oleh hasil penelitian Soleman (2003) dalam Leliana (2010), yang menunjukkan bahwa informasi tentang menstruasi sebagian besar diperoleh dari ibu dan saudara, sedangkan pernyataan yang paling banyak dijawab tidak setuju oleh siswi adalah pernyataan nomor 9 mengenai menstruasi hal yang kotor dengan jumlah skor 80 (67.2%). Sesuai dengan yang dikatakan oleh Santrock (2003) dalam Leliana (2010), bahwa remaja tersebut merasa kerepotan, kekotoran, ketidaknyamanan fisik yang menyebabkan keterbatasan tingkah laku dan menciptakan perubahan emosional

Menurut Sherwen & Weingarten (1995) dalam Mulyati (2006), setiap remaja putri harus dipersiapkan untuk menghadapi menarche dan mentruasi dengan memberikan informasi yang luas dan akurat. Respon positif terhadap menarche dihubungkan dengan persiapan dan kualitas dukungan saat remaja putri tersebut mendapat menstruasi. Beberapa remaja putri memandang menarche sebagai pengalaman yang menarik, sedangkan remaja putri lainnya menganggap menarche sebagai hal yang menakutkan.

Menurut Notoatmojo (2007) dalam Indriyani (2008), pada masa remaja terjadi perubahan hormon dalam tubuh yang berpengaruh pada labilnya emosi. Pertumbuhan kemampuan intelektual remaja cenderung membuat mereka bersikap kritis. Sikap ini jika dibimbing dan diarahkan dengan baik akan berakibat konstruktif dan berguna.


(51)

BAB 6

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil dan pembahasan dalam penelitian yang berjudul “Pengetahuan dan Sikap Remaja Putri tentang Menarche di SD Harapan 1 Medan” dapat disimpulkan bahwa :

• Pengetahuan remaja putri tentang menarche di SD Harapan 1 Medan yang berkategori baik sebesar 24.4% (29 responden) dan yang berkategori sedang sebsar 75.6% (90 responden).

• Sikap remaja putri tentang menarche di SD Harapan 1 Medan yang berkategori baik sebesar 70.6% (84 responden) dan yang berkategori sedang sebesar 29.4% (35 responden).

6.2 Saran

Dari seluruh proses penelitian yang telah dijalani oleh penulis dalam menyelesaikan penelitian ini, maka dapat diungkapkan beberapa saran yang mungkin dapat bermanfaat bagi semua pihak yang berperan dalam penelitian ini. Adapun saran tersebut yaitu:

1. Untuk Tenaga Kesehatan

Pihak tenaga kesehatan diharapkan dapat terus meningkatkan program penyuluhan tentang menarche dan kerjasama dengan pihak sekolah bagi remaja putri yang ada di sekolah tersebut.

2. Untuk SD Harapan 1 Medan

Pihak sekolah diharapkan dapat membuat program penyuluhan mengenai menarche dan bekerja sama dengan pihak tenaga kesehatan.

3. Untuk Peneliti lainnya

Peneliti selanjutnya yang akan melakukan penelitian dengan judul yang sama dapat memanfaatkan hasil penelitian ini sebagai referensi tambahan.


(52)

DAFTAR PUSTAKA

Aulia. 2009. Kupas Tuntas Menstruasi Dari A Sampai Z, Yogyakarta: Millestone.

Darvill, W. Dkk. 2003. The Puberty Book panduan untuk remaja. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama

Guyton, Arthur, Hall, John, 1997. Buku Ajar Fisiologi kedokteran. Jakarta: EGC, 1294-1298.

Hurlock, E. B. 2007. Psikologi Perkembangan Suatu Pendekatan Sepanjang Kehidupan, Jakarta: Erlangga.

Jones, D. L. 2005. Setiap Wanita. Jakarta: PT. Delapratasa Publisihing

Leliana, 2010. Hubungan Pengetahuan Remaja Putri Terhadap Kesiapan Dalam Menghadapi Menarche di SD AL-Azhar Medan. Universitas Sumatra Utara: Karya Tulis Ilmiah.

