melakukan pelayanan medis dengan memenuhi persyaratan standar yang telah ditetapkan, namun juga terjadi hal-hal yang tidak diinginkan, seperti misalkan
meninggalnya pasien atau gagal dalam upaya penyembuhan sakit pasien atau tidak sepenuhnya bisa sembuh dari penyakit semula, maka untuk kasus semacam ini dokter
atau dokter gigi dilepaskan dari tuntutan hukum. Dokter atau dokter gigi harus berupaya semaksimal mungkin dengan segenap ilmu, kepandaian, keterampilan serta
pengalaman yang dimilikinya disertai sikap hati-hati dan teliti menyembuhkan pasiennya.
C. Pengaturan Malpraktek Dalam Hukum Positif Indonesia
Kasus medical praktek, khususnya yang dilakukan oleh dokter atau dokter gigi, maka terhadap dokter tersebut dikenakan tuntutan pidana berdasarkan beberapa
peraturan perundangan-undangan yang berlaku hukum positif. Baik pada perundang-undangan yang bersifat umum lex generalis yaitu kitab undang hukum
pidana KUHP, maupun yang terdapat pada perundang-undangan bersifat khusus lex specialis seperti dalam Undang-Undang Nomor 36 tahun 2009 tentang
kesehatan dan Undang-Undang Nomor 29 tahun 2004 tentang Praktek Kedokteran.
1. Kitab Undang - Undang Hukum Pidana KUHP
Beberapa pasal yang tercantum dalam KUHPyang dapat dikenakan dalam kasus malpraktek, yaitu yang berkaitan dengan kesengajaan dan pelanggaran. Pasal-
pasal yang berkaitan dengan kesengajaan seperti misalnya, kejahatan terhadap pemalsuan surat, kejahatan terhadap kesusilaan, membiarkan orang yang seharunya
Universitas Sumatera Utara
ditolong, pelanggaran terhadap rahasia dokter, melakukan atau membantu melakukan abortus,euthanasia dan kejahatan terhadap tubuh dan nyawa.
Dapat dikatagorikan termasuk dalam unsur kesengajaan adalah pasal :Pasal 267,pasal 294 ayat 2, pasal 304, pasal 322, pasal 299, pasal 344, pasal 345, pasal 346,
pasal 347, pasal 348 dan pasal 349 .
Bahwa yang dimaksud dengan sengaja adalah kemauan untuk melakukan atau tidak melakukan perbuatan-perbuatan yang dilarang
atau diperintahkan oleh Undang-undang.
131
Pasal-pasal yang dapat dikategorikan termasuk unsur kealpaan atau kelalaian adalah: pasal 260, pasal 359, dan pasal 361. Simons, menerangkan kealpaan ini
sebagai, umumnya kealpaan itu terjadi terdiri dari dua bagian, yaitu tak berhati-hati melakukan sesuatu perbuatan, disamping dapat menduga akibat perbuatan
itu.Perbuatan, dilakukan dengan hati-hati, masih mungkin juga terjadi kealpaan, jika yang membuat itu telah mengetahui. Bahwa dari perbuatan itu mungkin akan timbul
suatu akibat yang dilarang undang-undang.
132
1.2. Pasal Dalam Kitap Undang-Undang Hukum Pidana KUHP Yang Termasuk
Dalam Unsur Kesengajaan Tindakan Dokter a. Pasal 267 KUHP
1. Seorang dokter yang dengan sengaja memberikan surat keterangan palsu
tentang ada atau tidak nya penyakit, kelemahan atau cacat, diancam dengan pidana penjara paling lama 4 tahun.
131
Leden Marpaung, Unsur-unsur Perbuatan Yang Dapat Dihukum Delik, Sinar Grafika.1991 Jakarta. Hal1
132
Leden marpaung.Ibid. Hal 28
Universitas Sumatera Utara
2. Jika keterangan yang diberikan dengan maksud untuk memasukan
seseorang kedalam rumah sakit jiwa atau menahannya disitu. Dijatuhkan pidana penjara paling lama 8 tahun 6 bulan
3. Dipidana dengan pidana penjara yang sama, barang siapa yang dengan
sengaja memakai surat palsu untuk seolah-olah isinya sesuai dengan kebenaran.
Pertanggungjawaban pidana: Kesengajaan Unsur unsur Tindak Pidana
1 Memberikan Keterangan Palsu tentang suatu penyakit, kelemahan atau
cacat. Isi surat keterangan palsu terdiri dari 6 alternatif yaitu:
133
a. Tentang adanya penyakit
b. Tentang tidak adanya penyakit
c. Tentang adanya kelemahan
d. Tentang tidak adanya kelemahan
e. Tentang adanya cacat
f. Tentang tidak adanya cacat
2 Memasukan seseorang kedalam rumah sakit jiwa atau menahannya
3 Memakai surat palsu untuk seolah-olah isinya sesuai dengan kebenaran.
Ada 3 tiga pengertian yang terkandung didalam seseorang memberikan surat keterangan, yang terdiri dari:
134
. 1.
keterangan tersebut diberikan secara tertulis 2.
yang membuat surat dan bertanggungjawab terhadap surat itu adalah dokter tidak berlaku bila yang menandatangani bukan dokter
133
Syahrul Machmud. Op. Cit. Hal 331-332
134
Adami Chowazi,Op.Cit.Hal. 117
Universitas Sumatera Utara
3. surat tersebut dipergunakan dan diserahkan kepada seseorang yang
telah memintanya. b. Pasal 294 Ayat 2 Dua KUHP
diancaman dengan pidana yang sama 1.
