Latar Belakang Masalah PENDAHULUAN

ISLAM DAN PENDIDIKAN BUDI PEKERTI AKALIA Mahasiswa Magister Sains Psikologi Fakultas Psikologi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Dahulu Indonesia dikenal sebagai negara yang ramah, berpenduduk penuh etika dan sopan santun. Masyarakat masih menjunjung tinggi tata krama dalam pergaulan sebagaimana anak bersikap kepada orang yang lebih tua maupun hubungan antar teman. Namun seiring laju perkembangan zaman dan perubahan cepat dalam teknologi informasi telah merubah sebagian besar masyarakat dunia terutama remaja. Sebagaimana telah diketahui dengan adanya kemajuan informasi di satu sisi remaja merasa diuntungkan dengan adanya media yang membahas seputar masalah dan kebutuhan mereka. Dengan adanya hal tersebut, media telah menyumbang peran besar dalam pembentukan budaya dan gaya hidup yang akan mempengaruhi moral remaja. Namun sebagian besar media ini membawa dampak negatif khususnya bagi remaja yang notabenenya lebih banyak menggunakan media tersebut. Berbagai masalah yang muncul tak terkendali, generasi muda terpelajar baik pelajar maupun mahasiswa harapan bangsa tawuran antara sesama bagaikan lawan yang abadi. Oleh karena itu generasi muda memerlukan perbaikan yang lebih melalui membangun pendidikan karakter. Inti ajaran kerasulan Nabi Muhammad SAW yaitu perbaikan akhlak. Ajaran ini berkaitan erat dengan salah satu krisis yang dirasakan oleh bangsa Indonesia, yakni Krisis Moral moral crisis. Fenomena yang sekarang ini yang sangat memilukan mulai dari tawuran antar pelajar, etnis dan agama, penggunaan obat terlarang narkoba, miras, perjudian, pelecehan seksual, perusakan fasilitas umum secara brutal dan tindak kekerasan antar elemen bangsa. Semua gengguan perilaku behavior disorder atau gangguan karakter character disorder tersebut menyebabkan ketidakmampuan penyesuaian dan mengembangkan diri bagi individu, yang tentunya akan berdampak negative bagi ketenangan dan keharmonisan hidupnya. Krisis moral remaja pada era globalisasi adalah keadaan moral yang suram yang terjadi pada masa pertumbuhan anak menuju dewasa dalam jangka waktu antara beberapa peristiwa. Hilangnya moral para remaja adalah suatu hal yang telah banyak disaksikan di seluruh pelosok bumi nusantara Indonesia. Moral remaja yang telah hilang termasuk dalam kenakalan remaja. Yaitu masalah yang telah mengancam bangsa ini. Remaja yang seharusnya menjadi tumpuan masa depan bangsa tidak lagi dapat diharapkan. Walaupun tidak sedikit juga para remaja yang telah banyak menulis tinta emas dalam sejarah bangsa di dunia Internasional. Namun tidak sedikit juga para remaja ini yang salah jalan. Mereka bahkan tidak sadar akan keberadaannya dan siapa dirinya sendiri. Sudah banyak sekali kasus bahwa generasi muda sebagai motor dan tulang punggung negara ini sudah rusak moral akhlak dan perilakunya. Budaya Islam sebagai budaya yang seharusnya dikembangkan dan dijadikan sebagai ukuran atau filter penyaring dilupakan bahkan dilecehkan. Generasi muda sudah kehilangan takaran iman yang bisa menepis pengaruh budaya luar yang merusak kepribadian kita sebagai bangsa. Generasi muda kita banyak kehilangan arah dan tersesat dalam area yang sangat berbahaya dan cenderung hanya menggunakan nafsu sebagai takarannya. Dengan rusaknya moral dan akhlak generasi muda, maka secara perlahan akan merusak tatanan suatu bangsa dan tinggal menunggu kehancurannya. Allah jelas telah mengingatkan kita bahwa hancurnya bangsa diakibatkan rusaknya moral dan akhlak pemudanya. Al- Qur’an dan Hadits yang diabaikan akan memberikan dampak ketersesatan dan kehancuran manusia yang ada dalam negara tersebut. Sementara itu Wila Huky, sebagaimana yang dikutip oleh Bambang Daroesono 1986 merumuskan pengertian moral secara kompeherensip sebagai perangkat ide-ide tentang tingkah laku hidup, dengan warna dasar tertentu yang dipegang oleh sekelompok manusia di dalam lingkungan tertentu, ajaran