Laporan Kerja Praktek Di I

LAPORAN KERJA PRAKTEK I SISTEM JARINGAN TRANSMISI TELEVISI DI TVRI JABAR DAN BANTEN

Disusun untuk memenuhi persyaratan akademis dalam menempuh Program Strata Satu

Jurusan Teknik Elektro Institut Teknologi Nasional Bandung

Oleh : Mohammad Nurdin KONSENTRASI TEKNIK TELEKOMUNIKASI JURUSAN TEKNIK ELEKTRO FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI INSTITUT TEKNOLOGI NASIONAL BANDUNG 2007

LEMBAR PENGESAHAN I LAPORAN KERJA PRAKTEK I SISTEM JARINGAN TRANSMISI TELEVISI DI TVRI JABAR DAN BANTEN

Oleh : Mohammad Nurdin

Laporan Kerja Praktek I ini telah diterima dan disahkan untuk memenuhi persyaratan akademis dalam menempuh Program Strata

Satu Jurusan Teknik Elektro Institut Teknologi Nasional

Mengetahui, Mengetahui, Ka. Sie Teknik Transmisi

Pembimbing KP

Heri Nazari, S. Sos. Purnomo Sidi

LEMBAR PENGESAHAN II LAPORAN KERJA PRAKTEK I SISTEM JARINGAN TRANSMISI TELEVISI DI TVRI JABAR DAN BANTEN

Oleh : Mohammad Nurdin

Laporan Kerja Praktek I ini telah diterima dan disahkan untuk memenuhi persyaratan akademis dalam menempuh Program Strata

Satu Jurusan Teknik Elektro Institut Teknologi Nasional

Mengetahui, Dosen Pembimbing KP I Jurusan Teknik Elektro Institut Teknologi Nasional

Dwi Aryanta, M.T.

KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr. Wb. Alhamdulillahirobbil’alamin, puji dan syukur kehadirat Allah S.W.T. yang telah memberikan rahmat serta karunia­Nya untuk dapat menyelesaikan Laporan Kerja Praktek I yang berjudul “Sistem Jaringan Transmisi Televisi Di TVRI Jabar dan Banten ”. Dengan kerendahan hati penulis mengucapkan banyak­banyak terima kasih kepada:

1. Bapak Dwi Aryanta, M.T. selaku dosen pembimbing Kerja Praktek I yang telah senantiasa memberikan bimbingan dan dukungan sehingga laporan ini dapat diselesaikan;

2. Heri Nazari, S. Sos. selaku Ka. Sie Teknik Transmisi TVRI Jabar dan Banten yang telah bersedia memberikan izin untuk Kerja Praktek I di TVRI Jabar dan Banten;

3. Bapak Purnomo Sidi selaku pembimbing lapangan di TVRI Jabar dan Banten yang telah bersedia meluangkan waktu ditengah­tengah kesibukan untuk memberikan masukan dan saran;

4. Bapak Suwarta yang telah bersedia membantu dalam menyelesaikan Laporan Kerja Praktek I ini;

5. Seluruh staf dan karyawan TVRI Jabar dan Banten telah bersedia membantu dalam menyelesaikan Laporan Kerja Praktek I ini;

6. Bapak Nasrun, M.T. selaku Ketua Jurusan Teknik Elektro ITENAS Bandung;

7. Bapak Rachadiat, M.T. selaku Sekretaris Jurusan Teknik Elektro ITENAS Bandung;

8. Ibu Pauline Rahmiati, M.T. selaku Dosen Wali penulis di Jurusan Teknik Elektro ITENAS Bandung;

9. Ibu Rini selaku Tata Usaha di Jurusan Teknik Elektro ITENAS Bandung yang senantiasa membantu dalam mengurus administrasi di Jurusan Teknik Elektro dan Ibu Evi yang sudah pindah ke BAA;

10. Dicka Septyan dan Taufik Nugraha selaku partner dalam Kerja Praktek

I di TVRI Jabar dan Banten, terima kasih telah banyak membantu dan memberikan dukungan serta motivasinya;

11. Pengurus HME ITENAS Bandung 2005­2007, terima kasih telah banyak membantu dan memberikan dukungan;

12. Teman­teman seperjuangan di Sub Jurusan Teknik Telelekomunikasi, Dicko, Dimas, Shofa, Sintha, Andri Y., Intan R, Zaqi Y, Kresno Adi P. dan Ranindhita, terima kasih telah banyak membantu dan memberikan dukungan serta motivasinya;

13. Teman­teman di HME ITENAS Bandung Angkatan 2003 (Yayasan MXPRX), 2002 dan 2001 serta Angkatan lainnnya, terima kasih telah banyak membantu dan memberikan dukungan serta motivasinya;

14. Semua pihak yang telah turut serta berperan dalam penyusunan Laporan Kerja Praktek I ini;

Secara khusus penulis mengucapkan terima kasih kepada keluarga tercinta, Ayahanda, Ibunda, Kakak dan Keponakan, terimakasih yang telah memberikan dorongan spiritual dan kasih sayangnya, serta untuk Adik yang paling penulis sayangi Devi ”Sasha” Susilawati, terimakasih telah memberikan perhatian dan kepercayaannya.

Penulis menyadari bahwa dalam penulisan Laporan Kerja praktek ini, masih banyak kekurangannya. Oleh karena itu, penulis mengharapkan dan menerima segala kritik serta saran dari semua pihak yang bersifat membangun, untuk perbaikan selanjutnya.

Akhir kata, penulis berharap semoga Laporan Kerja Praktek I ini dapat bermanfaat bagi penulis khususnya dan bagi semua pihak yang memerlukan pada umumnya.

Wassalamu’alaikum Wr. Wb. Bandung, Januari 2007

Penulis

ABSTRAK

Dalam era informasi ini, salah satu perkembangan teknologi yang sangat berperan dalam informasi komunikasi adalah teknologi komunikasi televisi. Teknologi informasi berkembang dengan pesatnya karena ditopang oleh perkembangan teknologi komunikasi satelit, elektronik dan komputer. Media televisi menjadi alat komunikasi yang ampuh untuk menyebarkan informasi dan merupakan media bagi suatu negara atau pemerintahan untuk mensosialisasikan segala kebijaksanaannya untuk melaksanakan roda pemerintahan negara tersebut. Dalam masa pembangunan sekarang ini, TVRI memegang peranan penting didalam memberikan informasi kepada masyarakat, karena telah adanya stasiun televisi swasta yang mengudara secara nasional. Tujuan dari Kerja Praktek I ini adalah mempelajari dari sistem jaringan transmisi televisi.

Metoda pembuatan laporan ini, menggunakan data­data di lapangan dengan cara mengamati secara langsung masalah yang diteliti, diskusi, studi kepustakaan, dan dokumen­dokumen dari pihak perusahaan yang berhubungan dengan judul yang diambil penulis. Sehingga diperoleh dari sistem jaringan transmisi televisi yang telah dibuat saat ini.

Dalam laporan ini, digambarkan sistem jaringan transmisi televisi tersebut terdiri dari beberapa link­link dan relay­relay stasiun pemancar yang umumnya terletak di puncak­puncak gunung.

Kata Kunci : teknologi informasi, komunikasi satelit, siaran televisi, sistem jaringan transmisi televisi, dan stasiun pemancar.

