Analisa daya dan putaran alternator di setiap pemberian beban

Danny Harri Siahaan : Pengujian Sudu Rata Prototipe Turbin Air Terapung Pada Aliran Sungai, 2009. USU Repository © 2009 d. Untuk pembebanan dengan menggunakan 3 lampu 75 Watt : 1 Arus yang diisi dari alternator ke baterai I 1 : 3,25 Ampere 2 Tegangan yang diisi dari alternator ke baterai V 1 : 12,31 Volt 3 Putaran n 1 : 1008 rpm 4 Putaran poros sudu n 2 : 26.8 rpm rpm 27 ≈ e. Untuk pembebanan dengan menggunakan 4 lampu 100 Watt : 1 Arus yang diisi dari alternator ke baterai I 1 : 0,99 Ampere 2 Tegangan yang diisi dari alternator ke baterai V 1 : 12,05 Volt 3 Putaran n 1 : 985 rpm 4 Putaran poros sudu n 2 : 26,8 rpm rpm 27 ≈ f. Untuk pembebanan dengan menggunakan 5 lampu 125 Watt : 1 Arus yang diisi dari alternator ke baterai I 1 : 0 Ampere 2 Tegangan yang diisi dari alternator ke baterai V 1 : 0 Volt 3 Putaran n 1 : 985 rpm 4 Putaran poros sudu n 2 : 26,8 rpm rpm 27 ≈