Manuaba, I.A.S.K., Manuaba, I.A.C., Manuaba, I.B.G.F., Manuaba, I.B.G. 2010. Buku Ajar Ginekologi untuk Kebidanan. Jakarta: EGC

Marheni, 2010. Perkembangan Psikososial dan Kepribadian Remaja. Dalam Soetjiningsih. Tumbuh Kembang Remaja dan Permasalahannya. Sagung Seto, Jakarta: 45-52

Nelson, W.E., Behrman, R.E., Kliegman, M.D., dkk. 2000. Ilmu Kesehatan Anak Nelson Edisi 15 Vol.1. Jakarta: EGC, 72-75

Norwitz, E.R., Schorge, J.O., 2008. At a Glance Obstetri dan Ginekologi edisi 2. Jakarta: Penerbit Erlangga.


(53)

Notoatmodjo, Soekidjo, 2003. Konsep Perilaku Kesehatan. Dalam : Promosi Kesehatan. Jakarta.: Asdi Mahasatya : 43-64

Sarwono. S.W. 2008. Psikologi Remaja. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.

Sherwood, Lauralee. 2001. Fisiologi Manusia dari Sel ke Sistem Edisi 2. Jakarta: EGC. 712.

Sigar, 2005. Buku Pintar Perempuan. Jakarta: Delapratasa, 263.

Soejitningsih, 2010. Tumbuh Kembang Remaja dan Permasalannya. Jakarta: Sagung Seto,1-14

Sofoewan, M.S. 2008. Endometrium dan Desidua. Dalam Saifuddin, A.B, Rachimadhin, T.,Wiknjosastro, G.H. Ilmu Kebidanan Sarwono Prawirohardjo. Jakarta: Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.

Suandi, 2010. Gizi pada Masa Remaja. Dalam Soetjiningsih. Tumbuh Kembang Remaja dan Permasalahannya. Jakarta: Sagung Seto, 23-38

Suryawan, 2010. Pubertas Prekok. Dalam Soetjiningsih. Tumbuh Kembang Remaja dan Permasalahannya. Jakarta: Sagung Seto, 73-78

Suryawan, 2010. Pubertas Terlambat. Dalam Soetjiningsih. Tumbuh Kembang Remaja dan Permasalahannya. Jakarta: Sagung Seto, 67-71

Suryawan, 2010. Regulasi Neuroendokrin pada Remaja. Dalam Soetjiningsih.

Tumbuh Kembang Remaja dan Permasalahannya. Jakarta: Sagung Seto,


(54)

Wahyuni, Arlinda S. 2008. Statistika Kedokteran. Jakarta: Bamboedoea Communication.


(1)

bahwa sebagian besar mereka telah mengetahui menarche merupakan tanda kedewasaan yang tejadi pada diri mereka.

Menurut Notoatmodjo (2003), pengetahuan baik dan sedang dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti sumber informasi dan faktor pendidikan serta faktor lingkungan. Rasa ingin tahu yang sangat besar menjadikan remaja mencari sumber-sumber informasi tentang perubahan fisik dan emosi yang terjadi pada dirinya termasuk informasi tentang menarche. Semakin banyak orang mendapatkan informasi baik dari lingkungan keluarga, lingkungan tetangga, dari petugas kesehatan maupun media cetak akan mempengaruhi tingkat pengetahuan seseorang. Pengetahuan yang cukup akan membantu remaja dalam memahami dan mempersiapkan diri untuk menghadapi menarche (Fifi,2007 dalam Indriyani, 2008).

5.2.2 Sikap Remaja Putri tentang Menarche di SD Harapan 1 Medan

Berdasarkan tabel 5.7 sikap remaja putri di SD Harapan 1 Medan sebagian siswi memiliki sikap yang baik dalam menghadapi menarche (70.6%) dan sebagian siswi memiliki sikap yang sedang dalam menghadapi menarche (29.4%). Berdasarkan tabel 5.8 diatas dapat dilihat bahwa siswi kelas V yang memiliki sikap baik sebanyak 43 orang (68.3%), dan siswi kelas V yang memiliki sikap sedang sebanyak 20 orang (31.7%). Berdasarkan tabel 5.9 diatas dapat dilihat bahwa siswi kelas VI yang memiliki sikap baik sebanyak 41 orang (73.2%), dan siswi kelas VI yang memiliki sikap sedang sebanyak 15 orang (26.8%).

