Evaluasi Basa-Basa Tukar dan Kapasitas Tukar Kation Tanah yang Diaplikasi Limbah Cair Pabrik Kelapa Sawit di PT SMART Kebun Padang Halaban Labuhan Batu Utara

EVALUASI BASA-BASA TUKAR DAN KAPASITAS TUKAR KATION
TANAH YANG DIAPLIKASI LIMBAH CAIR PABRIK KELAPA
SAWIT DI PT SMART KEBUN PADANG HALABAN
KABUPATEN LABUHAN BATU UTARA

SKRIPSI

OLEH:
RAPAEL BANJARNAHOR
060303031/ILMU TANAH

DEPARTEMEN ILMU TANAH
FAKULTAS PERTANIA N
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2010

Universitas Sumatera Utara

EVALUASI BASA-BASA TUKAR DAN KAPASITAS TUKAR KATION
TANAH YANG DIAPLIKASI LIMBAH CAIR PABRIK KELAPA

SAWIT DI PT SMART KEBUN PADANG HALABAN
KABUPATEN LABUHAN BATU UTARA

SKRIPSI

OLEH:
RAPAEL BANJARNAHOR
060303031/ILMU TANAH

Skripsi sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana di
Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara, Medan

Disetujui oleh
Komisi Pembimbing

Ketua

Anggota

(Dr. Ir. Hamidah Hanum, MP)

NIP. 19690502 199403 2 005

(Prof. Dr. Ir. Abdul Rauf, MP)
NIP. 19590917 198701 1 001

DEPARTEMEN ILMU TANAH
FAKULTAS PERTANIA N
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2010

Universitas Sumatera Utara

Judul Penelitian

: Evaluasi Basa-Basa Tukar dan Kapasitas Tukar
Kation Tanah yang Diaplikasi Limbah Cair Pabrik
Kelapa Sawit di PT SMART Kebun Padang Halaban
Labuhan Batu Utara


Nama

: Rapael Banjarnahor

NIM

: 060303031

Jurusan

: Ilmu Tanah

Minat Studi

: Konservasi Tanah dan Air

Disetujui Oleh:
Komisi Pembimbing

(Prof. Dr. Ir. Abdul Rauf, MP)

Ketua

(Dr. Ir. Hamidah Hanum, MP)
Anggota

Mengetahui,

(Prof. Dr. Ir. Abdul Rauf, MP)
Ketua Departemen

DEPARTEMEN ILMU TANAH
FAKULTAS PERTANIA N
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2010

Universitas Sumatera Utara

ABSTRAK


RAPAEL BANJARNAHOR: Evaluasi Basa-Basa Tukar dan Kapasitas Tukar
Kation Tanah yang Diaplikasi Limbah Cair Pabrik Kelapa Sawit di PT SMART
Kebun Padang
Halaban Labuhan Batu Utara, dibimbing
oleh
Prof. Dr. Ir. Abdul Rauf, MP dan Dr. Ir. Hamidah Hanum, MP.
Limbah cair pabrik kelapa sawit masih mengandung unsur hara yang
dibutuhkan tanaman sehingga dapat diaplikasikan ke lahan perkebunan kelapa
sawit. Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi basa-basa tukar dan kapasitas
tukar kation tanah di PT. SMART Kebun Padang Halaban Labuhan Batu Utara.
Pengambilan contoh tanah menggunakan metode stratifikasi berdasarkan
kedalaman tanah tiap 20cm, pada tiga lokasi penelitian yakni kontrol, sela, dan
rorak aplikasi, enam taraf kedalaman yaitu 0-20cm, 20-40cm, 40-60cm, 60-80cm,
80-100cm, 100-120cm, dan tiga kali ulangan. Parameter yang diukur adalah Ktukar, Na-tukar, Ca-tukar, Mg-tukar, dan kapasitas tukar kation tanah. Uji statistik
yang digunakan adalah uji t.
Hasil penelitian menunjukkan K-tukar, Mg-tukar, dan KTK tanah lebih
tinggi di rorak aplikasi dibandingkan dengan di sela tanaman, dan di sela tanaman
lebih tinggi dibandingkan dengan di lahan kontrol pada tiap taraf kedalaman. Natukar pada ketiga lokasi penelitian menunjukkan hasil tidak berbeda dan berada
pada kriteria sangat rendah. Ca-tukar lebih tinggi di rorak aplikasi dibandingkan
dengan di sela tanaman dan lahan kontrol hanya pada kedalaman 0-80cm.

Kata Kunci : Evaluasi, Basa Tukar, Limbah

Universitas Sumatera Utara

ABSTRACT

RAPAEL BANJARNAHOR: Bases Exchange and Cation Exchange Capacity
Evaluation of Soil which is Apllicated by Liquid Waste of Oil Palm Factory in PT
SMART Padang Halaban Plantation at Labuhan Batu Utara Regency, guided by
Prof. Dr. Ir. Abdul Rauf, MP and
Dr. Ir. Hamidah Hanum, MP.
Liquid Waste of Oil Palm Factory still contains the nutrients which is
required by plants so it can be applicated to the plantation land. The purpose of
this research is evaluated the bases exchange and cation exchange evaluation of
soil which is apllicated by liquid waste of oil palm factory in pt smart padang
halaban plantation at labuhan batu utara regency. Intake of soil sampel by using
stratified method based on soil deepness every 20cmon six deepness are 0-20, 2040, 40-6-, 60-80, 80-100, and 100-120cm, at three different location of research
namely kontrol, sela and rorak aplikasi, and three times restating. Parameters that
measured are K-exchange, Na- exchange, Ca- exchange, Mg- exchange, and
cation exchange capacity. Statistical test that used is t test.

Result of research show that the K-exchange, Mg- exchange, and cation
exchange capacity are higher at rorak aplikasi compare with at sela tanaman, and
at sela tanaman is higher than kontrol at every level of deepness. Na-exchange at
the three locations show similar result at very low criteria. Ca-exchange is higher
at rorak aplikasi compare with sela and control land just only 0-80cm deepness.
Key Word : Evaluation, Bases Exchange, waste

Universitas Sumatera Utara

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Sibuntuon pada tanggal 14 September 1986 dari
ayahanda Jadiaman Banjarnahor dan Ibunda Rediana Br. Tamba. Penulis adalah
anak pertama dari tiga bersaudara.
Kurun waktu 1993 hingga 1999, penulis adalah siswa SD Negeri 173779
Janjimaria Pagarbatu, Desa Tamba, Samosir. Tahun 2002 lulus dari SMP Swasta
Budi Mulia Pangururan, Samosir. Tahun 2005 lulus dari SMA Negeri 1
Pangururan, Samosir. Dan pada tahun 2006, melalui jalur seleksi penerimaan
mahasiswa baru (SPMB), penulis masuk Universitas Sumatera Utara, Fakultas
Pertanian, Departemen Ilmu Tanah, dengan minat studi Konservasi Tanah dan

