Barang Bergerak yang Dapat Disata

B. BARANG-BARANG YANG TERMASUK PENYITAAN DAN PENGECUALIANNYA a. Barang Penanggung Pajak yang Dapat Disita 1. Barang bergerak termasuk mobil, perhiasan, uang tunai, dan deposito berjangka, tabungan, saldo rekening Koran, giro atau bentuk lainnya, yang dipersamakan dengan itu, obligasi, saham atau surat berharga lainnya, piutang dan penyertaan modal pada perusahaan lainnya. 2. Barang tidak bergerak, termasuk tanah, bangunan dan kapal, Penyitaan sebagaimana dimaksud pada ayat 1 dilaksanakan sampai dengan nilai barang yang disita diperkirakan cukup melunasi utang pajak dan biaya penagihan.

b. Barang Bergerak yang Dapat Disata

Semua barang bergerak yang ada dirumah penanggung pajak seperti : 1. Perkakas RT lemari, meja, kursi, dan sebagainya 2. Barang-barang mewah tv, lemari es, tape recorder, kompor gas dan sebagainya 3. Barang-barang perhiasan kalung, cincin, gelang, dari emas, berlian dan batu permata lainnya 4. Uang tunai surat-surat berharga 5. Kendaraan mobil, sepeda motor dan sebagainya 6. Lain-lainya jam dingding, lukisan dan sebagainya Barang-barang yang dikecualikan dari penyitaan, menurut Ketentuan Pasal 15 ayat 1 Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2000 Tentang Penagihan Pajak dengan Surat Paksa, adalah sebagai berikut : 1. Pakaian dan tempat tidur beserta perlengkapan yang digunakan oleh penanggung pajak dan keluarga yang menjadi tanggungan. 2. Persediaan makanan dan minuman untuk keperluan satu bulan beserta peralatan memasak yang berada dirumah. 3. Perlengkapan penanggung pajak bersifat dinas yang diperoleh dari negara. 4. Buku-buku yang berhubungan dengan jabatan atau pekerjaan Penanggung Pajak dan alat-alat yang dipergunakan untuk pendidikan, kebudayaan dan keilmuan. 5. Peralatan dalam keadaan jalan yang memiliki kegunaan untuk melaksanakan pekerjaan atau usaha sehari-hari dengan jumlah seluruhnya tidak melebihi dari Rp 20.000.000,- Dua puluh juta rupiah 6. Peralatan penyanderaan cacat yang digunakan oleh penanggung pajak dan keluarga yang menjadi tanggungannya. C. TUGAS DAN FUNGSI JURU SITA PAJAK Pelaksanaan penyitaan dan penyanderaan terhadap barang-barang WPPenanggung Pajak untuki melunasi utang pajak hanya dapat dilakukan oleh juru sita pajak. Pejabat yang ditunjuk oleh DJP Republik Indonesia RI dalam Undang- Undang Nomor 19 Tahun 2000 Tentang Penagihan Pajak dengan Surat Paksa, menyebutkan bahwa Juru Sita Pajak adalah pelaksanaan tindakan penagihan pajak yang meliputi penagihan seketika dan sekaligus, pemberitahuan surat paksa, penyitaan dan penyanderaan. Adapun tugas Juru Sita Pajak sebagaimana tercantum dalam Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2000 adalah : Pasal 5, Juru Sita bertugas : 1. Melaksanakan Surat Perintah Penagihan Seketika dan Sekaligus. 2. Memberitahukan Surat Paksa. 3. Melaksanakan penyitaan atas barang Penanggung Pajak berdasarkan Surat Perintah Melaksanakan Penyitaan. 4. Melaksanakan penyanderaan berdasarkan Surat Perintah Penyanderaan. Petugas pajak dalam melaksanakan tugasnya harus dilengkapi dengan kartu tanda pengenal Juru Sita Pajak dan Salinan Berita Acara Pelaksanaan Sita harus dipelihatkan kepada Penanggung Pajak, Juru Sita Pajak dapat meminta bantuan kepada kepolisian untuk barang bergerak yang kepemilikannya terdaftar. Pemerintah Daerah dan Pengadilan Negeri setempat untuk tanah yang kepemilikannya belum terdaftar, DJP Perhubungan Laut untuk Kapal, Bank tau pihak lain. Dalam melaksanakan penyitaan, Juru Sita Pajak berwewenang memasuki dan memeriks semua ruangan termasuk membuka lemari, laci dan tempat lain untuk menemukan objek sita ditempat usaha, ditempat kedudukan