Karakterisiktik Daya Rotor Generator

Perhitungan keseimbangan gaya meliputi tidak hanya pada drag dan lift airfoil murni, tetapi juga meliputi semua komponen drag dan lift lain yang terdapat di sekitar sudu. Resultan Drag merupakan fungsi dari koefisien lift lokal dan aspek rasio dari sudu. Perhitungan drag dan lift aerodinamik lokal, menurut teori momentum pada sudu teori Betz’s, terkait distribusi gaya aerodinamik sepanjang sudu. Terdapat dua komponen, yaitu: satu pada bidang putaran rotor yang dinamakan dengan distribusi gaya tangensial, dan satu lagi adalah distribusi gaya dorong. Pada dasarnya besar tekanan yang terjadi antara pangkal top dengan ujung tip sudu adalah berbeda. Dengan mengetahui sudut pitch sudu, dapat ditentukan besarnya lebar sudu. Besarnya lebar sudu merupakan fungsi dari sudut pitch dan tip speed ratio. Pada prosesnya, setiap sudu memiliki lapisan angin tertentu. Untuk jari-jari r yang kecil, jumlah angin yang melapisi sudu tentu akan lebih kecil. Secara matematis, besarnya sudu chord dapat dinyatakan dengan: B r R R C 2 9 16 λ π = ………………………………………………….2.12 Dimana C adalah ketebalan sudu, r adalah jari-jari sudu, R adalah jari-jari total turbin angin, dan B adalah jumlah sudu.

2.7 Karakterisiktik Daya Rotor

Teori momentum sederhana teori Betz’s telah menyediakan persamaan dasar untuk menghitung besarnya output daya mekanik dari rotor mechanical power output . Dengan menggunakan power coefficient C P , daya rotor dapat dihitung sebagai fungsi dari kecepatan angin. A v C P w P R 3 2 ρ = …………………………………………………2.13 Atau, A v C P w P R 3 2 ρ η = ……………………………………………….2.14 Dimana: A = luas sudu Universitas Sumatera Utara v w = kecepatan angin C P = koefisien daya rotor = massa jenis udara P R = daya rotor = Efisiensi elektrik dan mekanik Gambar 2.11 Kurva hubungan Tip-speed ratio terhadap Rotor power coefficient C PR pada berbagai jenis turbin angin. Sumber: Wind Turbines, Erich Hau

2.8 Generator

Untuk menghasilkan energi listrik dari putaran turbin, perangkat turbin angin harus menggunakan generator. Generator adalah alat yang digunakan untuk menghasilkan energi listrik. Prinsip kerja generator adalah menjadikan medan magnet yang ada disekitar konduktor mengalami fluktuasi atau perubahan, sehingga timbul tegangan listrik. Magnet yang berputar disebut rotor dan konduktor yang diam disebut stator. Dari segi sifat kemagnetan, generator dibagi menjadi 2 jenis, yaitu generator magnet tetap dan generator magnet sementara. Pada generator dengan Universitas Sumatera Utara magnet tetap, sifat kemagnetannya tidak berubah dan tidak mudah hilang. Untuk membangkitkan listrik dengan generator ini, dilakukan dengan memutar poros generator supaya menyebabkan fluktuasi magnet dan dihasilkan tegangan listrik. Untuk generator magnet sementara sifat kemagnetannya mudah hilang. Sifat medan magnet yang terjadi pada generator ini dihasilkan dengan induksi. Untuk membangkitkan daya listrik, generator harus diberi arus listrik ketika kumparan magnetnya berputar. Dari segi arus listrik yang dihasilkan, generator dibagi 2, yaitu generator arus bolak balik AC dan generator arus searah DC. Generator arus bolak balik AC menghasilkan tegangan yang arahnya bolak balik dan bila dihubungkan dengan beban akan menimbulkan arus bolak balik pula. Generator AC dapat menghasilkan daya pada putaran yang bervariasi bergantung pada spesifikasi rotor itu sendiri. Pada generator arus searah DC terdapat rectifier yang berfungsi untuk mengubah arus AC menjadi DC. Generator ini menghasilkan tegangan yang arahnya tetap dan bila dihubungkan dengan beban, akan menimbulkan arus searah pula. Pada umumnya generator arus searah dapat menghasilkan listrik pada putaran yang tinggi. Untuk digunakan pada turbin angin, jenis generator ini memerlukan transmisi untuk menaikkan putaran. Pada penelitian turbin angin ini, generator yang digunakan adalah generator AC dengan menggunakan magnet permanen. Generator jenis ini disebut juga Permanent Magnet Generator PMG yang dapat menghasilkan daya dan tegangan listrik pada putaran yang rendah. Universitas Sumatera Utara

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Tempat Penelitian

Proses pembuatan turbin angin tipe Darrieus-H dilakukan dengan cara manual handmade. Setelah pembuatan dan assembly objek penelitian selesai, pengujian turbin angin dapat dilakukan. Proses penelitian dilakukan di Laboratorium Proses Produksi dan lantai 4 gedung Departemen Teknik Mesin Fakultas Teknik Universitas Sumatera Utara.