ABSTRACT

In this information era, one of very technological growth of playing a part in of communications information is technology of television communications. Information technology expand at full speed because sustained by technological growth of satellite communications, electronic and computer. Television media become the means communication which to propagate the information and represent the media for a state or governance to socialize all its wisdom to execute the state governance wheel. In a period of/to development this time, TVRI play a important part in giving information to society, because occurence of private television station sector which air in national. Intention of first job practice is to learn about the system of network of television transmission.

This report making method, using datas in field by perceiving directly accurate problem, discussion, bibliography study, and document from company party of which deal with title taken by a writer. So that obtained from system of network of television transmission which have been made in this time.

In this report, illustrated that the system of the television transmission network consisted of some links and relays of transmitter station which generally located in top of the mountain

Keyword : information technology, satellite communications, telecast, network system of television transmission, and transmitter station.

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR iv ABSTRAK

vii ABSTRACT

viii DAFTAR ISI

ix DAFTAR GAMBAR

xii DAFTAR TABEL

xiii DAFTAR LAMPIRAN

xiv BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah

1.2. Maksud dan Tujuan Kerja Praktek

1.3. Tempat dan Waktu Kerja Praktek

1.4. Pembatasan Masalah

1.5. Metodologi Penyusunan Laporan

4 BAB II TVRI JABAR DAN BANTEN

1.6. Sistematika Laporan

2.1. Sejarah Berdirinya TVRI Pusat

2.2. Perkembangan TVRI

2.3. Sejarah Berdirinya TVRI Jabar dan Banten

2.4. Kedudukan, Tugas dan Fungsi

2.5. Susunan Organisasi

2.5.1. Sub Bagian Tata Usaha

2.5.2. Seksi Siaran

2.5.3. Seksi Pemberitaan

2.5.4. Seksi Teknik Studio

2.5.5. Seksi Prasarana

2.5.6. Seksi Transmisi

2.5.7. Forum Perencanaan Siaran (FOPERSI)

16 BAB III SISTEM SIARAN TELEVISI

2.6. Peralatan Teknik TVRI Jabar dan Banten

3.1. Pemakaian Televisi

3.1.1. Sinyal Video, Audio, Televisi dan Radio

3.1.2. Perbedaan Video dan Audio

3.1.3. Sinyal Frekuensi Dasar Video dan Audio

3.1.4. Penyiaran Televisi

3.1.5. Saluran Penyiaran Televisi

3.1.6. Bekerjanya Studio Televisi

3.1.7. Hubungan Studio Pemancar (STL­Studio Transmitter Link)

3.1.8. Sinyal Warna 3,58 MHz

3.1.9. Saluran Pemancar Televisi 7 MHz

3.2. Transmisi Televisi

3.2.1. Transmisi Bidang Sisi Sisa (Vestigal)

3.2.2. Modulasi Amplitudo (Amplitude Modulation)

3.2.3. Frekuensi­Frekuensi Pembawa Sisi (Side Carrier Frequencies)

3.2.4. Sinyal Suara Modulasi Frekuensi (Frequency Modulation)

3.2.5. Indeks Modulasi

3.2.6. Modulasi Fasa

3.2.7. Preemphasis dan Deemphasis

3.2.8. Transmisi Garis Pandangan (Line Of Sight)

3.2.9. Sistem Komunikasi Satelit

3.2.9.1. Orbit Geostasioner

3.2.9.2. Frekuensi Uplink dan Downlink

3.2.9.3. Saluran Transponder

3.2.9.4. Satelit Komunikasi

3.2.9.5. Stasiun Bumi Penerima

39 BAB IV SISTEM JARINGAN TRANSMISI TELEVISI

3.2.9.6. Jaringan S.K.S.D.

4.1. Jaringan Transmisi Televisi

4.1.1. Jaringan Transmisi Televisi Jawa Barat

4.1.2. Proses Jaringan Transmisi Jabar dan Banten

4.1.3. Jaringan TVRI Dalam dan Luar Negeri

4.2. Satelit TV Receiver

4.2.1. Gambaran Umum

4.2.2. Modul­Modul

4.2.4. Cara Kerja Penerima Siaran Televisi Satelit

4.3. Waveform Monitor

4.4. Prinsip Kerja Televisi Siaran Langsung

4.5. Terestrial Microwave

4.5.1. Terestrial Microwave NEC

4.5.2. Microwave Continental dan FPU

62 BAB V

4.6. Sistem Antena

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan

65 DAFTAR PUSTAKA

5.2. Saran

DAFTAR GAMBAR

Gambar 3.1 Bayangan Pada Layar Tabung Gambar

18 Gambar 3.2 Komputer Pribadi

18 Gambar 3.3 Permainan Video (Video Game)

18 Gambar 3.4 Video Untuk Cahaya Dan Audio Untuk Suara

19 Gambar 3.5 Frekuensi­Frekuensi Pembawa Pada Saluran Pemancar Televisi

27 Gambar 3.6 Sinyal AM Dihasilkan

7 MHz

29 Gambar 3.7 Gelombang AM Dengan Pembawa RF

29 Gambar 3.8 Bidang­Bidang Frekuensi Sisi Ganda

30 Gambar 3.9 Cara Menghasilkan Modulasi Frekuensi

31 Gambar 3.10 Keluaran FM Dari Osilator

31 Gambar 3.11 Stasiun­Stasiun S.K.S.D.

39 Gambar 3.12 Pola Radiasi S.K.S.D.

41 Gambar 4.1 Blok Diagram Transmisi TVRI Jabar dan Banten

48 Gambar 4.2 Blok Diagram TV Satelit Receiver

58 Gambar 4.3 Blok Diagram Audio Demodulator

58 Gambar 4.4 Blok Diagram Video Clamp

59 Gambar 4.5 Blok Diagram Siinyal Input Dilihat Dari Oscilloscope

59 Gambar 4.6 Blok Diagram Televisi Siaran Langsung

60 Gambar 4.7 Antena Dipole Array

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Saluran Televisi

22 Tabel 3.2 Perbedaan Sinyal FM dan AM

32 Tabel 3.3 Satelit­Satelit Terkenal

38 Tabel 4.1 Gelombang Radio Band Frekuensinya

46 Tabel 4.2 Band Frekuensi Satelit

48 Tabel 4.3 Spesifikasi Teknis

52 Tabel 4.4 Spesifikasi Power Supply

53 Tabel 4.5 Antena Distributor dan Feeder

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Saluran Penyiaran Televisi xv Lampiran 2. Data Satuan Transmisi Jawa Barat

xvi Lampiran 3. Pola Jaringan Transmisi Jawa Barat

xvii Lampiran 4. Jaringan Transmisi TVRI Nasional/Regional

xx

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah.

Dalam era informasi ini, salah satu perkembangan teknologi yang sangat berperan dalam informasi komunikasi adalah teknologi komunikasi televisi. Teknologi informasi berkembang dengan pesatnya karena ditopang oleh perkembangan teknologi komunikasi satelit, elektronik dan komputer. Media televisi menjadi alat komunikasi yang ampuh untuk menyebarkan informasi dan merupakan media bagi suatu negara atau pemerintahan untuk mensosialisasikan segala kebijaksanaannya untuk melaksanakan roda pemerintahan negara tersebut.