Air.
Aktivitas organisasi yang diikuti penulis selama mengikuti perkuliahan
adalah, menjadi anggota Ikatan Mahasiswa Ilmu Tanah (IMILTA) dan menjadi
ketua untuk masa bakti 2008/2009. Menjadi anggota Gerakan Mahasiswa Kristen
Indonesia (GMKI) Cabang Medan dan menjadi Wakil Ketua Bidang Aksi dan
Pelayanan untuk masa bakti 2008/2009. Menjadi anggota Parsadaan Mahasiswa
Samosir (PAMASA) dan menjadi Biro Komunikasi untuk masa bakti 2008/2009.
Pada bulan Juli hingga Agustus 2010, penulis melaksanakan praktek kerja
lapangan di PT Perkebunan Nusantara III Distrik Serdang 1 Unit Kebun Gunung
Pamela, Kecamatan Sipispis, Kabupaten Serdang Bedagai. Penelitian penulis
dilaksanakan di Kabupaten Labuhan Batu dengan judul Evaluasi Basa-Basa Tukar

Universitas Sumatera Utara

dan Kapasitas Tukar Kation Tanah Yang Diaplikasi Limbah Cair Pabrik Kelapa
Sawit Di PT SMART Kebun Padang Halaban Labuhan Batu Utara.
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas
berkat dan rahmatNyalah sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan

baik dan tepat pada waktunya.
Adapun judul skripsi ini adalah adalah “Evaluasi Basa-Basa Tukar dan
Kapasitas Tukar Kation Tanah yang Diaplikasi Limbah Cair pabrik Kelapa
Sawit Di PT Smart Kebun Padang Halaban kabupaten Labuhan Batu
Utara”, dimana skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk dapat mendapat
gelar sarjana di Departemen Ilmu Tanah Fakultas Pertanian Universitas Sumatera
Utara, Medan.
Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada Bapak
Prof. Dr. Ir. Abdul Rauf, MP selaku ketua komisi pembimbing dan Ibu
Dr. Ir. Hamidah Hanum, MP selaku anggota komisi pembimbing. Dan kepada
semua pihak yang yang telah berperan dalam memberikan masukan dalam
penyelesaian skripsi ini.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna, maka dari
itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun agar menjadi
lebih baik dan dapat berguna bagi pihak yang membutuhkan. Akhir kata penulis
mengucapkan terima kasih.

Universitas Sumatera Utara

Medan, Desember 2010


Penulis
DAFTAR ISI

ABSTRAK ..................................................................................................i
DAFTAR RIWAYAT HIDUP ................................................................... ii
KATA PENGANTAR ............................................................................... iii
DAFTAR ISI ............................................................................................. iv
DAFTAR TABEL ..................................................................................... vi
DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................. vii
PENDAHULUAN
Latar Belakang .................................................................................
Tujuan Penelitian .............................................................................
Hipotesis Penelitian ..........................................................................
Kegunaan Penelitian .........................................................................

1
3
3
3


TINJAUAN PUSTAKA
Basa-Basa Tukar Pada Tanah ........................................................... 4
Kalium ............................................................................................. 5
Kalsium............................................................................................ 6
Magnesium....................................................................................... 8
Natrium ............................................................................................ 9
Kapasitas Tukar Kation Tanah......................................................... 10
Aplikasi Limbah Cair Pabrik Kelapa Sawit ...................................... 12
BAHAN DAN METODE
Tempat dan Waktu Penelitian ..........................................................
Bahan dan Alat Penelitian ...............................................................
Metodologi Penelitian .....................................................................
Pelaksanaan Penelitian ....................................................................

16
16
16
17

HASIL DAN PEMBAHSAN
Hasil................................................................................................ 20
Pembahasan .................................................................................... 29
KESIMPULAN DAN SARAN

Universitas Sumatera Utara

Kesimpulan ..................................................................................... 35
Saran ............................................................................................... 35
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
DAFTAR TABEL

No.
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.

Judul

Hal

Rataan Kalium Tukar di Tiap Titik Sampel di Berbagai Taraf
Kedalaman ............................................................................................... 20
Hasil analisis uji t terhadap parameter kalium tukar tanah pada tiap
titik sampel ............................................................................................... 21
Rataan Natrium Tukar di Tiap Titik Sampel di Berbagai Taraf
Kedalaman ............................................................................................... 22
Hasil analisis uji t terhadap parameter natrium tukar tanah pada tiap
titik sampel ............................................................................................... 23
Rataan Kalsium Tukar di Tiap Titik Sampel di Berbagai Taraf
Kedalaman ............................................................................................... 24
Hasil analisis uji t terhadap parameter kalsium tukar tanah pada tiap
titik sampel ............................................................................................... 25
Rataan Magnesium Tukar di Tiap Titik Sampel di Berbagai Taraf
Kedalaman ............................................................................................... 26
Hasil analisis uji t terhadap parameter magnesium tukar tanah pada
tiap titik sampel ........................................................................................ 26
Rataan Kapasitas Tukar Kation Tanah di Tiap Titik Sampel di
Berbagai Taraf Kedalaman ...................................................................... 27
Hasil analisis uji t terhadap parameter kapasitas tukar kation tanah
pada tiap titik sampel ................................................................................ 28

Universitas Sumatera Utara

DAFTAR LAMPIRAN

No.
11.
12.
13.
14.
15.
16.
17.
18.
19.
20.
21.
22.
23.
24.
25.
26.
27.
28.
29.

Judul

Hal

Data hasil analisis laboratorium parameter kalium tukar dari tiap titik
sampel ...................................................................................................... 37
Data hasil analisis laboratorium parameter natrium tukar tanah dari
tiap titik sampel ........................................................................................ 38
Data hasil analisis laboratorium parameter kalsium tukar tanah dari
tiap titik sampel ........................................................................................ 39
Data hasil analisis laboratorium parameter magnesium tukar tanah
dari tiap titik sampel ................................................................................. 40
Data hasil analisis laboratorium parameter kapasitas tukar kation
tanah dari tiap titik sampel ........................................................................ 41
Rataan hasil analisis laboratorium kalium tukar tanah dari tiap titik
sampel ...................................................................................................... 42
Rataan hasil analisis laboratorium natrium tukar tanah dari tiap titik
sampel ...................................................................................................... 42
Rataan hasil analisis laboratorium kalsium tukar tanah dari tiap titik
sampel ...................................................................................................... 42
Rataan hasil analisis laboratorium magnesium tukar tanah dari tiap
titik sampel ............................................................................................... 43
Rataan hasil analisis laboratorium kapasitas tukar kation tanah dari
tiap titik sampel ........................................................................................ 43
Hasil analisis uji t terhadap parameter kalium tukar tanah pada tiap
titik sampel ............................................................................................... 43
Hasil analisis uji t terhadap parameter natrium tukar tanah pada tiap
titik sampel ............................................................................................... 44
Hasil analisis uji t terhadap parameter kalsium tukar tanah pada tiap
titik sampel ............................................................................................... 44
Hasil analisis uji t terhadap parameter magnesium tukar tanah pada
tiap titik sampel ........................................................................................ 44
Hasil analisis uji t terhadap parameter kapasitas tukar kation tanah
pada tiap titik sampel ................................................................................ 45
Kriteria Penilaian Basa-Basa Tukar dan Kapasitas Tukar Kation
Tanah ....................................................................................................... 45
Data pH H2O di Tiap Titik Sampel di Berbagai Taraf Kedalaman ........... 46
Rataan C-organik di Tiap Titik Sampel di Berbagai Taraf
Kedalaman ............................................................................................... 46
Data Tekstur Tanah Di Lokasi Penelitian .................................................. 47

