Uji RPM Dan Lama Pengeringan Kemiri Terhadap Kapasitas Alat Pemecah Kemiri

UJI RPM DAN LAMA PENGERINGAN KEMIRI TERHADAP KAPASITAS ALAT PEMECAH KEMIRI
SKRIPSI Oleh:
RISONA APRIANTY SIPAYUNG 060308041
DEPARTEMEN KETEKNIKAN PERTANIAN FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 2010
Universitas Sumatera Utara

UJI RPM DAN LAMA PENGERINGAN KEMIRI TERHADAP KAPASITAS ALAT PEMECAH KEMIRI
SKRIPSI Oleh:
RISONA APRIANTY SIPAYUNG 060308041/KETEKNIKAN PERTANIAN Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana di Departemen Teknologi Pertanian Fakultas Pertanian
Universitas Sumatera Utara
DEPARTEMEN KETEKNIKAN PERTANIAN FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 2010
Universitas Sumatera Utara

Judul Skripsi : Uji RPM dan lama pengeringan kemiri terhadap kapasitas alat

pemecah kemiri

Nama


: Risona Aprianty Sipayung

NIM

: 060308041

Departemen : Keteknikan Pertanian

Program Studi : Keteknikan Pertanian

Disetujui Oleh: Komisi Pembimbing

Ir. Saipul Bahri Daulay, M.Si Ketua

Ainun Rohanah, STP, M.Si Anggota

Mengetahui,

Ir. Saipul Bahri Daulay, M.Si Ketua Departemen Keteknikan Pertanian


Universitas Sumatera Utara

ABSTRAK
RISONA A. SIPAYUNG : Uji RPM dan Lama Pengeringan Kemiri terhadap Mutu dan Kapasitas Kerja Alat Pemecah Kemiri, dibimbing oleh SAIPUL BAHRI DAULAY dan AINUN ROHANAH.
Uji RPM dan lama pengeringan kemiri terhadap mutu dan kapasitas kerja alat pemecah kemiri belum banyak diteliti saat ini. Untuk itu suatu penelitian telah dilakukan di Workshop Bengkel Alat dan Mesin Pertanian Teknologi Tepat Guna (TTG) dan Laboratorium Teknik Pertanian Fakultas Pertanian USU pada Mei-Juli 2010 menggunakan rancangan acak lengkap factorial 2 faktor yaitu RPM (650, 750, dan 850 rpm) dan lama pengeringan (10, 12, dan 14 jam). Parameter yang diamati adalah kapasitas kerja alat, persentase inti bulat utuh, persentase inti pecah dua, persentase inti hancur, persentase inti lengket, dan kadar air.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa besar RPM berpengaruh sangat nyata terhadap semua parameter kecuali kapasitas kerja alat. Lama pengeringan juga berpengaruh sangat nyata terhadap semua parameter yang diamati kecuali kapasitas kerja alat. Interaksi perlakuan berpengaruh nyata terhadap semua parameter kecuali kapasitas kerja alat dan kadar air. Hasil yang terbaik diperoleh pada kombinasi RPM 750 rpm dan lama pengeringan 12 jam.
Kata kunci : RPM, Kemiri, Kapasitas Kerja Alat, Kadar Air.
ABSTRACT
RISONA A. SIPAYUNG: Effect of Revolutions per Minute and Drying Time on the Quality and Work Capacity of Candlenut Sheller, supervised by SAIPUL BAHRI DAULAY and AINUN ROHANAH.
Until now the effect of Revolutions per Minute and drying time on the quality and work capacity of candlenut sheller have not been plenty researched. Therefore, a research had been conducted at Workshop of Agricultural Machinery and Equipment Approperate Technology and Agricultural Engineering Laboratory, Faculty Agriculture USU in May-July 2010 using factorial randomized block design with two factors, i.e. Revolutions per Minute (650, 750, and 850 rpm) and drying time (10, 12, and 14 hours). Parameters measured were work capacity tools, intact kernel presentage, two part of kernel presentage, crashed kernel presentage, stick kernel presentage, and moisture content.
The results showed that Revolutions per Minute had significantly affected on all parameters except work capacity, so did be drying time. The interaction of the two factors had significantly affected on all parameters except the work capacity tools and moisture content. The best result was found in the combination of 750 rpm and dried at 12 hours. Key words: Revolutions per Minute, Candlenut, Work Capacity Tools, Moisture
Content.
Universitas Sumatera Utara

RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Pematangsiantar pada tanggal 17 April 1988 dari ayah Wilson Sipayung dan ibu Impola Hutagaol. Penulis merupakan putri pertama dari dua bersaudara.
Tahun 2006 penulis lulus dari SMA Negeri 4 Pematangsiantar dan pada tahun yang sama masuk ke Fakultas Pertanian USU melalui jalur ujian tertulis Seleksi Penerimaan Mahasiswa Baru. Penulis memilih program studi Teknik Pertanian, Departemen Teknologi Pertanian. Selama mengikuti perkuliahan, penulis aktif sebagai anggota Ikatan Mahasiswa Teknik Pertanian.
Penulis melaksanakan praktek kerja lapangan (PKL) di PKS Rambutan PTPN III Tebing Tinggi dari tanggal 15 Juni sampai 15 Juli 2009.
Universitas Sumatera Utara


KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis ucapkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas pertolongan dan rahmatNya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Uji RPM dan Lama Pengeringan Kemiri terhadap Kapasitas Alat Pemecah Kemiri”.
Pada kesempatan ini penulis menghaturkan pernyataan terima kasih sebesar-besarnya kepada kedua orang tua penulis yang telah membesarkan, memelihara dan mendidik penulis selama ini. Penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada Bapak Ir. Saipul Bahri Daulay, M.Si dan Ibu Ainun Rohanah, STP, M.Si selaku ketua dan anggota komisi pembimbing yang telah membimbing dan memberikan berbagai masukan berharga kepada penulis dari mulai menetapkan judul, melakukan penelitian, sampai pada ujian akhir. Khusus untuk Bapak Terip Karo-karo di Workshop Bengkel Alat dan Mesin Pertanian Teknologi Tepat Guna (TTG), penulis menyampaikan banyak terima kasih atas bantuannya selama penulis melaksanakan penelitian.
Di samping itu, penulis juga mengucapkan terima kasih kepada semua staf pengajar dan pegawai di Program Studi Keteknikan Pertanian Departemen Teknologi Pertanian, serta semua rekan mahasiswa yang tak dapat disebutkan satu per satu disini yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini. Semoga skripsi ini bermanfaat.
Medan, Agustus 2010 Penulis
Universitas Sumatera Utara

DAFTAR ISI

Hal

RIWAYAT HIDUP…………………………………………………………….... i

KATA PENGANTAR…………………………………………………………… ii

DAFTAR TABEL……………………………...………………………….....….. v

DAFTAR LAMPIRAN…………………………………………………..….…. vii

DAFTAR GAMBAR……………………………………………………..….… viii


PENDAHULUAN Latar Belakang……………………………………………………….................... 1 Tujuan Penelitian…………………………………………………...……………. 4 Kegunaan Penelitian……………………………………………………………... 4 Hipotesa Penelitian………………………………………………………………. 4

