Keanekaragaman Hayati Nematoda Parasitik Pada Tanaman Kopi (Coffea sp.) Di Sumatera Utara

(1)

KEANEKARAGAMAN HAYATI NEMATODA PARASITIK PADA

TANAMAN KOPI (Coffea sp.) DI SUMATERA UTARA

SKRIPSI

OLEH:

FRANSIUS SIMANJUNTAK 060302012

HPT

DEPARTEMEN HAMA DAN PENYAKIT TUMBUHAN

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN


(2)

KEANEKARAGAMAN HAYATI NEMATODA PARASITIK PADA

TANAMAN KOPI (Coffea sp.) DI SUMATERA UTARA

SKRIPSI

OLEH:

FRANSIUS SIMANJUNTAK 060302044

HPT

Skripsi sebagai Salah Satu Syarat Untuk Dapat Memperoleh Gelar Sarjana di Fakultas Pertanian Universitas

Sumatera Utara, Medan.

Disetujui Oleh: Komisi Pembimbing

Ketua Anggota

(Dr. Lisnawita, SP, MSi) (Ir. Lahmuddin Lubis, MP NIP. 196910051994032001 NIP. 195511211981031002

)

DEPARTEMEN HAMA DAN PENYAKIT TUMBUHAN

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN


(3)

ABSTRACT

Fransius Simanjuntak, The Biodiversity Of Plant Parasitic Nematodes

On Coffea Crop (Coffea sp) At North Sumatera. Supervised by Lisnawita and Lahmuddin Lubis. The research was conducted to determine

biodiversity of plant parasitic nematodes associated with the soil and root of coffea in Dairi and Simalungun, three locations in Dairi and three locations in Simalungun. Survey was using random sampling for soil and root and using corong Baerman modification for plant parasitic extraction at Plant Disease Laboratory, Plant Pest and Disease Department, Agriculture Faculty, USU from May to September 2010. Based on this survey two genera of plant parasitic nematodes where encountered in Dairi and Simalungun.

Plant parasitic nematodes included Radopholus spp and Pratylenchus spp were most distributed with population densities varying from low to high. The hightes population densities of Radopholus spp and Pratylenchus spp were found in Sidiangkat and Bundar Selamat (Dairi) with 34 and 28 juvenile respectively in soil samples and in the root samples were found in Sidiangkat (Dairi) with 107 and 82 juveniles respectively while the lowest population densities of

Radopholus spp and Pratylenchus spp were found in Merek Raya (Simalungun)

with 12 and 10 juveniles respectively in soil samples and in the root samples were found in Merek Raya with 25 and 20 juvenile respectively.


(4)

ABSTRAK

Fransius Simanjuntak, Keanekaragaman Hayati Nematoda Parasitik

Pada Tanaman Kopi (Coffea sp.) Di Sumatera Utara. Dibawah bimbingan Lisnawita dan Lahmuddin Lubis. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui keanekaragaman hayati nematoda parasit tanaman kopi yang terdapat di tanah dan akar kopi di Kabupaten Dairi dan Kabupaten Simalungun, dimana dipilih tiga lokasi di Dairi dan tiga lokasi di Simalungun. Penelitian ini menggunakan sistem acak dalam pengambilan sampel, dimana sampel akar dan tanah diekstraksi dengan menggunakan metode modifikasi Corong Baerman di Laboratorium Penyakit Tumbuhan, Departemen Hama dan Penyakit Tumbuhan, Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara yang dimulai dari bulan Mei dan selesai bulan September 2010. Hasil penelitian ini ditemukan dua genus nematoda parasitik tanaman kopi di Dairi dan Simalungun.

Nematoda parasitik yang ditemukan yaitu Radopholus spp dan

Pratylenchus spp yang penyebaran dan kerapatan populasinya bervariasi mulai

dari rendah hingga tinggi. Kerapatan populasi tertinggi Radopholus spp dan

Pratylenchus spp ditemukan di desa Sidiangkat dan Bundar Selamat (Dairi) yaitu

sebesar 34 dan 28 juvenil pada sampel tanah dan sampel akar tertinggi secara berurutan terdapat di Sidiangkat sebesar 107 dan 82 juvenil sementara populasi terendah Radopholus spp dan Pratylenchus spp terdapat di Merek Raya (Simalungun) secara berurutan pada sampel tanah 12 dan 10 juvenil dan pada sampel akar di Merek Raya sebesar 25 dan 20 juvenil.


(5)

RIWAYAT HIDUP

Fransius Simanjuntak, dilahirkan pada tanggal 10 Mei 1988 di Medan, merupakan anak kedua dari empat bersaudara dari Ayahanda Drs. J. Simanjuntak dan Ibunda R. br Ginting.

Pendidikan yang ditempuh :

 Tahun 2000 lulus dari Sekolah Dasar Free Methodist II Medan.

 Tahun 2003 lulus dari Sekolah Menengah Pertama Methodist VI Medan.  Tahun 2006 lulus dari Sekolah Menangah Atas Negeri (SMAN) XV

Medan.

 Tahun 2006 diterima di Universitas Sumatera Utara Fakultas Pertanian Departemen Hama dan Penyakit Tumbuhan melalui jalur SPMB.

Aktifitas dari kegiatan selama perkuliahan yang diikuti penulis :

 Melaksanakan Praktek Kerja Lapangan (PKL) di PTPN III Kebun Rambutan, Tebing Tinggi periode Juni – Juli 2010.

 Melaksanakan penelitian di Laboratorium Penyakit Departemen Hama dan Penyakit Tumbuhan Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan pada bulan April – Agustus 2010.

 Sebagai peserta pada Seminar Nasional “Tindak Lanjut Pembangunan Pertanian Pasca Swasembada Beras 2008” di Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan.

 Mengikuti Dialog Pemuda Tingkat Regional 2009 yang diselenggarakan KEMENPORA RI di Hotel Tiara, Medan.


(6)

 Sebagai Asisten di Laboratorium Pestisida dan Teknik Aplikasi pada tahun ajaran 2009/2010.

 Sebagai Asisten di Laboratorium Hama dan Penyakit Pasca Panen pada tahun ajaran 2009/2010.


(7)

DAFTAR ISI

ABSTRAK ... i

KATA PENGANTAR ... iii

RIWAYAT HIDUP ... iv

DAFTAR ISI ... .. v

DAFTAR GAMBAR ... vii

PENDAHULUAN Latar Belakang ... 1

Tujuan Penulisan ... 4

Hipotesa Penelitian ... 4

KegunaanPenulisan ... 5

TINJAUAN PUSATAKA Botani Tanaman ... 6

Syarat Tumbuh Tanah ... 7

Iklim ... 7

Nematoda Parasitik Tanaman Kopi Biologi Nematoda ... 8

Gejala Serangan ... 9

Pengendalian ... 11

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian ... 15

Bahan dan Alat ... 15

Metode Penelitian ... 15

Pelaksanaan Penelitian ... 16

Survei Pendahuluan ... 16

Pengambilan Sampel ... 16

Peubah yang Diamati Genus Nematoda ... 17

Populasi Nematoda Dari Setiap Genus ... 18

HASIL DAN PEMBAHASAN KESIMPULAN DAN SARAN DAFTAR PUSTAKA


(8)

DAFTAR GAMBAR

No. Judul Hal.

