55515756 Mini Paper Teori Akuntansi Ahmad Anshari

Dampak Teknologi Informasi Terhadap Fungsi dan Peranan Akuntansi

Mini Paper Diajukan sebagai syarat untuk mendapatkan nilai tugas Matakuliah Teori Akuntansi

Dosen: Bapak Prof. Dr. Sofyan Syafri Harahap, MSAc., S.E., BSc., Akuntan.

Disusun Oleh:

Ahmad Anshari, SST.Kom (123100002) PROGRAM PASCASARJANA MAGISTER AKUNTANSI UNIVERSITAS TRISAKTI 2010

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Akuntansi merupakan bahasa bisnis. Setiap perusahaan menerapkannya sebagai alat komunikasi. Secara klasik, akuntansi merupakan proses pencatatan (recording), pengelompokkan (classifying), perangkuman (summarizing), dan pelaporan (reporting) dari kegiatan transaksi perusahaan. Tujuan akhir dari kegiatan akuntansi adalah penerbitan laporan-laporan keuangan. Laporan-laporan tersebut adalah merupakan suatu informasi.

Kemajuan teknologi menyebabkan kemajuan revolusi informasi yang telah ditransformasikan pada setiap aspek akuntansi. Pengaruh yang lebih besar dari revolusi tersebut terletak pada sistem informasi yang menggunakan komputer.

Perkembangan luar biasa yang kita alami adalah teknologi elektronika, informasi dan telekomunikasi (seperti: satelit, komputer, internet dan lain sebagainya), dan hal ini mempunyai pengaruh yang positif terhadap lalulintas barang, jasa, investasi, informasi dari satu negara ke negara lain. Dunia seolah-olah menjadi tanpa batas (borderless world) atau kita kenal dengan istilah globalisasi.

Dengan adanya teknologi, definisi akuntansi konvensional yang bermakna pencatatan, berubah menjadi peng-entry-an atau memasukkan /posting data transaksi digital, dan dengan ilmu komputer yang meningkatkan otomasi dan efisiensi, data transaksi yang dimasukkan tersebut, dengan memakai kaidah akuntansi akan langsung otomatis menjadi laporan keuangan.

Persaingan semakin tajam, dan setiap negara mulai mempersiapkan diri menghadapi era perdagangan bebas, salah satunya melalui ASEAN yang telah membentuk AFTA yang mulai berlaku tahun 2003. AFTA bersama-sama dengan negara-negara Pasifik (seperti: USA, Australia, Kanada dan lain sebagainya) membentuk kerjasama perdagangan bebas APEC yang berlaku tahun 2010, yang selanjutnya untuk menghadapi WTO yang prinsip-prinsipnya akan berlaku penuh pada tahun 2002.

Untuk memenuhi kebutuhan yang sesuai dengan perkembangan tersebut, profesi akuntan harus menghadapi tantangan di era globalisasi yang diwarnai oleh era perdagangan bebas dan salah satunya adalah perkembangan teknologi komputer.

1.2. Perumusan Masalah

Bagaimana hubungan implementasi ilmu komputer dengan peningkatan pelayanan jasa akuntan? Dan bagaimana pula peranan komputer terhadap analisis usaha dan keuangan untuk meningkatkan kapabilitas pelayanan jasa akuntan dengan mengimplementasikan sistem informasi akuntansi?

Bagaimana perkembangan penggunaan komputer terhadap akuntansi?

1.3. Sistematika Penulisan

Dalam menguraikan permasalahan, penulis akan membagi bahan bahasan sebagai berikut:

1. di dalam Bab II, berisi tentang landasan teoritis dan istilah-istilah yang akan dipakai pada bab selanjutnya, yaitu diantaranya mengenai pernyataan FASB nomor 2, bahwa akuntansi sebagai sistem informasi. Definisi-definisi mengenai sistem, sistem informasi, teknologi informasi, dan sistem informasi akuntansi akan di bahas pada bab ini.

2. di dalam Bab III, berisi tentang pendalaman materi mengenai sekilas pendapat ilmiah para ahli yang menguatkan bahwa teknologi informasi bermanfaat bagi auditor/akuntan, dan begitu juga sebaliknya, amat berperan penting dalam penggunaannya di perusahaan, sebagai pemakai sistem akuntansi. Dalam bab ini pula, ditambahkan pendapat Ahmad Riahi dan Belkaoui mengenai krisis akuntan. Tren penggunaan teknologi informasi yang merambah ke internet yaitu XBRL, juga dibahas sekilas pada bab ini.

3. di dalam Bab IV, berisi tentang kesimpulan, saran, dan rekomendasi.

BAB II KAJIAN PUSTAKA

2.1. Definisi Sistem Informasi, Akuntansi dan ilmu yang terkait keduanya

Untuk melengkapi penyusunan paper ini, penulis akan menjabarkan beberapa definisi yang terkait dengan akuntansi serta kaitannya dengan teknologi informasi yang dikutip dan diunduh dari textbook, literature ilmiah, dan jurnal ilmiah dari beberapa situs web.

2.2. Definisi Sistem

Menurut Romney dan Steinbart, sistem adalah rangkaian dari dua atau lebih komponen-komponen yang saling berhubungan, yang berinteraksi untuk mencapai suatu tujuan.

Menurut Gordon B. Davis, sistem secara fisik adalah kumpulan dari elemen-elemen yang beroperasi bersama-sama untuk menyelesaikan suatu sasaran.

Menurut Moscove, sistem adalah suatu entity yang terdiri dari bagian-bagian yang saling berhubungan, yang bertujuan untuk mencapai tujuan tertentu.

Menurut Murdick, sistem adalah suatu kumpulan elemen-elemen yang dijadikan satu untuk tujuan umum. Menurut Cole/Neuschel, sistem adalah suatu kerangka dari prosedur-prosedur yang berhubungan, yang disusun sesuai dengan suatu skema yang menyeluruh untuk melaksanakan suatu kegiatan atau fungsi utama perusahaan.

2.3. Definisi Informasi

Menurut Gordon B. Davis, definisi informasi adalah data yang telah diolah menjadi bentuk yang berarti bagi penerimanya dan berguna untuk pengambilan keputusan saat ini atau di masa mendatang.

Sedangkan menurut McFadden dan kawan-kawan, informasi dinyatakan sebagai data yang telah diproses sedemikian rupa sehingga meningkatkan pengetahuan seseorang yang mengunakannya.