4.2. Analisa daya dan putaran alternator di setiap pemberian beban

Dari data yang telah diperoleh dari hasil pengujian di lapangan, dapat diketahui bahwa tegangan dan besar arus yang pengisian dari alternator ke baterai Danny Harri Siahaan : Pengujian Sudu Rata Prototipe Turbin Air Terapung Pada Aliran Sungai, 2009. USU Repository © 2009 tergantung pada besar jumlah beban lampu yang digunakan, sehingga dapat dihitung besar daya pengisian cas ke baterai dengan menggunakan rumus : I V P × = Watt ........................................... Lit 9. Hal 228 maka daya pengisian cas ke baterai adalah sebagai berikut : 1. Untuk tanpa pembebanan lampu, diperoleh : P c = V 1 x I 1 = 13,52 x 8,50 = 115,03 Watt 2. Untuk pembebanan dengan menggunakan 1 lampu 25 Watt : P c = V 1 x I 1 = 13,10 x 6,87 = 90,04 Watt 3. Untuk pembebanan dengan menggunakan 2 lampu 50 Watt : P c = V 1 x I 1 = 12,72 x 5,11 = 65,05 Watt 4. Untuk pembebanan dengan menggunakan 3 lampu 75 Watt : P c = V 1 x I 1 = 12,31 x 2,44 = 40,06 Watt 5. Untuk pembebanan dengan menggunakan 4 lampu 100 Watt : P c = V 1 x I 1 = 12,05 x 0,99 Danny Harri Siahaan : Pengujian Sudu Rata Prototipe Turbin Air Terapung Pada Aliran Sungai, 2009. USU Repository © 2009 = 11,92 Watt Dari perhitungan data diatas, dapat ditampilkan dalam bentuk tabel yakni sebagai berikut : Tabel 4.1. Data hasil pengujian Turbin Air Terapung dengan menggunakan sudu rata Jumlah Beban lampu I 1 Ampere V 1 Volt P c Watt 1 n rpm 2 n rpm 8.50 13.52 115.03 1030 27 1 6.87 13.10 90.04 1025 27 2 5.11 12.72 65.05 1015 27 3 3,33 12.31 41,06 1008 27 4 0.99 12,05 11.92 1005 27 5 985 26 Dimana : I 1 = Pengisian arus dari alternator ke baterai Ampere V 1 = Pengisian Tegangan dari alternator ke baterai Volt P c = Daya pengisian alternator ke baterai = A 1 x V 1 Watt 1 n = Putaran alternator rpm 2 n = Putaran poros sudu rpm Dari tabel diketahui daya listrik yang dihasilkan oleh alternator adalah sebesar 115,03 Watt, sehingga hanya dapat diberi pembebanan sebanyak 4 buah lampu 100 Watt. Pada pembebanan dengan 5 lampu alternator tidak dapat menghasilkan daya Danny Harri Siahaan : Pengujian Sudu Rata Prototipe Turbin Air Terapung Pada Aliran Sungai, 2009. USU Repository © 2009 listrik sama sekali, karena putaran di poros alternator telah berada di bawah 1000 rpm, sementara alternator membutuhkan putaran ≥ 1000 rpm agar dapat menghasilkan listrik sesuai dengan spesifikasi alternator 30A, 12V yang memiliki putaran minimum 1000 rpm, dan putaran maksimum 1500 rpm. Data tabel diatas dapat ditampilkan kedalam bentuk grafik untuk mengetahui lebih jelas fenomena yang terjadi pada perubahan daya pengisian cas ke baterai dan putaran di poros alternator terhadap penambahan beban lampu yang digunakan. R 2 = 0.9925 20 40 60 80 100 120 140 1 2 3 4 5 6 Jumlah beban lampu Pc W a tt Perubahan daya pengisian ke baterai oleh alternator terhadap penambahan beban lampu Linear Perubahan daya pengisian ke baterai oleh alternator terhadap penambahan beban lampu Grafik 4.1 Perubahan daya pengisian cas ke baterai terhadap penambahan beban lampu Dengan melihat grafik diatas, dapat dianalisa masih bahwa semakin besar penambahan beban lampu yang digunakan maka semakin sedikit daya yang akan diisi alternator ke baterai. Dari grafik juga dapat diketahui bahwa masih terdapat kesalahan dalam pengambilan data pengukuran, hal ini dapat dilihat dari nilai R 2 regresi linearnya sebesar 0,9925 tidak mencapai angka 1. Selanjutnya hubungan antara perubahan putaran di poros alternator terhadap penambahan beban lampu yang digunakan dapat dilihat dari grafik di bawah ini. Danny Harri Siahaan : Pengujian Sudu Rata Prototipe Turbin Air Terapung Pada Aliran Sungai, 2009. USU Repository © 2009 R 2 = 0.9621 980 985 990 995 1000 1005 1010 1015 1020 1025 1030 1035 2 4 6 Jumlah Beban Lampu P ut ar an A lte rn at or r pm Perubahan putaran di poros alternator terhadap penambahan pembebanan lampu yang diuji Poly. Perubahan putaran di poros alternator terhadap penambahan pembebanan lampu yang diuji Grafik 4.2 Perubahan putaran di poros alternator terhadap penambahan beban lampu yang diuji Dengan melihat grafik diatas, dapat dianalisa bahwa putaran di poros alternator polynomial terhadap jumlah beban lampu yang digunakan. Dengan melihat dari nilai R 2 regresi linearnya yaitu sebesar 0,9621 tidak mencapai angka 1 dapat diketahui bahwa terdapat kesalahan-kesalahan di beberapa titik pengambilan data pengukuran putaran alternator terhadap jumlah beban lampu yang diuji. R 2 = 0.9625 20 40 60 80 100 120 140 980 990 1000 1010 1020 1030 1040 Putaran Alternator rpm P c W a tt Perubahan daya pengisian ke baterai terhadap putaran alternator Poly. Perubahan daya pengisian ke baterai terhadap putaran alternator Grafik 4.3 Hubungan perubahan daya pengisian ke baterai terhadap perubahan putaran alternator Danny Harri Siahaan : Pengujian Sudu Rata Prototipe Turbin Air Terapung Pada Aliran Sungai, 2009. USU Repository © 2009 Dari grafik diatas, diketahui besar daya pengisian ke baterai polynomial terhadap perubahan putaran di poros alternator, dimana semakin besar putaran di poros alternator maka semakin besar pula daya listrik yang akan diisi alternator ke baterai. Dengan melihat nilai R 2 regresi linearnya yang tidak mencapai angka 1, dapat disimpulkan bahwa masih terdapat kesalahan dalam pengambilan data pengukuran. Besar daya listrik yang dihasilkan alternator yang digerakkan oleh prototipe turbin air terapung bersudu rata ini, dapat dibandingkan dengan melihat tabel data hasil pengujian prototipe turbin air terapung dengan menggunakan sudu lengkung seperti dibawah ini agar dapat diketahui kinerja alternator dari kedua jenis prototipe tersebut. Tabel 4.2 Data hasil pengujian prototipe turbin air terapung dengan menggunakan sudu lengkung Jumlah Lampu I1 Ampere V1 Volt P Watt n1 rpm n2 rpm 9.03 13.95 125.97 29 1088 1 7.68 13.27 101.91 29 1083 2 5.84 13.0 75.92 29 1075 3 3.96 12.85 50.90 28 1064 4 2.19 12.26 26.85 28 1046 5 0.008 0.1 0.1 27 1012 6 26 975 Danny Harri Siahaan : Pengujian Sudu Rata Prototipe Turbin Air Terapung Pada Aliran Sungai, 2009. USU Repository © 2009 Dari tabel 4.1 dapat diketahui bahwa daya listrik maksimum yang dihasilkan alternator dengan menggunakan sudu rata adalah sebesar 115,03 Watt dan putaran maksimum poros alternator sebesar 1030 rpm, sementara daya listrik maksimum yang dihasilkan alternator bila menggunakan sudu lengkung adalah sebesar 125,97 Watt dan putaran maksimum poros alternator sebesar 1088 rpm lihat tabel 4.2. Hal ini dapat disimpulkan bahwa daya listrik yang dihasilkan dengan menggunakan sudu rata lebih kecil bila dibandingkan terhadap daya listrik yang dihasilkan dengan menggunakan sudu lengkung, atau dengan kata lain kerja alternator lebih maksimal bila digerakkan oleh prototipe turbin air terapung yang menggunakan sudu lengkung daripada yang menggunakan sudu rata.

4.3. Analisa momen puntir pada poros alternator