Transmisi Televisi.

3.2. Transmisi Televisi.

sinyal gambar amplitudonya termodulasi mirip dengan sistem penyiaran radio yang telah dikenal. Dalam kedua kasus, amplitudo sebuah gelombang pembawa frekuensi radio (RF) dibuat bervariasi terhadap tegangan pemodulasi. Modulasinya adalah sinyal bidang frekuensi­dasar (baseband). Pada televisi, sinyal baseband ini merupakan sinyal video komposit. Penyiaran televisi benar­benar seperti suatu sistem radio, tetapi mencakup gambar dan suara. Sinyal suara yang tergabung di dalamnya dipancarkan oleh modulasi frekuensi (FM) pada suatu gelombang pembawa terpisah dalam saluran pemancaran yang sama seperti sinyal gambar.

Cara memancarkan

(mentransmisikan)

3.2.1. Transmisi Bidang Sisi Sisa (Vestigal).

Sinyal gambar modulasi amplitudo (AM) tidak dipancarkan sebagai suatu sinyal bidang frekuensi sisi ganda yang biasa. Melainkan, sebagai dari bidang frekuensi sisi yang lebih rendah ditapis keluar sebelum transmisi, dan suatu sisa bidang frekuensi sis tetap tertinggal. Tujuannya adalah menurunkan bidang frekuensi yang diperlukan untuk modulasi video dalam sinyal gambar. Khususnya, digunakan sebuah saluran penyiaran televisi 6 MHz ketimbang 8 MHz, atau lebih, yang akan diperlukan untuk bidang sisi (sidebands) ganda dengan 4 MHz.

3.2.2. Modulasi Amplitudo (Amplitudo Modulation).

Contoh pada Gambar 3.6 melukiskan bagaimana suatu sinyal AM dihasilkan, guna menganalisis bidang sisi (sidebands). Metode ini merupakan modulasi level tinggi dalam rangkaian keluaran penguat akhir RF (frekuensi radio). Hasil modulasi dalam hal ini adalah bahwa dihasilkan suatu sinyal AM yang menggunakan suatu pembawa RF pada 100 KHz. Amplitudonya berubah­ubah pada laju audio sebesar 5000 Hz atau 5 KHz.

Masing­masing puncak atau dasar pembungkus bersesuaian dengan sinyal pemodulasi audio.

Gambar 3.6 Sinyal AM Dihasilkan.

3.2.3. Frekuensi­frekuensi pembawa sisi (Side Carrier Frequencies).

Perhatikan Gambar 3.7, Gelombang AM adalah sama dengan jumlah dari pembawa RF yang tidak dimodulasi dan dua frekuensi sisi RF. Perhatikan bahwa sinyal pembawa dan frekuensi­frekuensi sisinya semuanya mempunyai level yang konstan. Juga amplitudo pembawa sisi adalah setengah dari level pembawa yang tidak dimodulasi, untuk modulasi 100 persen.

Gambar 3.7 Gelombang AM Dengan Pembawa RF.

Masing­masing frekuensi sisi berbeda dari pembawa sebesar frekuensi pemodulasi audio. Dalam contoh ini frekuensi sisi atas adalah:

100 KHz + 5 KHz = 105 KHz. Frekuensi sisi bagian bawah adalah: 100 KHz ­ 5 KHz = 95 KHz Proses modulasi amplitudo secara otomatis menghasilkan

frekuensi­frekuensi atas dan bawah. Suatu sinyal AM dapat dipandang dari segiperubahan amplitudo atau frekuensi­frekuensi sisinya. Kedua konsep tersebut adalah ekivalen. Sebenarnya, ketiga bentuk gelombang disebelah kiri pada Gambar 3.7 bila dijumlahkan secara grafis sama dengan bentuk gelombang disebelah kanan. Semua frekuensi sisi atas dipandang sebagai bidang frekuensi sisi­atas (upper side band) dan semua frekuensi­ frekuensi sisi yang rendah adalah bidang frekuensi sisi bawah (lower side band). Bidang­bidang frekuensi sisi ganda dilukiskan pada Gambar 3.8, untuk modulasi dengan suatu rentang kontinu dari frekuensi audio dari 0 sampai 5.000 Hz.

Gambar 3.8 Bidang­Bidang Frekuensi Sisi Ganda.

3.2.4. Sinyal Suara Modulasi Frekuensi (Frequency Modulation).

Modulasi frekuensi (FM) digunakan untuk sinyal suara yang berhubungan guna meningkatkan keuntungan dari derau dan interferensi yang lebih sedikit. Sinyal suara FM dalam televise pada dasarnya sama seperti dalam penyiaran radio FM kecuali bahwa ayunan frekuensi maksimum adalah ± 25 KHz, dan bukan ±

75 KHz. Suatu pembawa terpisah, yakni 4,5 MHz diatas pembawa gambar, digunakan untuk sinyal suara yang berhubungan, keduanya dalam saluran televise 6 MHz standar. Rangkuman frekuensi permodulasi audio adalah 50 sampai 15.000 Hz seperti dalam radio FM, guna memungkinkan menghasilkan kembali suara yang berfidelitas tinggi (high­fidelity).

Gambar 3.9 Cara Menghasilkan Modulasi Frekuensi.

Gambar 3.10 Keluaran FM Dari Osilator.

Gambar 3.10 melukiskan keluaran FM dari osilator pada Gambar 3.9. Amplitudo tetap sama pada semua waktu, tetapi frekuensi berubah secara kontinu. Perubahan frekuensi maksimum dari pembawa 100 KHz dalam contoh ini adalah ± 10 KHz, yang bersesuaian dengan tegangan puncak dari sinyal pemodulasi 60 Hz. Nilai­nilai diantara nol dan tegangan puncak memiliki perubahan­ perubahan frekuensi yang lebih kecil daripada ± 10 KHz. Laju pengubahan adalah 60 Hz. Dengan cara ini, informasi sinyal pemodulasi berada dalam perubahan frekuensi dari pembawa RF. Karakteristik­karakteristik dari suatu sinyal FM, dibandingkan dengan suatu sinyal AM, diikhtisarkan pada Tabel 3.2.

Tabel 3.2 Perbandingan Sinyal FM dan AM. FM

AM Amplitudo pembawa adalah Amplitudo pembawa konstan.

berubah terhadap modulasi. Frekuensi pembawa berubah Frekuensi pembawa adalah terhadap modulasi.

konstan.

Amplitudo tegangan Amplitudo tegangan pemodulasi menentukan

pemodulasi menentukan frekuensi pembawa RF.

amplitudo pembawa RF.

Frekuensi pemodulasi adalah Frekuensi pemodulasi adalah laju perubahan frekuensi

laju perubahan amplitudo dalam gelombang pembawa

dalam gelombang pembawa RF.

