Karakateristik SIstem Produksi dan Produk Sapi Potong di Peternakan Rakyat Desa kandang Mukti Kabupaten Garut

ICARAKTERISTXK SISTEM PRODUKSI DAN PRODUK
SAP1 POTONG DI P E T E R N A M U K Y A T
DESA KANDANG MUKTI KABUPATEN GARUX

OLEH :
RONNIE PERMANA

PROGRAM PASCASARJAIYA
INSTXTUT PERT'AIVIAN BOGOR
2002

Sumbangsih Un tuk
Keluarga T e r c i nta

ABSTRAK

Ronnie Permaria. Karabrteristik Sistem Prduksi d m Produk Sapi Potong Di
Pekrnabn bkyat Desa Kandang Mukti Kabupaten Garut. Dibimbing oleh R.
Eddie Gurnadi d m Asnath M.Fuah,
Usaha pekmakan sapi potong di Desa Kandang Mukti menrpakan safafi
satu percontohnn peternakstn rakyat di Jawa Barat. Kelompak ini memnfaatkan

bakalan sapi jantazr untuk tujuan penggemukadpmbesaran y m g dibkukan
secara semi intensif dalam lahan terbatas dtngan jumlah papulasi relatif tinggi
(lebih dari 375 ekor).
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk rnengidentifikasi sistern produksi
dan pr&k
yang dihasilkan sebagai dasar untuk merencanakan strategi
pengembangan usaha sapi potong di Desa Kandang Mukti Kabupaten Gamt.
Penelitian dibagi menjadi dua tahap; &hap pertama pengumpulan data
dilakukan dengan metade survei terhstdap lrarakteristik sistern produksi; pada
tahap kedw Qilakukanuji kualitas daging dengan menggunakan rancangan acak
lengbp (RAL) 3 perlrtkuan dengan 6 ulangm . Perlaban yang diberikan adalnh
pakan ampas tahu dan jerami padi di Desa Kandang Mukti (RJ), pakan ampas
tabu d m jerarni padi non Desa -clang
Mukti (m),
dan pakan nrrnput dan
konsentrat fR1) di Kabupaten Garut..
Hasil pencfitian rnenunjukkan bahwa usaha pkrn&an sapi potang di
Desa Kandang Mukti dilakukan secara semi intensit Perkandangan berah pada
t i g zana utama yaitu banyak air (zona l), sedikit air (zana 2) dan hampir tidak
ada air (zona 3). Selain ketiga xonna tersebut, terdapat, satu zona yang merupakan

zona pengembangan yang disiapkan rnenggantikan kctiga zuna tersebut. Sistem
budidaya addah usaha pembesaradpnggemukan sapi patong dengan pola
pemeliharaan serentak (budidaya I), poIa perneliharaan tidak serentak fbudidaya
2) dan pola pemeliharaan kerjasama fbudidaya 3). P a h utama yang digunahn
adalah jemmi pad; dan ampas tahu yang mewpakan ptensi loknl. Fetemak
adalsth kepala keluarga dengan kisaran umur 19-60 tahun dengm tingkat
pendidikan pada urnumnya sekolah dasar (79%). Petemak tidak rnemiliki Iahan
sendiri dengnn keptmiliksln t e m k G-12 ekor per ktpala keluarga. KendaXa utrtma
yang dihadapi adalah pennasalahan limbah dan terbatasnya pakan.
Kualirsts daging (daya ikat air, pH, keempukan,) selunifi prlakuan tidrtk
berbeda nyata. Wama daging sapi yang diberikan pakan ampas tahu dan jerarni
padi di Desa Kandang Mukti berbeda nyata (pinDarah ............................................................
Eritrasit Darah ...................................................................
Rematoknit:D m h ..............................................................

Tanggapan Masyarakat terhadap Usaha Sapi Potong ....................

...............
Smtegi Pengembangan................................................................


Potmi Pengembangan U s a h Peternakan Sapi Fotong

...............................
., ........................ 73
Kesimpulan ................................................................................. 73
Saxan ........................................................................................... 74

KESIMPULAN BAN S A R A N

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

............................................................................ 75

..........................................................................................

80

DAFTAR TAREL


1 . Luas Areal Desa hndang Mukti Menurut Penggunaarrnya

..........
2 . JumXah Pendudulc Menurut Usia dan Jenis Kelamin .....................
3 . Mab Pencaharian Penduduk .........................................................
4 . H a i l Pertaninn Desa Kandang Mukti ............................................
5 . Perkembangan Jurnlah Peternak dan Popubsi Temak....................
6 . Pembagian Zana Menurut Lobsi Perkandangan ...........................
7. Kandungan Nutrisi Jernmi Padi &n Ampas Tahu ..........................
8 . Kandungan Nutrisi Air Bibit Tahu .............................................
9 . Pengaruh. Perlakuan terhrtdap Daya Mengibt Air .........................
10. Penpmh Perlakuan terhadap pH Daging ......................
,
.
..........
11. Pengaruh Perlakuan terhadap Keempubn Daging .......................
1 2 . Perbandingan Warna pa& Daging ...............................................
13. Pengaruh P e r l a h n terhadap Hemaglobin Darah ........................
14. Fmgaruh Perlakuan terhadap Eritrosit Darah ...............................

15 . Pengaruh PerIakuan ttrhadap Hematakrit D a d .........................
16. Analisa SWOT .....................

DAPTAR GAMBAR

No .