2.4. Definisi Sistem Informasi

Menurut Henry Lucas (1988: 35) yang diterjemahkan oleh Jogiyanto H. M, menyatakan bahwa sistem Informasi adalah suatu kegiatan dari prosedur-prosedur yang diorganisasikan, bilamana dieksekusi akan menyediakan informasi untuk mendukung pengambilan keputusan dan pengendalian di dalam organisasi.

Menurut John F. Nash dan Martin B. Robert (1988: 35) yang diterjemahkan oleh Jogianto H. M, menyatakan bahwa Sistem Informasi adalah kombinasi dari orang-orang, fasilitas, teknologi, media, prosedur- prosedur dan pengendalian yang ditujukan untuk mendapatkan jalur komunikasi penting, memproses tipe transaksi rutin tertentu, memberi Menurut John F. Nash dan Martin B. Robert (1988: 35) yang diterjemahkan oleh Jogianto H. M, menyatakan bahwa Sistem Informasi adalah kombinasi dari orang-orang, fasilitas, teknologi, media, prosedur- prosedur dan pengendalian yang ditujukan untuk mendapatkan jalur komunikasi penting, memproses tipe transaksi rutin tertentu, memberi

Menurut John F. Nash (1995: 8) yang diterjemahkan oleh La Midjan dan Azhar Susanto, menyatakan bahwa Sistem Informasi adalah kombinasi dari manusia, fasilitas atau alat teknologi, media, prosedur dan pengendalian yang bermaksud menata jaringan komunikasi yang penting, proses atas transaksi-transaksi tertentu dan rutin, membantu manajemen dan pemakai intern dan ekstern dan menyediakan dasar pengambilan keputusan yang tepat.

Pengertian Sistem Informasi menurut Robert dalam Jogiyanto (2000) adalah informasi yang diorganisasikan untuk mencapai tujuan dalam sebuah organisasi.

Sistem informasi, menurut Leitel dan Davis dalam bukunya Accounting Information System mendefinisikan bahwa Sistem informasi adalah suatu sistem didalam suatu organisasi yang mempertemukan kebutuhan-kebutuhan pengolahan transaksi harian, mendukung operasi, bersifat manajerial dan kegiatan strategi dari suatu organisasi dan menyediakan pihak luar tertentu dengan laporan-laporan yang diperlukan.

Definisi sistem informasi menurut Ali Masjono Mukhtar, adalah suatu pengorganisasian peralatan untuk mengumpulkan, menginput, memproses, menyimpan, mengatur, mengontrol, dan melaporkan informasi untuk pencapaian tujuan perusahaan.

Selain itu pengertian sistem informasi menurut Romney (1997: 16) yang dialihbahasakan oleh Krismiaji (2002: 12) Sistem Informasi adalah cara-cara yang diorganisasi untuk mengumpulkan, memasukkan, mengolah, dan menyimpan data dan cara-cara yang diorganisasi untuk menyimpan, mengelola, mengendalikan dan melaporkan informasi sedemikian rupa sehingga sebuah organisasi dapat mencapai tujuan yang telah ditetapkan.

2.5. Definisi Sistem Informasi Akuntansi

Menurut Barry E. Cushing (1988: 49) yang diterjemahkan oleh Jogianto H. M menyatakan bahwa: Sistem Informasi Akuntansi adalah kumpulan dari manusia dan sumber-sumber daya modal di dalam suatu organisasi yang bertanggungjawab untuk menyediakan informasi yang di dapat dari pengumpulan dan pengolahan data transaksi.

Menurut Barry E. Cushing (1995: 11) yang diterjemahkan oleh La Midjan dan Azhar Susanto, menyatakan bahwa: Sistem Informasi Akuntansi adalah seperangkat sumber manusia dan modal dalam organisasi, yang berkewajiban untuk menyaajikan informasi keuangan dan juga informasi yang diperoleh dari pengumpulan dan memproses data.

Sedangkan menurut George H. Bodnar dan William S. Hopwood (1996: 1) yang diterjemahkan oleh Amir Abdi jusuf dan Rudi M. Tambunan, menyatakan bahwa: Sistem Informasi Akuntansi adalah kumpulan sumber daya seperti manusia dan peralatan, yang diatur untuk mengubah data menjadi informasi.

Menurut Wilkinson (2000: 27), sistem informasi akuntansi dalam melaksanakan aktivitas memerlukan elemen yang spesifik yang bervariasi tergantung pada tingkat otomatisasi sistem informasi akuntansi tersebut.

Menurut Hall (2001: 10), elemen model umum sistem informasi akuntansi meliputi pengguna akhir, sumber data, pengumpulan data, pemrosesan data, manajemen database, penghasil informasi, dan umpan balik.

Menurut La Midjan (2003: 12) menyatakan bahwa: Sistem Informasi Akuntansi adalah suatu sistem pengolahan data akuntansi yang terdiri dari koordinasi manusia, alat dan metode berinteraksi dalam suatun wadah organisasi yang terstruktur untuk menghasilkan informasi akuntansi keuangan dan informasi akuntansi manajemen yang terstruktur.

Menurut Bodnar dan Hopwood (2004: 1), sistem informasi akuntansi adalah kumpulan sumber daya, seperti manusia dan peralatan, yang dirancang untuk mengubah data keuangan dan data lainnya menjadi informasi yang dikomunikasikan kepada berbagai pihak pengambil keputusan.

Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa Sistem Informasi Akuntansi adalah suatu pengolahan data akuntansi yang terdiri dari koordinasi manusia, alat, dan metode berinteraksi dalam suatu wadah organisasi yang terstruktur untuk menghasilkan informasi akuntansi yang terstruktur.

2.6. Definisi Teknologi Informasi

Kamus Oxford (1995): Teknologi informasi adalah studi atau penggunaan peralatan elektronika, terutama komputer, untuk menyimpan, menganalisa, dan mendistribusikan informasi apa saja, termasuk kata- kata, bilangan dan gambar.

Martin (1999): Teknologi informasi tidak hanya terbatas pada teknologi komputer (perangkat keras dan perangkat lunak) yang digunakan untuk memproses dan menyimpan informasi, melainkan juga mencakup teknologi komunikasi untuk mengirimkan informasi.

Lucas (2000): Teknologi informasi adalah segala bentuk teknologi yang diterapkan untuk memproses dan mengirimkan informasi dalam bentuk elektronis. Mikrokomputer, komputer mainframe, pembaca barcode, perangkat lunak pemroses transaksi, perangkat lunak lembar kerja (spreadsheet), dan peralatan komunikasi dan jaringan merupakan contoh teknologi informasi.

