Latar Belakang dan Masalah .1
Filemon Ginting : Partikel Dalam Bahasa Batak Karo, 2009. USU Repository © 2009
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang dan Masalah 1.1.1
Latar Belakang
Bahasa adalah alat komunikasi antaranggota masyarakat berupa simbol bunyi yang dihasilkan oleh alat ucap manusia Keraf, 1971:1. Manusia berurusan dengan
bahasa karena bahasa banyak memberikan fungsi dan manfaat bagi manusia. Dengan berbahasa, manusia dapat mengungkapkan pikiran, perasaan dan kemampuan cipta,
rasa dan karsa kepada orang lain. Bahasa Batak Karo merupakan bagian dari bahasa-bahasa daerah yang hidup di
Indonesia. Bahasa Batak Karo berfungsi sebagai alat komunikasi antar individu, antar masyarakat khususnya masyarakat Batak Karo. Bila dilihat dari segi kedudukannya
bahasa Batak Karo merupakan bahasa daerah yang dipelihara dan dibina oleh para penuturnya serta dihormati oleh negara karena merupakan bagian dari kebudayaan yang
hidup. Masyarakat Batak Karo bermukim di wilayah sebelah Barat Laut Danau Toba
yang mencakup luas wilayah sekitar 5.000 kilometer persegi yang secara astronomis terletak sekitar antara 3
o
dan 3
o
30 Lintang Utara serta 98
o
dan 98
o
30’ Bujur Timur. Woollams 2004:2 wilayah Tanah Karo tersusun atas dua wilayah utama sebagai
berikut : a. Dataran tinggi Tanah Karo, yang mencakup seluruh wilayah Kabupaten Karo
dengan pusat administratifnya di Kota Kabanjahe. Wilayah dataran tinggi Tanah Karo ini menjorok ke selatan hingga masuk ke wilayah Kabupaten Dairi
khususnya Kecamatan Tanah Pinem dan Tiga Lingga serta Kearah Timur masuk
1
Filemon Ginting : Partikel Dalam Bahasa Batak Karo, 2009. USU Repository © 2009
ke bagian wilayah Kecamatan Si Lima Kuta yang terletak di Kabupaten Simalungun. Masyarakat Karo menyebut wilayah permukiman Dataran Tinggi ini
dengan nama Karo Gugung. b. Dataran rendah Tanah Karo, yang mencakup wilayah-wilayah Kecamatan dari
Kabupaten Langkat dan Kabupaten Deli Serdang yang terletak pada bagian ujung selatan secara geografis namun tertinggi secara topografis. Wilayah ini dimulai
dari Plato Tanah Karo yang membentang ke bawah hingga mencapai sekitar kampung-kampung Bahorok, Namo Ukur, Pancur Batu, dan Namo Rambe yang
ada di sebelah Utara, serta Bangun Purba, Tiga Juhar, dan Gunung Meriah di sisi Timur. Masyarakat Karo menyebut daerah ini dengan nama Karo Jahe Karo
Hilir. Wilayah dataran tinggi Tanah Karo dianggap sebagai pusat kebudayaan dan tanah
asli nenek moyang masyarakat Batak Karo. Di wilayah ini, bahasa tidak banyak tersentuh oleh pengaruh-pengaruh luar, serta ikatan kekerabatan dan kehidupan
tradisional masih terpelihara sangat kuat. Wilayah dataran rendah Karo lebih banyak menyerap pengaruh masyarakat
Melayu pesisir. Banyak masyarakat Karo yang juga bermukim di ibu kota Provinsi Sumatera Utara Medan, yaitu yang berada sejauh 78 kilometer atau sekitar dua jam
perjalanan darat dari Kabanjahe, yang menyebabkan melemahnya kemurnian bahasa dan ikatan kekerabatan mereka dengan kaum masyarakat dataran tinggi. Masyarakat
Karo yang tinggal di Medan lebih mengutamakan penggunaan bahasa Indonesia dibanding bahasa Batak Karo. Bahkan mereka tidak lagi menggunakan bahasa Karo saat
bercakap-cakap dengan orang tua mereka. Hal ini yang membuat bahasa Batak Karo melemah bahkan tidak dipakai masyarakat Karo itu sendiri.