Pejabat yang melakukan perbuatan cabul dengan orang yang karena jabatannya adalah bawahannya, atau orang yang dengan penjagaannya
dipercayakan atau diserahkan kepadanya. 2.
Pengurus, dokter, guru, pegawai, pengawas atau pesuruh dalam penjara, tempat pekerjaan Negara, tempat pendidikan, rumah piatu,, rumah sakit,
rumah sakit jiwa atau lembaga social, yang melakukan perbuatan cabul dengan orang yang dimasukan kedalamnya.
Pertanggungjawaban pidana: Kesengajaan Unsur Tindak Pidana
1 Dilakukan oleh pejabat yang karena jabatan nya adalah bawahan nya
Dalam pasal juga telah di jelaskan dalam ayat 2 butir 2 .Defenisi pencabulan berasal dari kata dasar cabul yaitu kotor keji sifatnya tidak sesuai dengan adap sopan
santun, tidak asusila, berzina, melakukan tindak pidana asusila, mencabuli, menzinahi, memperkosa, mencemari kehormatan perempuan, film cabul, film porno
keji dan kotor tidak senonoh melanggar asusila, kesopanan.
135
Sedangkan menurut R.Sugandhi adalah perbuatan yang melanggar asusila atau perbuatan keji yang
135
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.Kamus besar bahasa Indonesia.Balai pustaka. 1998. Jakarta Hal 142.
Universitas Sumatera Utara
berhubungan dengan nafsu kelamin
136
.Defenisi R.Sugandhi lebih menitik beratkan pada perbuatan yang dilakukan oleh orang berdasarkan nafsu kelaminnya, dimana
langsung atau tidak langsung merupakan perbuatan yang melangar susila dan dapat dipidana.
Khusus untuk dokter yang disangkakan melakukan malpraktek, maka unsur dari 294 adalah tentang perbuatan cabul dengan pasiennya.Karena dapat saja terjadi
seseorang dokter yang sedang memeriksa pasiennya diruangan tertutup, terangsang dan melakukan perbuatan cabul seperti mencium, meraba-raba atau bahkan
menyetubuhi. c. Pasal 304 KUHP
“Barang siapa dengan sengaja menempatkan atau membiarkan orang dalam keadaan sengsara, padahal menurut hukum yang berlaku baginya atau
karenanya persetujuan dia wajib memberi kehidupan, perawatan, dan pemeliharaan kepada orang itu, diancam dengan pidana penjara 2 tahun 8 bulan
atau pidan denda paling banyak Rp4.500”. Pertanggungjawaban pidana: Kesengajaan
Unsur tindak pidana 1
Membiarkan orang dalam keadaan sengsara Membiarkan dalam pidana termasuk dalam delik ommisi murni yaitu
membiarkan sesuatu yang diperintahkan undang-undang.
136
R. Sugandhi. Kitab undang-undang hukum pidana dan penjelasannya.Usaha Nasional. 1998. Surabaya. Hal.305
Universitas Sumatera Utara
2 Menurut hukum yang berlaku baginya atau karenanya persetujuan dia wajib
memberi kehidupan, perawatan, dan pemeliharaan kepada orang itu Dokter membiarkan pasien terlantar, yang mana karena persetujuan
merupakan tanggungjawab dokter untuk memberi perawatan. d. Pasal 322 KUHP
1. Barang siapa dengan sengaja membuka rahasia yang wajib disimpan
karena jabatan atau pencaharian nya, baik yang sekarang maupun yang dahulu diancam dengan pidana penjara paling lama 9 bulan atau pidana
denda paling bayak RP 9000. 2.
Jika kejahatan dilakukan terhadap seseorang tertentu maka perbuatan itu hanya dapat dituntut atas pengaduan orang.
Pertanggungjawaban pidana: Kesengajaan Unsur tindak pidana
1 Membuka Rahasia yang Wajib Disimpan Karena Jabatan atau Pencaharian nya
Kewajiban menyimpan rahasia dokter ini berlaku walaupun pasien telah meninggal dunia.Rahasia dalam kasus malpraktek dokter adalah rekam medis,
riwayat yang diderita oleh pasien selama mendapat perawatan dengan seorang dokter. 2
Kejahatan dilakukan terhadap seseorang tertentu Maksud dari penjelasan ini bisa di artikan terhadap pasien jika dalam kasus
malpraktek. 3
Perbuatan itu hanya dapat dituntut atas pengaduan orang
Universitas Sumatera Utara
Pasal ini merupakan delik aduan artinya suatu delik atau tindak pidana baru dapat dituntut jika adanya pengaduan dari seseorang yang merasa dirugikan akibat
perbuatan orang lain. e. Pasal 299 KUHP
1. Barang siapa dengan sengaja mengobati wanita atau menyuruh supaya
diobati dengan diberitahu atau ditimbulkan harapan bahwa karena pengobatan itu hamilnya dapat digugurkan, diancam dengan pidana penjara
paling lama 4 tahun atau pidana denda paling banyak Rp. 45.000 2.
Jika yang bersalah berbuat demikian untuk mencari keuntungan, atau menjadikan perbuatan tersebut sebagai pencarian atau kebiasaan, atau jika
dia seorang tabib, bidan atau juru obat, pidananya dapat ditambah sepertiga.