Definisi TI secara lengkap dinyatakan oleh Martin, et al., (2002: 1), yaitu teknologi komputer yang digunakan untuk memproses dan menyimpan informasi serta teknologi komunikasi yang digunakan untuk mengirimkan informasi. Definisi TI sangatlah luas dan mencakup semua bentuk teknologi yang digunakan dalam menangkap, manipulasi, mengkomunikasikan, menyajikan, dan menggunakan data yang akan diubah menjadi informasi (Martin, et al., 2002: 125).

Williams dan Sawyer (2003): Teknologi informasi adalah teknologi yang menggabungkan komputasi (komputer) dengan jalur komunikasi berkecepatan tinggi yang membawa data, suara, dan video.

Teknologi Informasi (TI) merupakan salah satu alat manajer untuk mengatasi perubahan (Laudon dan Laudon, 2006: 14). Menurut Laudon dan Laudon (2006: 14-15), infrastruktur TI terdiri atas komponen hardware, software, teknologi penyimpanan data (storage), Teknologi Informasi (TI) merupakan salah satu alat manajer untuk mengatasi perubahan (Laudon dan Laudon, 2006: 14). Menurut Laudon dan Laudon (2006: 14-15), infrastruktur TI terdiri atas komponen hardware, software, teknologi penyimpanan data (storage),

2.7. Definisi Akuntansi

FASB mendefinisikan akuntansi secara umum adalah: Accounting is the body knowledge and functions concered with systematic originating, recording, classifying, processing, summerizing, analyzing, interpreting and supplying of dependable and significant information covering, transaction, and event wich are, in part at least, of financial character, required for the management and operation of an entity and for report that have to be submitted there on to meet fiduciary and other responsibilities .

Definisi selanjutnya terdapat pada APB No. 4 yang dapat menjelaskan akuntansi sebagai suatu aktivitas jasa yang memiliki fungsi menyediakan informasi kuantitatif, terutama yang bersifat keuangan tentang satuan-satuan ekonomi yang dapat bermanfaat dalam menetapkan pilihan-pilihan yang logis diantara berbagai tindakan alternatif. Definisi tersebut adalah: Accounting is a service activity. Its function is to provide quantitative information, primarily financial in nature, about economics entities that is intended to be useful in making economic decision, in making reasons choices among alternatives course of action.

Dan dapat disimpulkan bahwa a) akuntansi menyediakan jasa yang penting di dalam lingkungan bisnis untuk membantu pengambilan keputusan alokasi sumber daya yang terbatas; b) informasi yang disediakan akuntansi bersifat kuantitatif yang dapat digunakan dengan evaluasi kualitatif dalam pengambilan keputusan ekonomi; c) meskipun akuntansi melaporkan apa yang telah terjadi tetapi berguna untuk pengambilan keputusan di masa mendatang (Smith, Skousen, dan Stice, 1997).

Sejarah akuntansi menggambarkan kronologis proses akuntansi yang panjang (Hendriksen, 1992: 51-52). Definisi akuntansi menurut AICPA: Accounting is the art of recording, classifying, and summarizing in a significant manner and in terms of money, transaction and events which are in part at least, of a financial character, and interpreting the results thereof.

Menurut Scott (2003: 6) The environment of accounting is both very complex and very challenging. It is complex because the product of accounting is information – a powerful and important comodity.

Akuntansi (Accounting) menurut (Jerry J. Weygandt, Donald E. Kieso, Paul D. Kimmel, 1999): Accounting is process of three activities: identifying, recording and communicating the economic events of an

organization (business or non business) to interested users of the information . Menurut Kieso (2002: 2), akuntansi bisa didefinisikan secara tepat dengan menjelaskan tiga karakteristik penting dari akuntansi: (1) pengidentifikasian, pengukuran, dan pengkomunikasian informasi keuangan tentang (2) entitas ekonomi kepada (3) pemakai yang berkepentingan.

Akuntansi adalah seperangkat pengetahuan yang mempelajari perekayasaan penyediaan jasa berupa informasi keuangan kuantitatif unit- unit organisasi dalam suatu lingkungan negara tertentu dan cara penyampaian (pelaporan) informasi tersebut kepada pihak yang berkepentingan untuk dijadikan dasar dalam pengambilan keputusan ekonomik (Suwardjono, 2005).

Pengertian akuntansi menurut American Accounting Association adalah Accounting as the process identifiying, measuring, and communicating economic information to permit informed judgements and decisions by users of the information (Wilopo, 2005: 9).

Dalam buku Teori Akuntansi yang ditulis Prof. Sofyan Syafri Harahap, akuntansi adalah tool of management, alat kapitalis untuk mengumpulkan harta dan memeliharanya (dengan informasi tentang

kondisi atas posisi keuangan dalam jumlah kekayaan, utang, dan modal dalam periode tertentu) agar proses akumulasi kekayaan berjalan lancar dan penguasaannya tetap di tangan kapitalis.

Masih dari referensi buku yang sama, pada halaman 10 dituliskan pendapat Sudibyo: Akuntansi adalah teknologi perangkat lunak. Akuntansi tidak ditujukan untuk menerangkan dan meramalkan perilaku variabel-variabel

melainkan untuk mengendalikan variabel-variabel itu guna memperbaiki status ekonomis karenanya status sosial dari pelakunya. Wujud yang lebih konkret dari akuntansi sebagai perangkat lunak adalah bahwa akuntansi merupakan disiplin rekayasa informasi dan pengendalian (kontrol) keuangan. (Harahap, 2008: 11)

sosial/ekonomis

tertentu

2.8. Penerapan Teknologi Informasi dalam perusahaan

Dalam Jurnal yang dituliskan Naniek Noviari, Akuntan merupakan profesi yang aktivitasnya banyak berhubungan dengan TI. Perkembangan SIA dan proses audit sebagai akibat dari adanya kemajuan TI dan perkembangan akuntansi akan memunculkan peluang bagi akuntan. Peluang ini dapat dimanfaatkan oleh akuntan yang mempunyai pengetahuan memadai tentang SIA dan audit berbasis komputer. Sebaliknya, akuntan yang tidak mempunyai pengetahuan yang cukup tentang SIA dan audit berbasis komputer akan tergusur posisinya karena tidak mampu memberikan jasa yang diperlukan oleh klien.

Lingkungan teknologi memungkinkan perusahaan untuk memajukan kinerjanya. TI dan kinerja memiliki hubungan simbiosis. Perkembangan TI yang terjadi selama ini mencakup perkembangan infrastruktur TI, yakni hardware, software, data, dan komunikasi (McNurlin dan Sprague, 2002: 11).

