Akibat Hukum Serta Penyelesaian Masalah Kelalaian Pegawai Bank Memasukkan Nomor Rekening Nasabah Dalam Transfer Uang Pada Bank Rakyat Indonesia Cabang Medan

(1)

DAFTAR PUSTAKA

Ahmad Anwari, 1995. Jasa Bank Dalam Kiriman Uang, Jakarta : Balai Aksara. Arrasjid, Chainur, 2000.Dasar-dasar Ilmu Hukum, Jakarta : Sinar Grafika. Asikin, Zainal.1998, Pokok-pokok Hukum Perbankan di Indoensia, Rajawali Press. Badrulzaman, Mariam Darus.1991, Perjanjian Kredit Bank. Bandung: Aditya

Bhakti.

Djumhana, Muhamad.1993, Hukum Perbankan di Indonesia, Bandung : PT Citra Aditya Bakti.

Fuady, Munir.1999, Hukum Perbankan Modern, buku kesatu, Bandung ; P.T.Citra Aditya.

Frianto Pandia, Elli Santi Ompusunggu, Achmad Abror, 2005, Lembaga Keuangan, Rineka Cipta, Jakarta.

H. As. Mahmoedin, 1994, Etika Bisnis Perbankan, Pustaka Sinar Harapan, Jakarta.

Muis Abdul.1990, Hukum Perbankan Modern, buku kesatuan, Bandung : PT. Citra Aditya.

Muis Abdul.1990, Pedoman Penulisan Skripsi dan Metedo Penelitian Hukum.

Medan : Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara Press.

Pandia, Frianto, dkk, 2005, Lembaga Keuangan, Rineka Cipta, Jakarta.

Pardede, Marulak. 1995, Hukum Pidana Bank, Jakarta : Pustaka Sinar Harapan Prodjodikoro, Wirjono. 1981, Asas-asas Umum Perjanjian, Bandung : Sumur Suheroji, Hari. 1980, Pokok-Pokok Hukum Perjanjian, Penerbit Jakarta : Aksara

Baru.

Sumaryono, E.1995, Etika Profesi Hukum, Yogyakarta : Kanisius

Subekti, Tjitrosudibio, R., 1986 Kitab Undang-undang Hukum Dagang dan Undang-undang Kepalitian, Jakarta : Pradya Paraminta.


(2)

Tri Santoso, Ruddy.1996, Mengenal Dunia Perbankan, Yogyakarta : Andi Offset

Widiyono , Try, Jakarta, Aspek Hukum Operasional Transaksi Produk Perbankan di indonesia (simpanan, jasa dan kredit), Ghalia Indonesia, 2006.

Widjaya, Gunawan. 1998, Perikatan Yang Lahir dari Perjanjian, Jakarta Rajawali Press.

Peraturan Perundang-Undangan

Subekti, R., Tjitrosudibio, R., 1986, Kitab Undang-undang Hukum Perdata, Jakarta : Pradya Paramita

Subekti, Tjitrosudibio, R, 1986, Kitab Undang-undang Hukum Dagang dan Undang-Undang Kepailitan, Jakarta : Pradya Paraminta.

Undang-undang Republik Indonesia No .7 Tahun 1992 tentang Perbankan

Undang-undang Republik Indonesia No. 10 Tahun 1998 tentang perubahan atas

Undang-undang Republik Indonesia No.7 Tahun 1992 tentang Perbankan.

Undang-undang Republik Indonesia No.23 Tahun 1999 tentang Bank Indonesia. 72


(3)

A. Prosedur Jasa Pengiriman Uang Melalui Transfer pada Bank Rakyat Indonesia Cabang Medan

Prosedur pengiriman uang melalui transfer pada Bank Rakyat Indonesia Cabang Medan biasanya disesuaikan dengan jenis kiriman uang itu sendiri. Sebelumnya dapat dijelaskan bahwa transfer merupakan pemindahan dana dari rekening yang satu dengan rekening yang lain, sekalipun dalam satu cabang bank. Namun kemudian, pengertian transfer berkembang menjadi termasuk juga pemindahan dana dari rekening yang satu dengan yang lain yang berbeda cabang bank. Dengan adanya transaksi on line antar cabang, maka batas tersebut menjadi berubah. Yang jelas adalah transfer merupakan perintah tertulis atau lisan melalui berbagai sarana yang disediakan oleh bank untuk mengirimkan dana nasabah kepada pihak yang dikehendaki.28

Penggunakan transfer melalui electronic banking berlaku syarat dan ketentuan yang terdapat pada produk atau fitur produk dari sarana yang digunakan. Untuk menghindari tindak kejahatan di bidang electronic banking, perintah-perintah transfer menggunakan electronic banking biasanya dengan

Transfer dana dalam negeri dapat dilakukan dengan menggunakan berbagai sarana, sesuai kecanggihan teknologi informasi yang dimiliki oleh bank. Transfer dapat dilakukan dengan tertulis, menggunakan formulir yang disediakan bank atau dengan cara elektronik, misalnya internet banking, kartu ATM, faks, SMS banking atau secara lisan, misalnya phone banking.

28

Try widiyono, Aspek Hukum Operasional Transaksi Produk Perbankan di indonesia (simpanan, jasa dan kredit), Ghalia Indonesia, Jakarta, 2006, hal. 228.


(4)

mengatur bahwa transfer hanya dapat dilakukan kepada rekening yang telah didaftarkan oleh nasabah terlebih dahulu. Dengan demikian, penerima transfer menggunakan sarana elektronik sangat terbatas.29

Jenis kiriman uang melalui transfer ini dikelompokkan menjadi dua, yaitu :

1. Kiriman uang keluar (outgoing transfer) 2. Kiriman uang masuk (incoming transfer)30 Ad.1. Kiriman uang keluar (outgoing Transfer)

Kiriman uang keluar masudnya adalah pelimpahan dana oleh nasabah kepada bank untuk diteruskan kepada si penerima dengan cepat, aman, akurat dan terjamin.

Dalam pelaksanaan kiriman uang ini setiap pengirim/pentransfer terlebih dahulu mengisi aplikasi transfer/formulir permohonan pengiriman uang dengan jelas dan lengkap serta tunduk atas syarat-syarat yang telah dicantumkan bank pada formulir permohonan tersebut. Kiriman uang ini bisa dilaksanakan dengan cara tunai dan pemindahbukuan.

Jika sipengirim merupakan nasabah atau mempunyai rekening pada bank itu sendiri, maka ia cukup menyatakan jumlah yang akan ditransfer supaya dibebankan rekeningnya dan dananyapun harus mencukupi untuk ditransfer, sehingga dengan sendirinya tidak diperlukan setorna tunai.

Setelah formulir kiriman uang diisi dan ditanda tangani oleh pengirim, kemudian formulir tersebut diperiksa oleh bank, setelah memenuhi persyaratan maka pihak bank memberikan tanda terima bukti akan dilaksanakan transfer

29

Ibid.

30

Berdasarkan Hasil wawancara dengan Kepala Bahagian Operasional Bank Rakyat Indonesia Cabang Medan, Pada tanggal 12 November 2008


(5)

tersebut. Bukti ini biasanya berupa tebusan dari formulir permohonan kiriman uang yang telah di cap dan ditandatangani oleh petugas bank.

Pengiriman uang melalui transfer yang dilakukan dengan surat maka bank pengirim mengirimkan perintah membayar (Payment order) kepada bank pembayar ditempat tujuan. Perintah ini dikirim lewat pos atau perusahaan titipan kilat. Untuk kiriman uang dengan cara tunai dan pemindah bukuan, sebelum dikirim bank pengirim mencantumkan nomor urut dan test key.

Dalam pelaksaan kiriman uang dengan memakai sarana lainnya, seperti telepon, facimile dan radio/SsB maka bank pengirim harus :31

a. Mencantumkan nama petugas pengirim pada berita kiriman uang (via telepon, telex, facsimile dan radio/SSB)

b. Mencantumkan nomor pesawat pengirim, nama dan tanda tangan pejabat berwenang, nama dan paraf petugas yang mengirim serta cap/stempel kantor pengirim pada berita kiriman uang.

c. Mencatat nama petugas penerima dan jam pengiriman dengan mencantumkan pada berita pengiriman kiriman uang.

Dalam menghindari resiko penyampaian kiriman uang maka untuk kiriman uang via facimile dan telex apabila diperlukan diikuti dengan konfirmasi via telepon pada hari yang sama. Kantor cabang pengirim (bank pemrakarsa) mengirimkan konfirmas (penegasan) berupa rekapitulasi kiriman uang pada hari yang sama pada kantor cabang penerima (bank pembayar) sebagai penegasan atas jumlah kiriman uang yang dikirimkan dengan mencantumkan :

1. Tanda tangan pejabat yang berwenang

31

Berdasarkan Hasil wawancara dengan Kepala Bahagian Operasional Bank Rakyat Indonesia Cabang Medan, Pada tanggal 12 November 2008.


(6)

2. Cap/stempel kantor pengirim

Setelah hal-hal diatas dipenuhi maka selanjutnya bank pengirim mengirimkan transfer pada bank yang dituju (bank penerima/pembayar). Pengiriman uang melalui transfer dapat dilakukan melalui 3 cara yaitu :32

a. Antara bank yang sama b. Bank yang berbeda

c. Kerjasama dengan bank yang lain Ad.a. Antar bank yang sama

Jika pelaksanaan pengiriman uang melalui transfer bank pengirim maupun bank pembayaran berasal dari bank yang sama, makabank pengirim langsung mengirimlan pada bank yang dituju. Setelah bank pembayaran menerima transfer, selanjutnya bank pembayar memeriksa nama sipenerima transfer dari bank pengirim yang tercantum dalam aplikasi transfer. Apabila si penerima transfer merupakan nasabah pada bank pembayar maka bank pembayar akan mengkreditkan jumlah transfer kedalam rekening penerima.

Namun jika si penerima bukan nasabah dari bank pembayar, maka bank pembayar mengirimkan surat pemberitahuan tentang adanya transfer tersebut kepada sipenerima.

Ad.b. Bank Yang Berbeda

Jika bank pengirim dan bank pembayarn berasal dari bank yang berlainan, maka sebelum bank pengirim mengirimkan transfer pada bank yang dituju, terlebih dahulu bank pengirim mengirimkan transfer pada cabang bank yang sama

32

. Berdasarkan Hasil wawancara dengan Kepala Bahagian Operasional Bank Rakyat Indonesia Cabang Medan, Pada tanggal 12 November 2008.


(7)

yang ada diwilayah bank yang dituju. Selanjutnya cabang bank inilah yang meneruskan pelaksanaan transfer kepada bank yang dituju untuk disampaikan atau dikirimkan kepada si penerima.

Ad.c. Kerjasama dengan bank lain

Didalam menjelankan usaha perbankan, bank-bank saling menjalin hubungan antara bank baik antara bank didalam suatu negara maupun antar bank di negara-negara lain. Jasa atau kerjasama antar bank tersebut disebut dengan hubungan Koresponden. Dalam hubungan kerjasama ini dilakukan tukar menukar dokumen antar bank, yang alzim disebut dengan Control Documents.

Dengan adanya hubungan koresponden dengan bank lain maka akan mempermudah pelaksanaan kiriman uang melalui transfer hal ini dilakukan apabila bank pengirim tidak mempunyai cabang didaerah yang dituju. Bank pengirim dapat melaksanakan transfer melalui bank yang ada hubungan kerja sama dengan bank pemrakarsa. Bank pemrakarsa akan mengirimkan transfer melalui bank pembayar (bank koresponden), bank inilah yang akan mengirimkan perintah pembayaran transfer kepada bank yang akan dituju.

Apabila pengirm membatalkan kiriman uang dan membatalkan kembali uangnya, maka nasabah yang bersangkutan mengajukan permintaan tertulis untuk hal tersebut dengan melampirkan bukti tanda terima PKU. Jika kiriman uang tersebut telah dilaksanakan, cabang pengirim meminta padacabang penerima untuk mereturn kiriman uang tersebut. Return kiriman uang maksudnya adalah


(8)

pengembalian kiriman uang yang disebabkan oleh beberapa alasan. Alasan-alasan tersebut antara lain ;33

a. Atas permintaan pengirim melalui bank pengiriman yang ditegaskan dengan telepon, facimile, telex atau surat.

b. Atas permintaan penerima

c. Oleh bank pembayaran karena tidak diketahui, ditemukan alamat penerima atau data penerima berbeda dengan data kiriman uang.

Jika kiriman uang tersebut dilaksanakan maka atas persetujuan pejabat yang berwenang uang tersebut dapat dikembalikan kepada yang bersangkutan dan data kiriman uang pada program aplikasi kiriman uang dibatalkan sesuai dengan petunjuk pelaksanaan pengoprasiannya. Adapun biaya terhadap kiriman uang keluar diatur dalam surat keputusan direksi sendiri.