1 Tanaman kopi di lapangan 8

2 Radopholus similis 12

3 Pratylenchus coffeae 15

4 Akar kopi yang diserang nematoda (kanan) dan yang masih sehat (kiri)

15

5 Metode Modifikasi Corong Baerman 20

6 Gejala serangan nematoda luka akar di atas permukaan tanah 22

7 Gejala nekrotik pada tepi jaringan korteks akar 23

8 Gejala serangan yang mengakibatkan permukaan akar terkelupas dan rambut akar habis


(9)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat dan kasih-Nyalah sehingga penulis dapat menyelesaikan usulan penelitian ini dengan sebaik-baiknya.

Adapun judul dari skripsi ini adalah ” Keanekaragaman Hayati

Nematoda Parasitik Pada Tanaman Kopi (Coffea sp.) Di Sumatera Utara “

yang disusun sebagai salah satu syarat untuk dapat melaksanakan penelitian di

Departemen Hama dan Penyakit Tumbuhan Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan.

Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada Ibu Dr. Lisnawita, SP, MSi selaku ketua komisi pembimbing dan Bapak Ir. Lahmuddin, MP selaku anggota, yang telah memberikan saran dan

arahan sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik.

Penulis menyadari bahwa penulisan skripsi ini masih banyak memiliki kekurangan, untuk itu penulis mengharapkan saran dan kritik yang membangun demi kesempurnaan tulisan ini.

Akhir kata penulis mengucapkan banyak terima kasih.

Medan, September 2010 Penulis


(10)

ABSTRACT

Fransius Simanjuntak, The Biodiversity Of Plant Parasitic Nematodes

On Coffea Crop (Coffea sp) At North Sumatera. Supervised by Lisnawita and Lahmuddin Lubis. The research was conducted to determine

biodiversity of plant parasitic nematodes associated with the soil and root of coffea in Dairi and Simalungun, three locations in Dairi and three locations in Simalungun. Survey was using random sampling for soil and root and using corong Baerman modification for plant parasitic extraction at Plant Disease Laboratory, Plant Pest and Disease Department, Agriculture Faculty, USU from May to September 2010. Based on this survey two genera of plant parasitic nematodes where encountered in Dairi and Simalungun.

Plant parasitic nematodes included Radopholus spp and Pratylenchus spp were most distributed with population densities varying from low to high. The hightes population densities of Radopholus spp and Pratylenchus spp were found in Sidiangkat and Bundar Selamat (Dairi) with 34 and 28 juvenile respectively in soil samples and in the root samples were found in Sidiangkat (Dairi) with 107 and 82 juveniles respectively while the lowest population densities of

Radopholus spp and Pratylenchus spp were found in Merek Raya (Simalungun)

with 12 and 10 juveniles respectively in soil samples and in the root samples were found in Merek Raya with 25 and 20 juvenile respectively.


(11)

ABSTRAK

Fransius Simanjuntak, Keanekaragaman Hayati Nematoda Parasitik

Pada Tanaman Kopi (Coffea sp.) Di Sumatera Utara. Dibawah bimbingan Lisnawita dan Lahmuddin Lubis. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui keanekaragaman hayati nematoda parasit tanaman kopi yang terdapat di tanah dan akar kopi di Kabupaten Dairi dan Kabupaten Simalungun, dimana dipilih tiga lokasi di Dairi dan tiga lokasi di Simalungun. Penelitian ini menggunakan sistem acak dalam pengambilan sampel, dimana sampel akar dan tanah diekstraksi dengan menggunakan metode modifikasi Corong Baerman di Laboratorium Penyakit Tumbuhan, Departemen Hama dan Penyakit Tumbuhan, Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara yang dimulai dari bulan Mei dan selesai bulan September 2010. Hasil penelitian ini ditemukan dua genus nematoda parasitik tanaman kopi di Dairi dan Simalungun.

Nematoda parasitik yang ditemukan yaitu Radopholus spp dan

Pratylenchus spp yang penyebaran dan kerapatan populasinya bervariasi mulai

dari rendah hingga tinggi. Kerapatan populasi tertinggi Radopholus spp dan

Pratylenchus spp ditemukan di desa Sidiangkat dan Bundar Selamat (Dairi) yaitu

sebesar 34 dan 28 juvenil pada sampel tanah dan sampel akar tertinggi secara berurutan terdapat di Sidiangkat sebesar 107 dan 82 juvenil sementara populasi terendah Radopholus spp dan Pratylenchus spp terdapat di Merek Raya (Simalungun) secara berurutan pada sampel tanah 12 dan 10 juvenil dan pada sampel akar di Merek Raya sebesar 25 dan 20 juvenil.


(12)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Kopi (Coffea sp.) sebagai salah satu komoditi non migas. Kopi memiliki pasaran yang cukup di pasar dunia. Hal ini disebabkan dari berbagai penjuru dunia banyak orang yang suka minum kopi, karena kopi dapat diolah menjadi minuman yang lezat rasanya. Pada mulanya orang minum kopi bukan kopi bubuk yang berasal dari biji, melainkan dari cairan daun kopi yang masih segar atau kulit buah yang diseduh dengan air panas. Setelah ditemukan cara memasak kopi bubuk yang lebih sempurna, yaitu menggunakan biji kopi yang masak kemudian dikeringkan dan dijadikan bubuk sebagai bahan minuman. Akhirnya penggemar kopi cepat meluas. Kopi yang pertama adalah Arabia yang dikenal pada pertengahan abad XV. Selanjutnya menyebar luas di negara Timur Tengah, seperti Kairo pada tahun 1510 dan Konstantinopel (Turki) sekitar tahun 1550.

Pada tahun 1616 kopi Arabia mulai masuk ke Eropa, yakni di Venesia (Anonimusc, 2010).

Di Indonesia, tanaman kopi diperkenalkan pertama kali oleh VOC antara tahun 1696 – 1699. Sejarah perkembangan kopi di Indonesia pernah mengalami goncangan yaitu pada tahun 1878 terjadi ledakan penyakit Hemelia vastatrix (HV) yang menyerang daun dan sangat membahayakan. Berbagai tindakan pengendalian dilakukan tetapi kurang memuaskan (Najiyati dan Danarti, 1997).

Dewasa ini produksi kopi nasional 94% dihasilkan dari kebun rakyat. Selain itu kopi merupakan salah satu komoditi andalan Sub Sektor Perkebunan karena peranannya yang cukup menonjol sebagai sumber pendapatan masyarakat,


(13)

kesempatan kerja dan perolehan devisa (Ka. BIP Propinsi Irian Jaya, 1991).