Menurut Laudon dan Laudon (2006: 14-15), infrastruktur TI terdiri atas komponen hardware, software, teknologi penyimpanan data (storage), serta teknologi komunikasi. Beberapa penulis mengklasifikasikan teknologi storage ke dalam komponen hardware sehingga komponen TI terdiri atas hardware, software, dan komunikasi (McLeod dan Schell, 2004: 101-123; Mescon, et al., 2002: 213-219).

Kemajuan TI yang pesat berpengaruh dan mengakibatkan perubahan yang sangat signifikan pada perkembangan akuntansi. Semakin Kemajuan TI yang pesat berpengaruh dan mengakibatkan perubahan yang sangat signifikan pada perkembangan akuntansi. Semakin

Pada masa ini teknologi akuntansi dengan single entry book keeping sudah tidak memadai dalam penyediaan informasi akuntansi. Orang mulai memerlukan informasi mengenai berapa pendapatan yang diperolehnya selama suatu periode tertentu dan berapa perubahan kekayaan yang dimiliki. Pada era ini sistem double entry book keeping mulai diperkenalkan oleh Luca Pacioli meskipun bukan dia penemu sistem ini. Karena kebutuhan manusia akan informasi semakin kompleks, maka sistem double entry book keeping mengalami perkembangan. Mulai dari teknik pembukuan sampai dengan metode akuntansi yang kompleks seperti akuntansi untuk inflasi, dana pensiun, leasing, dan lain-lain (Belkaoui, 2000).

Dalam jurnal yang dituliskan Sri Maharsi, ada berbagai macam sistem informasi dengan menggunakan teknologi informasi yang muncul, antara lain Electronic Data Processing (EDP) Systems, Data Processing Systems (DPS), Management Information System (MIS), Decision Support System (DSS), Expert System (ES), Executive Information Systems (EIS), dan Accounting Information System (AIS) (Bodnar, 1998). Berikut adalah penjelasan atas definisi dan istilah-istilah tersebut.

komputer untuk menyelenggarakan pemrosesan data yang berorientasi pada transaksi organisasi. Sistem ini digunakan untuk mengolah data transaksi yang sifatnya rutin (sehari-hari). Sistem ini tidak dapat membantu pekerjaan pihak manajemen yang berkaitan dengan pengambilan keputusan. Sistem ini hanya bermanfaat untuk meningkatkan ketepatan waktu dan frekuensi penyajian laporan. Secara fundamental, EDP merupakan aplikasi sistem informasi akuntansi dalam setiap organisasi. Istilah data processing (DP) sebenarnya sama dengan EDP.

MIS merupakan penggunaan teknologi komputer untuk menyediakan informasi yang berorientasi pada manajemen level menengah. MIS mengakui adanya kenyataan bahwa para manajer dalam suatu organisasi membutuhkan informasi dalam rangka pengambilan keputusan dan bahwa sistem informasi berbasis komputer dapat membantu penyediaan informasi bagi para manajer.

DSS adalah suatu sistem informasi yang datanya diproses dalam bentuk pembuatan keputusan bagi pemakai akhir. Karena berorientasi pada pemakai akhir, maka DSS membutuhkan penggunaan model-model keputusan dan database khusus yang berbeda dengan sistem DP. DSS diarahkan pada penyediaan data yang nyata, khusus, dan informasi yang tidak rutin yang diminta oleh manajemen. DSS dapat digunakan untuk menganalisis kondisi pasar sekarang atau pasar potensial. DSS juga dapat membantu mengubah proses bisnis, dimana umumnya manajer membuat semua keputusan, namun dengan adanya teknologi informasi seperti decision support tools, access database, dan modelling software, pengambilan keputusan menjadi bagian setiap orang.

Expert System (ES) merupakan sistem informasi yang berbasis pada pengetahuan yang menggunakan pengetahuan tentang bidang aplikasi khusus untuk menjalankan kegiatan sebagai konsultan ahli bagi pemakai akhir. Seperti DSS, ES membutuhkan penggunaan model-model keputusan manajemen dan database khusus. Tidak seperti DSS, ES juga membutuhkan pengembangan basis pengetahuan dan inference engine. Jika DSS membantu manajemen dalam rangka pengambilan keputusan, maka ES membuat keputusan tersebut.

EIS merupakan suatu sistem informasi yang berkaitan dengan kebutuhan manajemen puncak mengenai informasi strategik dalam proses pengambilan keputusan strategik. Sedangkan AIS merupakan sebuah sistem yang menyediakan informasi bersifat keuangan dan non keuangan bagi para pengambil keputusan.

Penggunaan teknologi informasi pada aktivitas perusahaan seperti pada value chain dapat menghasilkan beberapa keuntungan, seperti penghematan biaya, percepatan waktu operasi, peningkatan produktivitas, percepatan waktu pengiriman barang dan jasa kepada pelanggan, serta peningkatan nilai barang dan jasa yang tinggi pada pelanggan.

Salah satu teknologi informasi yang tidak kalah pentingnya adalah pemakaian Electronic Data Interchange (EDI). EDI adalah komunikasi antar komputer dengan tujuan meningkatkan efektivitas dan mengurangi pekerjaan yang sifatnya klerikal. Hansen dan Hill (1989) mendefinisikan EDI sebagai pergerakan dokumen bisnis dalam format terstruktur antara berbagai patner bisnis dalam suatu organisasi. Dengan EDI, dokumen yang diterima dapat memerintahkan komputer secara otomatis. EDI yang terintegrasi memberikan peluang pada manajer untuk berkonsentrasi penuh pada pengambilan keputusan strategik dan meningkatkan kemampuan dalam pengendalian beberapa aktivitas.

Teknologi akan terus berkembang. Teknologi informasi yang kuat akan menjadi competitive edge bagi perusahaan dan sekaligus menjadi entry barrier (Fasio, 1994). Bagi organisasi yang ingin maju dan berkembang, tidak ada alasan untuk tidak menggunakan teknologi sepanjang hal itu dapat mempermudah perusahaan menyesuaikan diri dengan lingkungannya (Hanscombe, 1989).

Peranan teknologi informasi pada aktivitas manusia saat ini memang begitu besar. Teknologi informasi telah menjadi fasilitator utama bagi kegiatan-kegiatan bisnis yang memberikan andil besar terhadap perubahanperubahan mendasar bagi struktur, operasi dan manajemen organisasi. Jenis pekerjaan dan tipe pekerja yang dominan di zaman Teknologi Informasi adalah otonomi dan wewenang yang lebih besar dalam organisasi.