Universitas Sumatera Utara

ABSTRAK

RAPAEL BANJARNAHOR: Evaluasi Basa-Basa Tukar dan Kapasitas Tukar
Kation Tanah yang Diaplikasi Limbah Cair Pabrik Kelapa Sawit di PT SMART
Kebun Padang
Halaban Labuhan Batu Utara, dibimbing
oleh
Prof. Dr. Ir. Abdul Rauf, MP dan Dr. Ir. Hamidah Hanum, MP.
Limbah cair pabrik kelapa sawit masih mengandung unsur hara yang
dibutuhkan tanaman sehingga dapat diaplikasikan ke lahan perkebunan kelapa
sawit. Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi basa-basa tukar dan kapasitas
tukar kation tanah di PT. SMART Kebun Padang Halaban Labuhan Batu Utara.
Pengambilan contoh tanah menggunakan metode stratifikasi berdasarkan
kedalaman tanah tiap 20cm, pada tiga lokasi penelitian yakni kontrol, sela, dan
rorak aplikasi, enam taraf kedalaman yaitu 0-20cm, 20-40cm, 40-60cm, 60-80cm,
80-100cm, 100-120cm, dan tiga kali ulangan. Parameter yang diukur adalah Ktukar, Na-tukar, Ca-tukar, Mg-tukar, dan kapasitas tukar kation tanah. Uji statistik
yang digunakan adalah uji t.
Hasil penelitian menunjukkan K-tukar, Mg-tukar, dan KTK tanah lebih
tinggi di rorak aplikasi dibandingkan dengan di sela tanaman, dan di sela tanaman
lebih tinggi dibandingkan dengan di lahan kontrol pada tiap taraf kedalaman. Natukar pada ketiga lokasi penelitian menunjukkan hasil tidak berbeda dan berada
pada kriteria sangat rendah. Ca-tukar lebih tinggi di rorak aplikasi dibandingkan
dengan di sela tanaman dan lahan kontrol hanya pada kedalaman 0-80cm.
Kata Kunci : Evaluasi, Basa Tukar, Limbah

Universitas Sumatera Utara

ABSTRACT

RAPAEL BANJARNAHOR: Bases Exchange and Cation Exchange Capacity
Evaluation of Soil which is Apllicated by Liquid Waste of Oil Palm Factory in PT
SMART Padang Halaban Plantation at Labuhan Batu Utara Regency, guided by
Prof. Dr. Ir. Abdul Rauf, MP and
Dr. Ir. Hamidah Hanum, MP.
Liquid Waste of Oil Palm Factory still contains the nutrients which is
required by plants so it can be applicated to the plantation land. The purpose of
this research is evaluated the bases exchange and cation exchange evaluation of
soil which is apllicated by liquid waste of oil palm factory in pt smart padang
halaban plantation at labuhan batu utara regency. Intake of soil sampel by using
stratified method based on soil deepness every 20cmon six deepness are 0-20, 2040, 40-6-, 60-80, 80-100, and 100-120cm, at three different location of research
namely kontrol, sela and rorak aplikasi, and three times restating. Parameters that
measured are K-exchange, Na- exchange, Ca- exchange, Mg- exchange, and
cation exchange capacity. Statistical test that used is t test.
Result of research show that the K-exchange, Mg- exchange, and cation
exchange capacity are higher at rorak aplikasi compare with at sela tanaman, and
at sela tanaman is higher than kontrol at every level of deepness. Na-exchange at
the three locations show similar result at very low criteria. Ca-exchange is higher
at rorak aplikasi compare with sela and control land just only 0-80cm deepness.
Key Word : Evaluation, Bases Exchange, waste

Universitas Sumatera Utara

30.
31.

Gambar Lokasi Pengambilan Sampel Tanah Kontrol ................................ 48
Gambar Lokasi Pengambilan Sampel Tanah Pada Sela Rorak
Aplikasi .................................................................................................... 48

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Perkembangan industri kelapa sawit berlangsung sangat cepat di Indonesia
saat ini. Pembangunan pabrik-pabrik kelapa sawit semakin meningkat sebagai
akibat dari semakin tingginya produksi tandan buah segar yang dihasilkan. Hal
tersebut terjadi dilatarbelakangi oleh tingginya kebutuhan konsumen akan produk
turunan dari minyak kelapa sawit itu sendiri, serta secara relatif pengembangan
industri kelapa sawit di Indonesia cukup menjanjikan bagi pemrakarsanya, baik
masyarakat, swasta, maupun pemerintah. Hal ini terjadi karena didukung iklim
yang sesuai untuk tanaman kelapa sawit dan kondisi pasar yang baik.
Di samping manfaat yang disumbangkan oleh industri kelapa sawit, baik
terhadap konsumen, distributor, dan produsen serta pemasukan devisa negara
yang tinggi, industri kelapa sawit juga menyisakan limbah yang jika tidak
diantisipasi akan mengakibatkan pencemaran terhadap lingkungan. Limbah ini
terutama limbah yang berwujud cair sebagai sisa dari proses pengolahan minyak
kelapa sawit.
Namun demikian, limbah cair yang dihasilkan dari proses pembuatan
minyak sawit ini tidaklah selamanya jadi pencemar bagi lingkungan jika
dilakukan manajemen pengolahan yang baik. Agustina (2006) mengatakan bahwa

Universitas Sumatera Utara

limbah cair dari proses pengolahan minyak kelapa sawit masih banyak
mengandung unsur hara yang dibutuhkan oleh tanaman dan tanah dan biasanya
digunakan sebagai alternatif pupuk di lahan perkebunan kelapa sawit yang disebut
dengan land application. Data unsur hara yang terkandung dalam limbah cair
pabrik kelapa sawit sebelumnya telah diperoleh. Berturut-turut N-total, P-total, KTotal, Ca-total, dan Mg-total dala satuan mg/l adalah 500-900, 90-140, 10002000, 260-400, dan 250-350 (Musnamar, 2005).
Namun limbah cair pabrik kelapa sawit tentunya harus dikelola dengan
baik agar tidak menganggu kesehatan tanah, baik kesehatan biologi, fisik dan
kimia tanah, terutama tanah dimana limbah tersebut diaplikasikan. Sebagaimana
dalam Keputusan Menteri Lingkungan Hidup Nomor 28 tahun 2003 pasal tiga (3)
disebutkan syarat-syarat dalam mengaplikasi limbah cair pabrik kelapa sawit yaitu
BOD tidak boleh melebihi 5000 mg/liter, nilai pH berkisar 6 sampai 9, tidak boleh
dilakukan pada tanah dengan permeabilitas 1,5 sampai 15cm/jam, dan tidak boleh
dilakukan pada lahan dengan kedalaman air tanah kurang dari 2 meter.
Setelah kajian tentang dampak pencemaran lingkungan dilakukan dan data
tentang limbah cair pabrik kelapa sawit tersebut telah diketahui, maka kajian
selanjutnya yang dilakukan adalah evaluasi terhadap tanah lokasi aplikasi,
utamanya kadar hara yang berfungsi untuk mendukung pertumbuhan tanaman
kelapa sawit. Informasi yang ingin di dapatkan adalah jumlah unsur hara serta
pengaruh jarak lokasi aplikasi limbah terhadap tanaman kelapa sawit dalam
mendukung pemenuhan kebutuhan unsur hara untuk tanaman kelapa sawit.
Oleh sebab itulah dilakukan evaluasi dilakukan terhadap kadar unsur hara
yang dikandung oleh tanah yang telah diaplikasi, dalam hal ini terkonsentrasi pada

Universitas Sumatera Utara

basa-basa yang dapat dipertukarkan, meliputi K-dd, Na-dd, Ca-dd, dan Mg-dd
serta kapasitas tukar kation tanah. Dimana unsur hara tersebut sangat menunjang
pertumbuhan tanaman.
Hipotesis Penelitian

Basa-basa tukar dan kapasitas tukar kation pada rorak aplikasi lebih tinggi
dibandingkan dengan di sela tanaman, dan di sela tanaman lebih tinggi
dibandingkan dengan di lahan kontrol.
Tujuan Penelitian

Untuk mengetahui perbedaan basa-basa yang dapat dipertukarkan dan
kapasitas tukar kation tanah pada lahan diterapkannya aplikasi LCPKS antara di
rorak aplikasi, di sela tanaman, dan di lahan kontrol.