tentang tingkah laku hidup yang baik berdasarkan pandangan hidup atau agama tertentu, sebagai tingkah laku hidup manusia, yang mendasarkan pada kesadaran bahwa ia terikat oleh keharusan untuk mencapai yang baik, sesuai dengan nilai dan norma yang berlaku dalam lingkungannya. Sedangkan moralitas merupakan kemauan untuk menerima dan melakukan peraturan, nilai-nilai atau prinsip-prinsip moral. Kompas, di unduh pada tanggal 20 Desember 2015. Menurut Soejono Soekanto norma-norma yang ada dalam masyarakat mempunyai kekuatan mengikat yang berbeda-beda. Ada norma yang lemah, yang sedang sampai yang terkuat ikatannya. Pada yang terakhir, umumnya anggota-anggota masyarakat tidak berani melanggarnya. Untuk dapat membedakan kekuatan mengikat norma-norma tersebut, secara sosiologis dikenal adanya empat pengertian, yaitu : cara usage, kebiasaan folkways, tata kelakuan mores, dan adat istiadat custom. Moral berkaitan dengan kemampuan untuk membedakan antara perbuatan yang benar dan yang salah. Dengan demikian, moral merupakan kendali dalam bertingkah laku. Seseorang dapat dikatakan bermoral, apabila tingkah laku orang tersebut sesuai dengan nilai-nilai moral yang dijunjung tinggi oleh masyarakat. Sehingga tugas penting yang harus dikuasai remaja adalah mempelajari apa yang diharapkan oleh masyarakat dan kemudian mau membentuk perilakunya agar sesuai dengan harapan sosial tanpa terus dibimbing, diawasi, didorong, dan diancam hukuman seperti yang dialami waktu anak-anak. Perkembangan moral moral development berhubungan dengan peraturan-peraturan dan nilai-nilai mengenai apa yang harus dilakukan seseorang dalam interaksinya dengan orang lain. Anak-anak ketika dilahirkan tidak memiliki moral imoral. Tetapi dalam dirinya terdapat potensi yang siap untuk dikembangkan. Karena itu, melalui pengalamannya berinteraksi dengan orang lain dengan orang tua, saudara dan teman sebaya, anak belajar memahami tentang perilaku mana yang baik, yang boleh dikerjakan dan tingkah laku mana yang buruk, yang tidak boleh dikerjakan. Namun, moral remaja pada era globalisasi ini telah menyimpang dari ajaran tentang tingkah laku hidup atau ajaran agama tertentu yang berlaku di dalam lingkungan masyarakat. Mereka cenderung mengagung-agungkan budaya Barat dibandingkan budaya asli Indonesia yang sebenarnya sangat unik dan beragam. Bukan hanya mengagung-agungkan budaya Barat saja tapi teknologi global pun juga ikut mempengaruhi krisis moral pada remaja. Kebudayaan sama halnya dengan spesies-spesies, mengalami seleksi berdasarkan adaptasinya terhadap lingkungan, yakni : sejauh mana kebudayaan itu membantu anggota-anggotanya untuk survive dan memelihara kebudayaan itu sendiri. Nilai merupakan sesuatu yang baik, diinginkan atau dicita-citakan dan dianggap penting oleh warga masyarakat, misalnya kebiasaan dan sopan santun. Menurut Green, sikap merupakan kesediaan bereaksi individu terhadap suatu hal, sikap berkaitan dengan motif dan mendasari tingkah laku seseorang. Tingkah laku adalah implementasi dari sikap yang diwujudkan dalam perbuatan. Dalam kaitan dengan pengamalan nilai-nilai hidup, maka moral merupakan kontrol dalam bersikap dan bertingkah laku sesuai dengan nilai-nilai hidup yang dimaksud. Dalam hal ini aliran Psikoanalisis tidak membeda-bedakan antara moral, norma dan nilai. Semua konsep itu menurut Freud menyatu dalam konsepnya super ego. Super ego sendiri dalam teori Freud merupakan bagian dari jiwa yang berfungsi untuk mengendalikan tingkah laku ego, sehingga tidak bertentangan dengan masyarakat. Tindakan yang diduga kuat mampu menyelesaikan patologi sosial tersebut adalah perbaikan budi pekerti yang luhur akhlaq al-karimah. Karena itu, Penulis mencoba memberi konteks pada makalah ini dengan mengedepankan judul di atas. Judul yang dimaksudkan untuk menjelaskan variabel Islam yang dapat mempengaruhi atau berperan pada variabel Pendidikan Budi Pekerti.

B. Perumusan Masalah