Kopi di Sumatera Utara terdiri dari 2 jenis kopi yakni arabika (A) dan robusta (R) dengan masing – masing luas areal ± 19.649,16 Ha untuk Arabika dan ± 57.433,17 Ha untuk Robusta. Kopi arabika baru dikelola oleh rakyat dan belum ada perusahaan negara, swasta maupun asing yang mengusahakan komoditi kopi jenis arabika. Sedangkan untuk kopi robusta terdiri perkebunan rakyat : 56.782,17 Ha dan perkebunan besar swasta negara : 651 HA dengan total produksi sebesar + 19.137,31 ton (A) yang dikelola oleh rakyat. Total produksi kopi robusta adalah sebesar: ± 30.219,28 ton. Dari luas ini yang dikelola oleh PR adalah 29.638,78 ton dan yang dikelola PBSN adalah 580,50 ton (Girsang, 2010).

Dari total produksi kopi Indonesia, 550.000 ton (81,2%) berupa kopi robusta dan 125.000 ton (18,8%) berupa kopi arabika. Lampung, Sumatera Selatan dan Bengkulu merupakan daerah utama penghasil kopi robusta Indonesia yang dalam pasar dunia lebih dikenal sebagai Kopi Robusta Sumatera. Sedangkan daerah penghasil kopi arabika adalah Nanggro Aceh Darussalam (NAD), Sumatera Utara, Jawa Timur dan Sulawesi Selatan. Beberapa daerah seperti Jawa Timur, Bali dan Flores menghasilkan kopi arabika dan robusta (Purnomo, 2008).

Sebagai salah satu sentra kopi di Indonesia, Sumatera Utara ada 14 kabupaten / kota yang membudidayakan tanaman kopi dengan total luas lahan 23 079,74 Ha yang mencakup tanaman belum menghasilkan, tanaman menghasilkan, dan tanaman tidak produktif. Dengan total produksi 8 580,25 ton. Dari daerah – daerah ini ada 5 kabupaten yang menjadi daerah budidaya kopi yang terluas antara lain : Dairi, Simalungun, Tapanuli Selatan, Mandailing Natal


(14)

dan Tapanuli Utara. Kabupaten Dairi memiliki luas areal budidaya kopi terluas dengan 9 429,00 Ha dengan produksi 2 652,40 ton (BPS, 2008).

Sama seperti budidaya komoditi lainnya. Dalam budidaya kopi juga menghadapi kendala dalam peningkatan produksi kopi secara kualitas dan kuantitas. Salah satunya adalah gangguan hama dan penyakit. Salah satu penyakit yang saat ini banyak menginfeksi tanaman kopi adalah nematoda parasit tumbuhan.

Nematoda adalah binatang yang bergerak aktif, lentur dan berbentuk seperti pipa, hidup pada permukaan yang lembab atau lingkungan yang berair. Nematoda memiliki sistem organ yang lengkap sebagaimana binatang yang mempunyai organ kompleks, tetapi mereka tidak memiliki sistem peredaran darah. Nematoda terbagi dua jenis yaitu memiliki stilet dan tidak. Nematoda yang memiliki stilet menjadi perhatian lebih dikarenakan merupakan nematoda parasit. Nematoda parasit tumbuhan adalah nematoda yang mengakibatkan kerusakan pada tumbuhan karena mengurangi kemampuan tanaman mencegah infeksi jamur dan menularkan penyakit antar tanaman inang (Dropkin, 1992).

Beberapa nematoda parasit yang diinformasikan banyak menginfeksi tanaman kopi adalah Radopholus sp dan Pratylenchus sp. Kedua nematoda ini memiliki gejala serangan yang sama yaitu melubangi akar sehingga pada akar kopi terdapat luka nekrotik dan rambut akar habis dimakan. Kerugian yang diakibatkan oleh nematoda ini dapat mematikan tanaman kopi.

Selama enam tahun (1981-1986) serangan nematoda Pratylenchus coffeae, menyebabkan kehilangan hasil rata-rata sebesar 56,84%, atau sekitar 150 ton kopi per tahun. Selain mengurangi kuantitas, serangan nematoda juga dapat


(15)

mengurangi kualitas produk. Penurunan produksi oleh P. coffeae pada kopi Robusta berkisar antara 28,7% sampai 78,4%. Serangan P. coffeae terhadap kopi Arabika, biasanya tanaman hanya bisa bertahan selama 2 tahun (Mustika, 2005).

Di Sumatera Utara, informasi tentang kerusakan tanaman kopi yang disebabkan oleh nematoda masih sangat kurang. Padahal informasi ini penting mengingat budidaya kopi di Sumatera Utara telah dilakukan secara intensif dalam waktu yang lama. Hal ini mengakibatkan peluang gangguan nematoda sangat besar.

Berdasarkan informasi di atas, penulis melakukan penelitian ini untuk mengetahui keanekaragaman hayati nematoda parasitik pada tanaman kopi di Sumatera Utara.

Tujuan Penelitian

Untuk mengetahui genus nematoda parasitik yang menginfeksi tanaman kopi di Kabupaten Dairi dan Kabupaten Simalungun Sumatera Utara.

Hipotesa Penelitian

Terdapat beberapa genus nematoda parasitik pada tanaman kopi dengan di Kabupaten Dairi dan Kabupaten Simalungun, Sumatera Utara.

Kegunaan Penelitian

1. Sebagai bahan informasi dan acuan dalam usaha mengantisipasi terjadinya epidemi penyakit yang disebabkan nematoda parasit tumbuhan baik sebagai patogen primer maupun sekunder dimasa mendatang bagi pihak


(16)

yang membutuhkan terutama yang membudidayakan tanaman kopi di Sumatera Utara.

2. Sebagai salah satu syarat untuk mendapatkan gelar sarjana di Departemen Hama dan Penyakit Tumbuhan Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan.


(17)

TINJAUAN PUSTAKA

Botani Tanaman Kopi (Coffea sp.)

Adapun klasifikasi tanaman kopi (Coffea sp.) dari literatur Hasbi (2009) adalah sebagai berikut :

Kingdom : Plantae

Divisi : Spermatophyta Subdivisio : Angiospermae Kelas : Dycotiledoneae Ordo : Rubiales Famili : Rubiaceae Genus : Coffea Spesies : Coffea sp.

Kopi (Coffea sp.) adalah spesies tanaman berbentuk pohon. Tanaman ini tumbuh tegak, bercabang dan bila dibiarkan akan mencapai tinggi 12 m. Tanaman ini memiliki beberapa jenis cabang : cabang reproduksi, cabang primer, cabang sekunder, cabang kipas, cabang pecut, cabang balik, dan cabang air (Najiyati dan Danarti, 1997) (Gambar 1).

