Budi Pekerti Pengertian Budi Pekerti

Ruang Lingkup Ajaran Islam Ruang lingkup ajaran islam mencakup tiga domain Muhaimin, Mujib, Mudzakir, 2012 yaitu: a. Kepercayan I’tiqodiyah Berhubungan dengan rukun iman seperti iman kepada Allah, malaikat, kitabullah, rasulullah, hari kebangkitan dan taqdir. b. perbuatan amaliyah perbuatan amaliyah disini terbagi dalam dua bagian, yaitu: - masalah ibadah berkaitan dengan rukun islam, seperti syahadat, sholat, zakat, puasa, haji dan ibadah-ibadah lain yang mengatur hubungan manusia dengan Allah SWT. - Masalah muamalah, berkaitan dengan interaksi manusia dengan sesamanya, baik perseorangan maupun kelompok seperti akad, pembelanjaan, hukuman, hukum jinayah pidana dan perdata. c. etika khuluqiyah berkaitan dengan kesusilaan, budi pekerti, adabsopan santun yang menjadi perhiasan bagi seseorang dalam rangka mencapai keutamaan. Nilai-nilai seperti jujurshidiq, terpercayaamanah, adil, sabar, syukur, pemaaf, tidak tergantung pada materizuhud, menerima apa adanyaqona’ah, berserah diri kepada Allahtawakal, malu berbuat buruk hayya, persaudaraanukhuwah, toleransitasamuh, tolong menolong ta’awun dan saling menanggungtakaful adalah serangkaian bentuk dari budi pekerti yang luhurakhlaq al-karimah.

B. Budi Pekerti Pengertian Budi Pekerti

Istilah budi pekerti sering kali dipersamakan dengan istilah sopan santun, susila, moral, etika, adab atau akhlak. Kesemuanya istilah itu memiliki makna yang sama, yaitu sikap, perilaku, dan tindakan individu yang mengacu pada norma baik buruk dalam hubungannya dengan sesama individu, anggota keluarga, masyarakat, hidup berbangsa, bernegara bahkan sebagai umat beragama, yang bertujuan untuk perbaikan dan peningkatan kualittas diri. Dalam budi pekeri memuat bangunan nilai-nilai yang baik dan benar, yang menjadi acuan perilaku code of conduct dalam mengarungi kehidupan sehari-hari. Pada hakikatnya akhlak budi pekerti ialah suatu kondisi atau sifat yang telah meresap dalam jiwa dan telah menjadi kepribadian, hingga dari situ timbul berbagai macam perbuatan dengan cara mudah dan spontan tanpa dibuat dan tanpa memerlukan pemikiran. Apabila dari kondisi tadi timbul kelakuan yang baik dan terpuji menurut pandangan syari’at dan akal pikiran, maka ia dinamakan budi pekerti mulia dan sebaliknya apabila yang lahir kelakuan yang buruk, maka disebutlah budi pekerti yang tercela. Menuru Saint Thomas Aquinas, yang di kutip oleh Mann dan Kreyche, teori tentang baik- buruk dalam ajaran budi pekerti sangat tergantung pada kehendak Tuhan. Apa yang dianggap dan ditentukan baik atau buruk oleh Tuhan, maka baik buruk pula untuk moral manusia. Sementara Immanuel Kant menekankan criteria baik-buruk dalam ajaran budi pekerti berdasarkan intuisi, karena hukum budi pekerti itu berada di dalam diri manusia yang terdalam. Sementara Plato dan Arsitoteles dengan aliran Rasionalismenya memandang bahwa criteria baik buruknya berdasarkan rasio manusia, karena rasio merupakan sumber etika. Pandangan yang tepat bagi masyarakat Muslim Indonesia terhadap beberapa aliran budi pekerti diatas adalah konvergen. Artinya, semua aliran dapat diakomodir sedemikian rupa, tanpa mengabaikan salah satunya. Sebagai bangsa yang beragama, masyarakat muslim Indonesia telah tertanam nilai-nilai ajaran agama, yang dalam pelaksanaannya tidak akan berbenturan dengan nilai-nilai universal budi pekerti yang diturunkan dari hukum-hukum rasional, intuitif maupun tradisi atau falsafah hidup berbangsa dan bernegara. Islam dihadirkan bukan untuk merusak atau mencabut tata nilai budi pekerti yang melembaga dalam suatu tradisi, melainkan untuk menyempurnakannya. Sumber-sumber Budi Pekerti Budi pekerti dapat diturunkan dari berbagai sumber : a. Ajaran agama Semua agama menghendaki umatnya berlaku dan bertindak baik, bahkan doktrin ini menjadi inti ajaran agama. Tidak satupun agama mengajak kepada umatnya untuk bertindak anarkis, destruktif dan menginjak-injak hak dan kehormatan orang lain. b. Falsafah hidup Setiap Negara memiliki falsafah hidup yang menjadi pedoman bagi bangsanya untuk berperilaku baik. Falsafah hidup tersebut diturunkan dari kesepakatan bersama yang disusun dengan berpijak pada prinsip berketuhanan, kemanusiaan, persatuan, kebijaksanaan, permusyawaratan dan keadilan untuk kebaikan dan keharmonisan bersama. c. Tradisi Tradisi merupakan adat istiadat atau kebiasaan suatu masyarakat, yang mana kebiasaan itu dilakukan secara menetap dan konsisten oleh anggotanya. Tradisi terbentuk atas kesepakatan bersama karena di pandang memiliki nilai kebaikan bagi komunitas masyarakat tertentu.

C. Pendidikan Budi Pekerti dalam Islam Hubungan Pendidikan Budi Pekerti dan Islam