Faktor Pendorong Migrasi
4.2 Faktor Pendorong Migrasi
Faktor Pendorong terjadinya migrasi merupakan faktor-faktor yang berasal dari dalam negeri, dalam hal ini Ghana, yang menyebabkan para imigran “terdorong” untuk melakukan migrasi. Terdapat 6 Faktor Pendorong yang berasal dari Ghana, yaitu Low Remuneration; Poor Working Condition (Kondisi kerja yang kurang baik); Low Job Satisfication (Kepuasan kerja rendah); Political and Ethnic Problems / Civil Strife (Permasalahan politik dan etnis, termasuk juga perang saudara); Poor Security (Keamanan yang buruk) ;Poor Governance (Pemerintahan yang buruk). Pada sub bab ini akan dijelaskan mengenai faktor-faktor tersebut beserta data dan ulasannya.
4.2.1 Low Remuneration (pendapatan rendah)
Faktor pendapatan yang rendah adalah faktor mendasar yang membuat tenaga ahli medis ini bermigrasi. Berdasarkan data dari PBB, antara tahun 2000 hingga 2007 penduduk Ghana mendapatkan pendapatan rata-rata kurang
dari $1 setiap harinya. 41 Pada tahun 2003, untuk dokter umum di Ghana memiliki gaji standart sekitar GH¢ 2.000.000 per bulan (Ghana Cedi, mata
uang Ghana), atau setara dengan US $ 230 pada saat itu. Sedangkan suster mendapatkan gaji GH¢800.000 per bulan atau US $ 92. 42 Namun penuturan
para dokter, gaji mereka masih dibawah yang seharusnya mereka dapatkan. Dicontohkan pada tahun 2006, 43 bekerja di sebuah distrik (setara dengan
kabupaten) selama lebih dari 500 jam, namun pemerintah hanya membayar mereka sebanyak 344 jam, dan untuk dokter yang bekerja di rumah sakit selama 400 jam, dibayar 350 jam. Bagi para dokter yang baru saja direkrut, gaji yang dibayarkan adalah untuk satu bulan kerja, meskipun mereka telah bekerja selama tujuh bulan.
41 International Organization for Migration Journal (2011) National Profile Of Migration Of Health
Professionals – Ghana. Hal.1
42 IRIN News - Humanitarian news and analysis : a service of the UN Office for the Coordination of Humanitarian Affairs (2003), GHANA: Special report on struggle to stop exodus of doctors and
nurses, Dapat diakses dengan situs http://www.irinnews.org/report/46501/ghana-special-report-on-
struggle-to-stop-exodus-of-doctors-and-nurses. Diakses pada Mei 2014
43 Pengakuan dari Dr. Dodi (Presiden dari Ghana Medical Association, yang juga dikenal sebagai pemimpin aksi mogok kerja para dokter pada tahun 2006). Dapat diakses secara online di situs Bisnis
Guide, dengan alamat http://www.businessguideghana.com/?p=4756. Diakses pada Mei 2014
Terjadi ketidakseimbangan antara pengeluaran selama mereka menuntut ilmu dan setelah terjun langsung di dunia kerja. Hal ini dikarenakan pengeluaran yang dibutuhkan untuk menjadi seorang dokter atau ahli medis lainnya, biaya yang dibutuhkan tidak murah dan memakan waktu yang cukup lama. Sekolah kedokteran di Ghana, memerlukan waktu paling tidak 5
tahun. 44 Setalah menempuh kuliah para medis tersebut kemudian melanjutkan masa magang yang berlangsung selama satu tahun hingga dua tahun.
Pemerintah Ghana mengharapkan dengan adanya masa magang yang harus para dokter yang baru saja lulus akan memilih untuk bekerja di institusi tempat mereka menjalankan magang karena telah mempunyai pengalaman bekerja disana. Untuk apoteker, lama masa pendidikan yang harus ditempuh adalah 4 tahun. Sedangkan untuk bidang lainnya seperti bidan perawat dan suster membutuhkan waktu 3 tahun. Dari tenggang waktu pendidikan tersebut, Pemerintah mengeluarkan dana sekitar $40.705 untuk melatih dokter, $18.748
untuk melatih apoteker dan $ 8.472 untuk melatih perawat atau bidan. 45
Kebijakan yang telah dilakukan pemerintah Ghana dalam mengatasi permasalahan ini adalah dengan mengeluarkan Additional Duty Hour Allowence (ADHA) pada tahun 1999. Kebijakan ini dimaksudkan untuk
44 International Organization for Migration Journal (2011) National Profile Of Migration Of Health
Professionals – Ghana.Hal.4 45 Ibid.