TINJAUAN PUSTAKA Botani Kemiri…………………………………………………………………..... 5 Panen dan Pasca Panen…………………………………………...………….….. 8 Proses Pemecahan Kemiri……………………………………...……………….. 10 Pengeringan……………………………………………………...……………… 12 Pengeringan Kemiri……………………………………………..……………… 15 Mutu Hasil Kupasan…………………………………………………................. 16 Elemen Mesin…………………………………………………..………………. 17
Motor Listrik………………………………………………….………… 17 Puli (Pulley)…………………………………………….………………. 17

METODOLOGI PENELITIAN Lokasi dan Waktu Penelitian……………………………………………….…... 19 Bahan dan Alat……………………………………………………………….… 19 Metode Penelitian………………………………………………………….….... 19 Model Rancangan Penelitian…………………………………………………… 20 Pelaksanaan Penelitian……………………………………………………….…. 21
Persiapan Penelitian………………………………………………….…. 21 Prosedur Penelitian……………………………………………………... 21 Parameter yang Diamati……………………………………………………...… 22

HASIL DAN PEMBAHASAN Kapasitas Pemecahan Inti……………………………………………...………. 25 Persentase Inti BulatUtuh……………..……………………………………….. 26 Persentase Inti Pecah Dua……………………………………………...……..... 32 Persentase Inti Hancur…………………………………………………………. 36 Persentase Inti Lengket……………………………………………...…….…… 41 Kadar Air………………………………………………………………………. 46

Universitas Sumatera Utara

KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan………………………………………………………...………...… 50 Saran……………………………………………………………...……………. 50 DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………………. 51 LAMPIRAN…………………………………………………………………… 53
Universitas Sumatera Utara

DAFTAR TABEL
No. Hal.
1. Komposisi kandungan gizi inti kemiri………………………………………. 8
2. Pengaruh lama pengeringan terhadap parameter yang diamati……………... 24

3. Pengaruh RPM terhadap parameter yang diamati…………………………… 25
4. Uji LSR efek utama lama pengeringan terhadap persentase inti bulat utuh (%)……………………………………………………………….. 26
5. Uji LSR efek utama RPM terhadap persentase inti bulat utuh (%)……...….. 28
6. Uji LSR efek utama interaksi pengaruh lama pengeringan dan RPM terhadap persentase inti bulat utuh…………………………………………... 30
7. Uji LSR efek utama lama pengeringan terhadap persentase inti pecah dua(%)………………………...……………………………............... 32
8. Uji LSR efek utama RPM terhadap persentase inti pecah dua(%)…….……. 34
9. Uji LSR efek utama interaksi pengaruh lama pengeringan dan RPM terhadap persentase inti pecah dua…………………………………………... 35
10. Uji LSR efek utama lama pengeringan terhadap persentase inti hancur (%)………………………………………………………………...... 37
11. Uji LSR efek utama RPM terhadap persentase inti hancur (%)………....... 34
12. Uji LSR efek utama interaksi pengaruh lama pengeringan dan RPM terhadap persentase inti hancur…………………………………………...... 40
13. Uji LSR efek utama lama pengeringan terhadap persentase inti lengket (%)……………………………………………………….….... 42
14. Uji LSR efek utama RPM terhadap persentase inti lengket (%)…………… 43
15. Uji LSR efek utama interaksi pengaruh lama pengeringan dan RPM terhadap persentase inti lengket……………………………………………. 45
16. Uji LSR efek utama lama pengeringan terhadap persentase kadar air (%)………………………………………………………….…….. 47
17. Uji LSR efek utama lama RPM terhadap persentase kadar air (%)…………………………………………………………………….. 48
Universitas Sumatera Utara

DAFTAR LAMPIRAN
No. Hal. 1. Flowchart penelitian……………………………………………….….….. 53 . 2. Data pengamatan kapasitas pemecahan (kg/jam)……………….……….. 54 3. Data pengamatan inti bulat utuh (%)………………….…………………. 55 4. Data pengamatan inti pecah dua (%)…………………………….….…… 56 . 5. Data pengamatan inti hancur (%)……………………………….……….. 57 6. Data pengamatan inti lengket (%)…………………………….…………. 58 7. Data pengamatan kadar air (%)………..……………………..………..… 59
Universitas Sumatera Utara


DAFTAR GAMBAR
No. Hal. 1. Gambar alat tampak depan…………………………………..….…….…. 60 2. Gambar alat tampak belakang………………………………..…….……. 61 3. Gambar alat tampak atas………………………………………..….……. 62 . 4. Gambar alat pemecah kemiri……………………………………………. 63 5. Gambar corong masukan alat pemecah kemiri………………….……… 63 6. Gambar elektro motor alat pemecah kemiri……………………….……. 64 7. Gambar alat pengering tipe rak…………………………………..……... 64 8. Gambar kemiri…………………………………………………..……… 65 9. Gambar inti lengket……………………………………………....……... 65 10. Gambar inti pecah dua……………………………………………...…. 66 11. Gambar inti hancur…………………………………………..….…….. 66
Universitas Sumatera Utara

ABSTRAK
RISONA A. SIPAYUNG : Uji RPM dan Lama Pengeringan Kemiri terhadap Mutu dan Kapasitas Kerja Alat Pemecah Kemiri, dibimbing oleh SAIPUL BAHRI DAULAY dan AINUN ROHANAH.
Uji RPM dan lama pengeringan kemiri terhadap mutu dan kapasitas kerja alat pemecah kemiri belum banyak diteliti saat ini. Untuk itu suatu penelitian telah dilakukan di Workshop Bengkel Alat dan Mesin Pertanian Teknologi Tepat Guna (TTG) dan Laboratorium Teknik Pertanian Fakultas Pertanian USU pada Mei-Juli 2010 menggunakan rancangan acak lengkap factorial 2 faktor yaitu RPM (650, 750, dan 850 rpm) dan lama pengeringan (10, 12, dan 14 jam). Parameter yang diamati adalah kapasitas kerja alat, persentase inti bulat utuh, persentase inti pecah dua, persentase inti hancur, persentase inti lengket, dan kadar air.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa besar RPM berpengaruh sangat nyata terhadap semua parameter kecuali kapasitas kerja alat. Lama pengeringan juga berpengaruh sangat nyata terhadap semua parameter yang diamati kecuali kapasitas kerja alat. Interaksi perlakuan berpengaruh nyata terhadap semua parameter kecuali kapasitas kerja alat dan kadar air. Hasil yang terbaik diperoleh pada kombinasi RPM 750 rpm dan lama pengeringan 12 jam.
Kata kunci : RPM, Kemiri, Kapasitas Kerja Alat, Kadar Air.
ABSTRACT
RISONA A. SIPAYUNG: Effect of Revolutions per Minute and Drying Time on the Quality and Work Capacity of Candlenut Sheller, supervised by SAIPUL BAHRI DAULAY and AINUN ROHANAH.
Until now the effect of Revolutions per Minute and drying time on the quality and work capacity of candlenut sheller have not been plenty researched. Therefore, a research had been conducted at Workshop of Agricultural Machinery and Equipment Approperate Technology and Agricultural Engineering Laboratory, Faculty Agriculture USU in May-July 2010 using factorial randomized block design with two factors, i.e. Revolutions per Minute (650, 750, and 850 rpm) and drying time (10, 12, and 14 hours). Parameters measured were work capacity tools, intact kernel presentage, two part of kernel presentage, crashed kernel presentage, stick kernel presentage, and moisture content.
The results showed that Revolutions per Minute had significantly affected on all parameters except work capacity, so did be drying time. The interaction of the two factors had significantly affected on all parameters except the work capacity tools and moisture content. The best result was found in the combination of 750 rpm and dried at 12 hours. Key words: Revolutions per Minute, Candlenut, Work Capacity Tools, Moisture
Content.
Universitas Sumatera Utara

