Hasil Penelitian

A. Hasil Penelitian

1. Gambaran umum Republik Sudan

Sudan, atau yang memiliki nama resmi Republik Sudan, adalah salah satu negara yang terletak di Afrika Utara (Afrika Timur Laut). Republik Sudan merdeka dari Inggris pada tanggal 1 Januari tahun 1956 (LB Lokosang, 2010: 17).

Data mengenai Republik Sudan dari segi geografisnya (Kementrian Luar Negeri, http://www.kemlu.go.id/khartoum/ Pages/ Country Profile.aspx? IDP=2&l =id. [Diakses tanggal 12 Agustus 2011]) adalah sebagai berikut : letak dan luas wilayah Sudan terletak di bagian timur laut benua Afrika, terbentang antara 4º dan 23º lintang utara, serta 22º dan 38º bujur timur. Sudan merupakan negara terluas di benua Afrika atau sekitar 1,25% lebih besar dari wilayah Amerika Serikat. Total wilayah Sudan mencakup 2.505.810 km² ( + 1 juta mil²) dan merupakan 8,3% dari seluruh luas benua Afrika. Luas wilayah laut dan sungai 129,810 km² dan luas daratan 2.376.000 km². Aliran sungai Nil Putih dan sungai Nil Biru yang bertemu di kota Khartoum dan melintasi wilayah Sudan menyediakan sumber air yang tiada henti sepanjang tahun, baik untuk keperluan air minum, pertanian maupun pembangkit listrik. Ibukota Republik Sudan terletak di Khartoum. Total Perbatasan Republik Sudan adalah 7,687 km termasuk garis pantai Laut Merah 853 km. Republik Sudan berbatasan langsung dengan 9 negara, yaitu: Mesir (1.273 km), Libya (383 km), Chad (1.360 km), Republik Afrika Tengah (1.165 km), Republik Demokrasi Congo (628 km), Uganda (435 km), Kenya (232 Km), Ethiopia (1.606 km) dan Eritrea (605 km). Dari 9 negara tersebut terdapat 5 negara land-lock , yaitu Chad, Afrika Tengah, Congo, Uganda, dan Ethiopia.

Data mengenai populasi penduduk, dan sistem pemerintahan Republik Sudan

Fact Book, http://www.cia.gov/library/publications/the-world-factbook/geos/su.html.

commit to user

sebesar 40.218.455 jiwa Jumlah penduduk Republik Sudan pada tahun 2009 berjumlah 41,381,72141,2 juta jiwa dengan tingkat pertumbuhan populasi rata- rata 2,14%, tingkat kelahiran 34,53 per 1.000 populasi dan tingkat kematian 8,97 per 1.000 penduduk. Penduduk negara bagian Khartoum sekitar 7 juta jiwa sedangkan ibukota Khartoum saja sekitar 2,5 juta jiwa. Penduduk Republik Sudan terdiri atas berbagai kelompok/etnis yaitu etnis Afrika kulit hitam 52%, Arab 39%, Beja dan Nubian 6%, orang asing 2% dan lain-lain 1%. Mayoritas penduduk menganut agama Islam aliran Sunni khususnya di wilayah utara, sedangkan di wilayah Selatan mayoritas menganut Anismisme 25% dan 5% memeluk agama Kristen.

Presiden Republik Sudan adalah pemegang otoritas sistem pemerintahan eksekutif, yang juga merupakan perdana menteri, kepala pemerintahan, dan panglima angkatan bersenjata. Badan legislatif Sudan adalah The National Assembly merupakan majelis rendah yang memiliki 450 anggota. Selain itu juga ada majelis tinggi, yaitu Council of State, yang terdiri dari dua wakil yang ditunjuk dari setiap 26 provinsi. Pada bidang peradilan, Republik Sudan memiliki pengadilan tinggi, Menteri Kehakiman, pengacara umum, dan pengadilan umum atau khusus. Di bidang divisi sub administratif, tiap provinsi dikepalai oleh seorang gubernur yang ditunjuk oleh presiden bersama dengan kabinet negara dan majelis legislatif Negara.

Data mengenai Bahasa Resmi dan Struktur pemerintahan Republik Sudan untuk periode 2005 – 2011 (Kementrian Luar Negeri, http://www.kemlu.go.id/khartoum/ Pages/ Country Profile.aspx? IDP=2&l =id. [Diakses tanggal 12 Agustus 2011]) sebagai berikut: Bahasa resmi yang digunakan adalah bahasa Arab, dan juga menggunakan bahasa suku mereka seperti Nubian, Beja, Ta Bedawie, Fur, Nuban, dan juga dialek Nilotic dan Nilo-Hamitic, disamping itu Bahasa Inggris juga digunakan secara luas di kalangan pejabat pemerintah, dunia usaha dan akademik, serta di wilayah Sudan Selatan.

commit to user

adalah federasi dan transisi berdasarkan Konstitusi Transisi yang dibuat sesuai CPA (Comprehensive Peace Agreement). Pemerintahan ini menganut asas koalisi demokrasi dan terdiri dari National Congress Party ( NCP), Sudan People's Liberation Movement (SPLM) dan partai-partai politik (di wilayah utara dan selatan) yang resmi tercatat dalam badan pencatatan partai politik. CPA dan Konstitusi Transisi merupakan dasar hukum utama bagi seluruh kebijakan pemerintahan pusat dan daerah. Selama masa transisi, pemerintahan pusat/ federasi memberikan hak otonomi penuh kepada Sudan Selatan. Sudan Selatan dikepalai oleh seorang putra daerah sebagai Kepala Pemerintahan. 6 negara bagian di wilayah Sudan selatan kini disatukan selama pemerintahan transisi. Sudan Selatan diper-kenankan memiliki konstitusi tersendiri yang berbeda dengan konstitusi di Utara. Sistem perundang-undangan yang berlaku di Sudan selama masa transisi terdapat dua sistem yaitu di Utara menganut sistem Islamic Law dan di Sudan Selatan menganut sistem conventional dan sekularisme. Sistem yang berlaku di ibukota Khartoum sebagai kota nasional masih menjadi polemik hingga saat ini . Lembaga Eksekutif berdasarkan CPA dan Konstitusi Transisi terdiri dari dua: pemerintahan pusat/federasi dan pemerintahan negara bagian. Presiden Omer Hassan Ahmed El Bashir dibantu oleh dua Wakil Presiden: Ali Osman Mohamed Taha (Wapres dari Utara) dan Salva Kiir Mayardit (Wapres I dari Selatan). Kabinet terdiri dari menteri- menteri yang berasal dari Sudan Selatan dan Utara mewakili partai-partai yang ada. Pembagian jatah dalam lembaga eksekutif dibagi sesuai CPA, 50% untuk NCP, 30% SPLM dan 20% untuk partai-partai lainnya dari Utara dan Selatan. Lembaga Legislatif selama masa transisi terdiri dari Parlemen Nasional, Dewan Perwakilan Daerah, dan Dewan Legislatif di setiap negara bagian. Parlemen Nasional dan Dewan Perwakilan Daerah merupakan lembaga legislatif tertinggi yang anggotanya berasal dari partai-partai dan kelompok yang dibagi sesuai CPA dan Konstitusi Transisi. Parlemen Nasional beranggotakan 450 orang termasuk 50 anggota Dewan Perwakilan Daerah dari

25 negara bagian dan 2 orang dari wilayah Abyei daerah perbatasan Sudan

commit to user

234 kursi untuk NCP (ruling party), 126 SPLM, 63 untuk parpol Utara dan 27 kursi untuk parpol Sudan Selatan. Masa bakti anggota parlemen dimaksud berlangsung selama 3 tahun dan akan diadakan kembali pemilihan anggota setelah masa tugas selesai. Anggota Dewan Legislatif negara bagian di Sudan Selatan dibagi dalam komposisi 65% SPLM dan 35 % NCP.

Sudan merupakan negara yang bergabung dengan berbagai organisasi internasional

Fact Book,

http://www.cia.gov/library/publications/the-world-factbook/geos/su.html. [Diakses tanggal 5 Juni 2011]) seperti: UN (United Nations), IMF (International Monetary Fund), WHO (World Health Organization), WIPO (World Intellectual Property Organization ), WTO (World Trade Organization ), UNHCR (United Nations High Commissioner for Refugees), UNESCO (United Nations Educational, Scientific and Cultural Organization), UNCTAD (United Nations Conference on Trade and Development).

2. Proses suksesi negara Republik Sudan

a. Pemberontakan yang terjadi di Republik Sudan Kemerdekaan pada tanggal 1 Januari 1956 untuk Sudan ternyata tidak membawa Sudan pada kesatuan negara yang lebih utuh. Karena setelah kemerdekaan tersebut muncul suatu gerakan pemberontak warga Sudan Selatan yang menentang pemerintah pusat Sudan. Gerakan pemberontak bernama Equatoria Corps yang dikenal sebagai The Torit Mutiny merupakan pelopor munculnya gerakan pemberontak warga Sudan Selatan yang menentang pemerintah pusat Sudan.

Awalnya The Torit Mutiny adalah gerakan pemberontakan yang berskala kecil, dan tidak membawa perubahan yang signifikan di Sudan sehingga dianggap serangan pemberontakan hanya berlangsung selama berminggu-minggu saja. Tapi kenyataannya The Torit Mutiny menjadi gerakan yang telah memberikan inspirasi bagi warga negara Sudan Selatan untuk ikut serta. The Torit Mutiny telah memberikan gambaran kepada pemerintah Sudan bahwa mayoritas Sudan Selatan tidak menyetujui sistem

commit to user

berkembang menjadi kelompok pemberontak karena besarnya partisipasi warga Sudan Selatan dalam gerakan ini termasuk para pelajar dari Sudan Selatan.

Konflik Senjata pertama di Sudan yang disebut perang Anya Nya pertama terjadi pada tahun 1955-1972. Konflik ini bermula pada The Torit Mutiny yang membentuk pasukan gerilya yang dinamai Anya Nya. Dalam Persediaan persenjataan, pasukan gerilya Anya Nya selalu menjarah bantuan persenjataan yang dikirim oleh negara-negara Arab dan Afrika untuk mendukung gerakan Simba di Kongo(Scopas Odrande, http://www.Sudanvisiondaily.com/modules.php?name=

News &file=print&sid=3171. [ Diakses tanggal 24 desember 2011]).Pasukan gerilya Anya Nya ini telah berlangsung selama beberapa tahun, yakni dari tahun 1963-1969. Namun, karena dalam perkembangannya, banyak bermunculan pasukan pemberontak yang tidak mewakili satu suara, maka menimbulkan kesulitan pada upaya persatuan dan negosiasi. Karena dalam prakteknya pasukan pemberontak tersebut masih terpengaruh oleh faktor etnis, budaya dan kepentingan masing-masing kelompok (Douglas

H Johnson, 2003: 35). Pada Januari 1971, Akhirnya seorang bernama Joseph Lagu yang merupaka mantan letnan tentara Sudan, mengumpulkan dan menyatukan semua kelompok gerakan pemberontakan ke dalam sebuah gerakan yang disebut SSLM (Southern Sudan Liberation Movement). SSLM memiliki struktur komando yang terstruktur yang ditandai dengan tersedianya pasukan persenjataan, dan perluasan operasi yang dilaksanakan sebagai gambaran kekuatan militer, sehingga SSLM diakui sebagai belligerent. Perkembangannya gerakan ini berhasil melakukan berbagai macam negosiasi dengan pihak pemerintahan pusat.

Pada tahun 1972, tercapai perjanjian antara pemerintahan pusat dan SSLM (Southern Sudanese Liberal Movement) yakni The Addis Ababa Agreement on 1972 , ditandatangani oleh presiden Sudan saat itu yaitu

commit to user

yang pada akhirnya membawa akhir dari perang sipil pertama di Sudan (1955-1972). Bargaining power dalam perjanjan ini adalah memberikan Sudan Selatan otonomi daerah, yaitu otoritas untuk menjalankan pemerintahan di daerah tersebut. Namun, pada kenyataanya Addis Ababa Agreement hanya merupakan solusi jangka pendek dari konflik yang telah berlangsung puluhan tahun.