Teks

Halaman

1. Skukhr Kimia Heme KompXek dari Myoglobin .....................15

2. Stnrkrur Hemoglobin ................................................... 17

.................................................... 22
4. Diagram Tata Ruang Uesa Kandang Mukti ............................ 33
5 . Diagram Jumlah Penduduk Menurut Usia dan Jenis Kehrnin ....... 34
6 . Diagram Mata Pencahrtrian Penduduk Kandang Mukti .............. 3G
7. Diagram Tingkat Pendidih Penduduk Kandang Mukti .............35

8 . Diagram Jumlah Petern& dan Popuiasi Temak ........................
39
9 . Diagram Jumlah Petemak Herdasarkan Tingkat Pendiidikan.........40
10. h n a h Lahsi Pcrkandangan.............................................43
1 1. Diagram Macam Bahan Pakan ..........................................45
12. Diagram Pmgamh PerIakuan terhadap Dayrt Mengikat Air ........ 55
13. Diagram Pengaruh PerIahan terhadap pH Daging ..................57
58
14. D i a p m Pengaruh Perlakurtn Keempukan Daging ...................
15. D i n p m Pengamh Perlakuan terhadap Nilai
Hemoglobin Darah ........................................................62
16. Diagram Yengamh Perlakuan krhadap Eritrosit Darnh .............63
17 . Diagram I? tngaruh Perlakuan terhadap I-fematolsritDarah .........64
1 8. Diagram Tanggapan Non Petemk Sap;...............................65
66
19. Diagram Tanggapan Pengrajin Tahu...................................
20 . Diagram Tanggapan Petani ..............................................67
3. Mebbolisme Zztt Besi

DAFTAR LAMPIRAN

No .

Teks

Halaman

1. Amlisa Sidik Ragam Daya Mengikat Air .....................................80

2 . Analisa Sidik Ragam pH Daging .............................................. 82

3. Analisa Sidik Ragam Reempukan Daging .....................................84

4. Analisa Sidik Ragam dan Uji Beda Nyata Jujur Nilai Hemoglobin....... 86
5 . Anatisa Sidik Ragam dan Uji Beda Nyata Jujur Nilai Eritrosit ............ 88

.............................................. 90
7 . Anatisa Non Parametrik Warna Daging ...................................... 92

6 . Analisa Sidik Ragam Hematokrit


Usaha petemakan rakyat merupakan pnyumbang tcrbesar pemenuhan
kebutuhan hging segar di Indonesia. Usaha ternak difungsikan stbagai tenaga
kerja, pnghasil pupuk kandang dm tenrbma sebagsti surnbtr pendapatan. Pads

umumnya usah8 ini rnasih merupakan usaha sambilan dengan tingkat pendapatan
kurang dari 30 persen dnri total penclapatan usaha tani (Saedjana et a!,, 1993).
Tid& seperti p t m a k a n rakyat ntau usahatani pa& urnumnya,
kclompok p t m a k Mekar Mukti di Desa Kandang Mukti Kecamahn Leles
Kabupaten Garut Propinsi Jawa Barat justru mcnjadikan usaha ini sebagai

matapencaharian pakok. Pendapatan dari sektor ini mash belurn memahi tctapi
pa& umumnya petmak tidak mempunyai sumbtr pendapatm lain selain clari
bctemak .

Kelompok ini rnengusabakan bakalan, tenxhma FH jantan unmk
dibesarkanldigemukkan sebagai tern& potong. Dalam sejarahnya usaha tersebut
rntnrpalcan salah satu cam ppemanfaatan limbah ampas taku yang banyak terdapat.

di Desa bndang Mukti. Ampas bhu yang mencemri lingkungan akibat bau
yang ditimbulhn dimanfaatkan sebagai pakan sumber protein. jerami padi yang

juga sangat,berfimpah dirnanfaatkan sebagai sumber hijatan.

Kclompok Mekar Mukti sejatinya akan dijadikan sebagai proyek
percontohan petemakan sapi potong rakyat untuk Propinsi Jawa Barat. UirnuXai

dengan populasi sbanyak 3 ekor pada tahun 1989 bertcembang sarnpai saat ini

menjadi sekitar 375 kandang terpasang dengan target pengembangan sekitar 600

Satuan Ternak.

Meskipun populasi sekarang ini rnasih relatif sedikit tmpi

karma terkonsentrasi pada

sattr

lokasi, menyebabkan kelarnpak usahaternak ini

rnemerfufranperhatian. Pertama, karma usaha dilakuktn pada Iahan dan sumhr

pakan yang terbatas sekali,

t m p i tetap berkembang. Kedua, dengan fahan

arbatas menyebabkan usaha dilakukan dengm sistem intensif &pat dipastihrr
menyebabbn peninghtan angka pencemaran lingkungan. Hal

tersehut

mcnyebabkan keberrtdaan usaha sapi potong di Desn Undang Mukti bmyak

dikeluhkan oleh rnasyamkat sckitar terutarna masyarakat non peternak. Ketiga,
harga jual ternak pada tingkat bandar sedikit lebih rendah dibanding ternak dari
d a e d lain.

Ini disebabkan karena adanya angapan para bandar bahwa ttrnak

yang diberi ampas t&u rnenyebabkan dagingnya lebih pucat dan susutnya lebih
tinggi.


Dalam rangka peningkatan kesejrthteraan peternak dan kelangsungan
usaha, pengembangan Iebih lanjut: hams memperhatikan tiga faktor uhma ,yairu
pertirnbangan teknis, sosial dan ekonomis. Pertinzbangan tehis mengarah pada

kesesuaian pada sistem produksi yang berkesinambungan, ditunjang oleh
kemampuan manusia, dan groduksi yang berkesinambungan,

dan kondisi

agroekologis. Pertimbangara sosial mempunyai arti bahwa eksisknsi temak di
suatu daerah &pat diterima aleh sistem sosial rnasyarakat &lam arti tidnk

menimbulkan konflik sosial. Sedangkan pertim bnngan ekonomis mcngandung
arti

bahwn t e m k yang dipelihara hams rncnghasilkan nil~ti tambah bag;

perekonamian daerah serta h g i perneliharanya sendid (Dinas Pekmakan, 1997).