memberikan gaji pada jam ekstra atau lembur bagi para tenaga medis. 46 Kebijakan ini dinilai baik dan berjalan lancar pada awalnya. Serta ADHA juga
dinilai berhasil dalam menekan Brain Drain bagi para Dokter. Namun sebaliknya, ADHA dinilai gagal untuk mempertahankan perawat dan suster. Ini dapat disebabkan karena adanya perbedaan gaji yang terlalu mencolok diantaranya.
Pada tahun 2006 pemerintah Ghana mengganti kebijakan ADHA menjadi Health Sector Salary Scheme (HSSS) atau skema gaji sektor kesehatan. Kebijakan ini berisi tentang pembenahan sistem gaji yang sebelumnya berlaku di Ghana, dengan membedakan skema gaji sektor
kesehatan dengan skema gaji dari sektor lainnya. 47 Meskipun diperkenalkan pada tahun 2006, kebijakan ini baru diimplementasikan di tahap pertama pada
tahun 2010. Menurut Jurnal karya Antwi dan Phillips pada tahun 2011, menunjukkan bahwa ada kenaikan gaji yang diterima oleh para dokter dan
suster ayng ada di Ghana sebesar 10%. 48 Dampak ini terutama berpengaruh terhadap kelompok kerja dengan usia 20-35 tahun yang sangat berpotensi
untuk bermigrasi. Sehingga studi dari Antwi dan Phillips ini menyimpulkan bahwa peningkatan gaji dapat menjadi faktor utama dalam mengurangi
46 Ratha, Dilip; Mohapatra, Sanket; Özden, Caglar; Plaza, Sonia; Shaw, William; Shimeles, Abebe (World Bank, 2011) . Leveraging Migration for Africa:Remittances, Skills, and Investments.Hal.138-
47 International Organization for Migration Journal (2011) National Profile Of Migration Of Health
Professionals – Ghana
48 Antwi, James and Phillips, David (2011) Wages And Health Worker Retention In Ghana : Evidence from Public Sector Wage Reforms, The International Bank for Reconstruction and Development 48 Antwi, James and Phillips, David (2011) Wages And Health Worker Retention In Ghana : Evidence from Public Sector Wage Reforms, The International Bank for Reconstruction and Development
Seperti yang ditulis pada awal paragraf bahwa memang standar gaji merupakan alasan para medis ini untuk meninggalkan Ghana. Padahal Ghana tidak dapat terus menerus membiarkan para medis ini pergi karena dapat berakibat langsung dengan jaminan kesehatan masyarakatnya. Untuk itu memang sangat perlu diadakannya perubahan yang signifikan terhadap skema gaji yang sudah ada. Gagal dengan program ADHA, penulis menilai pemerintah Ghana cukup gigih dengan mengganti kebijakan menjadi HSSS.
Hanya waktu yang diambil untuk merubah terbilang cukup lama. Kebijakan ADHA dikeluarkan pada tahun 1999 namun baru disadari ketidakefektifannya pada tahun 2002. Selepas dari tahun 2002, ADHA digantikan oleh kebijakan HSSS yang dikeluarkan pada tahun 2006. Namun baru pada tahun 2010 kebijakan ini diimplementasikan pada tahap pertama. Sehingga perlu waktu masing-masing 4 tahun untuk penggantian ADHA menjadi HSSS, dan 4 tahun pula dalam implementasi awal dari kebijakan HSSS.
4.2.2 Poor Working Condition (Kondisi kerja yang kurang baik)
Kondisi lingkungan kerja yang kurang baik menjadi faktor berikutnya dalam hal mendorong para tenaga kerja medis untuk bermigrasi. Kondisi kerja baik yang dimaksud disini adalah adanya kesempatan kerja yang luas diiringi dengan kerja sama yang baik antara pemerintah dan sektor swasta. Jika kondisi ini dibangun dengan baik, maka efek jangka panjangnya adalah berkurangnya efek perpindahan penduduk di Ghana.