Meskipun kopi adalah tanaman tahunan, tetapi memiliki perakaran yang dangkal. Secara alami tanaman kopi memiliki akar tunggang sehingga tidak mudah rebah. Oleh sebab itu tanaman ini mudah mengalami kekeringan pada kemarau yang panjang bila di daerah perakarannya tidak diberi mulsa (Najiyati dan Danarti, 1997).


(18)

Daun tanaman kopi berbentuk bulat telur dengan ujung tegak meruncing. Daun tumbuh berhadapan pada batang, cabang dan ranting – rantingnya (Najiyati dan Danarti, 1997).

Tanaman kopi mulai berbunga setelah berumur ±2 tahun. Mula – mula bunga keluar dari ketiak daun yang terletak pada batang reproduksi. Jumlah kuncup pada setiap ketiak daun terbatas. Pada setiap ketiak daun menghasilkan 8 – 18 kuntum, setiap buku menghasilkan 16 – 36 kuntum bunga. Waktu yang dibutuhkan untuk bunga hingga jadi buah matang 6 – 11 bulan. Penyerbukan kopi

ada 2 jenis yaitu penyerbukan sendiri dan penyerbukan menyilang (Najiyati dan Danarti, 1997).

Syarat Tumbuh Iklim

Iklim yang optimal untuk pertumbuhan tanaman kopi adalah tinggi tempat : 800 – 2000 m dpl, suhu : 15º C – 25 ºC, curah hujan : 1.750 – 3000 mm/thn, lamanya bulan kering 3 bulan (Asmacs, 2008).

Tanah

Syarat tanah yang optimal untuk pertumbuhan tanaman kopi adalah : letaknyas terisolir dari pertanaman kopi varietas lain ± 100 meter, lahan bebas hama dan penyakit, mudah melakukan pengawasan, pH tanah : 5,5 – 6,5, top soil : minimal 2 %, strukrur tanah : subur, gembur ke dalaman relative > 100 cm (Asmacs, 2008).


(19)

Gambar 1.Tanaman kopi di lapangan di Pematang Raya, Simalungun

Nematoda parasitik pada tanaman kopi

Ada beberapa jenis nematoda parasit yang menyerang tanaman kopi, antara lain :

1. Radopholus sp

Biologi nematoda Radopholus sp

Adapun klasifikasi nematoda Radopholus sp menurut literatur Anonimusa (2010) adalah sebagai berikut :

Kingdom : Animalia

Phylum : Nematoda

Class : Secernentea Subclass : Diplogasteria Ordorer : Tylenchida

Family

Genus : Radopholus Spesies : Radopholus sp


(20)

Radopholus atau nematoda pelubang akar (burrowing nematode)

(Gambar 2) diketahui sebagai endoparasit migratori pada berbagai jenis tanaman. Nematoda merusak atau makan bagian korteks akar, sehingga terjadi lubang – lubang pada akar tersebut. Semua stadia dapat dijumpai di dalam akar dan tanah. Jantan bersifat non parasit, sedangkan stadia lainnya bersifat parasit terhadap tanaman. Ada beberapa tanaman yang terserang nematoda ini yaitu : pisang, nilam, kopi, teh, jagung, sayuran, tebu, dan lain - lain (Mustika, 2003).

Radopholus sp merupakan parasit migratori, endoparasit polifag

yang berada di dalam akar dan umbi pada umumnya di jaringan korteks. Nematoda ini berbentuk benang di seluruh hidupnya. Nematoda ini merupakan patogen yang agresif. Seperti nematoda peluka akar lainnya, nematoda pelubang akar ini aktivitas makannya mengakibatkan luka nekrotik pada jaringan akar inangnya. Seluruh stadia hidupnya merupakan parasit dan bereproduksi secara seksual. Telur diletakkan di dalam jaringan akar dan perkembangan embrionik berlangsung beberapa hari. Seluruh siklus hidup diselesaikan dalam 3 minggu pada kondisi optimal dengan suhu 240 – 270C (Bridge dan James, 2007).

Nematoda ini mengakibatkan luka nekrotik berwarna coklat kemerahan sampai hitam di sepanjang jaringan korteks. Lubang terowongan meluas tetapi tidak melewati jaringan endodermis. Reproduksi dan serangan terhadap akar terjadi pada suhu 120 – 320C. Perluasan serangan nematoda rata – rata 5 m per tahun pada tanah berpasir (Shurtleff dan Charles, 2000).


(21)

Nematoda banyak menimbulkan kerugian pada pertanaman kopi, lada, manila henep, pisang, teh, tebu, bambu, dan tanaman lainnya. Ukuran nematoda betina yang dewasa lebih panjang dari 0,7 mm, sedangkan yang jantan berukuran lebih kecil. Sifat – sifatnya mirip dengan

Pratylenchus coffeae (Soetedjo, 1989).

R. similis sangat peka terhadap suhu dingin dan tingkat

kemampuan hidupnya rendah pada tanaman teh di daerah elevasinya di atas 1000 m dpl. Umumnya terdapat di daerah perakaran bersama – sama dengan P. loosi. Pada pertanaman teh, nematoda menyukai daerah yang lahannya mendapat curah hujan tinggi dan merata (Luc et al, 1995).

R. similis adalah spesies amphimictic ditandai dengan aksen

dimorfisme seksual. Nematoda jantan dari spesies ini memiliki stilet yang kurang berkembang, bibir tinggi yang berbeda wilayah berangkat oleh penyempitan yang berbeda dan bursa crenate kasar menyelubungi 2 / 3 dari ekor. R. similis betina memiliki esofagus dan stilet dengan ukuran [18 (16-21) µm] (Gambar 2). Spermatheca bulat seperti batang berisi sperma dan memanjangkan-konoideum ekor sempit dengan ujung membulat atau melekuk (Anonimusa, 2010).

Pengendalian nematoda selama ini banyak digunakan adalah melalui pemanfaatan bahan organik, penggunaan varietas tahan, nematisida, dan solarisasi. Dalam pelaksanaannya metode pengendalian yang digunakan hanya cara dan target utamanya hanya terhadap nematoda yang dikendalikan dan kurang memperhatikan akibatnya terhadap keseluruhan ekosistem pertanian secara keseluruhan (Munif, 2003).


(22)

Gambar 2. Radopholus similis

2. Pratylenchus coffeae

Biologi nematoda Pratylenchus coffeae

Adapun klasifikasi nematoda Pratylenchus sp menurut literatur Anonimusa (2010) adalah sebagai berikut :

Kingdom : Animalia

Phylum : Nematoda

Class

Subclass : Diplogasteria Ordorer : Tylenchida Superfamily : Tylenchoidea

Family

Genus : Pratylenchus

Spesies : Pratylenchus coffeae

Pratylenchus sp berukuran kecil, yang jantan sekitar 0,42 mm


(23)

telur tiap induk antara 50 – 60 butir dalam waktu sekitar 5 minggu. Perioda telur berlangsung antara 15 – 17 hari, sedang perioda larvanya untuk menjadi dewasa sekitar 15 – 16 hari (Soetedjo, 1989).