Boundaryless organization adalah kondisi organisasi yang digunakan dalam teknologi informasi dengan batas-batas horisontal, vertikal, eksternal dan geografis yang sehat. Menipisnya batas horisontal mengakibatkan berkurangnya birokrasi sehingga organisasi menjadi lebih datar, dan karyawan menjadi lebih berdaya (empowered employees) dan menjadikan terwujudnya kerja sama lintas fungsional dalam memenuhi kebutuhan customers yang kompleks. Menipisnya batas eksternal menjadikan perusahaan lebih berfokus ke penyediaan produk dan jasa Boundaryless organization adalah kondisi organisasi yang digunakan dalam teknologi informasi dengan batas-batas horisontal, vertikal, eksternal dan geografis yang sehat. Menipisnya batas horisontal mengakibatkan berkurangnya birokrasi sehingga organisasi menjadi lebih datar, dan karyawan menjadi lebih berdaya (empowered employees) dan menjadikan terwujudnya kerja sama lintas fungsional dalam memenuhi kebutuhan customers yang kompleks. Menipisnya batas eksternal menjadikan perusahaan lebih berfokus ke penyediaan produk dan jasa

Pemberdayaan karyawan yang dilandasi oleh trust-based relationship antar manajer dan karyawan menjadikan Information sharing dapat meningkatkan tuntutan tentang otonomi dan wewenang di kalangan karyawan. Persuasi menjadi pilihan untuk menggantikan komando, karena knowledge workers menjadi dominan dalam mewujudkan visi organisasi. dalam memacu komitmen karyawan untuk mengubah strategi menjadi tindakan nyata. Berkat teknologi ini, berbagai kemudahan dapat dirasakan oleh manusia seperti:

 Teknologi informasi melakukan otomasi terhadap suatu tugas atau proses yang menggantikan peran manusia.  Teknologi informasi berperan dalam restrukturisasi terhadap peran manusia yang melakukan perubahan-perubahan terhadap sekumpulan

tugas atau proses.  Teknologi informasi memiliki kemampuan untuk mengintegrasikan

berbagai bagian yang berbeda dalam organisasi dan menyediakan banyak informasi ke manajer.

 Teknologi informasi juga memengaruhi antarmuka-antarmuka

organisasi dengan lingkungan, seperti pelanggan dan pemasok.  Teknologi informasi dapat digunakan membentuk strategi untuk

menuju keunggulan yang kompetitif (O ’Brien, 1996), antara lain: o Strategi biaya: meminimalisir biaya/memberikan harga yang lebih

murah terhadap pelanggan, menurunkan biaya dari pemasok. o Strategi

cara-cara untuk membedakan produk/ jasa yang dihasilkan perusahaan terhadap pesaing sehingga pelanggan menggunakan produk/jasa karena adanya manfaat atau fitur yang unik.

diferensiasi:

mengembangkan

o Strategi inovasi: memperkenalkan produk/jasa yang unik, atau mem buat perubahan yang radikal dalam proses bisnis yang

menyebabkan perubahan-perubahan yang mendasar dalam pengelolaan bisnis.

o Strategi pertumbuhan: mengembangkan kapasitas produksi secara signifikan, melakukan ekspansi ke dalam pemasaran global,

melakukan diversifikasi produk/jasa, atau mengintegrasikan ke dalam produk/jasa yang terkait.

o Strategi aliansi: membentuk hubungan dan aliansi bisnis yang baru dengan pelanggan, pemasok, pesaing, konsultan, dan lain-lain.

Namun ironisnya, terkait dengan hubungan dengan klien, pesatnya perkembangan teknogi informasi tersebut awal mulanya bertolak belakang dengan sudut pandang Auditor/akuntan yang menilai bahwa hubungan bisnis yang wajar adalah jika dilaksanakan berdasarkan falsafah arm’s length transaction-yaitu transaksi antara pihak-pihak yang bebas atau independen. Hubungan istimewa (atau dikenal dengan related party transaction) diyakini auditor sebagai transaksi yang dapat menimbulkan ketidakwajaran angka yang dicatat dalam catatan akuntansi. Padahal transaksi bisnis yang didasarkan atas arm’s-length transaction dan nilai dasar ketidakpercayaan merupakan hubungan bisnis jangka pendek. Masing-masing pihak hanya mengusahakan agar pada saat transaksi bisnis terjadi, mereka yang terkait mampu bersikap businesslike, sehingga masing-masing pihak dapat memperoleh manfaat dari transaksi yang dilaksanakan. Apakah di kemudian hari pihak-pihak yang terkait sekarang akan melaksanakan bisnis, tergantung dari penentuan syarat-syarat independensi pada saat transaksi yang akan terjadi di masa yang akan datang tersebut sedangkan kemitraan Usaha (Partnered Relationship) untuk mendobrak mitos tersebut harus menitikberatkan pada trust building dan core competency di dalam membangun hubungan kemitraan, baik di dalam organisasi perusahaan (antara manajer dengan karyawan dan antar fungsi dalam organisasi) maupun di antara perusahaan dengan para pemasok dan mitra bisnisnya.

BAB III PENDALAMAN MATERI

3.1. Sekilas Sejarah Akuntansi dalam Penggunaan Teknologi

Tonggak sejarah akuntansi dimulai sejak tahun 1494, yaitu ketika Luca Pacioli memperkenalkan sistem double entry book keeping. Akan tetapi, praktik akuntansi sebenarnya sudah ada sejak zaman sebelum itu. Alvin Toffler dalam bukunya The Third Wave menyatakan bahwa pada tahun 8000 SM yang dinyatakan sebagai masa bercocok tanam orang sudah mengenal teknologi, informasi, dan akuntansi.

Pada masa bercocok tanam, paradigma terhadap penciptaan kemakmuran dilakukan dengan mengeksploitasi alam. Orang belum mengenal teknik untuk mengubah bahan baku menjadi produk. Teknologi pada masa itu masih bersifat fisik sehingga teknologi informasi masih tertulis dan dikembangkan untuk membuat catatan akuntansi. Pada masa itu teknologi akuntansi masih sangat sederhana. Karena lingkungan masih sangat statis dan dapat diprediksi dengan mudah, maka sistem single entry book keeping sudah dianggap cukup. Dengan sistem ini orang hanya memerlukan informasi mengenai berapa aset dan utangnya pada suatu saat tertentu Orang belum berpikir mengenai berapa perubahan kekayaannya dan apa penyebab perubahan tersebut. Tahun 1650 sampai dengan 1955 dinyatakan oleh Alvin Toffler sebagai era industri. Era ini dimulai dengan terjadinya revolusi industri, yaitu sejak ditemukannya mesin-mesin industri. Tenaga kerja manusia di dalam pabrik mulai diganti dengan mesin. Kantong-kantong industri mulai bermunculan dan pertukaran dengan uang semakin berkembang.