Perpindahan penduduk sebenarnya telah dimulai dari dalam negeri, seperti perpindahan penduduk dari desa ke kota menjadi hal dominan yang terjadi di Ghana. Beberapa penduduk di Ghana banyak yang berpindah dari desa ke kota demi kondisi kerja yang lebih baik. Hal ini dikarenakan kemiskinan dan kurangnya kesempatan kerja menjadi permasalahan di
Ghana 49 Dua faktor ini saling berkaitan satu sama lain, tentunya jika kesempatan kerja yang ditawarkan sangat sedikit, maka kemiskinan akan
semakin meningkat. Umumnya para wanita pindah dari Northern ke Accra dengan sebagian besar dari mereka bekerja sebagai “kayayei” atau buruh angkut di pasar tradisional karena pekerjaan inilah yang paling banyak dibutuhkan.
49 Awumbila, Mariama; Manuh, Takyiwaa; Quartey, Peter; Tagoe, Cynthia Addoquaye; Bosiakoh, Thomas Antwi (2008) Migration Country Paper (Ghana). Hal. 18-19
Namun seiring dengan berjalannya waktu budaya ini berubah dimana masyarakat mulai memilih untuk berwirausaha daripada hanya menjadi
pekerja kasar. 50 Dalam bidang kesehatan, dokter dan tenaga kerja medis lainnya pun
mengalami hal yang serupa. Kondisi kerja yang kurang baik ini didasari dari kurangnya peran pemerintah dalam menciptakan susana kerja. Misalnya jumlah rumah sakit baik dari sektor pemerintah maupun sektor swasta masih kurang memberikan kontribusi. Pada tahun 2012 Ghana memiliki 3.337 rumah sakit. Dengan rincian 1.819 rumah sakit milik pemerintah, 1.313 rumah sakit milik swasta, dan 205 rumah sakit milik Christian Health Association of
Ghana (CHAG). 51 Ghana bagian selatan contohnya, lebih menarik minat para tenaga
kerja medis karena adanya rumah sakit milik pemerintah yakni Korle Bu yang berada di Accra dan Komfo Anokye yang berada di Ashanti. Rumah sakit ini mempekerjakan 45% dokter di Ghana dan kurang dari 15% nya bekerja di
distrik/kabupaten dan sisanya bekerja di sektor swasta. 52 Ini membuktikan bahwa kurang adanya kerjasama yang baik diantara pemerintah dan swasta,
yang dapat mengakibatkan kesempatan kerja di Ghana kurang merata.
50 Ibid 51 List of Hospitals. Dapat diakses secara online di situs resmi Ghana Hospitals, dengan alamat
http://ghanahospitals.org/categories/opt.php?page=ownership (diakses pada Juni 2014)
52 International Organization for Migration Journal (2011) National Profile Of Migration Of Health
Professionals – Ghana. Hal.3
Kondisi kerja yang kurang baik juga dirasakan para tenaga kerja medis di Ghana dengan tanggungjawab melayani jumlah pasien yang kurang ideal, bahkan dapat dikatakan terlalu banyak. Hal ini dikarenakan migrasi yang dilakukan oleh tenaga kerja medis. Efek yang ditimbulkan cukup besar, seperti sangat kurangnya ahli medis di dalam negeri.
Menurut data dari International Organization for Migration (IOM), 53 pada tahun 2006, hanya sekitar 21% dari ibu hamil di Ghana yang memiliki
akses ke dokter, dan 71% untuk akses ke bidan atau perawat. Gambar.1 menjelaskan perbandingan 1 dokter dengan jumlah populasi di Ghana, yang dibagi dalam setiap negara bagian di Ghana pada tahun 2006.