Ad.2. Kiriman Uang Masuk (Incoming Transfer)

Setiap kiriman uang masuk melalui telepon harus dicatat pada buku penerimaan kiriman sesuai dengan nomor urut dan cabang pengirim untuk selanjutnya diinput ke sistem Aplikasi Kiriman Uang. Maka setiap menerima kiriman uang melalui telepon dan petugas penerima harus menyebutkan identitasnya untuk dicantumkan pada berita pengiriman uang. Kantor cabang penerima harus memeriksa kebenaran kiriman uang tersebut anatar lain :

1. Test key

2. Nomor pesawat pengiriman (via facsimile dan telex) 3. Nama dan tanda tangan pejabat yang berwenang 4. Cap/stempel bank pengirim.

33

Berdasarkan Hasil wawancara dengan Kepala Bahagian Operasional Bank Rakyat Indonesia Cabang Medan, Pada tanggal 12 November 2008


(9)

Apabila dalam penerimaan berita kiriman uang ada hal yang diragukan kebenarannya seperti jumlah yang relatif besar, tesy key cacat/tidak jelas atau salah dan tidak mengenal petugas pengirim maka, sebelum dilaksanakan penyelesaian dan penerusan maupun pembayarannya, kantor cabang penerima berkewajiban untuk mengkonfirmasikan kembali kebenaran tentang keabsahan kiriman uang dari cabang pengirim.

Dalam hal penerimaan pengiriman uang melalui telepon dan SSB harus di tunjuk petugas khsus untuk menganinya serta di beritahukan secara tertulis keseluruh kantor cabang. Atas dasar berita kiriman uang yang sudah di periksa kebenarannya maka cabang pembayaran berkewajiban memberitahukan kepada penerima.

Untuk pengembalian uang tunai, penerima kiriman harus menunjukan tanda jati diri seperti KTP, SIM, KTM, atau paspor, setelah diteliti kebenarannya sesuai dengan berita kiriman uang barulah di bayarkan kepada penerima apa bila dalam waktu delapan hari kerja penerima tidak memenuhi panggilan maka kantor cabang pembayar harus menanyakan kebenaran dan kelengkapan pengirimnya ke cabang pengirim setelah tujuh hari kerja sejak kantor cabang pembayar mengkonfirmasikan tentang kebenaran pengirim ke kantor cabang pengirim dan kalau kalau cabang pengirim tidak dapat memberikan kebenarannya maka kantor cabang pembayar harus mengirim kembali kecabang pengirim (retrun).


(10)

B. Dasar Hukum dan Syarat – Syarat Jasa Pengiriman Uang Dengan Transfer dan Fungsi Serta Manfaat Jasa Transfer Uang.

1. Dasar Hukum Tentang Transfer Uang

Transfer uang via bank, baik untuk kepentingan nasabah maupun untuk kepentingan bank sendiri mempunyai alas/dasar hukum dalam sistem perundang-undangan Indonesia. Dasar hukum tersebut bersumber dari ketentuan-ketentuan sebagai berikut :

1. Ketentuan di bidang perbankan

2. Kitab Undang-undang Hukum Dagang 3. Kitab Undang-undang Hukum Perdata34

Berikut ini penjelasan dari masing-masing kategori dasar hukum tersebut, yaitu sebagai berikut :

1. Ketentuan Di Bidang Perbankan

Ketentuan dibidang perbankan bersumber dari Undang-undang Perbankan Nomor 7 Tahun 1992 yang telah diubah dengan Undang-undang Nomor 10 Tahun 1998. Apakah dalam Undang-undang Perbankan Nomor 7 Tahun 1992 yang telah di ubah dengan Undang-undang Perbankan Nomor 7 tahun 1992 yang telah di ubah dengan Undang-undang nomor 10 Tahun 1998 tersebut terdapat ketentuan yang mengatur tentang transfer uang via bank. Benar ada ketentuanyang mengatur tentang transfer uang, yaitu dalam Pasal 6 huruf (e). undang-undang Perbankan Nomor 7 Tahun 1992 yang telah diubah dengan Undang-undang nomor 10 Tahun 1998 kebetulan tidak mengubah pasal 6 huruf (e), sehingga Pasal 6 huruf (e)

34

Munir Fuady, Hukum Perbankan Modern Buku ke II, PT. Citra Aditya Bhakti, Bandung, 2001, hal. 46.


(11)

tersebut masih tetap berlaku. Pasal 6 huruf (e) tersebut masih tetap berlaku. Pasal 6 huruf (e) tersebut berbunyi sebagai berikut :

Usaha Bank Umum meliputi :

Memindahkan uang, baik untuk kepentingan sendiri maupun untuk kepentingan nasabah.

Dari ketentuan dalam Pasal 6 huruf (e) tersebut cukup jelas dan lugas ditentukan bahwa memang suatu bank umum dapat melakukan suatu transfer uang. Kemudian, ketentuan tersebut mendapat penjabarannya dalam berbagai perundang-undangan lainnya di bidang perbankan.

2. Kitab Undang-undang Hukum Dagang

Sebenarnya Kitab Undang-undang Hukum Dagang tidak mengatur secara spesifik tentang transfer uang via bank ini, baik terhadap transfer dengan warkat (paper based) ataupun terhadap transfer secara elektronik. Hanya saja karena transfer dana tersebut dapat dilakukan juga dengan surat berharga sebagai sarana peminahannya, seperti dengan cek atau wesel, maka ketentuan tentang surat berharga dari Kitab Undang-undang Hukum Dagang ditarik untuk berlaku buat transfer dana seperti itu.

Dalam Kitab Undang-undang Hukum Dagang dikenal beberapa macam surat berharga, yaitu sebagai berikut :

a. Pengaturan tentang Surat Wesel, dalam pasal 100 sampai dengan Pasal 173 Kitab Undang-undang hukum Dagang.

b. Pengaturan tentang surat sanggup, dalam pasal 174 sampai dengan Pasal 177 Kitab Undang-undang hukum Dagang


(12)

c. Pengaturan Tentang Cek dalam Pasal 178 sampai dengan Pasal 229 dari Kitab Undang-undang Hukum Dagang.

d. Pengaturan tentang kuitansi dan Promes atas Unjuk dalam Pasal 229 e sampai dengan Pasal 229 kdari Kitab Undang-undang Hukum Dagang.

Dengan demikian, sejauh yang menyangkut dengan transfer uang via bank yang menggunakan surst-surat berharga tersebut berlaku ketentuan Kitab Undang-Undang Hukum Dagang, khusus mengenai aspek surat berharganya.

3. Kitab Undang-Undag hukum Perdata

Selain dari ketentuan-ketentuan seperti yang diatas, maka kitab Undang-Undang Perdata juga mengatur tentang berbagai aspek hukum yang berkenaan dengan transfer via bank, baik untuk kepentingan nasabah maupun transfer uang untuk kepentingan bank itu sendiri diawali dengan suatu kontrak.

Bagaimanapun ketentuan Kitab Undang-undang Perdata tentang transfer uang untuk kepentingan nasabah. Dalam hal ini kitab undang-Undang Hukum Perdata mengaturnya mengenai aspek-aspek hukum kontrak, yang terdapat dalam buku ketiganya.

Dalam hubungan dengan transfer uang via bank, perlu dipisahkan terlebih dahulu antara kontrak-kontrak sebagai berikut :

a. Kontrak antara nasabah pengirim dengan nasabah penerima. b. Kontrak antara nasabah pengirim dengan bank pengirim.

c. Kontrak antara nasabah pengirim dengan bank pembayar (dalam hal credit transfer).

d. Kontrak antara bank pengirim dengan bank pembayar. e. Kontrak natara bank pengirim dengan bank koresponden.


(13)

f. Kontrak antara bank koresponden dengan bank pembayar.

Apabila diterapakan ktentuan tentang kontrak dalam KUHP terhadap kontrak antara nasabah pengirim transfer dengan bank, terdapat 3 (tiga) kemungkinan jawaban sebagai berikut :

a. Kontrak Pengirim Uang merupakan kontrak titipan barang, dalam hal ini bank sebagai pihak penitip, vide pasal 1694 sampai dengan pasal 1739 KUHPerdata.

b. Kontrak Pengiriman Uang merupakan kontrak untuk melakukan jasa tertentu oleh bank, vide Pasal 1601 KUHPerdata.

c. Yang lebih reaseonable adalah memberlakukan kontrak pengiriman uang sebagai suatu kontrak khusus yang tidak termasuk kedalam kontrak bernama dalam KUHPerdata, sehingga hanya ketentuan kontrak yang umum saja yang berlaku, mulai dari Pasal 1233 sampai dengan Pasal 1456 KUHPerdata. Selebihnya berlaku ketentuan dalam kontrak yang dibuat para pihak, danketentuan perbankan, baik syarat-syarat diatur oleh bank itu sendiri maupun oleh peraturan yang dikeluarkan oleh pemerintah.

C. Syarat-syarat Jasa Pengiriman Uang dengan Transfer dan Fungsi serta Manfaat Jasa Transfer Uang

a. Syarat-Syarat Pengiriman Uang Melalui Transfer

Pengiriman uang melalui transfr harus memenuhi beberapa syarat agar dapat berjalan dengan baik. Tetapi sebelumnya yang harus dilakukan adalah mengisi formulir aplikasi transfer yang disediakan oleh bank.


(14)

Aplikasi tersebut memuat pernyataan-pernyataan sebagai berikut :

1. sarana yang hendak digunakan dalam transfer (telex clearing B.I.cheque/wesel).

2. Nama dan alamat pengirim (sender).

3. Nama dan lamat penerima dana (benefeciary) termasuk bank ynag ditunjuk.

4. Sumber dana untuk kiriman uang tersebut (House Cheque Deposit, Clearing, Cheque, Deposit, atau tunai).

5. Tanggal penyetoran uang (Issuing Date). 6. Tanggal pemprosesan (Processing Date).

7. Jumlah kiriman uang dalam bentuk angka dan huruf. 8. Ongkos pengiriman uang.

9. Berita untuk penerima dana.35

Setelah syarat-syarat tersebut diatas dilengkapi barulah dapat dilakukan pengiriman uang. Jika salah satu dari syarat tersebut diatas tidak dilengkapi maka akan menyebabkan tidak dapat diadakannya suatu transfer.

Pasal 1319 KUHPerdata menentukan bahwa semua perjanjian, baik yang mempunyai suatu nama, maupun yang tidak terkenal dengan suatu nama tertentu, tunduk pada peraturan-peraturan umum. Dari ketentuan pasal tersebut, jelaslah apabila tidak terdapat suatu ketentuan yang mengatur tentang perjanjian yang mempunyai nama khusus, maka terhadap perjanjian tersebut berlaku ketentuan mengenai perjanjian pada umumnya yang diatur dalam ketentuan umum.

35

Berdasarkan Hasil wawancara dengan Kepala Bahagian Operasional Bank Rakyat Indonesia Cabang Medan, Pada tanggal 12 November 2008.


(15)

Oleh karena pengiriman uang merupakan salah satu bentuk perjanjian khusus yang terdapat dalam hukum KUHPerdata, maka dalam perjanjian pengiriman uang ini juga berlaku ketentuan mengenai syarat-syarat sahnya perjanjian pada umumnya, karena tidak terdapat suatu ketentuan yang mengatur syarat-syarat sahnya perjanjian pengiriman uang.

Pasal 1320 KUHPerdata menentukan bahwa untuk sahnya perjanjian diperlukan 4 (empat) syarat yaitu :

1. Sepakat mereka yang mengikat diri

2. Kecakapan untuk membuat suatu perjanjian 3. Mengenai suatu hal tertentu

4. Suatu sebab yang halal

Syarat pertama dan kedua, menurut Subekti adalah merupakan syarat subyektif karena berhubungan dengan orang-orang atau subyek yang mengadakan perjanjian. Apabila salah satu syarat subyektif tidak dipenuhi maka perjanjian tersebut diatas permohonan pihak yang bersangkutan dapat dibatalkan.

Syarat ketiga dan keempat menurut beliau disebut syarat obyektif, karena syarat ini menyangkut obyek perjanjian, apabila salah satu syrat ini tidak dipenuhi maka perjanjian tersebut adalah batal demi hukum. Oleh karena dinyatakan batal demi hukum mak perjanjian tersebut dianggap tidak pernah ada.

Berikut ini akan diuraikan satu persatu syarat perjanjian pada umumnya yang telah dikemukakan diatas.

Ad.1. Sepakat mereka yang mengikat diri

Dalam perjanjian pengiriman uang maka pihak yang sepakat itu adalah pihak pengirman dengan bank pengirim. Adapun pokok perjanjian diantara kedua


(16)

belah pihak, dimana pengirim menyerahkan uang agar disampaikan ketangan penerima sedangkan pihak bank menerima sejumlah provisi dari pengiriman uang ini sebagai imbalan atas prestasi yang diberikannya.