Pada penyampaian suatu siaran televisi, terdapat signal­signal video dan audio ke pesawat­pesawat penerima televisi mengguakan frekuensi yang sangat tinggi (VHF dan UHF) sebagai frekuensi pembawa. Sifat­sifat pancaran dari VHF ini menyerupai sifat­sifat pancaran sinar. Suatu sumber cahaya yang disekitarnya tidak terdapat halangan/rintangan, akan memancarkan sinarnya ke segala arah sejauh tenaga yang dipunyai. Apabila disekitarnya terdapat rintangan, maka terjadinya bayangan dibelakang rintangan tersebut. Karena sifat­sifat pancaran dari VHF dan UHF menyerupai sinar ini, maka dibalik gunung tersebut tidak akan dapat dapat menerima pancaran televisi (gambar). Sehingga untuk menyampaikan suatu siaran televisi dengan baik, maka diperlukan sistem jaringan transmisi televisi.

Sistem jaringan transmisi televisi tersebut terdiri dari beberapa link­link dan relay­relay stasiun pemancar yang umumnya terletak di puncak­puncak gunung.

1.2. Maksud dan Tujuan Kerja Praktek.

Adapun maksud dan tujuan kerja praktek I yang dilaksanakan di TVRI Jabar dan Banten adalah mempelajari dari sistem jaringan transmisi televisi.

1.3. Tempat dan Waktu Kerja Praktek.

Kerja praktek dilaksanakan di TVRI Jabar dan Banten yang merupakan stasiun pemancar TVRI untuk wilayah Jabar dan Banten yang beralamatkan di Jl. Cibaduyut Raya No. 267 Bandung dan di Satuan Transmisi Pangandaan yang merupakan satuan transmisi yang memancarkan siaran dari TVRI Jabar dan Banten ke daerah­daerah yang terhalang oleh pegunungan di sekitarnya. Kegiatan kerja praktek ini dilakukan pada bagian pemancar. Waktu kerja praktek dilaksanakan selama dua bulan yang dimulai pada bulan April sampai dengan bulan Juni 2006.

1.4. Pembatasan Masalah.

Penyusunan laporan kerja praktek I ini didasarkan pada hasil pengamatan dan informasi yang didapat dari berbagai sumber, khususnya di lingkungan teknik transmisi. Dari banyaknya informasi yang diperoleh dalam pelaksanaan kerja praktek ini perlu adanya pembatasan masalah yang spesifik sehingga akan lebih mudah untuk memahaminya. Masalah yang dibahas dalam laporan ini adalah :

“Sistem Jaringan Transmisi Televisi” yang digunakan di TVRI Jabar dan Banten.

1.5. Metodologi Penyusunan Laporan.

Pada pembuatan laporan ini menggunakan beberapa macam metodologi pembuatan laporan, adapun metodologi yang dilakukan antara lain:

1. Observasi lapangan. Pengumpulan data dengan cara mengamati secara langsung masalah yang

dianalisis untuk dapat mengoptimalisasikan cara penyusunan Kerja Praktek.

2. Diskusi. Pengumpulan data dengan melakukan tanya jawab kepada objek yang berhubungan dengan masalah yang akan diteliti, sehingga akan didapat suatu data yang akan menunjang dalam menyusun Kerja Praktek ini.

3. Studi Kepustakaan. Metoda ini dilakukan untuk melakukan perbandingan antara data­data yang telah diperoleh dari hasil wawancara dan observasi lapangan dengan adanya buku­buku referensi yang berhubungan dengan sistem telekomunikasi.

4. Dokumen. Mempelajari dokumen­dokumen yang digunakan dalam sistem yang berjalan oleh pihak perusahaan yang berhubungan dengan judul yang diambil penulis.

1.6. Sistematika Laporan.

Sistematika penulisan laporan kerja praktek ini adalah sebagai berikut :

BAB I PENDAHULUAN.

Bab pertama diuraikan mengenai latar belakang, maksud dan tujuan kerja praktek, waktu dan tempat kerja praktek, batasan masalah, metodologi kerja praktek dan sistematika penulisan.

BAB II TVRI JABAR DAN BANTEN.

Berisikan tentang sejarah perusahaan dan struktur organisasi TVRI Jabar dan Banten.

BAB III SISTEM SIARAN TELEVISI.

Berisi teori­teori yang mendukung dan melandasi laporan kerja praktek.

BAB IV SISTEM JARINGAN TRANSMISI TELEVISI.

Menguraikan tentang data­data hasil pengamatan di TVRI Jabar dan Banten.

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN.

Bab ini berisi kesimpulan dan saran dari keseluruhan isi laporan kerja praktek yang telah dibuat.

BAB II TVRI JABAR DAN BANTEN

2.1. Sejarah Berdirinya TVRI Pusat.

Inisiatif penyiaran televisi di Indonesia pertamakali dimunculkan pada tahun 1961 setelah pemerintah memutuskan memasukkan proyek masmedia televisi di dalam proyek Asian Games IV yang pada saat itu Indonesia menjadi tuan rumah olahraga negara­negara Asia tersebut yang bertempat di Jakarta. Proyek ini di Indonesia dimulai dengan usaha­usaha melalui beberapa penelitian secara kongkrit dengan dibentuknya panitia pembangunan televisi dengan surat keputusan Menteri Penerangan RI bulan Juli tahun 1961, selanjutnya panitia bertanggung jawab kepada Menteri Penerangan didalam perencanaan pembangunan.

Di dalam perencanaan peralatan, ada beberapa ketentuan teknis yang harus diperhatikan, diantaranya sebagai berikut:

1. Stasiun televisi yang dibangun harus dapat menyiarkan acara­acara Asian Games paling sedikit satu event per hari.

2. Tinggi menara pemancar yang akan di bangun harus tidak lebih dari 60 meter dan merupakan menara darurat, mengingat pembangunan menara televisi akan direncanakan oleh pemerintah pusat.

3. Untuk sementara studio televisi tidak dibangun dan dipikirkan setelah acara Asian Game IV selesai.

4. Panitia tidak mempunyai hak untuk mengadakan suatu keputusan sendiri mengenai penentuan merk, jenis dan dari negara mana peralatan harus di datangkan.

5. Pelaksanaan pembangunan gedung dan menara darurat diserahkan kepada KUPAG (Komando Urusan Asian Games) yang dalam pelaksanaan sehari­ hari, diawasi oleh direksi pembangunan Asian Games.

Setelah itu panitia melanjutkan urusannya dengan mempersiapkan pelaksanaan pembangunan fisik tanpa menggunakan cara­cara perencanaan yang bersifat konvensioanal. Yaitu atas dasar penentuan terakhir yang berwenang mengenai peralatan televisi, petunjuk supplier berdasarakan kepada keperluan­keperluan ringan, setelah diadakan penyesuaian layout menurut keperluan teknis dari peralatan­peralatan yang dipesan dalam rangka proyek ini. Waktu yang di sediakan untuk melaksanakan proyek ini hanya 6 bulan, akhirnya tepat pada hari dimulainya kegiatan Asian Games siaran televisi milik pemerintah Indonesia ini dapat ditangkap oleh para pemirsa untuk pertama kalinya.

Penyelenggara sebelumnya telah menamakan dirinya Televisi Republik Indonesia yang bernaung dibawah induk organisasi komite Asian Games IV. Setelah Asian Games berakhir, siaran televisi tidak dapat dilanjutkan secara menetap mengingat fasilitas studio belum dibangun dan mengingat bahan acara­ acara film yang dibuat oleh FPN semakin berkurang dan persiapan­ persiapan kearah penyelenggaraan televisi dari segi program belum ada. Dengan permintaan dari masyarakat dan desakan dari “yayasan Gelora Bung Karno” yang menjadi “yayasan Gelora Senayan”, maka pada akhir tahun 1962 dapat diselesaikan pembangunan sebuah studio.