Banyak pelanggaran Addis Ababa Agreement oleh pemerintah pusat Sudan karena Intergrasi yang dipaksakan. Pertama mengenai Integrasi unit militer nasional yang menghasilkan banyak kecurigaan. Dalam Addis Ababa Agreement , pasukan militer menjadi topik pembahasan utama yaitu tentara Sudan Utara, Sudan Selatan, serta tentara nasional (yang terdiri dari pasukan kedua pihak). Diusulkan untuk tetap menjaga keamanan Sudan Selatan, dari kemungkinan serangan dari Sudan Utara. Usulan tersebut tidak disepakati oleh kedua belah pihak, maka diterapkanlah suatu integrasi militer, di kedua wilayah (Sudan Utara dan Sudan Selatan), yang terdiri dari jumlah pasukan yang seimbang jumlahnya, antara pasukan Sudan

http://africanhistory.about.com/od/glossarya2/g/1972-Addis-Ababa Agreement.htm. [Diakses tanggal 29 desember 2011]).

Dalam Addis Ababa Agreement, proses integrasi militer ini berlangsung selama 5 tahun. Setelah 5 tahun, integrasi militer tidak juga ditemukan. Bisa dilihat bagaimana masih banyak mantan pemberontak yang tidak diterima ataupun tidak mau menjadi bagian dari pasukan militer nasional, sehingga mengasingkan diri ke tempat yang tersembunyi. Kenyataan bahwa beberapa petinggi-petinggi pasukan gerilya mendapat jabatan yang rendah dalam pasukan militer nasional yang baru saja terbentuk juga telah mengurangi insentif para gerilya tersebut untuk ikut serta menjadi bagian dari militer. sehingga sangat jelas bahwa Addis Ababa Agreement dari segi integrasi militer telah gagal menyelesaikan masalah.

commit to user

mengembangkan perekonomian regionalnya sendiri, serta mendapatkan bantuan perkembangan berupa insentif finansial untuk Sudan Selatan. Namun, tidak

satupun

yang terealisasi

(Global Security, http://www.Globalsecurity.org /military/world/war/Sudan-civil-war1.htm. [Diakses tanggal 28 Desember 2011]). Ketiga adalah proyek perkembangan ekonomi yang telah dijanjikan oleh Sudan Utara gagal diaplikasikan pasca Addis Ababa Agreement. Bahkan selama 11 tahun otonomi daerah tersebut, Sudan Selatan telah diabaikan oleh Sudan Utara untuk pemberian kesempatan perkembangan ekonomi yang setara dengan Sudan Utara.

Kesimpulannya adalah pelaksanaan Addis Ababa Agreement yang tidak sesuai harapan Southern Sudan Liberal Movement (SSLM). Karena yang menjadi harapan sebenarnya dari Addis Ababa Agreement oleh SSLM adalah sistem federalisme sebagai bentuk negara Sudan, sehingga Sudan Selatan memiliki hak untuk mengembangkan wilayahnya sendiri, dan menentukan beberapa kebijakan khusus Sudan Selatan untuk mengatasi kebijakan Sudan Utara yang tidak sepaham dengan Sudan Selatan, kenyataannya tidak satupun terlaksana (Izzadine Abdul Rasoul, http://www.Sudantribune.com/At-last-the-NCP-appears-onits,3585

1 #forum96590. [Diakses tanggal 28 Desember 2011] ) . Perang sipil kedua di Sudan pecah pada tahun 1983 - 2005. Pada saat itu pemerintah Sudan di bawah kepemimpinan Jafaar Numeiri. Masa pemerintahan Numeiri merefleksikan masa kejatuhan ekonomi paling mengkhawatirkan di Sudan. Hingga akhirnya Jafaar Numeiri di kudeta tahun 1985 (Human Rights First, http://www. Human rightsfirst.org/our- work/crimes-against-humanity/Sudan-timeline/. [Diakses tanggal 25 Juni 2011]).

Latar belakang pecahnya perang sipil kedua di Sudan disebabkan oleh beberapa alasan. Pertama tidak tercapainya integritas militer, otonomi dalam berbagai bidang esensial di Sudan Selatan dan tidak memberikan

commit to user

Kedua kebijakan pemerintahan Numeiri yang menerapkan Islamisasi (penyebaran agama Islam), termasuk dalam hukum yang disebut „September law‟. September law merupakan sebuah hukum yang

menyebarluaskan ideologi Islam melalui pengaplikasian Syariah Law/ Hukum Syariah. Hukum syariah ini diaplikasikan bukan hanya di daerah Sudan Utara yang mayoritas penduduk adalah Islam, tetapi juga di Sudan Selatan, yang memiliki kepercayaan yang berbeda masalah agama (Peter Woodward, 1990: 123).

Melalui hukum syariah ini, ribuan hukuman pemukulan, amputasi, bahkan sampai eksekusi dilakukan oleh pihak yang berwenang, sebab melakukan kejahatan yang dilarang oleh agama Islam. Pelaksanaan September law ini mendapatkan banyak protes dari kaum non-Muslim ataupun komunitas Muslim sekular di Sudan Utara. Namun penerapan Hukum Syariah ini tidak pernah dihentikan. Bahkan pemerintahan selanjutnya tidak pernah menghapuskan September law, hanya mengubah metode pengaplikasian dari September law tersebut (Eric Hooglund, http://lcweb2.loc.gov/frd/cs/sdtoc.html. [Diakses tanggal 26 september 2011]).

Sebagai Reaksi dari September law, pada tahun 1982 terbentuklah Southern People‟s Liberation Army/Movement (SPLA/M), yang berada

dalam komando John Garang. SPLA/M membentuk sebuah strategi dengan cara membuat daftar „keluhan‟, yang terdiri dari kegagalan pemerintahan pusat, serta Addis Ababa Agreement dalam menyikapi

berbagai permasalahan.Usaha SPLA/M ditujukan untuk menemukan potensi aliansi di masa perang nantinya, serta dapat mempersatukan mereka dalam sebuah komando, berdasarkan kesamaan dan kepentingan. Mengingat bahwa jumlah etnis yang kemungkinan akan bergabung, sangat beragam (Douglas H Johnson, 2003: 75).

Pemilihan umum tahun 1986, menghasilkan Sadiq Al-Mahdi sebagai Perdana Menteri. Sejak masa pemerintahan Sadiq, faktor eksternal banyak

commit to user

perangkat militer oleh Libya dan Amerika Serikat terus-menerus berlanjut. Pasukan militer Sudan berada dalam posisi yang sangat kuat, disebabkan oleh pemasukan persenjataan dan bantuan finansial tersebut. Namun bantuan tersebut mengurangi insentif pemerintahan pusat melakukan negosiasi ataupun perjanjian damai dengan pihak SPLA/M. (BBC News, http://www.bbc.co.uk/news /world-africa-1409 5300. [Diakses tanggal 25 Juni 2011]).

Dalam pemerintahannya Perdana Menteri Sadiq menunjukkan dukungannya terhadap gerakan militer/ bersenjata, dari Sudan Barat (Darfur) dan merupakan kelompok-kelompok radikal, yaitu The Misiriyya & Rizaiqat Baqqara Murahalin. Murahalin biasa beroperasi di Sudan Selatan, melakukan pelanggaran hak asasi manusia seperti pembunuhan dan penculikan. Perdagangan perbudakan saat itu kembali muncul. Wanita dan anak-anak diculik, lalu dijual di Sudan Utara untuk menjadi budak. Rizaiqat Baqqara Murahalin adalah salah satu kelompok radikal yang secara langsung beradu dengan SPLA/M ,dengan memberikan dukungan penyediaan perangkat persenjataan.

Keadaan tersebut telah melemahkan sistem pertahanan SPLA/M secara signifikan. Perdana Menteri Sadiq memanfaatkan kondisi melemahkan sistem pertahanan SPLA/M dengan terus melakukan negosiasi dengan kelompok pemberontak tersebut. Di tahun 1986, Sadiq melakukan negosiasi perdamaian dengan SPLA/M yang menghasilkan beberapa prasyarat gencatan senjata. Diantaranya adalah penghapusan September law , menghilangkan aliansi militer dengan Libya, serta Mesir, dan mengadakan konferensi pembentukan konstitusi dasar. (Global Security,

www.globalsecurity.org/military/world/war/Sudan-civil- war2.htm. [Diakses tanggal 28 Desember 2011]). Reaksi dari negosiasi yang dilakukan oleh Sadiq adalah hilangnya banyak dukungannya, termasuk dari pihak militer Sudan. Akibatnya Disintegrasi antara pemerintahan dan militer menyebabkan kudeta militer

commit to user

dipimpin Omar Al-bashiir. Kudeta berakhir dengan Omar Al-bashiir menjadi

(New World Encyclopedia,http://www.newworldencyclopedia.org/entry/Sudanesecivil war. [Diakses tanggal 26 September 2011]).

Masa kepemimpinan Omar Al-Bashiir tergolong keras. Omar, tidak ingin melakukan rekonsiliasi dengan pihak pemberontak tersebut. SPLA/M dihadapkan dengan serangan kekuatan militer yang terus menerus dan razia di berbagai daerah Sudan Selatan. Sejak tahun 1989 sampai 1990, 2000 wanita dan anak-anak diculik saat razia, demi kepentingan bisnis perbudakan di Sudan Utara (Shamanta Power, http://www.learntoquestion.com/seevak/groups/2006/sites/Power/SP%28A frica%29/Sudan/Time%20Line/Africa_Sudan_T/imeline.htm.

[Diakses tanggal 26 september 2011]). Disisi lain,muncul permasalahan internal dalam SPLA/M bersumber pada John Garang. John Garang banyak dianggap sebagian seorang diktator dan melakukan kebijakan yang kontroversial. Ditahun 1990-1991, mulai mucul gerakan yang mendukung kudeta John Garang yang diketuai oleh komandan senior Riek Machar, dan lam Akol serata Rencana menjatuhkan pemimpin SPLA/M saat itu dinamai sebagai the Nasir Command/ Nasir Faction . Tujuan mereka adalah menjatuhkan John Garang, sebab organisasi tersebut membutuhkan prosesi akuntabilitas lebih, serta demokrasi dalam sistem pembuatan kebijakan dalam organisasi SPLA/M (Korium Tong, http://www.Sudantribune.com/Min ority -tribes- in-South-Sudan-and,7698. [Diakses tanggal 26 september 2011]).

Tahun 1990-1954, Nasir Faction ini banyak mendapatkan dukungan dari sesama anggota SPLA/M. Nasir Faction ini bahkan melakukan peperangan dengan pasukan SPLA/M yang diketuai oleh John Garang. Terjadi degradasi kekuatan militer SPLA/M dari segi jumlah pasukan, serta penguasaan wilayah (jatuh di tangan Nasir Faction pada saat peperangan terjadi). Melihat potensi kekuatan Nasir Faction, yang mampu

commit to user

Omar Al-Bashiir memberikan bantuan perangkat persenjataan kepada Nasir Faction. Banyak nyawa yang melayang akibat peperangan antar kedua pihak tersebut. Nasir Faction dikalahkan oleh SPLA/M dibawah kepemimpinan John Garang. Namun gerakan separatis tersebut telah menghasilkan berbagai perpecahan dalam kubu SPLA/M, gerakan tersebut membuka jalan bagi Omar Al-Bashiir untuk melakukan penyerangan terhadap SPLA/M.

Hingga Tahun 1993, pemimpin dari Ethiopia, Uganda, dan Kenya berusaha membentuk perjanjian perdamaian dan gencatan sejata antar kedua pihak, melalui organisasi Intergovernmental Authority for Development (IGAD). Pada tahun 1994, IGAD berusaha mendorong prosesi dari Declaration of Principles yang mengidentifikasi elemen- elemen dasar dalam pembentukan perdamaian di Sudan. Pada awalnya pemerintahan Sudan tidak menandatangani deklarasi tersebut. Namun karena Pemerintahan Sudan menghadapi banyak kekalahan di medan perang dari SPLA/M, maka deklarasi ditandatangan pada tahun 1997.