RF.

3.2.5. Indeks Modulasi.

Nilai ini dihitung sebagai penyimpangan frekuensi dari pembawa RF dibagi dengan frekuensi pemodulasi audio.

f a Indeks modulasi menunjukkan berapa banyak pasangan

bidang sisi berada dalam sinyal FM. Tidak seperti AM, modulasi frekuensi dapat menghasilkan pasangan ganda dari frekuensi bidang sisi untuk nilai M yang lebih besar daripada 1. Akan tetapi bidang sisi berada dalam sinyal FM. Tidak seperti AM, modulasi frekuensi dapat menghasilkan pasangan ganda dari frekuensi bidang sisi untuk nilai M yang lebih besar daripada 1. Akan tetapi

3.2.6. Modulasi Fasa.

Dengan metode ini, sudut fasa dari pembawa RF digeser secara sebanding dengan amplitudo tegangan pemodulasi audio. Fase yang berubah­ubah ini bersesuaian dengan perubahan dalam frekuensi sinyal pembawa. Dengan demikian, modulasi fasa (PM­ Phase Modulation) menghasilkan suatu sinyal FM ekivalen, atau FM yang tak langsung (indirect FM). Dalam banyak hal, pemancar FM secara aktual menggunakan modulasi fasa dalam sebuah osilator yang dikontrol oleh kristal, untuk mendapatkan stabilitas frekuensi­tengah yang sangat baik.

Suatu karakteristik penting modulasi fasa (PM) adalah kenyataan bahwa jumlah FM ekivalen, atau FM tak langsung, meningkat dengan makin tingginya frekuensi. Sebabnya adalah perubahan yang lebih cepat dalam sudut fasa. Akan tetapi, penapis pengoreksi audio digunakan dalam modulasi, guna memberikan ayunan frekuensi yang sama seperti dalam FM langsung.

3.2.7. Preemphasis dan Deemphasis.

Preemphasis mengacu pada penaikan (bosting) frekuensi audio tinggi di dalam modulasi pada pemancar. Tujuannya adalah untuk memperbesar pembanding sinyal terhadap derau (S/N – Signal to Noise Ratio) untuk frekuensi audio tinggi, dari sekitar 2.400 sampai 15.000 Hz. Umumnya nilai­nilai ini adalah harmonik dari frekuensi­frekuensi dasar yang lebih kuat. Deemphasis berarti pelemahan frekuensi­frekuensi ini dengan jumlah yang sama pada waktu naik (diboost). Rangkaian deemphasis berada pada keluaran detector FM dalam penerima. Untuk pelemahan (deemphasis) ini Preemphasis mengacu pada penaikan (bosting) frekuensi audio tinggi di dalam modulasi pada pemancar. Tujuannya adalah untuk memperbesar pembanding sinyal terhadap derau (S/N – Signal to Noise Ratio) untuk frekuensi audio tinggi, dari sekitar 2.400 sampai 15.000 Hz. Umumnya nilai­nilai ini adalah harmonik dari frekuensi­frekuensi dasar yang lebih kuat. Deemphasis berarti pelemahan frekuensi­frekuensi ini dengan jumlah yang sama pada waktu naik (diboost). Rangkaian deemphasis berada pada keluaran detector FM dalam penerima. Untuk pelemahan (deemphasis) ini

3.2.8. Transmisi Garis pandangan (Line Of Sight).

Dalam bidang­bidang frekuensi VHF dan UHF, radio dirambatkan terutama oleh gelombang­gelombang yang dekat ke permukaan bumi, sebagai pengganti gelombang­gelombang langait dari atmosfer yang terionisasi. Dengan demikian jarak transmisi adalah terbatas pada lintasan garis lurus ke horison. Karakteristik ini disebut transmisi garis pandangan (Line Of Sight Transmission). Akan tetapi, jarak horison untuk gelombang­gelombang radio adalah sekitar 15 persen lebih jauh karena efek­efek pembiasan.

3.2.9. Sistem Komunikasi Satelit.

Sistem komunikasi satelit kebanyakan satelit kebanyakan menggunakan satelit Geostasioner, dimana satelit mengorbit diatas khatulistiwa dengan kecepatan orbit sinkron dengan kecepatan rotasi bumi. Ketinggian orbit pada keadaan ini adalah 36.000 km (tepatnya 35.786 km), yang merupakan jarak vertikal satelit berfungsi sebagai repeater (RF heterodyne) yang dipergunakan bersama oleh semua stasiun bumi dalam wilayah cakupannya. Dengan jarak yang sangat jauh (dibandingkan dengan jarak link terestrial 60 km) dan penggunaan bersama oleh sejumlah stasiun bumi, menjadikan hal­hal yang spesifik berikut:

1. Dengan jarak >> demikian ini, menyebabkan redaman propagasi besar sekali, yang menjadikan konsekuensi menyangkut:

a. Daya pancar dibuat besar: untuk stasiun bumi bukan merupakan masalah, sebaliknya untuk satelit sangat ditentukan kapasitas baterai solarnya maupun usia pakai (life time)nya.

b. Gain antena diperbesar sehingga ukuran antena menjadi besar: untuk satelit bumi tidak masalah, lain halna pada satelit sangat ditentukan terbatasnya ruang yang tersedia.

c. Karena daya pancar dan gain antena yang terbatas, maka penerima di bumi diusahakan dengan kandungan derau yang sangat rendah (dinamakan superquite receiver).

d. Daya pancar bagi setiap stasiun bumipun tidak dapat semaunya diperbesar, harus dikoordinasikan bersama stasiun lainnya agar tidak menyebabkan saturasi penerima di satelit.

e. Juga gain antena stasiun bumi dibatasi oleh kemampuan ”tracking” (menjejak) kearah satelit. Gain makin besar, beam makin tajam/sempit bila terjadi ketidakstabilan arah antena atau posisi satelit, arah LOS mudah meleset.

f. Karena arah lintasan umumnya keatas (elevasi >5 0 ), maka jarakmelintasi bagian atmosfer yang tidak stabil pendek

sekali dibandingkan dengan jarak stasiun bumi­satelit. Dengan demikian:

Redaman ruangan a o dapat dihitung lebih teliti. Redaman karena penyerapan atmosfer, hujan dan lainnya kecil sekali, tidak berarti bila dibandingkan dengan a o , jika digunakan frekuensi di bawah 10 GHz. Fading random dapat diabaikan.

2. Untuk penggunaan bersama oleh semua stasiun bumi, diatur cara­cara penggunaan/akses bersama (multiple access):

a. Frequency Division Multiple Access (FDMA).

b. Time Division Multiple Access (TDMA).

c. Code Division Multiple Access (CDMA).