2
Filemon Ginting : Partikel Dalam Bahasa Batak Karo, 2009. USU Repository © 2009
Dalam berbahasa sehari-hari manusia menggunakan rangkaian kalimat yang saling berhubungan satu sama lain. Di dalam rentetan kalimat yang diucapkan manusia
salah satu di dalamnya pastilah terdapat partikel. Partikel tidak dapat digunakan sebagai bentuk bebas yang terisolasi dan
penggunaannya diatur menurut batasan-batasan distribusional yang ketat. Karakteristik distribusional ini menjadi ciri khas yang membedakan mereka dari bentukan-bentukan
lain yang relatif leluasa mobilitasnya dan tak terikat seperti adverbia penegasan Woollams, 2004:356.
Namun penulisan partikel ini ada yang dipisah dengan kata yang mendahuluinya dan ada yang ditulis serangkai. Salah satu partikel yang ditulis terpisah adalah partikel
pun. Bentuk pun yang sudah dianggap padu ditulis serangkai seperti adapun, ataupun, biarpun, meskipun, sungguhpun, kalaupun, bagaimanapun, kendatipun, sekalipun,
walaupun dan maupun Ritonga, 2003:77. Rahardi 2001:8 mengatakan pun yang ditulis terpisah jumlahnya tidak terbatas
karena unsur itu berciri longgar atau kadar keeratannya rendah dengan kata yang mendahuluinya. Kadar keeratan yang kuat ditandai dengan tidak mungkinnya kedua
unsur tersebut diselipi unsur tertentu. Dalam bahasa Indonesia ada empat partikel yaitu : -lah, -kah, -tah dan pun
Hasan, 1998:307. Dari keempat partikel tersebut –lah, -kah, dan pun sangat lazim ditemukan dalam bahasa Indonesia. Hanya –tah saja yang berciri arkais atau kuno dan
hanya bisa ditemukan di dalam teks-teks lama.
3
Filemon Ginting : Partikel Dalam Bahasa Batak Karo, 2009. USU Repository © 2009
Menurut Hasan ada beberapa fungsi partikel dalam bahasa Indonesia, yaitu: - Partikel –kah, yang berbentuk klitika dan bersifat manasuka dapat menegaskan
kalimat interogatif kalimat tanya dan menjadikan kalimat lebih formal dan sedikit lebih halus, serta memperjelas kalimat interogatif.
Contoh : - Diakah yang akan datang?
- Bagaimanakah penyelesaian soal ini jadinya? - Tidak dapatkah dia mengurus soal sekecil itu?
- Partikel –lah, yang juga berbentuk klitika, berfungsi untuk menghaluskan nada perintahnya serta memberi ketegasan yang sedikit keras.
Contoh : - Pergilah sekarang, sebelum hujan turun
- Dari ceritamu, jelaslah kamu yang salah.
- Partikel –tah, yang juga berbentuk klitika, dipakai dalam kalimat interogatif. Partikel –tah banyak dipakai dalam sastra lama, tetapi sekarang tidak banyak lagi
dipakai. Contoh :
- Apatah artinya hidup ini tanpa engkau? - Siapatah gerangan orangnya yang mau menolongku?
4
Filemon Ginting : Partikel Dalam Bahasa Batak Karo, 2009. USU Repository © 2009
- Partikel pun, penulisannya dipisah dengan kata yang mendahuluinya, tetapi ada juga yang ditulis serangkai. Partikel ini berfungsi untuk mengeraskan arti kata
yang diiringinya. Contoh :
- Mereka pun akhirnya setuju dengan usul kami. - Siapa pun yang tidak setuju pasti akan diawasi.
Perbedaan partikel dan sufiks Agustien, 1999: 31 dapat dirumuskan sebagai berikut :
1. Partikel tidak memindahkan jenis kata. Sebaliknya, sufiks memindahkan kelas kata dari kata yang diikutinya.
Contoh: - Pergilah pergi tetap kata kerja
- Ayahlah yang berhak Ayah tetap kata benda - Cangkul-cangkulkan kata benda kata kerja
- Besar-besarkan kata sifat kata kerja 2. Kata yang diikuti sebuah partikel dapat bermacam jenis katanya dan tetap
mempertahankan jenis katanya. Sebaliknya, sufiks mengelompokkan berbagai jenis kata menjadi satu jenis kata yang sama.
Contoh: - Siapakah dia? tetap kata ganti tanya
- Bapakkah yang datang? tetap kata benda - Lemparkan tombak itu kata kerja dari kata kerja
- Besarkan api itu kata kerja dari kata sifat 3. Bidang gerak partikel adalah sintaksis termasuk frase dan klausa.
5
Filemon Ginting : Partikel Dalam Bahasa Batak Karo, 2009. USU Repository © 2009
Sebaliknya sufiks bergerak dalam bidang morfologi. Agustien juga mengatakan fungsi dan makna partikel dapat diperinci sebagai
berikut : 1. Partikel kah, fungsinya sebagai berikut:
a. Memberi tekanan dalam pertanyaan. Kata yang dihubungkan dengan kah itu dipentingkan.