Deklarasi tersebut bukanlah deklarasi gencatan senjata, ataupun perjanjian mengikat yang akan mengakhiri perang. Declaration of Principles tahun 1994 oleh IGAD merupakan fondasi dasar, beberapa elemen penting dalam perumusan sebuah perjanjian perdamaian di masa depan. Beberapa poin inti dalam deklarasi tersebut, diantaranya adalah mengakui bahwa Sudan merupakan negara multi-etnis, sehingga membutuhkan sistem pemerintahan yang dapat menghargai kenyataan tersebut melalui implementasi pemerintahan demokratis yang menghargai perbedaan agama

dan etnis (US Department of State,

www.africanhistory.about.com/od/Sudan/p/SudanHist3.htm.

[Diakses tanggal 26 september 2011]). Tahun 2002, prosesi perdamaian dibawah perlindungan IGAD mulai terlihat progress yang signifikan. Lebih tepatnya tanggal 20 Juli 2002, aktor-aktor yang terlibat dalam konflik perang sipil Sudan kedua

commit to user

of Sudan, http://reliefweb.int/node/106448. [Diakses 26 september 2011]). Disetujui sebuah kerangka umum pemerintahan. Machakos Protocol terdiri dari prinsip pemerintahan, proses transisi, serta struktur pemerintahan (United Nations Mission in the Sudan, www.un.org/en/peacekeeping/missions /unmis/background.shtml. [Diakses tanggal 27 september 2011])

Dalam Machakos Protocol, memberikan hak kepada Sudan Selatan untuk menjalani sistem pemerintahan mereka sendiri, tanpa campur tangan dari Sudan Utara. Memiliki hak untuk mengadakan referendum di masa yang akan mendatang, untuk menentukan bagaimana nasib Sudan Selatan nantinya. Mencari solusi yang komprehensif, serta adil dalam, dalam mengatasi masalah ekonomi sosial yang dihadapi masyarakat Sudan. Tidak lama setelah itu, pada Agustus 2002, pembahasan mengenai perjanjian perdamaian dilanjutkan.

Akhirnya

berakhir pada penandatanganan Memorandum of Understanding pada 15 Oktober 2002. Tujuan penandatanganan memorandum tersebut adalah agar terjadi sebuah situasi yang damai selama prosesi negosiasi dalam proses.

Negosiasi perdamaian terus menerus berlanjut, sampai kepada 19 November 2004. Dimana kedua pihak menandatangani sebuah deklarasi yang memberikan komitmen kepada kedua pihak untuk melakukan Comprehensive Peace Agreement (CPA). Januari 2005, sebuah perjanjian perdamaian yang ditandatangani oleh pemimpin SPLA, John Garang dengan Ali Osman Taha (wakil presiden Sudan). Perjanjian perdamaian komprehensif tersebut menyetujui gencatan senjata antar kedua pihak. Perjanjian tersebut berisi beberapa hal seperti tindak lanjut dari pasukan militer setiap kubu, otonomi daerah, kekayaan minyak, isu ekonomi, administrasi, serta pelaksanaan September law. Setelah 6 tahun pengaplikasian perjanjian tersebut, akan diputuskan kelanjutan negara Sudan Selatan melalui sebuah referendum pada tahun 2011, sesuai dengan kesepakatan pada Machakos Protocol .

commit to user

bersifat sementara, sebab masyarakat Sudan Selatan akan dengan sendirinya memilih, apakah mereka menginginkan otonomi daerah (tetap sebagai satu negara Sudan), atau mereka ingin merdeka dari Sudan itu sendiri, membentuk Republik Sudan Selatan. Selama 6 tahun tersebut, penghasilan dari industry minyak yang ada di Sudan Selatan, akan dibagi dua.Permasalahan yang paling utama dalam mendapatkan kesepakatan adalah masalah administratif, serta penerapan hukum di Sudan selama 6 tahun tersebut. Disepakati bahwa sistem administratif akan dibelah menjadi 70:30 (mayoritas untuk pemerintahan pusat selama pemerintahan transisi). Kepala negara akan diduduki oleh Omar Al-Bashiir, dengan John garang sebagai wakil dari kepala negara Sudan. Dalam perjanjian CPA, pasukan militer dari Sudan Selatan dan utara tetap menjadi unit militer yang terpisah satu sama lain. Langkah pertama adalah penarikan 91.000 pasukan pemerintahan dari Sudan Selatan selama 2 setengah tahun, sedangkan pihak SPLA punya waktu 8 bulan untuk menarik pasukannya dari wilayah Sudan Utara. Dalam perjanjian 2005, masing-masing pihak tidak diberikan obligasi untuk menghilangkan pasukan militernya hal ini ditujukan apabila suatu saat jika perang kembali pecah, setiap pihaknya mampu untuk melindungi diri mereka masing-masing (CNN, http://articles.cnn.com/2005-01-09/world/

Sudan.signing1rebel-group- spla-darfur?s=PM:WORLD. [Diakses tanggal 6 Juli 2011]).

Sejak saat itu, perjanjian CPA diterapkan. terdapat beberapa konflik hampir pecah namun walaupun tidak sempurna, Comrehensive Peace Agreement telah berhasil mengakhiri perang yang berlangsung selama 21 tahun, yang mengambil 2 juta nyawa rakyat, mayoritas kematian diakibatkan oleh kelaparan (CNN, http://articles.cnn.com/2005-01-09/ world/Sudan.signing1rebel-group-spla-darfur?s=PM:WORLD. [Diakses tanggal 6 Juli 2011]).

commit to user

Tahun 2011 Proses referendum di Sudan diselenggarakan seperti yang diatur dalam Comrehensive Peace Agreement tahun 2005. Dalam perjanjian tersebut, rakyat Sudan Selatan diberikan 2 pilihan, antara persatuan, atau perpisahan. Persatuan berarti Sudan Selatan akan tetap menjadi bagian dari Sudan, diberikan otonomi daerah, serta akan terjadi integrasi pasukan militer kedua pihak yang lebih intensif. Perpisahan berarti Sudan Selatan akan membentuk sebuah pemerintahan yang baru, memiliki otoritas penuh terhadap wilayah mereka, dan kemungkinan besar tidak akan ada campur tangan apapun oleh pemerintahan pusat.

Referendum yang dilaksanakan pada tanggal 9-15 Januari 2011 oleh Biro Referendum Sudan Selatan yang diketua oleh Prof. Mohamed Ibrahim Khalil sebagai tindak lanjut dari protocol self determination yang terdapat dalam Comprehensive Peace Agreement (CPA) yang tandatangani oleh Pemerintah Sudan dan kelompok pemberontak dari Sudan Selatan SPLM di Naivasha, Kenya, tanggal 9 Januari 2011. Hasil referendum diumumkan pada 30 Januari 2011 oleh Kepala Biro Referendum Sudan Selatan di Friendship Hall, Khartom, Sudan. Dimana hasilnya menyatakan kelompok pro kemerdekaan menang dengan perolehan suara sebanyak 3.792.518 atau 98,83% dari total suara sah yang masuk dari seluruh Daerah Pemilihan (Dapil) di Sudan Selatan, Sudan Utara dan luar negeri (jumlah suara sah yang masuk ke Komisi adalah sebanyak 3.851.994). Sementara kelompok pro persatuan hanya memperoleh suara sebanyak 44.888 atau 1,17%, dan sisanya suara yang rusak atau tidak diisi (Kedutaan

Khartoum, http://www.kemlu.go.id/khartoum/Pages/Embassies. aspx?IDP=20&l=id [Diakses tanggal 3Agustus 2011]).

Deklarasi kemerdekaan dideklarasikan pada tanggal 9 Juli 2011. Sebelum tanggal tersebut, Sudan Selatan, dan pemerintahan pusat diharuskan untuk melakukan negosiasi dan berusaha mencapai konsensus pada pembagian penghasilan dari minyak, dan berbagai pemasukan negara

commit to user

mayoritas penduduk Sudan Selatan yang memilih untuk berpisah karena, salah satunya adalah konflik yang terus berlanjut antar kedua pihak, pasca CPA di tahun 2005. Konflik berlanjut di tahun 2006, antara kelompok pemberontak (yang quantitasnya relatif kecil dibandingkan SPLA/M). Salah satu kasus yang belum diselesaikan adalah Abyei, kota yang terletak di pertengahan Sudan Utara dan Sudan Selatan, yang dianggap sebagai kota emas. Sebagai penghasil minyak paling besar di Sudan, Abyei menjadi target konflik bersenjata di tahun 2008 (BBC, http://news.bbc.co.uk/2/hi/middleeast/countryprofiles/827425.stm. [Diakses tanggal 3 Juli 2011])

Warga Sudan Utara di sisi lain membawa reaksi yang berbeda. Kegagalan untuk membentuk sebuah negara yang multi-etnis, berkurangnya pemasukan negara dari industri minyak sebesar 75% di Sudan Selatan, serta kehilangan wilayah negara yang besar mewarnai pemikiran rakyat Sudan Utara saat deklarasi kemerdekaan dilakukan(Agencies, http://www.dawn.com/2011 /07/09/ worlds-193rd- state-is-born-with-Sudans-partition.html. [Diakses tanggal 1 Juli 2011]).

3. Kondisi terakhir Republik Sudan dan Republik Sudan Selatan sebelum suksesi negara dan sesudah suksesi negara

a. Perjanjian internasional

1) Perjanjian internasional sebelum suksei negara .

a) Comprehensive Peace Agreement (CPA) Perjanjian Damai Komprehensif ditanda tangani pada tanggal 9 Januri 2005 antara Pemerintah Republik Sudan (GOS) dan SPLA/M guna mengakhiri perang saudara yang berlangsung di Sudan selama

22 tahun. CPA berisikan mengenai kerangka kerja sebagai perwujudan perdamaian yang adil dan abadi di Sudan. Dalam prakteknya pelaksanaan CPA didasarkan pula pada Interim National Constitution (INC) dan the Interim Constitution of the Southern Sudan (ICSS), guna menciptakan sistem politik, militer

commit to user

hak asasi manusia di Sudan.

Perjanjian Perdamaian Komprehensif (CPA), Interim National Constitution (INC) dan the Interim Constitution of the Southern Sudan (ICSS), bersama-sama membentuk dasar hukum bagi resolusi perang saudara Sudan. Protokol yang (Ministry of Information and Broadcasting Government of Shouthern Sudan , 2006: 3-27) terdiri dari : (1) The Machakos Protocol.

The Machakos Protocol merupakan hasil perundingan pada

20 Juli 2002, hasil perundingan ini dijadikan dasar bagi perjanjian berikutnya dalam hal penetapan prinsip-prinsip dan prosedur politik yang mengarah pada referendum di Sudan selatan tahun 2011. Perjanjian ini berdasar pada tingkat dan peran pemerintah dan menetapkan kesepakatan yang dicapai berdasar kepentingan negara dan agama. Dengan komposisi perjanjian (Ministry of Information and Broadcasting Government of Shouthern Sudan , 2006: 3) meliputi: (a) Bagian A - Prinsip Setuju

(i) Kesatuan Sudan, berdasarkan kehendak bebas seseorang dan pemerintahan yang demokratis yang baik, adalah menjadi prioritas bagi para pihak;

(ii) Rakyat Sudan Selatan akan mengontrol dan mengatur urusan wilayah Sudan Selatan serta berpartisipasi secara adil dalam Pemerintahan Nasional;

(iii) Orang-orang Sudan Selatan berhak untuk penentuan nasib sendiri melalui referendum, pada akhir Periode Interim dengan pilihan bergabung dengan Sudan atau pemisahan diri.