Pratylenchus sp (Gambar 3) merupakan endoparasit berpindah

yang memakan korteks akar. Beberapa efek tanaman yang terserang mengakibatkan daun klorotik dan tanaman kerdil. Nematoda ini ditemukan di akar dan tanah. Kematian sel selalu diikuti perluasan makanan yang diakibatkan Pratylenchus sp. Ketika kelembaban tanah rendah, beberapa spesies dari Pratylenchus dapat bertahan hidup lebih dari setahun pada tanaman inang. Pewarnaan jaringan akar dapat menampakkan nematoda yang tersembunyi dalam jaringan akar (Shurtleff dan Charles, 2000).

Pratylenchus sp menyukai tanah yang berstruktur kasar atau tanah

berpasir. Populasi nematoda mencapai tingkat tertinggi pada tanaman alfalfa yang dipangkas daripada yang tidak dipangkas. Nematoda ini mengadakan invasi ke dalam korteks akar dan mematikan sel – sel pada waktu mereka makan. Luka yang berbentuk memanjang dan berwarna coklat hitam merupakan akibat serangannya pada permukaan akar. Gejala serangan pada permukaan tanah adalah layu, daun menguning, cabang mati muda dan kerdil. Serangan parah dapat mematikan tanaman (Dropkin, 1992).

Pratylenchus atau nematoda luka akar (NLA), hidup sebagai

endoparasit berpindah dalam akar tanaman, makan dan merusak pada bagian korteks sehingga terbentuk luka – luka pada akar. Semua stadia


(24)

dapat ditemukan dalam tanah dan akar. P. coffeae bertelur di dalam jaringan akar. Daur hidupnya berkisar antara 45 – 48 hari (Mustika, 2003).

Nematoda luka akar yang terdapat pada pertanaman kopi antara lain: Pratylenchus coffeae, P. goodeyi, P. pratensis, P. brachyurus. Untuk jangka waktu yang lama P. brachyurus merupakan satu – satunya spesies

Pratylenchus yang menyerang tanaman kopi di Amerika Selatan.

P. coffeae terdapat di pertanaman kopi di India dan Pulau Jawa

(Luc et al, 1995).

Akar tanaman kopi yang terserang oleh P. coffeae warnanya berubah menjadi kuning, selanjutnya berwarna coklat dan kebanyakan akar lateralnya busuk (Gambar 4). Tanaman yang terserang tampak kerdil dan terdapat sedikit klorosis pada daunnya. Tanaman berangsur – angsur layu yang diikuti oleh kematian. Tanaman yang terserang berat akan mati sebelum dewasa. Di lahan, gejala kerusakan tersebut terjadi secara setempat – setempat yang dapat mengurangi hasil berdasarkan berat ringannya serangan. Luka yang terjadi pada akar berakibat merusak seluruh sistem perakaran tanaman kopi (Luc et al, 1995).

Pengendalian P. coffeae dapat diperoleh dengan baik dengan menggunakan Nemacur. Nematisida tersebut tetap efektif pada kondisi lapangan selama 90 hari setelah aplikasi. Di India, kopi robusta lebih toleran dibanding arabika. Penggunaan metil bromida pada dosis 150 cm3/m3 tanah merupakan cara yang paling efektif untuk sterilisasi tanah, tetapi terdapat juga cara pengendalian yang lain (Luc et al, 1995).


(25)

Gambar 3. Pratylenchus coffeae

Gambar 4. Akar tanaman kopi (a) Akar kopi yang masih sehat

(b) Akar kopi yang terinfeksi nematoda Sumber. Simanjuntak, 2002


(26)

BAHAN DAN METODE

Tempat dan Waktu Percobaan

Penelitian dilakukan di Kecamatan Sidikalang Kabupaten Dairi di desa Sidiangkat, Bundar Selamat, Sitinjo dan Kecamatan Raya, Kabupaten Simalungun di desa Pematang Raya, Merek Raya dan Sondi Raya dengan ketinggian ± 1000 mdpl. Penelitian dimulai pada bulan Mei sampai September 2010.

Bahan dan Alat

Bahan yang digunakan adalah tanaman kopi dari perkebunan rakyat, aquadest, tanah dari sekitar perakaran tanaman kopi, akar tanaman kopi yang terserang nematoda, Clorox, HCl, Acid Fuchsin, NaOCl2 dan gliserin.

Alat yang digunakan adalah bor tanah, cangkul, kantong plastik potilen, kertas label, pisau cutter, kain saring, kawat kassa, corong Baerman, corong kaca, mikroskop binokuler, mikroskop stereo,kamera digital,mikro pipet, pipet tetes, telenan, cawan hitung, corong plastik. Buku identifikasi nematoda yang digunakan, antara lain: Shurtleff dan Charles (2000), Dropkin (1992) dan Luc, et al (1995).

Metode Penelitian

Metode yang digunakan adalah metode survei dengan cara mengamati langsung di lapangan tanaman kopi yang terserang nematoda, lalu sampel tanah disekitar perakaran dan akar tanaman kopi yang diduga terserang nematoda diambil untuk diamati di laboratorium kemudian dihitung populasinya.


(27)

Pelaksanaan Penelitian Survei Pendahuluan

Survei pendahuluan bertujuan untuk menentukan desa yang mewakili daerah sentra produksi, yaitu desa yang berada di Kecamatan Sidikalang di desa Sidiangkat, Bundar Selamat, Sitinjo dan Kecamatan Raya di desa Pematang Raya, Merek Raya dan Sondi Raya. Masing – masing kecamatan dipilih tiga desa, dari tiap desa dipilih kebun kopi yang diduga terserang nematoda. Ciri – ciri atau gejala tanaman yang terinfeksi nematoda pada tingkat lapang adalah tanaman tumbuh lebih kerdil/ merana dari tanaman lain dalam kebun, daun menguning atau klorosis dan tanaman kurang kokoh atau hampir roboh, sedangkan gejala tingkat individu ditandai dengan adanya bercak nekrosis pada akar serta terdapat

gall atau pembengkakan pada akar – akar muda. Pengambilan Sampel

Pengambilan sampel pada lokasi terpilih dilakukan jika ditemukan adanya tanaman kopi yang diduga terserang nematoda pada lokasi tersebut. Sampel diambil dengan metode zig – zag. Setiap sampel tanah dan akar diambil dari empat penjuru tanaman dengan kedalaman ±25 cm. Masing – masing sampel dimasukkan ke dalam plastik potilen dan diberi label yang berisi tanggal pengambilan, lokasi, kultivar kopi, kondisi tanaman dan tanaman yang berada di sekitar sampel.

Selanjutnya sampel diekstraksi untuk memperoleh suspensi nematoda yang akan diidentifikasi.