Berdasarkan data yang berasal dari Ghana Health Service pada tahun 2010, dapat dikatakan akses masyarakat untuk mendapatkan tenaga medis sangat kurang di tahun 2006. Negara bagian yang paling parah terkena efek dari Brain Drain ini adalah Northern, dimana negara bagian tersebut memiliki perbandingan 1 : 45.568. Dengan kata lain 1 tenaga medis di Northern pada tahun 2006 memiliki tanggung jawab untuk melayani 45.568 pasien. Keadaan yang berbeda terjadi di Ibukota Ghana, yakni Greater Accra. Perbandingan yang dimiliki adalah 1 : 5.624. Jumlah Tenaga Medis di Greater Accra dapat dikatakan 8 kali lebih banyak daripada di Northern. Namun begitu, tidak serta merta 1 tenaga medis untuk 5.624 pasien dianggap telah mencukupi. (lihat gambar.1)
53 Ibid Hal.2
Gambar.1 Populasi Masyarakat Ghana per 1 Tenaga Medis, tahun 2006
Sumber : Ghana Health Sevice, 2010
Pengeluaran yang dikeluarkan Pemerintah setiap tahunnya untuk membiayai pendidikan yang ditempuh oleh “calon tenaga kerja medis” Ghana menjadi tidak efektif ketika para tenaga kerja medis ini berubah status menjadi “calon imigran”.
Pemerintah Ghana telah mencoba mengatasi fenomena Brain Drain yang terjadi di kalangan tenaga kerja medis ini. Salah satunya dengan mengeluarkan kebijakan untuk melakukan Pengabdian Masyarakat bagi dokter yang baru lulus.
Jika mereka gagal untuk melakukan pelayanan terhadap masyarakat, sanksi yang harus mereka lakukan adalah membayar denda sejumlah biaya
pendidikan mereka selama kuliah kepada Pemerintah. 54 Namun kebijakan ini pada kenyataannya kurang berhasil karena para medis tetap memilih untuk
bermigrasi dan mencari pekerjaan diluar negeri agar dapat dengan mudah membayar denda yang disanksikan padanya tersebut. Kondisi ini dibuktikan dengan masih banyaknya tingkat migrasi yang terjadi sampai tahun 2002 hingga 2005. Data dari Ghana Nurse and Midwives Council bahwa presentase migrasi dari tahun 2002 hingga 2005 adalah angka yang masih cukup yang
tinggi, dan Amerika Serikat menjadi tujuan sebanyak 22% oleh para migran. 55 Destinasi lainnya yang dipilih adalah Inggris, Australia, Jerman, Irlandia,
Italia, Meksiko dan Selandia Baru. Sedangkan untuk destinasi dari negara Afrika diantaranya Afrika Selatan, Gambia, Nigeria, Namibia, dan Zimbabwe 56
54 Ratha, Dilip; Mohapatra, Sanket; Özden, Caglar; Plaza, Sonia; Shaw, William; Shimeles, Abebe (World Bank, 2011) . Leveraging Migration for Africa:Remittances, Skills, and Investments.Hal.138
55 Pillinger, Dr Jane (2011) Quality health care and workers on the move -Ghana National Report , International Migration and Women Health and Social Care Workers Programme, Public Services
International. Hal.11
56 Ibid. Hal 12
4.2.3 Low Job Satisfication (Kepuasan kerja rendah) Menurut Delanyo Dovlo, kepuasan kerja yang rendah ini diukur dari
sarana dan prasarana seperti peralatan untuk kesehatan yang kurang memadai, serta kecanggihan teknologi yang belum mendukung. 57 Faktor ini juga
memiliki hubungan dengan faktor sebelumnya, yakni faktor kondisi kerja yang kurang baik. Kepuasan kerja yang rendah di negara asal memotivasi para tenaga kerja untuk bermigrasi. Menurut jurnal dari Human Resources for Health yang berjudul Developing a Tool to Measure Satisfaction Among
Health Professionals In Sub Saharan Africa 58 , kualitas kesehatan yang masih buruk juga mengurangi tingkat kepuasan para pekerja, yang dapat memotivasi
mereka untuk bermigrasi. Pada pertengahan tahun 1990an di Ghana pernah terjadi perdebatan mengenai pengajaran tentang penyakit dan kondisi-kondisi kesehatan yang sebagian besar ditemukan di negara-negara maju apakah perlu diberikan di Ghana. Menurut Dovlo, hal ini membuktikan bahwa pelatihan serta pengajaran mengenai kondisi serta teknologi tidak dipersiapkan dengan baik
57 Dovlo, Delanyo (2003) The Brain Drain and Retention of Health Professionals in Africa. Hal.4 58 Faye, Adama; Fournier, Pierre; Diop, Idrissa; Philibert, Aline; Morestin, Florence; Dumont,