Hal ini menunjukkan bahwa sebagian besar remaja putri di SD Harapan 1 Medan memiliki sikap yang baik dalam menghadapi menarche. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Indriyani (2008) terhadap murid kelas VI SD di kota Gorontalo yang melibatkan 109 siswi menunjukkan bahwa sikap remaja putri tentang menarche baik (70.6%).

Dari penelitian ini juga didapatkan bahwa sikap remaja putri baik kelas V ataupun kelas VI SD cenderung baik. Hal ini mungkin didukung oleh pengetahuan mereka yang baik. Menurut Rahayuningsih (2008), pemahaman ataupun pengetahuan baik dan buruk, salah atau benarnya suatu hal akan menentukan


(2)

sistem kepercayaan seseorang sehingga akan berpengaruh terhadap sikap seseorang.Sikap baik dan cukup dapat dipengaruhi oleh pengalaman langsung yang dialami individu terhadap suatu hal, dan sikap tidak dibawa sejak lahir tetapi dipelajari dan dibentuk berdasarkan pengalaman hidup sepanjang perkembangan selama hidupnya (Simamora, 2009 dalam Putra, 2010).

Berdasarkan tabel 5.6 dapat dilihat bahwa pernyataan yang paling banyak dijawab setuju oleh siswi adalah pernyataan nomor 7, mengenai merasa lebih siap menghadapi menstruasi pertama setelah mendapat pengetahuan dari ibu dengan jumlah skor 218 (91.6%) Hasil penelitian ini didukung oleh hasil penelitian Soleman (2003) dalam Leliana (2010), yang menunjukkan bahwa informasi tentang menstruasi sebagian besar diperoleh dari ibu dan saudara, sedangkan pernyataan yang paling banyak dijawab tidak setuju oleh siswi adalah pernyataan nomor 9 mengenai menstruasi hal yang kotor dengan jumlah skor 80 (67.2%). Sesuai dengan yang dikatakan oleh Santrock (2003) dalam Leliana (2010), bahwa remaja tersebut merasa kerepotan, kekotoran, ketidaknyamanan fisik yang menyebabkan keterbatasan tingkah laku dan menciptakan perubahan emosional

Menurut Sherwen & Weingarten (1995) dalam Mulyati (2006), setiap remaja putri harus dipersiapkan untuk menghadapi menarche dan mentruasi dengan memberikan informasi yang luas dan akurat. Respon positif terhadap menarche dihubungkan dengan persiapan dan kualitas dukungan saat remaja putri tersebut mendapat menstruasi. Beberapa remaja putri memandang menarche sebagai pengalaman yang menarik, sedangkan remaja putri lainnya menganggap menarche sebagai hal yang menakutkan.

Menurut Notoatmojo (2007) dalam Indriyani (2008), pada masa remaja terjadi perubahan hormon dalam tubuh yang berpengaruh pada labilnya emosi. Pertumbuhan kemampuan intelektual remaja cenderung membuat mereka bersikap kritis. Sikap ini jika dibimbing dan diarahkan dengan baik akan berakibat konstruktif dan berguna.


(3)

BAB 6

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil dan pembahasan dalam penelitian yang berjudul “Pengetahuan dan Sikap Remaja Putri tentang Menarche di SD Harapan 1 Medan” dapat disimpulkan bahwa :

• Pengetahuan remaja putri tentang menarche di SD Harapan 1 Medan yang berkategori baik sebesar 24.4% (29 responden) dan yang berkategori sedang sebsar 75.6% (90 responden).

• Sikap remaja putri tentang menarche di SD Harapan 1 Medan yang berkategori baik sebesar 70.6% (84 responden) dan yang berkategori sedang sebesar 29.4% (35 responden).