Selain ketiga faktor diatas juga hams memperhatikan faktor ekternral
lainnys yaitu infrastruktur, keterpaduan dan kordinasi lintas sektoraf,

perkembangan penduduk serh kebijakan pengembangan wilayah ahu kebijakan
pusat dan daerah.

Bertolak pada kondisi kclompok petcmk di Desa Kartdang Mukti, rnaka
penelitian ini dirmcang untuk rnengkaji dm menganalisa fakbr-faktor yang

rnempt~gitnrhiusaha temak sapi patong di Desa Kandang Mukxi Kabupaten
Gamt sehingga usaha dapat berjalm berkelmjutan dan ramah fingkungn.

Perurnusan Masalrmh
Beberapa pernasalahan utarna yang dapat ddikemubkan adalah sebagai

berikut :
1. Keberadaan usaha peternah di Desa Kanxdang Mukti Kabupaten Garut

rnengakibahn pencemaran terhadap lingkungan rnasyarakat sekitar.
2. Kunlitas praduk sapi potong yang dihasilkan disinyalir be turn memenuhi

skndar pasar.
3. Terbatasnya informasi yang mendukung pengembangan usaha ternak sapi

potong di Xksa Knndang Mukti Kabupaten Garut sehingga perlu dicari potensi
alternatif.

Tujunn yang ingin diungkapkan dalam pe~elitianini adalah :
1. Mengidentifik~sikarakteristik sistem produksi sapi potong di Desa Kandang

Mukei Ibbupaten Garut.
2.

Mengidentifikasi karakteristik prduk yang dihasiilcstn berdasakan pakan
yang diberikan.

3. Mcmberikan suatu saran pengembangan dan altematif diversifikasi usaha

peternakan sapi potong yang brkelanjuhn dm ramah lingkungan di Dtsa
Kandrtng Mukti Kabupaten Earut.

Diharapkan dari hasil penelitian ini dapat dijadikan acuan bagi
pcmerinbh daerah rnelalui Dinas Petemakan seternpat sebagai disar
pengembangan usaha pcternabn rakyat terutama sapi potong di Desa Kandang

Mukti Kabupaten Gnnrt.

Tempat dnrn Wrtktu Penditian
Penelitian akan dilakukan di kelompok petem. Mekar Mukti di Desa

Kmdang Mukti Kecamatan Leles Kabupaten Daerah Tingkat I1 Ganrt. DiIakubn

selama kurang lebih 6 buXan dari bulan Qktober 2001 sampai dengan Maret 2002.

Strate@ Pengembaugan. Sapi Potong

Studi tentang pngetahuan yang dimiliki petani/petemak dan praktekpraktek manajemen yang seringdilakukan daIam usaha tani t m a k sangat berguna
untuk pagembangan peternakan ke arah yang lebih optimal (Rangnekar, 1992).

Pet;ini dalam sistem pemberian pakan pada temak memiliki preferensi untuk
mengidentifikasi bahan pakan yang diperkirakan &pat menguntungkan untuk

memphaiki produkifrtas ternak. Menurut Rangnekar (19921, beberapa aspek
yang perlu diperhatikan dalam usaha peningkatan groduksi tern& adalab :
1+ Melakukm studi pada sistem yang dijalnnkan secara detail.

2. Identifikasi bahan-bahan pakan yang menguntungkan selragai pakan
temak.
3. Menelusuri informmi tentang ketersediaan bahan-bahan pakan tersebut

dan melakukan studi tentang faktor-faktor keunggulan dan pembatas
yang terdapat pa& masingmasing bahan prtbn.
4. Studi tentang sumber-sumber pakan dan produktifitas ternak.

5. Mengetahui status nubrisi dari temak yang dipelihara sehgai infomasi

dmar untuk pengembangan Xebih lanjnjut.

6 , Menyamnkan penibahan sistern pmberian pakan dengan berdasarkan
pada hasiI yang diperoleh tmtang potensi bahan p a h n lokal.

Pengembangan temak =pi potong di suatu wilayah, secara umum hams

memperhatikan tiga faktar, yaitu p~vtimbapzgc1.nteknis, sosial dan ekonomis.
Pertimbangan tebis mengarah pa&

kesesuaian padn sistem produksi yang

berkesimrnbungan, ditunjang aleh

kernampuan

mmusia,

dan

kondisi

agroekologis. Pertimhangufe svsial rnempunyai arti bahwa eksisttnsi ternak di
suah daerah &pat diterima oleh sistem sosial rnasyarakat dalam arti tidak

menimbulkan konflik sosial. Sedan*

pertimbangan e b ~ o m i srnengandung

arfii bahwa ternak yang diplifiara hams rnenghasilb nilai tambah bagi
pemkonomian daerah scm bagi pernefiharmya sendiri. Di samping ketiga faktor

tersebut terdapat, faktor lain yang mempengaruhi perkembangan peternakan secara
ebternal diantaranya infrastnxktur, keterpaduan dan kordinasi lintas sektoral,

perkembangan pnduduk serh kebijakan pengembangan wilayah atau kebijaka~
pusat dari daerah (Dinas Peternakan, 1997)).

Gumadi (1 998) mcngatakan bahwa usaha mtuk rnencapai tujuan
pengembangan k m k tersebut &pat dilakubn dengan tiga pendekatan, yaitu (1 )

pendebtan teknk dengan meningbtkan kelahirm, menurunbn kernatian,
rnengank.at pernotangan temak, dan perbaikan genetik temak, (2) pmdekutan
terpadu

yang

rnenerapkan

tehologi

produksi,

martajcmen

ekanomi,

pertimbangan sasial budaya yang tercakup dalam "sap& usaha pttemakan", serta
pembntubn Xcelornpok petem& yang bekerja sama dengan instmsi-instansi
terkait, (3) pendekatun agribisnis dengan hljuan mernpercepat p e ~ l g m I b a ~ g a ~

peternakan metalui integrasi dari keempat aspek ynitu Iahan, pakan, plasma

nutfah, (3an sumberdaya manusia.
Pengembangan sistern usaha hni terpadu rnempakan salah satu
pendekatan dalnm memanfaadan keragaman sumberdaya abm.