Alexandre (2013), Developing a Tool to Measure Satisfaction Among Health Professionals In Sub Saharan Africa. Hal.1 Alexandre (2013), Developing a Tool to Measure Satisfaction Among Health Professionals In Sub Saharan Africa. Hal.1
Dengan kurangnya sarana serta peralatan medis yang kurang canggih dan memadai, dapat menurunkan tingkat kepercayaan masyarakat untuk bertandang ke tenaga ahli medis dalam menangani masalah kesehatannya. Sebagai contohnya untuk para Ibu di kota besar, seperti di Ibu Kota Accra, 80% mereka lebih mempercayakan diri untuk pergi ke dokter. Sedangkan di kota-kota kecil kepercayan oleh ibu hamil dan ibu yang akan melahirkan untuk pergi ke dokter masih sangat rendah. Para Ibu tersebut, banyak memilih
untuk pergi ke bidan ataupun dukun beranak. 60 Kurangnya kepercayaan masyarakat untuk pergi ke rumah sakit dapat disebabkan oleh kurangnya
sarana serta prasarana yang kurang memadai. Ada atau tidaknya suatu alat penunjang di rumah sakit, juga kecanggihan teknologi menjadi salah satu faktor penyebab masyarakat lebih memilih untuk pergi ke bidan. Lebih lanjut, kepuasan kerja bagi seorang dokter akan terus berkurang seiring dengan tidak didapatnya kepercayaan masyarakat tersebut.
Namun Pemerintah Ghana berusaha untuk memperbaiki fasilitas kesehatan bagi masyarakatnya secara perlahan. Hal ini dibuktikan dengan kepemilikan Ghana atas Medical Laboratorium (MedLab) yang merupakan laboratorium pertama di Afrika Barat yang berstandar akreditasi ISO
59 Opcit. Hal.8 60 Ghana Statistical Service (GSS), Noguchi Memorial Institute for Medical Research (NMIMR), and
ORC Macro.(2004) Ghana Demographic and Health Survey 2003. Hal. 144
15189:2007. 61 MedLab ini juga bekerja sama dengan Medical Imaging Ghana Limited (MIG). MIG yang didirikan pada tahun 2001 memiliki fasilitas antara
lain CT scan, pemindaian X-ray, mamografi dan USG screening. MIG juga didukung oleh ahli konsultan radiologi, ahli jantung yang melakukan
Echocardiograms, sonogram, dan mempekerjakan radiografer. 62 Dari tahun ke tahun Ghana membenahi fasilitas kesehatannya. Hingga
tahun 2014 Ghana telah memiliki banyak Laboratorium Kesehatan, selain MedLab, terdapat pula Biocrown Medical Diagnostic Laboratories Ltd., DNA Center Ghana, Parasitic Disease Research Laboratory, dll. Klinik kesehatan
dan Kecantikan, serta beberapa pusat rehabilitasi. 63 Sehingga kesempatan para medis di Ghana dapat menyalurkan tenaganya untuk bekerja di dalam negeri
lebih luas.
61 MedLab Ghana Ltd. Dapat diakses melalui situs resmi MedLab dengan alamat http://medlab.com.gh/about-us (diakses pada Juni 2014) ISO 15189:2007, merupakan standar ISO
untuk Laboratorium Kesehatan. 62 MedLab Ghana Ltd. Dapat diakses melalui situs resmi MedLab dengan alamat
http://medlab.com.gh/our-partners (diakses pada Juni 2014) 63 Daftar fasilitas kesehatan di Ghana dapat diakses di situs Ghana Web. Dengan alamat
http://www.ghanaweb.com/GhanaHomePage/telephone_directory/category.php?ID=10 (diakses pada Juni 2014)
4.2.4 Political and Ethnic Problems / Civil Strife (Permasalahan politik dan etnis), Poor Security (Keamanan yang buruk), Poor Governance (Pemerintahan yang buruk)
Pemerintahan yang buruk dalam suatu negara sudah tentu dapat membuat suatu negara susah untuk diatur, selain dapat pula mengancam keamanan negara, kondisi ini juga merupakan salah satu faktor yang menyebabkan para ahli medis untuk bermigrasi. Pemerintahan yang buruk menurut penulis mencerminkan sistem pengaturan yang kurang baik pula. Keadaan ini lambat laun akan menyebabkan kondisi suatu negara menjadi lebih buruk dan kurang aman dari yang sebelumnya. Dengan dasar itulah penulis menjelaskan ketiga faktor pendorong terjadinya migrasi di Ghana ini menjadi satu. Ghana adalah salah satu negara yang menerapkan sistem pemerintahan presidensial, dimana negara ini dipimpin oleh seorang Presiden. Dikarenakan penulis mengambil kurun waktu penelitian pada tahun 2000- 2006, maka pada saat itu Ghana sedang dipimpin oleh seorang Presiden bernama John Kofi Agyekum Kufuor .