Persetujuan pengiriman uang pada prinsipnya harus bersifat bebas artinya tanpa ada paksaan, kekhilafan atau penipuan. Apabila perjanjian dibuat dengan paksaan, kekhilafan atau penipuan maka perjanjian tersebut dapat dinyatakan batal secara sepihak.

Batal secara sepihak artinya apabila salah satu pihak itu setuju terhadap isi dari perjanjian karena tidak sesuai dengan prinsip yang bersifat bebas yang artinya tanpa ada paksaan, kekhilafan atau penipuan. Dengan kata lain pihak yang tidak setuju terhadap perjanjian dapat membatalkannya.

Mengenai paksaan Wirjono Prodjodikoro, mengatakan bahwa, dalam pasal 1324 KUHPerdata yang mengatakan paksaan itu harus sepantasnya menakutkan suatu pihak terhadap suatu ancaman, bahwa apabila ia tidak menyetujui perjanjian yang bersangkutan, maka ia akan menderita suatu kerugian yang nyata, perumusan dari pasal 1324 KUHPerdata menurut beliau belum sempurna, harus ditambahkan bahwa yang diancam itu harus merupakan hal yang tidak diperbolehkan oleh hukum”.36

36

Wirjono Prodjodikoro, Hukum Wesel, Cek Dan Askep Di Indonesia, Cet. Ke-VI, Sumur, Bandung, 1980, hal. 37.

Apabila perjanjian itu timbul karena tipu muslihat oleh salah satu pihak, maka menurut pasal 1328 KUHPerdata dapat dijadikan alasan untuk membatalkan perjanjian yang telah dibuat itu.


(17)

Ad.2. Kecakapan untuk membuat suatu perjanjian (Bekwaam)

Menurut pasal 1330 KUHPerdata ada tiga golongan yang dikwalifikasikan sebagai orang yang tidak dapat membuat suatu perjanjian yaitu :

1. Orang yang belum dewasa

2. Mereka yang ditaruh dibawah pengampuan (Curatele)

3. Perempuan yang telah kawin dalam hal yang undang-undang telah melarang untuk membuat perjanjian tertentu.

Dalam hubungan Pasal 1330 angka 3 KUHPerdata dengan Pasal 110 KUHPerdata mengenai wnaita bersuami yang tdiak cakap bertindak dalam hukum, sejak dikeluarkannnya SEMA No.3 tahun 1963 dinyatakan bahwa wanita telah bersuami berhak bertindak dalam hukum tanpa bantuan suami.

Subyek dari suatu perjanjian harus cakap bertindak menurut hukum karena nantinya akan terkait dengan ketentuan yang telah mereka sepakati bersama. Sehingga ia harus mampu bertanggungjawab atas segala perbuatan-perbuatannya. Ad.3. Mengenai suatu hal tertentu

Mengenai suatu hal tertentu adalah merupakan pokok dalam perjanjian yakni prestasi yang perlu dipenuhi didalam suatu perjanjian pengiriman uang. Prestasi itu harus tertentu atau sekurang-kurangnya dapat disebutkan jenis dan jumlahnya.

Ad.4. Adanya suatu sebab yang halal

Syarat terakhir untuk sahnya suatu perjanjian yakni suatu sebab yang halal. Artinya untuk sahnya suatu perjanjian harus diperbuat tidak bertentangan dengan undang-undang, kesusilaan dan ketertiban umum.


(18)

Bertitik tolak dari persyaratan ataupun unsur-unsur terbentuknya perjanjian pada umumnya, maka dihubungkan dengan syarat-syarat pengiriman uang melalui transfer antara pihak pengirim dengan pihak bank harus terlebih dahulu memenuhi syarat tersebut diatas.

3. Fungsi dan Manfaat Transfer

Adapun fungsi transfer dalam dunia perdagangan adalah :

a. Membantu kelancaran transaksi dagang antara negara satu dengan negara lainnya.

b. Tukar menukar jasa perdagangan

c. Cepat, aman, efektif dan efisien karena tidak harus bertemu langsung dan tidak harus membawa uang kontan.

Pelaksanaan transfer ini sangat membantu dan memberi manfaat yang besar dalam lalu lintas perdagangan. Dengan adanya transfer tidak menimbulkan pemborosan baik dalam waktu, tenaga dan biaya. Selain itu, transfer akan membawa rasa aman kepada nasabah karena nasabah yang terlibat di dalam lalu lintas pembayaran tidka perlu membawa uang dalam jumlah yang besar.

Sedangkan manfaat transfer adalah : Bagi Nasabah :

1. Membantu pelaksanaan pembayaran, seperti yang kuliah, uang sekolah atau pembayaran penginapan, dll.

2. Nasabah tidak perlu membawa uang ke tempat yang jauh.

3. Nasabah merasa aman, cepat, murah dan efisien atas pengiriman uangnya. 54


(19)

Bagi Bank :

1. Membina dan mempercepat hubungan dengan masyarakat luas 2. Merupakan sumber dana yang tidak berbiaya bagi bank

3. Pengendapan dana

4. Adanya pendapatan dari ongkos kirim

5. Dapat memanfaatkan dana sektor transfer untuk pinjaman jangka pendek.

C. Peran Pegawai Bank Dalam Jasa Pengiriman Uang Melalui Transfer

Sebagai lembaga keuangan, bank memiliki tugas memberikan jasa keuangan pengiriman uang (transfer), penitipan uang (simpanan ), peminjaman uang (kredit) serta jasa-jasa keuangan yang lainnya. Oleh karena itu, bank harus dapat menjaga kepercayaan masyarakat, mustahil bank dapat hidup dan berkembang. Untuk menjaga dan meningkatkan kepercayaan nasabahnya maka bank perlu menjaga citra positif dimata masyarakatnya. Citra ini dapat dibangun melalui kualitas produk, kualitas pelayan, dan kualitas keamanan. Tanpa citra yang positif maka kepercayaan yang sedang dan akan dibangun tidak akan efektif.

Untuk meningkatkan citar perbankan maka bank Bank Sumut Cabang Medan menyiapkan pegawai bank yang mampu menangani keinginan dankebutuhan nasabahnya. Pegawai bank yang diharapkan dapat melayani keinginan dan kebutuhan nasabah ini dapat kita sebut customer service (CS) atau ada juga yang menyebutnya Service Asistensi (SA).37

Customer service memegang peranan sangat penting. Dalam dunia perbankan tugas utama seorang customer service memberikan pelayanan dan

37

Berdasarkan Hasil wawancara dengan Kepala Bahagian Operasional Bank Rakyat Indonesia Cabang Medan, Pada tanggal 12 November 2008.


(20)

membina hubungan dengan masyarakat. Customer service bank dalam melayani para nasabah selalu berusaha menarik dengan cara merayu para calon nasabah menjadi nasabah bank yang bersangkutan dengan berbagai cara. Customer Service juga harus dapat menjaga nasabah lama agar tetap menjadi nasabah bank. Oleh karena itu, tugas Customer Service merupakan tulang punggung kegiatan operasional dalam dunia perbankan.

Seperti customer service, pegawai Bank Rakyat Indonesia Cabang Medan yang melayani jasa pengiriman uang melalui transfer yang dalam hal ini teller, merupakan bagian dari Front Office (layanan di meja depan), setelah dibantu CSO (Customer Service Officer) dalam membuka rekening, nasabah bank cukup dilayani teller, adapun jasa yang dilayani teller adalah sebatas tugas kasir.38

Bila berbicara mengenai pelayanan, maka haruslah dilakukan dengan sesempurna mungkin. Namun sebaik apapun pelayanan itu pastilah ada ketidak

Ketika melakukan transfer uang di Bank, nasabah akan di bantu teller dalam menghitung uang, mengecek keaslian uang, memeriksa ulang slip pengiriman. Meskipun kini nasabah dimudahkan untuk melakukan sejumlah transaksi lewat anjungan tunai Mandiri (ATM) dan telepon genggam (ponsel) peran teller tetap dibutuhkan sebab transaksi yang dilakukan ATM ataupun ponsel sangatlah terbatas.

Sementara itu transaksi berupa transfer uang baik dalam jumlah yang besar maupun kecil tetaplah terus dilakukan secara langsung oleh nasabah dengan bantuan teller, jadi selama masih ada bank yang beroperasi, maka peran teller masihlah sangat dibutuhkan.

38

Berdasarkan Hasil wawancara dengan Kepala Bahagian Operasional Bank Rakyat Indonesia Cabang Medan, Pada tanggal 12 November 2008.


(21)

sempurnaanya. Begitu juga halnya dengan pelaksanaan pengiriman uang melalui transfer yang dilakukan oleh pihak bank, tidak selamanya dapat berjalan dengan baik dan lancar. Suatu ketika bisa saja terjadi hambatan-hambatan dalam pelaksanaan pengiriman uang tersebut, sehingga mengakibatkan kiriman uang menjadi terlambat atau tidak diterimanya kiriman uang menjadi terlambat atau tidak diterimanya kiriman uang ataupun pembayaran kiriman uang yang bersangkutan pada pihak lain yang tidak berhak menerimanya.


(22)

BAB IV

TANGGUNGJAWAB DARI BANK RAKYAT INDONESIA CABANG MEDAN TERHADAP PENGIRIMAN UANG MELALUI TRANSFER DAN

AKIBAT HUKUM YANG DITIMBULKAN

A. Penyebab Terjadinya Kelalaian dalam Memasukkan Nomor Rekening Nasabah pada Bank Rakyat Indonesia Cabang Medan

Transfer yang dapat diartikan sebagai sarana pemindahan dana dari rekening yang satu dengan rekening yang lain, sekalipun dalam satu cabang bank. Namun kemudian, pengertian transfer berkembang menjadi termasuk juga pemindahan dana dari rekening yang satu dengan yang lain yang berbeda cabang bank. Dengan adanya transaksi on line antar cabang, maka batas tersebut menjadi berubah. Yang jelas adalah transfer merupakan perintah tertulis atau lisan melalui berbagai sarana yang disediakan oleh bank untuk mengirimkan dana nasabah kepada pihak yang dikehendaki.39

Penggunakan transfer melalui electronic banking berlaku syarat dan ketentuan yang terdapat pada produk atau fitur produk dari sarana yang digunakan. Untuk menghindari tindak kejahatan di bidang electronic banking, perintah-perintah transfer menggunakan electronic banking biasanya dengan

Transfer dana dalam negeri dapat dilakukan dengan menggunakan berbagai sarana, sesuai kecanggihan teknologi informasi yang dimiliki oleh bank. Transfer dapat dilakukan dengan tertulis, menggunakan formulir yang disediakan bank atau dengan cara elektronik, misalnya internet banking, kartu ATM, faks, SMS banking atau secara lisan, misalnya phone banking.

39

Try widiyono, Aspek Hukum Operasional Transaksi Produk Perbankan di indonesia (simpanan, jasa dan kredit), Ghalia Indonesia, Jakarta, 2006, hal. 228.


(23)

mengatur bahwa transfer hanya dapat dilakukan kepada rekening yang telah didaftarkan oleh nasabah terlebih dahulu. Dengan demikian, penerima transfer menggunakan sarana elektronik sangat terbatas.40

Namun kesalahan dalam transasksi tersebut dapat terjadi yang dilakukan oleh pegawai Bank yang melaksanakan proses transasksi itu, Adapun Faktor-faktor yang menjadi penyebab terjadinya kelalaian dalam memasukan nomor rekening nasabah pada Bank Rakyat Indonesia Cabang Medan adalah sebagai berikut :41

1. Adanya suatu keadaan diluar dugaan

Pelaksanaan pengiriman uang yang dilakukan pihak bank tidaklah selalu berjalan dengan wajar ataupun dengan baik. Ada saja hal yang timbul diluar dari yang direncanakan bisa terjadi, dan ini biasanya diluar kehendak manusia sehingga sudah barang tentu tidak dapat dicegah.

Akibat yang ditimbulkan dari keadaan diluar kehendak manusia itu dapat mengakibatkan tidak sampainya atau terlambatnya transfer sampai ketempat tujuan si penerima. Hal seperti ini bisa disebabkan oleh karena fasilitas yang tersedia di bank tersebut tidak dapat berfungsi karena diakibatkan pemadaman listrik yang berkepanjangan atau karena kerusakan tekhnis dari alat itu sendiri. Dengan kejadian seperti ini menyebabkan penyampaian berita yang ada dalam Surat Bukti Penerimaan Transfer (SBPT) melalui media elektronik ketempat tujuan menjadi tertunda.

40

Ibid.

41

Berdasarkan Hasil wawancara dengan Kepala Bahagian Operasional Bank Rakyat Indonesia Cabang Medan, Pada tanggal 12 November 2008


(24)

Hal lain yang mungkin terjadi dapat diakibatkan oleh karena instansi yang berhubungan dengan bank itu sendiri yaitu telkom sebagai satu-satunya sarana telekomunikasi transfer dalam bidang telepon mengalami kerusakan atau karena bencana alam sehingga mengakibatkan hubungan telepon putus. Jika hal ini terjadi tentunya akan memakan waktu lama untuk memperbaikinya sehingga yang demikian mengakibatkan terjadinya hambatan dalam menjalankan transfer.