3.2.9.1. Orbit Geostasioner.

Ketinggian satelit sebesar 22.300 mil (35.887 km) digunakan seba jari­jari ini memberikan suatu orbit Geostasioner atau sinkron. Waktu untuk satu orbit menyesuaikan ke 24 jam dari satu putaran bumi terhadap sumbunya. Sebagai akibatnya, satelit nampak menjadi diam terhadap bumi. Jadi adalah mungkin bagi pemancar uplink untuk mengarahkan sinyal antenanya ke satelit. Juga stasiun penerima bumi dapat mengambil sinyal downlink dengan mengarahkan piringan antena (antenna dish). Satelit­satelit yang berbeda mempunyai bagian­ bagian yang kaku yang berbeda sebesar 3 sampai 5 derajat.

3.2.9.2. Frekuensi Uplink dan Downlink.

Gelombang­gelombang mikro (microwave) digunakan untuk memungkinkan sorotan yang tepat dari sinyal­sinyal radio ke sebuah satelit sejauh 22.300 mil (35.887 km). Frekuensi­frekuensinya adalah rangkuman Gigahertz (GHz). Uplink = 5,9 sampai 6,4 GHz. Frekuensi­frekuensi ini digunakan untuk pemancar bumi ke satelit. Downlink = 3,7 sampai 4,2 GHz. Frekuensi­frekuensi ini digunakan untuk pemancar satelit ke penerima stasiun bumi.

Satelit mempunyai 12 sampai 24 transponder untuk saluran­saluran terpisah. Masing­masing transponder mengubah sinyal uplink ke sinyal downlink untuk stasiun bumi televisi yang hanya menerima (TVRO­TV Receiver Only). Seperti stasiun relay, satelit mengambil sinyal dari sebuah stasiun bumi pada satu lokasi dan Satelit mempunyai 12 sampai 24 transponder untuk saluran­saluran terpisah. Masing­masing transponder mengubah sinyal uplink ke sinyal downlink untuk stasiun bumi televisi yang hanya menerima (TVRO­TV Receiver Only). Seperti stasiun relay, satelit mengambil sinyal dari sebuah stasiun bumi pada satu lokasi dan

3.2.9.3. Saluran Transponder.

Satelit televisi mempunyai 12 transponder untuk sinyal­sinyal yang berbeda dalam saluran­saluran yang terpisah. Transponder adalah gabungan penerima dan pemancar. Sinyal uplink diterima, untuk dikonversi ke frekuensi downlink dan kemudian dipancarkan ke penerima stasiun bumi. Sebenarnya tersedia 24 saluran dengan 12 transponder. Sinyal untuk 12 saluran menggunakan polarisasi horisontal, dan polarisasi vertikal digunakan untuk ke 12 saluran lainnya.

3.2.9.4. Satelit Komunikasi.

Walaupun televisi sangat populer, ia hanyalah merupakan salah satu penerangan dari komunikasi satelit. Penggunaanya mencakup telepon, televisi dan transmisi data. Peraturan di seluruh dunia ditetapkan oleh konsorsium

(International Telecommunication Satellite) di Amerika Serikat, satelit­ satelit dioperasikan oleh perusahaan COMSAT (Communication

INTELSAT

Perusahaan­perusahaan swasta seperti RCA dan Wester Union juga memilki satelit domestik. Di Indonesia, satelit Palapa digunakan untuk TVRI. Untuk komunikasi ke seluruh dunia, terdapat satelit­satelit di atas lautan, Atlantik, Pasifik dan

Satellite).

Hindia. Beberapa satelit­satelit komunikasi yang populer diperlihatkan pada Tabel 3.3.

Tabel 3.3 Satelit­Satelit Terkenal. Nama

Satcom IV 0 RCA 132 Digunakan oleh perusahaan­ perusahaan televisi kabel Comstar 3 0 Comsat 95 Komunikasi

telepon Wester 3 0 Western Union 86 Digunakan

oleh stasiun TV masyarakat

Anik B 0 Kanada 109 Televisi Kanada

3.2.9.5. Stasiun Bumi Penerima.

Masalah pokok dengan stasiun bumi pnerima adalah sinyal yang sangat lemah dari satelit sejauh 22.300 mil (35.887 km). Keluaran daya satelit umumnya adalah 5 W. Akan tetapi, penguatan antenanya (antenna gain) khasnya adalah 1.000 untuk ERP (Effective Ratioted Power) sebesar 5.000 W. Dengan asumsi suatu rugi sebesar ­196 dB dalam transmisi, sinyal pada penerima hanyalah 1,2 x

10 ­16 W. Namun dengan menggunakan sebuah piringan antena (antenna dish) besar untuk penguatan sebesar

10.000 dan sebuah penguat­derau­rendah yang khusus (LNA­Low Noise Amplifier) untuk sinyal gelombang mikro, stasiun TVRO dapat menerima sinyal­sinyal satelit.

3.2.9.6. Jaringan S.K.S.D.

S.K.S.D. (Sistem Komunikasi Satelit Domestik) untuk Indonesia pada tahap pertama direncanakan mempunyai 50 stasiun bumi. Dari antara itu 40 tempat telah ditentukan seperti dalam Gambar 3.11.

Gambar 3.11 Stasiun­Stasiun Bumi S.K.S.D.

1. Ruas Bumi.

Jenis stasiun bumi ada tiga macam, yaitu:

a. Stasiun Lintas Utama dan Pengendali di Jakarta. Stasiun bumi ini selain menampung lalu lintas utama juga bertugas mengendalikan Satelit Komunikasi, seperti telemetri, penjejakan (tracking) dan mengontrol kedudukan satelit agar tetap dan antena satelit tetap arahnya. Diameter antena parabol stasiun ini adalah 10 meter, stasiun bumi ini memiliki 2 antena parabol, yang satu untuk lalu lintas utama dan pengendalian satelit yang beroperasi dan satunya lagi untuk diarahkan ke satelit kedua.

b. Stasiun Lintas Utama. Stasiun bumi ini terletak di 18 tempat yang besar lalu lintasnya. Diameter antena parabol ini adalah

10 meter. Selain menyalurkan telepon, telex, data dan telepon juga dapat digunakan untuk memancarkan dan menerima TV.

c. Stasiun Lintas Tipis. Stasiun bumi ini berada ditempat­tempat yang lain. Beberapa tempat menggunakan antena 8 meter dan tempat­tempat industri dilepas pantai dan pedalaman cukup menggunakan antena 3­4 meter. Stasiun bumi ini dapat diangkut/bergerak dimasukkan dalam penggolongan ini mengingat diameter sekitar 3 meter.