Pada masa ini teknologi akuntansi dengan single entry book keeping sudah tidak memadai dalam penyediaan informasi akuntansi. Orang mulai memerlukan informasi mengenai berapa pendapatan yang diperolehnya selama suatu periode tertentu dan berapa perubahan kekayaan yang dimiliki. Pada era ini sistem double entry book keeping mulai diperkenalkan oleh Luca Pacioli meskipun bukan dia penemu sistem ini. Karena kebutuhan manusia akan informasi semakin kompleks, maka sistem double entry book keeping mengalami perkembangan. Mulai dari teknik pembukuan sampai dengan metode akuntansi yang kompleks seperti akuntansi untuk inflasi, dana pensiun, leasing, dan lain-lain (Belkaoui, 2000). Pada masa ini sistem informasi akuntansi di dalam upaya untuk menyediakan informasi, baik kepada pihak ekstern maupun intern masih dilakukan secara manual hanya dengan bantuan mesin hitung ataupun kalkultor.

Era informasi dimulai dengan ditemukannya komputer pada tahun 1955. Pada era ini teknologi informasi sudah menggunakan komputer dan pemrosesan informasi menjadi lebih cepat, pemrosesan dan penyimpanan informasi menjadi lebih murah, dan tidak banyak memakan tempat dan waktu. Salah satu bidang akuntansi yang banyak dipengaruhi oleh perkembangan TI adalah SIA. Pada dasarnya siklus akuntansi pada SIA Era informasi dimulai dengan ditemukannya komputer pada tahun 1955. Pada era ini teknologi informasi sudah menggunakan komputer dan pemrosesan informasi menjadi lebih cepat, pemrosesan dan penyimpanan informasi menjadi lebih murah, dan tidak banyak memakan tempat dan waktu. Salah satu bidang akuntansi yang banyak dipengaruhi oleh perkembangan TI adalah SIA. Pada dasarnya siklus akuntansi pada SIA

Informasi akuntansi pada dasarnya bersifat keuangan dan terutama digunakan untuk tujuan pengambilan keputusan, pengawasan dan impelemntasi keputusan-keputusan perusahaan (Arnold and Hope, 1990). Agar data keuangan dapat dimanfaatkan dengan baik oleh pihak internal maupun eksternal perusahaan, maka data tersebut harus disusun dalam bentuk-bentuk yang sesuai. Informasi akuntansi digolongkan menjadi tiga jenis yaitu (a) informasi operasi; (b) informasi akuntansi manajemen; dan (c) informasi akuntansi keuangan (Anthony & Reece; 1989: 5).

a. Informasi Operasi Informasi ini menyediakan data mentah bagi informasi akuntansi keuangan dan informasi akuntansi manajemen. Informasi operasi yang terdapat pada perusahaan manufaktur antara lain: informasi produksi; informasi pembelian dan pemakaian bahan baku; informasi penggajian; informasi penjualan; dan lain-lain (Mulyadi, 1995: 15).

b. Informasi Akuntansi Manajemen Menurut Anthony dan Reece (1989: 6) informasi akuntansi yang khusus ditujukan untuk kepentingan manajemen disebut informasi akuntansi manajemen. Informasi ini digunakan dalam tiga fungsi manajemen, yaitu:

1. perencanaan

2. implementasi

3. pengendalian Informasi akuntansi manajemen ini dihasilkan oleh sistem pengolahan informasi keuangan yang disebut akuntansi manajemen (Mulyadi, 1995; Hansen & Mowen, 2005). Informasi akuntansi manajemen ini disajikan kepada manajemen perusahaan dalam berbagai laporan, seperti anggaran, laporan penjualan, laporan biaya produksi, laporan biaya menurut pusat pertanggungjawaban, laporan biaya menurut aktivitas, dan lain-lain.

c. Informasi Akuntansi Keuangan Informasi akuntansi keuangan digunakan baik oleh manajer maupun pihak eksternal perusahaan, dengan tujuan untuk menyediakan informasi yang menyangkut posisi keuangan, kinerja serta perubahan keuangan suatu perusahaan yang bermanfaat bagi sejumlah besar pemakai dalam pengambilan keputusan ekonomi (IAI, 2001). Informasi akuntansi keuangan untuk pihak luar disajikan dalam laporan keuangan yang terdiri dari neraca, laporan laba rugi, dan laporan perubahan posisi keuangan. Pihak luar yang menggunakan laporan c. Informasi Akuntansi Keuangan Informasi akuntansi keuangan digunakan baik oleh manajer maupun pihak eksternal perusahaan, dengan tujuan untuk menyediakan informasi yang menyangkut posisi keuangan, kinerja serta perubahan keuangan suatu perusahaan yang bermanfaat bagi sejumlah besar pemakai dalam pengambilan keputusan ekonomi (IAI, 2001). Informasi akuntansi keuangan untuk pihak luar disajikan dalam laporan keuangan yang terdiri dari neraca, laporan laba rugi, dan laporan perubahan posisi keuangan. Pihak luar yang menggunakan laporan

3.2. Peran Teknologi Informasi terhadap profesi Akuntan/Auditor

Dalam literatur manajemen strategik, Hagedoorn (1993) menyatakan bahwa jenis respon strategik perusahaan terhadap globalisasi akan tergantung pada jenis tipologi strategi kompetitif perusahaan, sehingga dalam hal ini bisa dikatakan bahwa tipologi strategi kompetitif berhubungan dengan keinginan perusahaan untuk melakukan investasi dalam teknologi informasi sebagai respon strategik terhadap globalisasi. Keputusan untuk melakukan investasi dalam teknologi investasi menyangkut jumlah yang sangat besar, hal ini menyebabkan faktor kematangan teknologi informasi dan ukuran perusahaan berhubungan dengan keinginan untuk melakukan investasi teknologi informasi sebagai respon strategik perusahaan terhadap globalisasi (Ein Dor dan Segev, 1979; McFarlan, et al., 1983; Goslar dan Grover, 1993; serta Mata, et al., 1995).