Bila

dikembangkan dengan tepat maka sistern usaha tani terpadu &pat rnenjadi pilar
pembangunan pertmian modem d m berkelanjutan. Supaya sistem usaha tani

terpadu dapat berkembang, maka aspek-aspek yang perIu diperfiatikan adalah ( t )

sifat usaha tani, (2) sumberdaya rnanusia, (3) skala usaha, (4) sarana dan
prasarana, ( 5 ) kernifman dan hubungan sntar subsistem agi-ibisnis, (6) orientasi
usaha, dan (7) keleshrian sumberdaya dan lingkungan (Rusono, 1999).

Metode Pemetaan Potensi Wilayah (Dirjen Petemkan, 1985) &pat
digunakan untuk menghitung bsarnya potensi pengembangan ternak sapi
k d a s a r b n lwhan sumber hijauan.

Pst = a LG

Bentuk persamaan yang digunabn adalah:

+ b PR + c R dimana PSI+--

Pobnsi maksimurn wiiayah unmk

temak m i n m s i a (ST) berdasarkan sumberdaya Iahn garapan (LG), padang
rumput (PR) dan rawa (R ). a

mnpung padang nrmput, c

-

-

daya tampung lahan gampan, b

=

daya

daya tampung rawa.

Kapasitas peningbtan popuhsi ternak dihimng brdasarbn selisih

ptensi mahimum dengan populasi temk mminansia waktu itu, dengm nrrnus :

KPFsL =

fSL

-

Pt,dimana KPPsr, = fCapasitas pningkahn populasi kmak

(ST) s u m wiIayah berdasarkan sumbrdaya lahan, Pst = Potensi rnaksimum
wilayah badasarkan surnberdaya Iahan dan P, = Populasi hmak pada saat ikr.

Lebih Imjut disebutkan bahwa potensi pengembangan juga dapat dihitung

brdasarbn sumberdaya keluarga (petemk) dengan persmaan :
PSK= d KK, dimana PSK= Potnsi maksimum (ST) brdasarbn sumbrdaya
keluarg, d = Jumlah satuan temak yang dapat d i p f ham oleh satu keluarga petani

peternak dan KK

-

Banyaknya kepaIa keluarga pehni petcrnak,

Kapasitas peningkatan popuIasi ternak berhsarkan sumbrc3rtya

keluarga dapat dikitung, yaitu selisih antam paterxsi rnaksimum berdasarkan
keluarga petani pternak dcngan populasi tern& pa& saat itu.

IUPPsK

=

Warna Daging
Faktor penting yang mempengaruhi seseorang dalam rnembeli daging

adalah warna, sementara warna daging besar pengamhnya terhadap penampiIan
daging tersebut. Sering perubahan wama dihubungkan dengan kesegamn daging
(Waiters, 1975).

Banyak f&tor yang rnernpengamhi wama daging krmasuk p a h ,

spcsies, bangsa, umur, jenis kelamin, pH,oksigen, dan stress (setingkat aktivihs

dan t i p otot). Faktor-faIctor tersebut dapat mcmpengaruhi wama daging yaitu
konsenbasi pigmen daging (myogIobi~t),Tipe rnolekul myoglobin, status Ernia
vppyogIabin, clan kondisi fisik sem kimia komponen lain dalam daging mmpunyai

peranan besar drtlam menentukan wama daging (Lawrie, 1979).
Pigmen yang mempengaruhi daging terdiri atas bagian utama yaitu

hemoglobin dan myoglabin, Scperti halnya hemoglobin, myoglabin terdiri

atas

protein globin dan zat besi dengan hndungan sekitar 3-5 % dari total zat besi dari

tub& (Underwood, 197 1).
Menurut Murray et.al. (1979) besi &lam tubuh ternak terdapat dalarn
bentuk komplcks brikatan dengan protein (hemoprotein), sebagai komponen

heme (hemoglobin dan miaglobin), sebagai enzim heme (mitokondrial &n

rnih~samalsitokrom, cablase dan peroksidase) atau sebagai komponen non heme
(Flavin Fc-enzim, transefin dan ferritin).

Pada sapi, bertambahnya umur, w m a daging akan berubah dari rnerah

mud& rnenjadi rnerah gelap (Price dm Schweigert, 1971 dan Kemp, 1980).
Mmingkatnya umur hunologis dari hewan, intensitas warn dari otot juga

mcningkat. Efal ini disebabbn brena peningkatan konsentxasi myoglotrin.

Perbedam spesies, tedihat anhra daging sapi, domba dan babi. Daging sapi
benrrarna lebih merah, domba btfwarna m m h dm babi Irewarn rnerah pucat
(Waiters, 1975). Sapi jantan mengandung myoglobirl lebih tinggi dari sapi betina,

sehingga warnanya lebih gelap (~emp,'1980). Daging sapi muda berwama merah
muda, menandakm bahwa kanduxlgan nayoglobinnya lebih rendah dibandingkan

sapi yang tebih tua (Forrest et.al., 1975). Menurut Lawrie (1979) otot yang
mempunyai aktifitas fisik

yang banyak biasanya diikuti oleh Icandungan

nqyoglobin yang tinggi, sehingga daging pada bagian tmebut bemama lebih

geIap, jika dibandjngkan dengan daging atau otot yang kurang aktifitasnya.
Menurut Admn (19771, p r b d a a n warna &@ng