2. Ruas Angkasa.

Jenis satelit komunikasi adalah HS­333 buatan Hughes Aircraft Company dengan 12 transponder. Masing­masing transponder mampu menyalurkan 400 sirkit telepon dua arah atau satu saluran TV berwarna. Daya keluar pengeras daya T.W.T. adalah 5 W untuk setiap transponder. Pengarahan antena sekitar 28 dB. Gambar 3.12 memperlihatkan pola radiasi dengan kurva daya pancar efektif dari satelit transponder.

Gambar 3.12 Pola Radiasi S.K.S.D.

3. Macam­Macam Satelit.

Pembagian macam satelit yang pertama adalah satelit pasif dan satelit aktif. Satelit pasif alamiah yang terkenal adalah bulan kita. Satelit pasif buatan yang pernah dicoba adalah konstruksi benda­benda besar berkulit

tipis yang memantul gelombang elektromagnetik (proyek ECHO), atau dipol­dipol terbuat dari logam yang diserakkan diruang angkasa luar (dipoles belt). Karena pada satelit pasif perlu daya­daya pemancar stasiun bumi yang sangat besar, dan lebar yang dapat digunakan relatif sangat sempit, seluruh perhatian dunia sekarang ini diarahkan kepada satelit aktif. Satelit aktif dapat juga dibagi­dibagi dalam 3 macam satelit aktif, misalnya:

Satelit aktif untuk rele. Satelit aktif untuk distribusi. Satelit aktif untuk broadcasting.

4. Keuntungannya:

Panjang lintasan hampir tidak tak terpengaruh oleh letak atau jarak setasiun –setasiun bumi yang berada dalam daerah lingkup nasional. Degradasi mutu sinyal lintasan satelit oleh modulasi silang, distorsi amplitudo dan fasa, derau thermis (Thermal Noise), dan beberapa faktor lain lebih sedikit daripada gelombang mikro darat, ini disebabkan karena gelombang mikro terdiri dari puluhan atau ratusan stasiun pengulang, sedangkan pada sistem komunikasi satelit terjadi didalam satelitnya sendiri. Pembangunan stasiun­stasiun bumi dapat dilakukan dalam waktu yang relatif singkat dibandingkan dengan gelombang mikro yang merupakan pembangunan berantai. Fleksibilitas dalam perubahan dan penambahan juga menonjol karena hanya menyangkut penempatan stasiun bumi yang diinginkan. Bagi suatu jaringan komunikasi yang luas seperti Indonesia SKSD secara ekonomis lebih menguntungkan, jhususnya karena jarak­jaraknya jauh.

5. Kerugiannya:

Waktu perambatan yang besar pada sistem satelit geostasioner antara 2 stasiun bumi menimbulkan persoalan dalam penyambungan interlokal dan telefoni 2 arah yang harus diperhatikan dalam perencanaan jaringan telepon umum.

Proses peluncuran hingga tercapai orbit terakhir yang geostasioner kadang­kadang mengalami kegagalan, walaupun jumlah sukses pengorbitan 75­90 % pada tahun­tahun terakhir. Sirkit­sirkit dapat terputus beberapa saat pada saat antena, satelit dan matahari berada pada satu garis lurus stasiun berada didalam bayang­bayng kerucut. Karena matahari meruapakan suatu sumber pengganggu yang kuat dalam bentuk derau panas dalam ban frekuensi penerima.

BAB IV SISTEM JARINGAN TRANSMISI TELEVISI

4.1. Jaringan Transmisi Televisi.

4.1.1. Jaringan Transmisi Televisi Jawa Barat.

Dalam rangka untuk meningkatkan penyebaran informasi­ informasi dan mutu siaran televisi Indonesia, maka pemerintah membuat jaringan transmisi di daerah­daerah.

Jaringan transmisi di Jawa Barat berfungsi untuk menyampaikan siaran televisi yang dipancarkan TVRI Pusat Jakarta (Nasional) maupun dari TVRI Jabar dan Banten (Regional) siaran televisi tersebut ditransmisikan lewat tiga jaringan utama yang saling berkaitan, yaitu:

a. Jaringan Microwave.

b. Jaringan VHF dan UHF.

c. Jaringan Satelit. Macam­macam siaran yang dapat ditransmisikan di Jawa

Barat, yaitu:

1. Siaran Nasional. Siaran ini dipancarkan dari TVRI Stasiun Pusat Jakarta di relay oleh semua stasiun pemancar cabang.

2. Siaran Regional Daerah Jawa Barat. Siaran ini dipancarkan dari TVRI Jabar dan Banten dan dapat diterima didaerah Jawa Barat dan sekitarnya.

Informasi gambar dan suara yang diproduksi TVRI Jabar dan Banten dipancarkan menggunakan transmitter microwave ke Gunung Nagrak Tangkuban Perahu dan Panyandakan Cimahi secara terestrial microwave.

Kedua stasiun tersebut merupakan stasiun induk untuk jaringan transmisi Jawa Barat. Pemancar induk di gunung Nagrak memancarkan ke arah Timur yang diterima oleh stasiun pemancar ulang di Gunung Cikuray, Bukit Nyampai, Gunung Malang, Cirebon, Kuningan, Ciamis dan Pasirkoja. Sedangkan Stasiun Induk Panyandakan memancarkan ke arah Barat dan ditransmisi ulang oleh stasiun transmisi ulang di Pasir Pogor, Gunung Walad, Puncak Surangga, Bayah, Pandeglang, Gunung Tela, Cilegon dan Pasir Sumbul Puncak.

A. Jaringan Mikro.

Jaringan mikro didefinisikan sebagai jaringan yang mempunyai karakteristik sebagai berikut:

a. Mempunyai modulasi FM (Frequency Modulation) dan PM (Phase Modulation).

b. Propagasi sinyal yang dipengaruhi oleh redaman suara bebas dari cuaca.

c. Lintasan sinyal bebas pandang (Line Of Sight) dalam arti tidak dihambat oleh bangunan yang tinggi atau dengan pegunungan­pegunungan dan lainnya. Hambatan tersebut akan mengganggu siaran televisi.

d. Besar frekuensi harus lebih dari 1 GHz, agar informasi yang dikirim lebih banyak karena mempunyai RF dengan baseband yang lebih besar.

Berdasarkan hal­hal tersebut diatas, maka untuk Gelombang Mikro lokasi dan tempat sangat penting untuk memancarkan sinya agar dapat diterima dengan baik di pesawat penerima televisi. Sedangkan untuk daerah­daerah yang kurang baik penerimaannya diperlukan stasiun pengulang.

B. Jaringan VHF dan jaringan UHF.

Jaringan­jaringan yang menggunakan gelombang VHF dan UHF mempunyai frekuensi yang berkisar antara 300 MHz sampai 3 GHz. Slain gelombang VHF dan UHF gelombang­ gelombang radio yang melalui atmosfer sanat banya ragamnya tergantung dari frekuensinya. Gelombang­gelombang radio ini dibagi dalam beberapa daerah band frekuensi yang berbeda. Perbedaan band frekuensi ini dapat kita lihat dalam Tabel 4.1 dibawah ini.

