Perkembangan Teknologi Informasi terhadap Akuntansi

3.3. Perkembangan Teknologi Informasi terhadap Akuntansi

Perkembangan teknologi yang luar biasa juga berdampak pada perubahan ilmu akuntansi modern (Basuki, 2000: 173). Bila dihubungkan dengan kelompok usaha kecil dan menengah tampaknya pemahaman terhadap akuntansi masih berada pada tataran pertama dan kedua yaitu sebagai alat hitung-menghitung dan sebagai sumber informasi untuk pengambilan keputusan (Basuki, 2000: 174).

Informasi akuntansi merupakan alat yang digunakan oleh pengguna informasi untuk pengambilan keputusan (Nicholls dan Holmes, 1988: 57), terutama oleh pelaku bisnis. Dimana informasi akuntansi diharapkan dapat didefinisikan sebagai sistem informasi yang bisa mengukur dan mengkomunikasikan informasi keuangan tentang kegiatan ekonomi. Informasi akuntansi sangat diperlukan oleh pihak manajemen perusahaan dalam merumuskan berbagai keputusan dalam memecahkan segala permasalahan yang dihadapi perusahaan. Informasi akuntansi yang dihasilkan dari suatu laporan keuangan berguna dalam rangka menyusun berbagai proyeksi, misalnya proyeksi kebutuhan uang kas di masa yang akan datang. Dengan menyusun proyeksi tersebut secara tidak langsung akan mengurangi ketidakpastian, antara lain mengenai kebutuhan akan kas (Sutapa, Rusdi, dan Kiryanto, 2001: 200).

Holmes dan Nicholls (1989) mengungkapkan bahwa informasi akuntansi yang banyak disiapkan dan digunakan perusahaan kecil dan menengah adalah informasi yang diharuskan menurut undang-undang atau peraturan (statutory). Selain itu, informasi akuntansi yang seharusnya dibutuhkan oleh manajemen perusahaan kecil dan menengah dalam pengggunaan informasi akuntansi sangat terbatas sekali. Philip (1977) mengungkapkan banyak kelemahan dalam praktik akuntansi pada perusahaan kecil. Kelemahan tersebut disebabkan oleh beberapa faktor, antara lain pendidikan dan overload standar akuntansi yang dijadikan pedoman dalam penyusunan pelaporan keuangan (William, et al., 1989; Knutson dan Henry, 1985; Nair dan Rittenberg, 1983; Wishon, 1985; Murray, et al., 1983).

Dari uraian tersebut jelas bahwa industri menengah banyak mengalami kesulitan dalam memahami informasi akuntansi dengan baik. Padahal dengan semakin ketatnya persaingan bisnis dalam era globalisasi ekonomi, hanya perusahaan yang memiliki keunggulan kompetitif yang akan mampu memenangkan persaingan. Keunggulan tersebut diantaranya adalah kemampuan dalam mengelola berbagai informasi, sumber daya manusia, alokasi dana, penerapan teknologi, sistem pemasaran dan pelayanan. Sehingga manajemen perusahaan yang profesional merupakan tuntutan yang harus segera dipenuhi untuk dapat melaksanakan kegiatan- kegiatan perusahaan secara baik. Melihat begitu banyak peranan dan manfaat informasi akuntansi dalam menciptakan arus informasi keuangan guna menunjang kelangsungan hidup (going concern) industri menengah, maka dalam mini paper ini penulis paparkan mengenai pengetahuan akuntansi, skala usaha, pengalaman usaha dan jenis usaha terhadap penggunaan informasi akuntansi pada industri menengah.

Belkaoui (2000) mendefinisikan informasi akuntansi sebagai informasi kuantitatif tentang entitas ekonomi yang bermanfaat untuk pengambilan keputusan ekonomi dalam menentukan pilihan-pilihan diantara alternatif-alternatif tindakan. Penggunaan informasi akuntansi itu untuk perencanaan strategis, pengawasan manajemen dan pengawasan operasional (Anthony, 1965; Simons, 1991).