atau ditempat tinggal penanggung pajak, atau ditempat lain yang sebagai tempat penyimpanan objek sita, Sita Pajak dalam menjalankan tugasnya diwilayah kerja pejabat yang mengangkatnya, kecuali ditetapkan lain dengan Keputusan Menteri Keuangan Kepala Daerah. D. PROSEDUR PENYITAAN OLEH JURU SITA PAJAK Sebelum melaksanakan penyitaan Juru Sita Pajak, diharuskan telah memenuhi Kriteria atau syarat-syarat yang dipenuhi untuk menjadi Juru Sita sebagaimana tertuang dalam Keputusan Menteri Keuangan RI No. 562KMK 042000, tertanggal 26 Desember 2000. 1. Berijazah serendah-rendahnya Sekolah Menengah Umum atau yang setingkat dengan itu. 2. Berpangkat serendah-rendahnya Pengatur MudaGolongan IIa. 3. Berbadan sehat. 4. Lulus pendidikan dan latihan Jurusita Pajak, dan 5. Jujur, bertanggung jawab dan penuh pengabdian. Sebelum memangku jabatannya, Juru Sita Pajak diambil sumpah atau janji menurut agama atau kepercayaan oleh Pejabat untuk yang berbunyi sebagai berikut : “Saya bersumpahberjanji dengan sungguh-sungguh bahwa saya, untuk memangku jabatansaya ini, langsung atau tidak langsung, dengan menggunakan nama atau cara apapun juga, tidak memberikan atau menjanjikan barang sesuatu kepada siapa pun juga.’ “Saya bersumpahberjanji bahwa saya, untuk melakukan atau tidak melakukan sesuatu dalam jabatan saya ini, tiada sekali-kali akan menerima langsung atu tidak langsung dari siapa pun juga sesuatu janjiatau pemberian.’Saya bersumpahberjanji bahwa saya akan setia kepada daakan mempertahankan serta mengamalkan Pancasila sebagai dasar dan Ideologi Negara, Undang- Undang dasar 1945, dan segala undang-undang serta peraturan lain yang berlaku negara Republik Indonesia.” “Saya bersumpahberjanji bahwa saya senantiasa akan menjalankan jabatan saya ini dengan jujur, saksama dan dengan tidak membeda-bedakan orang dalam melaksanakan kewajiban saya dan akan berlaku sebaik-baiknya dan seadil-adilnya seperti layaknya bagi seorang Jurusita Pajak yang berbudi baik dan jujur, menegakkan hukum dan keadilan.” Juru Sita Pajak dalam melaksanakan tuganya harus dilengkapi dengan kartu tanda pengenal Juru Sita Pajak dan harus diperhatikan pada penanggung pajak. Juru Sita Pajak dapat meminta bantuan kepada polisi, kejaksaan ,depertemen yang membidangi hukum dan perUndang-undangan, Pemerintah Daerah setempat, Badan Pertahanan Nasional, Direktorat Jenderal Pajak Laut, Pengadilan Negeri, Bank atau pihak lain. Dalam melakukan penyitaan Juru Sita Pajak berwewenang memasuki dan memeriksa semua ruangan termasuk lemari, laci, dan tempat lain untuk menemukan objek sita ditempat usaha, ditempat kedudukan atau tempat tinggal penanggung pajak atau tempat lain yang diduga sebagai tempat penyimpanan sebagai objek sita pajak. Juru Sita Pajak dalam menjalankan tugasnya di wilayah kerja pejabat yang mengangkatnya kecuali ditetapkan lain denganKeputusan Menteri atau Keputusan Kepala Daerah. Sewaktu-waktu Juru Sita Pajak dapat diberhentikan sesuai dengan kapasitas dirinya apabila : 1. Meninggal dunia. 2. Pensiun. 3. Karena alih tugas atau keperluan dinas lainnya. 4. Lalai atau tidak cakap dalam menjalankan tugasnya. 5. Melakukan perbuatan tercela. 6. Melanggar sumpah atau janji Juru Sita Pajak. 