Tabel 4.1 Gelombang Radio dan Band Frekuensinya. Band Frekuensi

Panjang Gelombang Frekuensi sangat rendah

< 30 KHz diatas 10.000 m (ULF)

Frekuensi rendah (LF)

30 KHz­300 KHz 10.000­ 1.000 m

Frekuensi menengah (MF) 300 KHz­3 MHz 1.000­100 m Frekuensi tinggi (HF)

3 MHz­30 MHz 100­10 m Frekuensi amat tinggi (VHF) 30 MHz­300 MHz 10­1 m Frekuensi ultra tinggi (UHF) 300 MHz­3 GHz 1 m­10 cm Frekuensi super tinggi (SHF) 3 GHz­30 GHz 10 cm­1 cm Frekuensi ekstrim tinggi

> 0 GHz dibawah 1 cm (FHF)

Peralatan jaringan VHF dan UHF pada dasarnya sama dengan jaringan mikro baik itu pada bagian pengirim, penerima, ataupun pengulang. Tetapi pada jaringan VHF dan UHF frekuensi yang digunakan jauh lebih rendah pada jaringan mikro yang menggunakan frekuensi yang lebi tinggi.

Jaringan mikro merupakan media yang lebih baik daripada jaringan VHF dan UHF dalam penyaluran sinyal, tetapi dari segi penerimaan jaringan VHF dan UHF jauh lebih memadai.

C. Jaringan Komunikasi Satelit.

Pada prinsipnya jaringan komunikasi satelit sama dengan mikro, dimana dalam sistem komunikasi satelit ini stasiun bumi berfungsi sebagai pengirim sinyal dan juga penerima sinyal yang dipancarkan tersebut. Sinyal yang dipancarkan akan diterima oleh satelit yang dipancarkan kembali setelah sinyal tersebut diperkuat dan digeser frekuensi, kemudian dipancarkan kembali ke stasiun bumi.

Menurut pengorbitannya satelit dapat diklasifikasikan sebagai berikut:

a. Sistem satelit tidak teratur (Random). Sejumlah satelit diluncurkan pada orbit dengan jarak antara 100 sampai dengan 10.000 km. Pada saat itulah gerakannya diikuti oleh dua buah stasiun bumi dengan cara saling menukar atau pindah dimana dapat dikurangi waktu terputusnya hubungan, walaupun trackingnya sulit tetapi peluncurannya mudah.

b. Sistem satelit bertahap (Phased Satellite System). Sistem satelit ini terdiri dari berbagai orbit seperti orbit khatulistiwa, orbit inklinasi 30 derajat, orbit kutub serta orbit campuran. Dimana setiap stasiun bumi pada setiap orbit dapat saling berhubungan dengan meluncurkan satelit dengan interval bersamaan.

c. Sistem satelit Stasioner. Berada pada ketinggian 35.860 km diatas khatulistiwa dengan mempunyai kedudukan statis terhadap bumi, sehingga menggunakan satu set antena. Band frekuensi yang digunakan oleh satelit antara lain digambarkan pada Tabel 4.2:

Tabel 4.2 Band Frekuensi Satelit.

Frekuensi (GHz)

Arah

ke atas

ke bawah

ke bawah

ke bawah

ke bawah

ke dua arah

ke atas

ke bawah

ke atas

ke atas

ke bawah

4.1.2. Proses Jaringan Transmisi Jabar dan Banten.

TVRI Jabar dan Banten merupakan penyiaran untuk wilayah Jawa Barat dan sekitarnya. Disamping menyiarkan hasil produksinya sendiri TVRI Jabar dan Banten juga merelay program dari TVRI Pusat Jakarta untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Gambar 4.1 dibawah ini.

Gambar 4.1 Blok Diagram Transmisi TVRI Jabar dan Banten.

Keterangan gambar:

TVRO

= Televisi Receive Only.

CONTINENTAL

= Microwave STL.

VDA = Video Distribution Amplifier. ADA

= Audio Distribution Amplifier. MC

= Master Control.

V = Video.

A = Audio.

Pada gambar diatas terlihat dengan jelas jaringan transmisi yang digunakan oleh TVRI Jabar dan Banten adapun pentransmisian tersebut dapat dilakukan dengan 3 cara, yaitu:

a. Master­Transmitter Continental. Bila menggunakan metode ini informasi dari Master Control yang berupa program TVRI dikirimkan kepada transmitter continental. Setelah Master Control mengolah informasi, kemudian informasi tersebut dikirim ke ruang transmisi (pemancar) untuk dipancarkan melalui transmitter continental menuju dua stasiun induk, yaitu stasiun induk Gunung Nagrak dan stasiun induk Panyandakan.

b. TVRO­Master­Transmitter Continental. Pentransmisian cara ini dipergunakan untuk merelay atau untuk mengikuti program siaran dari Stasiun Pusat Jakarta. Informasi dari TVRO diteruskan ke bagian Master Control yang selanjutnya diberikan ke transmitter continental untuk dipancarkan seperti halnya diatas.

c. TVRO­Transmitter Continental. Apabila pada Master Control terdapat kerusakan atau kelainan atau juga atas perintah dari Master Control, maka output dari TVRO di by pass ke input transformer continental.

4.1.3. Jaringan TVRI Dalam dan Luar Negeri.

TVRI Jakarta menjadi pusat penyiaran bagi stasiun­stasiun TVRI lainnya. TVRI Pusat Jakarta memancarkan siaran program uplink langsung ke Satelit Palapa. Satelit Palapa kemudian memancarkannya ke seluruh wilayah Indonesia dan diterima oleh stasiun­stasiun TVRI daerah. Dalam TVRI Jabar dan Banten sinyal informasi tersebut diubah menjadi Gelombang Mikro dan dipancarkan secara terestrial microwave dan setelah diproses oleh stasiun penyiaran, dipancarkan kembali dengan cara yang sama. Kemudian informasi diterima dan diperkuat oleh stasiun pengulang yang menghubungkan stasiun penyiaran dan stasiun bumi (ground station), sehingga pengulangan tersebut disebut microwave link.

Informasi TV bersamaan dengan informasi lainnya oleh stasiun bumi dipancarkan ke satelit Intelsat dan oleh stasiun bumi Indosat yang berkedudukan di Jatiluhur. Kemudian dipancarkan lagi sehingga diterima oleh stasiun penyiaran TVRI. Sehingga informasi ditumpangkan dalam saluran gelombang mikro dan agar informasi tersebut dapat diterima oleh semua masyarakat diseluruh pelosok tanah air, maka informasi itu dipancarkan melalui Satelit Palapa C2.

