importation adalah pengimporan produk asli oleh negara lain tanpa izin dari pemilik ciptaan tersebut.
B. Jangka Waktu Hak Cipta
Hak cipta berlaku dalam jangka waktu berbeda-beda dalam yurisdiksi yang berbeda untuk jenis ciptaan yang berbeda. Masa berlaku tersebut juga dapat
bergantung pada apakah ciptaan tersebut diterbitkan atau tidak diterbitkan. Ide mengenai pembatasan jangka waktu hak cipta, sebenarnya didasarkan atas landasan
filosofis tiap-tiap hak kebendaan termasuk hak cipta fungsi social. Sehingga dengan diberinya pembatasan jangka waktu pemilikan hak cipta maka diharapkan hak cipta
itu tidak dikuasai dalam jangka waktu yang panjang di tangan si pencipta yang sekaligus sebagai pemiliknya. Dengan berakhirnya jangka waktu pemilikan tersebut
maka jadilah karya cipta itu sebagai milik umum, suatu kuasa umum public domein. Pembatasan jangka waktu hak cipta yang tercantum dalm UUHC Indonesia bukanlah
satu-satunya peraturan hak cipta yang memberikan batasan. Sebenarnya mengenai pembatasan jangka waktu hak cipta adalah merupakan
penjelmaan dari pandangan tentang hakikat pemilikan, dikaitkan dengan kedudukan manusia sebagai makhluk pribadi sekaligus makhluk bermasyarakat, dimana hak
milik itu dianggap mempunyai fungsi sosial. Oleh karena itu, dapatlah dimengerti bahwa pembatasan jangka waktu hak cipta itu adalah merupakan atas milik umum dan
milik individu perseorangan.
39
Pembatasan jangka waktu pemilikan hak cipta 50 tahun merupakan ketentuan yang diambil alih dari Konvensi Bern dengan alasan agar mempermudah bila
Indonesia menjadi salah satu anggota konvensi, tetapi dalam perkembangan
39
OK. Saidin, Op.Cit, hlm. 108.
selanjutnya terlihat adanya upaya untuk menggantikan atau merevisi undang-undang hak cipta, yang pembatasan jangka waktu hak cipta tersebut telah dinaikkan menjadi
70x tahun setelah meninggalnya si pencipta. Dalam jangka waktu relatif yang panjang itu, keseimbangan antara kepentingan individu dengan masyarakat yang dikenal
dengan konsepsi hak milik berfungsi sosial dapat lebih terwujud.
40
Perlindungan hak cipta atas ciptaan potret berlaku selama 50 tahun sejak pertama kali dilakukan
pengumuman.
41
Hak cipta atas ciptaan yang penciptanya tidak diketahui yang dipegang oleh negara berlaku selama 50 lima puluh tahun sejak ciptaan tersebut
pertama kali dilakukan pengumuman.
42
Hak cipta atas ciptaan yang dilaksanakan oleh pihak yang melakukan pengumuman berlaku selama 50 lima puluh tahun sejak
ciptaan tersebut pertama kali dilakukan pengumuman.
43
1. Masa Berlaku Hak Moral
Sebagaimana diketahui bahwa sejak ciptaan diwujudkan berakibat munculnya hak cipta terhadap ciptaan tersebut, ini berarti sejak saat itu hak cipta mulai berlaku. Pencipta
resmi memiliki hak untuk menerbitkan ciptaannya, menggandakan ciptaannya, mengumumkan ciptaannya, dan melarang pihak lain untuk melipatgandakan danatau
menggunakan secara komersial ciptaannya.Di Indonesia berdasarkan UUHC , jangka waktu berlakunya suatu hak cipta adalah sebagai berikut:
Hak moral pencipta berlaku tanpa batas waktu dalam hal: a.
tetap mencantumkan atau tidak mencantumkan namanya pada salinan sehubungan dengan pemakaian ciptaannya untuk umum;
b. menggunakan nama aliasnya atau samarannya; dan
40
Ibid, hlm. 110.
41
Undang-undang Nomor 28 Tahun 2014 Tentang Hak Cipta, Pasal 59.