Menurut jurnal karya Mariama Awumbila et.al yang berjudul Country Paper : Ghana 64 pada tahun 2003, ada beberapa kegagalan Pemerintah yang
menyebabkan banyak masyarakat yang bermigrasi. Kegagalan tersebut antara lain adalah pemberian gaji yang kurang memadai di sektor publik, kegagalan
64 Awumbila, Mariama; Manuh, Takyiwaa; Quartey, Peter; Tagoe, Cynthia Addoquaye; Bosiakoh, Thomas Antwi (2008) Migration Country Paper (Ghana). Hal.5 64 Awumbila, Mariama; Manuh, Takyiwaa; Quartey, Peter; Tagoe, Cynthia Addoquaye; Bosiakoh, Thomas Antwi (2008) Migration Country Paper (Ghana). Hal.5
Konflik etnis juga sempat mewarnai perpolitikan Ghana pada tahun 1994-1995 yang menyebabkan kurang leb ih 100.000 jiwa “terpakasa” bermigrasi dari Ghana bagian utara. 65 Konflik etnis ini terjadi pada tanggal 3
Februari 1994, yang dipicu oleh etnis Konkomba dan Nunumba. Konflik ini diakibatkan oleh harga pasaran unggas di Pasar Napili 66 . Kedua kelompok
etnis yang bersengketa ini menyebabkan keadaan yang tidak kondusif di Ghana pada saat itu. Dilaporkan telah menewaskan kurang lebih 1000 jiwa yang meliputi suku-suku di Ghana Utara. Banyak desa yang benar-benar terbakar habis, dan mayat yang bergelimpangan di pinggir jalan antara
Bakpaba dan Adibo. 67 Akibatnya banyak warga yang mau tidak mau harus mengungsi dari
Ghana Utara ke daerah Selatan. Konflik etnis ini menjadi salah satu penyebab yang membuat banyaknya masyarakat Ghana bagian selatan menjadi lebih
65 Ibid. Hal.8 . 66 Canada: Immigration and Refugee Board of Canada (1994). Ghana: Information on violence
between members of the Konkomba and Nunumba ethnic groups in February 1994, particularly in Adibo village, and the government attitude to this violence , dapat dilihat dengan alamat: http://www.refworld.org/docid/3ae6ac854.html [diakses pada 19 Juni 2014]
67 Ibid 67 Ibid
besaran pada tahun 1980, 68 konflik etnis yang terjadi pada tahun 1994 ini tidak sampai menyebabkan banyaknya masyarakat Ghana yang memutuskan
untuk bermigrasi secara internasional. Namun cukup untuk membuat Pemerintah harus segera mngeluarkan kebijakan terkait dengan permasalahan yang ditimbulkan. Permasalahan tersebut diantaranya adalah meningkatnya tingkat kemiskinan, kurangnya pendidikan, serta kesempatan kerja yang lebih banyak tersedia di Ghana bagian selatan daripada di Ghana bagian utara.