(28)

Ekstraksi sampel akar

Sampel akar diperoleh dari akar kopi yang diambil dari lapangan penelitian kemudian diekstraksi dengan metoda Modifikasi Corong Baerman. Sampel akar dicuci sampai bersih dari tanah dan kotoran, dipotong – potong sepanjang 1 – 1,5 cm, kemudian diambil akar sebanyak 25 gram dan diekstraksi dengan metode modifikasi corong Baerman (Luc et al, 1995). Keadaan ini dibiarkan selama 48 jam, sesudah 48 jam suspensi diambil dan siap diamati.

Selanjutnya pengamatan dilakukan dan diulang sebanyak 3 kali. Tiap ulangan diambil sebanyak 10 cc yang dituang ke dalam cawan hitung, lalu populasi dihitung dengan menggunakan mikroskop binokuler. Identifikasi dilakukan dengan menggunakan mikroskop stereo yang dibantu oleh buku identifikasi nematoda.  Ekstraksi sampel tanah

Untuk ekstraksi sampel tanah yang berasal dari lapang

dilakukan dengan metode modifikasi corong Baerman (Luc et al, 1995). Masing – masing sampel tanah diambil

sebanyak 100 ml (Gambar 5). Keadaan ini dibiarkan selama 48 jam agar nematoda yang ada turun ke dalam air. Setelah 48 jam suspensi yang berada di dalam corong diambil dan nematoda yang ada diamati dan diidentifikasi.

Selanjutnya perhitungan dan identifikasi nematoda dilakukan seperti pada ekstraksi sampel akar.


(29)

Jumlah contoh yang mengandung suatu genus nematoda Jumlah seluruh contoh Frekuensi mutlak suatu genus Jumlah semua frekuensi mutlak

Jumlah individu suatu genus nematoda dari setiap contoh Jumlah seluruh individu dari

genus nematoda Parameter Pengamatan

 Genus nematoda

Identifikasi untuk setiap sampel akar dan tanah dilakukan sampai tingkat genus dengan menggunakan buku identifikasi.  Populasi genus nematoda dari akar dan tanah

Setelah diidentifikasi selesai dilakukan, dilanjutkan dengan menghitung populasi nematoda dari masing – masing genus dengan cara mengambil 10 cc suspensi dari masing – masing ekstraksi tanah dan akar.

Dalam menghitung populasi dari tiap genus nematoda digunakan rumus sebagai berikut :

a. Frekuensi Mutlak (FM) = ×100%

b. Frekuensi Nisbi (FN) = × 100%

c. Kepadatan Mutlak (KM) = Jumlah aktual individu suatu genus nema- toda dari tiap contoh

×100%

d. KepadatanRelatif (KR)=


(30)

(31)

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Genus Nematoda

Hasil identifikasi nematoda parasit tanaman kopi pada sentra produksi tanaman kopi di Kecamatan Sidikalaang, Dairi dan Kecamatan Raya, Simalungun ditemukan dua genus nematoda parasit yang paling dominan, yaitu Radopholus sp dan Pratylenchus sp.

Gambar 6. Radopholus similis


(32)

Tanaman kopi yang terserang di lapangan memiliki gejala serangan pada bagian di atas permukaan tanah adalah daun menguning / layu, daun berguguran dan tanaman kerdil. Hal ini sesuai literatur Shurtleff dan Charles (2000) yang menyatakan beberapa efek tanaman yang terserang mengakibatkan daun klorotik dan tanaman kerdil (Gambar 6).

Gambar 8. Gejala serangan nematoda luka akar di atas permukaan tanah di Kecamatan Sidikalang

Pada akar tanaman kopi yang terserang nematoda memiliki gejala serangan kulit luar akar luka terkelupas, rambut akar tinggal sedikit atau habis (Gambar 10), dan jika dibelah melintang akan tampak berkas nekrotik pada tepi akar kopi (Gambar 9). Shurtleff dan Charles (2000) menyatakan nematoda mengakibatkan luka nekrotik berwarna coklat kemerahan sampai hitam di sepanjang jaringan korteks. Lubang terowongan meluas tetapi tidak melewati jaringan endodermis. Begitu juga pada literatur Luc et al (1995) yang menyatakan akar tanaman kopi yang terserang oleh P. coffeae warnanya berubah menjadi kuning, selanjutnya berwarna coklat dan kebanyakan akar lateralnya busuk.


(33)

Gambar 9. Gejala nekrotik pada tepi jaringan korteks akar

Gambar 10. Gejala serangan yang mengakibatkan permukaan akar terkelupas dan rambut akar habis.

B. Populasi Nematoda

Untuk mengetahui populasi kedua genus nematoda tersebut pada tiap lokasi yang dipilih dapat dilihat pada Tabel 1 berikut ini :


(34)

Tabel 1. Genus nematoda parasit yang dominan di pertanaman kopi di masing – masing lokasi pengambilan sampel.

No. Genus

Nematoda

LOKASI

Kecamatan Sidikalang Kecamatan Raya

Desa Sidiang kat Desa Bundar Selamat Desa Sitinjo Desa Merek Raya Desa Sondi Raya Desa Pematang Raya

1 Radopholus sp 141 118 115 37 40 47 2 Pratylenchus sp 109 95 109 30 37 41

Kopi merupakan tanaman perkebunan penting di Indonesia dan Sumatera Utara khususnya yang merupkan slah satu sentra penghasil kopi. Budidaya kopi yang dilakukan di Sumatera Utara menyebabkan perubahan stabilitas ekosistem. Perubahan ini menjadikan dari semua lokasi pertanaman kopi yang digunakan sebagai tempat pengambilan sampel akar dan tanah ditemukan 2 genera nematoda parasit tumbuhan yang paling dominan berasosiasi dengan kopi yaitu

Radopholus spp dan Pratylenchus spp (Tabel 1). Populasi Radopholus spp yang

tertinggi dari sampel tanah dan akar ditemukan pada lokasi desa Sidiangkat yaitu 141 juvenil sedangkan yang terendah di desa Merek Raya 37 juvenil. Populasi

Pratylenchus spp yang tertinggi terdapat di desa Sidiangkat dan Sitinjo yaitu 109

juvenil sedangkan yang terendah terdapat di desa Merek Raya 30 juvenil.

Nematoda parasit merupakan kendala utama pada tanaman kopi di Indonesia, terutama untuk jenis kopi Arabika. Spesies penting yang dijumpai di Indonesia adalah Pratylenchus coffeae dan Radopholus similis. Hampir semua propinsi produsen kopi di Indonesia, antara lain Sumatera Utara, Sumatera Barat, Lampung, Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, Bali, NTT, dan Sulawesi Selatan , telah terinfeksi oleh nematoda tersebut (Mustika, 2005).