hbih disebabkan oleb

Irandungan myoglobin, sebat, waktu hewm disembelih terjadi pndarahan
sehingga sebagian besar p i p e n hemoglobin keluar bersama darah. Lebih spesifik
dijelaskan oleh Watt er al. (1963) bahwn perbedann warna daging temtama
disebabkan oleh status kimia molekul myoglobin. Bentuk kimia wama daging
segar yang diingintran oleh kebanyakan konsumen adalah rnerah terang

o.rymyoglobin, Proparsi relatif dan distribusi ketiga p i p e n daging yaitu

myuglohi~reduksi ungu, oxymyoglubin rnerah terang dm rnet~nyoglobiltcoklat

akan menentukan intensitas warna daging.
Penyimpanm potonean-potongan daging pada suhu rendah atau
pencegah skess sebefum pernotongan yang rnenghasilkan p H daging rendah

dapat mencegah wamn daging menjadi gelap. Faktor utama untuk memdihara
wama daging adalah suhu, dengan naiknya suhu akan mempercepat oksidasi
pigmen daging yaitu oxymyoglobin menjadi metntyogfobin (Lawrie, 1979).

Ditegaskan bahwa daging segar akan segera mengalami pembahan wama menjadi
gelap pada cuaca panas sehingga daging hams d i m a s u b n ke dalarn alat
pendingin (Lawrie, 1379).

Hemoglobin dan protein komoprotein mempunyai pmgaruh yang relatif

kecil terhaclap wama daging. Pigmen sitohom, fEcavin dan vitamin BIZ yang
terdapat dalam otot dalam jumfah sangat sedikit, hampir tidak mempunyai andif

pada warm daging (Romans

eb

al., 1965). Meskipun begitu, sitabrn tetap

mempunyai pengaw'tr tidak langsung terhadap wama daging yaitu Iaju sitokrom
menggmakan oksigm a h n mereduksi medmyogIobin menjadi myoglobin

(Swatland, 1984).
Pigmen-pigmen heme mudah leroksidasi dm berubah wama dengin
cepat. Hal ini disebabkan sifatnya yang dapat mengkatalis r e h i oksidasi sendiri

(otokatalis). Myoglobbi dapat membentuk suatu senyawa yang &pat bereaksi

dengan oksigen dan mengakibathn perubahan wama. Oxyhemoglobr'n yang

bemama rnerah cerah tcrjadi hanya pada pemukaan daginf; yang terkena udara.
W a r n daging &pat diukur dcngan notasi atau dimensi wama tristimulus yaitu
hue, nilai &n kroma (Suepama, 1998)
Daya mena ah an Air
Daya ikat: air adalab kernampun daging untuk mengilrat airnya atau air
yang ditambahkan selama ada penganrb kekuatan dari luar rnisalnyrt pernotongan,

Pemanasan, penggilingan, dan tekanan. Daya ikat air mempunyai pengaruh

terhadap jus daging. Daya ikat air dipengawfii oleh pH, proses pelayuan dan

pmasaknn atau pemanasan. Faktor lainnya adalah spesies, umur, dan fungsi atot

(Soqarno, 1998).

Transfortasi, tempratur, kelembaban, penyimpanan dan

presmasi, jenis kelmin, kesehatan, perlakuan sebelum pernotongan dan temak

intramuskular serta p&an (Hamm, 1972).
Daya mengikat air dapat ditentukan anbra lain dengan metode Hamm
(1972) yaitu dengan rnembebani a t w mengepress 0.3 gram sampel daging

b g a n beban 35 kg pa& suatu kerEas saring diantara durt pelat &a

selama 5

menit. Kandungan air daging dapat:dihitung dengan menggunakan rumus sebagai

berikut :

mg Hz0

-:

area basah (cm2) - 8,O
0,0948

pH Drtging
pH daging ti&k &pat diukur segera setelah pernotangan (biasanya
dalam walctu 45 menit) untuk mengetahui pH awal Pengukuran selanjutnya
dilakukan setelah 24 jam unnik mengetahui pH akhir dari daging atau karkas
(Soepamo, 1998).
Di lahratorium, pH &pat ftuklrr dengan cara melumatkan $aging

rnenjadi daging mztserasi dengan penadahan 5 m M sodium iodoasetat utltuk

menghentikan glikolisis dan

150 m M potasiurn klorida untuic rnencegah

perubahan niIai pK buffer obi (Bendall, 1973). Penimbunan asam laktat clan
tercapainya pH ultimst atot terganturxg pada jumlah cadangan glikogen atot pada
saat pernotongan. Faktor yang mernpengamhi laju dan hsamya penunxnan pH

pslmortem dapat: dibagi menjadi dua kefompok, yaitu faktor intrinsik dan faktor

ekstxinsik. Faktor intrinsik antara lain spsies, t i p

otot,

glikogcn otot dan

variabilihs diantara ternak, sedangkan faktor ekscstrinsik anbra lain temperatur
lingkungan, pmlakuan b&an aditif sebelum pernotongan dm stress sehlurn

pernotongan (Lawrie, 19791,
Keempukan dan Tebtur Daging

Keempukrtn &in tekstur clagiging rnempakan penentu yang paling penting
pada kualihs daging. F&or yang rnempngaruhi digoIangbn menjadi : 1) faktar

antemodem stperti genetik temasuk bangsa, spesies clan fisiolagi; 2) fakror
umur, manajemm, jtnis kelamin dan stress; 3) fatEtor pastmartem yang
diantaranya meliputi metode chilling, rehgerasi, playuan dan pembckuan

termasuk fakeor lama d m tmperatur penyimpanan, dan metode pengolahan,
tennasuk metode pemasakan dan pmmbahan bahan pengempuk (Soepamo,
1998), Kcempukan dipengamhi aleh smktur myafibrilar dm status kontraksinya),
bdungan jaringan ikat dan tingkat ikatan silmgnya dan daya i b t air oleh
protein daging sem jus daging (Hamm, 1972)

Keempuknn daging &pat diukur dcngan menggunakan cam mekanis,

kimiawi, argaoleptik dan histologi (BratzIer, 1958), sensory test dan shear test
(Forrest ef al., 1975) ,shear test menggunakan a b t pernotong Warner-Bratzler.