Berikut ini adalah kutipan dari jurnal yang dibuat oleh Staf`Dosen Universitas Bina Darma, Dr. Dedi Rianto Rahadi, dengan judul PERANAN TEKNOLOGI INFORMASI DALAM PENINGKATAN PELAYANAN DI SEKTOR PUBLIK, dalam Seminar Nasional Teknologi 2007 (SNT 2007) di Yogyakarta, tanggal 24 November 2007.

Davis, F.D (1989) mendefinisikan kemudahan penggunaan (ease of use) sebagai suatu tingkatan dimana seseorang percaya bahwa komputer dapat dengan mudah dipahami. Menurut Goodwin (1987); Silver (1988); dalam Adam, et al., (1992), intensitas penggunaan dan interaksi antara pengguna (user) dengan sistem juga dapat menunjukkan kemudahan penggunaan. Sistem yang lebih sering digunakan menunjukkan bahwa sistem tersebut lebih dikenal, lebih mudah dioperasikan dan lebih mudah digunakan oleh penggunanya. Berdasarkan definisi diatas dapat disimpulkan bahwa kemudahan penggunaan akan mengurangi usaha (baik waktu dan tenaga) seseorang didalam mempelajari komputer. Perbandingan kemudahan tersebut memberikan indikasi bahwa orang yang menggunakan TI bekerja lebih mudah dibandingkan dengan orang yang bekerja tanpa menggunakan TI (secara manual). Pengguna TI mempercayai bahwa TI yang lebih fleksibel, mudah dipahami dan mudah pengoperasiannya (compartible) sebagai karakteristik kemudahan penggunaan. Davis. F. D. (1989) memberikan beberapa indikator kemudahan penggunaan TI antara lain meliputi;

1. Komputer sangat mudah dipelajari

2. Komputer mengerjakan dengan mudah apa yang diinginkan oleh pengguna

3. Keterampilan pengguna bertambah dengan menggunakan komputer

4. Komputer sangat mudah untuk dioperasikan. Untuk variabel kemudahan pemakaian, Iqbaria (1994) juga telah menguji dalam studinya apakah penerimaan penggunaan mikro komputer dipengaruhi oleh kemudahan penggunaan yang diharapkan oleh sipengguna atau karena tekanan sosial. Temuan studi Iqbaria (1994) membuktikan bahwa TI digunakan bukan mutlak karena adanya tekanan sosial, sehingga dapat disimpulkan bahwa penggunaan TI bukan karena adanya unsur tekanan, tetapi karena memang mudah digunakan. (Rahadi, 2007)

Perubahan proses akuntansi akan mempengaruhi proses audit karena audit merupakan suatu bidang praktik yang menggunakan laporan keuangan (produk akuntansi) sebagai objeknya. Praktik auditing bertujuan untuk memberikan opini terhadap kewajaran penyajian laporan keuangan yang dihasilkan oleh SIA. Dengan adanya kemajuan yang telah dicapai dalam bidang akuntansi yang menyangkut SIA berbasis komputer dalam menghasilkan laporan keuangan, maka praktik auditing akan terkena imbasnya. Perkembangan TI juga mempengaruhi perkembangan proses audit.

Menurut Arens, terdapat tiga pendekatan auditing pada EDP audit, yaitu audit sekitar komputer (auditing around the computer), audit melalui komputer (auditing through the computer), dan audit berbantuan komputer (auditing with computer).

Auditing around the computer adalah audit terhadap penyelenggaraan sistem informasi komputer tanpa menggunakan kemampuan peralatan itu sendiri, pemrosesan dalam komputer dianggap benar, apa yang ada dalam komputer dianggap sebagai black box” sehingga audit hanya dilakukan di sekitar box tersebut. Pendekatan ini memfokuskan pada input dan output. Jika dalam pemeriksaan output menyatakan hasil yang benar dari seperangkat input pada sistem pemrosesan, maka operasi pemrosesan transaksi dianggap benar.

Holmes dan Nicholls (1989) menjelaskan bahwa kekurangan informasi akuntansi dalam manajemen perusahaan dapat membahayakan operasional perusahaan. Kondisi keuangan yang memburuk dan kekurangan catatan akuntansi akan membatasi akses untuk memperoleh informasi yang diperlukan, sehingga akan menyebabkan kegagalan perusahaan. Oleh karena itu penggunaan informasi akuntansi berpengaruh terhadap perencanaan dan pengendalian perusahaan (Roberts, Dunne, dan Ezell; 1980).

Beberapa penelitian lain mengungkapkan bahwa kelemahan keuangan dan faktor-faktor yang mempengaruhi merupakan salah satu alasan utama kegagalan perusahaan kecil dan menengah (Peterson, Kometsky & Ridgway, 1993; Monk, 2000). Kekurangan catatan akuntansi akan menimbulkan masalah perpajakan atau institusi pemerintah lainnya, dan juga menyulitkan manajer perusahaan untuk mengukur prestasi perusahaan. Wichman (1983) menjelaskan bahwa kapabilitas akuntansi Beberapa penelitian lain mengungkapkan bahwa kelemahan keuangan dan faktor-faktor yang mempengaruhi merupakan salah satu alasan utama kegagalan perusahaan kecil dan menengah (Peterson, Kometsky & Ridgway, 1993; Monk, 2000). Kekurangan catatan akuntansi akan menimbulkan masalah perpajakan atau institusi pemerintah lainnya, dan juga menyulitkan manajer perusahaan untuk mengukur prestasi perusahaan. Wichman (1983) menjelaskan bahwa kapabilitas akuntansi

Faktor-faktor yang mempengaruhi penggunaan informasi akuntansi pada usaha kecil dan menengah menurut Holmes dan Nicholls (1988) antara lain pengetahuan akuntansi, skala usaha, jenis usaha dan pengalaman usaha.

Holmes dan Nicholls (1988) mengklasifikasikan informasi akuntansi dalam tiga jenis yang berbeda menurut manfaatnya bagi para pemakai, yaitu:

a. statutory accounting information, merupakan informasi yang harus disiapkan sesuai dengan peraturan yang ada.

b. budgetary information, yaitu informasi akuntansi yang disajikan dalam bentuk anggaran yang berguna bagi pihak internal dalam perencanaan, penilaian dan pengambilan keputusan.

c. additional accounting information, yaitu informasi akuntansi lain yang disiapkan perusahaan guna meningkatkan efektifitas pengambilan keputusan manajer.