Kegunaan Penelitian

- Sebagai bahan informasi tentang basa-basa tukar dan kapasitas tukar kation
pada lahan yang diaplikasi limbah cair pabrik kelapa sawit terutama di lahan
perkebunan kelapa sawit
- Sebagai salah satu syarat untuk dapat memperoleh Gelar Sarjana di Fakultas
Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan

Universitas Sumatera Utara

TINJAUAN PUSTAKA

Basa-Basa Tukar Pada Tanah

Basa-basa yang dapat dipertukarkan meliputi Kalium (K), Natrium (Na),
Kalsium (Ca), dan magnesium (Mg). Persentase penjenuhan basa adalah
persentase kapasitas tukar kation yang dijenuhkan dengan kation-kation ini.
Persentase penjenuhan basa:
= milliekuivalen basa-basa yang dapat dipertukarkan
kapasitas tukar kation
(Foth, 1994).
Tingkat kejenuhan basa di dalam tanah berbeda-beda dengan dua alasan
utama. Alasan pertama yaitu pebedaan muatan efektif, dan kemampuan kation
dalam bentuk dapat dipertukarkan, dengan perbedaan pH. Alasan lain yaitu basabasa yang dapat dipertukarkan oleh ion H+ dan Al3+ dengan peningkatan pH,
tetapi ini nampak seperti sekedar faktor pada tanah mineral dengan menurunnya
pH di bawah 5,5. Faktor ini yang paling penting pada tingkat kejenuhan basa yang
tergantung pada muatan relatif yang disumbangkan oleh pH terhadap kapasitas
tukar kation pada pH tanah yang diperhitungkan (Hausenbuiller, 1982).
Kejenuhan basa menunjukkan perbandingan antara jumlah kation-kation
basa dengan jumlah semua kation (kation basa dan kation asam) yang terdapat
dalam kompleks jerapan tanah. Jumlah maksimum kation yang dapat dijerap

Universitas Sumatera Utara

tanah menunjukkan besarnya nilai kapasitas tukar kation tanah tersebut. Kationkation basa merupakan unsur yang diperlukan tanaman. Di samping itu basa-basa
umumnya mudah tercuci, sehingga tanah dengan kejenuhan basa tinggi
menunjukkan bahwa tanah tersebut belum banyak mengalami pencucian dan
merupakan tanah yang subur (Hardjowigeno, 2003).

Kalium (K)
Unsur kalium merupakan unsur yang paling mudah mengadakan
persenyawaan dengan unsur atau zat lainnya, misalnya khlor dan magnesium.
Unsur kalium berfungsi untuk tanaman yaitu untuk (a). mempercepat
pembentukan zat karbohidrat dalam tanaman; (b). memperkokoh tubuh tanaman;
(c). mempertinggi resistensi terhadap serangan hama dan penyakit dan
kekeringan; (d). meningkatkan kualitas biji. Sifat K yaitu mudah larut dan terbawa
hanyut dan mudah pula terfiksasi dalam tanah. Sumber K adalah beberapa jenis
mineral, sisa-sisa tanaman dan jasad renik, air irigasi, larutan dalam tanah, abu
tanaman dan pupuk anorganik (Sutedjo dan Kartasapoetra, 1988).
Hakim dkk (1986) mengatakan bahwa pada saat sekarang ini permasalahan
kalium tanah belum mendapat perhatian yang serius. Namun, terjadinya
kekurangan unsur ini dapat terjadi sewaktu-waktu. Dengan meningkatnya
pemakaian pupuk N dan P maka kepeerluan K akan meningkat pula. Akibatnya
serapan kalium tanah akan meningkat. Bersamaan dengan itu juga, terjadi
kehilangan akibat pencucian, sehingga penambahan kalium kedalam tanah akan
terasa ketersediaanya.

Universitas Sumatera Utara

Banyak tanah mempunyai kelimpa han kalium yang dapat digunakan dan
tanaman tidak tanggap terhadap pupuk kalium meskipun tanaman biasanya
menggunakan lebih banyak kalium dari tanah dibandingkan dengan hara lain
kecuali nitrogen. Pada dasarnya, kalium dalam tanah berada dalam mineral yang
melapuk dan melepaskan ion-ion kalium. Ion-ion tersebut diserap pada pertukaran
kation dan siap tersedia untuk diambil oleh tanaman. Kalium yang tersedia
menumpuk dalam tanah dengan rejim ustik atau berkelembaban lebih kering tanpa
adanya pencucian. Pada umumnya tanah-tanah seperti itu netral atau basa, tidak
membutuhkan kapur dan memerlukan pupuk kalium bahkan untuk hasil panen
yang tinggi. Pencucian di kawasan basah menghilangkan kalium tersedia dan
menciptakan keperluan akan pupuk kalium bila dikehendaki hasil-hasil panen
yang sedang atau tinggi. Tanah organik terkenal miskin kalium karena tanah
tersebut mengandung sedikit mineral yang mengandung kalium (Foth, 1994).
Dalam Hakim dkk (1986) juga dikatakan bahwa kalium yang tersedia
hanya meliputi 1-2 % dari seluruh kalium yang terdapat pada kebanyakan tanah
mineral. Ia dijumpai dalam tanah sebagai kalium dalam larutan tanah dan kalium
yang dapat dipertukarkan dan diadsorbsi oleh permukaan koloid tanah. Sebagian
besar dari kalium tersedia ini berupa kalium dapat dipertukarkan (900%). Kalium
larutan tanah lebih mudah diserap oleh tanaman dan juga peka terhadap
pencucian. Pada keadaan tertentu, misalnya pada pertanaman intensif atau pada
tanah muda yang banyak mengandung mineral kalium dengan curah hujan tinggi,
kalium tidak dapat dipertukarkan dapat juga diserap oleh tanaman.