Sehingga mulai dari waktu itu, siaran televisi dapat berlangsung secara tetap selama satu jam sehari, setelah berjalan satu tahun lamanya, maka lama jam siaran ditingkatkan selama lima belas jam seminggu pada akhir tahun 1963, pada waktu itu dimana Televisi Republik Indonesia dengan surat keputusan presiden menjadi besar dan sudah tidak bisa dipikul lagi oleh “yayasan Gelora Bung Karno” dan harus di usahakan sendiri, baik lewat iuran televisi, maupun lewat dana­dana yang didapat dari usaha­ usaha periklanan.

Dalam masa pembangunan sekarang ini, TVRI memegang peranan penting didalam memberikan informasi kepada masyarakat, karena telah adanya stasiun televisi swasta yang mengudara secara nasional.

Pada era reformasi saat ini TVRI telah berubah menjadi PERJAN (Perusahaan Jawatan) melalui peraturan pemerintah No: 36 tahun 2000. Kemudian pada perkembangan berikutnya PERJAN TVRI berubah menjadi PT.Persero TVRI melalui peraturan pemerintah No: 9 tahun 2002, sementara dalam undang­ undang penyiaran, TVRI adalah lembaga penyiaran publik.

Dari beberapa kali perubahan status TVRI yang berawal dari yayasan menjadi Direktorat Televisi kemudian menjadi PRJAN TVRI dan sekarang menjadi PT. TVRI (Persero), TVRI sebagai lembaga penyiaran publik sesuai dengan undang­ undang penyiaran No: 32 tahun 2002 merupakan satu­ satunya televisi yang menyiarkan secara nasional, dengan dukungan 389 pemancar dan 24 stasiun daerah.

2.2. Perkembangan TVRI. Dalam masa perkembangannya TVRI telah banyak mengalami perubahan baik pola siarannya maupun perkembangan dari segi teknis peralatan, sarana, dan jangkauannya, seperti pembangunan stasiun­stasiun di daerah­daerah, pembanunan studio baru, stasiun penerima, pembunan jaringan microwave dan lain­lain. TVRI tampak tumbuh dan berkembang semenjak tahun 1965 yang di tandai dengan diresmikannya TVRI stasiun Yogyakarta pada tanggal 17 Agustus 1965, menyusul setelah berdirinya TVRI Yogyakarta berturut­turut di bangun stasiun televisi daerah sebagai berikut:

1. TVRI Medan pada tanggal 28 Desember 1970.

2. TVRI Ujungpandang pada tanggal 10 Desember 1972.

3. TVRI Balikpapan pada tanggal 22 Januari 1973.

4. TVRI Palembang pada tanggal 31 Januari 1974.

5. TVRI Surabaya pada tanggal 3 Maret 1978.

6. TVRI Denpasar pada tanggal 16 Juli 1978.

7. TVRI Manado pada tanggal 7 Oktober 1978.

8. TVRI Bandung pada tanggal 11 Maret 1987.

Disamping TVRI stasiun daerah diatas masih ada Stasiun Produksi Keliling (SPK) untuk daerah­daerah yang belum mempunyai stasiun penyiaran TVRI daerah dan juga ada pembangunan stasiun relay yang berguna untuk menguatkan sinyal yang dipancarkan oleh stasiun daerah agar bisa diterima oleh masyarakat di daerah pedesaan dan pegunungan.

2.3. Sejarah Berdirinya TVRI Jabar dan Banten.

TVRI Jabar dan Banten diresmikan dan mulai beroperasi pada tanggal 11 Maret 1987 oleh menteri penerangan RI di Soreang Bandung oleh Bapak Harmoko, yang bersamaan dengan lomba kelompecapir nasional. Peresmian dengan beroperasinya TVRI Jabar dan Banten merupakan suatu peningkatan status unit pelayanan dari tingkat Studio Produksi Keliling (SPK) menjadi stasiun penyiaran. Artinya, dari tugas pokok hanya memproduksi acara televisi dan menyiarkannya baik melalui siaran regional maupun siaran TVRI Pusat. Dengan peningkatan tugas pokok berartipula meningkatnya tugas menajemen. TVRI Jabar dan Banten direncanakan sebagai stasiun “back up” dari Pusat Jakarta. Dengan demikian TVRI Jabar dan Banten diharapkan untuk mampu memproduksi maupun menyiarkan acara­acaranya seperti TVRI Pusat Jakarta.

Kemampuan jangkauan (Cover Area) TVRI Jabar dan Banten di dukung oleh satu buah jaringan microwave di Bandung, 18 buah pemancar dengan high power lima buah pemancar low power yang tersebar di seluruh Jawa Barat dan Banten.

Dalam surat keputusan menteri penerangan No: 130/A/KEP/ MENPEN/ 1984 tercantum tugas pokok Direktorat televisi yaitu: melaksanakan sebagian tugas Direktorat Jendral Radio Televisi dan Film di bidang televisi berdasarkan kebijakan teknis yang di tetapkan oleh Dirjen RTF.

Dari penjabaran surat keputusan tersebut terbitlah surat keputusan Direktur televisi No: 58/Des/TV/1987 pasal 2 mengenai organisasi kerja Dari penjabaran surat keputusan tersebut terbitlah surat keputusan Direktur televisi No: 58/Des/TV/1987 pasal 2 mengenai organisasi kerja

2.4. Kedudukan, Tugas dan Fungsi.

TVRI Jabar dan Banten merupakan induk dari stasiun televisi yang berfungsi sebagai satuan pelaksana teknis dalam bidang produksi dan penyiaran televisi dengan ruang lingkup daerah tingkat satu yang berada dibawah Dirjen RTF departemen penerangan RI.

TVRI Jabar dan Banten dipimpin oleh seorang kepala yang didalam tugas sehari­ hari bertanggung jawab kepada direktur televisi. TVRI Jabar dan Banten mempunyai tugas untuk melaksanakan sebagian tugas pokok dari direktorat televisi dalam pembuatan atau memproduksi siaran sesuai dengan kebijakan teknis yang diterapkan oleh Dirjen RTF.

Untuk melaksanakan tugas­tugas tersebut, TVRI Jabar dan Banten mempunyai fungsi sebagai berikut:

1. Melaksanakan tata usaha TVRI Jabar dan Banten.

2. Melaksanakan perencanaan produksi dan penyiaran acara yang akan disiarkan.

3. Melaksanakan perencanaan liputan produksi acara pemberitaan.

4. Melaksanakan perencanaan pengoperasian serta perawatan atau perbaikan peralatan produksi dan penyiaran.

5. Melaksanakan perencanaan pengoperasian serta perawatan atau perbaikan peralatan atau perlengkapan teknik dan prasarana.