2. Kesalahan Pihak Bank

Tidak diterimanya kiriman uang sampai kepada si penerima transfer atau orang yang dituju adakalanya disebabkan oleh kelalaian dari pihak bank sendiri, dimana petugas bank dalam menjalankan kewajibannya ataupun tugasnya kurang berhati-hati sehingga mengakibatkan keterlambatan yang sudah barang tentu merugikan bagi pihak pengirim transfer.

Hal ini dapat saja terjadi karena kesalahan pencatatan nomor rekening yang akan dituju berbeda dengan yang ditulis pemohon di formulir permohonan kiriman uang. Dimana hal ini bisa terjadi karena petugas tidak cermat melihat nomor rekening maupun nama yang tertera dalam formulir yang ada.

Untuk mengamankan terhadap kesalahan dalam sistem transfer uang via bank, tersedia beberapa upaya pengamanan. Harapannya adalah agar terwujudnyasuatu transfer yang bebas dari kesalahan-kesalahan (error free electronic funds transfer) atau sistem transfer yang lebih aman dan efisien.


(25)

B. Akibat Hukum Dari Kelalaian Pegawai Bank Dalam Memasukkan Nomor Rekening Serta Penyelesaianya

Dalam praktek pelaksanaan pengiriman uang melalui transfer, baik pengirim maupun penerima transfer pada umumnya enggan untuk melakukan penuntutan ganti rugi, sehingga pihak bank beranggapan pihak pengirim maupun penerima transfer menerima keadaan tersebut.

Karena pegawai Bank Rakyat Indonesia yang melakukan kelalaian kerja dalam proses pengiriman uang melalui transfer mempunyai hubungan kerja sebagai majikan (Bank Rakyat Indonesia) dan orang yang mengangkat orang lain untuk mewakili urusan-urusan mereka (karyawan yang diangkat dalam mewakili urusan-urusan tersebut), Dan dalam hal ini Bank Rakyat Indonesia merupakan suatu Badan Hukum.

Bila ada penuntutan ganti kerugian oleh si pengirim ataupun penerima transfer maka cara yang paling sering dilakukan oleh pihak bank dengan pengirim transfer adalah dengan jalan musyawarah.42

Berdasarkan penuturan dari Berdasarkan Hasil wawancara dengan Kepala Bahagian Operasional Bank Rakyat Indonesia Cabang Medan, bahwa penyelesaian yang dilakukan oleh Bank Rakyat Indonesia bila ada penuntutan ganti kerugian oleh si pengirim atau penerima transfer terhadap Bank Indonesia cabang Medan adalah dengan jalan musyawarah, begitu pihak pengirim atau penerima transfer menuntut ganti kerugian maka pihak Bank Rakyat Indonesia cabang Medan akan menanggapi hal tersebut dan menggajak para pihak yang

42

Berdasarkan Hasil wawancara dengan Kepala Bahagian Operasional Bank Rakyat Indonesia Cabang Medan, Pada tanggal 12 November 2008.


(26)

dirugikan untuk musyawarah dengan menawarkan memberikan ganti kerugian yang sewajarnya, Dan jalan musyawarah yang dilakukan pihak Bank Rakyat Indonesia selalu saja berhasil dengan tentunya tanpa merugikan pihak nasabah.

Ditempuhnya cara musyawarah untuk menyelesaikan perselisihan oleh karena pihak bank umumnya berkeberatan perselisihan tersebut diselesaikan melalui pengadilan, karena hal tersebut akan memakan waktu yang lama dan biaya yang besar. Hal yang paling utama adalah untuk menjaga nama baik bank itu sendiri dan menjaga hubungan baik antara bank dengan nasabahnya.

Dan berdasarkan penuturan dari Ibu/Bapak T.M Yahya selaku nasabah di Bank Rakyat Indonesia cabang Medan, bahwa beliau pernah mengalami kerugian akibat kelalaian pegawai Bank Rakyat Indonesia cabang Medan dalam memasukkan nomor rekening dan beliau menuntut pertanggung jawaban pada pihak Bank Rakyat Indonesia, Dan pihak Bank Rakyat Indonesia langsung menaggapi hal tersebut dengan jalan musyawarah, akhirnya Bapak T.M Yahya diberikan ganti rugi yang layak. Penyelesaian dengan jalan musyawarah menurut Bapak T.M Yahya adalah suatu bentuk penyelesaian permasalahan yang paling tepat.

Namun walaupun demikian, tidak menutup kemungkinan dilakukannya penyelesaian dengan cara mengajukan gugatan ke pengadilan. Hal ini terjadi apabila salah satu pihak tidak mau menerima atau merasa keberatan atas hasil keputusan yang diambil secara musywarah. Namun bagi Bank Rakyat Indonesia Cabang Medan sendiri lebih mengutamakan dengan jalan musyawarah.43

43

Berdasarkan Hasil wawancara dengan Kepala Bahagian Operasional Bank Rakyat Indonesia Cabang Medan, Pada tanggal 12 November 2008.


(27)

C. Tanggung Jawab Dari Pihak Bank Rakyat Indonesia Cabang Medan Terhadap Kerugian Yang Dialami Pengirim Transfer akibat Kelalaian Pegawai Bank Dalam Jasa Pengiriman Uang Melalui Transfer

Dalam memberikan tanggung jawab terhadap kerugian yang dialami pengirim akibat kelalaian pegawai bank dalam memasukkan nomor rekening, Bank Rakyat Indonesia memberikan pertanggung jawaban sebagai berikut;

1. Bank Rakyat Indonesia Cabang Medan ( untuk selanjutnya disebut sebagai bank) akan melaksanakan instruksi yang diberikan dibagian muka surat permintaan ini.

2. Bank dalam melaksanakan instruksi dimaksud oleh Pemohon/Pengirim diberi wewenang antara lain namun tidak terbatas untuk ;

a. Mengambil tindakan-tindakan yang lazim untuk pelaksanaan pengiriman uang dimaksud.

b. Mewakilkan/mensubsitusikan kewenangan tersebut kepada pihak lain. c. Bekerjasama dengan pihak lain dalam menjalankan instruksi dimaksud. 3. Bank tidak bertanggung jawab atas segala resiko yang timbul sehubungannya

dengan pelaksanaan pengiriman uang dimaksud disebabkan karena situasi atau keadaan yang timbul dari keadaan diluar kemampuan Bank seperti bencana alam, kebakaran, peperangan, pergolakan sosial, perselisihan perburuhan, kerusakan/tidak berfungsi sebagian atau seluruh alat komunikasi, dan diberlakukannya Undang-undang/Peraturan Pemerintah/peraturan-peraturan lain yang mengakibatkan tidak dapat dilaksanakannya kewajiban bank berdasarkan perjanjian ini baik sebagian atau seluruhnya.

4. Bank tidak berkewajiban untuk memperoleh tanda bukti penerimaan dan penerima uang, namun apabila hal tersebut diminta oleh pemhon/pengirim, maka Bank akan berusaha sebaik mungkin untuk memperoleh tanda bukti dimaksud dengan biaya atas beban pemohon/pengirim yang besarnya ditentukan oleh Bank.

5. Pemohon/pengirim bertanggung jawab atas semua ongkos berkaitan dengan pengiriman uang tersebut termasuk alam hal terjadi pembatalan pengiriman


(28)

uang ataupun ongkos yang mungkin timbul berkaitan dengan adanya berita ulang atau penjelasan lebih lanjut atas pengiriman uang dimaksud.

6. Pembatalan Kiriman Uang atas permintaan pemohon/pengirim hanya dapat dilaksanakan apabila Bank telah menerima Surat Permohonan Pembatalan Kiriman Uang secara tertulis dari Pemohon/Pengirim dan Kiriman Uang tersebut belum dilaksanakan atau dibayarkan/dikredit kerekening penerima. 7. Untuk penyetoran dengan warkat, pengiriman uang baru dapat dilaksanakan

setelah dananya efektif.

Syarat-syarat perjanjian tersebut diatas mengandung kelemahan karena syarat-syarat ditentukan secara sepihak dan pihak lainnya menerima keadaan itu karena posisinya yang lemah. Kelemahan perjanjian standart ini juga diakui oleh beberapa ahli.

Pitlo mengemukakan :

“Perjanjian standart ini adalah “drawing contract” karena kebebasan pihak-pihak yang dijamin oleh Pasal 1338 ayat 1 KUHPerdata sudah dilangggar pihak yang lemah (debitur) terpaksa menerima hal ini sebab mereka tidak mampu berbuat lain.”44

Dalam hal Pengiriman uang melalui transfer yang diselenggarakan oleh Bank Sumut Cabang Medan menggunakan media perantara melalui surat,

Dengan keadaan yang demikian jelas pengiriman berada dalam keadaan terpaksa untuk mengadakan perjanjian ataupun mengikuti perjanjian itu sementara si pengirim sendiri harus mengirimkan uangnya, sehingga dengan posisi yang terpaksa/lemah ia mematuhi peraturan tersebut

Hal ini jelas melanggar asas konsensualisme dalam melakukan perjanjian seperti yang diatur dalam Pasal 1320 jo. Pasal 1338 KUHPerdata

44

Mariam Darus Badrulzaman, Perjanjian Kredit Bank, Citra Aditya Bakti, Bandung, 1991. hal. 37.


(29)

telex.facsimile, telepon dan radio/SSB tidak selamanya dapat berjalan sebagaimana mestinya. Karena adasaja hal-hal yang mengakibatkan tidak dapat dilaksanakannya pengiriman uang dengan baik.

Terjadinya kelalaian pegawai bank memasukkan nomor rekening nasabah dalam transfer uang mengakibatkan tidak diterima atau terlambatnya kiriman, sehingga menimbulkan kerugian bagi pihak pengirim. Jika hal ini terjadi maka mewajibkan bank untuk bertanggung jawab terhadap kerugian yang diderita oleh pengirim transfer sesuai dengan kepatutan.

Tetapi suatu hal yang perlu diperhatikan bahwa bank tidak dapat begitu saja bertanggung jawab atas perbuatannya yang menimbulkan kerugian, karena bank hanya bertanggung jawab apabila ada penuntutan dan permohonan dari si pemohon ataupun pengirim untuk mendapatkan ganti rugi.

Perihal penuntutan pertanggung jawaban berdasar pasal 1365 KUHPerdata mencantumkan tentang pertanggung jawaban atas perbuatan yang menimbulkan kerugian, Dalam hal ini pihak yang mengalami kerugian yang diakibatkan oleh kesalahan atau kelalaian pihak lain dapat mengajukan ganti rugi berdasarkan Pasal 1365 KUH Perdata, tetapi pihak yang mengajukan gugatan harus dapat membuktikan bahwa kerugian itu akibat dari perbuatan pihak tergugat, dimana Pasal 1365 KUH Perdata tersebut berbunyi sebagai berikut: “Tiap perbuatan melanggar hukum, yang membawa kerugian kepada seorang lain, mewajibkan orang yang karena salahnya menerbitkan kerugian itu, mengganti kerugian tersebut”.


(30)

Terkait dengan masalah pertanggung jawaban, Dalan hal ini Bank Rakyat Indonesia yang merupakan suatu badan hukum, sehingga dalam bertindak tidak dapat bertindak sendiri, tentu dengan perantaraan orang, karena itu memang satu-satunya kemungkinan sebab hanya orang yang dapat bertindak dan berbuat.

Badan hukum adalah suatu kenyataan yuridis dan selalu dapat dipertanggung gugatkan atas perbuatannya baik langsung maupun tidak langsung, berupa wanprestasi atau perbuatan melawan hukum. Menurut teori orgaan, perbuatan onrechtmatige daad yang dilakukan oleh orgaan badan hukum itu boleh dianggap sebagai perbuatan langsung dari badan hukum itu. Seseorang itu harus in concreto bertindak sebagai alat dari badan hukum itu, artinya harus tidak keluar dari lingkungan pekerjaan badan hukum itu dan harus bertindak menurut anggaran dasar dari badan hukum itu. Pertanggung jawaban bawahan bisa didasarkan Pasal 1367 BW. Pasal tersebut berbunyi sebagai berikut; Seseorang tidak hanya bertanggung jawab atas kerugian yang disebabkan perbuatannya sendiri, melainkan juga atas kerugian yang disebabkan perbuatan orang-orang yang menjadi tanggungannya, atau disebabkan barang-barang yang berada di bawah pengawasannya. Majikan dan orang yang mengangkat orang lain untuk mewakili urusan-urusan mereka, bertanggung jawab atas kerugian yang disebabkan oleh pelayan atau bawahan mereka dalam melakukan pekerjaan yang ditugaskan kepada orang-orang itu. Untuk onrechtmatige daad yang dilakukan oleh wakil badan hukum yang mempunyai hubungan kerja dengan badan hukum. Pengabdian di dalam artian Pasal 1367 ayat 3 B.W. boleh dianggap ada, jika antara majikan dan dia yang melakukan tindakan yang menyebabkan kerugian tidak ada perjanjian kerja dalam artian Pasal 1601 B.W. Orgaan yang sekaligus juga


(31)

bawahan, misalnya orgaan yang terdiri dari satu netuurlijk persoon, maka pertanggung jawaban dapat didasarkan pada Pasal 1365 dan Pasal 1367 B.W. Jika suatu orgaan berbuat diluar lingkungan formil kewenangannya, maka badan hukum itu digugat ex Pasal 1367. Dapat diambil kesimpulan dari pembahasan sub-bab 1 dan 2, yaitu :45

1. Untuk onrechtmatige daad yang dilakukan oleh orgaan badan hukum, maka pertanggung gugatannya didasarkan pada Pasal 1365 B.W.