(iv) Orang-orang Sudan setuju untuk bekerja sama untuk,

antara lain:

commit to user

 Menetapkan sistem pemerintahan yang demokratis;  Menemukan solusi yang komprehensif untuk

kerusakan ekonomi dan sosial dari Sudan;  Menemukan solusi yang menggantikan perang dengan kedamaian, berdasar keadilan sosial dan

ekonomi, dan hak asasi manusia;  Merumuskan

rekonstruksi

dan rencana pengembangan daerah yang terkena perang;  Membuat kesepakatan yang disetujui Sudan dan

Sudan Selatan; (b) Bagian B - Proses Transisi

Pelaksanaan Comprehensive Peace Agreement akan mencakup dua fase: (i) Masa Pra-Interim 6 bulan (9 Januari 2005 - 8 Juli 2005),

dan, (ii) Sebuah Periode Interim 6 tahun (9 Juli 2005 - 8 Juli

2011). Selama periode Pra-Interim dan terus berlanjut sampai Periode Interim lembaga dan badan-badan dari pemerintahan transisi akan dibentuk dalam konteks yang komprehensif, dan mengenai gencatan senjata akan dilakukan pengawasan oleh masyarakat internasional. Mekanisme pelaksanaan tugas lembaga dan badan-badan pemerintahan transisi diatur secara terperinci dalam perjanjian ini. The Machakos Protocol menjamin hak penentuan nasib sendiri bagi Sudan Selatan dengan menyediakan referendum pada akhir Periode Interim, baik untuk persatuan seperti yang telah dilaksanakan melalui periode Pra-Interim dan Periode Interim atau untuk kemerdekaan Sudan Selatan.

commit to user

The Protocol on Security Arrangements (PSA) ditanda tangani di Naivasha, Kenya pada tanggal 25 September 2003 dan the Permanent Ceasefire and Security Arrangements Implementation

Modalities

and

Appendices (PCF) ditandatangani di Naivasha, Kenya pada 31 Desember 2004. Kedua dokumen ini berisikan pembahasan mengenai penghentian permusuhan secara permanen antara angkatan Bersenjata Sudan (SAF) dan tentara pembebasan rakyat sudan selatan (SPLA/ M), serta menjelaskan struktur dan fungsi angkatan bersenjata serta pengaturan keamanan selama periode pra-interim dan Periode interim (Ministry of Information and Broadcasting Government of Shouthern Sudan , 2006: 6-8). Pengaturan The Protocol on Security Arrangements (PSA) meliputi: (a) Menghormati gencatan senjata dan penyelesaian masalah

melalui dialog dan jalur politik; (b) Pembinaan dari pemerintahan secara baik, demokrasi dan

secara sipil; (c) Kebebasan bergerak bagi orang dan jasa di seluruh Sudan, (d) Kendali gencatan senjata dan penghentian semua

permusuhan. Masalah-masalah keamanan utama yang tercakup dalam CPA adalah: (a) Status Angkatan Bersenjata; (b) Pengaturan dan pemantauan terhadap Gencatan Senjata,

termasuk perlakuan terhadap Other Armed Groups (OAGs); (c) Demobilisasi, perlucutan senjata dan re-integrasi angkatan

bersenjata.

commit to user

CPA menetapkan tiga sistem dalam angkatan bersenjata yaitu: (a) The Sudan Armed Forces (SAF); (b) The Sudan People‟s Liberation Army (SPLA); and, (c) The Joint Integrated Units (JIUs)

Para SAF dan SPLA akan tetap terpisah selama Periode Pra- Interim dan Interim, namun akan diperlakukan sama sebagai Angkatan Bersenjata Nasional Sudan (SNAF). Ketiga angkatan bersenjata harus teratur, profesional dan non-partisan, dan harus menghormati aturan hukum, hak asasi manusia dan kehendak rakyat. Para SAF dan JIUs akan didanai oleh pemerintah Sudan, sedangkan SPLA oleh pemerintah Sudan selatan.

(3) The Protocol on Wealth Sharing

The Protocol on Wealth Sharing ditandatangani di Naivasha, Kenya pada tanggal 7 Januari 2004, dan pelaksanaan modalitas dari Framework Agreement on Wealth Sharing pada 31 Desember 2004 di Naivasha, Kenya. Kedua dokumen ini mengatur mengenai ketentuan mengenai pembagian kekayaan umum yang berfungsi untuk memastikan kualitas hidup, martabat dan kondisi kehidupan dalam keadaan baik untuk semua warga negara tanpa diskriminasi. Pelaksanaannya bersandar pada prinsip-prinsip dasar (Ministry of Information and Broadcasting Government of Shouthern Sudan , 2006: 9-11) berikut: (a) Kekayaan Sudan akan dibagi secara adil; (b) Semua bagian Sudan berhak pengembangan dan pembagian

kekayaan; (c) Pembagian pendapatan harus menunjukkan komitmen untuk penyerahan wewenang dan desentralisasi dalam pengambilan keputusan;

(d) Pengembangan akan transparan dan akuntabilitas;

commit to user

dengan cara terbaik . Isu dalam pelaksanaan CPA mengenai pembagian kekayaan adalah meliputi: (a) Penggunaan lahan;

Para pihak dalam CPA setuju untuk menciptakan proses untuk menyelesaikan konflik tanah dengan mengembangkan dan mengubah undang-undang yang sesuai dengan hukum adat dan kebiasaan internasional. Proses ini dilakukan oleh komisi tanah, komisi tanah akan memiliki wewenang untuk menengahi dan menyelesaikan permasalahan atas tanah, dan membuat rekomendasi untuk revisi undang-undang yang berlaku.

(b) Sumber daya minyak dan pembagian pendapatan minyak; CPA menetapkan sistem nasional untuk pengelolaan dan pembagian pendapatan minyak berdasarkan prinsip-prinsip kepentingan nasional, kepentingan publik, kepentingan negara yang terkena dampak, dan kebijakan lingkungan nasional. Tiga proses utama dari sistem nasional guna mengatasi : (i) Kontrak minyak yang ada;

Dilakukan berdasar hasil konsultasi Departemen Energi dan Pertambangan, dengan pembentukan Tim Teknis. Tim Teknis adalahtim yang diberikan akses ke kontrak minyak yang ada setelah menandatangani perjanjian kerahasiaan, dari kontrak-kontrak yang tidak dapat dinegosiasi ulang. Tim Teknis akan menyiapkan kesepakatan yang mengutamakan masalah sosial atau lingkungan dan bagi setiap orang yang haknya pada kontrak minyak telah dilanggar, dapat menyelesaikan permasalahan tersebut melalui pengadilan.

commit to user

Dilakukan oleh National Petroleum Commission (NPC) ditetapkan oleh Kepresidenan. NPC akan merumuskan dan mengawasi kebijakan publik dan pedoman untuk industri minyak, bernegosiasi dan menyetujui kontrak minya

dan

mengembangkan

strategi untuk pengembangan sektor minyak. Pelaksanaan fungsi, NPC akan mempertimbangkan pencatatan imbalan kepada masyarakat setempat dari kontrak yang diajukan, dan sejauh mana pemandangan lokalitas dan negara yang dimasukkan ke dalam kontrak.

(iii) Pembagian pendapatan minyak antara Sudan Utara dan

Sudan Selatan. (c) Kebijakan Moneter dan Keuangan

CPA menyediakan untuk membentukan sistem perbankan berdasar dualitas sistem perbankan di Sudan. Sistem

ini

akan

terdiri dari:

(i) Central Bank of Sudan (CBO)

CBO baru akan dibentuk berdasar undang-undang baru dan revisi disahkan oleh Majelis Nasional atas rekomendasi dari Tim Teknis yang ditunjuk oleh Kepresidenan

segera

setelah

penandatanganan CPA. Sebuah Direksi akan ditunjuk oleh Kepresidenan. Para CBO akan bertanggung jawab untuk pelaksanaan kebijakan moneter di Utara berdasar syariah islam

(ii) Bank of South Sudan (BOSS)

BOSS sebagai cabang dari Central Bank of Sudan. BOSS akan dibentuk oleh Dewan Direksi dari CBO. BOSS akan menjadi jendela CBO yang beroperasi di Sudan Selatan dan pelaksana kebijakan moneter nasional melalui konvensional (non-Islam). BOSS

commit to user

bertindak sesuai dengan kebijakan, aturan dan peraturan dari CBO.

(d) Rekonstruksi dan Pembangunan Dana

The Southern Sudan Reconstruction and Development Fund (SSRDF) akan menerima dana dari Sudan Selatan dan pemerintah pusat serta pemerintah asing dan sumbangan dari multilateral, yang akan digunakan untuk rekonstruksi, reintegrasi dan pembangunan di Sudan Selatan. Selama pra- periode interim, Sudan Selatan akan membentuk Komite Pemantau untuk memulai proses pembentukan yang SSRDF, dan membangun sistem monitoring dan evaluasi.

(4) Power Sharing Protocol

Power Sharing Protocol ditandatangani di Naivasha, Kenya pada tanggal 26 Mei 2004, dan Modalitas Pelaksanaan dari the Machakos Protocol and Power Sharing Protocol ditandatangani di

Naivasha, Kenya

pada

31 Desember 2004. perjanjian Power Sharing Protocols menyediakan sistem pemerintahan yang terdesentralisasi dan diatur menurut kategori berikut prinsip-prinsip umum (Ministry of Information and Broadcasting Government of Shouthern Sudan , 2006: 12-21) meliputi: (a) Protokol Machakos;

Protokol Machakos mencakup seperangkat Prinsip kesepakatan dalam sistem pemerintahan yang akan didirikan selama Periode Interim.

( b) pemerintah Periode Interim;

Dalam Protokol Sharing Power, para pihak sepakat untuk menciptakan sistem desentralisasi. Dalam sistem itu, Sudan utara akan melaksanakan kedaulatan atas seluruh Sudan melalui Government of National Unity (GONU), tetapi

commit to user

Republic of South Sudan (GOSS). Semua tingkat pemerintahan akan menghormati otonomi masing-masing, menahan diri untuk melanggar batas otonomi satu sama lain, bekerjasama dan koordinasi.

(c) Hak asasi manusia dan kebabasan;

Hak asasi manusia dan kebebasan, semua tingkat pemerintahan harus memenuhi semua ketentuan dari semua perjanjian hak asasi manusia untuk Sudan. Beberapa hak- hak yang termasuk dalam perjanjian-perjanjian adalah: (i) Hidup; (ii) Kemerdekaan pribadi; (iii) Kebebasan dari perbudakan; (iv) Kebebasan dari penyiksaan; (v) Peradilan yang adil; (vi) Kebebasan berpikir, berkeyakinan dan beragama; (vii)Kebebasan berekspresi; (viii)Keluarga dan pernikahan; (ix) Memberikan suara; (x) Persamaan di muka hukum; (xi) Kebebasan dari diskriminasi; (xii) Kebebasan bergerak, serta: (xiii) Hak Anak, dan, (xiv)Sama Hak Pria dan Wanita.

(d) Perdamaian

Sebuah proses yang komprehensif pemulihan dan rekonsiliasi nasional akan dibentuk oleh Kepresidenan setelah penerapan Konstitusi Nasional Sementara.

(e) Sensus Penduduk, Pemilu dan Keterwakilan CPA mengatur bahwa sensus dan pemilihan umum di semua tingkat. Sebuah Sensus Penduduk Council akan

commit to user

perwakilan dari Gonu, Goss, Dewan Serikat,pemerintah pusat dan Badan Pusat Statistik. Sensus Penduduk Council akan merencanakan dan menetapkan standar untuk sensus penuh sesuai Undang-Undang Pemilihan Nasional akan diadopsi oleh Majelis Nasional, yang mengatur prosedur untuk mendirikan Komisi Pemilihan Nasional dan nasional untuk melakukan pemilu. Sebuah Komisi Pemilihan Nasional (NEC) akan dibangun oleh Kepresidenan berdasar penerapan UU Pemilihan Nasional. NEC, dengan bantuan dari masyarakat, internasional akan bertanggung jawab untuk melakukan pemilihan umum yang bebas dan adil.