6.2 Saran

Dari seluruh proses penelitian yang telah dijalani oleh penulis dalam menyelesaikan penelitian ini, maka dapat diungkapkan beberapa saran yang mungkin dapat bermanfaat bagi semua pihak yang berperan dalam penelitian ini. Adapun saran tersebut yaitu:

1. Untuk Tenaga Kesehatan

Pihak tenaga kesehatan diharapkan dapat terus meningkatkan program penyuluhan tentang menarche dan kerjasama dengan pihak sekolah bagi remaja putri yang ada di sekolah tersebut.

2. Untuk SD Harapan 1 Medan

Pihak sekolah diharapkan dapat membuat program penyuluhan mengenai menarche dan bekerja sama dengan pihak tenaga kesehatan.

3. Untuk Peneliti lainnya

Peneliti selanjutnya yang akan melakukan penelitian dengan judul yang sama dapat memanfaatkan hasil penelitian ini sebagai referensi tambahan.


(4)

DAFTAR PUSTAKA

Aulia. 2009. Kupas Tuntas Menstruasi Dari A Sampai Z, Yogyakarta: Millestone.

Darvill, W. Dkk. 2003. The Puberty Book panduan untuk remaja. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama

Guyton, Arthur, Hall, John, 1997. Buku Ajar Fisiologi kedokteran. Jakarta: EGC, 1294-1298.

Hurlock, E. B. 2007. Psikologi Perkembangan Suatu Pendekatan Sepanjang Kehidupan, Jakarta: Erlangga.

Jones, D. L. 2005. Setiap Wanita. Jakarta: PT. Delapratasa Publisihing

Leliana, 2010. Hubungan Pengetahuan Remaja Putri Terhadap Kesiapan Dalam Menghadapi Menarche di SD AL-Azhar Medan. Universitas Sumatra Utara: Karya Tulis Ilmiah.

Manuaba, I.A.S.K., Manuaba, I.A.C., Manuaba, I.B.G.F., Manuaba, I.B.G. 2010. Buku Ajar Ginekologi untuk Kebidanan. Jakarta: EGC

Marheni, 2010. Perkembangan Psikososial dan Kepribadian Remaja. Dalam Soetjiningsih. Tumbuh Kembang Remaja dan Permasalahannya. Sagung Seto, Jakarta: 45-52

Nelson, W.E., Behrman, R.E., Kliegman, M.D., dkk. 2000. Ilmu Kesehatan Anak Nelson Edisi 15 Vol.1. Jakarta: EGC, 72-75


(5)

Notoatmodjo, Soekidjo, 2003. Konsep Perilaku Kesehatan. Dalam : Promosi Kesehatan. Jakarta.: Asdi Mahasatya : 43-64

Sarwono. S.W. 2008. Psikologi Remaja. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.

Sherwood, Lauralee. 2001. Fisiologi Manusia dari Sel ke Sistem Edisi 2. Jakarta: EGC. 712.

Sigar, 2005. Buku Pintar Perempuan. Jakarta: Delapratasa, 263.

Soejitningsih, 2010. Tumbuh Kembang Remaja dan Permasalannya. Jakarta: Sagung Seto,1-14

Sofoewan, M.S. 2008. Endometrium dan Desidua. Dalam Saifuddin, A.B, Rachimadhin, T.,Wiknjosastro, G.H. Ilmu Kebidanan Sarwono Prawirohardjo. Jakarta: Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.

Suandi, 2010. Gizi pada Masa Remaja. Dalam Soetjiningsih. Tumbuh Kembang Remaja dan Permasalahannya. Jakarta: Sagung Seto, 23-38

Suryawan, 2010. Pubertas Prekok. Dalam Soetjiningsih. Tumbuh Kembang Remaja dan Permasalahannya. Jakarta: Sagung Seto, 73-78

Suryawan, 2010. Pubertas Terlambat. Dalam Soetjiningsih. Tumbuh Kembang Remaja dan Permasalahannya. Jakarta: Sagung Seto, 67-71

Suryawan, 2010. Regulasi Neuroendokrin pada Remaja. Dalam Soetjiningsih. Tumbuh Kembang Remaja dan Permasalahannya. Jakarta: Sagung Seto, 39-43


(6)

Wahyuni, Arlinda S. 2008. Statistika Kedokteran. Jakarta: Bamboedoea Communication.