Gambar 2.6. Oblique Slip Fault
Karena pada blok-blok patahan fault terdapat stress maka akan terjadi perubahan bentuk patahan seperti pada gambar-gambar diatas. Akibat stress yang
terakumulasi secara terus menerus maka blok patahan yang paling lemah akan mengalami slip. Pergeseran fault secara tiba-tiba tersebut akan menimbulkan
gelombang gempa bumi yang menjalar ke segala arah.
2.2 Gelombang Gempa Bumi.
Gelombang gempa bumi adalah segala gelombang yang dapat tercatat oleh seismograph
kecuali gerakan-gerakan yang disebabkan karena adanya gangguan alat noise. Berdasarkan jenis penjalarannya gelombang gempa bumi di bagi
menjadi 2 dua tipe utama, yaitu : 1.
Body Waves gelombang badan, gelombang yang menjalar melalui bagian
dalam bumi, terdiri dari dua macam gelombang yaitu : a Gelombang Primer P, gerakan partikelnya searah dengan arah
penjalarannya. Gelombang ini disebut gelombang longitudinal atau gelombang kompresional akibat partikel mengalami kompresi saat
penjalarannya. Gelombang Primer P mempunyai kecepatan terbesar dan muncul pertama kali di seismogram.
b Gelombang sekunder S, gerakan partikelnya tegak lurus dengan arah penjalarannya sehingga dikenal dengan gelombang transversal.
Pergerakan material adalah menggeser shearing dan berputar rotasi selagi gelombang menjalar melewatinya, tetapi tidak merubah
volumenya. Gelombang S mempunyai kecepatan lebih kecil daripada gelombang P dan muncul di seismogram setelah gelombang P.
Gambar 2.7 Gelombang P dan S
2. Surfaces Wafes
gelombang permukaan, gelombang yang menjalar sepanjang permukaan bumi, yang terdiri dari :
a. Gelombang Love L Gelombang love merupakan gelombang yang gerakan partikelnya
sama dengan gelombang S
H
Transversal Longitudinal. b. Gelombang Rayleigh R
Gelombang dimana gerakan partikelnya menyerupai ellips dan bidang ellips
ini berdiri vertikal dan berhimpit dengan penjalaran gelombang.
Gambar 2.8 Gelombang Love dan Rayleigh
2.3 Parameter Gempa Bumi dan penentuannya
Parameter gempa bumi atau lebih luas lagi disebut dengan gelombang seismik yang disebabkan karena terjadinya gempa bumi, adalah sebagai berikut :
1. Lintang dan bujur episenter titik pada permukaan bumi yang terletak vertikal diatas pusat gempa
2. Kedalaman pusat gempa hypocenter 3. Waktu kejadian original time dari sumber gelombang tersebut
4. Kekuatan gempa magnitude atau energi gelombang seismik yang dipancarkan
Untuk menghitung parameter 1 sd 3 yang diperlukan hanyalah pengamatan waktu saja misalnya waktu datangnya gelombang seismik di
beberapa stasiun, sedangkan parameter 4 memerlukan data amplitude dan periode.
Parameter ukuran besarnya gempa bumi biasanya dinyatakan dengan magnitude dalam skala Richter dimana besaran ini terkait dengan energi yang
dilepaskan di pusat gempa. Besarnya magnitude umumnya ditentukan dengan persamaan matematika dari data amplitude, periode gelombang pada seismogram
dan jarak episenter gempa bumi. Konsep magnitude gempa bumi berdasarkan
pengukuran amplitude pertama kali dikembangkan oleh K. Wadati dan C.F. Richter tahun 1935 sebelum
momen seismik dihitung pada tahun 1964. Charles F. Richter menentukan magnitude lokal M
L
untuk gempa bumi dengan ukuran sedang 3 M
L
7 di California Selatan. Magnitude gempa bumi ini ditentukan dari logaritma
amplitude yang tercatat pada seismogram.
2.4 Mitigasi