SAðKHARAKKHANDHâ DALAM SEBELAS KELOMPOK

4. SAðKHARAKKHANDHâ DALAM SEBELAS KELOMPOK

Sang Buddha bersabda: “Ye keci sa³khæra atøtænægatapaccuppanna ajjhattam væ bahidhæ væ olærikæ væ sukhumæ væ hina væ panitæ væ ye dure væ santike væ sabbe sa³khæra netam mama, neso hamasmi na meso attæti evametam yathæbhþtam sammappaññaya dæthabbam.”

“Saïkhàra apapun, apakah di masa lampau, masa depan atau masa sekarang; internal atau eksternal, kasar atau halus, baik atau buruk; jauh atau dekat harus dilihat dengan pengalaman pribadi, sebagaimana adanya bahwa ‘Ini bukan milikku, ini bukan aku, ini bukan diriku.’”

Ini adalah nasihat untuk merenungkan saïkhàra dalam sebelas kelompok seperti masa lampau, masa sekarang atau masa depan, secara analitis sehingga memperlihatkan karakteristik anicca, dukkha, anatta dari sankhàra.

Di sini harus diingat bahwa ada banyak Dhamma yang dikelompokkan dalam saïkhàrakkhandhà. Kami telah menyebutkan sebelumnya bahwa selain vedanà dan sa¤¤à, lima puluh jenis faktor batin lainnya berada dalam kelompok saïkhàrakkhandhà . Singkatnya, ini adalah tenaga pendorong yang mendorong terjadinya aktivitas fisik, ucapan dan pikiran.

Adalah saïkhàra yang bertanggung jawab atas empat postur tubuh berjalan, berdiri, duduk dan berbaring. Seolah-olah memberikan perintah, ‘sekarang berjalan; sekarang berdiri; sekarang duduk’. Saïkhàra juga memunculkan tindakan membungkuk, meregang, bergerak, tersenyum, dan sebagainya seolah-olah memberikan perintah ‘membungkuk, meregang,

Anattalakkhaõa Sutta

tersenyum, tertawa atau menangis. Adalah juga saïkhàra yang menyebabkan perbuatan ucapan seolah-olah memerintahkan, ‘sekarang katakan ini.’ Saïkhàra juga bertanggung jawab atas tindakan berpikir, melihat, mendengar, dan sebagainya.

Demikianlah saïkhàra dari kehidupan lampau … ingin berjalan, berdiri atau berbicara … tidak dapat datang ke kehidupan sekarang. Dapatkah? Bukankah semua itu telah lenyap dan berlalu, di sana dan pada saat itu. Tentu saja, ini jelas, bahwa keinginan untuk melakukan, mengambil atau berpikir, dalam kehidupan lampau, semuanya telah lenyap sekarang. Tetapi bagi mereka yang melekat kuat pada kepercayaan, “Adalah aku yang melakukan semua perbuatan; semua perbuatan dilakukan olehku”, terikat pada gagasan diri yang tunggal, “Adalah aku yang telah melakukan semua perbuatan dalam kehidupan lampau; si pelaku dalam kehidupan sekarang juga adalah aku”, bagi mereka, yang mencengkeram kemelekatan Atta , ‘si pelaku Aku’ adalah kekal.

Yogi yang penuh perhatian mengamati naik dan turunnya, jika perasaan gatal dirasakan, pada saat pencatatan, di beberapa tempat, mencatat ‘gatal, gatal’; sewaktu mencatat demikian, jika muncul keinginan untuk menggaruk tempat yang gatal, ia segera mencatat, ‘ingin menggaruk, ingin menggaruk’. Maka saïkhàra, yaitu keinginan untuk menggaruk, terlihat lenyap setiap kali dicatat. Juga sewaktu mencatat, ‘kaku, kaku’ karena merasa kaku, jika keinginan untuk membungkuk atau meregang muncul, itu harus dicatat. Demikianlah saïkhàra yaitu, keinginan untuk membungkuk, untuk meregang, mengubah posisi, lenyap saat dicatat, hilang saat dicatat, terus- menerus lenyap. Dengan cara ini, saïkhàra ingin mengubah, berbicara dan berpikir terlihat lenyap.