TVRI Pusat Jakarta yang menerima siaran langsung dari luar negeri, dan dipancarkan oleh pemancar gelombang mikro secara terestrial microwave ke microwave link yang dikelola oleh Telkom yang berkedudukan di Cibinong.

Kemudian informasi gambar dan suara diproses oleh Stasiun Bumi Cibinong yang kemudian dipancarkan ke satelit Palapa agar dapat diterima di stasiun­stasiun pemancar daerah yang selanjutnya dipancarkan dalam frekuensi kanal VHF dan UHF agar dapat ditonton oleh konsumen yang berada diberbagai pelosok tanah air.

4.2. Satelit TV Receiver.

4.2.1. Gambaran Umum.

Penerimaan televisi satelit model TVRO­004 adalah suatu peralatan elektronik yang digunakan untuk menerima sinyal­sinyal televisi lewat Satelit Palapa. Sistem yang dipergunakan dalam penerimaan ini adalah Double Conversion. Perangkat lain sebagai penunjang penerima televisi satelit ii adalah sebuah antena parabola yang mempunyai penguatan cukup besar serta sebuah penguat derau kecil (Low Noise Amplifier Block­LNB) dan Mixer. Melalui LNB frekuensi yang diterima melalui satelit 3700­4200 MHz diturunkan menjadi 950­1450 MHz melalui Mixer pada LNB, kemudian melalui penerima frekuensi diubah menjadi Baseband. Penerima televisi ini dibuat dengan mempergunakan rangkain­ rangkain Solid State (Integrated Circuit dan Transistor), sistem yang dipergunakan adalah sistem modul dimana hubungan antara modul dilakukan dari sebelah belakang dan terletak didalam drawer serta dilengkapi dengan loud speaker untuk monitoring suara. Drawer ini dimasukkan dalam suatu standard rack yang dilengkapi dengan sebuah televisi berwarna untuk monitoring gambar. Sumber tenaga diperoleh dari jala­jala dengan tegangan masuk 220 V atau DC ± 12 V dan hanya memerlukan konsumsi listrik kurang dari 20 Watt.

4.2.2. Modul­Modul.

a. Down Converter. Sinyal output 900­1450 MHz dari LNB diturunkan oleh Down Converter menjadi baseband dan diteruskan ke Deemphasis dan LPF yang kemudian diperkuat.

b. Video Clamper. Modul ini terdiri dari ”Roofing Filter” yang berfungsi untuk memisahkan sub­carrier, ”Clam” yang berfungsi untuk mereject gelombang disversial sebesar 40 dB. Level output b. Video Clamper. Modul ini terdiri dari ”Roofing Filter” yang berfungsi untuk memisahkan sub­carrier, ”Clam” yang berfungsi untuk mereject gelombang disversial sebesar 40 dB. Level output

c. Audio Sub Carrier Demodulator. Modul ini berfungsi untuk mendeteksi Audio Sub Carrier 6,8 MHz dan dilengkapi dengan 2 buah output Balance 600 ohm pada panel belakang.

d. DC Power Supply. Penerima televisi ini memerlukan tegangan ± 12 V DC. Tegangan ini digunakan untuk mencatu rangkaian penerima tersebut.

Tabel 4.3 Spesifikasi Teknis.

RF Input

1. Maximum ­34 dBm

625 garis Level

1. Deemphasis

2. Frekuensi 950 s/d 1450

4. Return Loss

20 dB

5. Noise Figure Max. 15 dB

7. Kebocoran LO ­70 dBm Video

Audio

1. Level

1 Vp­p ± 3

1. Frekuensi

6,8 MHz

dB Sub Carrier

Adjustable

2. Response Hz­5,5 MHz

10 Hz s/d 10 Frekuensi

3. Standar ± 0,5 dB

4. Level Output ­10 s/d 10 dBm

5. Impedansi

600 ohm Unbalanced

6. Return Loss

7. Polarity Black to

7. Impedansi

8 ohm

8. Clamping 0 40 dB 8. Operating 0 s/d 50

9. Line Time

0,5 watt waveform

± 1 % tilt

9. Level Audio

maximal distortion

Monitor

10. Field tune

± 1 % tilt

waveform distortation

Ukuran Mekanik Tinggi

Kebutuhan Power

20 watt

4.2.3. Instalasi.

a. Hubungan Input/Output.

Hubungan input/output dari penerima ini semuanya terletak pada panel belakang. Fungsi dari input/output konektor dapat dibaca pada keterangan dibawah ini:

Konektor. Power Supply.

Tabel 4.4 Spesifikasi Power Supply.

A1s1 AC Power Toggle switch untuk menyalakan A1p1 AC Input

Kabel tegangan input AC A1F1 Fuse

Sekering 1,5 Ampere Output Video 1 dan output Dua buah konektor output Video Video 2

dengan type BNC. Level nominal

1 Vp­p dapat diatur dari ”Video Level” pada panel dimuka.

Output Composite BB Konektor type BNC level nominal

1 Vp­p.

Input IF Konektor type F. merupakan input IF dari Down Converter, Frekuensi, 950­1450 MHz.

OPT 2 Output Audio Balanced.

b. Cara Menjalankan Satelite Receiver.

1. Switch power dalam keadaan OFF.

2. Switch AFC dalam keadaan OFF.

3. Switch clamper dalam keadaan OFF.

4. Pasang kabel AC Source ketegangan jala­jala 220 V/50 Hz.

5. Pasang IF in dari LNB.

6. Pasang Video out pada waveform monitor atau oscilloscope dengan terminal 75 ohm.

7. Nyalakan power.

8. Atur frekuensi sehingga terlihat gambar pada waveform monitor.

9. Atur level Video sampai 1 Vp­p.

10. Atur Audio sehingga 0 dBm.

11. “ON”kan AFC.

12. “ON”kan clamper.

13. Polarisasi: Atur potensio (dibelakang) sehingga penerimaan C/N pada meter menjadi maximum.

4.2.4. Cara Kerja Penerima Siaran Televisi Satelit.

a. Gambaran Umum.

Pada bab ini akan dibahas mengenai cara kerja penerima Televisi Satelit, hal ini dimasukkan untuk memudahkan perbaikan bilamana ada yang tidak bekerja secara normal. Bilamana akan memperbaiki pesawat ini, maka diharapkan mempelajari dahulu cara kerja dari penerima ini sebelumnya, sehingga tidak mengakibatkan kerusakannya yang Pada bab ini akan dibahas mengenai cara kerja penerima Televisi Satelit, hal ini dimasukkan untuk memudahkan perbaikan bilamana ada yang tidak bekerja secara normal. Bilamana akan memperbaiki pesawat ini, maka diharapkan mempelajari dahulu cara kerja dari penerima ini sebelumnya, sehingga tidak mengakibatkan kerusakannya yang

b. Blok Diagram.