7. Sakit jasmani atau rohani terus menerus. Dalam melaksanakan penyitaan terhadap barang-barang yang akan disita, ada beberapa hal yang diperhatikan oleh Juru Sita Pajak seperti halnya penyitaan terhadap perhiasan emas permata dan sejenisnya yang dilakukan sebagai berikut: Membuat rincian tentang jenis, jumlah dan harga perhiasan yang disita dalam surat dan daftar yang merupakan Berita Acara Pelaksana Sita yang sebelumnya telah membuat Berita Acara Pelaksana Sita. E. PELAKSANAAN PENYITAAN TERHADAP BARANG-BARANG SITAAN Penyitaan terhadap uang tunai termasuk mata uang asing dapat dilakukan dengan menghitung terlebih dahulu uang tunai yang disita dan membuat rinciannya dalam suatu daftar yang merupakan laporan Berita Acara Pelaksanaan Sita dan menyimpan uang tunai yang telah disita dalam tempat penyimpanan yang selanjutnya ditempeli dengan segel sita dan kemudian menitipkannya kepaa penanggung pajak atau menitipkannya kepada Bank. Lain hal penyitaan terhadap kekayaan penanggung pajak yang disimpan di Bank berupa deposito jangka panjang, tabungan saldo rekening Koran, giro atau bentuk lainnya yang dipersamakan dengan itu dilaksanakan, dengan cara pejabat menunjukkan permintaan pemblokiran kepada Bank disertai dengan penyimpanan salinan surat paksa dan surat penyitaan. Perintah melaksanakan penyitaan, Bank wajib memblokir seketika, setelah menerima pemblokiran dari pejabat dan membuat berita acara pemblokiran serta menyampaikan salinan kepada pejabat Juru Sita Pajak setelah menerima Berita Acara pemblokiran dari Bank, memerintah penanggung pajak untuk memerintahkan Bank agar memberitahukan saldo kekayaan yang tersimpan pada Bank tersebut kepada Juru Sita Pajak. Dalam hal penanggung pajak tidak memberikan kuasa kepada Bank.Pejabat meminta Gubernur Bank Indonesia BI melaui Menteri Keuangan untuk memerintahkan Bank, memberitahukan saldo kekayaan penanggung pajak yang tersimpan pada Bank dimaksud pada pejabat. Setelah saldo kekayaan yang telah tersimpan pada Bank diketahui, Juru Sita Pajak melaksanakan penyitaan dan membuat Berita Acara Pelaksanan Sita kepada penanggung pajak dari Bank yang bersangkutan. Pejabat dapat mengajukan pemerintah pencabutan pemblokiran kepada Bank setelah penanggung pajak melunasi utang pajak dan biaya penagihan pajak terhadap kekayaan penangung pajak setelah dikurangi dengan jumlah yang disita apabila utang pajak dan biaya penagihan pajak tidak dilunasi oleh penangung pajak sekalipun telah dilakukan pemblokiran dalam hal yang diblokir lebih besar dari jumlah yang disita maka atas sisa lebih tersebut diajukan permintaan pencabutan pemblokiran oleh pejabat kepada Bank. Apabila dalam jangka waktu 14 empat belas hari sejak penyitaan penanggung pajak tidak melunasi utang pajak dan biaya penagihan pajak, Pejabat segera meminta kepada pemimpin Bank untuk memindah bukukan harta kekayaan penanggung pajak yang tersimpan pada Bank ke kas Negara atas kas Daerah sejumlahyang tercantum dalam Berita Acara Pelaksanaan sita. Sebelum jangka waktu 14 hari sebagaimana dimaksud dalam uraian diatas, penanggung pajak dapat mengajukan permohonan kepda Pejabat untuk menggunakan barang sitaan yang dimaksud untuk melunasi biaya penagihan pajak dan utang pajak. Pencabutan sitaan dilaksanakan oleh Juru Sita Pajak berdasarkan surat pencabutan sita yang diterbitkan oleh pejabat dan tebusannya disampaikan kepada Pemimpin Bank yang bersangkutan. Sedangkan penyitaan terhadap surat berharga berupa obligasi saham, dan sejenisnya yang diperdagangkan dibursa efek dapat dilaksanakan dalam memblokir rekening efek dilakukan berdasarkan permintaan tertulis DJP atau Pejabat yang ditunjukkan kepada Ketua Badan Pengawasan Pasar Modal BPPM dengan menyebutkan nama pemegang rekening atau nomor pemegang rekening sebagai penanggung pajak, sebab dan alasan perlunya pemblokiran tersebut dilakukan. Berdasarkan permintaan DJP atau pejabat yang ditunjukkan sebagamana dimaksud. Ketua Badan Pengawasan Pasar Modal KBPPM dapat menyampaikan perintah tertulis kepada Kustodian untuk melakukan pemblokiran terhadap Rekening Efek Penanggung Pajak. Dalam hal permintaan