PENDAHULUAN
Latar Belakang Pada umumnya masyarakat memanfaatkan hasil-hasil pertanian untuk
kebutuhan sehari-hari tanpa adanya pengolahan yang sangat berarti, misalnya tanaman kemiri. Masyarakat umumnya menggunakan kemiri untuk campuran masakan, ramuan tradisional, dan untuk media dalam pengobatan secara tradisional atau pengobatan berdasarkan aliran kepercayaan.

Kemiri merupakan salah satu tanaman yang sangat berguna bagi kehidupan manusia. Hingga saat ini kemiri masih banyak digunakan baik untuk kosmetik maupun obat-obat tradisional. Pada umumnya untuk tujuan ini pengolahan dilakukan oleh industri sedangkan yang dilakukan oleh rumah tangga biasanya untuk bumbu dapur dan ada juga untuk obat-obatan tetapi itu semua masih diolah secara tradisional.
Salah satu sifat dari bahan-bahan hasil produksi pertanian adalah mudah rusak. Sebagai salah satu hasil produksi pertanian, kemiri juga mudah rusak. Pada umumnya kerusakan ini terjadi pada saat pengolahan dan penyimpanan. Untuk mencegah terjadinya kerusakan baik dalam pengolahan maupun penyimpanan maka sangat diperlukan pengawetan.
Keberadaan tanaman kemiri di Indonesia sebagian besar masih berstatus tanaman rakyat, pengelolaan maupun penanganan pasca panen umumnya masih dilakukan secara tradisional atau manual. Untuk mendapatkan biji kemiri yang baik dan berkualitas harus dibarengi dengan penanganan pasca panen yang benar. Hal yang perlu diperhatikan adalah bagaimana mempertahankan kualitas buah kemiri itu sendiri. Sedikit saja ceroboh dalam penanganan dapat mengakibatkan
Universitas Sumatera Utara

daging buah kemiri hancur dan terkontaminasi cendawan. Hal ini dapat mengakibatkan turunnya nilai jual kemiri.
Mengingat kemiri sebagai komoditas yang sangat bermanfaat, maka produksi tanaman kemiri perlu ditingkatkan dari segi kuantitas dan kualitasnya. Untuk itu diperlukan usaha yang baik, termasuk pada penanganan panen dan pascapanen. Penanganan panen dimaksudkan untuk memperoleh benih dan untuk konsumsi. Kualitas yang baik pada buah yang siap dipanen ditandai dengan buah yang telah berwarna coklat kehitaman.
Beberapa kegiatan pascapanen buah kemiri yang dilakukan adalah pengupasan kulit luar buah, pengeringan gelondong, penyimpanan gelondong, sortasi gelondong, pengupasan/ pemecahan kulit biji (tempurung atau cangkang), pengeringan inti (daging) kemiri, sortasi dan pengemasan. Pengupasan kulit luar dilakukan dengan menggunakan tangan untuk mengupas kulit yang berwarna coklat kehitaman dan membersihkan lendirnya untuk menghasilkan gelondong. Kemudian pengeringan gelondong dimaksudkan untuk mencegah rusaknya kemiri oleh cendawan atau serangga sebelum pengolahan lebih lanjut. Dengan menurunkan kadar air maka gelondong kemiri dapat disimpan sampai beberapa waktu lamanya sebelum digunakan atau dikupas. Pengeringan dapat dilakukan dengan cara penjemuran di bawah sinar matahari dan dengan menggunakan alat pengering mekanis.
Daging kemiri diperoleh setelah melepaskan biji dari kulit biji yang keras. Kulit biji dapat dilepaskan dengan memanaskan buah hingga mencapai kekeringan tertentu kemudian segera direndam dalam air dingin atau buah dibanting sehingga pecah. Dapat juga dilakukan dengan merebus selama 5 – 6
Universitas Sumatera Utara

jam, kemudian ditumbuk. Cara tradisional lainnya ialah dengan penjemuran lalu ditumbuk dan menghasilkan minyak yang berwarna pucat. Cara yang lebih mudah yaitu pemanasan dengan oven, kemudian direndam selama satu malam dalam air dingin, dan keesokan harinya biji akan pecah dengan sendirinya. Cara yang baik adalah pemanasan 60° C, selanjutnya direndam dalam air dingin.
Inti biji kemiri (endosperm) merupakan bagian penting, sebab inti biji inilah yang dipakai sebagai bahan bumbu masak atau diambil minyaknya. Untuk mendapatkan inti biji ini, tempurungnya harus dipecah. Petani mengupas biji kemiri dengan kantong rotan yang bentuknya seperti biji kemiri. Kantong tersebut dibuat sedemikian rupa sehingga biji kemiri dapat dimasukkan dengan mudah melalui suatu lubang tetapi tidak mudah dilepas. Kantong rotan tersebut diikat pada ujung tangkai kayu atau besi yang panjangnya 30-40 cm. Biji kemiri yang telah lama disimpan atau yang telah dijemur, dimasukkan dalam kantong rotan dan kemudian dipukulkan pada batu sehingga tempurungnya pecah terbelah dan inti bijinya mudah diambil.
Berdasarkan kebutuhan yang banyak mengenai kemiri, telah dirancang dan dibuat alat pemecah kemiri, namun masih terdapat beberapa kelemahan yaitu banyaknya kemiri yang pecah dan bentuknya tidak bulat utuh, dan kinerja alat yang belum optimal. Karena begitu pentingnya kemiri bagi kehidupan kita, maka penulis melalui alat pemecah kemiri mengadakan penelitian studi tentang RPM dan lama pengeringan kemiri. Penulis mencoba meneliti pengaruh RPM dan lama pengeringan terhadap mutu bahan pangan yang dikupas.
Universitas Sumatera Utara

Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari pengaruh besarnya RPM dan
lama pengeringan terhadap mutu kemiri yang dikupas pada alat pemecah kemiri. Kegunaan Penelitian 1. Bagi penulis yaitu sebagai bahan untuk menyusun skripsi yang merupakan
syarat untuk menyelesaikan pendidikan di Program Studi Keteknikan Pertanian Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara. 2. Bagi mahasiswa, sebagai informasi pendukung untuk melakukan penelitian lebih lanjut mengenai alat pemecah kemiri. 3. Bagi masyarakat, sebagai alat bantu dan informasi untuk alat pemecah kemiri.
Hipotesa Penelitian 1. Diduga ada pengaruh RPM terhadap parameter yang diamati. 2. Diduga ada pengaruh lama pengeringan terhadap parameter yang diamati. 3. Diduga ada pengaruh interaksi antara RPM dan lama pengeringan terhadap

parameter yang diamati.
Universitas Sumatera Utara

TINJAUAN PUSTAKA

Botani Kemiri

Adapun sistematika tanaman kemiri adalah sebagai berikut:

Kingdom : Plantae

Divisi

: Spermatophyta

Subdivisi : Angiospermae

Klas : Dicotyledoneae

Bangsa


: Euphorbiales

Suku

: Euphorbiaceae

Marga

: Aleurites

Jenis

: Aleurites moluccana

Kemiri (Aleurites moluccana Willd) berasal dari kepulauan Maluku,

sedangkan menurut Burkill (1935) berasal dari Malaysia. Tanaman ini menyebar

dari sebelah timur Asia hingga Fiji di kepulauan Pasifik. Di Indonesia kemiri


tersebar luas dihampir seluruh wilayah Nusantara. Luasnya penyebaran kemiri di

Nusantara terlihat juga dari beragamnya nama daerahnya. Di Sumatera, kemiri

disebut kereh, kemili, kembiri, tanoan, kemiling, atau buwa kare; di Jawa, disebut

midi, pidekan, miri, kemiri, atau muncang (Sunda); sedangkan di Sulawesi,

disebut wiau, lana, boyau, bontalo dudulaa atau saketa (Paimin, 1997).

Di Indonesia kemiri tersebar di seluruh Nusantara dan yang terbanyak

adalah di Sulawesi Selatan, Jawa, Maluku dan Sumatera Utara. Kemiri sudah

banyak ditanam oleh rakyat, meskipun masih banyak pula yang tumbuh secara liar

di hutan-hutan. Rakyat menanam kemiri umumnya bertujuan untuk diambil

buahnya, sedangkan dinas kehutanan menanamnya lebih untuk diambil kayunya


Universitas Sumatera Utara

(terutama di Jawa Timur). Penanaman kemiri sebagai tanaman reboisasi atau penghijauan seperti halnya yang dilakukan oleh dinas kehutanan ini menyebabkan penyebaran tanaman kemiri jauh lebih cepat (Sunanto, 1994).
Kemiri tumbuh dengan baik pada tanah-tanah kapur, tanah-tanah berpasir di pantai. Tetapi dapat juga tumbuh pada tanah-tanah podsolik yang kurang subur sampai yang subur dan pada tanah-tanah latosol. Tanaman kemiri dapat tumbuh dan berproduksi baik pada ketinggian 0 – 800 meter di atas permukaan laut, walaupun dibeberapa tempat dapat juga tumbuh pada ketingian 1.200 meter dpl. Tanaman kemiri dapat tumbuh pada lahan datar, bergelombang dan bertebingtebing curam. Ditinjau dari kondisi iklimnya, tanaman kemiri dapat tumbuh di daerah-daerah yang beriklim kering dan basah. Tanaman kemiri dapat tumbuh di daerah dengan jumlah curah hujan 1.500 – 2.400 mm per tahun dan suhu 20 –
0
27 C (Direktorat Budidaya Tanaman, 2008). Kemiri ditanam dengan biji. Tampaknya, penanaman melalui cara lain
jarang dilakukan. Kecuali pelaku pertanian atau pengusaha perkebunan, tak banyak orang mau menanam kemiri dengan sengaja. Faktanya, di daerah pemukiman, kebanyakan pohon kemiri muncul dari kemurahan alam. Pohon kemiri tumbuh dengan cepat, walaupun tak secepat pohon akasia atau lamtorogung (Leucena leucosephala). Tajuk batangnya cukup rimbun, sehingga tanaman yang bisa mencapai ketinggian antara 20-40 meter ini baik untuk pelindung dan penjaga keawetan tanah. Untuk produksi komersial, kemiri biasanya ditanam dengan kepadatan 300 tanaman per hektar dan tiap tanaman bisa menghasilkan biji kemiri 35-45 kg per tahun per hektar. Dalam setahun, setiap hektar bisa dihasilkan 3.000 kg minyak kemiri. Dengan kepadatan tanaman 175
Universitas Sumatera Utara

tanaman per hektar, bisa dihasilkan minyak kemiri sebesar 1.630-1.840 kg per tahun (Prihandana, dkk, 2008).
Buah kemiri tidak dapat langsung dimakan mentah karena beracun, yang disebabkan oleh toxalbumin. Persenyawaan toxalbumin dapat dihilangkan dengan cara pemanasan dan dapat dinetralkan dengan penambahan bumbu lainnya seperti garam, merica, dan terasi. Bila terjadi keracunan karena kemiri, dapat dinetralkan dengan meminum air kelapa. Daging buah kemiri digunakan sebagai bumbu dalam jumlah yang relatif kecil. Minyak kemiri tidak dapat dicerna karena bersifat laksatif dan biasanya digunakan sebagai bahan dasar cat atau pernis, tinta cetak dan pembuatan sabun atau sebagai pengawet kayu. Di Filiphina minyak ini sudah lama dikenal dan digunakan untuk melapisi bagian dasar perahu, agar tahan terhadap korosif akibat air laut. Minyak kemiri dapat digunakan sebagai minyak rambut dan di Pulau Jawa sebagai bahan pembatik, dan juga untuk penerangan (Ketaren,1986).
Biji kemiri tergolong buah batu karena berkulit keras menyerupai tempurung dengan permukaan luar kasar berlekuk. Tempurung biji ini ketebalannya sekitar 3-5 mm, berwarna cokelat atau kehitaman. Kulit biji inilah yang merupakan bagian buah yang paling keras. Biji kemiri memiliki bentuk membulat atau limas, agak gepeng dengan salah satu ujungnya meruncing. Diameter bijinya mencapai 1,5-2 cm. Di dalamnya terdapat daging biji berwarna putih yang kaku (merupakan bagian endosperm dengan kotiledon di dalamnya). Sehingga jika ditelusuri dari luar ke dalam, bagian buah kemiri berturut-turut adalah kulit luar, lapisan kayu, kulit biji, endosperm, dan kotiledon (Paimin, 1997).
Universitas Sumatera Utara

Inti biji kemiri jelas mempunyai nilai ekonomi yang tinggi, sebab hampir

semua jenis masakan khas Indonesia menggunakan kemiri. Di samping itu biji

kemiri dapat diambil minyaknya untuk berbagai keperluan industri. Inti biji

kemiri mengandung 60%-66% minyak. Pengambilan minyak dan inti biji kemiri

dapat dilakukan dengan cara dipres. Jika inti biji kemiri dipres dalam keadaan

dingin, minyaknya akan berwarna kuning dengan aroma dan rasa yang menarik

(menyenangkan). Namun jika dipres dalam kondisi panas, minyaknya akan

berwarna gelap dengan aroma dan rasa yang tidak menarik (Sunanto,1994).