2. Untuk onrechtmatige daad yang dilakukan oleh seorang wakil badan hukum yang mempunyai hubungan kerja dengan badan hukum, dipertanggung gugatkan berdasarkan Pasal 1367 B.W.

3. Untuk onrechtmatige daad yang dilakukan oleh orgaan yang mempunyai hubungan kerja dengan badan hukum, pertanggung gugatannya dapat dipilih antara Pasal 1365 dan Pasal 1367 B.W.

Dalam permasalahan kelalaian pengiriman uang melalui proses transfer di Bank Rakyat Indonesia tentunya diarahkan pada point 2 (Dua) dan 3 (Tiga) dari kesimpulan diatas karena pegawai Bank Rakyat Indonesia (BRI) yang melakukan kelalaian kerja dalam proses pengiriman uang melalui transfer mempunyai hubungan kerja sebagai majikan ( BRI ) dan orang yang mengangkat orang lain untuk mewakili urusan-urusan mereka (karyawan yang diangkat dalam mewakili urusan-urusan tersebut), Dan dalam hal ini Bank Rakyat Indonesia merupakan suatu Badan Hukum.

45

Akhmad Fanani, Peran ICT dalam Pembangunan Bangsa


(32)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan

Berdasarkan uraian dari Bab IV, maka dapat diambil beberapa kesimpulan sebagai berikut :

1. Faktor-faktor yang menjadi penyebab terjadinya kelalaian dalam memasukan nomor rekening nasabah pada Bank Rakyat Indonesia Cabang Medan, adanya suatu keadaan diluar dugaan dimana pelaksanaan pengiriman uang yang dilakukan pihak bank tidaklah selalu berjalan dengan wajar ataupun dengan baik. Ada saja hal yang timbul diluar dari yang direncanakan bisa terjadi, dan ini biasanya diluar kehendak manusia sehingga sudah barang tentu tidak dapat dicegah. Akibat yang ditimbulkan dari keadaan diluar kehendak manusia itu dapat mengakibatkan tidak sampainya atau terlambatnya transfer sampai ketempat tujuan si penerima. Hal seperti ini bisa disebabkan oleh karena fasilitas yang tersedia di bank tersebut tidak dapat berfungsi karena diakibatkan pemadaman listrik yang berkepanjangan atau karena kerusakan tekhnis dari alat itu sendiri. Kemudan penyebab lainnya berasal dari kesalahan pihak bank, dimana tidak diterimanya kiriman uang sampai kepada si penerima transfer atau orang yang dituju adakalanya disebabkan oleh kelalaian dari pihak bank sendiri, dimana petugas bank dalam menjalankan kewajibannya ataupun tugasnya kurang berhati-hati sehingga mengakibatkan keterlambatan yang sudah barang tentu merugikan bagi pihak pengirim transfer. Hal ini dapat saja terjadi karena kesalahan pencatatan nomor rekening yang akan dituju


(33)

berbeda dengan yang ditulis pemohon di formulir permohonan kiriman uang. Dimana hal ini bisa terjadi karena petugas tidak cermat melihat nomor rekening maupun nama yang tertera dalam formulir yang ada.

2. Tanggung jawab pihak bank terhadap kerugian yang dialami pengirim transfer, maka bank mempunyai prestasi dan kontra prestasi dengan memberikan prestasi Haruslah disertai dengan tanggung jawab. Apabila bank tidak melakukan atau tidak melaksanakan apa yang telah diperjanjikan, yaitu melaksanakan apa yang telah disanggupinya terhadap permintaan pengiriman uang oleh pengirim/pemohon untuk menyampaikan hal yang akan ditransfer pada alamat yang akan dituju atau dikehendakinya, maka bank dapat dikatakan wanprestasi (ingkar janji) sehingga bank diwajibkan untuk membayar ganti rugi. Lahirnya kewajiban memberi ganti kerugian dari bank karena dapat dibuktikan oleh pengirim/pemohon bahwa bank ditempatkan/diletakkan pada keadaan lalai melalui prosedur peringatan atau teguran baik dengan lisan maupun tulisan. Suatu hal yang perlu diingat bahwa tidak semua kelalaian bank yang menimbulkan kerugian terhadap pemohon/pengirim transfer dapat dimintakan pertanggungjawabannya, dengan kata lain ada perbuatan bank yang tidak dapat dimintakan pertanggungjawab. Artinya tanggung jawab yang ada pada bank mempunyai batasan-batasan, dan kalaupun dimintakan pertanggungjawaban haruslah sebatas apa yang telah lalai dilakukan oleh bank. Sehubungan dengan pembatasan-pembatasan tanggung jawab yang ada pada bank, maka pada umumnya disebutkan/tertulis dalam aplikasi pengiriman uang melalui


(34)

transfer yaitu syarat-syarat pengirim uang merupakan suatu perjanjian baku (standart contract).

3. Adapun akibat hukum dan penyelesaiannya apabila terjadi sengketa antar bank dengan nasabah, biasanya ditempuh dengan jalan perdamaian walaupun tidak menutup kemungkinan untuk diajukan kepengadilan.

Saran

a. Mengingat pengiriman uang melalui jasa transfer sangat diperlukan dewasa ini dalam lalu lintas pembayaran giral baik oleh nasabah/masyarakat luas dan guna memberikan kepastian hukum, maka hendaknya dipikirkan suatu arah bagi pembentukan peraturan khusus yang mengatur tentang pengiriman uang/jasa transfer guna melindungi kepentingan para pihak yang terkait dalam pengiriman uang.

b. Dalam hal perekrutan pegawai yang dilakukan oleh bank, hendaknya dilakukan dengan cara penyelesaian secara ketat sehingga dapat diperoleh pegawai yang mempunyai kualitas yang baik.


(35)

A. Sejarah Bank dan Pengertian Bank 1. Sejarah Bank

Bank yang kita jumpai sekarang ini, adalah hasil evolusi yang telah menelan waktu berpuluh abad. Penemuan lempengan-lempengan tanah liat di reruntuhan bangunan-bangunan kuno di negara Babylonia yang berasal dari tahun 2000 Sebelum Masehi menunjukkan bahwa pada waktu itu telah beroperasi lembaga keuangan berupa bank tabungan. Juga ditemukan penggunaan “surat tanda tagihan” berbentuk promes dan cek pada abad ke IX SM. Runtuhnya kerajaan Babylonia menyebabkan terhenti pula sejarah perkembangan lembaga keuangan di negara tersebut.

Pada zaman Renaissance, terutama zaman kota dagang Venice dan

Florence berkembang, juga ditemukan peninggalan benda sejarah mengenai adanya bank. Pada tahun 1587 didirikan sebuah bank umum di Venice. Tahun 1609 juga didrikan bank umum Amsterdam, dan tahun 1618 di Hamburg.8

Lahirnya lembaga bank tidak terlepas dari perkembangan uang. Kata bank berasal dari kata banco (Latin) yang berarti meja atau bangku. Pengertian bank tersebut juga sebagai “pedagang kredit” atau pedagang uang (dealers in debt)

atau dealers of money, bahkan juga disebut manufacturers of money, karena semakin pentingnya fungsi bank. Dalam abad pertengahan merupakan kemajuan perdagangan, dan para pedagang agaknya mengalami kesulitan membawa

8


(36)

kepingan emasnya ke mana-mana. Oleh karena itu mereka menitipkan sebagian emasnya kepada pandai emas yang kemudian berkembang menjadi bank, dengan mendapat tanda bukti penitipan emas, dan membayar biaya penitipan. Surat ini oleh masyarakat mendapat kepercayaan, dan setiap saat dapat ditukarkan dengan emas di tempat pedagang emas tadi. Surat ini dalam perkembanganya merupakan “surat tagihan” atau menjadi wesel dan cheque bahkan kemudian berkembang menjadi uang kertas.

Dalam perkembangan selanjutnya, pedagang emas dapat “menyewakan” emas titipan tersebut kepada pengusaha yang membutuhkan modal dengan sewa yang cukup tinggi. Hal ini mendorong banco untuk meminjamkan sebanyak mungkin emas tersebut kepada pihak lain, mengingat keuntungan yang berlipat ganda akan diperoleh. Sehingga suatu saat ia tidak dapat memenuhi kewajibannya, yang menimbulkan ketidak percayaan masyarakat, dan menuduh mereka sebagai bank yang busuk atau banco rotta yang kemidian ia kenal, dengan istilah bangkrut.

Untuk menjaga kepercayaan masyarakat, penguasa perlu membuat rambu-rambu pengaman yang kemudian kita kenal sebagai reserve requirement atau cash ratio atau likuidasi.9

Menurut pengertian keseharian dalam masyarakat, bank adalah tempat penyimpan dan meminjam uang. Menurut kamus hukum Fockema Andreae, yang dimaksud dengan Bank, adalah suatu lembaga atau orang pribadi yang

2. Pengertian Bank

9

Ibid


(37)

menjalankan perusahaan dalam menerima dan memberikan uang dari dan kepada pihak ketiga. Berhubung dengan adanya cek yang hanya dapat diberikan kepada banker sebagai tertarik, maka bank dalam arti luas adalah orang atau lembaga yang dalam pekerjaannya secara teratur menyediakan uang untuk pihak ketiga.10

Bank memiliki bermacam arti yang berbeda dalam berbagai undang-undang tentang perbankan. Hal ini dapat dilihat mulai dari Undang-undang-undang No 14 Tahun 1967 dalam Pasal 1 menyebutkan Pengertian bank sebagai lembaga keuangan yang usaha pokoknya adalah memberikan kredit dan jasa-jasa dalam lalu lintas pembayaran dan peredaran uang, Undang-undang No.7 tahun 1992 dalam Pasal 2ayat (1) dinyatakan bahwa Bank adalah baan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat, dan Undang-undang No. 10/1998 dalam Pasal 2 ayat (1) dintakan bahwa bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat.11

Apabila kita menelusuri sejarah dari termologi bank itu sendiri, maka kita temukan bahwa kata “bank” yang berarti “bance” yang berarti bangku tempat duduk. Sebab pada masa zaman pertengahan pihak bankir Italia yang memberikan pinjaman-pinjaman melakukan uasahanya tersebut duduk di bangku-bangku dihalaman pasar.12

10

Tira Tirtona, Prinsip Mengenal Nasabah Sebagai Upaya Memberantas Money Laundering Dalam Kegiatan Perbankan ( studi pada Pt. Bank Sumut), Pascasarjana Universitas Sumatera Utara, Medan, 2005. hal. 18.

11

Ibid

12

Munir Fuady, 1999, Hukum Perbankan Modern, buku kesatu, Bandung ; P.T.Citra Aditya, hal. 13.


(38)

Membicarakan Bank, maka yang terbayang dalam benak kita adalah suatu tempat dimana kita dapat menyimpan uang ataupun meminjam uang dengan memakai bunga. Secara sederhana hal ini memang demikian adanya, namun untuk lebih jelasnya dikutip pendapat beberapa para sarjana mengenai pengertian bank.

G. M. Verryn Stuart dalam bukunya “Bank Politik”, memberikan pengertian sebagai berikut :

“Bank adalah suatu badan yang bertujuan untuk memuaskan kebutuhan kredit, baik dengan alat-alat pembayaran sendiri atau dengan uang yang diperoleh dari orang lain, maupun dengan jalan memperedarkan alat-alat penukar berupa uang giral”.13

“Bank adalah suatu badan yang melaksanakan berbagai macam jasa seperti memberikan pinjaman, mengedarkan uang, pengawasan terhadap mata uang, bertindak sebagai tempat penyimpanan benda-benda berharga, membiayai usaha perusahaan-perusahaan dan lain-lain”.

A. Abdurrachman dalam bukunya“Ensiklopedi Ekonomi keuangan dan Perdagangan”, menyatakan :

14

“Bank adalah suatu industri yang bergerak dibidang kepercayaan, yang dalam hal ini adalah sebagai media perantara keuangan (Financial Intermediary) antara debitur dan kreditur dana”.

Ruddy Tri Santoso, berpendapat bahwa :

15

13

Thomas Suyatno, dkk. Kelembagaan Perbankan, Gramedia, Jakarta, 1997, hal. 1.