Ada beberapa pendapat mengenai apa yang disebut daghg. Menurut

Forrest et al. ( 1975) daging diartikan sebagai semua jaringan hewan yang dapat

aku pantas digunakan untuk bahn m&anan temasuk semua hsil proses
pngadaan pabrik berasal dari jaringan hewan. Definisi daging menurut Lawrie

(1978) a&lah yang berasal &ri hewan termasuk lirnpa, ginjal, otak, serta

jaringan-jaringan lain yang &pat dimahn. Menurut Food and Drug
Administrotion, daging adalah bagian dari tubuh yang berasal dari temak seperti

sapi, babi, domba yang dalam keadaan sehat dan cukup umur untuk diptong,

Tetapi hanya terbatas pada bagian muskulus yang bemerat yaitu yang berasal dari

muskulus skeletal atau lidah, diafragma, janrung dan oesophagus, tidak termasuk
bibir, moncong, klinga dengan atau tanpa hmak yang menyertainya sertn bagianbagian dari tulang, urat, urat,syaraf, dan pembuluh darclh (Meyer, 19731, Ressang
(1 961) rnenyatakan bahwa daging adalah yang berasal dari hewan (hewan yang

berkuku satu, sapi, domba, karnbing, dan babi) yang disembelih kecuali tanduk,
kuku dan kulit, asal tidak mengalami pengawetan atau dipersiapkan untuk

dirnakan. Dalm ha1 ini otak dan organ t u b h temasuk daging. Daging dalam
pengertjan sehari-hari, adalah otot-otot kerangka bewan patang, hewan buruan,

ikan dm binatang brkulit kapur, rnisalxnya kepiting.
Stnrktw daging terdiri atas serat-serat daging, lemak &in tenunan

pngikat. Setiap serat daging tersusun dari unsur yang lebih kecil yang disebut
pplyofibril dan setiap myo$hril

twsusm dari myo$/a'ament, ini merupakan unsur

terkecil yang rnembentuk daging. Serat-serat daging ini dipersatukm oleh
sarcolemrnu yang menrpakan suatu lapisan yang sangat tipis. Selanjutnya

di~erangkanbahwa gabungan beberapa serat daging dislaputi oleh tapisan yang
disebut endumy,~iurndan kumpulan ini bergabung rnenjadi saw tenunan s e r b

dilapisi oleh lapisan perimysium. Jaringan-jarfngan seI yang membentuk daging

seccara umum &pat dibagi menjdi 4 golongan yaitu : Jaringan kulit, jaringan
pengikat, jaringan syaraf, dan jaringin otot. Jaringan otot paling banyak
diperhatikan sebagai makanan (Forrest et ab, 1975).

Daging merupakan bahan makanan yang sangat dibutuhkan oleh

rnanusia. Secam sedethana orang rnakan daging karma menyukainya tapi tidak
b l a h pntingnya yaitu nilai mt rnakman yang terkandung di dalamnya sangat

dibutuhkan untuk hidup, anbra lain asam-asam amino essensial (Ensrninger,
1990). Menurut Price &n Schweigert: (I 9711, Qagingmenxpakan sum& protein,
vitamin l3 &n

mineral trhususnya mt besi. Daging yang berkualitas baik

mengandung zat besi sekitar 2,5 - 2,8 mg/lOQ)gr(Anggaradi, 1984;dan Lawrie,

198I).
Komposisi daging menurut Price dan Schewcigert (1971) tergantung
dari spesies, kondisi hewan, jenis-jenis daging, pengawetan, penyimpanstn, dnn

metode pengepahn. Ziegler (1958) drtn Jacabs (1962) mengemukakan bahwa

daging terdiri dari bahan-bahan ynng mengandung nitrogen, senyawa-stnyawa
nitrogen, mineral, garam-garam dan a h , dan 20% dari seluruh bahan padat daXam

daging adalah protein.

Kandungan lemak dalarn daging &rut menentukan kualitas daging,
karena hal ini menmtukan amma dan flavor daging tersebut. Disamping itu

daging juga sumber vitamin, dirnana banyak mengandung viteunin I3 kompleks
dan

yang

terbanyak

addah

vitamin

Bl

(Thiamin), vitamin

B12

(Cyanacobalamin), asam foleat. Tetapi vitamin-vitamin ini bervariasi jumlahya
dari alat-alat tubuh yang berbeda pada hewan yang sama, namun perbedaannya

tidak seberapa dari alat-slat: tubuh yang sama terhadrap hewan yang berbeda

(Freeman, 1960). Menurut Ressang (1951) vitamin A banyak terdapat dalam hati

dan ginjal.
Myogfabin

Pigmen yang mernpengaruhi wama daging atau otot terdiri atas bagian,
utama yaitu myog3obin. Myoglobin sebagai saIah

s;ntu

protein sarkoplasmik

terbentuk dari suatu ranhi polipeptida tunggal terikat diseketiling suatu grup heme
ymg rnembawa aksigen. Menurut Soepamo (1 9981, gnrp heme tersusun dari suatu

atom Fe atau suatu cincin por-rin. Dalam otot atau daging yang normal

kandungan myogIobin adalah berfrisar 80 - 90% &ri total pigmen d m lebih
sangat berpengaruh dibandingkan dengan hemoglobin (Forrest et aL, 1975).

Seperti halnya hemoglobin, myoglobin terdiri atas protein globin d m zat besi

dengan kandungan sekitar 3 -- 5% dari total mt besi &lam tubuh (Urtdtnvood,

197 1).