Tabel 1. Komposisi kandungan gizi inti kemiri

No. Komponen

Jumlah Kandungan

1. Kalori

636 kal

2. Protein

19 gram

3. Lemak

63 gram

4. Karbohidrat

8 gram

5. Kalsium

80 miligram

6. Fosfor

200 miligram

7. Besi

2 miligram

8. Vitamin B1 9. Air

0,06 miligram 7 gram

Sumber : Daftar Komposisi Bahan Makanan, Direktorat Gizi Departemen Kesehatan RI

(1981).

Panen dan Pasca Panen Kemiri Tanaman kemiri yang dipelihara dengan baik, pada umur sekitar 4 tahun
sudah mulai berbuah. Ukuran buah kemiri relatif besar dan berat sehingga mudah jatuh jika sudah cukup masak. Buah kemiri berbentuk telur atau bola yang lebar dan agak lonjong ke samping di salah satu sisinya. Buah kemiri berambut halus

Universitas Sumatera Utara

dan kulit buahnya cukup tebal. Daging buahnya kaku dan setiap buah mengandung 1-2 biji (Sunanto, 1994).
Diameter biji kemiri mencapai 1,5-2 cm yang di dalamnya terdapat daging biji berwarna putih yang kaku (merupakan bagian endosperm yang digunakan sebagai bumbu masak). Biji kemiri mempunyai kulit biji yang dikenal sebagai tempurung atau cangkang yang sangat keras. Tempurung ini beratnya mencapai 65% - 75% dari berat biji seluruhnya, dan tebal tempurung adalah 3-5 mm. Permukaan luarnya kasar dan berlekuk serta berwarna coklat kehitaman. Tempurung biji merupakan bagian buah yang paling keras sehingga untuk mendapatkan inti atau daging buah, maka tempurungnya harus dipecah (Sunanto, 1994).
Pengeringan biji dilakukan dengan cara menjemur di bawah sinar matahari dengan lama penjemuran antara 3 sampai 6 hari tergantung cuaca sampai mencapai kadar air 7-10%. Pada kondisi ini biji dijamin bebas dari gangguan cendawan atau serangga. Selanjutnya biji dapat disimpan, dijual atau dikupas bijinya. Petani menjual biji kemiri dalam keadaan utuh atau biji kemiri yang sudah dikupas. Untuk memperoleh keuntungan yang lebih besar, petani akan menjual dalam keadaan biji kupas (Paimin, 1997).
Pemecahan kulit biji dilakukan secara manual/ tradisional dan cara mekanis. Setelah dilakukan pemecahan tempurung, daging kemiri harus dikeringkan untuk menghindari kerusakan selama penyimpanan. Pengeringan dilakukan dengan cara penjemuran hingga mencapai kadar air 6%. Pengeringan daging kemiri juga dapat dilakukan dengan menggunakan alat pengering buatan,
Universitas Sumatera Utara

terutama bila kondisi cuaca tidak memungkinkan untuk penjemuran (Paimin, 1997). Proses Pemecahan Kemiri
Pemecahan kulit biji yang dilakukan secara tradisional dengan menggunakan alat pengupas sederhana yaitu sebuah kantong karet seukuran biji kemiri yang dikaitkan pada ujung tangkai kayu atau bamboo yang panjangnya 3040 cm. biji kemiri yang sudah dijemur, dimasukkan ke dalam kantong karet kemudian dipukulkan pada sebuah batu, sehingga tempurungnya pecah dan daging biji (kernel) mudah diambil. Daging biji kemiri disortasi antara daging biji utuh dan yang pecah. Selanjutnya kernel dijemur kembali untuk mencegah serangan jamur atau cendawan pada saat penyimpanan (Wibowo, 2007).
Biji kemiri dapat ditaruh di atas seng dan dijemur penuh sepanjang hari. Setiap jam 14.00, biji kemiri disiram dengan air dingin. Hal ini dilakukan setiap hari. Setelah seminggu kemiri akan retak tempurungnya. Secara logika cara ini dapat dimengerti. Pada siang hari, biji kemiri mempunyai suhu yang tinggi karena mendapat panas langsung dari terik sinar matahari. Dalam kondisi suhu yang tinggi tersebut secara mendadak mendapat air yang dingin sehingga terjadi perubahan suhu mendadak yang mengakibatkan terjadinya keretakan pada tempurung biji kemiri tersebut (Sunanto, 1994).
Pengupasan dengan menggunakan alat atau mesin pemecah kemiri lebih efektif dibanding secara manual. Penggunaan mesin pemecah kemiri memiliki kapasitas kerja yang lebih tinggi dan dapat mengurangi resiko inti pecah. Mesin pemecah kemiri ini dapat menekan kerugian petani akibat banyaknya inti biji
Universitas Sumatera Utara

kemiri yang rusak di samping tidak memerlukan banyak tenaga kerja (Nando, 2002).
Kemiri dapat ditingkatkan mutunya dengan cara merubah proses tradisional ke arah mekanis dalam hal proses pengeringan dan pengupasan kulit kemiri. Untuk mendapatkan biji kemiri utuh sangat tergantung pada teknologi proses, yaitu pengeringan menggunakan mesin pengering dengan suhu 90°C selama 75 menit, perendaman dalam air jernih selama 30 menit, penirisan selama 30 menit, sebelum proses pengupasan kulit dan dijatuhkan secara gravitasi dari ketinggian 3 meter. Dengan metode ini kualitas kemiri menjadi baik, warna lebih putih, dan keutuhan biji kemiri yang dihasilkan mencapai 65-80% (Anonimous, 2007).
Ada beberapa mekanisme yang digunakan pada mesin pemecah kemiri antara lain pemecah dengan dipukul, pemecah dengan dijatuhkan, pemecah dengan dilempar dan pemecah dengan sistem rol. Mesin pemecah kemiri dengan sistem lempar, mekanismenya adalah dengan pemberian gaya awal pada kemiri sehingga kemiri menubruk suatu dinding hingga pecah. Pemberian gaya awal pada kemiri adalah memberikan kecepatan awal dengan cara melontarkannya. Kelemahan dari sistem ini adalah kapasitas yang tidak terlalu besar dibanding dengan sistem yang lainnya karena adanya peletakan kemiri yang terbatas pada sayap pelempar agar mendapatkan hasil yang maksimal. Syarat kemiri sebelum dipecahkan adalah kemiri harus didinginkan terlebih dahulu kira-kira dari -4°C sampai -6°C (Anonimous, 2003).
Untuk dapat hasil pemecah biji yang optimal, dilakukan penelitian dengan membuat alat pemecahan kemiri sistem bantingan (sentrifugal) yang digerakkan
Universitas Sumatera Utara