3. Jika yang bersalah melakukan kejahatan tersebut dalam menjalankan
pencaharian, maka dapat dicabut haknya untuk melakukan pencaharian itu. Pertanggungjawaban pidana: Kesengajaan
Unsur Tindak Pidana 1
Mengobati wanita atau menyuruh supaya diobati dengan diberitahu atau ditimbulkan harapan.
Mengobati termasuk dalam upaya kesehatan, yang dimaksud upaya kesehatan adalah “setiap kegiatan atau serangkaian kegiatan yang dilakukan secara terpadu,
terintegrasi dan berkesinambungan untuk memelihara dan meningkatkan derajat
Universitas Sumatera Utara
kesehatan masyarakat dalam bentuk pencegahan penyakit”
137
, peningkatan kesehatan, pengobatan penyakit dan pemulihan kesehatan oleh pemerintah dan atau masyarakat
2 Bahwa karena pengobatan itu hamilnya dapat digugurkan
Menggugurkan kehamilan seorang wanita di dalam KUHP dikategorikan dalam luka berat, adapun kriteria tersebut adalah sebagai berikut :
138
a Jatuh sakit atau mendapat luka yang tidak memberi harapan akan sembuh
sama sekali, atau yang menimbulkan bahaya maut. b
Tidak mampu terus-menerus untuk menjalankan tugas jabatan atau pekerjaan pencarian.
c Kehilangan salah satu pancaindera.
d Mendapat cacat berat.
e Menderita sakit lumpuh.
f Terganggunya daya pikir selama empat minggu lebih.
g Gugur atau matinya kandungan seorang perempuan.
3 Jika yang bersalah berbuat demikian untuk mencari keuntungan, atau menjadikan
perbuatan tersebut sebagai pencarian atau kebiasaan, 4
atau jika dia seorang tabib, bidan atau juru obat pidananya dapat ditambah sepertiga
5 Jika yang bersalah melakukan kejahatan tersebut dalam menjalankan pencaharian
,maka dapat dicabut haknya untuk melakukan pencaharian itu.
137
Undang-Undang Nomor 36 tahun 2009 tentang Kesehatan Pasal 1butir 11
138
Kitab Undang-Undang Hukum Pidana Pasal 90
Universitas Sumatera Utara
Hak seorang dokter, yaitu;
139
a Memperoleh perlindungan hukum sepanjang melaksanakan tugas
sesuai dengan standar profesi dan standar prosedur operasional b
Memberikan pelayanan medis menurut standar profesi dan standar operasional
c Memperoleh informasi yang lengkap dan jujur dari pasien atau
keluarganya
d
Menerima imbalan jasa f. Pasal 347 KUHP
1. Barang siapa dengan sengaja menggugurkan atau mematikan kandungan
seorang wanita tanpa persetujuannya, diancam dengan pidana penjara paling lama 12 tahun.
2. Jika perbuatan itu mengakibatkan mati wanita tersebut, diancam dengan
pidana penjara paling lama 15 tahun. Pertanggungjawaban Pidana: Kesengajaan
Unsur Tindak Pidana yaitu: 1
Menggugurkan atau mematikan kandungan seorang wanita tanpa persetujuannya Dengan sengaja seorang dokter melakukan tindakan tanpa persetujuan dari
pasien,sedangkan undang-undang mengatur setiap dokter harus mendapatkan ijin dari pasien nya setiap tindakan yang dilakukan nya, yaitu.
140
139
Undang-Undang No 29 tahun 2004 tentang Kedokteran Pasal 50
140
Ibid. Pasal 45
Universitas Sumatera Utara
1. setiap tindakan kedokteran atau kedokteran gigi yang akan dilakukan oleh
dokter atau dokter gigi terhadap pasien harus mendapatkan persetujuan. 2.
persetujuan sebagaimana dimaksud pada ayat 1 diberikan setelah pasien mendapatkan penjelasan secara lengkap
3. penjelasan sebagaimana dimaksud pada ayat 2 sekurang-kurangnya
mencakup a. Diagnosis dan tata cara tindakan medis
b. tujuan tindakan medis yang dilakukan c. alternative tindakan lain dan resikonya
d. resiko dan komplikasi yang mungkin terjadi e. prognosis terhadap tindakan yang dilakukan
4. persetujuan sebagaimna diayat 2 dapat diberikan baik secara tertulis maupun
lisan 5.
setiap tindakan kedokteran atau kedokteran gigi yang mengandung resiko tinggi harus diberikan dengan persetujuan tertulis yang ditandatangani oleh
yang berhak memberikan perstujuan 6.
ketentuan mengenai tata cara mengenai tindakan kedokteran atau kedokteran gigi sebagaimana dimaksud pada ayat 1,2,3,4,5 diatur dengan peraturan
menteri. Jika perbuatan itu mengakibatkan mati wanita.
Universitas Sumatera Utara
Konsep mati ada tiga yaitu: 1.
Berhenti Darah Mengalir Konsep ini bertolak dari kreteria mati berupa berhentinya jantung, organ yang
memompa darah mengalir keseluruh tubuh.Dari hasil ini dinyatakan bahwa mati adalah berhentinya fungsi jantung dan paru-paru
141
. 2.