3.4. Krisis Akuntan menurut Belkaoui terkait dengan Teknologi Informasi Pada tahun 1989 Belkaoui menulis buku dengan judul The Coming

Crisis in Accounting yang membahas krisis akuntansi yang mungkin muncul dari hal-hal sebagai berikut:

1. Profesi Akuntan Dalam profesi akuntan terjadi penurunan remunerasi, penurunan jumlah tenaga kerja, peningkatan porsi jasa konsultasi dan pengurangan jasa akuntan/auditing. Akuntan yang selama ini dianggap borjuis justru menjadi proletar. Di samping itu, ada juga anggapan bahwa akuntan sebetulnya bukan tergolong sebagai profesi karena ketidakmampuan menjadi independen dan otonom dari langganannya dan kehilangan monopolinya atas jasa informasi akuntansi yang saat ini banyak di-supply oleh TI.

2. Kecurangan dalam lingkungan akuntansi Kecurangan adalah tindakan kriminal. Banyak tindakan kecurangan yang dilakukan korporasi maupun kecurangan yang melibatkan akuntan khususnya melalui laporan keuangan. Public menganggap meningkatnya kecurangan ini tidak lepas dari kegagalan profesi akuntan. Bahkan di tanah air akuntan sering juga dicap tukang angka yang bisa menentukan jumlah laba atau rugi perusahaan. Kasus factual telah banyak terjadi mendukung anggapan ini sehingga akuntan berada di ambang krisis.

3. Menurunnya work load dalam proses akuntansi Karena kemajuan komputer, tugas-tugas akuntansi sudah bisa

dilakukan oleh software yang user friendly sehingga tidak

memerlukan keahlian akuntansi lagi. Dengan demikian, beban kerja dari seorang ahli akuntan semakin terbatas yang akan menimbulkan krisis profesi akuntan.

4. Iklim organisasi dikantor akuntan Kantor akuntan adalah fakultas kedua setelah fakultas ekonomi. Kantor akuntan hanya sebagai batu loncatan untuk memasuki dunia bisnis lain yang lebih menggiurkan. Bahkan turn over perpindahan kerja, di kantor akuntan cukup tinggi, career path tidak jelas, job description yang tidak tegas, semakin kabur, dan bahkan semakin tingginya konflik internal dalam kantor akuntan itu sendiri. Bahkan jasa yang akan dibolehkan diberikan oleh akuntan semakin di atur dan dibatasi seperti baru-baru ini diberlakukan oleh SEC di USA, di mana akuntan tidak bias bebas memberikan beberapa jasa pada perusahaan yang sama karena dianggap mengurangi independensi.

5. Problema produksi ilmu pengetahuan dalam akuntansi Ilmu pengetahuan paling tidak saat ini dari proses akademik sedangkan akuntansi adalah kebutuhan profesi yang berkembang secara praktik dalam dunia bisnis. Sering terjadi antara hasil proses ilmu pengetahuan dari proses akademik sering tidak match atau tidak sesuai dengan keinginan atau kebutuhan dunia praktik sehingga terjadi gap antara dunia akademis dengan dunia profesi. Banyaknya keluhan ditemukan pasar bahwa apa yang diajarkan di bangku kuliah tidak relevan dengan apa yang diinginkan pasar atau user dari tenaga 5. Problema produksi ilmu pengetahuan dalam akuntansi Ilmu pengetahuan paling tidak saat ini dari proses akademik sedangkan akuntansi adalah kebutuhan profesi yang berkembang secara praktik dalam dunia bisnis. Sering terjadi antara hasil proses ilmu pengetahuan dari proses akademik sering tidak match atau tidak sesuai dengan keinginan atau kebutuhan dunia praktik sehingga terjadi gap antara dunia akademis dengan dunia profesi. Banyaknya keluhan ditemukan pasar bahwa apa yang diajarkan di bangku kuliah tidak relevan dengan apa yang diinginkan pasar atau user dari tenaga