Penerima ini menerima carrier RF yang termodulasi pada frekuensi antara 950­1450 MHz. RF tersebut didemodulasikan untuk mendapatkan informasi Audio dan Video pada Baseband. Output dari modul HB. 900901 kemudian dilewatkan pada modul Video clamper dimana sub carrier dihilangkan oleh Low Pass Filter. Output Video dihubungkan dengan konektor BNC. Pada panel belakang, sinyal sub carrier yang mengandung informasi audio didemodulasi dan dihubungkan ke panel belakang melalui kabel balance 600 Ohm.

Power Supply. Tegangan input yang diberikan adalah ± 12 V DC (Power Supply dari luar). Video Clamp.

Sinyal ini dibuffer oleh emitter follower TR5, kemudian melalui R32 kemudian dilewatkan melalui Low Pass Filter dan Phase Equalized, dimana Phase Equalized terdiri dari induktor L6 + L8 beserta komponen­komponen lainnya. Output dari Video tersebut, sebagian diterminasi oleh tahanan R33 yang levelnya dapat diatur melalui potensio ”VIDEO LEVEL” (pada panel depan) VR3. dari potensio, sinyal video diteruskan ke input inverting dan ke ICB yang merupakan Diffrerential Amplifier dengan sinyal input dihubungkan pada kaki nomor 5 dan sinyal feedback dihubungkan pada kaki nomor 1 kaki nomor 6 dan nomor 8 merupakan output dari Differential Amplifier tersebut yang kemudian diperkuat oleh Amplifier TR 13 dan TR 14.

D14/D17 merupakan dioda kompensai untuk mendrop tegangan dan R47 merupakan kompoensasi ”Closed Loop” untuk Amplifier Video. Transistor TR 13 dan TR 14 berfungsi untuk memperkuat tegangan sinyal dan sinyal outputnya diteruskan ke base dari transistor TR 145 ke TR16. Tahanan R49 dan capasitor C41 merupakan rangkaian feedback. Sinyal input Video dari R46 dan R47 dilewatkan melalui rangkaian ”Simple And Hold” yang terdiri dari transistor TR17, kapasitor C110 dan Non­ Inverting Buffer Amplifier IC9, transistor TR17 di ON kan oleh rangkaian Sync Separator selama terjadi ”Sync tip” sesuai dengan level yang ditentukan. Dari Buffer Amplifier IC9, sinyal sync yang sudah disampel dimasukkan ke Integrator yang terdiri dari IC10A dan Filter Low Pass IC10B. Kedua IC tersebut merupakan ”Servo Confersarion” untuk ”Loop Feed Back” yang digunakan untuk mereject gelombang dispersal. Sinyal output pada pin nomor 1 (IC10B) dimasukkan ke transisitor Buffer TR14 dan melalui R62 diinputkan ke Inverting Video Amplifier ICB. Sinyal yang terdapat pada emiter TR18 tersebut diperlukan untuk menjaga output Amplifier Video selama sync pada level tertentu. Jadi sinyal yang terdapat pada TR18 mempunyai bentuk gelombang triangle yang digunakan untuk menghilangkan gelombang disversal. Rangkaian sync separator yang terlihat pada bagian kiri ke bawah (lihat skema diagram), terdiri transistor berasal TR10­TR112 dan IC11. Input in separator berasal dari emiter transisitor Buffer TR5, TR10 merupakan pemisah antara sinyal video dan sync separator. Transistor TR10 memberikan impedansi beban yang tinggi pada sinyal video (secara kapasitif dicouple melalui kapasitor C104).

Rangkaian Feedback didapat dari collector yang dikembalikan ke Gate TR11 melalui R151, R153, dan D11, dimana bila sync separator tanpa sinyal input dioda yang didrop terhadap ground. Bilamana sinyal video diberikan (positif going). Transistor TR12 berada pada daerah aktif dan tegangan pada collector naik menjadi 0 Volt comparator IC11 akan mendeteksi perubahan tegangan pada collector TR12 tersebut dan mengubahya ke bentuk sinyal switching antara 12 Volt dan 0 Volt. Sinyal switching ini dipergunakan untuk mendrive transistor switch TR17. Audio Demodulator.

Pada bab ini yang kita bahas adalah program Demodulator 6,8 MHz. Input sub carrier, dihubungkan ke Amplifier (Buffer), kemudian ke Bandpass Filter yang terdiri dari L11­L13. Filter ini ditala pada frekuensi sub carrier, kemudian output dari filter dihubungkan ke IC7 yang berisi Amplifier ”Limiter” dan detektor ”Quadrature”. Detektor dapat ditune oleh kedua buah rangkaian tuner yang terdiri L14, L15 dan komponen­komponen yang lain. IC12A dan IC12B dengan komponen yang lain membentuk Low Pass Filter, yang berfungsi untuk menghilangkan Noise Supersonic dari sinyal Audio, output dari Low Pass Filter kemudian dihubungkan potensiometer pengontrol Level pada panel dimuka yang kemudian diteruskan ke rangkaian perubah Unbalanced menjadi Balanced. Audio Monitor.

Audio pengontrol merupakan rangkaian penguat audio dengan: ­ Daya output 0,707 Watt (rumus) pada beban 8 ohm. ­ Sinyal input 40 mV dan impedansi input 600 ohm.

Rangkaian didesain dengan IC­LM 380 yang merupakan gain 34 dB pada tegangan supply + 12 V. Output Audio Monitor tersebut terdapat pada panel depan.

Gambar 4.2 Blok Diagram TV Satelit Receiver.

Gambar 4.3 Blok Diagram Audio Demodulator.

Gambar 4.4 Blok Diagram Video Clamp.

4.3. Waveform Monitor.

Sinyal input sebelum siaran berwarna (sinyal Color Bar) sebagai berikut: Hitam, Biru, Majenta, Hijau, Cyan, Kuning dan Putih. Blok diagram sinyal input dilihat dari oscilloscope pada Gambar 4.5

Gambar 4.5 Blok Diagram Sinyal Input Dilihat Dari Oscilloscope.

Ketentuan yang mesti dicapai kualitas gambar yang lebih baik sesuai standar Broadcast adalah 0,7 Vp­p.

4.4. Prinsip Kerja Televisi Siaran Langsung.

a. Gambaran Umum.

Dimulai dari kamera dipancarkan ke Bus OB­VAN (Studio Mini), kemudian diterima oleh parabola transmit dan langsung dikirim Dimulai dari kamera dipancarkan ke Bus OB­VAN (Studio Mini), kemudian diterima oleh parabola transmit dan langsung dikirim

Gambar 4.6 Blok Diagram Televisi Siaran Langsung.