Pemisahan Tubuh dan Jiwa Manusia sebagai kesatuan tubuh dan jiwa atau kesatuan materi dan
bentuk.Jiwa atau bentuk jiwa yang menjiwai tubuh atau materi, sehingga tersusunlah mahluk yang unik yang disebut manusia.Kematian berlangsung jika dua unsur ini
dipisahkan, kematian bearti terputusnya kesatuan tubuh dan jiwa
142
. 3.
Kematian Otak Kriteria ini adalah tidak sanggup menerima rangsangan dari luar dan tidak ada
reaksi atau rangsangan, tidak ada gerak spontan atau pernafasan, tidak ada reflex dan situasi ini diteguhkan oleh elektroensefalogram EEG.
Dasar untuk menetapkan bahwa otak tidak berfungsi lagi adalah.
143
a Pasien tidak berfungsi lagi bereaksi unreceptive and unresponsive
terhadap stimulus sentuhan dan rangsangan dari luar, termasuk stimulus yang sangat menyakitkan.
141
Amri Amir.Bunga rampai hukum kesehatan. Widya Medika. Jakarta 1997. Hal.66-67
142
Amri amir.Op. Cit hal. 58-59
143
Kartono Muhammad. Op.Cit. Hal. 11
Universitas Sumatera Utara
b Tidak adanya tanda-tanda pernafasan spontan, paling sedikit selama satu
jam. c
Tidak ada reflex, dan elektroensefalogram EEG nya datar. Kematian seluruh otak batang otak, cortex, dan neo cortexs bearti kematian
manusia, karena tanpa organ ini bagi manusia tidak mungkin mempertahankan integritasi biologinya dan karena itu juga integrasi
soialnya.Jika wanita yang mengalami tindakan dari pasal ini mengakibatkan salah satu konsep kematian di atas terpenuhi maka wanita tersebut dapat
dikatakan mati. Dasar untuk menetapkan bahwa otak tidak berfungsi lagi adalah
144
a Pasien tidak berfungsi lagi bereaksi unreceptive and unresponsive
terhadap stimulus sentuhan dan rangsangan dari luar, termasuk stimulus yang sangat menyakitkan.
b Tidak adanya tanda-tanda pernafasan spontan, paling sedikit selama satu
jam. c
Tidak ada reflex, dan elektroensefalogram EEG nya datar. Kematian seluruh otak batang otak, Cortex, dan Neo Cortexs bearti kematian
manusia, karena tanpa organ ini bagi manusia tidak mungkin mempertahankan integritasi biologinya dan karena itu juga integrasi sosialnya.Satu konsep kematian di
atas terpenuhi maka wanita tersebut dapat dikatakan mati.
144
Ibid. Hal 12
Universitas Sumatera Utara
g. Pasal 348 KUHP 1
Barang siapa dengan sengaja menggugurkan atau mematikan kandungan seorang wanita dengan persetujuannya, diancam dengan pidana penjara
paling lama 5 tahun 6 bulan. 2
Jika perbuatan itu mengakibatkan matinya wanita tersebut diancam dengan pidana penjara paling lama 7 tahun.
Pertanggungjawaban pidana: Kesengajaan Unsur Tindak Pidana
1 Menggugurkan atau mematikan kandungan seorang wanita dengan persetujuannya
Pasal diatas berkaitan dengan upaya abortus criminalis atau upaya pengguguran kandungan tanpa adanya indikasi medis abortus medicialis.
145
Maksud dengan persetujuan disini bisa di kategorikan bahwa wanita tersebut masuk dalam
orang yang membantu melakukan tindak pidana. Tindak pidana malpraktek untuk menentukan peran pembantu pelaku malpraktek bisa dilihat dari segi peran dalam
penanganan pelayanan kesehatan, mempunyai peran sebagai pembantu dalam pelayanan kesehatan, maka bisa diklarifikasikan sebagai pembantu pelaku
malpraktek. Sebaliknya jika tidak ada peran sama sekali dalam tindakan medis, tidak bisa diklarifikasikan sebagai pembantu tindakan malpraktek
146
Pelaku maupun pembantu malpraktek harus dilakukan oleh tenaga medis yang istilah resminya menurut ketentuan disebut tenaga kesehatan.Tenaga kesehatan
145
Syahrul Mahmud. Op. cit hal.368
146
Mudakir iskandariah.Tuntutan Pidana Dan Perdata Malpraktek.Permata Aksara.2011 Jakarta.Hal. 37.
Universitas Sumatera Utara
adalah setiap orang yang mengabadikan diri dalam bidang kesehatan serta memiliki pengetahuan dan atau keterampilan melalui pendidikan dibidang kesehatan yang
untuk jenis tertentu memerlukan kewenangan untuk melakukan upaya kesehatan.
147
Wanita yang memberikan persetujuan terhadap pengguguran kehamilan kepada dokter , bisa dijerat dengan pasal pidana 346 KUHP yaitu seorang wanita
dengan sengaja menggugurkan atau mematikan kandungannya atau menyuruh orang lain untuk itu,diancam dengan pidana penjara paling lama empat tahun.
h. Pasal 349 KUHP “Jika seorang dokter, bidan atau juru obat membantu melakukan kejahatan
berdasarkan pasal 346,347,348, maka pidana yang ditentukan dalam pasal tersebut dapat ditambah sepertiganya dan dapat dicabut hak untuk
menjalankan pencaharian dalam mana kejahatan dilakukan”. Pertanggungjawaban pidana: Kesengajaan
Unsur Tindak Pidana 1
Melakukan kejahatan berdasarkan pasal 346,347,348 Kejahatan yang di terangkan dalam pasal yang di sebutkan dalam pasal ini
adalah tentang kejahatan aborsi atau menggugurkan kandungan seorang wanita.Ditambah sepertiganya dan dapat dicabut hak untuk menjalankan pencaharian
dalam mana kejahatan dilakukan.