6. Melaksanakan perencanaan pengoperasian serta perawatan dan perbaikan pemancar pada bagian tranmisi.

2.5. Susunan Organisasi.

Televisi Republik Indonesia Jabar dan Banten sebagai sebuah organisasi pemerintah, dibawah departemen penerangan RI, memeliki susunan organisasi yang terdiri dari:

1. Sub Bagian Tata Usaha.

2. Seksi Siaran.

3. Seksi Pemberitaan.

4. Seksi Teknik Studio.

5. Seksi Teknik Prasarana.

6. Seksi Transmisi.

7. Forum Perencanaan Siaran (FOPERSI).

2.5.1. Sub Bagian Tata Usaha.

Sub bagian tata usaha mempunyai tugas untuk melaksanakan tata usaha serta memberikan suatu pelayanan administrasi kepada semua unsur dalam lingkungan TVRI Jabar dan Banten. Untuk menjalankan tugas tersebut sub bagian tata usaha mempunyai beberapa fungsi sebagai berikut :

1. Melaksanakan urusan tata usaha kepegawaian.

2. Melaksanakan urusan tata usaha keuangan.

3. Melaksanakan urusan tata usaha pengadaan, penyimpanan dan penyaluran peralatan atau perlengkapan.

4. Melaksanakan urusan tata usaha mengenai surat menyurat dan penyusunan laporan.

Sub bagian tata usaha dibagi lagi menjadi lima bagian, yaitu:

1. Urusan kepegawaian.

2. Urusan keuangan.

3. Urusan umum atau perlengkapan.

4. Urusan Pembukuan.

5. Urusan administrasi dan laporan.

2.5.2. Seksi Siaran.

Seksi siaran mempunyai tugas untuk melaksanakan pembuatan pola acara siaran daerah, perencanaan mata acara siaran dan perencanaan teknis artistik tentang pembuatan atau memproduksi mata acara untuk siaran daerah dan nasional.

Seksi siaran mempunyai fungsi dan tugas yaitu untuk melaksanakan artistik yang berupa teknis yaitu diantaranya sebagai berikut:

1. Melaksanakan perencanaan dan teknik artistik dalam pembuatan dan penyiaran acara pendidikan, agama dan olahraga.

2. Melaksanakan perencanaan dan teknik artistik dalam pembuatan dan penyiaran acara budaya dan drama.

3. Melaksanakan perencanaan dan teknik artistik dalam pembuatan dan penyiaran acara musik dan hiburan.

4. Melaksanakan perencanaan serta teknik artistik tentang pembuatan dan penyediaan fasilitas dan penyiaran acara, melaksanakan pemantauan acara siaran sehari­ hari.

Seksi siaran terdiri dari beberapa sub bagian, diantaranya:

1. Sub seksi pendidikan, agama dan olahraga.

2. Sub seksi budaya dan drama.

3. Sub seksi musik dan hiburan.

4. Sub seksi fasilitas siaran dan mutu siaran.

2.5.3. Seksi Pemberitaan.

Seksi pemberitaan mempunyai tugas untuk perencanaan kegiatan yang meliputi tentang liputan penyiaran acara dan menyelenggarakan mata acara siaran pemberitaan atau penerangan baik untuk siaran daerah maupun untuk siaran program nasional.

Untuk menyelenggarakan tugas tersebut, seksi pemberitaan mempunyai fungsi sebagai pelaksana untuk melaksanakan perencanaan kegiatan dan peliputan mengenai:

1. Acara­ acara siaran berita harian.

2. Acara siaran reportase dan penerangan.

3. Acara siaran olahraga.

4. Pengdokumentasian mata acara siaran pemberitaan dan penerangan.

5. Melaksanakan administrasi kegiatan dari seksi pemberitaan.

2.5.4. Seksi Teknik Studio.

Seksi teknik studio mempunyai tugas untuk melaksanakan perencanaan kegiatan pengoperasian serta untuk pemeliharaan atau perbaikan peralatan dari teknik studio didalam pembuatan produksi dan penyiaran acara TVRI Jabar dan Banten. Seksi teknik studio terdiri dari lima sub seksi, yaitu:

1. Sub seksi operasi studio.

2. Sub seksi operasi Aparatus.

3. Sub seksi operasi OB VAN atau siaran luar.

4. Sub seksi pemeliharaan atau perbaikan alat.

5. Sub seksi administrasi teknik studio. Masing­masing seksi mempunyai tugas dan fungsi, yaitu:

1. Melaksanakan perencanaan kegiatan dan pengoperasian peralatan teknik Video dan Audio untuk pembuatan atau produksi dan penyiaran acara.

2. Melaksanakan perencanaan kegiatan dan pengoperasian peralatan teknik Aparatus untuk pembuatan atau produksi dan penyiaran acara.

3. Melaksanakan perencanaan kegiatan dan pengoperasian peralatan OB VAN untuk pembuatan atau produksi dan penyiaran acara serta siaran luar.

4. Melaksanakan perawatan dan perbaikan peralatan OB VAN agar selalu berfungsi dengan baik.

5. Melaksanakan administrasi seksi teknik studio.

2.5.5. Seksi Prasarana.

Seksi prasarana terdiri dari lima sub­seksi, yaitu:

1. Sub seksi perawatan gedung.

2. Sub seksi listrik dan disel.

3. Sub seksi alat pendingin (AC).

4. Sub seksi laboratorium film.

5. Sub seksi administrasi teknik prasarana. Seksi prasarana mempunyai tugas untuk melaksanakan

perencanaan kegiatan dan perawatan, perbaikan serta pelayanan operasi peralatan teknik prasarana di lingkungan TVRI Jabar dan Banten.

Seksi prasarana mempunyai tugas dan fungsi untuk melaksanakan perencanaan kegiatan, sebagai berikut:

1. Perawatan serta perbaikan gedung.

2. Pengoperasian peralatan listrik dan disel.

3. Mengoperasikan peralatan pendingin atau AC.

4. Pengoperasian peralatan laboratorium film.

5. Melaksanakan administrasi dari seksi prasarana.

2.5.6. Seksi Transmisi.

Seksi transmisi terdiri dari empat sub seksi, yaitu:

1. Sub seksi operasi pemancar stasiun.

2. Sub seksi prasarana dan pemancar.

3. Sub seksi perbaikan pemancar.

4. Sub seksi administrasi dan suku cadang transmisi. Seksi transmisi mempunyai tugas untuk melaksanakan

perencanaan kegiatan, perawatan dan perbaikan serta pengoperasian pemancar yang berada di TVRI Jabar dan Banten. Serta mengkoordinasikan kegiatan pengoperasian satuan­ satuan transmisi yang berada di daerah jangkauan siaran TVRI Jabar dan Banten.

Untuk menyiarkan atau menyalurkan acara siaran nasional maupun acara siaran daerah. Untuk melaksanakan tugas tersebut diatas, seksi transmisi mempunyai fungsi sebagai berikut:

1. Melaksanakan perencanaan kegiatan, perawatan dan perbaikan serta pengoperasian pemancar dengan baik yang berada di stasiun penyiaran.

2. Melaksanakan perencanaan kegiatan, perawatan dan perbaikan prasarana dan menara transmisibaik yang terdapat di stasiun penyiaran maupun di satuan­satuan transmisi yang berada di daerah jangkauan TVRI Jabar dan Banten.

3. Melaksanakan perencanaan kegiatan, pemantauan kelayakan operasi dan pelaporannya, serta melakukan perbaikan peralatan pemancar pada satuan­ satuan transmisi di daerah jangkauan TVRI Jabar dan Banten, yang tidak dapat diperbaiki sendiri oleh bagian oleh bagian satuan transmisi yang bersangkutan.