Komentar Bagian ketujuh

MERENUNGKAN SAðKHâRA DALAM TIGA ASPEK WAKTU

Bagi Yogã yang terus bermeditasi, jangankan saïkhàra dari kehidupan lampau, saïkhàra yang terbentuk pada saat ini juga terlihat terus-menerus lenyap; dengan melihat demikian, ia mengetahui bahwa saïkhàra dari kehidupan lampau tidak datang ke masa sekarang, saïkhàra masa sekarang juga tidak akan pergi ke masa depan; saïkhàra di masa depan juga tidak akan pergi ke masa depan yang lebih jauh lagi. Semuanya lenyap pada saat kemunculannya. Oleh karena itu, ia menyadari, dengan pengetahuannya sendiri bahwa saïkhàra adalah tidak kekal, penderitaan dan bersifat Anatta.

Kita akan membacakan bagaimana saïkhàra direnungkan sehubungan dengan tiga aspek waktu:

1. Saïkhàra masa lalu (keinginan untuk melakukan) lenyap di masa lalu. Tidak mencapai masa sekarang. Bersifat anicca, dukkha, anatta.

2. Saïkhàra masa sekarang (keinginan untuk melakukan) tidak akan mencapai masa depan. Karena lenyap dan hilang sekarang, maka bersifat anicca, dukkha, anatta.

3. Saïkhàra yang akan muncul di masa depan (keinginan untuk melakukan) tidak akan pergi ke masa depan yang lebih jauh lagi. Semuanya lenyap dan memudar pada saat kemunculannya dan oleh karena itu bersifat anicca, dukkha, anatta.

Ini adalah bagaimana saïkhàra bermanifestasi sebagai keinginan untuk berjalan, keinginan untuk melakukan, berbicara, dan sebagainya, direnungkan sehubungan dengan tiga aspek waktu. Kita akan membacakan bagaimana saïkhàra diperlakukan ketika direnungkan.

Anattalakkhaõa Sutta

1. Keinginan sesaat yang lalu untuk melangkah dengan kaki kanan tidak mencapai saat keinginan untuk melangkah dengan kaki kiri. Keinginan sesaat yang lalu untuk melangkah dengan kaki kiri tidak mencapai saat keinginan untuk melangkah dengan kaki kanan. Lenyap dan hilang pada saat kemunculannya masing-masing dan oleh karena itu, bersifat anicca, dukkha, dan anatta. Sama halnya, saïkhàra masa lampau tidak mencapai saïkhàra masa sekarang. Mereka lenyap pada saat munculnya dan bersifat anicca, dukkha, dan anatta.

2. Saïkhàra yang terbentuk sekarang, keinginan untuk melakukan atau mencatat dengan penuh perhatian tidak mencapai saat berikutnya. Terus-menerus lenyap dan memudar saat terbentuknya dan oleh karena itu, bersifat anicca, dukkha, dan anatta.

3. Saïkhàra yang akan muncul di masa depan sehubungan dengan keinginan untuk melakukan dan mencatat dengan penuh perhatian juga akan lenyap dan memudar tanpa mencapai masa depan yang lebih jauh lagi. Semua itu bersifat anicca, dukkha, dan anatta.

Berdasarkan pada pengetahuan atas saïkhàra yang muncul pada saat mencatat, saïkhàra dari masa lampau dan masa depan serta seluruh dunia dapat direnungkan dengan menyimpulkan dengan cara ini:

Seperti halnya saïkhàra yang tidak kekal, seperti keinginan untuk melakukan dan menyadari pencatatan, yang lenyap bahkan sewaktu sedang dicatat, demikian pula saïkhàra masa lampau lenyap pada saat kemunculannya dan oleh karena itu bersifat anicca, dukkha, dan anatta. Demikian pula, saïkhàra di masa yang akan datang seperti keinginan untuk melakukan, dan sebagainya, juga akan lenyap pada saat kemunculannya masing-masing dan oleh karena itu bersifat anicca, dukkha, dan

Komentar Bagian ketujuh

anatta . Saïkhàra dalam diri seseorang atau dalam diri orang lain dan seluruh dunia juga lenyap dan hilang, seperti halnya saïkhàra yang sedang dicatat saat ini. Semuanya bersifat anicca, dukkha, dan anatta.

ASPEK INTERNAL DAN EKSTERNAL DARI SAðKHâRA

Metode pembedaan antara saïkhàra internal dan eksternal adalah sama dengan yang telah dijelaskan pada vedanà dan sa¤¤à. Saïkhàra memikirkan obyek internal adalah saïkhàra internal. Pengembangan sehubungan dengan obyek eksternal adalah saïkhàra eksternal, yaitu, memikirkan untuk memperoleh benda-benda hidup atau mati atau untuk menghancurkan mereka adalah saïkhàra eksternal.