pemblokiran tersebut disertai dengan pemintaan keterangan tentang Rekening Efek kepada Kustodian, maka permintaan tertulis dari DJP harus membuat nama Pejabat yang berwewenang mendapat keterangan tersebut, Kustodian yang melakukan pemblokioran dan memberikan keterangan tentang Rekening Efek, pemegang rekening membuat Berita Acara Pemblokiran, dan Berita Acara Pemblokiran keterangan tersebut disampaikan kepada DJP dan salinannya disampaikan Ke KBPPM dan Pemegang Rekening sebagai penanggung Pajak, selambat-lambatnya 2 dua hari kerja setelah pemblokiran dan keterangan tersebut dilakukan. Juru Sita Pajak dapat melaksanakan penyitaan atas efek dan atau dana dalam Rekening Efek pada Kustodian segera setelah menerima Berita Acara Pemblokiran dan Berita Acara Pemberian keterangan. Juru Sita Pajak dalam melakukan Penyitaan Harus membuat Berita Acara Pelaksanaan sita yang ditandatangi oleh Juru Sita Pajak dan saksi-saksi. Apabila penanggung pajak tidak hadir, Berita Acara Pelaksanaan Sita bisa ditandatangani oleh saksi-saksi kemudian Berita Acara Pelaksana Sita disampaikan kepada Penanggung Pajak dan salinannya disampaikan kepada Ka. BAPEPAM dan Kustodian. Pajabat dapat mengajukan permintaan pencabutan pemblokiran terhadap rekening Efek Penanggung Pajak kepada Kustodian, setelah penanggung Pajak melunsai utang pajak dan biaya penagihan pajak setelah dikurangi dengan jumlah yang disita, apabila utang pajak dan biaya penagihan pajak tidak dilunasi oleh penanggung pajak sekalipun telah dilakukan pemblokiran Efek dapat diperdagangkan di Bursa yang telah disita, dijual di Bursa melalui perantara pedagang Efek anggota Bursa atas permintaan Pejabat. Penyitaan terhadap surat berharga berupa obligasi, saham dan sejenisnya yang tidak diperdagangkan di Bursa Efek dilaksanakan dengan cara melakukan Inventarisasi dan membuat rincian tentang jenis, jumlah dan nilai minimal atau perkiraan nilai lainnya dari surat berharga yang disita dalam suatu daftar yang merupakan lampiran Pelaksanaan Sita yang kemudian membuat Berita Acara Penagihan hak Surat Berharga atas nama Penanggung Pajak pada Pejabat. Dalam hal penyitaan terhadap piutang, lebih dahulu melakukan Inventarisi dan membuat perincian tentang jenis dan jumlah piutang dalam suatu daftar yang merupakan Pelampiran Berita Acara Pelaksanaan Sita. Kemudian membuat Berita Acara Persetujuan Pengalihan Hak Piutang dari Penanggung Pajak kepada Pejabat,dan salinannya disampaikan kepada Penanggung Pajak dan pihak yang berkewajiban membayar utang. Penyitaan terhadap penyertaan modal pada perusahaan lain yang tidak ada surat sahamnya dilaksanakan sebagai berikut : Melakukan Invertarisasi dan membuat rincian tentang jumlah penyertaan modal pada perusahaan lain dalam suatu daftar yang merupakan lampiran Berita Acara Pelaksana Sita, kemudian membuat akte persetujuan hak penyertaan modal pada perusahaan lain dalam penanggung pajak kepeda Pejabat, dan salinannya disampaikan kepada perusahaan tempat penyertaan modal. Penyitaan terhadap barang yang telah disita oleh Kejaksaan atau Kepolisian sebagai barang bukti dalam kasus Pidana, baru dilaksanakan setelah barang bukti tersebut dikembalikan Penanggung Pajak. Penyitaan terhadap barang milik Penanggung Pajak dilaksanakan sampai dengan jumlah nilai barang yang diperkirakan sampai dengan jumlah nilai barang yang diperkirakan cukup untuk melunasi utang pajak yang dimaksud nilainya tidak cukup untuk melunasi biaya penagihan pajak dan utang pajak, hasil lelang barang yang telah disita tidak cukup untuk melunasi biaya utang penagihan dan utang pajak sebagimana yang telah diuraikan sebelumnya.

a. Pelaksanaan Penyelenggaraan