(5) Resolution of the Conflict in Southern Kordofan and Blue Nile. The Protocol on the Resolution of the Conflict in Southern Kordofan and Blue Nile States ditandatangani di Naivasha, Kenya pada tanggal 26 Mei 2004, dan Modalitas Pelaksanaan the Protocol on the resolution of the Conflict in Southern Kordofan and Blue Nile States ditandatangani di Naivasha, Kenya pada 31 Desember 2004. Perjanjian ini menetapkan status khusus untuk Southern Kordofan dan Blue Nile berdasarkan prinsip-prinsip umum (Ministry of Information and Broadcasting Government of Shouthern Sudan , 2006: 22-23) berikut: (a) Jaminan hak asasi manusia dan kebebasan dasar bagi semua

individu; (b) Pengembangan dan perlindungan warisan budaya yang

beragam dan bahasa lokal dari populasi. (c) Pengembangan sumber daya manusia dan infrastruktur

negara, dan, (d) Pelaksanaan pembangunan yang sesuai dengan yang paling

commit to user

Perjanjian tentang Southern Kordofan dan Blue Nile membahas masalah-masalah

utama

sebagai berikut:

(a) Konsultasi populer;

CPA tidak akan menjadi penyelesaian akhir konflik politik Di selatan Kordofan dan Blue Nile dengan pemerintahan Sudan utara sampai terlaksana proses jajak pendapat.

(b) Struktur pemerintahan negara;

Pemerintah Negara Bagian terdiri dari Legislatif, Eksekutif, dan Yudikatif. (i) Eksekutif negara terdiri dari:

• Sebuah Gubernur Negara terpilih; • Suatu Dewan perwakilan; • Menjabat komisaris lokal dan dewan pemerintah

daerah • Sebuah Komite Keamanan Negara dan, • Polisi Negara, Penjara, Margasatwa, dan

Fire Brigade. (ii) Legislatif negara memiliki kekuasaan berikut: • Untuk memutuskan aturan sendiri, prosedur dan

komite; • Untuk mengatur untuk Negara;

• Untuk meringankan Gubernur Negara dari kantor pada

suara dengan mayoritas 2/3, dan; • Lain kekuasaan sebagaimana ditugaskan oleh

konstitusi Negara. (iii) Peradilan negara akan terdiri dari pengadilan sebagaimana dapat ditetapkan oleh konstitusi negara, dan akan menangani kasus-kasus yang timbul dari negara dan hukum nasional.

commit to user

Alokasi Fiskal dan Keuangan dan Komisi Monitoring dilakukan oleh The Fiscal and Financial Allocation and Monitoring Commission (FFAMC) yang akan memiliki perwakilan di masing-masing negara yang dibentuk oleh Kepresidenan.

(d) State Land Commission;

State Land Commission akan dibentuk untuk setiap Negara dengan kekuatan yang sama dengan Komisi Pertanahan Nasional. State Land Commission akan mengatur hak atas tanah secara bersamaan dengan Komisi Pertanahan Nasional berdasarkan pertimbangan berikut: (i) Komisi Tanah Negara harus dapat meninjau kontrak

lahan yang ada dan merekomendasikan langkah- langkah pemulihan hak atas tanah atau kompensasi.

(ii) Hak tanah yang dimiliki oleh Pemerintah Nasional harus dilaksanakan melalui tingkat yang sesuai. (iii) Permasalah yang timbul akan diputuskan oleh

Mahkamah Konstitusi. (e) Pengaturan Keamanan,

Selama Periode interm, angkatan Bersenjata Sudan (SAF) akan berada di masing-masing negara dengan jumlah ditentukan oleh Kepresidenan.

(f) Pengaturan mengenai Perwakilan.

Eksekutif dan Legislatif kedua negara akan dialokasi kan sebagai berikut: (i) Partai Kongres Nasional akan memiliki 55% kursi, dan, (ii) SPLM akan memiliki 45% kursi.

Dalam dua Serikat, setiap pihak melakukan pengangkatan gubernur. Tidak ada satu pihak akan menjabat gubernur pada saat yang sama di kedua negara.

commit to user

The Protocol on the Resolution of the Abyei Conflict ditandatangani di Naivasha, Kenya pada tanggal 26 Mei 2004. Pelaksanaan Modalitas dari the Protocol on the Resolution of the Abyei Conflict ditandatangani di Naivasha, Kenya pada 31 Desember 2004. Perjanjian ini mengatur mengenai status administrasi khusus Abyei, (Ministry of Information and Broadcasting Government of Shouthern Sudan , 2006: 24-27) meliputi : (a) Warga Abyei akan menjadi warga negara dari kedua

Kordofan Selatan dan Warap; (b) Abyei akan dikelola oleh suatu Dewan, Eksekutif lokal terpilih terdiri dari Kepala sebuah Administrator dan 5 kepala departemen;

(c) Dewan Daerah Abyei terdiri 20 anggota; (d) Pendapatan bersih dari minyak Abyei akan didistribusikan

melalui enam cara selama Periode Interim. (e) pemerintah Sudan Utara akan memberikan Abyei bantuan dalam pengembangan dan urbanisasi, dan, (f) Internasional monitor akan diturunkan di Abyei untuk

memastikan pelaksanaan perjanjian, dan, (g) Orang-orang Abyei akan memiliki kesempatan untuk memilih dalam referendum. Referendum akan dijalankan secara bersamaan dengan referendum Sudan Selatan, dan akan menawarkan pilihan yang sama dengan Sudan Selatan.

commit to user

(a) Batas

Kepresidenan akan membentuk Batas Abyei Commission atau Abyei Boundaries Commission (ABC) untuk menentukan batas resmi daerah Abyei.Laporan akhir dari ABC akan mengikat kedua belah pihak.

(b) Tempat Tinggal

Warga yang berada di Abyei akan tetap tinggal di daerah di Abyei yang sesuai dengan kriteria tinggal ditentukan oleh Abyei Referendum Commission.

(c) Pengaturan Keamanan:

Segera setelah pembentukan pemerintahan Abyei, Dewan Eksekutif akan membentuk Komite Keamanan Daerah Abyei. Komite Keamanan Daerah Abyei akan didampingi oleh

pemantau

internasional

untuk memastikan

implementasi perjanjian. (d) Abyei Referendum Commission.

Kepresidenan harus menetapkan Abyei Referendum Commission bersamaan dengan Sudan Selatan Referendum.

(e) Rekonsiliasi

Kepresidenan memulai rekonsiliasi dan proses perdamaian untuk Abyei segera setelah Perjanjian Perdamaian Komprehensif ditandatangani.

b) Perjanjian Republik Sudan dengan gerakan pemberontak selama

masa konflik. (1) The Nuba Mountains Cease-Fire Agreement, 19 January 2002

Perjanjian antara Pemerintah Sudan dan the Sudan Peoples‟ Liberation Movement/Nuba untuk melakukan gencatan senjata dalam jangka enam (6) bulan. Perjanjian ini menjamin beberapa hak meliputi :

commit to user

(b) kesepakatan penghentian berbagai kegiatan, meliputi:

(i) Permusuhan, (ii) Semua serangan udara atau tanah, (iii) Gerakan pasukan, (iv) Aksi kekerasan kepada atau oleh penduduk sipil,

(v) Pasokan amunisi dan persenjataan, (vi) Semua propaganda bermusuhan. (2) Agreement between the Government of Sudan and the National Democratic Alliance . Ditandatangani antara pemerintah Sudan (GOS) dan Aliansi Demokratik Nasional (NDA) pada Sabtu, 18 Juni 2005 di Kairo. Mohammed Osman al-Mirghani, yang memimpin oposisi Aliansi Demokratik Nasional (NDA), dan Wakil Presiden Sudan Ali Osman Taha. Ada tiga hal yang menjadi kesepakatan meliputi mekanisme pelaksanaan, integrasi angkatan bersenjata dan penegakan kesepakatan.

(3) Darfur Peace Agreement,Perjanjian Perdamaian Darfur, juga dikenal sebagai Perjanjian Abuja , ditandatangani pada 5 Mei 2006 oleh Gerakan Pembebas Sudan yang dipimpin oleh Mini Menawi , dan Pemerintah Sudan dalam upaya untuk mencapai perdamaian di Darfur. Perjanjian tersebut mewajibkan pemerintah Sudan Persatuan Nasional untuk menyelesaikan perlucutan senjata dan demobilisasi diverifikasi Janjaweed milisi pada pertengahan Oktober 2006.

(4) East Sudan Peace Agreement, 15 Oktober 2006, Kesepakatan damai antara Eastern Front dan Pemerintah Sudan (GOS). Kesepakatan pembagian kekuasaan untuk Eastern Front meliputi satu jabatan Asisten Presiden, stu jabatan penasihat Presiden, satu jabatan Menteri Negara , delapan kursi parlemen di Khartoum dan 10 kursi parlemen di masing-masing tiga negara bagian timur.

commit to user

(1) Perjanjian internasional bilateral

(a) Perjanjian Antara Republik Sudan Dan Mesir Sebuah perjanjian era kolonial antara Mesir dan Sudan mengenai kontrol atas sebagian besar air sungai Nil. (Ali Abdalla Ali, http://www.Sudantri bune.com/The-Egyptian- role-in-Sudan-s,35500. [Diakses tanggal 5 Januari 2012]).

(b) Perjanjian antara Republik Sudan dan China Perjanjian sudan dan China meliputi perjanjian investasi, Perjajian pengeboran minyak terbesar yang berada di Sudan dan perjanjian persenjataan. China adalah dalam kemitraan yang menguntungkan yang memberikan miliaran dolar dalam investasi, minyak pendapatan dan senjata . (Sudan tribune, http://www.Sudantribune.com/China-and-Sudan- sign -new-oil-gas,33188. [Diakses tanggal 6 Januari 2012]).

(c) Dakar Agreement Between Chad And Sudan Dakar Agreement Between Chad And Sudan, pada 13 maret 2008, di S Idriss Deby Itno, Presiden Republik Chad dan Omar Hassan al-Bashir, Presiden Republik Sudan. Sepakat Untuk mengakhiri perselisihan antara definitif untuk kedua negara, memulihkan perdamaian dan keamanan. Perjanjian internasional Sesudah suksesi negara (antara Republik Sudan, Republik Sudan Selatan, dan Negara lain).

a) Perjanjian antara Republik Sudan dengan Republik Sudan Selatan

(1) Framework Agreement Between Sudan‟s Ruling

Perjanjian antara Pemerintah Sudan dan Gerakan Pembebasan Rakyat Sudan (Utara) pada kemitraan politik antara NCP dan SPLM dan Tata politik dan Keamanan di Nil Biru dan Selatan Kordofa negara, pada 28 Juni 2011. Dokumen ini ditandatangani oleh Presiden asisten Nafei Nafei Ali yang juga wakil ketua dan

commit to user

SPLMN pada Selasa 28 Juni di Addis Ababa .

(2) Memorandum of Understanding on Non aggression and

Cooperation.

Pada tanggal 10 Februari 2011. Kesepakatan yang ditandatangani oleh kepala biro intelijen Selatan Sudan, Thomas Douth, dan direktur intelijen nasional dan keamanan Sudan, Mohammed Atta. perjanjian bertujuan untuk memungkinkan kedua belah pihak mengembangkannya kerjasama keduabelah pihak dan menghentikan dukungan terhadap kelompok pemberontak dari kedua sisi.