(35)

Pada tabel 1, kita bisa melihat bahwa serangan nematoda di Kecamatan Sidikalang lebih tinggi dari Kecamatan Raya. Hal ini diakibatkan oleh beberapa faktor, antara lain di Sidikalang tanaman kopi telah ditanam selama bertahun – tahun. Sedangkan di Raya tanaman kopi hasil konversi dari berbagai tanaman seperti padi, jagung, cabai, dan lain – lain. Selain itu kondisi lahan di Sidikalang kurang terawat yaitu banyak ditumbuhi gulma. Kondisi ini menyebabkan nematoda parasit dapat berkembang dengan lebih baik, karena inang terus tersedia sepanjang tahun. Kondisi lahan di Raya lebih bersih sehingga nematoda parasit kurang berkembang dengan baik karena inangnya tidak selalu tersedia.

Tabel 2. Hasil ekstraksi dari sampel tanah untuk tiap – tiap genus nematoda parasit tanaman kopi dari lokasi terpilih

Desa Genus Nematoda Jumlah Sampel Sampel Yang Berisi

FM FR

(%) KM

KR

(%) NP Kecamatan Sidikalang

Sidiangkat Radopholus 15 12 80 48 34 55.73 304.10

Pratylenchus 15 13 86.66 51.95 27 44.26 251.35

Bundar Selamat

Radopholus 12 10 83.33 50 30 51.72 273.85

Pratylenchus 12 10 83.33 50 28 48.27 255.60

Sitinjo Radopholus 12 10 83.33 52.63 31 53.45 282.98

Pratylenchus 12 9 75 47.37 27 46.55 233.83

Kecamatan Raya

Merek Raya

Radopholus 8 5 62.5 45.45 12 54.54 94.87

Pratylenchus 8 6 75 54.54 10 45.45 86.60

Sondi Raya

Radopholus 10 7 70 50 13 48.15 108.76

Pratylenchus 10 7 70 50 14 51.85 117.13

Pematang Raya

Radopholus 10 8 80 53.33 15 55.55 134.16


(36)

Tabel 3. Hasil ekstraksi dari sampel akar untuk tiap – tiap genus nematoda parasit tanaman kopi dari lokasi terpilih

Desa Genus Nematoda Jumlah Sampel Sampel Yang Berisi

FM FR

(%) KM

KR

(%) NP Kecamatan Sidikalang

Sidiangkat Radopholus 15 15 100 50 107 56.61 1070

Pratylenchus 15 15 100 50 82 43.38 820

Bundar Selamat

Radopholus 12 12 100 52.18 88 56.77 880

Pratylenchus 12 11 91.66 47.82 67 43.22 641.45

Sitinjo Radopholus 12 12 100 52.18 84 50.60 840

Pratylenchus 12 11 91.66 47.82 82 49.39 785.06 Kecamatan Raya

Merek Raya

Radopholus 8 8 100 53.33 25 55.55 250

Pratylenchus 8 7 87.5 46.66 20 44.44 187.08

Sondi Raya

Radopholus 10 10 100 52.63 27 54 270

Pratylenchus 10 9 90 47.36 23 46 218.19

Pematang Raya

Radopholus 10 9 90 50 32 52.45 303.57

Pratylenchus 10 9 90 50 29 47.54 275.19

Dari Tabel 2 dan 3, nilai prominensi tertinggi adalah genus Radopholus sebesar 304.10 pada tanah dan 1070 pada akar di desa Sidiangkat. Sedangkan nilai prominensi terendah adalah genus Pratylenchus sebesar 86.60 pada tanah dan 187.08 pada akar di desa Merek Raya. Hal ini menunjukkan genus Radopholus merupakan nematoda yang paling penting dan sangat berpotensi menimbulkan kerusakan dan kerugian pada tanaman kopi di Sumatera Utara. Semakin tinggi NP, maka menunjukkan semakin pentingnya nematoda tersebut pada tanaman tersebut.

Kerusakan tanaman kopi yang disebabkan nematoda sangat merugikan karena dapat mengakibatkan kematian tanaman. Hal ini sesuai literatur Ika (2005) yang menyatakan serangan nematoda Pratylenchus coffeae, menyebabkan kehilangan hasil rata-rata sebesar 56,84%, atau sekitar 150 ton kopi per tahun. Selain mengurangi kuantitas, serangan nematoda juga dapat mengurangi kualitas


(37)

produk. Penurunan produksi oleh P. coffeae pada kopi Robusta berkisar antara 28,7% sampai 78,4%. Serangan P. coffeae terhadap kopi Arabika, biasanya tanaman hanya bisa bertahan selama 2 tahun.


(38)

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

1. Terdapat 2 genus nematoda parasit tumbuhan yang berasosiasi pada tanaman kopi di Kecamatan Sidikalang dan Kecamatan Raya.

2. Populasi genus Radopholus yang tertinggi dari sampel akar ditemukan pada lokasi desa Sidiangkat (Kecamatan Sidikalang) yaitu 107 juvenil infeksi (ji) dan yang terendah ditemukan pada lokasi Merek Raya (Kecamatan Raya) yaitu 25 juvenil infeksi (ji).

3. Populasi genus Radopholus yang tertinggi dari sampel tanah ditemukan pada lokasi desa Sidiangkat (Kecamatan Sidikalang) yaitu 34 juvenil infeksi (ji) dan yang terendah ditemukan pada lokasi Merek Raya (Kecamatan Raya) yaitu 12 juvenil infeksi (ji).

4. Populasi genus Pratylenchus yang tertinggi dari sampel akar ditemukan pada lokasi desa Sidiangkat (Kecamatan Sidikalang) yaitu 82 juvenil infeksi (ji) dan yang terendah ditemukan pada lokasi Merek Raya (Kecamatan Raya) yaitu 20 juvenil infeksi (ji).

5. Populasi genus Pratylenchus yang tertinggi dari sampel tanah ditemukan pada lokasi desa Bundar Selamat (Kecamatan Sidikalang) yaitu 28 juvenil infeksi (ji) dan yang terendah ditemukan pada lokasi Merek Raya (Kecamatan Raya) yaitu 10 juvenil infeksi (ji).


(39)

Saran

1. Perlu dilakukan penelitian lanjutan untuk mengetahui tingkat kerusakan yang disebabkan masing – masing genus nematoda parasit pada tanaman kopi.

2. Perlu dilakukan penelitian untuk mengetahui varietas kopi yang tahan terhadap nematoda.


(40)

DAFTAR PUSTAKA

Anonimusa. 2010. http://en.wikipedia.org / wiki / Radopholus _ similis. Diakses tanggal 9 Maret 2010.

_______b. 2008.

2010.

_______c. 2009.

Maret 2010

Asmacs. 2008. Diakses tanggal 9 Maret 2010.

BPS., 2008. 18 September 2010.

Bridge, J dan James L. Starr. 2007. Plant Nematodes Of Agricultural Importance A Colour Handbook. Mansion Publishing Ltd. London.