147
Undang-Undang Nomor 36 tahun 2009 tentang Kesehatan pasal 1 ayat 6
Universitas Sumatera Utara
Maksud di tambah sepertiga adalah, pidana pokok yang telah ditentukan dalam pasal 346.347, 348 di tambah sepertiga dari pidana pokok yang telah
ditentukan itu. 1
Membantu melakukan medeplegen Perbuatan seseorang yang membantu dapat disebut memenuhi unsur yang
besifat subyektif yaitu apabila perbuatan telah dilakukan, benar-benar dengan sengaja dalam arti bahasa membantu tersebut memang mengetahui bahwa perbuatannya itu
dapat mempermudah atau dapat mendukung dilakukannya suatu kejahatan oleh orang lain itu memang ia kehendaki.
148
Antara beberapa peserta itu harus ada kesadaran, bahwa mereka bekerja sama- sama. Maksud kesadaran itu timbul adalah, pada umumnya apabila beberapa peserta
itu, sebelum melakukan sesuatu perbuatan yang dilarang, terlebih dahulu melakukan perundingan atau pemufakatan untuk melakukan sesuatu delik.Jika mereka dengan
sadar bekerja bersama pada waktu mereka melakukan perbuatan yang dilarang itu.
149
i. Pasal344 KUHP “Barang siapa merampas nyawa orang lain atas permintaan orang itu sendiri
yang jelas dinyatakan dengan kesungguhan hati, diancam dengan pidana penjara paling lama 12 tahun”.
148
Lamintang.Dasar-Dasar Hukum Pidana Indonesia. Sinar Baru. Bandung. 1984. Hal. 620.
149
Satochid kartanegara.Hukum pidana bagian ke dua.Balai Lektur Mahasiswa.Jakarta. Hal.11-12
Universitas Sumatera Utara
Pertanggungjawaban pidana: Kesengajaan Unsur Tindak Pidana
1. Barang siapa merampas nyawa orang lain atas permintaan orang itu sendiri yang jelas dinyatakan dengan kesungguhan hati
Barang siapa disini seorang dokter yang melakukan tindakan euthanasia terhadap pasien nya. Menurut kode etik kedokteran Indonesia KODEKI kata
euthanasia dipergunakan dalam tiga arti
150
: 1.
berpindahnya kealam baka dengan tenang dan aman tanpa penderitaan, untuk yang beriman dengan nama Allah dibibir.
2. Ketika hidup berakhir, diringankan penderitaan sisakit dengan
memberikannya obat penenang 3.
Mengakhiri penderitaan dan hidup seorang sakit dengan sengaja atas permintaan pasien dan keluarganya.
j. Pasal 345 KUHP “Barang siapa dengan sengaja mendorong orang lain untuk bunuh diri,
menolongnya dalam perbuatan itu atau memberi sarana kepadanya untuk itu, diancam dengan pidana penjara paling lama 4 tahun kalau orang itu jadi bunuh
diri.”
150
Oemar Seno Adji,.Op.Cit. Hal. 176
Universitas Sumatera Utara
Pertanggungjawaban pidana: Kesengajaan Unsur Tindak Pidana
Barang siapa disini adalah seorang dokter dan pasien,karena dalam pasal ini di sebutkan menolongnya dalam perbuatan itu, bearti sipasien sudah mempunyai niat
untuk melakukan, dokter hanya menolong memberikan jalan melaksanakan euthanasia. Disini dokter bisa dikatakan sebagai pelaku pembantu, cirri-ciri
pembantu kejahatan.
151
1 mereka yang dengan sengaja memberi bantuan pada waktu kejahatan
dilakukan 2
mereka yang sengaja member kesempatan, sarana atau keterangan untuk melakukan kejahatan.
Katagori sebagai pembantu pelaku termasuk: 1
membantu tindakan, yang berperan sebagai pembantu tentu andilnya dalam pelaksanaaan tidak setinggi peran utama pelaku tindakan, dengan kata lain
pembantu pelaku, peran sebatas sebagai pembantu pelaku tindak pidana. 2
Orang yang dengan sengaja a
memberi kesempatan b
memberi sarana prasarana baik moril maupun materiil c
memberi keterangan atau informasi d
orang yang mengetahui tindakan pidana pada fase awal akan tetapi tidak ada usaha untuk pencegahan
151
Kitap Undang-Undang Hukum Pidana pasal 56
Universitas Sumatera Utara
e melakukan daya upaya dengan janji-janji yang megarah untuk
tercapainya suatu tindakan. Untuk menentukan peran pembantu pelaku malpraktek bisa dilihat dari segi
peran dalam penanganan pelayanan kesehatan, kalau ternyata mempunyai peran sebagai pembantu dalam pelayanan kesehatan atau tindakan medis, maka bisa
diklasifikasikan sebagai pembantu malpraktek. Pasal ini berkaitan dengan pertolongan bunuh diri atau dalam istilah
kedokteran euthanasia.Euthanasia ini berkaitan dengan profesi dokter, karena sakit pasien yang tak mungkin lagi sembuh, atau sakit yang terus menerus, atau terlalu
berat beban biaya pengobatan dirumah sakit sehingga baik pasien itu sendiri atau atas permintaan keluarganya sendiri minta disuntik mati saja.Hal semacam ini dalam
system hukum Indonesia masih masuk katagori terlarang atau tidak dibenarkan. 2. unsur-unsur tindak pidana malpraktek dalam kitab undang-undang hukum pidana
kelalaian 2. Pasal Dalam KUHP Yang Termasuk Dalam Unsur Kealpaan atau Kelalaian
Tindakan Dokter. a. Pasal 359 KUHP
“Barang siapa karena kealpaannya menyebabkan matinya orang lain, diancam d
engan pidana penjara paling lama 5 tahun atau kurungan paling lama 1 tahun.” Pertanggungjawaban pidana: Kelalaian
kelalaian disini termasuk kedalam kelalain berat culpa lata , yaitu dari perbuatan yang terjadi di pasal ini memnuhi unsur nya, bertentangan dengan hukum,
Universitas Sumatera Utara
akibat dapat dibayangkan, akibatnya dapat dihindarkan, perbuatannya dapat dipersalahkan.