Disamping itu semua, Belkaoui (2006) mempertanyakan apakah akuntan itu benar sebagai profesi atau tidak. Menurut beliau paling tidak ada persyaratan jika ingin disebut sebagai suatu profesi, yaitu:

a. Memiliki disiplin ilmu pengetahuan

b. Otonom dalam melaksakan profesinya

c. Memiliki perasaan solidaritas kelompok yang paling setia

d. Bisa mengatur sendiri praktik

e. Memerlukan izin praktik

f. Memiliki kekuasaan atas langganannya

g. Memiliki kode etik. Menurut Belkaoui akuntan saat ini tidak memiliki otonomi yang cukup kepada client/langganan dalam melaksanakan profesinya dan tidak memiliki kekuasaan atas langganan. Kemudian, dengan berkembangnya ilmu komputer maka kompleksitas profesi menjadi berkurang akibat kemampuan komputer menyabot sebagian besar fungsi akuntan terutama dalam penyajian laporan keuangan. Dari sini Belkaoui menyimpulkan bahwa akuntansi bera da dalam situasi apakah sebagai yang tidak murni profesi atau berada pada proses bertahap deprofessionalisasi .

3.5. Penerapan Teknologi Informasi dalam Akuntansi Manajemen Berikut ini adalah beberapa contoh implementasi teknologi

informasi dalam akuntansi manajemen. Penerapan EDI dalam Just In Time (JIT) menawarkan pengendalian persediaan, mengarahkan orientasi pada kualitas dan efisiensi tenaga kerja. EDI juga memberikan peluang pada akuntan manajemen dalam meningkatkan kualitas yang berkaitan dengan production, shedulling, sales forecasting, mempercepat internal response time, berhubungan secara lebih dekat dengan pelanggan, dan membantu manajemen dalam meningkatkan pengendalian aktivitas bisnis. Dalam Activity Based Costing (ABC), teknologi informasi dapat diterapkan untuk mengolah informasi biaya sehingga dapat memberi kejelasan mengenai sumber atau penyebab dari pos-pos biaya secara cepat dan terorganisasi.

Sedangkan dalam Total Quality Control (TQC), teknologi informasi dapat diterapkan untuk melakukan perbaikan berkelanjutan sehingga memungkinkan menghasilkan produk yang sempurna (zero-defect) dan mutu produk merupakan tanggung jawab dari semua bagian. Perkembangan teknologi informasi dalam akuntansi manajemen juga dapat menyediakan informasi tentang korelasi antara biaya dan waktu dengan cepat dan relevan. Hal ini menjadikan manajer mampu merespon perubahan kondisi pasar secara cepat dan tepat. Selain itu, penerapan manufacturing cell dapat mempercepat waktu yang digunakan untuk produksi dan menurunkan biaya produksi.

Munculnya Computer –Integrated Manufacturing (CIM) juga merupakan salah satu bentuk penerapan teknologi informasi. CIM mengaplikasikan beberapa kemampuan. Yang pertama, produk dirancang melalui pemanfaatan sistem rancangan komputer (Computer-Assisted Design/CAD). Yang kedua, rancangan diuji dengan menggunakan sistem rekayasa komputer (Computer-Assisted Engineering/CAE). Yang ketiga, Munculnya Computer –Integrated Manufacturing (CIM) juga merupakan salah satu bentuk penerapan teknologi informasi. CIM mengaplikasikan beberapa kemampuan. Yang pertama, produk dirancang melalui pemanfaatan sistem rancangan komputer (Computer-Assisted Design/CAD). Yang kedua, rancangan diuji dengan menggunakan sistem rekayasa komputer (Computer-Assisted Engineering/CAE). Yang ketiga,

Akuntan manajemen juga harus mempertimbangkan pesatnya perkembangan teknologi informasi. Mereka harus mampu menyesuaikan tingkat perkembangan perusahaan dengan tersedianya perangkat keras dan perangkat lunak yang ada. Implementasi teknologi informasi harus mempertimbangkan bukan hanya biaya investasi saja, melainkan juga biaya perawatan dan biaya operasi, termasuk biaya tenaga ahli dan pemakaian jaringan pada pihak ketiga. Akhirnya, dalam mengadopsi dan mengimplementasikan teknologi informasi harus juga disesuaikan dengan kultur atau budaya manusia secara umum. Jangan sampai dalam mengadopsi dan mengimplementasikan teknologi informasi tersebut hanya melihat dari sisi teknologinya saja tanpa mempertimbangkan konteks social dan kultur di negara asal yang kondisinya jauh berbeda. Dari gambaran diatas, terdapat suatu fenomena yang menarik, yaitu sistem informasi dan teknologi yang canggih akan memberikan peluang untuk membuat organisasi lebih hidup.