42
Ibid, Pasal 60 ayat 2.
43
Ibid, Pasal 60 ayat 3.
c. mempertahankan haknya dalam hal terjadi distorsi ciptaan, mutilasi ciptaan,
modifikasi ciptaan, atau hal yang bersifat merugikan kehormatan diri atau reputasinya. Hak moral pencipta berlaku selama berlangsungnya jangka waktu
hak cipta atas ciptaan yang bersangkutan, yaitu dalam hal: mengubah ciptaannya sesuai dengan kepatutan dalam masyarakat; mengubah judul dan anak judul
ciptaan. 2.
Masa Berlaku Hak Ekonomi Pasal 58 UUHC menyatakan bahwa:
a. Perlindungan Hak Cipta atas Ciptaan:
1 buku, pamflet, dan semua hasil karya tulis lainnya;
2 ceramah, kuliah, pidato, dan ciptaan sejenis lainnya;
3 alat peraga yang dibuat untuk kepentingan pendidikan dan ilmu pengetahuan;
4 lagu atau musik dengan atau tanpa teks;
5 drama, drama musikal, tari, koreografi, pewayangan, dan pantomim;
6 karya seni rupa dalam segala bentuk seperti lukisan, gambar, ukiran, kaligrafi,
seni pahat, patung, atau kolase; 7
karya arsitektur; 8
peta; dan 9
karya seni batik atau seni motif lain, berlaku selama hidup pencipta dan terus berlangsung selama 70 tujuh puluh
tahun setelah pencipta meninggal dunia. b.
Dalam hal ciptaan dimiliki oleh 2 dua orang atau lebih, perlindungan hak cipta berlaku selama hidup penciptanya yang meninggal dunia paling akhir dan
berlangsung selama 70 tujuh puluh tahun sesudahnya.
c. Perlindungan hak cipta atas ciptaan yang dimiliki atau dipegang oleh badan
hukum berlaku selama 50 lima puluh tahun sejak pertama kali dilakukan pengumuman.
Pasal 59 Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2014 menyatakan bahwa:
a. Perlindungan Hak Cipta atas Ciptaan: 1. karya fotografi;
2. potret;
3. karya sinematografi; 4. permainan video;
5. program Komputer; 6. perwajahan karya tulis;
7. terjemahan, tafsir, saduran, bunga rampai, basis data, adaptasi, aransemen, modifikasi dan karya lain dari hasil transformasi;
8. terjemahan, adaptasi, aransemen, transformasi, atau modifikasi ekspresi budaya tradisional;
9. kompilasi Ciptaan atau data, baik dalam format yang dapat dibaca dengan Program Komputer atau media lainnya;
10. kompilasi ekspresi budaya tradisional selama kompilasi tersebut merupakan karya yang asli;
berlaku selama 50 lima puluh tahun sejak pertama kali dilakukan pengumuman.
b. Perlindungan Hak Cipta atas Ciptaan berupa karya seni terapan berlaku selama 25 dua puluh lima tahun sejak pertama kali dilakukan pengumuman
.
C.
Pencatatan Hak Cipta
Pendaftaran suatu ciptaan bukan suatu keharusan, artinya boleh didaftarkan dan boleh juga tidak didaftarkan. Pendaftaran ciptaan bukan untuk memperoleh hak
cipta, melainkan semata-mata untuk memudahkan pembuktian hak dalam hal terjadi sengketa mengenai hak cipta. Apabila ciptaan didaftarkan, yang mendaftarkan itu
dianggap sebagai penciptanya, sampai dapat dibuktikan sebaliknya bahwa pendaftaran itu bukan penciptanya.