Kalsium (Ca)

Universitas Sumatera Utara

Kalsium berasal dari pelapukan dari sejumlah mineral dan batuan yang
sangat dominan, meliputi feldspar, apatit, limestone, dan gypsum. Mineralmineral tersebut sangat banyak jumlahnya, sehingga kebanyakan tanah
mengandung kalsium yang cukup untuk kebutuhan kalsium tanaman. Tanah
terbentuk dari bahan induk yang berkadar kapur tinggi yang mungkin memiliki
tingkat kandungan kapur yang lebih tinggi dari kapur bebas (Plaster, 1992).
Kalsium berfungsi bagi tanaman untuk (a). pengatur kemasaman tanah dan
tubuh tanaman, (b). penting bagi pertumbuhan akar tanaman, (c). penting bagi
pertumbuhan daun, dan (d). dapat menetralisasi akumulasi racun dalam tubuh
tanaman. Menurut Mehlich dan Drake dalam Sutedjo dan Kartasapoetra (2002),
Ca seperti halnya dengan unsur K berperan mengatur proses fisika-kimia. Ion Ca
menyebabkan dehidratasi, mempengaruhi rumah tangga air tanaman yang sifatnya
antagonik dengan ion K. Ion Ca berperanan penting pula bagi pertumbuhan
tanaman ke arah atas dan pembentukan kuncup.
Kalsium merupakan kation yang sering dihubungkan dengan kemasaman
tanah, disebabkan ia dapat mengurangi efek kemasaman. Disamping itu ia juga
memberikan efek yang menguntungkan terhadap sifat dari tanah. Pada tanah
daerah basah, kalsium bersama-sama dengan ion hidrogen merupakan kation yang
dominan pada kompleks adsorbsi (Hakim dkk, 1986).
Kalsium diambil tanaman dalam bentuk ion Ca2+, berperan sebagai
komponen dinding sel, dalam pembentukan struktur dan permeabilitas membran
sel. Kalsium rata-rata menyusun 0,5% tubuh tanaman, banyak terdapat dalam
daun dan pada beberapa tanaman mengendap sebagai Ca-oksalat dalam sel-sel.
Kekurangan unsur ini akan menyebabkan terhentinya pertumbuhan tanaman

Universitas Sumatera Utara

akibat terganggunya pertumbuhan pucuk tanaman dan ujung-ujung akar (titik-titik
tumbuh), serta jaringan penyimpan. Hal ini sebagai konsekuensi rusaknya
jaringan meristematik akibat rusaknya permeabilitas dan struktur membran sel-sel
(Hanafiah, 2005).
Magnesium (Mg)
Menurut Mehlich dan Drake dalam Hardjowigeno (2002) dikatakan bahwa
magnesium merupakan komponen zat khlorofil, yang mungkin memainkan suatu
peranan dalam beberapa reaksi enzim. Sumber-sumber Mg yaitu: dolomit
limestone (CaCO3MgCO3), sulfat potas magnesium, epsom salt (MgSO4.7H2O),
kieserit, magnesia (MgO) serpentin (Mg3SiO2(OH)4, magnesit (MgCO3), dan
lain-lain.
Ketersediaan magnesium dapat terjadi akibat proses pelapukan mineralmineral yang mengandung magnesium. Selanjutnya, akibat proses tadi maka
magnesium akan terdapat bebas di dalam larutan tanah. Keadaan ini dapat
menyebabkan (a). magnesium hilang bersama air perkolasi, (b). magnesium
diserap oleh tanaman atau organisme hidup lainnya, (c). diadsorbsi oleh partikel
liat dan (d). diendapkan menjadi mineral sekunder. Ketersediaan magnesium bagi
tanaman akan berkurang pada tanah-tanah yang mempunyai kemasaman tinggi.
Hal ini disebabkan karena adanya dalam jumlah yang sangat besar mineral liat
tipe 2:1. Dengan adanya mineral liat ini maka magnesium akan terjerat antara
kisi-kisi mineral tersebut, ketika menjadi pengembangan dan pengkerutan dari
kisi-kisinya (Hakim dkk, 1986).

Universitas Sumatera Utara

Kekurangan magnesium akan mengakibatkan perubahan warna yang khas
pada daun. Kadang-kadang penguguran daun sebelum waktunya merupakan
akibat dari kekurangan magnesium. Klorosis pada tembakau yang dikenal dengan
tenggelam pasir disebabkan oleh kekurangan magnesium. Tanaman kapas yang
kekurangan unsur ini menghasilkan daun-daun yang merah agak lembayung
dengan tulang-tulang yang hijau. Daun-daun sorgum dan jagung menjadi bergarisgaris, tulang-tulang daunnya tetap hijau tetapi daerah diantara tulang-tulang daun
pada sorgum menjadi lembayung dan ujung-ujung menjadi kuning (Foth, 1994).
Magnesium diambil tanaman dalam bentuk ion Mg2+, terutama berperan
sebagai penyusun khlorofil (satu-satunya mineral), tanpa khlorofil fotosintesis
tanaman tidak akan berlangsung, dan sebagai aktivator enzim. Secara umum
magnesium rata-rata menyusun 0,2% bagian tanaman. Sebagian besar terdapat di
daun tetapi seringkali dijumpai dalam proporsi cukup banyak pada bebijian padi,
jagung, sorgum, kedelai dan kacang tanah (Hanafiah, 2005).

Natrium
Natrium merupakan unsur penyusun litosfer ke-6 setelah Ca, yaitu 2,75%,
yang berperan penting dalam menentukan karakteristik tanah dan pertumbuhan
tanaman terutama di daerah arid dan semi arid (kering dan agak kering) yang
berdekatan dengan pantai, karena tingginya Na air laut. Suatu tanah disebut tanah
alkali atau tanah salin jika KTK atau muatan negatif koloid-koloidnya dijenuhi
oleh > 15% Na, yang mencerminkan unsur ini merupakan komponen-komponen
dominan dari garam-garam larut yang ada. Pada tanah-tanah ini, mineral sumber
utamanya adalah halit (NaCl) (Hanafiah, 2005).

Universitas Sumatera Utara

Kadar natrium dalam tanah biasanya dinyatakan sebagai salinity adsorption rate
(SAR). Ini merupakan perbedaan jumlah kation (positif) yang disumbangkan oleh
natrium pada tanah dengan yang disumbangkan oleh kalsium dan magnesium.
SAR ditentukan dari ekstraksi air dari tanah jenuh. Nilai SAR yang diingankan
adalah dibawah 13. Jika SAR berada di atas 13, natrium dapat menyebabkan
kerusakan struktur tanah dan masalah infiltrasi air. Beberapa laboratorium
melaporkan tingkat natrium tinggi sebagai ESP (persentase natrium tukar). ESP
lebih dari 15 persen dianggap sebagai nilai ambang untuk tanah diklasifikasikan
sebagai tanah sodik. Ini berarti bahwa natrium menempati lebih dari 15 persen
dari kapasitas tukar kation tanah (CEC). Perlu diketahui bahwa tanaman yang
peka dapat menunjukkan kerusakan atau pertumbuhan yang lambat bahkan pada
kadar natrium yang lebih rendah (Davis dkk, 2007).
Natrium sangat rentan terhadap pencucian dan natrium tanah yang tersedia
dapat hilang selama musim dingin. Perakaran tanaman yang lebih dalam dapat
membantu penyerapan natrium ke lapisan tanah di bawah tapak bajak. Tidaklah
mungkin untuk membangun cadangan natrium dalam tanah dengan aplikasi
berulang-ulang sepanjang tahun. Tingkat natrium dapat tukar yang tinggi dapat
mendispersi partikel tanah liat yang mengakibatkan rusak atau hilangnya struktur
tanah. Hal ini sering terlihat saat kejadian banjir yang diakibatkan oleh naikknya
air laut. Efek yang tidak nyata juga dapat terjadi ketika aplikasi natrium dilakukan
pada tanah sehingga terikat dengan garam atau pada pupuk yang digunakan.
Namun hal ini dapat dibenahi dengan pemberian kapur (gypsum) (Bunn, 2010).