Akuntan harus tetap memberikan keyakinan pada pihak-pihak yang melakukan transaksi bahwa dengan adanya pemanfaatan teknologi, maka keamanan transaksi tidak perlu menjadi satu masalah yang perlu dikhawatirkan. Akuntan bersama –sama dengan praktisi lain dibidang teknologi informasi, misalnya programmer dapat memberikan jasa penyusunan sistem akuntansi berbasis komputer dan desain pengendalian internalnya, membangun database akuntansi dan keuangan yang terintegrasi, merancang program-program yang dapat membantu pengambilan keputusan manajerial secara cepat dan akurat dan sebagainya.

3.6. Teknologi Informasi XBRL sebagai Trend Akuntansi Akuntan Software akuntansi amat beragam, diantaranya Zahir Accounting,

MYOB, Accurate, dll. Beberapa waktu belakangan ini AICPA sedang dan terus bekerja untuk mengembangkan XBRL atau eXtensible Business Reporting Language MYOB, Accurate, dll. Beberapa waktu belakangan ini AICPA sedang dan terus bekerja untuk mengembangkan XBRL atau eXtensible Business Reporting Language

Asal XBRL dapat ditelusuri kembali ke awal era tahun 1990. Pada waktu itu, perancang software bemama Jon Bosak menyadari bahwa kelemahan dasar HTML adalah ketidak mampuannya menjelaskan isi data yang disajikan. Bosak menyajikan World Wide Web Consortium (W3C) untuk mensponsori pengembangan sebuah bahasa yang memiliki kemampuan ini. Proyek tersebut mengantar Bosak dan dua pembuat software lainnya membuat bahasa pemrograman yang disebut XML, yang merupakan kepanjangan dari eXtensible Markup Language. XML adalah alat umum yang dapat memberi tanda data apa pun dengan penanda untuk ideniifikasi.

XML adalah sebuah langkah ke arah yang tepat. Akan tetapi, Charles Hoffinan, seorang akuntan publik yang bekerja di kantor akuntan publik lokal bertempat di Tacoma, Washington, menyadari bahwa XML tidak cukup untuk dapat menjadi bahasa tujuan umum dalam mengkomunikasikan informasi keuangan. Hal yang diperlukan adalah kemampuan untuk tidak hanya mengidentifikasi setiap bagian data, tetapi bagaimana data tersebut diproses serta bagaimana hubungannya dengan data lainnya. Hoffman mulai bekerja untuk menambah kemampuan XML, tetapi menyadari bahwa proyek tersebut membutuhkan dukungan tambahan. Dia mencari dan mendapatkan bantuan dari AICPA untuk mengejar pengembangan rangkaian prototype laporan keuangan dengan XML yang telah ditingkatkan.

Sepanjang kemajuan proyek tersebut, hasilnya dibagi dengan perusahaan software besar. Mereka mengetahui nilai dari bahasa bisnis umum semacam itu dan bergabung dalam proyek tersebut. Akhimya, banyak perusahaan software terkemuka, dan kelompok pemakai yang penting, bergabung dalam usaha bersama AICPA. Hasilnya adalah: XBRL. Para vendor saat ini bekerja untuk membuat berbagai software keuangan dan pendukung keputusan, yang mampu untuk mendukung XBRL. Contoh untuk industri tertentu sedang dikembangkan. Pekerjaan yang hampir sama dimulai di banyak negara lainnya. XBRL sedang berusaha menjadi bahasa komputer global untuk mengkomunikasikan data keuangan. Kesemuanya itu berasal dari seorang akuntan publik yang mencari cara lebih baik untuk menyebarkan data keuangan di Internet. Sumber: Stanley Zarowin dan Wayne E. Harding, Finally, Business Talks the Same Language, Journal of Accountancy (Agustus 2000): 24-30.

Dengan HTML, tercipta situs web yang dapat diakses di mana saja, sehingga dapat melihat (dari sisi eksternal) atau menyajikan (dari sisi internal) laporan keuangan perusahaan.