Konsep informasi akuntansi Holmes dan Nicholls ini mencakup seluruh informasi akuntansi yang dibutuhkan oleh perusahaan. Menurut Cushing dan Romney (1994: 2) informasi agar dapat bermanfaat harus memenuhi beberapa kriteria. Informasi harus dapat diandalkan (reliable), relevan, tepat waktu, lengkap, dapat dimengerti dan dapat diuji. Dapat diandalkan berarti bebas dari kesalahan atau bias, harus pula menunjukkan kejadian atau aktivitas perusahaan secara tepat. Relevan berarti informasi tersebut mempunyai manfaat bagi pemakainya. Relevansi informasi untuk tiap-tiap orang berbeda satu sama lainnya. Tepat waktu berarti informasi tersebut harus datang tepat waktu, karena informasi yang usang tidak berguna bagi pengambilan keputusan. Lengkap berarti informasi tersebut memuat seluruh data yang relevan. Informasi tersebut dapat dimengerti jika disajikan dalam bentuk yang bermanfaat dan dapat dicerna oleh pemakai. Informasi tersebut dapat diuji berarti dua orang yang independen dapat memproduksi informasi yang sama.

Informasi akuntansi yang dihasilkan oleh pihak manajemen perusahaan mempunyai beberapa karakteristik kualitatif yang harus dimiliki. Karakteristikkarakteristik kualitatif tersebut akan membedakan informasi yang bermanfaat dengan informasi yang kurang bermanfaat bagi penggunanya. Dalam pemilihan metode akuntansi yang akan digunakan perusahaan, karakteristik-karakteristik tersebut haruslah menjadi salah satu dasar pertimbangan pemilihan metode akuntansi yang akan digunakan. Menurut Statement of Financial Accounting (SFAC) No. 2 karakteristik kualitatif dari informasi akuntansi adalah sebagai berikut:

1. Relevan maksudnya adalah kapasitas informasi yang dapat mendorong suatu keputusan apabila dimanfaatkan oleh pemakai untuk kepentingan memprediksi hasil di masa depan yang berdasarkan kejadian waktu lalu dan sekarang. Ada tiga karakteristik utama yaitu:

a. Ketepatan waktu (timeliness), yaitu informasi yang siap digunakan para pemakai sebelum kehilangan makna dan kapasitas dalam pengambilan keputusan; a. Ketepatan waktu (timeliness), yaitu informasi yang siap digunakan para pemakai sebelum kehilangan makna dan kapasitas dalam pengambilan keputusan;

c. Umpan balik (feedback value), yaitu kualitas informasi yang memungkinkan pemakai dapat mengkonfirmasikan ekspektasinya yang telah terjadi di masa lalu.

2. Reliable, maksudnya adalah kualitas informasi yang dijamin bebas dari kesalahan dan penyimpangan atau bias serta telah dinilai dan disajikan secara layak sesuai dengan tujuannya. Reliable mempunyai tiga karakteristik utama yaitu:

a. Dapat diperiksa (veriviability), yaitu konsensus dalam pilihan pengukuran akuntansi yang dapat dinilai melalui kemampuannya untuk meyakinkan bahwa apakah informasi yang disajikan berdasarkan metode tertentu memberikan hasil yang sama apabila diverivikasi dengan metode yang sama oleh pihak independen;

b. Kejujuran penyajian (representation faithfulness), yaitu adanya kecocokan antara angka dan diskripsi akunatnsi serta sumber- sumbernya;

c. Netralitas (neutrality), informasi akuntansi yang netral diperuntukkan bagi kebutuhan umum para pemakai dan terlepas dari anggapan mengenai kebutuhan tertentu dan keinginan tertrentu para pemakai khusus informasi.

3. Daya Banding (comparability), informasi akuntansi yang dapat dibandingkan menyajikan kesamaan dan perbedaan yang timbul dari kesamaan dasar dan perbedaan dasar dalam perusahaan dan transaksinya dan tidak semata-mata dari perbedaan perlakuan akuntansinya.

4. Konsistensi (consistency), yaitu keseragaman dalam penetapan kebijaksanaan dan prosedur akuntansi yang tidak berubah dari periode ke periode.

Pada audit tradisional, bukti yang dikumpulkan adalah bukti historis, sedangkan dalam continuous audit rentang waktu yang diperlukan antara terjadinya transaksi, proses pemerolehan bukti audit sampai terbitnya laporan audit sangatlah singkat. Dengan demikian dalam continuous audit, waktu untuk menjalankan penugasan sangat terbatas, sehingga jika akuntan publik tidak dapat memanfaatkan waktu yang singkat tersebut, maka laporan audit akan kehilangan relevansinya. Untuk itu, akuntan publik harus memastikan terlebih dahulu bahwa sistem informasi akuntansi perusahaan adalah sistem yang andal sehingga laporan atau output yang dihasilkan andal dan tidak mengandung salah saji secara material (Pinnarwan 2001) Akuntan publik harus dapat memahami pengendalian internal dalam lingkungan e-commerce baik yang bersifat preventif maupun detektif. Dalam proses continuous audit akuntan publik harus dapat menggunakan software audit yang akan lebih bermanfaat apabila dapat terintegrasi dengan sistem informasi perusahaan klien sehingga memungkinkan audit dilakukan bersamaan waktunya dengan perusahaan klien yang sedang melakukan pemrosesan transaksi (embedded audit module). Oleh karena itu, continuous audit mensyaratkan agar akuntan memiliki kompetensi dalam aspek Pada audit tradisional, bukti yang dikumpulkan adalah bukti historis, sedangkan dalam continuous audit rentang waktu yang diperlukan antara terjadinya transaksi, proses pemerolehan bukti audit sampai terbitnya laporan audit sangatlah singkat. Dengan demikian dalam continuous audit, waktu untuk menjalankan penugasan sangat terbatas, sehingga jika akuntan publik tidak dapat memanfaatkan waktu yang singkat tersebut, maka laporan audit akan kehilangan relevansinya. Untuk itu, akuntan publik harus memastikan terlebih dahulu bahwa sistem informasi akuntansi perusahaan adalah sistem yang andal sehingga laporan atau output yang dihasilkan andal dan tidak mengandung salah saji secara material (Pinnarwan 2001) Akuntan publik harus dapat memahami pengendalian internal dalam lingkungan e-commerce baik yang bersifat preventif maupun detektif. Dalam proses continuous audit akuntan publik harus dapat menggunakan software audit yang akan lebih bermanfaat apabila dapat terintegrasi dengan sistem informasi perusahaan klien sehingga memungkinkan audit dilakukan bersamaan waktunya dengan perusahaan klien yang sedang melakukan pemrosesan transaksi (embedded audit module). Oleh karena itu, continuous audit mensyaratkan agar akuntan memiliki kompetensi dalam aspek