Unsur Tindak Pidana yaitu: 1. Karena Kealpaannya Menyebabkan Orang Lain Mati,
Konsep mati ada tiga yaitu: a
Berhenti Darah Mengalir Konsep ini bertolak dari kreteria mati berupa berhentinya jantung, organ yang
memompa darah mengalir keseluruh tubuh.Dari hasil ini dinyatakan bahwa mati adalah berhentinya fungsi jantung dan paru-paru
152
. b
Pemisahan Tubuh dan Jiwa Manusia sebagai kesatuan tubuh dan jiwa atau kesatuan materi dan
bentuk.Jiwa atau bentuk jiwa yang menjiwai tubuh atau materi, sehingga tersusunlah mahluk yang unik yang disebut manusia.Kematian berlangsung jika dua unsur ini
dipisahkan, kematian bearti terputusnya kesatuan tubuh dan jiwa
153
. c
Kematian Otak Kriteria ini adalah tidak sanggup menerima rangsangan dari luar dan tidak ada
reaksi atau rangsangan, tidak ada gerak spontan atau pernafasan, tidak ada reflex dan situasi ini diteguhkan oleh elektroensefalogram EEG.
152
Amri Amir.Bunga rampai hukum kesehatan. Widya Medika. Jakarta 1997. Hal.66-67
153
Amri amir.Bunga rampai….Op. Cit hal. 58-59
Universitas Sumatera Utara
Dasar untuk menetapkan bahwa otak tidak berfungsi lagi adalah.
154
a Pasien tidak berfungsi lagi bereaksi unreceptive and unresponsive terhadap
stimulus sentuhan dan rangsangan dari luar, termasuk stimulus yang sangat menyakitkan.
b Tidak adanya tanda-tanda pernafasan spontan, paling sedikit selama satu jam.
c Tidak ada reflex, dan elektroensefalogram EEG nya datar.
Kematian seluruh otak batang otak, cortex, dan neo cortexs bearti kematian manusia, karena tanpa organ ini bagi manusia tidak mungkin mempertahankan
integritasi biologinya dan karena itu juga integrasi soialnya.Jika wanita yang mengalami tindakan dari pasal ini mengakibatkan salah satu konsep kematian di atas
terpenuhi maka wanita tersebut dapat dikatakan mati. Dasar untuk menetapkan bahwa otak tidak berfungsi lagi adalah
155
a Pasien tidak berfungsi lagi bereaksi unreceptive and unresponsive terhadap
stimulus sentuhan dan rangsangan dari luar, termasuk stimulus yang sangat menyakitkan.
b Tidak adanya tanda-tanda pernafasan spontan, paling sedikit selama satu jam.
c Tidak ada reflex, dan elektroensefalogram EEG nya datar.
Kematian seluruh otak batang otak, Cortex, dan Neo Cortexs bearti kematian manusia, karena tanpa organ ini bagi manusia tidak mungkin mempertahankan
154
Kartono Muhammad. Op.Cit. Hal. 11
155
Ibid. Hal 12
Universitas Sumatera Utara
integritasi biologinya dan karena itu juga integrasi sosialnya.Satu konsep kematian di atas terpenuhi maka wanita tersebut dapat dikatakan mati.
b. Pasal 360 KUHP 1
Barang siapa karena kealpaannya menyebabkan orang lain mendapatkan luka-luka berat, diancam dengan pidana penjara paling lama 5 tahun atau
kurungan paling lama I tahun 2
Barang siapa karena kealpaannya menyebabkan orang lain luka-luka sedemikian rupa sehingga timbul penyakit atau halangan menjalankan
pekerjaan jabatan atau pencaharian selama waktu tertentu, diancam dengan pidana penjara paling lama 9 bulan atau kurungan paling lama 6 bulan atau
denda paling tinggi Rp.300 Pertanggungjawaban pidana: Kelalaian
kelalaian disini termasuk kedalam kelalain berat culpa lata , yaitu dari perbuatan yang terjadi di pasal ini memnuhi unsur nya, bertentangan dengan hukum,
akibat dapat dibayangkan, akibatnya dapat dihindarkan, perbuatannya dapat dipersalahkan.