14

Ibid hal. 2.

15

Ruddy Rti Santoso, Mengenal Dunia Perbankan, Andi Offset, Yogyakarta, 1996, hal. 46. 19


(39)

R. Tjipto Adinugroho, berpendapat bahwa :

“Bank adalah lembaga atau badan yang mempunyai pekerjaan memberikan kredit, menerima kredit berupa simpanan (deposito) disamping mengenai kiriman uang dan sebagainya”.16

a. Simpanan atau tabungan biasa yang dapat diminta/diambil kembali setiap saat. Thomas Suyatno mengatakan, dilihat dari fungsi bank, definisi bank dapat dikelompokkan menjadi tiga :

Pertama, bank dilihat sebagai penerima kredit.

Dalam pengertian pertama ini bank menerima uang serta dana-dana lainnya dalam bentuk :

b. Deposito berjangka, yang merupakan tabungan atau simpanan yang penarikannya kembali hanya dapat dilakukan setelah jangka waktu ditentukan habis.

c. Simpanan dalam rekening koran/giro atas nama si penyimpan giro, yang penarikannya hanya dapat dilakukan dengan menggunakan cek, bilyet giro, atau perintah tertulis kepada bank.

Kedua, bank dilihat sebagai pemberi kredit.

Berarti bahwa bank melakukan operasi perkreditan secara aktif, tanpa mempermasalah apakah kredit itu berasal dari deposito atau tabungan yang diterimanya atau bersumber pada penciptaan kredit yang dilakukan oleh bank itu sendiri. Ketiga bank dilihat sebagai pemberi kredit.

Bagi masyarakat melalui sumber yang berasal dari modal sendiri, simpanan/tabungan masyarakat maupun melalui penciptaan uang bank.17

16

R. Tjipto Adinugroho R., Perbankan Masalah Permodalan Dana Potensial, Pradya Paramita, Jakarta, 1985, hal. 5.


(40)

Undang-Undang Perbankan No.7 tahun 1992 pada Pasal I angka 1 yang di ubah dengan UU No.10 tahun 1998 pada Pasal 1 angka 2 memberikan rumusan bahwa, bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk kredit dan/atau bentuk-bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup orang banyak.

Dari beberapa defenisi yang diuraikan tersebut maka dapat diambil suatu kesimpulan bahwa bank adalah ;

1. Sebagai pencipta uang (uang kartal dan giral)

2. Sebagai penyalur simpanan-simpanan dari masyarakat

3. Sebagai badan yang berfungsi sebagai perantara dalam menerima dan membayar transaksi dagang di dalam negeri maupun diluar negeri.

B. Asas, Fungsi dan Tujuan Bank

Dalam melaksanakan kemitraan antar bank dan nasabahnya, untuk terciptanya sistem perbankan yang sehat, kegiatan perbanlan perlu dilandaskan dengan beberapa asas. Sebelum membahas tentang asas-asas dalam perbankan, maka perlu diuraikan kembali mengenai defenisi asas di dalam hukum kembali.

Di dalam Kamus W.J.S.Poerwadarminta, PN Balai Pustaka 1976, menghidangkan arti asas sebagai berikut ;

1. Dasar, alas, fundamen misalnya batu yang baik untuk alas rumah.

2. Sesuatu kebenaran yang menjadi pokok dasar atau tumpuan berfikir (berpendapat dan sebagainya : misalnya bertentangan dengan asas-asas hukum pidana; pada asasnya saya setujua dengan usul saudara)

17

Thomas Suryatno, Op.Cit. hal. 3.


(41)

3. Cita-cita yang menjadi dasar (perkumpulan, negara dan sebagainya; misalnya membicarakan asas dan tujuan).

Dari ketiga pengertian tersebut dapat kita lihat pengertian yang esensial dari azas itu adalah ; merupakan dasar, pokok tempat menemukan kebenaran dan sebagai tumpuan berfikir, tentang apa yang dimaksud dengan asas hukum banyak pengertian yang dikemukakan oleh para ahli hukum, yang antara lain adalah sebagai berikut ;

Menurut C. W. Paton yang dikutip Mahadi, dalam bukunya “ A textbook of Jurisprudence, 1969, mengatakan bahwa azas adalah suatu alam pikiran yang dirumuskan secara luas dan mendasari adanya sesuatu norma hukum.18

Menurut P.Scholten, asas hukum adalah kecenderungan yang diisyaratkan oleh pandangan kesusilaan kita pada hukum yang merupakan sifat-sifat umum dengan segala keterbatasannya sebagai pembawan umum, tetapi tidak boleh tidak harus ada. 19

Jadi suatu asas adalah suatu alam pikiran atau cita-cita ideal yang melatarbelakangi pembentukan norma hukum, yang konkret dan bersifat umum atau abstrak.20

1. Asas demokrasi ekonomi

Di dalam kegiatan perbankan sendiri di kenal beberapa asas yaitu :

Asas demokrasi ekonomi ditegaskan dalam Pasal 2 Undang-undang Perbankan. Pasal tersebut menyatakan, bahwa perbankan Indonesia dalam melakukan usahanya berasaskan demokrasi ekonomi dengan menggunakan prinsip kehati-hati. Ini berarti, usaha perbankan diarahkan untuk melaksanakan

18

Chainur arrasjid, Dasar-dasar Ilmu Hukum, Sinar Grafika, Jakarta, 2000, hal. 36.

19

Ibid, hal. 37.

20


(42)

prinsip-prinsip yang terkandung dalam demokrasi ekonomi yang berdasarkan Pancasila dan Undang-undang Dasar 1945.

2. Asas Kepercayaan (Fiduciary Principle)

Asas kepercayaan adalah suatu asas yang menyatakan bahwa usaha bank dilandasi oleh hubungan kepercayaan antara bank dan nasabahnya. Bank terutama bekerja dengan dana dari masyrakat yang disimpan padanya atas dasar kepercayaan, sehingga setiap bank perlu terus menjaga kesehatannya dengan tetap memelihara dan mempertahankan kepercayaan masyarakat kepadanya. Kemauan masyarakat untuk menyimpan uangnya di bank, semata-mata dilandasi oleh kepercayaan bahwa uangnya akan dapat diperolehnya kembali pada waktu yang diinginkan atau sesuai dengan yang diperjanjikan dan disertai dengan imbalan. Apabila kepercayaan nasabah penyimpanan dana terhadap suatu bank telah berkurang, tidak tertutup kemingkinan akan terjadi rush terhadap dana yang disimpannya. Pelbagai persoalan dapat menyebabkan ketidak percayaan terhadap suatu bank.

Sutan Remy Sjahde ini menyatakan bahwa hubungan antar bank dan nasabah penyimpan dana adalah hubungan pinjam-meminjam uang antara debitur (bank) dengan kreditur (nasabah penyimpan dana) yang dilandasi oleh asas kepercayaan. Dengan kata lain, bahwa menurut Undang-Undang Perbankan hubungan antara bank dan nasabah penyimpan dana bukan sekedar hubungan kontraktural biasa antara debitur dan kreditur yang diliouti oleh asas-asas umum dari hukum perjanjian, tapi juga hubungan kepercayaan. Secara eksplesit undang-undang mengakui bahwa hubungan antara bank dan nasabah penyimpan dana


(43)

adalah hubungan kepercayaan, yang membawa konsekuwensi bank tidak boleh hanya memperhatikan kepentingan nasabah penyimpan dana.

Lebih lanjut dikatakan oleh beliau bahwa hubungan antara bank dan nasabah debitur juga bersifat sebagai hubungan kepercayaan yang membebankan kewajiban-kewajiban kepercayaan (fiduciary obligation) kepada bank terhadap nasabahnya. Oleh karena itu, masyarakat bisnis dan perbankan Indonesia berpendapat bahwa hubungan antara bank dan nasabah debitur bukan sekedar hubungan kontraktual belaka, melainkan juga hubungan kepercayaan.21

3. Asas Kerahasiaan (Confidential prinsiple)

Asas kerahasian adalah asas yang mengharuskan atau mewajibkan bank merahasiakan segala sesuatu yang berhubungan dengan keuangan dan lain-lain dari nasabah bank yang berhubungan dengan keuangan dan lain-lain dari nasabah bank yang menurut kelaziman dunia perbankan wajib dirahasiakan. Kerahasiaan ini adalah untuk kepentingan bank sendiri karena bank memerlukan kepercayaan masyarakat yang menyimpan uangnya di bank. Masyarakat hanya akan mempercayakan uangnya pada bank atau memanfaatkan jasa bank apabila bank menjamin bahwa tidak akan ada penyalahgunaan pengetahuan bank tentang simpannya. Dengan demikian, bank harus memang teguh rahasia bank.

4. Asas kehati-hatian (Prudential Principle)

Asas kehati-hatian adalah suatu asas yang menyatakan bahwa bank dalam menjalankan fungsi dan kegiatan usahanya wajib menerapkan prinsip

kehati-21

Rahmadi Usman, Aspek-aspek Perbankan di Indonesia, PT. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta, 2001. hal. 16.


(44)

hatian dalam rangka melindungi dana masyarakat yang dipercayakan kepadanya. Hal ini disebutkan dalam Pasal 2 Undang-undang Perbankan yang Diubah, bahwa perbankan Indonesia dalam melakukan usahanya berasaskan demokrasi ekonomi dengan menggunakan prinsip kehati-hatian. Kemudian disebutkan pula dalam Pasal 29 Undang-Undang Perbankan yang diubah bahwa bank wajib melakuka n kegiatan usaha sesuai dengan prinsip kehati-hatian (ayat (2)) dan bank dalam memberikan kredit atau pembiayaan berdasarkan prinsip syariah dan melakukan kegiatan usaha lainnya wajib menempuh cara-cara yang tidak merugikan bank dan kepentingan nasabah yang mempercayakan dananya kepada bank (ayat (3)).

Tujuan diberlakukannya prinsip kehati-hatian tidak lain adalah agar bank selalu dalam keadaan sehat, dengan kata lain agar selalu dalam keadaan agar bank selalu dalam keadaan sehat, dengan kata lain agar selalu dalam keadaan likuid atau solvent. Dengan diberlakukannya prinsip kehati-hatian diharapkan kadar kepercayaan masyarakat terhadap perbankan tetap tinggi, sehingga masyarakat bersedia dan tidak ragu-ragu menyimpan dananya di bank.

Prinsip kehati-hati ini harus dijalankan oleh bank bukan hanya karena dihubungkan dengan kewajiban bank agar tidak merugikan kepentingan nasabah yang mempercayakan dananya kepada masyarakat, yaitu sebagai bagian dari sistem moneter yang meyangkut kepentingan semua anggota masyarakat yang bukan hanya nasabah penyimpan dana dari bank itu saja. Dengan demikian, prinsip kehati-hatian ini bertujuan agar bank menjalankan usahanya secara baik dan benar dengan mematuhi ketentuan-ketentuan dan norma-norma hukum yang berlaku dalam dunia perbankan, agar bank yang bersangkutan selalu dalam keadaan sehat sehingga masyarakat semakin mempercayainya, yang pada


(45)

gilirannya akan mewujudkan sistem perbankan yang sehat dan efisien, dalam arti sempit dapat memelihara kepentingan masyarakat dengan baik, berkembang secara wajar dan bermanfaat bagi perkembangan ekonomi nasional. Oleh karena itu, penjelasan umum Undang-undang Perbankan mengamatkan agar prinsip kehati-hatian tersebut dipegang teguh, dan ketentuan mengenai kegiatan usaha bank perlu disempurnakan terutama yang berkaitan dengan penyaluran dana. Untuk itulah dalam beberapa ketentuan perbankan dijabarkan rambu-rambu penerapan pelaksanaan prinsip kehati-hatian dalam dunia perbankan, yang merupakan suatu kewajiban atau keharusan bagi bank untuk memperhatikan, mengindahkan, dan melaksanakannya.

Fungsi dan tujuan bank adalah sebagai Agen Of Development (teruma bagi bank-bank milik negara) dan sebagai financial Intermediary.

Bank memiliki fungsi yang diarahakan sebagai agen pembangunan (Agen of Development), yaitu sebagai lembaga yang bertujuan untuk mendukung pelaksanaan pembangunan nasional dalam rangka meningkatkan pemerataan pembangunan dan hasil-hasilnya, pertumbuhan ekonomi dan stabilitas nasional, kearah peningkatan taraf hidup rakyat banyak.

Fungsi Agen of Development ini dilakukan oleh bank-bank pemerintah terutama ditujukan untuk pemeliharaan kestabilan moneter di Indonesia wujud dari fungsi bank tersebut terlihat dalam program kredit pemerataan, yaitu Kredit Inventasi Kecil (KIK) dan Kredit Modal Kerja Permanen (KMKP).