(3) Kesepakatan Prinsip Empat Kebebasan

Republik Sudan dan Republik Sudan Selatan menandatangani perjanjian kerangka kerja mengenai kesepakatan prinsip 'Empat Kebebasan meliputi : kebebasan tempat tinggal, kebebasan bergerak, kebebasan untuk melakukan kegiatan ekonomi dan kebebasan untuk memperoleh dan melepas property ( Sudan tribune,

http://www.Sudantribune.com/Far-right-group- slamsgovernment,41914 [Diakses tanggal 15 Maret 2012]).

b) Perjanjian antara Republik Sudan dengan negara lain (1) Perjanjian antara Republik Sudan dengan Ethiopia

Perjanjian antara Sudan dan Ethiopia untuk membentuk sebuah bendungan listrik tenaga air pada sungai Blue Nil. (Tesfa-Alem Tekle,

http://www.Sudantribune.com/Sudan-commits- machineries-to,41135. [Diakses tanggal 5 Januari 2012]).. (2) Perjanjian antara Republik Sudan dengan Qatar

Perjanjian hubungan bilateral , Qatar menyatakan kesediaannya untuk mengunjungi Sudan dan berjanji untuk membantu ekonomi. Qatar akan melakukan investasi mencakup pembelian obligasi yang diterbitkan oleh pemerintah Sudan dan investasi di berbagai sektor terutama pertambangan, minyak, pertanian dan

commit to user

(Sudan tribune, http://www.Sudantribune.com/Sudan-may-get- much-needed-economic,41835. [Diakses tanggal 8 maret 2012]).

c) Perjanjian antara Republik Sudan Selatan dengan negara lain (1) Perjanjian antara Republik Sudan Selatan dan Kenya

Sudan Selatan dan Kenya telah menandatangani nota kesepahaman tentang pembangunan sebuah minyak pipa dari Sudan Selatan ke pelabuhan Lamu Kenya pada tanggal 24 Januari 2012. Perjanjian ini dilakukan empat hari setelah Sudan Selatan mengeluarkan resolusi di kabinet untuk menutup operasi pipa minyak Sudan menuju pelabuhan Port Sudan (Ngor Arol Garang,

http://www.Sudantribune.

com/South-Sudan-will- continue-talks,41355.[ Diakses tanggal 13 Januari 2012]). (2) Perjanjian antara Republik Sudan Selatan dan Uganda Perjanjian Presiden Sudan Selatan dengan Presiden Uganda pada

20 November 2011. Perjanjian tersebut meliputi integrasi regional, perdagangan dan hambatan perdagangan, dan mendirikan komite bersama pada Januari 2012 untuk menangani masalah perbatasan dan lintas batas kejahatan (Philip Thon Aleu, http://www.Sudantribune.com/South-Sudan-Uganda-Presidents, 40780 [Diakses tanggal 21 desember 2011).

(3) Perjanjian antara Republik Sudan Selatan dan Ethiopia Pemerintah Ethiopia dan Sudan Selatan pada 4 Maret 2012 menandatangani delapan nota kesepahaman untuk meningkatkan hubungan ekonomi dan diplomatik.(Tesfa-Alem Tekle , http://www.Sudantribune.Com

/South-Sudan-seeks-Ethiopia- premier,41343, [Diakses tanggal 1 februari 2012]).

commit to user

Republik Sudan adalah negara yang harus berurusan dengan konflik sosial, perang sipil, dan pada juli 2011 terjadi pemisahan diri dari Republik Sudan Selatan. Suksesi negara ini berdampak hilangnya tiga perempat wilayah Republik Sudan yang berpotensi sumber daya miyak yang selama ini menjadi penompang ekonomi Republik Sudan.

Republik Sudan ekonomi berkembang pesat dikarenakan peningkatan produksi minyak, harga minyak tinggi, dan arus masuk besar investasi asing langsung. Pertumbuhan PDB terdaftar lebih dari 10% per tahun pada 2006 dan 2007. Dari tahun 1997 sampai saat ini, Republik Sudan telah bekerja sama dengan IMF untuk melaksanakan reformasi ekonomi makro, termasuk pelampung dikelola nilai tukar. Republik Sudan mulai mengekspor minyak mentah pada kuartal terakhir tahun 1999. Produksi pertanian tetap penting, karena mempekerjakan 80% tenaga kerja dan memberikan kontribusi sepertiga dari Produk Domestik Bruto (PDB) (The

world

factbook

Republik Sudan. https://www.cia.gov/library/publications/the-worldfactbook/geos/ su.html [Diakses tanggal 5 september 2011]). Konflik Darfur, setelah dua dekade perang sipil di selatan, kurangnya infrastruktur dasar di daerah yang luas, dan ketergantungan oleh sebagiann besar penduduk pada pertanian subsisten memastikan sebagiann besar penduduk akan tetap pada atau di bawah garis kemiskinan untuk tahun meskipun kenaikan yang cepat dalam rata-rata pendapatan per kapita. .

Republik Sudan yang mengalami perang saudara, ketidakstabilan politik, cuaca buruk, harga dunia komoditas lemah, penurunan pengiriman uang dari luar negeri, dan kebijakan ekonomi kontraproduktif. Pendapatan utama negara adalah kegiatan pertanian dan perdagangan. Pertanian yang mempekerjakan 80% tenaga kerja, menjadi Industri utama. Kinerja ekonomi lesu selama dekade terakhir, sebagian besar disebabkan curah hujan tahunan menurun, yang menyebabkan pendapatan per kapita pada tingkat rendah.

commit to user

kesulitan. Pada tahun 1990 IMF mengambil langkah yang tidak biasa dengan menyatakan Republik Sudan noncooperative karena tidak mampu membayar tunggakan. Setelah Republik Sudan mundur pada reformasi yang dijanjikan di 1992-93, IMF mengancam akan mengusir Republik Sudan dari IMF. Untuk menghindari pengusiran, Republik Sudan setuju untuk melakukan pembayaran tunggakan untuk IMF, liberalisasi nilai tukar, dan mengurangi subsidi, tindakan yang telah diimplementasikan secara parsial. Perang saudara dan isolasi dari masyarakat internasional terus menghambat pertumbuhan di sektor ekonomi non pertanian selama tahun 1999. Pemerintah telah bekerja dengan mitra asing untuk mengembangkan sektor minyak, dan negara ini memproduksi lebih dari setengah juta barel per hari (John A. Akec. http://www.Republik Sudantribune.com/IMF-World-Bank-Annual-Meetings,40395.

Diakses tanggal 26 maret 2012 ]) Menjelang referendum pemisahan diri Republik Sudan Selatan, yang terjadi pada bulan Januari 2011, Republik Sudan melihat mata uangnya terdepresiasi jauh di pasar gelap dengan kurs resmi Bank Sentral juga kehilangan nilai. Bank Sentral Republik Sudan melakukan intervensi besar di pasar mata uang untuk mempertahankan nilai pound dan pemerintah Republik Sudan memperkenalkan sejumlah tindakan untuk menahan kelebihan permintaan lokal untuk mata uang, tetapi ketidakpastian tentang pemisahan diri juga berpengaruh pada devisa negara (CIA The World Fact Book, http://www.cia.gov/library/publications/the-world-factbook/geos/ su.html. [Diakses tanggal 5 Juni 2011]).

Hutang Republik Sudan bertambah menjadi $ 1 miliar per tahun. Hutang eksternal Republik Sudan mendekati $ 38 miliar pada Desember 2010. Hutang eksternal adalah bagian dari total utang di negara, yang dibayarkan kepada kreditor luar negeri. Debitur mungkin pemerintah, perusahaan atau rumah tangga pribadi . Hutang termasuk uang berutang kepada bank komersial swasta, pemerintah lain atau lembaga keuangan

commit to user

Menurut IMF memproyeksikan pertumbuhan PDB negatif nyata bagi Republik Sudan; -0,2% di 2011 dan -0,4% di 2012. Sejak wilayah yang kaya minyak, yaitu Republik Sudan bagian Selatan memisahkan diri di bulan Juli 2011 lalu, Republik Sudan kehilangan mata uang utama sumber asing menyebabkan penurunan tajam pada nilai tukar pound Republik Sudan terhadap mata uang utama. Pada satu titik dolar diperdagangkan untuk £ 5,2 Republik Sudan yang hampir dua kali tingkat resmi £ 2,7 Republik Sudan (Sudan tribune, http://www.Sudantribune. com/spip.php?iframe&page=imprimable&id_article=41691

[Diakses tanggal 23 Februari 2012]). Republik Sudan memiliki beberapa hutang internasional yang tersebar di berbagai negara baik di negara-negara di Afrika, di Eropa dan di Amerika, yang udah berlangsung sejak tahun 1985. Republik Sudan berhutang dengan Amerika sebesar $ 38 miliar dan berhutang dengan Inggris sebesar $ 1,2 miliar dan dengan negara-negara di bagian Teluk Arab Serikat Arab Saudi dan Kuwait sebesar $ 9 miliar pada tahun 1985 yang berkembang $ 38 miliar (Sudan tribune, http://www.Sudantribune. com/Sudan-s-finance-minister-says-debt,41192. [ Diakses tanggal 5 Januari 2012] ) .

Presiden AS Barack Obama mengajukan proposal anggaran 2013 kepada Kongres AS yang didalamnya termasuk alokasi untuk pembebasan utang pada Republik Sudan sebesar $ 2,4 miliar, jika Republik Sudan dapat memenuhi kondisi termasuk implementasi penuh 2005 Perjanjian Damai Komprehensif (CPA) dan mengikuti persyaratan hukum hak asasi manusia dalam menyelesaikan konflik terpisah di Darfur , Blue Nile Selatan dan Kordofan dan memerangi terorisme. Dan pada tahun 2014 Inggris juga akan untuk membatalkan semua hutang Republik Republik Sudan sebesar $ 1,2 miliar dengan persyaratan yang sama seperti yang diajukan oleh Amerika kepada Republik Sudan. (Sudan tribune. http://www.Sudan

tribune.com/RepublikSudan-rejects-US-conditions-

commit to user

Ekonomi Republik Republik Sudan Ali Mahmood menjelaskan bahwa Republik Sudan membayar telah melakukan pembayaran hutang sebesar $ 600 juta kepada Teluk Arab Serikat Arab Saudi dan Kuwait, dari total hutang $ 38 milyar dengan bunganya ( Sudan tribune, http://www. Sudan tribune.com/Sudan-rejects-US-conditions-for,41664 [ Diakses tanggal 21 Februari2012] ).

Sejak Presiden al-Bashir berkuasa dalam kudeta tahun 1989, rezimnya telah diakui lebih dari $ 23 miliar utang banyak digunakan untuk membiayai Pemerintah perang Republik Sudan terhadap Darfur dan Selatan. Pemerintah juga menggunakan pinjaman untuk mendukung pembangunan di Khartoum sementara mengabaikan daerah perifer seperti Darfur, Republik Sudan Timur, dan Selatan. Distribusi utang adalah salah satu pasca referendum isu yang Republik Sudan Utara dan Republik Sudan Selatan harus menyelesaikan sebelum tanggal 9 Juli 2011, ketika Selatan resmi menjadi merdeka. Republik Sudan terus bersikeras bahwa Republik Sudan Selatan harus menerima sebagian hutang karena beberapa dari itu hutang juga digunakan untuk mengembangkan infrastruktur minyak yang terutama dilakukan di wilayah Sudan Selatan sehingga hal tersebut secara tidak langsung memberi keuntungan pada Republik Sudan Selatan, Namun Pemerintah Republik Sudan Selatan menolak untuk menerima sebagian dari hutang.

Republik Sudan dan Republik Sudan Selatan belum menyepakati pembagian hutang nasional warisan republik Republik Sudan terdahulu. Pemerintah Republik Sudan Selatan menyatakan bahwa mereka tidak akan menerima pembagian hutang republik Republik Sudan, dengan alasan bahwa hutang itu timbul karena digunakan pemerintahan Republik Sudan untuk membiayai tentara utara untuk melawan pemberontakan Republik Sudan Selatan dalam perang saudara. Penolakan ini di nyatakan tegas oleh kementerian perdagangan, industri dan investasi Simon Nyang Anei bahwa Republik Sudan Selatan sekarang menjadi negara berdaulat

commit to user

ini tidak mewarisi sanksi ekonomi Amerika Serikat atas Republik Sudan karena tuduhan mensponsori terorisme dan untuk pelaksanaan angkatan bersenjata dan paramiliter dalam menanggapi pemberontakan di Darfur yang dimulai pada 2003 dan bebas dari hutang negara Republik Sudan.

Namun, Republik Sudan Selatan tetap memintakan keringanan hutang untuk Republik Sudan Serta meminta penghapusan sanksi ekonomi Amerika Serikat terhadap Republik Sudan karena menyadari bahwa kondisi kekurangan uang negara tetangganya dapat mempengaruhi dalam usaha mengakhiri perang dengan pemberontak di wilayah Darfur dan negara- negara yang berada di perbatasan yang pernah bersekutu dengan tentara pembebasan selatan., sehingga akan memberikan kontribusi untuk menciptakan lingkungan investasi yang menguntungkan bagi Republik Sudan yang kiranya akan memudahkan dalam mencari pinjamansumber permodalan lainnya.