Walaupun demikian, hingga saat ini, penyebaran informasi keuangan dan nonkeuangan secara elektronis adalah proses yang lamban dan tidak efisien. Salah satu masalahnya adalah banyak penerima memiliki permintaan berbeda berkaitan tentang cara informasi dikirim. Hal ini berarti organisasi harus mengorbankan banyak waktu dan biaya untuk memformat informasi yang sama dalam bemacam cara. Masalah kedua yang berhubungan adalah penerima harus secara manual memasukkan kembali banyak dari informasi tersebut ke dalam alat analisis keputusan Walaupun demikian, hingga saat ini, penyebaran informasi keuangan dan nonkeuangan secara elektronis adalah proses yang lamban dan tidak efisien. Salah satu masalahnya adalah banyak penerima memiliki permintaan berbeda berkaitan tentang cara informasi dikirim. Hal ini berarti organisasi harus mengorbankan banyak waktu dan biaya untuk memformat informasi yang sama dalam bemacam cara. Masalah kedua yang berhubungan adalah penerima harus secara manual memasukkan kembali banyak dari informasi tersebut ke dalam alat analisis keputusan

Penyebab dasar dari kedua masalah tersebut terletak pada metode yang digunakan untuk memperlihatkan informasi di Internet. Kode HTML hanya menspesifikasikan bagaimana bagian data tertentu harus ditampilkan (contohnya, lokasinya dan karakter hurufnya), tetapi tidak memberikan cara untuk secara otomatis mengidentifikasi bahwa bagian data tertentu tersebut menyajikan jumlah dari penjualan tahun ini.

Kesemua hal ini berubah dengan adanya perkembangan XBRL, yang merupakan varian dari XML (eXtensible Mark-up Language). Bahasa untuk semua tujuan ini didesain untuk memberikan cara mengkomunikasikan isi data. HTML menggunakan label untuk menunjukkan bagaimana data di- format. Contohnya, tag code/ label <b> menunjukkan bahwa semua teks selanjutnya hingga label </b> ditampilkan dalam huruf tebal. XBRL menggunakan jenis label yang hampir sama untuk mengidentifikasi isi setiap bagian data. Contohnya label XBRL dapat menunjukkan bahwa bagian data berikutnya mewakili piutang usaha.

Kini, sebagian besar orang dapat membuat halaman Web tanpa harus secara langsung menulis kode HTML, karena produk seperti Microsoft Word, membuat kode HTML secara otomatis dengan pilih Save as HTML." Sebagian besar penjual software utama membuat fungsi yang hampir sama ke dalam produk-produk mereka untuk membuat XBRL mudah digunakan. Jadi, para profesional akuntan dan sistem informasi tidak akan perlu mengetahui cara untuk menulis kode XBRL untuk mengambii keuntungan dari manfaat yang ditawarkannya.

XBRL memberikan dua manfaat utama dalam pembuatan dan penyebaran data keuangan secara elektronis. Pertama, XBRL memungkinkan organisasi untuk mempublikasikan informasi hanya sekali, dengan menggunakan label XBRL. Saat ini, data keuangan dapat dikirim ke satu pihak sebagai dokumen HTML, ke pihak lainnya sebagai file PDF, biasanya Adobe Acrobat, ke lainnya sebagai file teks, dan ke pihak lainnya sebagai file comma-delimited, biasanya dapat dibuka dengan Micosoft EXCEL. Proses ini menimbulkan biaya yang tidak perlu. Sebaliknya, file XBRL yang sama dapat dikirim ke setiap pihak tersebut, yang dapat kemudian menggunakan file tersebut dalam cara seperti yang mereka kehendaki. Jadi, dengan XBRL, perusahaan dapat mempublikasikan laporan keuangan mereka bersamaan dalam format yang dapat digunakan semua orang.

Manfaat kedua dari XBRL adalah informasi yang diberikan oleh label XBRL, dapat diartikan. Hal ini berarti para penerima tidak perlu lagi secara manual memasukkan kembali data yang mereka dapatkan secara elektronis, agar alat pendukung keputusannya dapat menganalisis informasi tersebut. Sebagai gantinya, jika data berisi label XBRL, data tersebut dapat dimasukkan secara langsung ke alat analisis apa pun yang dapat membaca XBRL. Hal ini juga berarti bahwa pencarian data di Internet akan lebih efisien dan akurat.