Kapasitas Tukar Kation

Universitas Sumatera Utara

Salah satu sifat kimia tanah yang terkait erat dengan ketersediaan hara
bagi tanaman dan menjadi indikator kesuburan tanah adalah kapasitas tukar kation
(KTK) atau cation exchangeable capacity (CEC). KTK merupakan jumlah total
kation yang dapat dipertukarkan (cation exchangeable) pada permukaan koloid
yang bermuatan negatif. Suatu hasil pengukuran KTK adalah milliekuivalen
kation dalam 100 gram tanah atau me kation pada 100 g tanah (Madjid, 2007).
Kapasitas tukar kation (KTK) suatu tanah dapat didefenisikan sebagai
suatu kemampuan koloidal tanah menjerap dan mempertukarkan kation.
Kemampuan atau daya jerap unsur hara dari suatu koloid tanah dapat ditentukan
dengan mudah. Jumlah unsur hara yang terjerap dapat ditukar dengan barium
(Ba+) atau ammonium (NH4+), kemudian jumlah Ba dan NH4 yang terjerap ini
ditentukan kembali melalui penyulingan, jumlah Ba dan NH4 yang disuling akan
sama banyak dengan jumlahnya dengan unsur hara yang ditukar oleh koloid tanah
tadi (Hakim dkk, 1986).
Bahan organik tanah mempengaruhi sifat pertukaran kation. Penetapan
kapasitas tukar kation dilakukan terhadap tanah pada sebelum dan sesudah diberi
perlakuan dengan larutan hidrogen peroksida. Larutan keras ini berfungsi untuk
menyingkirkan

semua

bahan

organik

yang

terdapat

di

dalam

tanah

(Musa dkk, 2006).
Daya tukar kation yang efektif dari paling sedikit 4 meq/100 g diperlukan
untuk menahan sebagian besar kation terhadap pencucian. Nilai DTK yang lebih
tinggi bahkan lebih baik, terutama jika kation dapat tukarnya yang ada bersifat
basa. Karena mineral sangat lapuk atau bertekstur pasiran, banyak tanah tropika
umumnya mempunyai nilai DTK efektif yang lebih rendah dari 4. Pada tanah

Universitas Sumatera Utara

yang demikian, meningkatkan DTK merupakan tujuan pengaturan yang penting.
Hal itu dapat dilakukan dua proses: menggampingi tanah asam dengan sistem
oksida atau silikat lapis bersalut-oksida, dan memperbanyak kandungan bahan
organik (Sanchez, 1992).
Tanah-tanah padang rumput di Kanada bagian Barat mengandung tanah
tanah liat dan bahan organik berturut-turut 57 dan 250 milliekuivalen per 100
gram. Kapasitas pertukaran kation di tanah-tanah ini dapat diperkiranakan dengan
persamaan berikut:
CEC = persen bahan organic x 2,5 + persen tanah liat x 0,57
Kapasitas pertukaran kation fraksi pasir dan lumpur halus dihilangkan dalam
perhitungan kapasitas pertukaran kation itu, karena angkanya terlalu kecil.
Penentuan yang akurat dapat dibuat dengan menjenuhkan semua posisi pertukaran
dengan suatu kation, seperti ammonium, lalu menentukan jumlah keseluruhan
ammonium yang diserap (Foth, 1994).
Kenyataan menunjukkan bahwa KTK dari berbagai tanah sangat beragam
bahkan tanah sejenisnya pun berbeda KTKnya. Besarnya KTK tanah dipengaruhi
oleh sifat dan ciri tanah itu sendiri antara lain adalah:
1. Reaksi tanah atau pH
2. Tekstur tanah atau jumlah liat
3. Jenis mineral liat
4. Bahan organik
5. Pengapuran dan pemupukan
(Hakim dkk, 1986).

Universitas Sumatera Utara

Aplikasi Limbah Cair Pabrik Kelapa Sawit (Land Application)
Dalam Kepmen LH No 29 tahun 2009 dinyatakan bahwa air limbah yang
dihasilkan dari industri kelapa sawit dapat dimanfaatkan untuk pemupukan pada
tanah perkebunan karena air limbah tersebut pada kondisi tertentu masih
mengandung unsur-unsur

hara yang dapat dimanfaatkan oleh tanaman.

Pemupukan dengan air limbah ini pada umumnya dilakukan dengan mengalirkan
air limbah yang berasal dari kolam penanganan limbah ke parit-parit yang ada di
perkebunan. Akan tetapi di sisi lain, pemupukan air limbah pada tanah juga secara
potensial menimbulkan pencemaran lingkungan atau bahkan akan menyebabkan
kematian tanaman kelapa sawit di kawasan pemanfaatan air limbah itu sendiri.
Dengan melihat kondisi tersebut di atas dan untuk mengurangi resiko pencemaran
lingkungan yang terjadi maka pemanfaatan air limbah pada tanah dapat dilakukan
setelah pemerakarsa melakukan pengkajian akan pengaruh tersebut.
Kebanyakan kandungan BOD atau COD dalam limbah minyak kelapa
sawit berasal dari minyak yang tercecer. Untuk mendapatkan pengolahan dan
pengurangan pencemaran yang efektif, perlu diusahakan perolehan kembali
minyak yang efisien. Temperatur minyak di dalam perjernihan di atas 900oC
untuk mendapatkan pemisahan minyak yang efektif. Pengolahan limbah cair
kilang minyak sawit meliputi pengolahan kimia-fisik untuk menghilangkan
padatan dan minyak dan pengolahan biologi untuk mengurangi beban organik
yang sangat besar (Santi, 2004).
Limbah yang dihasilkan dari proses pengolahan minyak kelapa sawit
adalah limbah cair dan limbah padat. Limbah padatnya berupa tandan buah
kosong umumnya dapat dimanfaatkan kembali di lahan perkebunan kelapa sawit

Universitas Sumatera Utara

untuk dijadikan pupuk kompos. Prosesnya terlebih dahulu dicacah sebelum
diaplikasikan (dibuang) ke lahan. Sedangkan cangkang buah sawit dapat
dimanfaatkan kembali sebagai alternatif bahan bakar (alternative fuel oil) pada
boiler dan power generation. Limbah cair yang dihasilkan dari kegiatan industri
pengolahan minyak kelapa sawit merupakan sisa dari proses pembuatan minyak
sawit yang berbentuk cair. Limbah ini masih mengandung unsur hara yang
dibutuhkan oleh tanaman dan tanah. Limbah cair ini biasanya digunakan sebagai
alternatif pupuk di lahan perkebunan kelapa sawit yang disebut dengan land
application (Agustina, 2006).
Aplikasi limbah cair pabrik kelapa sawit pada perkebunan kelapa sawit
dengan sistem flatbed sebagaimana yang dijelaskan Sitorus (2007) dalam Permadi
(2010) menguraikan sebagai berikut:
1. Limbah cair pabrik kelapa sawit dapat digunakan sebagai pupuk. Aplikasi
limbah cair memiliki keuntungan antara lain mengurangi biaya pengolahan
limbah cair dan sekaligus berfungsi sebagai sumber hara bagi tanaman kelapa
sawit.
2. Metode aplikasi limbah cair yang umum digunakan adalah sistem flatbed, yaitu
dengan mengalirkan limbah melalui pipa ke bak-bak distribusi dan selanjutnya
ke parit primer dan sekunder (flatbed).
3. Pembangunan instalasi apliksi limbah cair membutuhkan biaya yang relatif
mahal. Namun investasi ini diikuti dengan peningkatan produksi TBS dan
penghematan biaya pupuk sehingga penerimaan juga meningkat. Aplikasi
limbah cair 12,6 mm ECH/Ha/bulan dapat menghemat biaya pemupukan