4. Melaksanakan perencanaan kegiatan dan penyediaan barang­ barang perlengkapan serta suku cadang pemancar transmisi baik untuk pemancar yang berada di stasiun penyiaran maupun 4. Melaksanakan perencanaan kegiatan dan penyediaan barang­ barang perlengkapan serta suku cadang pemancar transmisi baik untuk pemancar yang berada di stasiun penyiaran maupun

2.5.7. Forum Perencanan Siaran (FOPERSI).

BAPERSI/FOPERSI adalah suatu badan atau forum perencanaan siaran yang diikuti oleh para pejabat fungsional dan para petugas FROPERSI dilingkungan TVRI Jabar dan Banten yang ditunjuk oleh kepala stasiun. Pada bagian BAPERSI atau FROPERSI mempunyai tugas mengkoordinasikan perencanaan, pelaksanaan produksi acara dan pelaksanaan siaran.

Badan ini juga melakukan pertemuan atau sidang yaitu satu kali dalam seminggu. Dalam pertemuan tersebut membicarakan hal­hal yang berkaitan dengan penyelangaraan siaran, yang antara lain meliputi:

1. Kebijaksanaan pemimpin dan penyelenggaraan siaran.

2. Mengevaluasi penyelenggaraan siaran yang sudah berjalan serta hal­hal yang patut diperkirakan bagi penyelenggaraan siaran yang akan datang.

3. Menghimpun gagasan­gagasan baru untuk perencanaan produksi dan penyiaran yang akan datang.

4. Memutuskan hal­ hal yang memerlukan koordinasi antar satuan kerja.

5. Membuat laporan hasil­hasil pertemuan. Keputusan­keputusan atau gagasan yang timbul dan

diputuskan dalam pertemuan BAPERSI/FOPERSI merupakan masukan yang mengikat untuk selanjutnya diproses oleh masing­ masing bidang kerja sesuai dengan beban tugas dan fungsi masing­ masing struktur organisasi tersebut diatas yang digambarkan dalam diputuskan dalam pertemuan BAPERSI/FOPERSI merupakan masukan yang mengikat untuk selanjutnya diproses oleh masing­ masing bidang kerja sesuai dengan beban tugas dan fungsi masing­ masing struktur organisasi tersebut diatas yang digambarkan dalam

2.6. Peralatan Teknik TVRI Jabar dan Banten.

Peralatan yang digunakan oleh TVRI Jabar dan Banten adalah peralatan Standard Broadcast yang dibeli dari Inggris, Francis dan Jepang, dimana TVRI Jabar dan Banten selalu berupaya untuk meningkatkan kualitas dan produktivitas di bidang siaran televisi.

BAB III SISTEM SIARAN TELEVISI

3.1. Pemakaian Televisi.

Perkataan televisi berarti “melihat dari kejauhan”. Pada sistem siaran televisi praktis kita, informasi visual yang anda lihat pada layar diubah menjadi sinyal listrik yang dikirimkan ke penerima. Perubahan­ perubahan listrik yang sesuai dengan perubahan­perubahan dalam nilai cahaya membentuk sinyal yang dapat dilihat (video signal). Pada pesawat penerima (receiver), sinyal yang dapat dilihat ini digunakan untuk menyusun kembali bayangan pada layar tabung gambar seperti dilukiskan dalam Gambar 3.1. Pada televisi monokrom (monochrome), gambar direproduksi dalam warna hitam dan putih dengan bayangan abu­abu. Pada televisi berwarna, semua warna alamiah ditambahkan sebagai gabungan dari warna merah, hijau dan biru dalam bagian utama gambar.

Pada mulanya, televisi dimaksudkan sebagai suatu cara lain untuk menyiarkan program­program berita dan hiburan­hiburan tetapi dengan gambar, seperti yang dilakukan siaran radio untuk suara. Siaran­siaran iklan masih merupakan acara paling utama dalam pemakaian televisi. Akan tetapi, kemampuan untuk mereproduksi gambar, teks, grafik, dan informasi visual telah menjadi begitu bermanfaat sehingga sekarang ini pemakaiannya jauh lebih banyak. Anda dapat menyaksikan suatu program dari luar negeri yang direlay oleh televisi satelit atau memainkan kembali perekam kaset video (video cassette recorder); atau suatu permainan video (video game), dapat dihubungkan ke penerima televis anda. Ide yang sama diterapkan untuk menggunakan penerima televisi sebagai alat peraga pada Gambar 3.2 dan 3.3. Peraga televisi (TV display) dapat berupa monokrom ataupun berwarna.

Gambar 3.1 Bayangan Pada Layar Tabung Gambar.

Gambar 3.2 Komputer Pribadi.

Gambar 3.3 Permainan Video (Video Game).

3.1.1. Sinyal Video, Audio, Televisi Dan Radio.

Begitu banyak penggunaan sinal­sinyal ini sehinga adalah bermanfaat untuk meninjau tujuan tertentu dari masing­masingnya. Video adalah kata Latin yang berarti ”saya lihat”. Dengan cara yang sama, audio berarti: ”saya dengar”. Kedua istilah tersebut sesuai dengan: video untuk cahaya dan audio untuk suara. Perbedaannya dilukiskan pada Gambar 3.4. untuk sistem audio Begitu banyak penggunaan sinal­sinyal ini sehinga adalah bermanfaat untuk meninjau tujuan tertentu dari masing­masingnya. Video adalah kata Latin yang berarti ”saya lihat”. Dengan cara yang sama, audio berarti: ”saya dengar”. Kedua istilah tersebut sesuai dengan: video untuk cahaya dan audio untuk suara. Perbedaannya dilukiskan pada Gambar 3.4. untuk sistem audio

Pada Gambar 3.4b, tabung kamera mengubah masukan cahayanya (light input) menjadi perubahan listrik yang sesuai untuk sinyal yang dilihat (video). Tabung kamera ini, pada sistem video, sama fungsinya dengan mikrofon pada sistem audio. Pada bagian akhir sistem video, tabung gambar mengubah tegangan sinyal video dari masukan (input) menjadi cahaya pada keluaran (output). Informasi yang dapat dilihat pada layar tabung gambar sebagaimana akan kita lihat gambarnya pada tabung kamera.

Gambar 3.4 Video Untuk Cahaya Dan Audio Untuk

Suara.

3.1.2. Perbedaan Video Dan Audio.

Citra cahaya (light image) diubah menjadi suatu sinyal listrik hanya untuk suatu daerah kecil pada suatu saat. Selanjutnya sinyal video yang dihasilkan oleh tabung kamera mengandung perubahan yang berurutan dalam waktu untuk daerah yang berlainan. Karena alasan ini, suatu prosedur pemayaran (scanning) adalah perlu guna meliputi keselutuhan gambar, yakni titik demi titik dari kiri ke kanan dan garis demi garis dari atas ke bawah. Pemayaran sangat cepat yakni satu garis horizontal hanya membutuhkan 64 mikrodetik (µdet). Karena perubahan yang cepat ini, sinyal video memiliki frekuensi tinggi yakni sampai sekitar 5 MHz.

Selanjutnya, prosedur pemayaran (scanning prosedure) mengharuskan bahwa pulsa­pulsa penyelarasan (synchronizing pulse) akan digunakan bersama sinyal video guna mengatur waktu pemayaran pada tabung gambar. Pada tabung gambar, daerah cahaya yang kecil atau daerah bayangan dan warna, bila memang demikian, akan terbentuk kembali dalam posisi yang tepat untuk membentuk keseluruhan bayangan.