Unsur Tindak Pidana 1. Barang siapa menyebabkan orang lain mendapatkan luka-luka berat ayat 1
Bahwa, KUHP telah memiliki kriteria-kriteria sebagai apa yang dimaksud dengan “Luka Berat”, sebagaimana terdapat pada ketentuan pasal 90 KUHP, adapun
kriteria tersebut adalah sebagai berikut :
Universitas Sumatera Utara
“Luka berat berarti: a
Jatuh sakit atau mendapat luka yang tidak memberi harapan akan sembuh sama sekali, atau yang menimbulkan bahaya maut.
b Tidak mampu terus-menerus untuk menjalankan tugas jabatan atau pekerjaan
pencarian. c
Kehilangan salah satu pancaindera. d
Mendapat cacat berat. e
Menderita sakit lumpuh. f
Terganggunya daya pikir selama empat minggu lebih. g
Gugur atau matinya kandungan seorang perempuan. Jika tindakan dokter mengakibatkan salah satu dari kriteria luka berat maka ia
bisa dikenakan pasal ini, begitu juga rumah sakit, jika dokter tersebut melakukannya kelalain nya dirumah sakit tersebut.
2.Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 Tentang Kesehatan
Dilihat dari substansinya, maka undang-undang ini mengatur masalah kesehatan hanya secara umum saja.Undang-undang ini sesungguhnya merupakan
undang-undang yang bersifat administratif.Hanya saja terhadap hukum administrasi ini diberikan sanksi pidana selain sanksi administrasi.
Perlakuan administrasi berbeda dengan sanksi pidana, karena sanksi pidana harus melalui proses pradilan sejak dari penyidik, penuntut umum, pemeriksaan di
persidangan pengadilan negeri. Sedangkan sanksi administrasi tidak memerlukan
Universitas Sumatera Utara
proses pradilan, cukup pejabat yang berwenanng memberi sanksi saja dapat menjatuhkan sanksi administratif.
Undang-Undang Nomor 36 tahun 2009 tentang Kesehatan memuat 12 Pasal yang mengatur mengenai ketentuan pidana yaitu Pasal 190 sampai dengan Pasal 201.
Dilihat dari subjeknya ada tindak pidana yang subjeknya khusus untuk subjek tertentu dan ada yang subjeknya setiap orang.Tindak pidana yang hanya dapat dilakukan oleh
subjek tertentukhusus diatur dalam 190 yaitu tindak pidana hanya dapat dilakukan khusus oleh Pimpinan fasilitas kesehatan danatau tenaga kesehatan yang melakukan
praktik atau pekerjaan pada fasilitas pelayanan kesehatan.Tindak pidana yang bisa dilakukan oleh setiap orang diatur dalam Pasal 191 sampai dengan Pasal 200.setiap
orang adalah orang perseorangan dan korporasi. Tindak pidana dalam UU Kesehatan,ditinjau dari rumusannya dapat dibagi dua yaitu tindak pidana formil dan
tindak pidana materiil. Tindak pidana formil dirumuskan sebagai wujud perbuatan yang tanpa menyebutkan akibat yang disebabkan oleh perbuatan itu. Tindak pidana
materiil dirumuskan sebagai perbuatan yang menyebabkan suatu akibat tertentu,tanpa merumuskan wujud dari perbuatan itu.
156
a. Pasal 190 Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 Tentang kesehatan
1 Pimpinan fasilitas pelayanan kesehatan dan atau tenaga kesehatan yang
melakukan praktek atau pekerjaan pada fasilitas pelayanan kesehatan yang dengan sengaja tidak memberikan petolongan pertama terhadap pasien
156
Wirjono Prodjodikoro, Asas – Asas Hukum Pidana di Indonesia, Refika Aditama,2003
Bandung,Hal 36
Universitas Sumatera Utara
yang dalam keadaan darurat sebagaimana dimaksud pada pasal 32 ayat 2 dan pasal 85 ayat 2 dipidana dengan pidana penjara paling lama 2 tahun
dan denda paling banyak Rp.200.000.000 2
Dalam hal perbuatan sebagaimana dimaksud ayat I mangakibatkan terjadinya kecacatan atau kematian, pimpinan fasilitas pelayanan kesehatan
dan atau tenaga kesehatan tersebut dipidana dengan penjara paling lama 10 tahun dengan denda paling banyak 1.000.000.000.
Pertanggungjawaban Pidana: Kesengajaan Unsur Tindak Pidana
a. Pimpinan fasilitas pelayanan kesehatan dan atau tenaga kesehatan yang melakukan
praktek atau pekerjaan pada fasilitas pelayanan kesehatan tidak memberikan pertolongan dalam keadaan darurat.