Contohnya, sebelum XBRL, pencarian di Internet atas informasi mengenai kewajiban kontinjensi akan menghasilkan ratusan situs, sebagian besar tidak berkaitan dengan keuangan yang dicari. Akan tetapi, dengan data yang disertai tag XBRL, pencarian tersebut akan terbatas pada informasi mengenai kewajiban kontinjensi yang dilaporkan dalam laporan keuangan.

XBRL tentu saja penting dalam perkembangan TI. XBRL juga berharga karena profesi akuntansi memulai perkembangan XBRL. Proses perkembangan XBRL memberikan gambaran bagus tentang bagaimana para akuntan dapat secara aktif terlibat dalam perkembangan TI yang sedang berjalan.

Before XBRL, there was no generally accepeted format for business reporting data (AICPA online). Dengan XBRL akan tersusun pelaporan keuangan dalam format standar yang memungkinkan terjadinya translasi dan sharing informasi atas pelaporan keuangan yang dihasilkan tersebut. XBRL uses accepted financial reporting standards and practices to exchange financial statements across all software and technologies, including the Internet (Reuters 2000).

Keberadaan XBRL yang dapat digunakan untuk menyiapkan laporan keuangan dalam format yang bisa dioperasikan dalam berbagai aplikasi berarti mengurangi kebutuhan untuk menyiapkan laporan keuangan dalam format yang berbeda. Oleh karenanya akan terjadi penghematan waktu, biaya dan kesalahan data tertentu pada berbagai dokumen. Meskipun masih banyak pro kontra dikalangan profesi akuntan di AS, namun demikian beberapa perusahaan besar seperti Microsoft, Deutsche Bank, perusahaan The Australia Prudential Regulatory Authority (APRA), dan perusahaan besar lain telah mengadopsi penggunaan XBRL untuk penyusunan pelaporan keuangan perusahaan mereka. Sebagian akuntan yang pesimis dengan adopsi teknologi menyatakan bahwa sudah selayaknya akuntan kembali pada panggilan awalnya (back to basic) dengan mengingat pelajaran yang didapat dari kasus bangkrutnya perusahaan besar Enron. Dokumen elektronik dan real time accounting systems ini menyebabkan perubahan peran akuntan publik pada pekerjaan yang terkait dengan proses pelaporan laporan keuangan, termasuk didalamnya adalah pemrakiraan resiko audit dan exposure yang mungkin timbul. Untuk dapat melakukan penugasan dalam lingkungan sistem informasi akuntansi yang sudah online real time, akuntan publik harus dapat terus mengembangkan teknologi audit untuk kepentingan continuous audit techniques (Rezaee, et al., 2002).

3.7. XBRL di Departemen Keuangan Indonesia Kutipan berikut adalah bersumber dari situs BAPEPAM

http://www.bapepam.go.id/pasar_modal/publikasi_pm/info_pm/xbrl/id/ index.htm.

Salah satu tugas utama regulator keuangan di seluruh dunia saat ini adalah bagaimana meningkatkan sistem pengawasan mereka secara elektronik untuk memastikan bahwa data dan informasi yang disampaikan oleh institusi-institusi yang diawasinya adalah benar dan akurat. Hal tersebut sangat terkait dengan kebutuhan investor dalam mengakses data Salah satu tugas utama regulator keuangan di seluruh dunia saat ini adalah bagaimana meningkatkan sistem pengawasan mereka secara elektronik untuk memastikan bahwa data dan informasi yang disampaikan oleh institusi-institusi yang diawasinya adalah benar dan akurat. Hal tersebut sangat terkait dengan kebutuhan investor dalam mengakses data

Mengantisipasi tantangan tersebut, para regulator mulai memikirkan bagaimana mereka dapat meningkatkan kemampuan sistem monitoring elektronik mereka sekaligus mampu menghasilkan data dan informasi yang cepat, akurat, dan relevan bagi kepentingan para penggunanya. Beberapa regulator telah mulai melakukan evaluasi terhadap sistem mereka dan BAPEPAM mengimplementasi XBRL sebagai salah satu solusi jawaban atas kebutuhan tersebut.

Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga Keuangan (BAPEPAM dan LK) Departemen Keuangan RI, sebagai salah satu regulator, memiliki peranan penting yang berkaitan dengan penyampaian laporan (termasuk laporan keuangan). Peranannya menjadi semakin penting mengingat semakin meingkatnya jumlah intitusi-institusi yang akan diawasi. Dengan mengembangkan sistem pelaporan secara elektronik via internet serta didukung dengan implementasi XBRL, Bapepam-LK diharapkan dapat meningkatkan kemampuannya sebagai salah satu sumber informasi dan data keuangan yang penting di masa mendatang. Sebagai informasi, implementasi sistem pelaporan elektronik di industri Pasar Modal Indonesia juga sudah ditetapkan di Cetak Biru Pasar Modal Indonesia 2005-2009 dan diharapkan bisa dimanfaatkan pada tahun 2006 ini.

Untuk mengeksplorasi manfaat dan penggunaan XBRL tersebut, Bapepam-LK telah mengirimkan dua orang pegawainya untuk melakukan observasi (internship) di International Accounting Standards Committee Foundation (IASCF) XBRL Team, London, UK. Observasi tersebut dilakukan selama satu bulan (18 Juli 2006 - 15 Agustus 2006), dengan bantuan pendanaan dari World Bank (ASEM Grant). Melalui observasi tersebut diharapkan akan meningkatkan pemahaman yang lebih lengkap mengenai bagaimana memanfaatkan XBRL dikaitkan dengan rencana pengembangan sistem pelaporan secara elektronik (e-reporting) yang saat ini akan mulai dikembangkan di industri pasar modal.

Situs XBRL Initiative ini ditujukan sebagai sarana untuk menyebarkan informasi mengenai hasil observasi. Suatu model (show case) telah dikembangkan bersama IASC Foundation XBRL Team. Selain untuk mempermudah pemahaman publik terhadap pemanfaatan XBRL, model tersebut diharapkan dapat digunakan menjadi bahan pertimbangan lebih lanjut mengenai kajian dan rencana implementasi XBRL di Indonesia.

Wikipedia menyebutkan, XBRL (Extensible Business Reporting Language) adalah suatu standar terbuka berbasis XML yang mendukung pemodelan informasi serta ekspresi makna semantik yang biasanya dibutuhkan oleh pelaporan bisnis. Salah satu penggunaan XBRL adalah untuk mendefinisikan serta mempertukarkan informasi keuangan seperti laporan keuangan. Komunikasi ini ditentukan oleh metadata yang disusun dalam taksonomi. Taksonomi tersebut menggambarkan definisi konsep laporan individu serta hubungan antara konsep-konsep tersebut dan makna semantik lainnya. XBRL menggunakan sintaks XML serta teknologi berbasis XML lainnya seperti XML Schema, XLink, XPath, Namespace, dll untuk menjelaskan pengertian semantiknya. Spesifikasi XBRL dikembangkan dan dipublikasikan oleh XBRL International, Inc. (XII).

Akan sangat susah bagi kita untuk menganalisis laporan keuangan yang berbentuk PDF, XLS, dll. apalagi Jika ada 10 macam laporan keuangan dengan format yang berbeda-beda. Untuk membuat hasil analisis yang benar-benar comparable, mungkin saja kita akan banyak mengalami kesulitan. Dengan XBRL, semua itu akan mudah untuk kita lakukan, karena XBRL memiliki Format yang sudah terstandar, sehingga menghasilkan informasi dan data yang comparable dan mudah untuk dianalisis, selain itu juga dapat dilakukan validasi secara otomatis, sehingga meminimkan kesalahan input. Hasil analisis dengan XBRL tersebut kemudian juga dapat diolah kembali menjadi format yang diinginkan: PDF, HTML, Excel, CSV, TXT, dll.

XBRL ini dapat meningkatkan kemudahan akses informasi finansial, terutama bagi investor internasional, karena XBRL menerapkan suatu standar identifikasi informasi. Investor luar negeri dimungkinkan melakukan analisis mereka secara mandiri serta melakukan perbandingan dengan menggunakan bahasa mereka sendiri. Dan tentu saja akan mempercepat pengambilan keputusan bisnis.