3.1.3. Sinyal Frekuensi Dasar Video Dan Audio.

Untuk suatu sinyal video ataupun audio rangkuman perubahan frekuensi disebut daerah frekuensi dasar (baseband). Sebenarnya frekuensi­frekuensi ini sesuai dengan informasi visual atau aural (yang dapat didengar) yang diiinginkan, tanpa komplikasi tambahan seperti encoding atau modulasi untuk fungsi­ fungsi tertentu. Dalam sistem audio, lebar frekuensi dasar (baseband) adalah 20­20.000 Hz, walaupun 50­15.000 Hz lazim digunakan untuk audi dengan fidelitas tinggi. Dalam sistem video, rangkuman lebar frekuensi dasar adalah dari 0 Hz untuk arus searah sampai ke 5 MHz. Sinyal frekuensi dasar audio dapat Untuk suatu sinyal video ataupun audio rangkuman perubahan frekuensi disebut daerah frekuensi dasar (baseband). Sebenarnya frekuensi­frekuensi ini sesuai dengan informasi visual atau aural (yang dapat didengar) yang diiinginkan, tanpa komplikasi tambahan seperti encoding atau modulasi untuk fungsi­ fungsi tertentu. Dalam sistem audio, lebar frekuensi dasar (baseband) adalah 20­20.000 Hz, walaupun 50­15.000 Hz lazim digunakan untuk audi dengan fidelitas tinggi. Dalam sistem video, rangkuman lebar frekuensi dasar adalah dari 0 Hz untuk arus searah sampai ke 5 MHz. Sinyal frekuensi dasar audio dapat

Alasan untuk mengubah informasi suara dan gambar menjadi sinyal­sinyal listrik frekuensi dasar adalah bahwa sinyal audio dan video dapat diperkuat sampai berapapun. Selain itu, pengolahan sinyal oleh rangkaian­rangkaian elektronik adalah mudah untuk berbagai pemakaian.

3.1.4. Penyiaran Televisi.

Istilah siaran (broadcast) berarti ”mengirimkan ke segala arah”. Antena pemancar memancarkan gelombang radio elektromagnetik yang dapat diambil oleh antena penerima. Pemancar televisi mempunyai dua fungsi, yakni pengiriman yang dapat dilihat (visual) dan dapat didengar (aural). Kedua sinyal gambar AM dan sinyal suara FM dikirimkan dari antena pemancar bersama. Daerah pelayanan adalah sekitar 75 mil (121 km) dalam segala arah dari pemancar, dengan catatan kondisi geografis rata.

3.1.5. Saluran Penyiaran Televisi.

Lebar bidang frekuensi yang digunakan untuk pengiriman sinyal video dan audio disebut saluran televisi (channel). Masing­ masing stasiun televisi ditunjuk oleh FCC (Federal Communication Commission) suatu saluran dengan lebar 7 MHz beserta suatu frekuensi pembawa tertentu. Sebagaimana diperlihatkan pada Tabel 3.1, semua saluran televisi dibagi dalam tiga lebar bidang.

Tabel 3.1 Saluran Televisi. Nomor Lebar Bidang

Keterangan Saluran Frekuensi, MHz Tidak digunakan

2 60­66 Saluran­saluran VHF

3 66­72 Bidang rendah 88­108

Bidang FM

7 195­202 Saluran­saluran UHF

8 202­204 Bidang tinggi

470­862 Saluran­saluran UHF

1. Saluran lebar bidang rendah dengan frekuensi yang sangat tinggi (Low Band VHF­Very High Frequency) yakni saluran 1 sampai 3.

2. Saluran VHF dengan lebar bidang tinggi, yakni saluran 4 sampai 10.

3. saluran frekuensi ultra­tinggi (UHF­Ultra High Frequency) yakni 21 sampai 64.

Perhatikan bahwa rangkumannya adalah 30 sampai 300 MHz untuk VHF dan 300 sampai 3.000 MHz untuk UHF. Pada ketiga lebar bidang ini, masing­masing lebar saluran televisi adalah

7 MHz. Lebar bidang ini (bandwidth) diperlukan untuk menyesuaikan modulasi dengan frekuensi video sampai 5 MHz, termasuk sinyal warna 4,43 MHz untuk televisi berwarna. Perhatikan bahwa frekuensi 4,43 MHz untuk televisi berwarna. Sinyal suara FM juga ada dalam saluran tersebut. Selain itu, frekuensi­frekuensi radio (RF) pembawa gambar dan suara selalu terpisah persis sebesar 5,5 MHz dalam semua saluran. Harga 5,5

MHz ini disebut frekuensi suara antarpembawa (Intercarrier Sound Frequency).

Komentar berikut terhadap Tabel 3.1, ketika Televisi pertama kali dihidupkan (di Amerika Serikat), saluran satu dipancarkan pada 44 sampai 59 MHz, akan tetapi daerah frekuensi ini sekarang digunakan untuk pelayanan radio lainnya, termasuk navigasi udara. Lebar bidang pememancaran komersial FM sebesar

8 sampai 108 MHz adalah tepat diatas daerah frekuensi televisi saluran 6, tetapi pelayanan radio ini tidak berhubungan dengan pemancaran televisi. Pada tahun 1952 saluran UHF 14 sampai 83 ditambahkan untuk menciptakan lebih banyak stasiun televisi. Tidak ada penetapan stasiun televisi yang bekerja pada saluran UHF 69 sampai 83 sebab frekuensi­frekuensi ini digunakan untuk radio mobil (mobile radio). Semua saluran televisi diberikan pada Lampiran 1.

Pada pesawat penerima, penyetala frekuensi radio (RF tuner) digunakan untuk memilih stasiun yng diinginkan dengan mnyetalakan ke daerah yang frekuensinya 6 MHz. dengan dua yang dapat berputar, yakni satu untuk VHF dan yang lain untuk HHF, pesawat penerima mampu menyetalakan saluran VHF maupun UHF. Posisi saluran 1 pada penyetala VHF digunakan untuk menghidupkan penyetala UHF. Pada lebar­lebar bidang VHF dan UHF, sinyal­sinyal dirambatkan oleh transmisi­garis­ penglihatan (Line Of Sight Transmission) dari antena pengirim ke antena penerima. Biasanya sinyal yang dipancarkan ini tidak mengikuti kelengkungan bumi, dan tidak terjadi pemantulan dari ionosfer seperti yang terjadi pada sinyal­sinyal radio pada frekuensi­frekuensi rendah. Transmisi­garis­penglihatan membuat ketinggian antenna adalah penting guna mendapatkan liputan sinyal penyiaran televisi yang baik.

FCC yang menetapkan saluran­saluran televisi dan mempertahankan standar­standar teknik yang ketat. Setiap stasiun harus memenuhi persyaratan FCC dan melayani kebutuhan masyarakat. Lisensi ditinjau kembali pada selang waktu yang teratur, dan masyarakat diajak untuk turut bagian dalam pembaruan proses.

3.1.6. Bekerjanya Studio Televisi.

Pada tahun­tahun permulaan televisi, kebanyakan program adalah ”live” dan tiap stasiun menggunakan kamera­kamera studio untuk menghasilkan programnya sendiri. Jaringan ”feeds” menyediakan program­program untuk meliput daerah­daerah yang berlainan diseluruh negara Amerika Serikat. Jaringan utama adalah CBS (Columbia Broadcasting Company), ABC (American Broadcasting Company) dan NBC (National Broadcasting Company) yang dimiliki oleh RCA. Ditribusi program­program jaringan ditangani oleh fasilitas “Bell Telephone”. Sambungan­ sambungan gelombang mikro dan kabel digunakan untuk daerah frekuensi lebar. Sekarang ini lebih banyak jaringan stasiun yang menggunakan satelit.

