Macam – Macam Wanprestasi Eksistensi Lelang Sebagai Akibat Hukum Dari Wanprestasi Oleh Nasabah Pada Pt Pegadaian. (Studi Pada PT Pegadaian Kanwil I Medan) Chapter III V

a. Beban risiko bergeser ke arah kerugian kreditur dan selaku demikian ialah bahwa pihak debitur pada galibnya hanya bertanggung jawab yuridis karena melakukan wanprestasi dalam hal adanya unsur kesengajaan diri sendiri atau kesalahan besar grove schuld; b. Pihak kreditur tetap berkewajiban memberikan kontraprestasi bandingkan Pasal 1638 d BW; Pasal 1602 KUHP.

B. Macam – Macam Wanprestasi

Perikatan yang pada hakekatnya dibuat oleh dua pihak yang terikat yaitu debitur dan kreditur, akan menimbulkan hak dan kewajiban bagi para pihak sesuai dengan apa yang telah disepakati bersama. Dalam hal ini debitur berkewajiban untuk menyerahkan prestasi kepada kreditur dimana prestasi berupa memberikan, berbuat, atau tidak berbuat sesuatu Pasal1234 KUH Perdata. Adapun bentuk wanprestasi kelalaian atau kealpaan seorang debitur dapat berupa empat macam: 72 1. Tidak melakukan apa yang disanggupi akan dilakukannya. 2. Melakukan apa yang dijanjikan, tetapi tidak sebagaimana dijanjikan. 3. Melakukan apa yang dijanjikan tetapi terlambat. 4. Melakukan sesuatu menurut perjanjian tidak boleh dilakukannya. Sedangkan menurut Mariam Darus Badrulzaman wujud dari tidak memenuhi perikatan itu ada 3 tiga macam yaitu: 73 1. Debitur sama sekali tidak memenuhi perikatan. 71 Van der Burght dan Freddy Tengker, Op. cit., hal.148. 72 Subekti, Hukum Perdjanjian, Jakarta, PT Pembimbing Masa, 1970, hal. 50. 73 Mariam Darus Badrulzaman, Kompilasi Hukum Perikatan, Bandung, Alumni, 2001, hal.18.selanjutnya sebagai Mariam Darus Badrulzaman3 2. Debitur terlambat memenuhi perikatan. 3. Debitur keliru atau tidak pantas memenuhi perikatan. Ilmu hukum mengenal tiga macam wanprestasi, yaitu : 74 1. Wanprestasi yang disengaja Wanprestasi dianggap sengaja apabila debitor dapat dikatakan berbuat sesuatu atau tidak berbuat sesuatu, walaupun ia insaf bahwa tindakannya atau tidak bertindaknya mengakibatkan wanprestasi. 2. Wanprestasi karena kesalahan Wanprestasi karena kesalahan adalah akibat dari sikap debitor yang acuh tetap acuh, atau debitor tidak melakukan usaha yang dapat diharapkan dari seorang debitor, namun justru memilih melakukan suatu perbuatan atau mengambil sikap diam tidak bertindak. 3. Wanprestasi tanpa kesalahan Forje Major dan Overmagt Yang dimaksud disini, undang-undang juga melihat kemungkinan terjadinya keadaan yang tidak dapat dipertanggungjawabkan kepada debitor Hukum dalam perjanjian pada dasarnya tidak membedakan apakah suatu kontrak tidak dilaksanakan karena adanya suatu unsur kesalahan dari para pihak atau tidak. Akibatnya umumnya tetap sama, yakni pemberian ganti rugi dengan perhitungan-perhitungan tertentu, kecualitidak dilaksanakan kontrak tersebut karena alasan-alasan force majeur, yang umumnya membebaskan pihak yang tidak memenuhi prestasi untuk sementara atau untuk selama-lamanya. 74 Achmad R Hamzah, Wanprestasi, http:achmadrhamzah.blogspot.com201101wanprestasi.html, diakses pada tanggal 10 April 2015 pukul 10.00 WIB. Akibat dari debitur yang lalai untuk melakukan melakukan kewajibnnya atau wanprestasi diancam dengan beberapa sanksi atau hukuman. Hukuman bagi debitur yang lalai tersebut ada 4 empat macam, yaitu: 75 1. Membayar kerugian yang diderita oleh kreditur atau dengan singkat dinamakan ganti rugi. Ganti rugi sering diperinci dalam 3 tiga unsur : a. Biaya, adalah segala pengeluaran atau perongkosan yang nyata-nyata sudah dikeluarkan oleh salah satu pihak; b. Rugi, adalah kerugian karena kerusakan barang-barang kepunyaan kreditur yang diakibat oleh kelalaian si debitur; c. Bunga adalah kerugian yang berupa kehilangan keuntungan yang sudah dibayangkan atau dihitung oleh kreditur. Di dalam pembatasan tuntutan ganti rugi telah diatur dalam Pasal 1247 dan Pasal 1248 KUH Perdata.Serangkaian Pasal-Pasal tersebut dapat dipandang sebagai tujuan untuk membatasi ganti rugi yang dituntut terhadap seorang debitur yang lalai, dengan adanya ketentuan pembatasan mengenai ganti rugi, maka dapat dikatakan bahwa seorang debitur yang lalai masih juga dilindungi oleh undang-undang terhadap kesewenang- wenangan si kreditur. 2. Pembatalan perjanjian Pembatalan perjanjian atau disebut juga pemecahan perjanjian bertujuan membawa kedua belah pihak kembali pada keadaan sebelum perjanjian 75 Subekti, Loc. Cit. diadakan.Dalam hal ini apabila salah satu pihak telah menerima sesuatu dari pihak yang lainnya, baik itu berupa uang ataupun barang, maka itu harus dikembalikan. Masalah pembatalan perjanjian karena kelalaian atau wanprestasi dari pihak debitur ini diatur dalam KUH PerdataPasal 1266. Dan menurut Pasal 1266 KUH Perdata pembatalan suatu perikatan tidak terjadi dengan sendirinya, harus dimintakan kepada hakim dan hakimlah yang akan membatalkan perjanjian itu dengan keputusannya. 3. Peralihan resiko Peralihan risiko adalah kewajiban untuk memikul kerugian jika terjadi suatu peristiwa di luar kesalahan salah satu pihak yang menimpa barang dan menjadi obyek perjanjian. Peralihan resiko ini diatur dalam Pasal 1237 ayat 2 KUH Perdata. 4. Membayar biaya perkara, kalau sampai diperkarakan di muka hakim. Tentang pembayaran biaya perkara ini tersimpul dalam suatu peraturan Hukum Acara, bahwa pihak yang dikalahkan wajib membayar biaya perkara Pasal 181 ayat 1 HIR, seorang debitur yang lalai tentu akan dikalahkan sampai terjadi perkara dimuka hakim.

C. Faktor – Faktor Penyebab Terjadinya Wanprestasi pada PT