Universitas Sumatera Utara

46%/Ha. Disamping itu, aplikasi limbah cair juga akan mengurangi biaya
pengolahan limbah.
Dalam Erik (2008) diungkapakan bahwa kualifikasi limbah cair yang
digunakan mempunyai kandungan BOD 3.500-5.000 mg/L yang berasal dari
kolam anaerobik primer. Kandungan hara pada 1 m3 limbah cair setara dengan 1,5
kg urea, 0,3 kg SP-36, 3,0 kg kieserit. Pabrik kelapa sawit dengan kapsitas 30
ton/jam akan menghasilkan sekitar 480 m3 limbah cair per hari, sehingga areal
yang dapat diaplikasi sekitar 100-120 Ha.
Untuk melakukan pengolahan limbah cair diwajibkan melakukan kajian
terlebih dahulu tentang kelayakan pemanfaatan air limbah sebagai pupuk pada
tanah di perkebunan. Hasil kajian ini akan menjadi dasar dalam pemberian ijin
pemanfaatan tersebut. Peraturan yang secara spesifik air limbah industri kelapa
sawit yang dikeluarkan oleh kementerian lingkungan hidup yang mengatur
tentang baku mutu air limbah yang boleh diaplikasi ke lingkungan yaitu
Keputusan

Menteri

Negara

Lingkungan

Hidup

No

51

Tahun

1995

(Agustina, 2006).
Selanjutnya, tentang pedoman teknis pengkajian pemanfaatan air limbah
dari industri minyak kelapa sawit pada tanah di perkebunan kelapa sawit secara
rinci diatur dalam Kepmen LH No 28 Tahun 2003. Pasal 6 berbunyi “pelaksanaan
pengkajian pemanfaatan air limbah industri minyak kelapa sawit pada tanah di
perkebunan kelapa sawit dilakukan minimal selama 1 (satu) tahun”, serta ayat dua
pasal ini berbunyi “pengkajian pemanfaatan air limbah industry minyak kelapa
sawit hanya dilakukan 1 (satu) kali pada lokasi dan tempat yang sama.

Universitas Sumatera Utara

METODOLOGI PENELITIAN

Tempat dan Waktu Penenelitian

Penelitian ini dilakukan di PT Smart Kebun Padang Halaban Labuhan
Batu Utara yakni di Divisi II blok 3 dan blok 6. Analisis tanah dilakukan di
Laboratorium Pusat Penelitian Kelapa Sawit Medan. Penelitian ini dilaksanakan
September 2010 sampai dengan selesai.

Bahan dan Alat Penelitian

Bahan yang digunakan pada penelitian ini adalah Tanah Kering Udara
(BTKU) dari lapangan, yaitu dari rorak aplikasi, sela rorak dan tanaman kelapa
sawit, dan dari lahan yang tidak di aplikasi. Bahan-bahan kimia yang dibutuhkan
dalam analisis parameter.
Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah cangkul untuk
pengambilan sampel tanah, bor tanah untuk pengambilan sampel tanah, mortal
dan alu untuk menghaluskan sampel tanah, dan alat-alat tulis untuk keperluan tulis
menulis selama penelitian.

Universitas Sumatera Utara

Metode Penelitian
Penelitian ini menggunakan metode stratifikasi berdasarkan kedalaman
tanah tiap 20cm, yang terdiri dari 6 taraf kedalaman yaitu 0-20, 20-40, 40-60, 6080, 80-100, dan 100-120cm, 3 lokasi sampel tanah yakni kontrol, sela tanaman
dan rorak aplikasi, dan 3 ulangan sehingga diperoleh 54 contoh tanah.
K = kontrol (contoh tanah yang tidak diaplikasi limbah cair)
S = sela rorak aplikasi dan tanaman (contoh tanah di antara rorak aplikasi dan
tanaman)
R = rorak aplikasi (contoh tanah dari parit atau rorak aplikasi)
Jumlah contoh tanah yang diambil adalah 3 x 6 x 3 = 54 contoh tanah adalah
sebagai berikut:
K1

= kontrol dengan kedalaman 0-20 cm

K2

= kontrol dengan kedalaman 20-40 cm

K3

= kontrol dengan kedalaman 40-60 cm

K4

= kontrol dengan kedalaman 60-80 cm

K5

= kontrol dengan kedalaman 80-100 cm

K6

= kontrol dengan kedalaman 100-120 cm

S1

= sela tanaman dengan kedalaman 0-20 cm

S2

= sela tanaman dengan kedalaman 20-40 cm

S3

= sela tanaman dengan kedalaman 40-60 cm

S4

= sela tanaman dengan kedalaman 60-80 cm

S5

= sela tanaman dengan kedalaman 80-100 cm

S6

= sela tanaman dengan kedalaman 100-120 cm

R1

= rorak aplikasi dengan kedalaman 0-20 cm

Universitas Sumatera Utara

R2

= rorak aplikasi dengan kedalaman 20-40 cm

R3

= rorak aplikasi dengan kedalaman 40-60 cm

R4

= rorak aplikasi dengan kedalaman 60-80 cm

R5

= rorak aplikasi dengan kedalaman 80-100 cm

R6

= rorak aplikasi dengan kedalaman 100-120 cm

Pelaksanaan Penelitian

Sampel tanah diambil dari PT Smart Kebun Padang Halaban Labuhan
Batu Utara. Sampel yang diambil adalah dari tiga lokasi berbeda, yakni lahan
kontrol yaitu tanah diambil dari lokasi yang sama sekali tidak dipengaruhi oleh
aplikasi limbah cair pabrik, sela rorak aplikasi dan tanaman kelapa sawit, dan dari
rorak aplikasi

limbah cair pabrik kelapa sawit. Cara pengambilan adalah

menggunakan bor tanah dengan setiap kedalaman 20 cm diambil menjadi satu
contoh tanah, seterusnya hingga kedalaman 120 cm, sehingga didapat sampel
tanah dari enam taraf kedalaman, yaitu 0-20 cm, 20-40 cm, 40-60 cm, 60-80 cm,
80-100 cm, dan 100-120 cm. Tanah diambil dan dimasukkan ke dalam plastik
dengan jumlah seperlunya.
Pengeringan sampel dilakukan di tempat yang tidak terkena sinar matahari
secara langsung sehingga didapat tanah kering udara. Setelah tanah menjadi
kering udara, kemudian ditumbuk dan di ayak dengan ayakan 20 mesh.
Dimasukkan ke dalam plastik, tiap sampel diberi label sesuai contoh sampel yang
diambil saat di lapangan. Selanjutnya tanah di analisis di laboratorium dengan
peubah amatan yang ditentukan.

