c. Motivasi, seperti yang disebutkan oleh Robert Le Vine adalah bentuk “
tingkah laku yang tepat cocok” yang dipelajari melalui proses coba-coba dan gagal trial dan error : individu yang bersangkutan secara langsung belajar
dari pengalaman mengenai tindakan-tindakan sama-cocok dengan sikap- sikap dan pendapat-pendapat sendiri.
2.1.4 Sosialisasi Politik Orang Dewasa
Apabila tekanan yang telah diberikan kepada eksperimental dan pengaruh lingkungan itu ternyata benar, maka masuk akal untuk beranggapan
bahwa pengaruh tersebut akan terus berkelanjutan menjadi penting selama usia dewasa, dan bahwa proses sosialisasi itu berlanjut terus menerus melampui masa
kanak-kanak dan masa remaja, bagian pokok dari tingkah laku politik di masa depan dapat ditentukan di masa-masa yang lebih muda, akan tetapi adalah lebih
mungkin menciptakan suatu situasi dimana terdapat interaksi diantara
sosialisasi politik dini dengan pengaruh-pengaruh eksperimental dan lingkungan dari masa kehidupan selanjutnya, daripada menghindarkan sosialisasi orang
dewasa. Sikap mereka terhadap situasi-situasi khusus ternyata sangat identik
dengan bermacam-macam kelompok dimana mereka menjadi anggota di dalamnya, dan kelompok-kelompok referensi ini berperan sebagai pembimbing
sebagi batu-batu ujian didalam reaksi individu terhadap pengalaman- pengalamannya, dan memberikan bukti selanjutnya dari suatu proses yang
berkesinambungan dari sosialisasi sepanjang kehidupan orang dewasa.
2.1.5 Sosialisasi Politik dan Kesadaran Politik Remaja.
Dalam artian umum sosialisasi politik adalah cara bagaimana suatu bangsa menstransfer budaya politiknya dari generasi yang satu ke generasi
kemudian Panggabean, 1994 . Sedangkan budaya politik adalah keseluruhan nilai, keyakinan empirik, dan lambang ekspresif yang menentukan terciptanya
situasi di tempat kegiatan politik terselenggara. Pendidikan politik sebagai proses penyampaian budaya politik bangsa, mencakup cita-cita politik maupun norma-
norma operasional dari sistem organisasi politik yang berdasarkan nilai-nilai Pancasila. Pendidikan politik perlu ditingkatkan sebagai kesadaran dalam
berpolitik akan hak dan kewajiban sebagai warga negara, sehingga siswa diharapkan ikut serta secara aktif dalam kehidupan kenegaraan dan
pembangunan. Pendidikan politik mengupayakan penghayatan atau pemilikan siswa
terhadap nilai-nilai yang meningkat dan akan terwujud dalam sikap dan tingkah laku sehari-hari dalam hidup kemasyarakatan termasuk hidup kenegaraan dalam
usaha-usaha pembangunan sesuai dengan fungsi masing- masing. Dengan kata lain pendidikan politik menginginkan agar siswa berkembang menjadi warga
negara yang baik, yang menghayati nilai-nilai dasar yang luhur dan bangsanya dan sadar akan hak-hak dan kewajibannya di dalam kerangka nilai-nilai tersebut.
Pendidikan dalam sistem yang demokratis menempatkan posisi yang sangat sentral. Secara ideal pendidikan dimaksudkan untuk mendidik warga
negara tentang kebajikan dan tanggung jawab sebagai anggota civil society. Pendidikan dalam artian tersebut merupakan suatu proses yang panjang
sepanjang usia seseorang untuk mengembangkan diri.. Proses tersebut bukan
hanya yang dilakukan dalam lingkungan pendidikan formal seperti sekolah tetapi juga meliputi pendidikan dalam arti yang sangat luas melibatkan keluarga dan
juga lingkungan sosial. Lembaga-lembaga pendidikan harus mencerminkan proses untuk mendidik warga negara untuk ke arah suatu masyarakat sipil yang
kondusif bagi berlangsungnya demokrasi dan sebaliknya harus dihindarkan sejauh mungkin dari unsur-unsur yang memungkinkan tumbuhnya hambatan -
hambatan demokrasi Riza Noer Arfani, 1996 :64 . Namun demikian disamping dibicarakan masalah kesadaran politik,
maka perlu pemahaman pula apa yang dimaksud dengan pengertian budaya politik, menurut Mirian Budiharjo konsep budaya politik ini berdasarkan
keyakinan, bahwa setiap politik itu didukung oleh suatu kumpuilan kaedah, perasaan dan orientasi terhadap tingkah laku politik.
2.1.6 Jenis Sosialisasi Politik