Para ahli medis di Ghana cukup dipusingkan oleh kurangnya lapangan pekerjaan yang tersedia, sistem gaji yang belum baik, serta kurangnya peralatan yang memadai untuk kebutuhan praktik serta kerja mereka, untuk itu Pemerintah Ghana pun mencoba untuk mengeluarkan kebijakan terkait dengan permasalahan tersebut. Salah satunya dengan mendirikan Ghana College of Physicians and Surgeons, yakni sekolah khusus bagi para dokter dan ahli bedah yang didirikan pada tahun 2004. Adanya sekolah ini dimaksudkan untuk mengurangi jumlah pelatihan-pelatihan medis di luar
negeri. 69 Tujuan lainnya adalah untuk turut mempromosikan pengembangan dan pengkoordinasan profesional berkelanjutan dalam kedokteran, bedah, dan
68 Lihat sub bab 4.1.1 Sejarah Periodikal, untuk penjelasan lebih lengkap mengenai tahapan migrasi yang terjadi di Ghana
69 Ratha, Dilip; Mohapatra, Sanket; Özden, Caglar; Plaza, Sonia; Shaw, William; Shimeles, Abebe (World Bank, 2011) . Leveraging Migration for Africa:Remittances, Skills, and Investment. Hal 139 69 Ratha, Dilip; Mohapatra, Sanket; Özden, Caglar; Plaza, Sonia; Shaw, William; Shimeles, Abebe (World Bank, 2011) . Leveraging Migration for Africa:Remittances, Skills, and Investment. Hal 139
pada umumnya 70 Dalam rangka untuk memenuhi tujuan tersebut, Universitas ini
melakukannya dengan 71 :
1. Mengatur dan mengawasi pelatihan yang khusus, mempromosikan tenaga ahli profesional dan mendukung penelitian pascasarjana di bidang kedokteran, bedah dan ilmu terkait;
2. Melakukan pemeriksaan spesialis penyakit dalam, bedah dan disiplin terkait dengan menerbitkan jurnal dan pamflet;
3. Memberikan penghargaan diploma dan sertifikat pada tahap penyelesaian
pelatihan
spesialis
dan memberikan
perbedaan/keunggulan profesional;
4. Membangun kerjasama dengan institusi lain dengan tujuan yang sama;
5. Memulai dan berpartisipasi dalam tindakan serta diskusi yang bertujuan untuk kesehatan dan perumusan kebijakan pemerintah di bidang kesehatan;
70 ProVita Scientia – Knowledge to Save Live, dapat dilihat secara online di situs resmi Ghana College of Physicians and Surgeons, dengan alamat http://ghcps.org/ (diakses pada Juni 2014)
71 Ibid
6. Melakukan fuungsi lain yang bersifat tambahan dan berguna bagi Universitas.
Dengan tujuan-tujuan tersebut diatas, diharapkan Universitas negeri milik Ghana ini dapat mencetak dokter-dokter yang unggul dan dapat menahannya dengan melakukan pengabdian di dalam negeri. Fungsi lainnya adalah untuk mengurangi adanya pelatihan-pelatihan yang bersifat kedokteran yang harus dilakukan di luar negeri. Sampai pada tahun 2013 Universitas ini dinilai berhasil dalam pengembangannya dengan memiliki GPSF atau Ghana Physicians and Surgeons Foundation. Pada tahun 2013, GPSF mengeluarkan program yang dinamakan UpToDate bagi Ghana College of Physicians and
Surgeons. 72 Program ini merupakan program online yang menyediakan layanan kesehatan untuk membantu pengambilan keputusan mengenai jenis
perawatan apa yang diperuntukkan bagi pasien. Program ini juga dinilai telah memberikan perubahan bagi dokter dalam hal penyampaian saran kesehatan untuk pasiennya.
Kebijakan lainnya yang pernah dikeluarkan oleh pemerintah Ghana adalah Deprived Area Incentive. Inti dari kebijakan ini adalah mengurangi jumlah dokter yang ada di kota untuk dipindahkan ke tempat-tempat terpencil
72 Government of Ghana Official Portal (2013) Ghana College Of Physicians And Surgeons Now Hooked To 'Uptodate' . Dapat diakses secara online dengan alamat
http://www.ghana.gov.gh/index.php/2012-02-08-08-32-47/general-news/1735-ghana-college-of- physicians-and-surgeons-now-hooked-to-uptodate (Diakses pada Juni 2014) http://www.ghana.gov.gh/index.php/2012-02-08-08-32-47/general-news/1735-ghana-college-of- physicians-and-surgeons-now-hooked-to-uptodate (Diakses pada Juni 2014)
Namun ternyata dokter-dokter yang ada di kota ini selain bekerja di rumah sakit pemerintah, mereka juga melakukan pekerjaan sampingan menjadi dokter di rumah sakit swasta, yang jika di total gaji mereka pada akhirnya lebih besar daripada gaji mereka setelah mendapatkan tunjangan dari Pemerintah. Sehingga pada akhirnya kebijakan ini dinilai gagal untuk dilaksanakan secara maksimal.