Universitas Sumatera Utara

Peubah Amatan
Peubah amatan yang di ukur dalam penelitian ini adalah:
- K-tukar
- Ca-tukar
- Na-tukar
- Mg-tukar
- Kapasitas tukat kation

Universitas Sumatera Utara

Divisi II
Blok 6

R

S

Divisi II
Blok 3

K
R
S
K

: Rorak Aplikasi
: Sela Tanaman
: Kontrol

Gambar: Sketsa Lokasi Pengamabilan Sampel Tanah di PT SMART Kebun
Padang Halaban Labuhan Batu Utara

Universitas Sumatera Utara

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil

Basa-Basa Tukar

Kalium

Kalium tukar pada tanah yang di aplikasi limbah cair pabrik kelapa sawit
disajikan secara kualitatif pada tabel 1. Dari tabel 1 dapat dilihat bahwa kadar
kalium tukar secara horizontal menunjukkan peningkatan. Dimana pada rorak
terlihat kalium tukar paling tinggi, pada sela tanaman mengalami penurunan, dan
kadar kalium terendah terlihat pada sampel tanah kontrol.
Secara vertikal dapat dilihat fluktuasi kadar kalium pada tiap taraf
kedalaman. Pada rorak aplikasi kadar kalium tukar mengalami peningkatan dari
kedalaman 0-20cm hingga kedalaman 20-40cm, dari kedalaman 20-40cm hingga
kedalaman 60-80cm terdapat kadar kalium tukar yang stabil pada nilai 12me/10gr.
Namun peningkatan kembali terjadi pada kedalaman 80-100cm, kemudian terjadi
penurunan di kedalaman 100-120cm.
Tabel 1. Rataan Kalium Tukar di Tiap Titik Sampel di Berbagai Taraf
Kedalaman
Kedalaman
…..cm…..
0-20
20-40
40-60
60-80
80-100
100-120

Kontrol
Rataan
Kriteria*)
..me/100gr..
0.44
S
0.44
S
0.45
S
0.41
S
0.38
S
0.26
R

Sela
Rataan
Kriteria*)
..me/100gr..
0.78
T
1.06
ST
0.91
T
1.39
ST
1.20
ST
1.30
ST

Rorak
Rataan
Kriteria*)
..me/100gr..
3.75
ST
4.24
ST
4.23
ST
4.31
ST
4.34
ST
3.43
ST

*) R: Rendah; S: Sedang; T: Tinggi; ST: Sangat tinggi

Universitas Sumatera Utara

Dari tabel 1 dapat disimpulkan bahwa kadar kalium tukar pada tanah
secara umum berada dalam kriteria sangat tinggi. Pada ketiga lokasi sampel
kecuali pada sampel kontrol di kedalaman 100-120cm terlihat kriteria tinggi. Hal
ini menunjukkan pada tanah tersedia kalium tukar yang melimpah. Namun
demikian aplikasi limbah cair pabrik kelapa sawit tetap saja memberikan
pengaruh yang nyata terhadap peningkatan kadar kalium tukar pada tanah seperti
yang ditunjukkan pada tabel analisis uji t (tabel 2).
Hasil analisis secara kuantitatif yakni dengan menggunakan uji t (tabel 2)
untuk parameter kalium menunjukkan bahwa aplikasi limbah cair pabrik kelapa
sawit memberikan peningkatan kadar kalium tukar secara nyata di rorak aplikasi
untuk setiap kedalaman. Namun pada sela tanaman, peningkatan secara nyata
hanya terlihat pada kedalaman 40-80cm.
Tabel 2. Hasil analisis uji t terhadap parameter kalium tukar tanah pada tiap titik
sampel
K vs S
K vs R
S vs R
tn
*
*
0-20
tn
*
*
20-40
*
*
*
40-60
*
*
*
60-80
tn
*
*
80-100
tn
*
*
100-120
F-tabel 5% : 4,303
*) : nyata
tn : tidak nyata

Dari tabel analisis uji t untuk parameter kalium tukar yakni tabel 2, juga
dapat kita lihat peningkatan kadar kalium tukar yang nyata di rorak aplikasi jika
dibandingkan dengan sela tanaman. Oleh karena perbandingan kontrol dengan
sela tanaman tidak menunjukkan peningkatan kadar kalium tukar pada tanah di
kedalaman 0-40cm dan 80-120cm, maka dapat dikatakan bahwa mobilisasi hara

Universitas Sumatera Utara

dari rorak ke sela tanaman kurang mobil, sebab di sela tanaman terdapat kalium
yang jauh lebih rendah dibandingkan di rorak aplikasi.
Natrium
Aplikasi Limbah cair pabrik kelapa sawit meningkatkan jumlah natrium
tukar di rorak aplikasi dan di sela tanaman. Dari data pada tabel 3 menunjukkan
hal tersebut. Namun demikian peningkatan ini tidak mengubah kriteria natrium
tukar pada tanah dari kriteria sangat rendah
Jika dibandingkan natrium tukar di tiap taraf kedalaman pada tabel 3
(secara horizontal), dapat dilihat pada rorak aplikasi, di sela tanaman, dan di lahan
kontrol, natrium tukar tidak menunjukkan perbedaan yang cukup berarti. Sehingga
dapat dikatakan bahwa aplikasi LCPKS pada lahan tidak memberikan peningkatan
terhadap hara natrium tukar tanah pada tiap taraf kedalaman.
Dari tabel 3 diatas, dapat dilihat perbandingan antar tiap taraf kedalaman
(secara vertikal), kadar natrium tukar berfluktuasi

dengan bertambahnya

kedalaman. Pada lokasi kontrol, dari kedalaman 0-20cm ke 20-40cm terjadi
penurunan, tapi meningkat kembali di kedalaman 40-60cm, hingga kedalaman
120cm, terjadi penurunan dan peningkatan secara bergantian tiap selang 20cm.
Tabel 3. Rataan Natrium Tukar di Tiap Titik Sampel di Berbagai Taraf
Kedalaman
Kedalaman
…..cm…..
0-20
20-40
40-60
60-80
80-100
100-120

Kontrol
Rataan
Kriteria*)
..me/100gr..
0.05
SR
0.05
SR
0.03
SR
0.04
SR
0.11
SR
0.10
SR

Sela
Rataan
Kriteria*)
..me/100gr..
0.04
SR
0.04
SR
0.05
SR
0.04
SR
0.05
SR
0.04
SR

Rorak
Rataan
Kriteria*)
..me/100gr..
0.04
SR
0.05
SR
0.06
SR
0.05
SR
0.07
SR
0.09
SR

*) SR: Sangat rendah

Universitas Sumatera Utara

Uji statistik yang disajikan pada tabel 4 menunjukkan bahwa pada rorak
aplikasi dan sela tanaman terlihat perbedaan yang tidak nyata akan peningkatan
kadar natrium tukar dalam tanah akibat aplikasi limbah cair pabrik kelapa sawit.
Dimana dapat kita lihat, perbandingan natrium tukar antara kontrol dengan sela
menunjukkan perbedaan yang tidak nyata. Begitu juga pada perbandingan kontrol
dengan rorak, dan perbandingan sela dengan rorak aplikasi.
Tabel 4. Hasil analisis uji t terhadap parameter natrium tukar tanah pada tia