Amerika dan Inggris setuju dengan permohonan Republik Sudan Selatan dengan mengusulkan untuk melakukan penghapusan hutang terhadap Republik Sudan pada tahun 2013 dan 2014 dengan ketentuan bahwa Republik Sudan harus dapat memenuhi kondisi termasuk implementasi penuh 2005 Perjanjian Damai Komprehensif (CPA) dan mengikuti persyaratan hukum hak asasi manusia dalam menyelesaikan konflik terpisah di Darfur , Blue Nile Selatan dan Kordofan dan memerangi terorisme. Namun, tawaran tersebut ditolak oleh pemerintah Republik Sudan, dengan alasan bahwa pencabutan Sanksi ekonomi dan penghapusan hutang tersebut hanya dilakukan Amerika agar Republik Sudan menjadi salah satu negara pendukung Amerika dalam memerangi terorisme (Sudan tribune, http://www. Sudan tribune.com/Republik Sudan-rejects-US- conditions-for,41664 [ Diakses tanggal 21 Februari 2012]).

Untuk menyiasati keadaan ekonomi tersebut dan tanggapan dari Republik Sudan Tersebut, Pemerintah Republik Sudan telah secara sepihak

commit to user

di Port milik Republik Sudan di Laut Merah dan menampungnya didalam kapal. Kementerian kehakiman di Republik Sudan Selatan menerbitkan daftar tiga kapal yang membawa minyak Republik Sudan Selatan di Port atas perintah dari Republik Sudan. The "MT Sky Sea" berisi 605.784 barel, "MT Al Nouf" sekitar 750.000 barel dan "MT Ratna Shradha" sekitar 600.000 barel.

Selain perampasan tersebut ada pula pengenaan biaya perjalanan yang tinggi. Republik Sudan telah memberlakukan biaya perjalanan untuk semua minyak Republik Sudan Selatan yang telah dikirimkan ke terminal di Port Republik Sudan di Laut Merah dan melakukan kenaikan pemberlakuan biaya perjalanan secara sepihak, yang mulanya $ 32 per barel minyak mentah kemudian dinaikkan menjadi $ 36 per barel. Kejadian diatas tersebut membuat Republik Sudan Selatan mengakhiri pengiriman minyanya ke Port di Republik Sudan

(Sudan tribune, http://www.Sudantribune.com/Bashir-admits-Sudan-s-grim,40388 [Diakses tanggal 11 Januari 2012]).

c. Kewarganegaraan Dalam beberapa literature dijelaskan bahwa kolonisme masyarakat di Republik Sudan telah terjadi sejak lama, jauh sebelum negara tersebut merdeka. Dimana penduduk Sudan Utara selalu ditempatkan sebagai penduduk asli, beradap serta sopan dan penganut agama muslim. Sedangkan penduduk Sudan Selatan adalah bagian dari penduduk dengan asal-usul yang tidak jelas, hitam serta primitif dan penyembah berhala (Ruth McCreery, 1946: 252 –260). Anggapan ini lah yang membuat warga Sudan utara lebih mendominasi diberbagai kegiatan yang berlangsung di Republik Sudan. Dalam menentukan dasar pemerintahan dan pembentukan hukum selalu disesuaikan dan memprioritaskan kepentingan warga Sudan Utara (Amir H. Idris, 2005: 14). Di Sudan, baik hukum dan wacana umum pada kewarganegaraan, di fokus bukan pada warga negara, namun didasarkan pada keturunan, konsep kebangsaan valorizes etnis, sehingga

commit to user

http://www.oecumene. eu/blog/citizenship-in-post-referendum-Sudan. [Diakses tanggal 6 Juni 2011]). Berdasar hal tersebut Presiden Sudan Omar al-Bashir, menyatakan bahwa Republik Sudan tidak akan mengizinkan kewarganegaraan ganda sebagai akibat suksesi negara. Sehingga bagi warga Republik Sudan Selatan yang ingin tinggal di Sudan utara harus mendapat izin tinggal setelah 9 Juli 2011 sejak Republik Sudan selatan resmi merdeka, dan bagi warga Republik Sudan Selatan yang tidak memiliki izin tinggal akan dideportsi oleh pihak pemerintah Republik Sudan. Keseriusan pemerintah Republik Sudan terhadap kebijakan ini terlihat pada tindakan pemerintah Republik Sudan yang telah menutup perbatasannya dengan Republik Sudan Selatan, dengan tujuan menghentikan pergerakan komoditas antara Sudan utara dan Sudan selatan (Egidius Patnistik.http://inter nasional. kompas.com/read/2011/05/25/14513485/Sudan.Utara.Tak.Mau.Kewargan egaraan.Ganda. [Diakses tanggal 27 Juli 2011])

Dalam melaksanakan kebijakan tersebut Republik Sudan menghadapi beberapa kendala (Al Jazeera, http://www.aljazeera.net/analysis/pages/ bb51a9f1-e636-4e0d-9d1f-dad9b6dfc5fd. [Diakses tanggal 27 September 2011]) meliputi :

1) Pemerintah Republik Sudan tidak memiliki dasar hukum untuk mengidentifikasi subyek sesuai etnis masing-masing dalam Sensus terakhir;

2) Pengaturan hukum kewarganegaraan Republik Sudan menyatakan bahwa setiap orang asing yang tinggal di Sudan secara hukum selama

5 tahun berturut-turut memenuhi syarat untuk mengajukan permohonan kewarganegaraan Sudan. Kenyataannya penduduk Sudan Selatan yang tinggal di sudan utara telah lebih dari 20 tahun sehingga telah memenuhi persyarat kewarganegaraan;

3) Pemerintah Republik Sudan menetapkan kriteria seseorang yang terdaftar dalam referendum dan telah membuat keputusan untuk

commit to user

namun belum secara terperinci mengenai batasan dan mekanisme untuk mengklaim identitas Sudan selatan;

4) Terjadi rasisme negara terhadap warga Sudan Selatan yang berada di wilayah Sudan Utara. Hingga ahkirnya Pada tanggal 13 Juli 2011 pemerintah Republik

Sudan telah mengesahkan amandemen terhadap Undang-Undang kewarganegaraan Sudan. Di dalam amandemen tersebut mengatur mengenai beberapa hal (AFP, http://www.Modernghana.com/news/ 339675/1/khartoum-cancels-Sudanese-nationality-of-southerne.html. [Diakses tanggal 25 Agustus 2011]) meliputi:

1) Pertama, bagi Mereka yang terdaftar untuk memberikan suara dalam referendum 2011 Januari dan mememilih suksesi negara bagi Sudan Selatan dianggap oleh pemerintah Republik Sudan menjadi Republik Sudan Selatan.

2) Pembatalan kebangsaan Sudan secara otomatis untuk setiap orang yang memperoleh kewarganegaraan dari negara Sudan Selatan semenjak Sudan Selatan menyatakan kemerdekaanya. Sehingga bagi warga Sudan Selatan yang ingin bekerja di sektor swasta di Sudan Utara, harus mendapatkan izin tinggal.

3) Bagi warga Sudan Selatan yang ingin tetap tinggal di utara diberi waktu periode transisi selama 9 bulan untuk mengurus perizinanan tersebut, dan bila lewat dari waktu yang telah ditentukan Pemerintah Sudan akan melakukan deportasi bagi warga Sudan Selatan yang tidak memilki izin dan izin tinggal.

4) Hukum sipil dan pemberian kartu identitas biometrik bagi warga negara Republik Sudan, ditujukan agar memudahkan penduduk di Republik Sudan mengakses hak-hak mereka.

Dalam Praktek

pelaksanaan amandemen

Undang-Undang Kewarganegaraan Sudan diketahui banyak terdapat pelanggaran HAM terhadap warga Sudan selatan yang berada di Sudan Utara (Bronwen

commit to user

the-Sudans/. [Diakses tanggal 25 Agustus 2011]) hal tersebut meliputi :

1) Aplikasi kartu kartu identitas biometrik baru yang diberlakukan pemerintah Sudan ditujukan untuk menghalangi warga Sudan selatan di utara untuk mendapat akses pelayanan sosial.

2) Maraknya pemecatan terhadap warga Sudan selatan di utara dengan dasar tidak memiliki kartu identitas biometrik baru yang menyatakan sebagai warga Sudan utara walaupun orang tersebut telah dilengkapi dengan surat izin tinggal seperti yang diatur dalam amandemen Undang-Undang Kewarganegaraan Sudan.

3) Banyak terjadi pencabutan kewarganegaraan secara sewenang- wenang, sehingga terjadi deportasi masal dan paksa oleh pemerintah Sudan terhadap warga Sudan selatan yang sedang mengurus perijinan di Sudan Utara.

Di lain pihak Republik Sudan Selatan dalam konstitusinya mengatur mengenai ketentuan Penentuan kewarganegaraan Sudan Selatan yang diatur dalam Pasal 45 mengenai Kewarganegaraan dan Hak dan Pasal 46 mengenai Tugas Warga Negara. Di dalamnya menyatakan bahwa seorang individu akan dianggap sebagai warga negara Sudan Selatan jika memenuhi salah satu persyaratan sebagai berikut:

1) Setiap orang tua, kakek atau nenek buyut pada garis laki-laki atau perempuan lahir di Sudan Selatan,

2) Orang tersebut milik salah satu komunitas suku asli Sudan Selatan,

3) Orang tersebut, pada saat RUU ini diberlakukan, telah berdomisili di Sudan Selatan sejak 1 Januari 1956 [tanggal kemerdekaan], atau

4) Orang tersebut telah mengakuisisi dan mempertahankan status Sudan Selatan nasional. Selain itu di Sudan Selatan, seseorang diperbolehkan untuk memiliki

kewarganegaraan ganda untuk menghindari seseorang kehilangan kewarganegaraannya karena suksesi negara. Tujuan kebijakan Sudan Selatan adalah menyeimbangkan kebajikan kohesi etnis dan keragaman

commit to user

state-succession-in-the-Sudans/ [Diakses tanggal 25 Agustus 2011]). Undang-Undang Kewarganegaraan Sudan mendapat reaksi negatif oleh masyarakat internasional. Salah satunya disampaikan secara resmi dalam nota PBB. Nota PBB tersebut memerintahkan pada pemerintah Republik Sudan untuk segera melakukan amandemen kembali terhadap kebijakan kewarganegraannya tersebut, dengan harapan adanya kebijakan baru yang lebih memperhatikan mengenai jaminan perlindungan HAM. Yang dimana tidak akan ada tindakan pendiskriminasian yang saling merugikan terutama warga negara Republik Sudan Selatan.Akhirnya pada Maret 2012 Republik Sudan dan Republik Sudan Selatan mencapai kesepakatan mengenai prinsip 'Empat Kebebasan', (Sudan tribune. http://www.

Sudantribune.

com/Sudan-VP-downplays-significance- of,41944. [Diakses tanggal 18 Maret 2012]).

d. Arsip negara Arsip-arsip berupa dokumen baik secara tertulis maupun visual baik dalam bentuk foto ataupun video dokumentasi mengenai Republik Sudan masih tersimpan di Khartoum ibukota Sudan Utara dan sebagian masih disimpan oleh pemerintah Inggris.

Arsip yang berada di Khartoum merupakan dokumen-dokumen yang berhubungan dengan perundingan-perundingan, kerangka perjanjian, dan pertimbangan-pertimbangan dalam perjanjian-perjanjian yang dilakukan oleh Republik Sudan atau pun Republik Sudan Selatan sebelum terjadi suksesi.