(4&5) Saïkhàra sehubungan dengan kehendak untuk melakukan suatu tindakan internal berakhir dan lenyap sebelum mencapai saat memikirkan tindakan eksternal. Oleh karena itu bersifat anicca, dukkha, dan anatta. Demikian pula halnya dengan saïkhàra yang berhubungan dengan tindakan eksternal.

Memikirkan untuk melakukan tindakan kasar adalah saïkhàra berjenis kasar; memikirkan untuk melakukan tindakan baik dan halus adalah saïkhàra berjenis halus.

(6&7) Saïkhàra berjenis kasar tidak berubah menjadi saïkhàra berjenis halus. Dan sebaliknya. Semuanya lenyap pada saat kemunculannya dan bersifat anicca, dukkha, dan anatta.

MERENUNGKAN SANKHâRA BAIK DAN BURUK

Segala jenis pemikiran dan perbuatan buruk adalah saïkhàra buruk. Pemikiran dan perbuatan baik adalah saïkhàra baik. Di antara perbuatan-perbuatan baik, perbuatan menjaga sãla adalah lebih baik daripada perbuatan berdana; meditasi adalah

Anattalakkhaõa Sutta

lebih baik daripada menjaga sãla dan meditasi pandangan terang adalah lebih baik daripada meditasi konsentrasi.

(8&9) Sakhàra buruk tidak mencapai saat munculnya sankhàra baik; saïkhàra baik juga tidak mencapai saat munculnya saïkhàra buruk. Semuanya lenyap pada saat kemunculannya masing-masing dan oleh karena itu bersifat anicca, dukkha, dan anatta .

Saïkhàra perbuatan-perbuatan kedermawanan tidak mencapai saat munculnya saïkhàra menjaga sãla dan sebaliknya. Cetanà saïkhàra menjaga sãla tidak mencapai saat munculnya saïkhàra meditasi dan sebaliknya. Cetanà saïkhàra pengembangan meditasi konsentrasi tidak mencapai saat munculnya saïkhàra meditasi pandangan terang dan sebaliknya. Semuanya lenyap pada saat kemunculannya masing-masing dan oleh karena itu bersifat anicca, dukkha, dan anatta.

Perenungan saïkhàra perbuatan-perbuatan baik dan buruk adalah sangat halus. Tetapi Yogã yang terus-menerus bermeditasi dapat mengetahui dengan pengetahuan pribadinya bagaimana saïkhàra-saïkhàra ini terus-menerus lenyap pada saat kemunculannya masing-masing. Misalnya, sewaktu mencatat naik dan turunnya perut, jika pemikiran akan keinginan muncul, Yogã mencatat fenomena itu sebagai ‘ingin, ingin’. Ketika dicatat demikian, pemikiran akan keinginan lenyap sebelum mencapai saat perbuatan baik mencatat. Yogã yang telah mencapai kemajuan hingga ke tingkat bhaïga ¤àõa mengetahui fenomena ini dengan baik dan benar. Ketika Yogi merasa gembira karena menjadikan perbuatan kedermawanan sebagai obyeknya, ia harus mencatat ‘gembira, gembira’. Ketika dicatat dengan cara ini, Yogã yang telah mencapai tingkat bhaïga ¤àõa melihat dengan jelas saïkhàra perbuatan baik merenungkan kedermawanan lenyap sebelum mencapai saat mencatat. Sebagai tambahan, ketika mencatat naik dan turunnya, ketika pikiran yang acak muncul, itu harus dicatat.

Komentar Bagian ketujuh

Ketika dicatat demikian, saïkhàra mencatat naik dan turunnya menjadi lenyap tanpa mencapai saat munculnya pikiran acak; saïkhàra pikiran acak juga lenyap tanpa mencapai saat mencatatnya sebagai pikiran acak. Demikianlah, Yogã melihat tiap-tiap saïkhàra lenyap sebelum mencapai saat munculnya saïkhàra yang lain. Jika Yogã tidak melihat fenomena dengan cara seperti yang dijelaskan ini, maka dapat dikatakan bahwa ia belum mencapai tahap pengembangan dari ¤àõa tersebut.

(10&11) Saïkhàra pikiran-pikiran yang muncul dari obyek yang jauh tidak mencapai saat pikiran-pikiran dari obyek yang dekat dan sebaliknya. Semuanya lenyap pada saat kemunculannya masing-masing dan oleh karena itu bersifat anicca, dukkha, dan anatta .

Kita telah selesai dengan saïkhàra dalam sebelas kelompok. Kami akan melanjutkan dengan penjelasan mengenai vi¤¤àõa, pikiran, atau kesadaran.