Dengan demikian bank bisa ditugaskan untuk melaksanakan program pemerintah guna mengembangkan sektor-sektor perekonomian tertentu, atau memberikan perhatian yang lebih besar pada koperasi dan pengusaha golongan


(46)

ekonomi lemah pengusaha kecil dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak.

Fungsi bank sebagai Financial Intermediary adalah sebagai perantara menghimpun dan penyaluran dana. Dalam hal ini bank bertindak sebagai perantara atau penghubung antara nasabah yang satu dengan yang lainnya jika keduanya melakukan transaksi.

Wujud utama fungsi bank sebagai Financial Intermediary pada bank-bank swasta tercermin melalui produk jasa yang dihasilkannya antara lain :

1. Menerima titipan pengiriman uang, baik didalam maupun diluar negeri 2. Melaksanakan jasa pengamana barang berharga melalui Safe Deposit Box

3. Menghimpun dana melalui giro, tabungan dan deposito 4. Menyalurkan dana melalui pemberian kredit

5. Penjamin emisi bagi perusahaan-perusahaan yang akan menjual sahamnya

6. Mengadakan transaksi pembayaran dngan luar negeri dalam bidang Trade Financing Letter of Credit

7. Menjebatani kesnjangan waktu, terutama dalam transaksi valuta asing dan lalu lintas devisa22

C. Jenis-jenis Bank

Dalam UU Perbankan No.7 Tahun 1992 yang diubah dengan UU No.10 Tahun 1998 dikenal dua macam jenis bank, yaitu :

1. Bank Umum yaitu bank yang melaksanakan kegiata usaha secara konvensional dan atau berdasarkan Prinsip Syariah yang dalam kegiatannya

22

Ibid


(47)

memberikan jasa lalu lintas pembayaran. Prinsip syariah disini maksudnya adalah aturan perjanjian berdasarkan hukum Islam antara bank pihak lain untuk penyimpanan dana dan atau pembiayaan kegiatan usaha, atau kegiatan lainnya yang dinyatakan sesuai dengan syariah, antara lain pembiayaan berdasarkan prinsip bagi hasil (mudharabah), pembayaran berdasarkan prinsip penyertaan modal (mushakarah), prinsip jual beli barang dengan memperoleh keuntungan (murabahah), atau pembiayaan barang modal berdasarkan prinsip sewa murni tanpa pilihan (ijarah), atau dengan adanya pilihan pemindahan kepemilikan atas barang yang disewa dari pihak bank oleh pihak lain (ijarah wa iqtina).

2. Bank Perkreditan rakyatb yaitu bank yang melaksanakan kegiatan usaha secara konvensional atau berdasarkan prinsip Syariah yang dalam kiegiatannya tidak memberikan jasa dalam lalu lintasb pembayaran.

Sebelum berlakunya UU No.7 tahun1992 dan UU No.10 tahun 1998, pembagian jenis bank dapat dilihat dari fungsinya, segi pemilikannya dan dari segi penciptaan uang giral, pembagian yang dimaksud adalah sebagai berikut : 1. Dilihat dari segi fungsinya :

a. Bank Sentral (Central Bank) ialah bank yang dapat bertindak sebagai bankers bank pimpinan penguasa moneter mendorong, dan mengarahkan semua jenis bank yang ada. Pimpinan penguasa moneter adalah pemegang bidang keuangan yang mempunyai wewenang untuk menetapkan kebijakan moneter.


(48)

b. Bank Umum (Comercial Bank) ialah bank yang dalam pengumpulan dananya menerima sumbangan dalam bentuk giro dan deposito dan dalam uasahanya terutama memberikan kredit jangka panjang.

c. Bank Tabungan (Saving Bank) ialah bank yang dalam pengumpulan dananya menerima simpanan dalam bentuk tabungan dan dana usahanya terutama mempergunakan dananya dalam kertas berharga.

d. Bank Pembangunan (Development Bank) ialah bank yang dalam pengumpulan dananya terutama menerima simpanan dalam bentuk deposito dan atau mengeluarkan kertas berhaga jangka menengah dan panjang, serta dalam usahanya terutama memberikan kredit jangka menengah dan panjang dibidang pembangunan.

e. Bank Desa (Rural Bank) ialah bank yang menerima simpanan dalam bentuk uang dan natural (padi, jagung dan sebagainya) dan dalam usahanya memberikan kredit jangka pendek dalam bentuk uang maupun uang dalam bentuk natural kepada sektor pertanian dan pedesaan.23

23

Ruddy Tri Sanroso, Op.Cit, hal. 48. 2. Dilihat dari Segi Pemilikannya :

a. Bank Umum Milik Negara, yaitu bank yang hanya dapat didirikan berdasarkan UU.

b. Bank Pembangunan Daerah, yaitu bank yang pendiriannya berdasarkan peraturan Daerah Tk I dan sebagian besar sahamnya dimiliki oleh Pemerintah Daerah Tingkat II di wilayah bersangkutan dan modalnya merupakan harta kekayaan milik pemerintah daerah yang dipisahkan. c. Bank-bank milik swasta, yang dapat dibagi dalam tiga macam, yaitu :


(49)

1. Bank-bank milik swasta nasional, yaitu bank-bank yang seluruh sahamnya dimiliki oleh Warga Negara Indonesia dan atau badan-badan hukum yang peserta dan pimpinannya terdiri atas Warga Negara Indonesia.

2. Bank-bank milik swasta asing, yaitu bank-bank yang seluruh saham-sahamnya dimiliki oleh Warga Negara Asing dan atau badan-badan hukum yang pesertan dan pimpinannya terdiri atas Warga Negara Asing.

3. Kerjasama antara bank swasta nasional dan bank swasta asing, yaitu bank yang sebagian sahamnya dimiliki oleh Warga Negara Indonesia dan sebagian lagi dimiliki oleh Warga Negara Asing dan atau badan hukum asing.

d. Bank Koperasi, adalah bank yang modalnya berasal dari perkumpulan-perkumpulan koperasi. Bank koperasi dapat berbentuk bank umum koperasi, bank tabungan koperasi. Bank koperasi didirikan berdasarkan Surat Keputusan Menteri Keuangan No.Kep.800/MK/IV/II/1969 tanggal 22 November 1969 dan SKB Gubernur Bank Indonesia dan Mentranskop No. 19a/GBI/72 per 350/KPTS/MENTRANSKOP/192 tanggal 16 Agustus 1972. Dewasa ini terdapat satu Bank Umum Koperasi yaitu Bank Umum Koperasi Indonesia (BUKOPIN), yang diresmikan tahun 1987.24

24

Frianto Pandia, Elli Santi Ompusunggu, Achmad Abror, Lembaga Keuangan, Rineka Cipta, Jakarta, 2005, hal. 12.

3. Dilihat dari segi penciptaan uang giral

Dilihat dari segi penciptaan uang giral dikenal dua jenis bank yaitu bank primer dan bank skunder :


(50)

1. Bank primer adalah bank yang dapat menciptakan uang melalui simpanan masyarakat yang ada padanya yaitu simpanan likuid dalam bentuk giro. Yang tergolong dalam bentuk bank primer adalah :

a. Bank Sirkulasi (bank sentral) yang dapat menciptakan kredit dalam bentuk uang kertas bank dan unang giral.

b. Bank umum yang dapat menciptakan uang giral.

Pencinta uang giral dilakukan dengan cara pinjaman yang tidak dibebankan dari saldo nasabah. Artinya walaupun bank menberikan bank kredit umum saldo nasabah tetap utuh, dan sebaliknya ia tetap memiliki hak terdapat setiap penarikan uang selama saldo yang mencukupi.

2. Bank sekunder adalah bank yang bertugas sebagai perantara dalam menyalurkan kredit. Yang tergolong dalam bank sekunder adalah bank- bank tabungan dan bank-bank lainya (bank pembangunan dan bank hipotik) yang tidak boleh menciptakan uang giral.25

D. Bentuk-bentuk Jasa Perbankan

Ketentuan perbankan Indonesia menentukan bahwa usaha bank, harus sesuai dengan jenis Bank itu sendiri. Dimana jenis bank akan menentukan kegiatan usaha yang dapat dilakukannya.

Menurut UU Perbankan No.7 tahun 1992 yang sekarang diubah oleh UU No.10 tahun 1998 dikenal dua jenis Bank Umum dan Bank Bank Perkreditan Rakyat. Sesuai dengan jenis bank tersebut maka kegiatan usaha yang dapat dilakukan oleh Bank Perkreditan Rakyat.

25

Ibid..


(51)

Sebelum di menerangkan apa saja usaha yang dapat dilakukan oleh Bank Umum dan Bank Perkreditan Rakyat terlebih dahulu akan diuraikan mengenai perijinan pemilikan bank.

Perijinan pendirian bank diatur dalam pasal dengan Pasal 20 Undang- undang Perbankan yang sekarang diubah oleh UU No.10 tahun 1998. Disebutkan pada prinsipnya, di Indonesia setiap pihak yang melakukan pihak yang melakukan kegiatan menghimpun dana dari masyrakat yang dimaksud diatur dengan undang-bundang tersendiri. Kewajiban untuk memperoleh izin usaha sebagai bank umum atau bank perkreditan bank rakyat adalah kegiatan menghimpun dana masyrakat, oleh siapa pun, pada dasarnya merupakan kegiatan yang perlu di awasi karena kegiatam ini terkait dengan kepentingan masyarakat dan menyinpan dananya pada pada pihak bank. Maniun, dimasyrakat terdapat pula jenis lembaga lain yang juga melakukan kegitan penghimpunan dana dari masyrakat dalam bentuk simpanan atau semacam simpanan, misalnya yang dilakukanj kantor pos, oleh dana pensiun, atau oleh dan asuransi. Kegiatan- kegitan lembaga tersebut tidak di cakup sebagai kegiatan usaha perbankan. Kegiatan penghimpunan dana dari masyarakat diatur dengan undang undang tersebut.

Dalam memberikan izin usaha sebagai bank umum dari bank perkreditan rakyat, Bank Indonesia memperhatikan :26

26

. Ibid, Hal.13.

1. Pemenuhan persyaratan tentang :

a) susunan organisasi dan kepengurusan b) permodalan


(52)

d) keahlian di bidang perbankan e) kelayakan kerja;

2. Tingkat persaingan yang sehat antar bank

Tingkat kejenuhan jimlah bank dalam suatu wilayah tertentu, dan pemerataan pembangunan ekonomi nasional.

Khusus bagi Bank Perkreditan Rakyat, untuk mendapatkan izin usaha, disamping syarat-syarat sebagaimana dimaksud diatas, wajib pula memenuhi persyaratan tentang tempat kedudukan kantor pusat Bank Perkreditan Rakyat di kecamatan, yakni kecamatan diluar ibu kota kabupaten/kotamadya, ibu kota propinsi, atau ibu kota negara. Persyaratan ini dimaksud agar Bank Perkreditan Rakyat tetap dapat berfungsi sebagai penujang pembangunan dan medrenisasi di daerah pedesaan. Walaupun demikian, untuk menunjang peningkatanb pembangunan yang lebih merata, khusus di ibu kota kabupaten/kotamadya, pemerintah daerah setempat dapat mendirikan Bank Perkreditan Rakyat, baik secara sendiri-sendiri maupun dengan bersama-sama dengan koperasi, bank milik negara dan atau bank milik pemerintah daerah, asalkan di ibu kota kabupaten/kotamadya belum terdapat Bank Perkreditan Rakyat.

Kantor cabang adalah kantor bank yang secara langsung bertanggung jawab kepada kantor pusat bank yang bersangkutan, dengan alamat tempat usaha yang jelas yang menunjukkan lokasi kantor cabang tersebut melakukan usahanya.

Pembukaan kantor cabang Bank Umum, dan kantor cabang, kantor perwakilan, dan jenis kantor-kantor lainnya diluar negeri hanya dapat dilakukan dengan izin Pimpinan Bank Indonesia. Sedangkan pembukaan kantor dibawah cabang Bank Umum hanya dilaporkan terlebih dahulu kepada Bank Indonesia.


(53)

Kantor dibawah kantor cabang itu antara lain mencakup kantor cabang pembantu dan kantor kas. Untuk penyediaan layanan jasa perbankan, dimungkinkan pula jenis kantor lain dibawah kantor cabang, misalnya tempat pembayaran (payment point), kantor mobil, dan Anjungan Tunai Mandiri (ATM).

Demikian pula, pembukaan kantor cabang Bank Perkreditan Rakyat hanya dapat dilakukan dengan izin Pimpinan Bank Indonesia, dalam memberi izin pembukaan kantor cabang Bank Perkreditan Indonesia, juga wajib memperhatikan tingkat persaingan yang sehat antar-bank, tingkat kejenuhan jumlah bank dalam suatu wilayah tertentu, serta pemerataan pembangunan ekonomi nasional. Sedangkan pembukaan kantor dibawah kantor cabang Bank Perkreditan Rakyat tidak memerlukan izin dari pimpinan Bank Indonesia. Rencana pembukaan kantor dimaksud wajib terlebih dahulu dilaporkan kepada Bank Indonesia.