Dropkin, V.H., 1992. Pengantar Nematologi Tumbuhan. Gajah Mada University Press. Yogyakarta.

Girsang, B., 2010. Komoditas – Komoditas Unggulan. Dinas Perkebunan. Propinsi Sumatera Utara.

Hasbi H. 2009. http://budidayatanamantahunan.blogspot.com / 2009 / 12 / budidaya-kopi.html. diakses tanggal 9 Maret 2010.

Ka. BIP Propinsi Irian Jaya. 1991. BUDIDAYA KOPI. Sentani.

Leroy., 2005. Plant Cell Rep 2006 Mar; 25 (3) :214-22. Epub 2005 Dec 6.

Luc, Zokora dan J. Bridge., 1995. Nematoda Parasitik Tumbuhan di Pertanian Subtropik dan Tropik Gadjah Mada University press, Yogyakarta.

Munif A. 2003. Prinsip – Prinsip Pengelolaan Nematoda Parasit Tumbuhan di Lapangan. dalam. Bahan Pelatihan. Identifikasi dan Pengelolaan Nematoda Parasit Utama Tumbuhan. 26 – 29 Agustus 2003. Bogor. Mustika I. 2003. Penyakit – Penyakit Utama Tanaman Yang Disebabkan Oleh

Nematoda. dalam. Bahan Pelatihan. Identifikasi dan Pengelolaan Nematoda Parasit Utama Tumbuhan. 26 – 29 Agustus 2003. Bogor. Mustika I. 2005. Konsepsi dan Strategi Pengendalian Nematoda Parasit Tanaman


(41)

Perkebunan di Indonesia. files/File/publikasi/perspektif/Perspektif_vol_4_No_1_2_IkaMustika.pdf. Diakses tanggal 13 Oktober 2010.

Najiyati, S dan Danarti. 1997. Kopi Budidaya dan Penanganan Lepas Panen. Penebar Swadaya. Jakarta.

Poinar, G.O., 1983. The Natural History Of Nematodes. Prentice Hall, Inc. New Jersey.

Purnomo B., 2008 Diakses tanggal 12 Oktober 2010.

Shurtleff, M.C. dan Charles W.A.III., 2000. Diagnosis Plant Diseases Caused By Nematodes. APS Press. St.Paul, Minnesota.

Simanjuntak, H. 2002. Musuh Alami Hama Dan Penyakit Tanaman Kopi.Proyek Perkebunan, Direktorat Jenderal Bina Produksi Perkebunan Perkebunan, Direktorat Jenderal Bina Produksi Perkebunan. Departemen Pertanian. Jakarta.

Soetedjo, M.M. 1989. Hama Tanaman Keras Dan Alat Pemberantasannya. Bina Aksara. Jakarta.

Walker, John Charles. 1957. Plant Pathology. Kogakusha Company, Ltd. Tokyo. Zuckerman, B.M., 1971. Plant Parasitic Nematodes. Academic Press. London.


(42)

Foto Lahan Kopi di Kecamatan Sidikalang


(43)

(44)

(1)

Saran

1. Perlu dilakukan penelitian lanjutan untuk mengetahui tingkat kerusakan yang disebabkan masing – masing genus nematoda parasit pada tanaman kopi.

2. Perlu dilakukan penelitian untuk mengetahui varietas kopi yang tahan terhadap nematoda.


(2)

DAFTAR PUSTAKA

Anonimusa. 2010. http://en.wikipedia.org / wiki / Radopholus _ similis. Diakses tanggal 9 Maret 2010.

_______b. 2008.

2010.

_______c. 2009.

Maret 2010

Asmacs. 2008. Diakses tanggal 9 Maret 2010.

BPS., 2008. 18 September 2010.

Bridge, J dan James L. Starr. 2007. Plant Nematodes Of Agricultural Importance A Colour Handbook. Mansion Publishing Ltd. London.

Dropkin, V.H., 1992. Pengantar Nematologi Tumbuhan. Gajah Mada University Press. Yogyakarta.

Girsang, B., 2010. Komoditas – Komoditas Unggulan. Dinas Perkebunan. Propinsi Sumatera Utara.

Hasbi H. 2009. http://budidayatanamantahunan.blogspot.com / 2009 / 12 / budidaya-kopi.html. diakses tanggal 9 Maret 2010.

Ka. BIP Propinsi Irian Jaya. 1991. BUDIDAYA KOPI. Sentani.

Leroy., 2005. Plant Cell Rep 2006 Mar; 25 (3) :214-22. Epub 2005 Dec 6.

Luc, Zokora dan J. Bridge., 1995. Nematoda Parasitik Tumbuhan di Pertanian Subtropik dan Tropik Gadjah Mada University press, Yogyakarta.

Munif A. 2003. Prinsip – Prinsip Pengelolaan Nematoda Parasit Tumbuhan di Lapangan. dalam. Bahan Pelatihan. Identifikasi dan Pengelolaan Nematoda Parasit Utama Tumbuhan. 26 – 29 Agustus 2003. Bogor. Mustika I. 2003. Penyakit – Penyakit Utama Tanaman Yang Disebabkan Oleh

Nematoda. dalam. Bahan Pelatihan. Identifikasi dan Pengelolaan Nematoda Parasit Utama Tumbuhan. 26 – 29 Agustus 2003. Bogor. Mustika I. 2005. Konsepsi dan Strategi Pengendalian Nematoda Parasit Tanaman


(3)

Perkebunan di Indonesia. files/File/publikasi/perspektif/Perspektif_vol_4_No_1_2_IkaMustika.pdf. Diakses tanggal 13 Oktober 2010.

Najiyati, S dan Danarti. 1997. Kopi Budidaya dan Penanganan Lepas Panen. Penebar Swadaya. Jakarta.

Poinar, G.O., 1983. The Natural History Of Nematodes. Prentice Hall, Inc. New Jersey.

Purnomo B., 2008 Diakses tanggal 12 Oktober 2010.

Shurtleff, M.C. dan Charles W.A.III., 2000. Diagnosis Plant Diseases Caused By Nematodes. APS Press. St.Paul, Minnesota.

Simanjuntak, H. 2002. Musuh Alami Hama Dan Penyakit Tanaman Kopi.Proyek Perkebunan, Direktorat Jenderal Bina Produksi Perkebunan Perkebunan, Direktorat Jenderal Bina Produksi Perkebunan. Departemen Pertanian. Jakarta.

Soetedjo, M.M. 1989. Hama Tanaman Keras Dan Alat Pemberantasannya. Bina Aksara. Jakarta.

Walker, John Charles. 1957. Plant Pathology. Kogakusha Company, Ltd. Tokyo. Zuckerman, B.M., 1971. Plant Parasitic Nematodes. Academic Press. London.


(4)

Foto Lahan Kopi di Kecamatan Sidikalang

Foto Lahan Kopi di Kecamatan Raya


(5)

(6)

Peta Kecamatan Raya