Gambar I. Struktur Kimia Heme Kompleks dari Mygbbin (Price
dan Scbweigert, 1971)

Konsentrasi myaglobin berbeds anhra umur, spesies, bangsa, tingkat
hubungan dengan atmosfir, lobsi otot menunjuhn adanya variasi konsentrasi

myoglobin diantara s p i e s , umur d m otot (Soeparno,1998).

Hemoglobin, Eritrosit dan Hematakrit
Hemoglobin rnmpnbn p i p e n eritrosit yang terdiri a8s protein

kornpleks terkonjugasi yang mengindung zat besi, atau didefinisikm sebagai

protein tetramer (ernpat satuan protein) yang tersusun dari dua gugus yang
masing-masing dibentuk ohh dua unit polipeptida atau monomer yang bcrbcda.

Warm rnerah hemoglobin discbabh oleh heme yaitu senyawa metalik yang

mengandung satu atom h i . Unkrk iebih jelasnya bentuk kimia dari hemoglobin
dapat dilihat pa& Gamba~2.
Biosintesis hemoglobin dimutai &lam eritrosit dan berlangsung terns
dalam perkembangan sel darah merah. Selma nukleus masih ada di dalam sel,

pmbentukan hemoglobin masih berlangsung (Reviany d m 51artini 1886).

Menurut Underwood (197 1) M a r hemoglobin dalarn darah bervariasi
dipengaruhi aleh umur, jenis keiamin, zat- mt nutrisi makanan, lrondisi kesebatan,

Icebuntingan, hktasi dan lingkungan (iklim dan kelernbabiban).
Hemoglobin pada eritrasit vcrkbratil melakuhn dua fungsi biologik
yang penting : (1) pngangkutan U2daxi organ respirasi ke jaringm perifer, dan
(2) penganglruhn CQ2 daxi hrbagai proton dari jaringan perifer ke organ resgirasi

untuk selanjutnya diekskresihn ke luar (Murray et al., 1 979).
Kekurangan hemoglobin akan rnenyebabkan penyakit anemia dimam
sirltesa rantai a ataupun ranhi

p berkurang. Nilai hemoglobin rendah d m jumlah

eritrosit menurun (di bawah normal) kmasuk ke dalarn jenis anemia rnikrositik
hypokmmik (Church dm Fond, 1988).
Menurut Rcviany dan H~tartini(1 986) hemcltoXrrit atau packed cell volume
(PCV) adalah perscntase sel-sel damh rnerah di dalam 100 rnl darai.1, Pada hewan,
hematokt sebanding dengm erikosit dan kadar hemoglobin.
Wilson (1 9799) rnenyabkan bahwa nilai hematokrit sangat, berhubungan
dengan viskositas (kekentalan) darah dimma peningkatan nilai hematokit akan

rnerringkatkan viskositas darah. Besamya nilai hematokrit dipengaruhi oleh (1)
bangsa dan jenis ternak, (2) umur dan fase procluksi, (3) jenis kelamin, (4) iklim

setempat, (5) penyakit dan (6)dehidrasi.

Gambar 2, Struktfrtur Hemoglobin (Ganong, 1983)

Z a t Besi

Zat: besi memegang perman rnenentukan dalam proses kehidupan,

rnempengmhi fungsi energi organ dan jaringan tub&.

Zat besi rnempakan

komponen dari setiap aganisme hidup, kandungan zat. besi pada hewan benariasi
dari rnulai lahir sampai dcwasa, Zat: besi juga rnerupakan unsur yang pentirrg

ddam metabolisme tubuh tern&, berguna untuk respirasi sel, scbagai kompontn
hemoglobin, myogIobin, dan dalam sistem ewim tertentu (McDowell, 1992).
Kandungan zat besi total yang ada dalam tubuh t m a k bervariasi bedasarkan

spesies, umur, jenis kdarnin, nilai zat-mt maknnan dan kondisi kesehatan
(Undmood, 1 97 11). a t b s i dibutuhkan sekitar 50 - 1 00 ppm bahan kmkg pakan

untuk ternak nrminansia dewasa (NRC, 1988).
Ada dua bentuk prsenyawaan kimia dari zat besi daXam campuran

makarian dm masing-masing diserap datarn mekcinisme yang berbeda yaitu,
pcrtama adalah Fe yang terdapat dalam heme daXam suatu cincin porfrin &lam

hemoglobifi dan myoglobin yang jumlahnya hampir 40% dari zat besi yang ada

ddam jaringan. Karena porjrin mempalclln hasil ikatan kompleks dengan protein
maka heme lebifi hmt pa& pH netral d a l m usus halus dari pada pH asam daIam
lambung. Kedua ahlah Fe non-heme d a l m makannn asal tanaman dan
jumlahya sekitar 60% dan diserap di dalam mukosa usus halus bagian atas.

Sumber Fe nun-heme Iainnya adalah senyawa-senyawa yang dihmbabkan dahm
makamn berupa garam-garam yang mudah Iarut atau elemen zat h s i yang

rnempunyai partikel bemkurnn kccil. Bila dibmbahkan ke dalam makanan, garam
ferro lebih baik disermp dari pada garam feFerri. Hal ini disebabkan karem ion feni

tidak larut pada pH diatas 3,O sedangkan ion ferro tetap Iarut pada pH 8,O (Murray
et al., 19791,
Zat besi dalam tubuh ternak terdapat &hm bentuk kompleks berikatan

dengan protein (hemoprotein), sebagai komponen uhma heme (hemoglobin h
myogIobin), sebagai emim heme (mitokondrial dan miIcrosomnl sitokrom,

katalase dan peoksidase) abu sebagai kamponen heme (FEuvin Fe-emim,
transferrip1 dan fewitin) (Murray et a/,, 1979). Furoqori dan Kowabata (1979)

menambahn bahwa lrnsur zat besi ditemubn daXarn atot sebagai myoglobin dan
&lam hati sebagai ferritin dan hernosidwin.