Sumber­sumber program televisi tambahan dilengkapi dengan menggunakan film 35 mm, sebuah kamera film televisi mengkonversi bayangan optik (optical image) dari sebuah tabung kamera menjadi sinyal video.

Sekarang ini, kebanyakan program­program televisi dihasilkan dan disimpan pada pita. Perekam pita video magnetik (VTR­Video Tape Recorder) melakukan untuk program­program video apa yang dilakukan oleh pita audio dan perekam suara (phonograph record) untuk program­program audio. Keuntungan utama adalah program­program tersebut dapat direkam dipita pada suatu saat dan disimpan didalam pita video. Keuntungan lainnya Sekarang ini, kebanyakan program­program televisi dihasilkan dan disimpan pada pita. Perekam pita video magnetik (VTR­Video Tape Recorder) melakukan untuk program­program video apa yang dilakukan oleh pita audio dan perekam suara (phonograph record) untuk program­program audio. Keuntungan utama adalah program­program tersebut dapat direkam dipita pada suatu saat dan disimpan didalam pita video. Keuntungan lainnya

3.1.7. Hubungan Studio Pemancar (STL­Studio to Transmitter Link).

Biasanya studio dimana sinyal­sinyal video dan audio berasal dan dimana mesin­mesin pita dipasang, ditempatkan dalam daerah pertengahan kota agar mudah dicapai oleh orang yang membuat program. Atau program tersebut bisa berasal dari luar studio. Akan tetapi, pemancar (transmitter) berada pada suatu lokasi yang terpencil, lazimnya pada bangunan tertinggi. Sinyal­ sinyal video dan audio frekuensi dasar disampaikan ke pemancar oleh sambungan gelombang mikro atau oleh sistem kabel frekuensi lenar yang diberikan oleh ”Bell Telephone”. Dalam banyak kasus, pemancar memiliki sambungan gelombang mikro tersendiri, yakni STL. Pemancar tersebut menggunakan antena gelombang mikro, yang dipasang di studio dan di tempat pemancar. Sistem­sistem STL bekerja dalam daerah frekuensi 2 dan 12 GHz, yang diterapkan bagi ketiga stasiun di Amerika oleh FCC. (Di Indonesia semua operasi dan studio dijalankan dan dimiliki oleh pemerintah).

3.1.8. Sinyal Warna 3,58 MHz.

Filter­filter optik berwarna memisahkan warna­warna untuk kamera. Akan tetapi untuk penyiaran dalam saluran televisi 7 MHz, sinyal­sinyal merah, hijau dan biru digabungkan guna membentuk dua sinyal ekivalen, yakni satu untuk terang dan yang lain untuk warna. Secara khusus kedua siyal yang ditransmisikan ini adalah sebagai berikut:

1. Sinyal luminasi (luminance signal). Sinyal ini hanya mengandung variasi terangnya informasi gambar, termasuk 1. Sinyal luminasi (luminance signal). Sinyal ini hanya mengandung variasi terangnya informasi gambar, termasuk

2. Sinyal warna (chrominance signal). Sinyal ini mengandung informasi warna. Dia dipancarkan sebagai modulasi pada sebuah pembawa tambahan (subcarrier). Persisnya frekuensi pembawa tambahan adalah 4,43 MHz yang umumnya dianggap sebagai 4,43 MHz. Dengan demikian 4,43 MHz adalah frekuensi untuk berwarna. Umumnya dia dinamai sinyal C untuk krominansi atau kroma.

3.1.9. Saluran Pemancar Televisi 7 MHz.

Kelompok frekuensi yang ditetapkan oleh FCC bagi sebuah stasiun pemancar untuk transmisi sinyalnya disebut saluran (channel). Masing­masing stasiun televisi mempunyai sebuah saluran 7 MHz dalam salah satu dari bidang frekuensi (band) berikut yang dialokasikan untuk penyiaran televisi komersial.

1. VHF bidang frekuensi rendah saluran 1 sampai 3 dari 54 sampai 72 MHz.

2. VHF bidang frekuensi tinggi saluran 4 sampai 10 dari 174 sampai 216 MHz.

3. UHF saluran 21 sampai 64 dari 470 sampai 862 MHz. Dalam semua bidang­bidang frekuensi ini, lebar tiap­tiap

saluran televisi adalah 6 MHz. Sinyal­sinyal pembawa RF untuk gambar dan suara keduanya termasuk dalam tiap saluran. Saluran­ saluran ini diringkaskan pada Tabel 3.1. semua saluran terlihat pada daftar dalam Lampiran 1, termasuk frekuensi­frekuensi pembawanya. Bagaimana tiap saluran ini diunakan pada sinya­ sinyal gambar dan suara dilukiskan dalam pada Gambar 3.5.

Gambar 3.5 Frekuensi­Frekuensi Pembawa Pada Saluran Pemancar Televisi 7 MHz.

Dokumen yang terkait

ANALISIS DANA PIHAK KETIGA PADA PERBANKAN SYARIAH DI INDONESIA PERIODE TRIWULAN I 2002 – TRIWULAN IV 2007

40 502 17

ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL AGRIBISNIS PERBENIHAN KENTANG (Solanum tuberosum, L) Di KABUPATEN LUMAJANG PROVINSI JAWA TIMUR

27 309 21

ANALISIS PENGARUH MANAJEMEN LABA TERHADAP NILAI PERUSAHAAN (Studi Empiris Pada Perusahaan Property dan Real Estate Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia)

47 440 21

EFEKTIVITAS PENDIDIKAN KESEHATAN TENTANG PERTOLONGAN PERTAMA PADA KECELAKAAN (P3K) TERHADAP SIKAP MASYARAKAT DALAM PENANGANAN KORBAN KECELAKAAN LALU LINTAS (Studi Di Wilayah RT 05 RW 04 Kelurahan Sukun Kota Malang)

45 393 31

PENGALAMAN KELUARGA DALAM MERAWAT ANGGOTA KELUARGA DENGAN GANGGUAN JIWA (SKIZOFRENIA) Di Wilayah Puskesmas Kedung Kandang Malang Tahun 2015

28 256 11

STUDI PENGGUNAAN SPIRONOLAKTON PADA PASIEN SIROSIS DENGAN ASITES (Penelitian Di Rumah Sakit Umum Dr. Saiful Anwar Malang)

13 140 24

PENILAIAN MASYARAKAT TENTANG FILM LASKAR PELANGI Studi Pada Penonton Film Laskar Pelangi Di Studio 21 Malang Town Squere

17 165 2

Analisis Penyerapan Tenaga Kerja Pada Industri Kerajinan Tangan Di Desa Tutul Kecamatan Balung Kabupaten Jember.

7 76 65

IMPROVING CLASS VIII C STUDENTS’ LISTENING COMPREHENSION ACHIEVEMENT BY USING STORYTELLING AT SMPN I MLANDINGAN SITUBONDO IN THE 2010/2011 ACADEMIC YEAR

8 135 12

Pengaruh Atribut Produk dan Kepercayaan Konsumen Terhadap Niat Beli Konsumen Asuransi Syariah PT.Asuransi Takaful Umum Di Kota Cilegon

6 98 0