Sedangkan dokumen yang disimpan oleh pemerintahan Inggris adalah dokumen Sudan selama berada di bawah kekuasaan Inggris hingga dokumen pemberian kemerdekaan oleh Inggris kepada Sudan pada tahun 1956. Untuk peninggalan bersejarah dan situs-situs budaya, penguasaan setelah suksesi negara dilakukan berdasar wilayah. Hal ini dibuktikan dengan penguasaan oleh Sudan Selatan terhadap Pitt Rivers Museum yang didalamnya terdapat koleksi meliputi 1300 artefak dan 5000 foto (Museum

commit to user

&u=http://southernSudan.prm.ox.ac.uk/ [Diakses tanggal 13 Maret 2012]). Sedangkan situs budaya yang berada di Sudan utara sudah mengalami privatisasi, yang dimana kepemilikan situs telah menjadi milik masyarakat umum. Keadaan ini dilatarbelakangi kebutuhan pemerintah Sudan utara terhadap dana, guna membiayai perang saudara yang terjadi di Sudan selama beberapa dekade pemerintahan (Wafa 'Abd al-Rahman, http://www.Sudantribune.com/SHRO-Cairo-Women-Activists,16411. [Diakses tanggal 28 Juni 2011]).

e. Public property Public property dapat berwujud gedung-gedung dan tanah milik negara, alat-alat transportasi milik negara, dana-dana pemerintah yang tersimpan dalam bank, pelabuhan-pelabuhan dan sebagainya. Public property dapat dibedakan menjadi benda bergerak dan benda tidak bergerak (Sefriani, 2011: 303).

Dalam suksesi negara yang terjadi antara Republik Sudan dan Republik Sudan Selatan pembagian mengenai Public property belum terjadi pembagian yang jelas dan terperinci dalam suatu perjanjian yang baru dan masih berdasar pada CPA. Data mengenai kepemilikan dan kekayaan masing-masing negara juga belum teradministrasi secara resmi sehingga dalam pengumpulan dana mengenai Public property hanya dapat dilakukan secara terbatas. Public property yang dapat dibahas hanya berdasar laporan sementara dari Kedutaan Besar Republik Indonesia Sudan (Mulyadi. 2012. Laporan Sementara Keadaan Sudan. Kedutaan Besar Republik Indonesia Sudan) yang meliputi :

1) Kepemilikan dan penyimpanan dana di bank serta tanah dan bangunan. Kepemilikan dan Penyimpanan Dana di Bank di atur berdasar kesepakatan terdahulu yaitu The Protocol on Wealth Sharing, yang menyatakan bahwa dana terbagi menjadi 2 kepemilikan dan tersimpan di dua bank yang berbeda yaitu :

commit to user

(CBO) ,sedangkan dana milik Republik Sudan Selatan tersimpan di Bank of Shouth Sudan (BOSS).

b) Mengenai kepemilikan tanah dan bangunan dibagi berdasar kewilayahan dan di tangani oleh badan kewilayahan masing- masing negara baik Republik Sudan ataupun Republik Sudan Selatan.

2) Daerah Administrasi Abyei Pengaturan mengenai penguasaan Public property di daerah perbatasan Abyei tercantum dalam Temporary Arrangements for The Administration and Security of The Abyei Area yang ditandatangani pada 20 Juni 2011, dimana isinya masih merujuk pada perjanjian sebelumnya yaitu Resolution of the Abyei Conflict yang ditandatangani

26 Mei 2004. Dalam perjanjian tersebut diatur bahwa penyelesaian mengenai daerah perbatasan Abyei akan diselesaikan melalui referendum dan selama masa transisi dalam masalah perbatasan akan berdasar pada garis imaginer yang ditarik lurus antara Republik Sudan dan Republik Sudan Selatan.

3) Kilang minyak dan sumber daya minyak Republik Sudan memiliki kilang minyak yang berada di Port di Laut Merah, kilang minyak ini lah yang digunakan untuk melakukan kegiatan pengilangan semasa sebelum suksesi negara. Setelah suksesi negara Republik Sudan Selatan menguasai tiga perempat dari wilayah republik Sudan sebelumnya yang merupakan wilayah yang terdapat sumber daya minyak, sehingga Republik Sudan Selatan adalah negara yang kaya akan minyak. Namun kendala yang dihadapi Republik Sudan Selatan adalah tidak memiliki kilang minyak sendiri.

Jadi karena kondisi tersebutlah Republik Sudan Selatan bekerja sama dengan Republik Sudan dalam melakukan penyulingan terhadap minyak tersebut. Permasalahan yang muncul adalah Republik Sudan

commit to user

tersebut diberlakukan dengan biaya yang tinggi.

f. Privat property Privat property yang dimaksud adalah harta benda juga hak-hak milik perorangan atau perusahaan yang bukan milik negara berdasarkan hukum nasional Predecessor. Dalam hal terjadi suksesi pada umumnya para ahli hukum internasional sepakat bahwa privat property ini harus dihormati atau dilindungi oleh Predecessor state serta tidak dipengaruhi secara otomatis oleh suksesi negara yang terjadi (Sefriani, 2011: 306).

Berdasarkan laporan sementara dari Kedutaan Besar Republik Indonesia Sudan (Mulyadi.2012. Laporan Sementara Keadaan Sudan. Kedutaan Besar Republik Indonesia Sudan) bahwa kebijakan mengenai pembagian penguasaan privat property sebagai Implikasi Hukum suksesi negara dilakukan secara terpisah sehingga mengenai pembagian hak-hak terhadap privat property menjadi tanggungan masing-masing negara baik Republik Sudan atau pun Republik Sudan Selatan.Namun tidak menutup kemungkinan terjadi kerjasama antara Republik Sudan, Republik Sudan Selatan dan perusahaan swasta sebagai kebijakan baru untuk penyelesaian permasalahan yang timbul karena implikasi hukum suksesi negara mengenai privat property.

Beberapa pemilik privat property yang berada di Republik Sudan yaitu; Petrodar Operating Company (PDOC) yang merupakan konsorsium perusahaan minyak nasional yang sebagiann besar terdiri dari beberapa negara

(Eric Reeves, http://www.Sudantribune.com/Sudan-Oil-Crisis-Extortion-and,41452. [Diakses tanggal 30 Januari 2012]).PDOC adalah sebuah perusahaan yang beroperasi bekerja di industri eksplorasi, pengembangan, produksi dan transportasi minyak mentah. Beroperasi di blok 3D, 3E dan 7E yang terletak di tenggara Sudan dengan luas konsesi total 72.420 km persegi. PDOC didirikan berdasarkan hukum British Virgin Islands dan memiliki cabang terdaftar di Sudan (http://www.petrodar.com/, [diakses

commit to user

pengaturan mengenai kepemilikan privat property dalam Pasal 28 Konstitusi Republik Sudan atau pun Republik Sudan Selatan.

g. Keanggotaan organisasi internasional Sudan merupakan negara yang bergabung dengan berbagai organisasi internasional seperti: IMF (International Monetary Fund), WHO (World Health Organization), WIPO (World Intellectual Property Organization), WTO (World Trade Organization), UNHCR (United Nations High Commissioner for Refugees), UNESCO (United Nations Educational, Scientific and Cultural Organization), UNCTAD (United Nations Conference on Trade and Development). (CIA The World Fact Book, http://www.cia.gov/library/publications/the-world-factbook/geos/su.html. [Diakses tanggal 5 Juni 2011]).

Keanggotaan Republik Sudan Selatan pada organisasi internasional Meliputi : Perserikatan bangsa-bangsa (PBB) yang resmi bergabung pada

14 Juli 2011 menjadi negara anggota ke 193 di dalam Organisasi Perserikatan Bangsa-bangsa (PBB menyambut Sudan Selatan sebagai 193 Negara Anggota" , Un.org.Diperoleh 2011/09/16), Uni Afrika yang resmi bergabung pada 28 Juli 2011 sebagai negara anggota ke 54 di dalam Uni Afrika, Liga Arab, Masyarakat Afrika Timur (EAC), IMF resmi bergabung pada 9 Juli 2011 menjadi negara anggota ke 187 anggota (IMF, http://www.imf.org/external/np/sec/pr/2011/pr11145.htm. [Diakses tanggal

20 agustus 2011]).

h. Tanggung jawab terhadap claims in tort & delict. Koflik antara Republik Sudan Utara dengan Republik Sudan Selatan, terdapat satu konflik lagi yang terjadi di Republik Sudan yaitu konflik Darfur. Konflik Darfur terjadi sejak Februari 2003 oleh 2 kelompok bersenjata yang disebut Sudan Liberation Army (SLA) dan Justice and Equality Movement (JEM).

Pada Januari 2004 sumber PBB melaporkan bahwa sekitar 85 persen dari 900 ribu orang yang terkena dampak konflik darfur tidak dapat

commit to user

2008 PBB melaporkan sekitar 300 ribu orang tewas dalam konflik tersebut (Tim Youngs, Sudan:Conflict in Darfur, http://www.parliament.uk. [Diakses tanggal 23 Maret 2011]).

Konflik Sudan mengandung beberapa jenis tindakan pembantaian yang dapat dijelaskan sebagai tindakan kriminal di Sudan yang meliputi : Ethnic Cleansing , pergerakan kekuatan militer, pemindahan penduduk, serta penyerangan. Kejahatan lainya seperti perampokan, pemerkosaan wanita dan anak-anak dibawah umur, pembakaran rumah dan kampung. Karena konflik yang terus berlangsung dan korban semakin banyak berjatuhan, usaha-usaha untuk menciptakan perdamaian juga diupayakan oleh pihak-pihak penegak hukum serta keadilan internasional.

Konflik Sudan telah masuk dalam ranah internasional karena menyangkut isu HAM serta stabilitas internasional. Berbagai kejahatan seperti genosida, kejahatan lain terhadap kemanusiaan dan kejahatan perang memang merupakan jenis kejahatan yang berskala Internasional. Selain itu juga masalah Hak Asasi Manusia (HAM) serta genosida merupakan jenis masalah yang dapat dikategorikan dalam masalah Transnasional artinya pengadilan serta upaya penyelesaian masalah tersebut dapat disoroti oleh masyarakat internasional tanpa melihat teritori wilayah serta tidak dibatasi oleh hukum suatu negara.

Seperti yang diketahui di wilayah Republik Sudan Selatan terdapat sumber daya alam berupa minyak, gas, dan uranium. Inilah yang membuat pihak asing, khususnya Negara-negara Barat (AS dan Inggris) dan Cina ikut campur tangan dalam konflik Sudan tersebut. Pihak asing tersebutlah yang membuat konflik etnis tersebut tak kunjung usai. Di sini, terjadi keadaan di mana etnis dijadikan sebuah instrument untuk mencapai kepentingan asing. Boleh dikatakan konflik Sudan adalah konflik etnis yang dipolitisi atau konflik etnis yang diboncengi kepentingan asing. Selain itu kegagalan disebabkan oleh rendahnya motivasi para aktor untuk menyelesaikan konflik.

commit to user

supremasi hukum internasional, seringkali menemukan jalan buntu dalam penyelesaian konflik tersebut. Hal ini berkaitan dengan upaya menjamin stabilitas domestik Sudan. Dalam arti bahwa penangkapan presiden Omar Al Bashir akan berdampak pada situasi Sudan serta jaminan stabilitas domestiknya.

Tuduhan ICC atas pelanggaran yang terjadi di Republik Sudan dengan tegas ditolak oleh Pemerintah Republik Sudan dan menuduh negara-negara barat menggunakan ICC untuk menstabilisasi Republik Sudan dan menguasai kekayaan Sudan terutama minyak. Penetapan tersangka Presiden Republik Sudan oleh ICC ini direspon oleh pemerintah Republik Sudan, dengan mengusir 13 International Non Governmental Organization (INGO) dan 3 National Non Governmental Organization (NNGO) nasional , beberapa jam setelah pengumuman oleh ICC. Mereka dituduh telah melanggar hukum Sudan dan memberi informasi yang tidak benar kepada ICC dan diperintahkan untuk meninggalkan Republik Sudan dalam waktu 24 jam. ICC sebagai sebuah instrument internasional yang bertujuan untuk menciptakan keadilan global secara khusus dalam menyelesaikan konflik yang disinyalir terdapat tindakan genosida serta ethnic cleansing.