Adapun fungsi mineral
pembawa

02 &in

zat

besi

&lam

tubuh

adalah sebagai

CQZ, b e w a n daIam pembntukan sel darah merah,

rnenglmblis konversi P karobn menjadi vitamin A, sintesis purin yang rnerupakan
bagian integral dari aasm nukleat (RNA dan DNA), penghilangan lipid dari darah,

sintesis kolagen, produhi anti badi, dan detoksifrkasi racun di dalam hati
(Tillman et a!., 1991).

Zat besi bersama protein Cglobuti~)mernbentuk hemoglobin yang

berperan sebagai pmbawa oksigen. Bentuk persenyawaan h m e juga terdapat
dalam myogi'obin yaitu zat warna yang serupa dengan hemoglobin yang terdapat

pada otot. Myoglobin rnempunyrti kernampuan untuk rnenangkap oksigen
sebagaimnna halnya hemoglobin (Ensrninger, 1990).

Gambaran sistematik dari rnetahIisme zat besi clapat dilihat pa&
Gambar 3. yang dapat dijelaslrttn sebagai brikut: Penyerapan zat besi secara

keselunifian terjadi di gmtroi~testinalterutama di duodenurn drtn jejunum. Zat
besi diserap dalam benhk ferru (Fez'), Oteh karma zat besi dalam makanan

terdapat &lam btntuk ferrz' (Fe3') maka agar bisa diserap of eh duodenum, besi

tersebut rnemerlukan mduksi dari EPentukferri (Fe 3t) rncnjadifirm (Fe 2').
a
t besi diserap ke d a l m sel mukosa dan diubah menjadifewitin. Pada

saat sel tersebut secara fisiolagis jenuh dengan fkrritin, m k a penyerapan besi

dihambat smpai zat bbesi dilepaskan &rif m i f i n dan ditransfer ke dalam plasma.
Fe-fewo yang rnasuk ke dalam plasma darah dengan cepat dioksidasi

menjadi bentuk fen+.Bentuk Fe fewi iin iumumnya membenruk kompleks dengan
globulin f &ansferrin) dan dihwfer ke datam tubub. Tramferrin menerima zat

b s i yang diserap dariusus halus, yang dilcpaskan dari simpanan mt besi tubuh

dm dari pemecahan hemaghbin. Kernudian transferfin mengantarkan zat besi ke
sumsum tubng untuk pembntukan hemoglobin, ke dalam plasenta untuk
kebutukan fetus, dan ke dalam sel untuk pembentulran enzirn yang mengandung
zat btsi.

Penyirnpanan zat k s i dalam hemoglobin ditakukan dengan sistern
retilculoenduthe~iuldi dalam hati, ginjal dan sumsum tulmg, yang mendapahn

Fe dari set darah m m h yang mati. Zat besi dilepaskan dari hemoglobin selama
pemecahan st1 Qarahrnerah, kemudian dibbawn ke hati dm disehesihn ke dalam
empedu. Sebrtgirtn btsar zat besi y m g ada &lam tmpedu diserap dan digunstkan

kembali untuk membentuk hemoglobin. Zat besi disehesikan di dalam feses dan
urine, dapat rnelalui kuIit, rambut dan kuku jika krdapat ehresi besi yang

berlebihan. Sebagian besar zat besi yang terdapat dalam feses merupakan zat besi
yang berasat dari, rnahnan yang tidak dapat diserap (McDoweIl, 1992),
Menurut Underwood (1971) dan Mchwell (1992) keseimbangan zat

besi dalam tubuh scbagian besar dikontrol oleh sistcm penyerapannya.

Penyerapan zat k s i itu sendhi dipenganrhi oieh :1) urnur, status zat besi dan

kondisi kesehatan ternak atau individu; 2) kondisi saIuran pencemaan; 3) jumlah

dan bent& kimia dari b s i mabmn; 4) jurnlah dan komposisi mineral fain yang
brinteraksi dengan zat besi. Menurut Furoqori dan Kowabata ( 1979) penyerapan
zat besi dikontrul aleh rnukosa usus halus yang mampu menerima zat besi pa&

waktu dibutuhkan dan akan rnenobknya saat: kebutuhan sudah terpenuhi.
Penyerapan mt k s i dalam bentuk non-heme sebagian btsar

dipengaruhi oleh hberapa kilasl, yang dikandung daIam makanan. Asam askarbat

menunjang absorbs; mt besi dan ethylene-dicnminetetraacetic acid (EDTA)
merighambat:ahsahsinya. Histidin, Iisine, dan sisteine meningkatkan penyerapan

zat besi fm(FCZ'). Mahnan dengan tin&$ fosfor (P) tinggi akan menurunkan
absorbsi mt besi, brena adanyaferri-fosfat &n pitat yang tidak larut. Makanan
dengan kadar smbaga (Cu), mangan (Mn),timah (Pb) dm cadmium (Cd) tinggi
akan rneningkatkan kebutuhan zat besi (McDowell, 19921, dan disemkan pula

unsur smg (Zn) (Underwood, I 97 1).
Zat besi makanan Xebih banyak yang diserap dalam keadaan kehrangan

dm penyerapannya ke daiam hbub sangat menurun kalau banyak simpanan znt

b s i . Pitat, oksalat, tanin dan fosfat yang ada &lam pakan cenderung rnembenhlk
endapan zat besi yang tidak larut sehingga mmenyebabkan zat: besi tersebut tidak
ditpat diserap. Untuk merncegahnya digunakan p g k i l a s i (iron chelaling agents),

seprti vitamin C , fruktosa, fumarat, dan beberapa asam amino yang

menyebabkan a t b s i dnlam keadaan larut sehingga dapat diserap (Parakhsi,
1985).

Murray et ai., f 1879) rnenyabbn bahwa zat besi didistribusikan dan

BLOOD

0
:.:.;-:?,:.

mh%-f"-.~,J...

I...