oleh motor listrik. Dengan alat pengupas kemiri tersebut dapat dihasilkan inti utuh sebesar 20% (Moko, dkk, 1995). Pengeringan
Pengeringan merupakan salah satu cara pengawetan pangan yang paling tua. Cara ini merupakan suatu proses yang ditiru dari alam; kita telah memperbaiki pelaksanaannya pada bagian-bagian tertentu. Pengeringan merupakan suatu metode pengawetan pangan yang paling luas digunakan (Desrosier, 1988).
Pengeringan adalah operasi rumit yang meliputi perpindahan panas dan massa secara transien serta beberapa laju proses, seperti transformasi fisik atau kimia, yang pada gilirannya dapat menyebabkan perubahan mutu hasil maupun mekanisme perpindahan panas dan massa. Perubahan fisik yang mungkin terjadi meliputi: pengkerutan, penggumpalan, kristalisasi, transisi gelas. Pada beberapa kasus, dapat terjadi reaksi kimia atau biokimia yang diinginkan atau tidak diinginkan, yang menyebabkan perubahan warna, tekstur, aroma atau sifat lain padatan yang dihasilkan. Sebagai contoh, pada pembuatan katalis, kondisi pengeringan dapat menyebabkan perbedaan nyata dalam aktivitas katalis tersebut melalui perubahan luas permukaan internalnya (Devahastin, 2001).
Pengeringan pangan berarti pemindahan air dengan sengaja dari bahan pangan. Pada kebanyakan peristiwa, pengeringan berlangsung dengan penguapan air yang terdapat di dalam bahan pangan dan untuk ini panas laten penguapan harus diberikan. Dua faktor proses pengawasan yang penting yang dimasukkan ke dalam satuan operasi pengeringan yaitu:
Universitas Sumatera Utara

a). pemindahan panas untuk melengkapi panas laten penguapan yang dibutuhkan b). pergerakan air atau uap air melalui bahan pangan dan kemudian keluar bahan untuk mempengaruhi pemisahan dari bahan pangan (Earle, 1969).
Kadar air adalah banyaknya kandungan air per satuan berat bahan dinyatakan dalam %. Kadar air bahan dipengaruhi oleh kelembaban udara (RH) di sekitarnya. Air merupakan media untuk pertumbuhan dan perkembangbiakan bakteri. Kadar air suatu bahan mempengaruhi lamanya proses pengeringan yang dinyatakan dalam dua cara yaitu basis kering (dry basis) dan basis basah (wet basis). Kadar air secara dry basis adalah perbandingan antara berat air dalam bahan dalam berat bahan kering. Berat bahan kering adalah berat bahan asal dikurangi dengan berat airnya. Sedangkan kadar air secara wet basis adalah perbandingan antara berat air dalam bahan dengan berat bahan seluruhnya (Winarno, dkk, 1980).
Proses pengeringan adalah proses penguapan kandungan air suatu bahan untuk menurunkan persentase kadar air bahan dari kadar air semula. Ada 3 macam kadar air pada biji, yaitu kadar air permukaan, kadar air antarsel, dan kadar air di dalam sel. Kadar air permukaan akan menguap lebih dulu. Setelah itu, air yang ada di antara sel-sel biji mengalir ke permukaan. Proses pengaliran ini harus perlahan-lahan agar tidak terjadi keretakan antara sel dan sel lainnya. Kadar air di dalam sel adalah jumlah cairan sel biji. Cairan sel ini akan mengalir keluar setelah persentase kadar air antara sel menjadi lebih kecil (rendah). Proses pengaliran air secara osmosis ini memakan waktu yang lamanya bergantung pada besarnya kadar air mula-mula dan suhu panas yang dipergunakan. Agar hubungan antara sel dengan sel lainnya tidak rusak, maka proses pengeringannya tidak boleh
Universitas Sumatera Utara

berlangsung terus-menerus. Tujuannya supaya terjadi keseimbangan kadar air antara bagian luar dan bagian yang lebih dalam dari butiran biji. Untuk mencapai keseimbangan kadar air, bahan yang dikeringkan tidak diberi udara panas tetapi dialiri udara biasa. Waktu yang dipergunakan selama proses ini disebut waktu istirahat atau “tempering period”. Waktu pengeringan adalah waktu pengaliran udara panas ditambah waktu istirahat seluruhnya (Hardjosentono, dkk, 2000).
Sistem pengeringan adalah dimana energi panas dialirkan hanya melalui udara, panas yang merata dari bahan kering pada bagian yang kecil ke panas laten dari evaporasi. Udara dilewatkan melalui bahan yang akan dikeringkan, dimana temperatur diturunkan dan kelembaban naik, sehingga temperatur bola basah konstan (Devahastin, 2001).
Pangan kering dapat disimpan untuk waktu yang lama yang akan mengalami pembusukan. Hal ini disebabkan karena jasad renik yang dapat membusukkan dan memecahkan pangan tidak dapat tumbuh karena ketiadaan air dan umumnya enzim yang dapat menyebabkan perubahan kimia tidak dikehendaki, tidak dapat berfungsi tanpa adanya air (Earle,1969).
Pengeringan merupakan kegiatan yang penting artinya dalam pengawetan bahan, maupun industri pengolahan hasil pertanian. Tujuan pengeringan hasil pertanian menurut Taib, dkk, (1998) adalah :
1. Agar produk dapat disimpan lebih lama 2. Mempertahankan daya fisiologik biji-bijian atau benih 3. Pemanenan dapat dilakukan lebih awal 4. Mendapatkan kualitas yang lebih baik 5. Menghemat biaya pengangkutan
Universitas Sumatera Utara

Pengeringan Kemiri Pengeringan biji kemiri dapat dilakukan dengan menggunakan alat
pengering atau lantai penjemur dengan sinar matahari. Penjemuran sebaiknya dilakukan dari jam 08.00-16.00 agar diperoleh pemanasan maksimal. Dalam keadaan cuaca baik, pengeringan berlangsung sekitar 3-4 hari (Paimin, 1997).
Pengupasan biji kemiri dapat juga dilakukan dengan cara dijemur di atas seng sehingga biji kemiri mempunyai suhu yang tinggi di siang hari. Tiap jam 14.00 biji kemiri disiram air dingin sehingga tempurungnya pecah (Sunanto, 1994).
Penjemuran bertujuan untuk memudahkan pemecahan cangkang. Biji yang kurang kering akan menaikkan persentase inti melengket, sehingga dibutuhkan pengeringan kembali untuk memisahkan inti dari cangkangnya dan pengeringan yang terlalu lama cenderung meningkatkan persentase inti pecah maupun hancur (Hasibuan, 1996).
Selama biji kemiri tersebut dikeringkan perlu diadakan pembalikan sehingga pengeringan berjalan lebih merata. Diusahakan tinggi tumpukan tidak lebih dari 3 lapisan biji kemiri. Akhir pengeringan dapat diketahui bilamana inti kemiri terdengar lepas dari kulit bijinya bila diguncang-guncang (Anonimous, 2007).
Untuk mengeringkan biji-bijian dengan baik diperlukan suhu udara yang tinggi, udara tidak lembab, dan penghembusan udara terus-menerus dalam jumlah besar. Pada hari yang cerah, biasanya suhu udara tinggi dan kelembaban nisbi rendah serta udara kering, sehingga benda-benda menjadi cepat kering. Sebaliknya, ketika hujan atau cuaca mendung, pengeringan berlangsung lama dan
Universitas Sumatera Utara