4.5. Terestrial Microwave.

4.5.1. Terestrial Microwave NEC.

a. TVRI Jabar dan Banten.

Microwave NEC RX, terima dari Working Bearer.

Working Bearer dari Timur dipergunakan TVRI Surabaya untuk siaran rutin wilayah Jawa Timur dan temporary

dipergunakan untuk Teleconference pengiriman berita untuk TVRI Pusat. Working Bearer dari Timur juga dipergunakan TVRI Yogyakarta untuk Teleconference pengiriman berita untuk TVRI Pusat dengan switch di Tawangmangu.

Working Bearer dari Timur juga dipergunakan TVRI Semarang untuk Teleconference pengiriman berita untuk TVRI Pusat dengan switch di Gombel.

Untuk Teleconference pengiriman berita ke TVRI Pusat dari ke­3 Stasiun switchingnya di Bandung dan diteruskan ke Gunung Nagrak menggunakan Microwave Continental, di Gunung Nagrak output IF Continental dipergunakan untuk input TX NEC pada Working Bearer dan output IF NEC Working Bearer Gunung Malang untuk input FPU TX ke Jakarta, sedang untuk siaran rutin TVRI Jabar dan Banten menggunakan Protection Bearer sampai ke Cirebon dan di Cirebon diteruskan ke Timur sebagai Working Bearer.

b. Satuan Transmisi Gunung Nagrak.

Microwave NEC TX RX, pengiriman lewat Working Bearer dipergunakan untuk Teleconference dengan input IF dari RX Microwave

Protection Bearer dipergunakan untuk siaran rutin TVRI Bandung.

Continental,

sedang

c. Satuan Transmisi Gunung Malang.

Microwave NEX TX RX, IF Working Bearer terima Gunung Nagrak diteruskan ke FPU untuk siaran ke Teleconference ke TVRI Pusat, sedang Protection Bearer dipergunakan untuk siaran rutin.

d. Satuan Transmisi Cirebon.

Microwave NEX TX RX, untuk siaran rutin menggunakan jalur Protection Bearer dan meneruskan ke arah Timur.

4.5.2. Microwave Continental dan FPU.

a. TVRI Jabar dan Banten.

Dua buah TX Microwave Continental: Microwave A dipergunakan untuk pengiriman berita Teleconference. Microwave B dipergunakan untuk pengiriman siaran rutin TVRI Jabar dan Banten.

b. Satuan Transmisi Gunung Nagrak.

Dua buah RX Microwave Continental: Microwave A output IF dipergunakan untuk input IF Microwave TX NEX pada Working Bearer. Microwave B output Video/Audio untuk dipergunakan pemancar dan sebagai input modulator NEC pada Protection Bearer.

c. Satuan Transmisi Gunung Malang.

RX Microwave NEX terima dari Gunung Nagrak:

IF output dari Working Bearer dipergunakan untuk input IF TX FPU ke Jakarta. IF output dari Protection Bearer selain diteruskan ke TX arah Timur juga dipakai untuk demodulator yang Video/Audio dipergunakan untuk siaran rutin TVRI Jabar dan Banten.

4.6. Sistem Antena.

Tabel 4.5 Antena Distributor dan Feeder.

1. Type Antena : And 81431 (two dipole panel)

2. Power Dissipasi untuk satu : 250 watt panel

3. Channel Antena : CCIR Band III pada channel 3. Channel Antena : CCIR Band III pada channel

4. Polarisasi Antena

: Horizontal

5. VSWR tiap channel antena Visual Carrier Frequency

: Max. 1.1.

Aural Carrier Frequency

: Max. 1.1.

6. Penguatan antena tiap kanal

: 8,0 dB

7. Connector Input

: “N”female

8. Input Feeder : Coaxial cable RG 213

9. Dimensi perpanel : Panjang = 1,50 m. : Lebar = 1,33 m. : Tinggi = 0,55 m. : Berat = 20 Kg..

10. VSWR Distributor : Max. 1.1 pada frequency 174 s/d 230 MHz, juga untuk 43­64 MHz.

11. Power dissipasi distributor : 250 watt rms.

12. Input connector distributor

: “N”female.

13. Output connector distribution : “n”female.

14. Feeder input distributor

: LDF 4­50.

Gambar 4.7 Antena Dipole Array.

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

Dokumen yang terkait

ANALISIS DANA PIHAK KETIGA PADA PERBANKAN SYARIAH DI INDONESIA PERIODE TRIWULAN I 2002 – TRIWULAN IV 2007

40 502 17

ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL AGRIBISNIS PERBENIHAN KENTANG (Solanum tuberosum, L) Di KABUPATEN LUMAJANG PROVINSI JAWA TIMUR

27 309 21

ANALISIS PENGARUH MANAJEMEN LABA TERHADAP NILAI PERUSAHAAN (Studi Empiris Pada Perusahaan Property dan Real Estate Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia)

47 440 21

EFEKTIVITAS PENDIDIKAN KESEHATAN TENTANG PERTOLONGAN PERTAMA PADA KECELAKAAN (P3K) TERHADAP SIKAP MASYARAKAT DALAM PENANGANAN KORBAN KECELAKAAN LALU LINTAS (Studi Di Wilayah RT 05 RW 04 Kelurahan Sukun Kota Malang)

45 393 31

PENGALAMAN KELUARGA DALAM MERAWAT ANGGOTA KELUARGA DENGAN GANGGUAN JIWA (SKIZOFRENIA) Di Wilayah Puskesmas Kedung Kandang Malang Tahun 2015

28 256 11

STUDI PENGGUNAAN SPIRONOLAKTON PADA PASIEN SIROSIS DENGAN ASITES (Penelitian Di Rumah Sakit Umum Dr. Saiful Anwar Malang)

13 140 24

PENILAIAN MASYARAKAT TENTANG FILM LASKAR PELANGI Studi Pada Penonton Film Laskar Pelangi Di Studio 21 Malang Town Squere

17 165 2

Analisis Penyerapan Tenaga Kerja Pada Industri Kerajinan Tangan Di Desa Tutul Kecamatan Balung Kabupaten Jember.

7 76 65

IMPROVING CLASS VIII C STUDENTS’ LISTENING COMPREHENSION ACHIEVEMENT BY USING STORYTELLING AT SMPN I MLANDINGAN SITUBONDO IN THE 2010/2011 ACADEMIC YEAR

8 135 12

Pengaruh Atribut Produk dan Kepercayaan Konsumen Terhadap Niat Beli Konsumen Asuransi Syariah PT.Asuransi Takaful Umum Di Kota Cilegon

6 98 0