Pimpina fasilitas kesehatan disini adalah pengurus rumah sakit, dan tenaga kesehatan adalah setiap orang yang mengabadikan diri dalam bidang kesehatan serta
memiliki pengetahuan dan atau keterampilan melalui pendidikan dibidang kesehatan yang untuk jenis tertentu memerlukan kewenangan untuk melakukan upaya
kesehatan
157
. Keadaan darurat adalah keadaan klinis pasien yang membutuhkan tindakan
medis segera guna penyelamatan nyawa dan pencegahan kecacatan lebih lanjut
158
. Sedangkan yang dimaksud dalam pasal 32 ayat 2 dua adalah:
157
Undang-undang nomor 36 tahun 2009 tentang Rumah Sakit pasal 1 butir
6
158
Undang-undang nomor 36 tahun 2009 tentang Rumah Sakit Pasal 1 butir 2
Universitas Sumatera Utara
“Dalam keadaan darurat, fasilitas pelayanan kesehatan, baik pemerintah maupun swasta dilarang menolak p
asien dan atau meminta uang muka”. Pasal 85 ayat 2 dua adalah:
“Fasilitas pelayanan kesehatan dalam memberikan pelayanan kesehatan pada bencana sebagaiman dimaksud pada ayat 1 dilarang menolak pasien dan atau meminta uang
muka terlebih dahulu” Dalam pasal ini bisa dilihat bahwa dalam kasus malpraktek medik tidak hanya
tenaga medis atau dokter atau dokter gigi saja yang dikenakan pidana,tetapi juga terhadap rumah sakit pemerintah atau swasta yang dalam hal ini di dalam hukum di
sebut korporasi. Badan hukum atau korporasi dalam hal ini rumah sakit dapat dimintai pertanggungjawaban pidana karena badan hukum telah di beri pembebanan
hak dan kewajiban oleh Negara adalah hal ini diwakilkan oleh departemen hukum dan hak asasi manusia.Jika hak dan tanggung jawab tersebut tidak dijalankan maka
dapat dikenai sanksi. b.
Pasal 193 Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 Tentang kesehatan “Setiap orang yang dengan sengaja melakukan bedah plastik dan rekonstruksi
untuk tujuan mengubah identitas seseorang sebagaiman dimaksud dalam pasal 69 diancam dengan pidana penjara paling lama 10 tahun dan denda paling banyak
Rp1.000.000.000.” Pertanggungjawaban Pidana: Kesengajaan
Unsur Tindak Pidana 1
Barang siapa melakukan bedah plastik dan rekonstruksi
Universitas Sumatera Utara
2 Tujuan mengubah identitas seseorang sebagaiman dimaksud dalam pasal 69 .
1. Bedah plastik dan rekonstruksi hanya dapat dilakukan oleh tenaga kesehatan
yang mempunyai keahlian dan kewenangan untuk itu. 2.
Bedah plastik dan rekontruksi tidak boleh bertentangan dengan norma yang berlaku dalam masyarakat dan tidak ditunjukkan untuk mengubah identitas
3. Ketentuan mengenai syarat dan tata cara bedah plastik dan rekonstruksi
sebagaimana dimaksud pada ayat 1 dan ayat 2 ditetapkan dengan peraturan pemerintah
c. Pasal 194 Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 Tentang kesehatan
“Setiap orang yang dengan sengaja melakukan aborsi tidak sesuai dengan ketentuan sebagaimana dimaksud dalam pasal 75 ayat 2 dipidana dengan
pidana penjara paling lama 10 tahun dengan denda paling banyak Rp.
1.000.000.000.” Pertanggungjawaban Pidana: Kesengajaan
Unsur Tindak Pidana 1. Melakukan aborsi
Pada pasal ini hukuman penjara dan denda nya lebih besar dari ketentuan undang-undang yang mengatur aborsi dalam kitab undang-undang hukum pidana,
karena sudah ada undang-undang yang baru mengaturnya,maka jika terjadi tindakan aborsi pasal ini yang dikenakan, karena asas hukum lex specialias derogate generalis
Pasal 75 ayat 2 yaitu:
Universitas Sumatera Utara
Larangan sebagaimana dimaksud pada ayat 1 dapat di kecualikan berdasarkan: a
Indiksi kedaruratan medis yang dideteksi sejak dini kehamilan, baik yang mengancam nyawa ibu dan atau janin yang menderita penyakit genetik berat
dan atau cacat bawaan, maupun yang tidak dapat di perbaiki sehingga menyulitkan bayi tersebut hidup diluar kandungan atau
b Kehamilan akibat perkosaan yang dapat menyebabkan trauma psikologis bagi
korban perkosaan c
Tindakan sebagaiman dimaksud pada ayat 2 hanya dapat dilakukan setelah melalui konselling dan atau penasehatan pra tindakan dan akhiri dengan
konseling pasca tindakan yang dilakukan oleh konselor yang kompeten dan berwenang.
d Ketentuan lebih lanjut mengenai indikasi kedaruratan medis dan perkosaaan,
sebagaimana dimaksud pada ayat 2 dan ayat 3 diatur dengan peraturan pemerintah
Jika aborsi dilakukan karena hal-hal seperti yang dijelaskan pasal 75 ayat 2 ini, maka aborsi tidak bisa dikenakan pidana terhadap tenaga kesehatan maupun
wanitanya selaku pasien. d.
Pasal 200 Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 Tentang kesehatan 1
dalam hal tindak pidana sebagaimana dimaksud dalam pasal 190 ayat 1, pasal 191 , pasal 192, pasal 196, pasal 197, pasal 198, pasal 199 dan pasal
200 dilakukan oleh korporasi, selain pidana penjara dan denda terhadap
Universitas Sumatera Utara
pengurusnya, pidana yang dapat dijatuhkan pada korporasi berupa pidana denda dengan pembertan 3 kali dari pada denda sebagaimana yang dimaksud
pada pasal 190 ayat 1, psal 191 , pasal 192, pasal 196, pasal 197, pasal 198, pasal 199 dan pasal 200.
2 Selain pidana denda sebagaiman dimaksud pada ayat 1 korporasi dapat
dijatuhi pidana tambahan berupa a. pencabutan izin usaha dan atau
b. pencabutan status badan hukum.
3. Undang-Undang Nomor 29 tahun 2004 tentang Praktek kedokteran