sulit karena suhu udara rendah, derajat kelembaban nisbi tinggi, dan udara mengandung banyak uap air. Dalam keadaan ini, jika menghendaki pengeringan yang cepat, kita harus menggunakan kompor sebagai sumber udara panas. Kenaikan suhu udara 1°C menyebabkan kelembaban udara turun 4% (Hardjosentono, dkk, 2000).
Setelah dikupas, untuk menghindarkan kerusakan selama penyimpanan, perlu dilakukan pengeringan inti kemiri sampai mencapai kadar air 6%. Pengeringan dapat dilakukan dengan cara penjemuran. Di dalam pengerjaan pengeringan ini masih perlu diperhatikan faktor kebersihan agar kualitas inti kemiri dapat dipertahankan. Penjemuran inti kemiri yang baik dengan mencurahkan inti kemiri di atas lantai semen atau balai-balai yang bersih. Tumpukan penjemuran jangan sampai 3-4 lapisan. Penjemuran sebaiknya dilakukan sejak pukul 08.00-16.00 dimana penyinaran matahari mencapai maksimal. Selama penjemuran, inti kemiri harus dibolak-balik setiap 2 jam sekali agar pengeringan merata (Paimin, 1997). Mutu Hasil Kupasan
Ada beberapa macam kualitas kemiri yang beredar di pasaran. Kemiri terbaik yang mampu menembus pasar ekspor adalah kemiri top atau kemiri prima yang berisikan daging utuh 100%. Kemudian kemiri kualitas B yang memiliki persen utuh 70-80 %. Kemiri kualitas B mampu menembus pasar ekspor walaupun harganya relatif rendah. Kemiri kualitas C mempunyai persen utuh kurang dari 20% atau bahkan hanya berisikan kernel belah atau pecah saja yang diperdagangkan di pasar lokal. Selain faktor keutuhan biji, penampilan dan kondisi biji kemiri juga menentukan untuk layak tidaknya kemiri untuk diekspor.
Universitas Sumatera Utara

Warna daging kemiri cerah, tidak berjamur, tidak berbau tengik, dan kadar minyaknya tinggi (Paimin, 1997).
Sedangkan menurut Sunanto (1994), kualitas kemiri terdiri dari kualitas nomor 1 (inti utuh), kualitas nomor 2 (inti pecah dua), dan kualitas nomor 3 (inti pecah-pecah). Harga kemiri jika dijual di pasaran berbeda-beda; kemiri kualitas nomor 1 dijual lebih mahal dibanding dengan kemiri kualitas nomor 2 dan nomor 3. Persentase berat buah kemiri antara kulit dengan inti adalah 60% berat inti dan 40% berat kulit. Elemen Mesin Motor Listrik
Motor listrik dapat digolongkan menjadi dua golongan sesuai dengan sumber arus listrik, yaitu motor listrik arus searah atau DC dan motor listrik arus bolak-balik atau AC. Motor listrik AC yang kecil banyak dipakai pada peralatan rumah tangga misalnya alat cukur, alat kecantikan, alat dapur, dan sebagainya. Sedangkan motor listrik yang besar banyak digunakan pada kompresor, penggiling jagung, dan alat-alat bengkel atau pabrik. Dasar utama yang menyebabkan motor berputar ialah reaksi antar kutub magnet. Kutub yang senama tolak-menolak dan kutub yang tak senama tarik-menarik. Reaksi medan magnet listrik pada stator dan medan magnet penghantar yang dialiri arus listrik (Hartanto, 1997). Puli ( Pulley )
Jarak yang jauh antara dua poros sering tidak memungkinkan transmisi langsung dengan pasangan roda gigi. Dalam demikian, cara transmisi putaran dan daya lain yang dapat diterapkan adalah dengan menggunakan sebuah sabuk atau
Universitas Sumatera Utara

rantai yang dibelitkan di sekeliling puli atau sproket pada poros. Jika pada suatu konstruksi mesin putaran puli penggerak dinyatakan N1 dengan diameter dp dan puli yang digerakkan n2 dan diameternya Dp, maka perbandingan putaran dinyatakan dengan persamaan sebagai berikut: N1 = d p n2 Dp ( Roth,dkk., 1982 ). Pemasangan puli antara lain dapat dilakukan dengan cara:
- Horizontal, pemasangan puli dapat dilakukan dengan cara mendatar di mana pasangan puli terletak pada sumbu mendatar.
- Vertikal, pemasangan puli dilakukan secara tegak di mana letak pasangan puli adalah pada sumbu vertikal. Pada pemasangan ini akan terjadi getaran pada bagian mekanisme serta penurunan umur sabuk
( Mabie and Ocvirrk, 1967 ).
Universitas Sumatera Utara

METODOLOGI PENELITIAN
Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Workshop Bengkel Alat dan Mesin
Pertanian Teknologi Tepat Guna (TTG) JL. Bunga Sedap Malam XII no. 40 Medan dan Laboratorium Teknik Pertanian Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara. Penelitian dilakukan mulai bulan Mei - Juli 2010. Bahan dan Alat
Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian adalah kemiri yang baru dipanen sekitar 3 (tiga) hari dari petani kemiri.
Alat-alat yang digunakan dalam penelitian yaitu mesin pengering tipe rak (oven) untuk mengeringkan kemiri, mesin pendingin untuk mendinginkan kemiri, alat pemecah kemiri untuk memecahkan kemiri dari cangkang, stopwatch untuk menghitung waktu, timbangan elektrik untuk menimbang kemiri, kalkulator untuk perhitungan dalam pengolahan data, kertas dan alat tulis untuk pencatatan dalam pengolahan data, tikar atau karung goni sebagai wadah kemiri. Metode Penelitian Penelitian ini menggunakan factorial yang terdiri dari 2(dua) faktor yaitu:
1. Faktor Lama Pengeringan (L) L1 = 10 jam L2 = 12 jam L3 = 14 jam
Universitas Sumatera Utara

2. Faktor RPM (R)

R1 = 650 rpm

R2 = 750 rpm

R3 = 850 rpm

Sehingga kombinasi perlakuan Tc sebanyak 3x3 = 9, maka jumlah ulangan

minimum perlakuan (n) adalah:

Tc (n-1) ≥ 15

9 (n-1) ≥ 15

9n-9 ≥ 15

n ≥ 2,67

n≥3

Jumlah ulangan dilakukan sebanyak 3 (tiga) kali maka kombinasi perlakuan ada

9 (Sembilan), yaitu:

1. L1R1

4. L2R1

7. L3R1

2. L1R2

5. L2R2

8. L3R2

3. L1R3

6. L2R3

9. L3R3

Model Rancangan Penelitian

Rancangan penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL)

Faktorial dengan model sebagai berikut:

Yijk = µ + αi + βj + (αβ)ij + ε ijk

Dimana:

Yijk = Hasil pengamatan dari faktor L pada taraf ke-i dan faktor R pada taraf

ke-j dan ulangan ke-k

µ = Efek nilai tengah

Universitas Sumatera Utara

αi = Efek dari faktor L pada taraf ke-i βj = Efek dari faktor R pada taraf ke-j (αβ)ij = Efek interaksi dari faktor L pada taraf ke-i dengan faktor R pada taraf
ke-j ε ijk = Efek galat dari faktor L pada taraf ke-I dengan faktor R pada taraf ke-j
dengan ulangan ke-k Pelaksanaan Penelitian Persiapan Penelitian
Pembelian kemiri dari petani kemiri yang baru dipanen di Kecamatan Hatonduhan Kabupaten Simalungun. Prosedur Penelitian
Biji kemiri berasal dari buah kemiri dengan besar dan bentuk yang homogen yaitu kemiri yang berasal dari Kecamatan Hatonduhan Kabupaten Simalungun, serta ukuran dan bentuk biji kemiri yang homogen. Biji kemiri yang dibutuhkan sebanyak 3 kg untuk setiap perlakuan. Adapun prosedur penelitian adalah sebagai berikut:
1. Dilakukan pengeringan dengan menggunakan oven pada suhu 70°C dengan lama pengeringan 10 jam, 12 jam, dan 14 jam.
2. Dikeluarkan dari oven dan ditimbang masing-masing perlakuan, kemudian dimasukkan ke dalam mesin pendingin selama 12 jam dengan suhu -12°C.
3. Dipecahkan biji kemiri dengan menggunkan mesin pemecah kemiri. 4. Dipisahkan cangkang dengan inti kemiri (inti kemiri diambil). 5. Dianalisa masing-masing perlakuan sesuai dengan parameter yang
diamati.
Universitas Sumatera Utara

Parameter yang Diamati Dengan menggunakan sampel kemiri seberat 100 biji, parameter yang akan
diamati yakni: 1. Kapasitas Pemecahan Inti Kemiri (KP) Kapasitas pemecahan inti kemiri adalah banyaknya inti utuh, inti pecah, dan inti hancur yang dapat dihasilkan oleh alat pemecah kemiri dalam waktu tertentu. Kapasitas pemecahan diketahui dengan menimbang seluruh hasil pemecahan kemiri terhadap waktu pemecahan kemiri dengan rumus:
2. Persentase Inti Utuh (PIU) Inti utuh merupakan biji kemiri yang telah dipecahkan menghasilkan inti kemiri yang masih utuh, tidak lengket pada cangkang, tidak pecah dan tidak sompel. PIU diperoleh dengan cara menimbang inti utuh hasil pemecahan dibagi dengan berat inti kemiri seluruhnya dikali 100% dengan rumus:
3. Persentase Inti Pecah (PIP) Inti pecah merupakan biji kemiri yang telah dipecahkan menghasilkan inti kemiri yang pecah menjadi 2 atau 3 bagian dan tidak lengket pada cangkang. PIP diperoleh dengan cara menimbang inti pecah seluruhnya dibagi dengan berat inti kemiri seluruhnya dikali 100% dengan rumus:
Universitas Sumatera Utara

4. Persentase Inti Hancur (PIH) Inti hancur merupakan biji kemiri yang telah dipecahkan menghasilkan inti kemiri yang hancur dan tidak lengket pada cangkang. PIH diperoleh dengan cara menimbang inti hancur seluruhnya dibagi dengan berat inti kemiri seluruhnya dikali 100% dengan rumus:
5. Persentase Inti Lengket (PIL) Inti lengket adalah inti kemiri yang setelah pemecahan masih melekat pada cangkang. Diperoleh dengan cara menimbang seluruh inti yang masih melekat pada cangkang dibagi dengan berat inti kemiri seluruhnya dikali 100% dengan rumus:
6. Kadar Air Kadar air bahan menunjukkan banyaknya kandungan air per satuan
bobot bahan. Kadar air dihitung dengan cara:
Universitas Sumatera Utara

HASIL DAN PEMBAHASAN

Secara umum lama pengeringan memberi pengaruh terhadap kapasitas

pemecahan, persentase inti bulat utuh, persentase inti pecah dua, persentase inti

hancur, persentase inti lengket, dan kadar air dari mutu inti kemiri yang

dihasilkan, dapat dilihat pada Tabel 2.

Tabel 2. Pengaruh lama pengeringan terhadap parameter yang diamati

Lama Pengeringan
(jam)
L1
L2
L3

Kapasitas Kerja Alat (kg/jam)
1542.85
1542.85
1542.85

Inti Bulat Utuh (%)
56.30 67.75 66.51

Inti Pecah Dua (%)
4.78 5.32 6.33

Inti Hancur
(%)
6.81
4.79
6.21

Inti Lengket
(%)
32.10
23.25
20.95

Kadar Air (%)
6.21 5.22 4.32

Dari Tabel 2 dapat dilihat bahwa kapasitas pemecahan kemiri pada setiap lama pengeringan tidak menunjukkan perbedaan. Persentase inti bulat utuh dan inti pecah dua tertinggi diperoleh pada lama pengeringan 14 jam (L3) dan terendah diperoleh pada lama pengeringan 10 jam (L1), sedangkan persentase inti hancur tertinggi diperoleh pada lama pengeringan 10 jam (L1) dan terendah diperoleh pada lama pengeringan 12 jam (L2). Persentase inti lengket dan kadar air tertinggi diperoleh pada lama pengeringan 10 jam (L1) dan terendah diperoleh pada lama pengeringan 14 jam (L3). Lama pengeringan yang singkat menyebabkan banyak buah kemiri yang tidak pecah pada waktu pemecahan buah kemiri tetapi tidak dijadikan parameter.
RPM memberi pengaruh terhadap kapasitas pemecahan, persentase inti bulat utuh, persentase inti pecah dua, persentase inti hancur, persentase inti

Universitas Sumatera Utara

lengket, dan kadar air dari mutu inti kemiri yang dihasilkan, dapat dilihat pada

Tabel 3.

Tabel 3. Pengaruh RPM terhadap parameter yang diamati

Perlakuan/ Pengamatan
R1 R2 R3

Kapasitas Kerja Alat (kg/jam)
1542.85 1542.85 1542.85

Inti Bulat Utuh (%)
64.19 64.17 62.20

Inti Pecah Dua (%)
5.51 5.27 5.64

Inti Hancur
(%)

Inti Lengket
(%)

Kadar Air (%)

4.56 26.97 5.17 5.64 24.90 5.26 7.61 24.42 5.32

Dari Tabel 3 dapat dilihat bahwa kapasitas pemecahan kemiri pada setiap lama pengeringan tida