Pembukaan kantor-kantor cabang pembantu dan kantor-kantor perwakilan dari suatu bank berkedudukan diluar negeri, hanya dapat dilakukan dengan izin Pimpinan Bank Indonesia. Bank yang berkedudukan diluar negeri adalah bank yang didirikan berdasarkan hukum asing dan berkantor pusat diluar negeri. Dengan demikian, bank yang bersangkutan tunduk pada hukum ditempat bank tersebut didirikan. Bank Indonesia dalam memberikan izin pembukaan jenis kantor-kantor dimaksud, selain memperhatikan tingkat persaingan yang sehat antar-bank, tinngkat kejenihan jumlah kantor bank dalam suatu wilayah tertentu, serta pemerataan pembangunan ekonomi nasional. Sedangkan pembukaan kantor dibawah kantor cabang pembantu ini bang yang berkedudukan diluar negeri tersebut wajib dilaporkan kepada Bank Indonesia.


(54)

Persyaratan dan tata cara pembukaan kantor-kantor bank yang berkedudukan diluar negeri diatur lebih lanjut didalam Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 1999 tentang Ketentuan dan Tata Cara Pembukaan Kantor Cabang, Kantor cabang Pembantu dan Kantor Perwakilan dari Bank yang berkedudukan di Luar Negeri, yang kemudian dijabarkan lagi dalam Surat Keputusan Direksi Bank Indonesia Nomor 32/37/KEP/DIR tanggal 12 Mei 1999 tentang Persyaratan dan Tata Cara Pembukaan Kantor Cabang, Kantor Cabang Pembantu, dan Kantor perwakilan dari Bank yang berkedudukan di Luar Negeri.

Sebelum menerangkan apa saja usaha yang dapat dilakukan bank, maka selanjutnya terlebih dahulu dipaparkan mengenai usaha pokok bank. Sebagaimana kita ketahui bahwa bank sebagai lembaga keuangan yang usaha pokoknya memberikan kredit dan jasa-jasa dalam lalu lintas pembayaran dan peredaran uang. Usaha bank dalam memberikan kredit merupakan salah satu kegiatan dalam penanaman yang diberikan dalam bentuk pinjaman atau kredit, surat-surat berharga dan penanaman dalan harta tetap dan inventaris.

Usaha pokok bank dalam lalu lintas pembayaran terdiri dari lalu lintas pembayaran dalam negeri dan luar negeri, antara lain :27

1. Pengiriman uang (transfer) 2. Inkaso (collection)

3. Pembukaan letter of credit (LC) Ad.1. Pegiriman Uang

Pengiriman uang adalah salah satu pelayanan bank kepada masyarakat dengan bersedia melaksanakan amanat nasabah untuk mengirimkan sejumlah

27

. Ibid. Hal.14


(55)

uang, baik dalam rupiah maupun dalam valuta asing yang ditujukan kepada pihak lain (perusahaan, lembaga, atau perorangan ), ditempat lain (dalam negeri maupun luar negeri ).

Macam-macam pengiriman uang adalah sebagai berikut :

a. Pengiriman uang dengan surat biasa yang disebut dengan mail transfer (MT); b. Pengiriman uang dengan kawat yang disebut dengan telegrafic transfer (TT); c. Pengiriman uang dengan telex atau telepon;

d. Pengiriman uang dengan SSB;

e. Pengiriman uang dalam bentuk wesel yang dibawa sendiri oleh pembeli. Ad.2. Inkaso

Inkaso adalah pemberian kuasa pada bank oleh perusahaan/perorangan untuk menyajikan, atau memintakan persetujuan pembayaran (akseptasi) atau penyerahan begitu saja kepada pihak yang bersangkutan (tertarik) detempat lain (dalam/luar negeri) atas surat-surat berharga dalam rupiah atau valuta asing seperti wesel (draft), cek, kwitansi, surat aksep (promissory notes) dan lain-lain.

Inkaso terdiri dari dua macam bentuk yaitu: 1. Inkaso dalam negeri yang terdiri dari;

a. Inkaso berdokumen,yaitu jika surat-surat berharga yang diinkasokan itu desertai (dilampiri) dengan dukumen-dokumen lain yang mewakili barang dagangannya, seperti konosemen (bill of leading), faktur, poli asuransi dan lain-lain.

b. Inkaso tak berdokumen, yaitu jika surat-surat berharga yang diinkasokan itu tidak disertai dokumen-dokumen yang mewakili barang.


(1)

ABSTRAKSI

Penulisan skripsi ini dilatar belakangi oleh ketertarikan penulis terhadap masalah Tanggung jawab bank akibat kelalaian pegawai bank memasukkan nomor rekening nasabah dalam transfer uang pada PT. Bank Rakyat Indonesia Cabang Medan. Dalam penulisan skripsi ini yang menjadi permasalahan adalah Bagaimana prosedur perihal pengiriman uang melalui jasa transfer, dalam hal ini pada Bank Rakyat Indonesia Cabang Medan, Hal-hal apa saja yang menyebabkan lalainya pegawai bank dalam memasukkan nomor rekening nasabah sehingga menimbulkan kerugian oleh pengirim/penerima transfer, dan bagaimanakah tanggung jawab Bank terhadap kerugian yang dialami pengirim/penerima transfer akibat kesalahan petugas Bank memasukkan nomor rekening nasabah bank sehingga mengakibatkan tidak sampai ketujuan atau terlambat, serta bagaimana akibat hukum yang timbul dan cara penyelesaiannya apabila terjadi kesalahan petugas bank memasukan nomor rekening nasabah sehingga kiriman uang tidak sampai ketujuan yang di maksud atau bahkan gagal. Berdasarkan judul skripsi ini maka penelitian berlokasi di Bank Rakyat Indonesia Cabang Medan. Penelitian dilakukan dengan pengambilan data, wawancara dengan Kepala Bahagian Operasional Bank Rakyat Indonesia Cabang Medan dimana hal ini bertujuan untuk mengetahui berbagai hal yang berhubungan dengan tanggung jawab suatu bank akibat kelalaian pegawai bank tersebut dalam memasukkan nomor rekening khususnya di Bank Rakyat Indonesia. Berdasarkan penelitian didapatkan kesimpulan dalam melakukan kegiatan pentranferan uang, tidak selamanya dapat berjalan dengan baik suatu ketika bisa saja terjadi hambatan-hambatan dalam pelaksanaan transfer uang tersebut. Salah satu dari hambatan tersebut adalah kelalaian oleh pegawai bank dalam memasukkan nomor rekening nasabah tersebut, sehingga mengakibatkan tidak diterimanya atau terlambatnya pengiriman yang dapat menyebabkan kerugian bagi pihak pengirim. Adapun faktor yang menjadi penyebab adanya kelalaian tersebut adalah adanya suatu hal diluar dugaan yang berhubungan dengan media elektronik dan juga bisa saja terjadi karena kesalahan pihak bank sendiri, dalam hal ini pegawai bank itu sendiri. Adapun tanggung jawab yang diberikan pihak bank bila terjadi kelalaian tersebut pada umumnya disebutkan atau di tuliskan dalam lembar aplikasi pengiriman uang tersebut, dan bentuk tanggung jawab tersebut biasanya adalah dilakukan dengan cara mengganti kerugian yang diderita pada pihak dengan kesepakatan bersama atau dengan jalan bermusyawarah dengan pihak yang dirugikan, namun hal tersebut tidak menutup kemungkinan dilakukannya penyelesaian dengan cara mengajukan gugatan ke pengadilan.


(2)

KATA PENGANTAR

Dengan segala puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala kemurahan dan rahmatNya yang diberikan kepada penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan studi di Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara Medan.

Skripsi ini disusun guna melengkapi dan memenuhi tugas dan syarat untuk meraih gelar Sarjana Hukum Universitas Sumatera Utara yang merupakan kewajiban bagi setiap mahasiswa/i yang ingin menyelesaikan perkuliahannya. Adapun judul skripsi yang penulis kemukakan “Akibat hukum serta penyelesaian masalah kelalaian pengiriman uang akibat kelalaian pegawai bank melalui jasa transfer pada bank rakyat indonesia cabang Medan”. Penulis telah mencurahkan segenap hati, pikiran dan kerja keras dalam penyusunan skripsi ini. Namun penulis menyadari bahwa didalam penulisan skripsi ini masih banyak kekurangannya, baik isi maupun kalimatnya. Oleh sebab itu skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan.

Dalam menyelesaikan penulisan skripsi ini, tidak sedikit hambatan dan kesulitan yang penulis hadapi, hal ini disebabkan keterbatasan kemampuan dan pengetahuan penulis sehingga penulis menyadari sepenuhnya bahwa masih banyak kekurangan dan kelemahannya, baik dari segi isi maupun pembahasannya. Walaupun demikian, penulis telah berusaha menyajikan penulisan ini dengan semaksimal mungkin, hal ini tentunya tidak lepas dari petunjuk, pengarahan dan bimbingan yang diberikan oleh Bapak Prof. Dr. H. Tan Kamello, S.H. MS., selaku Ketua Departeman Hukum Keperdataan sekaligus sebagai Pembimbing I


(3)

yang telah membimbing penulis dengan banyak meluangkan waktu, pikiran, ilmunya serta kesabaran dan pengertiannya kepada penulis, penulis juga mengucapkan terimakasih kepada Ibu Puspa Melati, S.H., M.Hum, selaku Pembimbing II, atas waktu dan bimbingannya dengan tulis kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini sebagaimana mestinya.

Pada kesempatan ini, penulis juga mengucapkan terimakasih dan penghargaan tak terhingga pada yang terhormat :

1. Bapak Prof. Dr. Runtung Sitepu, S.H.M.Hum., selaku Dekan Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara;

2. Segenap Dosen dan Staff Pengajar di Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara yang telah mendidik dan membimbing penulis selama menempuh pendidikan di Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara;

3. Seluruh Staf bagian Administrasi Akademik dan seluruh pegawi yang telah memberikan kemudahan dalam proses penulisan skripsi ini.

4. Kepala Bahagian Operasional Bank Rakyat Indonesia Cabang Medan, beserta seluruh Staff yang telah terlibat langsung dalam memberikan data dan informasi yang diperlukan oleh penulis;

5. Teristimewa untuk orangtuaku tersayang, terimakasih atas perhatian, dukungan dan doa yang diberikan pada penulis sehingga dapat menyelesaikan skripsi ini;

6. Buat sahabat-sahabatku; dan semua teman-teman yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu terimakasih atas doa dan support yang kalian berikan. Semoga kita semua sukses!!!


(4)

Penulis menyadari bahwa skripsi ini tidak luput dari kekurangan dan masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu penulis mengharapkan saran dan kritik yang membangun dan menyempurnakan skripsi ini. Dan semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi kita semua.

Medan, Juni 2009


(5)

DAFTAR ISI

ABSTRAKSI ... i

KATA PENGANTAR ... ii

DAFTAR ISI ... v

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang ... 1

B. Rumusan Masalah ... 4

C. Tujuan dan Manfaat Penulisan ... 5

D. Keaslian Penulisan ... 6

E. Metode Penulisan ... 7

F. Tinjauan Kepustakaan ... 8

G. Sistematika Penulisan ... 13

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG BANK... 11

A. Sejarah Bank dan Pengertian Bank ... 16

B. Asas, Fungsi dan Tujuan Bank ... 21

C. Jenis-jenis Bank ... 27

D. Bentuk-Bentuk Jasa Perbankan ... 31

BAB III JASA PENGIRIMAN UANG MELALUI TRANSFER PADA UMUMNYA ... 39

A. Prosedur Jasa Pengiriman Uang Melalui Transfer pada Bank Rakyat Indonesia ... 35 B. Dasar Hukum dan sayarat – sayarat Jasa Pengiriman


(6)

C. Syarat-syarat Jasa Pengiriman Uang dengan Transfer dan

Fungsi serta Manfaat Jasa Transfer Uang ... 49

BAB IV TANGGUNGJAWAB DARI BANK RAKYAT INDONESIA CABANG MEDAN TERHADAP PENGIRIMAN UANG MELALUI TRANSFER DAN AKIBATB HUKUM YANG DITIMBULKAN ... 58

A. Penyebab Terjadinya Kelalaian dalam Memasukkan Nomor Rekening Nasabah pada Bank Rakyat Indonesia Cabang ... 58

B. Akibat Hukum Dari Kelalaian Pegawai Bank Dalam Memasukkan Nomor Rekening Serta Penyelesainnya ... 61

C. Tanggungjawab dari Pihak Bank Rakyat Indonesia Cabang Medan Terhadap Kerugian yang Dialami Pengirim transfer Askibat Kelalaian Pegawai Bank Dalam Jasa Pengiriman Uang Melalui Transfer ... 63

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 68

A. Kesimpulan ... 68

B. Saran ... 70 DAFTAR PUSTAKA