Dengan dilakukannya pendaftaran, maka ciptaan tersebut akan di catat pada daftar umum ciptaan yang memuat: nama pencipta dan pemegang hak cipta, tanggal
penerimaan surat permohonan, tanggal lengkapnya persyaratan dan nomor pendaftaran. Melalui daftar umum ciptaan, setiap orang dapat melihat ciptaan apa saja
yang telah didaftarkan tanpa dikenai biaya setiap orang juga dapat memperoleh petikan daftar umum ciptaan tersebut namun dikenai biaya. Demikianlah mengenai
pendaftaran hak cipta ini menjadi penting artinya, karena melalui pendaftaran lahirlah pengakuan secara de jure hak dengan bendanya. Namun patut dicatat, pendaftaran
tidak merupakan suatu keharusan untuk terbitnya hak cipta. Ini adalah konsekuensi logis dari system pendaftaran deklaratif.
Jika melihat pada prinsip dasar lahirnya hak cipta, maka rujukannya bukanlah pada pendaftaran, yang saat ini dalam UUHC istilahnya disebut dengan Pencatatan,
akan tetapi hak cipta telah lahir secara otomatis pada saat suatu ciptaan diwujudkan dalam bentuk nyata, diumumkan, dan dapat diperbanyak. Pencatatan Ciptaan pada
Direktur Jenderal Hak Kekayaan Intelektual bukan merupakan syarat untuk mendapatkan hak cipta. Hal ini dinyatakan dalam Pasal 64 UUHC. Akan tetapi,
pencatatan perlu dilakukan oleh pencipta ketika komersialisasi ciptaan dilakukan secara maksimal sebagai alat bukti atau pengukuhan apabila terjadi sengketa.
44
Menteri menyelenggarakan pencatatan dan penghapusan ciptaan dan produk hak terkait.
Pencatatan ciptaan atau produk hak terkait dalam daftar umum ciptaan bukan merupakan pengesahan atas isi, arti, maksud atau bentuk dari ciptaan atau produk hak
terkait yang dicatat. Dalam hal Menteri menerima permohonan, menteri menerbitkan surat pencatatan ciptaan dan mencatat dalam daftar umum ciptaan. Daftar umum
ciptaan memuat nama pencipta dan pemegang hak cipta atau nama pemilik produk hak terkait, tanggal penerimaan surat permohonan, tanggal lengkapnya persyaratan.
45
Pencatatan ciptaan dan produk terkait bukan merupakan syarat untuk mendapatkan hak cipta dan hak terkait. Pencatatan ciptaan dan produk hak terkait
bukan merupakan suatu keharusan bagi pencipta, pemegang hak cipta atau pemilik hak terkait. Perlindungan suatu ciptaan dimulai sejak ciptaan itu ada atau terwujud
karena pencatatan. Hal ini berarti suatu ciptaan baik yang tercatat maupun tidak tercatat tetap dilindungi.
46
Pencatatan ciptaan tidak dapat dilakukan terhadap seni lukis yang berupa logo atau tanda pembeda yang digunakan sebagai merek dalam
perdagangan barangjasa atau digunakan sebagai lambing organisasi, badan usaha, atau badan hukum.
47
Pencatatan ciptaan dan produk hak terkait diajukan dengan Permohonan secara tertulis dalam bahasa Indonesia oleh pencipta, pemegang hak cipta, pemilik
hak terkait, atau kuasanya kepada Menteri.
48
44
Kecuali terbukti sebaliknya, surat
http:www.hukumonline.comklinikdetaillt54b5f403a7a3apelanggaran-hak-cipta-pada-
saat-proses-pendaftaran diakses tanggal 2 Juni 2015.
45
Undang-undang Nomor 28 Tahun 2014 Tentang Hak Cipta, Pasal 64 ayat 1.
46
Ibid, Penjelasan Pasal 64 ayat 2.
47
Ibid, Pasal 65.
48
Ibid,, Pasal 66 ayat 1.
pencatatan ciptaan merupakan bukti awal kepemilikan suatu ciptaan atau produk hak terkait.
49
Pencatatan ciptaan atau produk hak terkait dalam daftar umum ciptaan bukan merupakan pengesahan atas isi, arti, maksud, atau bentuk dari ciptaan atau produk hak
terkait yang dicatat.
50
Kekuatan hukum pencatatan ciptaan dan produk Hak Terkait hapus karena: permintaan orang atau badan hukum yang namanya tercatat sebagai pencipta,