Contoh: - Sawah, atau ladangkah yang digarapnya?
b. Dapat dipakai pula untuk menyatakan hal yang tak tentu. Sebenarnya hal itu merupakan pertanyaan yang tidak langsung.
Contoh: - Datangkah atau tidakkah, kami tak tahu.
2. Partikel tah, fungsinya sebagai berikut: Sama dengan kah, tetapi lebih terbatas pemakaiannya hanya pada kata tanya
saja. Contoh:
- apatah, manatah, siapatah. Bentuk-bentuk ini lebih sering dijumpai dalam Melayu Lama. Makna pertanyaan
dengan mempergunakan partikel tah adalah meragukan atau kurang tentu. 3. Partikel lah, fungsinya sebagai berikut:
a. Mengeraskan gatra perbuatan, baik dalam kalimat berita, kalimat perintah, maupun dalam permintaan atau harapan.
Contoh: - Bacalah dengan nyaring
6
Filemon Ginting : Partikel Dalam Bahasa Batak Karo, 2009. USU Repository © 2009
b. Mengersakan suatu gatra keterangan. Contoh:
- Apapun yang terjadi, pastilah aku akan datng ke sana. c. Menekankan gatra pangkal, dalam hal ini biasanya ditambah dengan partikel
yang. Contoh:
- Kamulah yang harus mengerjakan soal itu. 4. Partikel pun, fungsi dan artinya sebagai berikut:
a. Mengeraskan atau memberi tekanan pada kata yang bersangkutan, dalam hal ini dapat diartikan dengan juga.
Contoh: - Dia pun mengetahui persoalan itu.
b. Dalam penguatan atau pengeras dapat terkandung arti atau pengertian perlawanan.
Contoh: - Mengorbankan nyawa sekali pun aku rela.
c. Gabungan antara pun + lah dapat mengandung aspek inkoatif. Contoh:
- Hujan pun turunlah dengan lebatnya. Partikel dalam bahasa Batak Karo tidak ada yang ditulis serangkai dengan kata
yang mendahuluinya. Hal ini disebabkan karena partikel dalam bahasa Batak Karo yang terletak di depan dan di belakang berfungsi untuk menerangkan unsur yang terletak
pada awal kalimat yang menjadi kombinasi dalam membentuk suatu frase yang secara fonologis terpisahkan dari sisa kalimatnya dalam pengucapan verbal yang diisyaratkan
7
Filemon Ginting : Partikel Dalam Bahasa Batak Karo, 2009. USU Repository © 2009
melalui potensi perhentian sementara, sedangkan pada penulisan dilambangkan dengan tanda koma. Unsur yang demikian kerap berupa nomina yang dipindahkan kedepan,
namun dapat juga berupa konstituen biasa yang terintegrasi secara erat pada kalimat Woollams, 2004:375.
Partikel dalam bahasa Indonesia berbeda dengan partikel dalam bahasa Batak Karo. Hal ini jelas terlihat bahwa dalam bahasa Indonesia penulisan partikel ditulis
serangkai dengan kata yang mendahuluinya meskipun ada yang ditulis terpisah, sedangkan dalam bahasa Batak Karo semua partikel ditulis terpisah dengan kata yang
mendahuluinya. Hal ini yang menyebabkan peneliti merasa tertarik untuk mengkaji partikel dalam bahasa Batak Karo, selain itu peneliti juga merupakan penutur aktif
bahasa Batak Karo. Penelitian tentang bahasa Karo sudah banyak sebelumnya diantaranya
“Perbandingan Kata Tugas Antara Bahasa Batak Karo dengan Bahasa Indonesia“, penelitian ini dilakukan oleh Januari Talenta Ginting pada tahun 1985 di Universitas
Sumatera Utara Fakultas Sastra Departemen Sastra Indonesia. Penelitian ini berisi tentang pemakaian kata tugas dalam suatu kalimat penunjuk makna disamping urutan
kata, bentuk kata dan intonasi, serta menjelaskan perbedaan kata tugas dalam bahasa Batak Karo dengan bahasa Indonesia. Penelitian ini berbeda dengan partikel bahasa
Batak Karo. Hal ini juga membuat peneliti merasa penelitian tersebut layak dan menarik untuk dibahas.
8
Filemon Ginting : Partikel Dalam Bahasa Batak Karo, 2009. USU Repository © 2009