3.2 Objek Penelitian dan Alat Penelitian

3.2.1 Objek Penelitian Sebelum penulis membuat komponen-komponen turbin angin Darrieus, penulis terlebih dahulu menentukan dimensi bagian utama turbin. 1. Menentukan kecepatan angin pengujian Sebelum menentukan dimensi utama turbin, penulis terlebih dahulu mempertimbangkan kondisi kecepatan angin pengujian. Potensi sumber daya angin di Indonesia berkisar antara 2,5 – 5,5 ms pada ketinggian 24 m diatas permukaan tanah Indonesia Energy Outlook, 2010. Sementara turbin angin Darrieus akan menghasilkan daya pada kecepatan angin v 3 ms. Dari data kecepatan angin di berbagai wilayah di Indonesia, penulis mengharapkan turbin angin ini nantinya dapat diaplikasikan di daerah Kamanggih, Nusa Tenggara Timur dengan kecepatan angin rata-rata tahunan sebesar v = 3,85 ms lihat Lampiran IX. Sehingga kecepatan angin dalam pengujian turbin angin ini disesuaikan dengan kondisi kecepatan angin di lapangan. Maka penulis menyimpulkan bahwa pengujian turbin angin Darrieus akan dilakukan pada kecepatan angin v = 3,85 ms. 2. Menentukan geometri turbin dan perhitungan daya maksimum rotor Menurut aturan Betz, turbin angin hanya mampu mengekstrak energi angin sebesar 59,3 dari total daya angin yang melalui luas sapuan turbin dengan Universitas Sumatera Utara

Dokumen yang terkait

Simulasi Pengaruh Jumlah Sudu Dan Tip Speed Ratio Terhadap Performansi Turbin Angin Tipe Darrieus-H Menggunakan Profil Sudu Naca 0018

4 48 106

Uji Performansi Turbin Angin Tipe Darrieus-H Dengan Profil Sudu Naca 4415 dan analisa perbandingan menggunakan variasi jumlah sudu dan sudut PITCW

11 83 99

Uji Performansi Turbin Angin Tipe Darrieus-H Dengan Profil Sudu Naca 0012 Dan Analisa Perbandingan Efisiensi Menggunakan Variasi Jumlah Sudu Dan Sudut Pitch

2 86 108

Simulasi Pengaruh Jumlah Sudu Dan Tip Speed Ratio Terhadap Performansi Turbin Angin Tipe Darrieus-H Menggunakan Profil Sudu Naca 0018

0 0 17

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Potensi Angin Energi merupakan suatu kekuatan yang dimiliki oleh suatu zat sehingga - Uji Performansi Turbin Angin Tipe Darrieus-H Dengan Profil Sudu Naca 4415 dan analisa perbandingan menggunakan variasi jumlah sudu dan sudut

0 0 24

UJI PERFORMANSI TURBIN ANGIN TIPE DARRIEUS-H DENGAN PROFIL SUDU NACA 4415 DAN ANALISA PERBANDINGAN EFISIENSI MENGGUNAKAN VARIASI JUMLAH SUDU DAN SUDUT PITCH SKRIPSI

1 2 13

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Energi Angin - Uji Performansi Turbin Angin Tipe Darrieus-H Dengan Profil Sudu Naca 0018 Dan Analisa Perbandingan Efisiensi Menggunakan Variasi Jumlah Sudu Dan Sudut Pitch

1 1 18

UJI PERFORMANSI TURBIN ANGIN TIPE DARRIEUS-H DENGAN PROFIL SUDU NACA 0018 DAN ANALISA PERBANDINGAN EFISIENSI MENGGUNAKAN VARIASI JUMLAH SUDU DAN SUDUT PITCH SKRIPSI

0 0 14

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Energi Angin - Uji Performansi Turbin Angin Tipe Darrieus-H Dengan Profil Sudu Naca 0012 Dan Analisa Perbandingan Efisiensi Menggunakan Variasi Jumlah Sudu Dan Sudut Pitch

1 1 21

UJI PERFORMANSI TURBIN ANGIN TIPE DARRIEUS-H DENGAN PROFIL SUDU NACA 0012 DAN ANALISA PERBANDINGAN EFISIENSI MENGGUNAKAN VARIASI JUMLAH SUDU DAN SUDUT PITCH SKRIPSI

0 0 13