Dharma Kesuma, 2013 Struktur Fundamental Pedagogi Paulo Freire Dan Relevansinya Untuk Pendidikan Indonesia
Universitas Pendidikan Indonesia
| repository.upi.edu
| perpustakaan.upi.edu
Proses pengembangan dan pengorganisasian sistem data tersebut merupakan proses induktif dan mengikuti siklus mulai dari data-kategorisasi-makna.
Segmentasi data ke kategori memerlukan strategi-strategi tertentu. Strategi 1 menganalisis dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan dasar apa, mengapa,
dimana, kapan dan bagaimana; 2 menganalisis kalimat, phrase; 3 membandingkan kesamaan data; 4 dan mengidentifikasi hal-hal yang penting
dari setiap data. Strategi tersebut menggambarkan bagaimana analisis kritis dan logik peneliti.Peneliti mengembangkan ka
tegori secara “predetermined”, yaitu sumber pengembangan kategori seperti itu berasal dari pertanyaan penelitian,
pengalaman personal yang relevan, dan kategori yang ditemukan pada literatur. Atau kategori tersebut juga dapat dikembangkan dari kategori emic dan etic.
Kategori emic adalah sumber kategori berasal dari data sumber asli dokumen Freire. Sedangkan kategori etic adalah sumber kategori sebagai hasil pemaknaan
peneliti terhadap data berdasarkan kerangka konseptualnya.
3. Pencarian Pola tema atau konsep
Tujuan akhir dari penelitian ini adalah membuat pernyataan umum mengenai saling kait-mengkaitnya kategori yang ditemukan dari data. Dengan
kata lain ini adalah analisis koherensi atau konsistensi, sebagaimana sudah disampaikan dalam teknik analisis data. Hubungan antara kategori tersebut
disebut pola temakonsep. Dalam mengembangkan pola-pola tesebut, peneliti merekonstruksi data ke dalam kategori, kemudian menemukan pola-polanya,
seperti pada bagan sebagai berikut:
Gambar 3.4 Pencarian Pola TemaKonsep Data
Data Data
Data Data
Data
Data Data
Kategori Kategori
Kategori Pola
Pola
Dharma Kesuma, 2013 Struktur Fundamental Pedagogi Paulo Freire Dan Relevansinya Untuk Pendidikan Indonesia
Universitas Pendidikan Indonesia
| repository.upi.edu
| perpustakaan.upi.edu
Berdasarkan gambar di atas maka dapat dikemukakan bahwa kategori yang bersumber dari satu atau lebih data membentuk pola hubungan antara kategori.
Proses pencarian pola tersebut biasanya berlangsung dalam siklus data —kategori-
--pola. Dalam
rangka mengembangkan
validasi pola
tersebut, peneliti
mengembangkan teknik 1 tingkat kepercayaan data; 2 triangulasi; 3 mencari bukti yang berlawanan; 4 teknis menyusun dan sorting kategori; 5 presentasi
visual; dan 6 analisis silang-logik. Teknik tingkat kepercayaan data
adalah memilah-memilah siklus data- kategori berdasarkan tingkat kepercayaan sumber datanya. Pada penelitian ini,
tingkat kepercayaan data adalah konsistensi substantif antara dokumen yang satu dengan yang lainnya buku satu dengan yang lainnya.
Teknik triangulasi adalah melakukan validasi silang yang berkaitan dengan
sumber, strategi, priode ketersediaan data dan skema konseptual yang berbeda.Ini dilakukan pada waktu melakukan pembahasan hasil penelitian, misalnya kategori
metafisikasi Freire dengan Hegel dan Karl Marx. Teknik mencari bukti yang berlawanan
adalah untuk membandingkan kesenjangan pola yang dikembangkan dengan pola yang berlawanan.Teknik ini
tidak dilaksanakan pada penelitian ini Teknik menyusun dan pemilahan
adalah membuat pola secara hirarkhis mulai dari data
—topik—kategori. Teknik silang-logik.
Disamping teknik-teknik tersebut di atas juga penting pola tersebut mengandung eksplanasi logik yang berkaitan dengan masalah
penelitian. Aplikasi analisis data tersebut pada penelitian ini dapat dikemukakan pada
gambar sebagai berikut:
Dharma Kesuma, 2013 Struktur Fundamental Pedagogi Paulo Freire Dan Relevansinya Untuk Pendidikan Indonesia
Universitas Pendidikan Indonesia
| repository.upi.edu
| perpustakaan.upi.edu
Gambar 3.5 Prosedur Analisis Data Penelitian Struktur Fundamental Pedagogi Freire
Berdasarkan gambar di atas tampak bahwa analisis data dilakukan dengan cara analisis induktif mulai dari data, yaitu bacaan pada 6 bukudokumen Freire,
melakukan segmentasi ke dalam kategorisari kategori dan sub kategori, dan mengembangkan keterkaitan antara kategori tersebut sebagai konstruksi
fundamental pedagogi Freire.
Ketiga: Pencarian Pola dan Tema
Pertama: Analisis selama pengumpulan
data Kedua: Kodifikasi
Data Terlampir
DATA BERUPA KONSEP DARI BUKUDOKUMEN: a.
Freire, Paulo 1970 30
th
anniversary edition, 1993. Pedagogy of the oppressed
. New York London:Continuum. b.
Shor, Ira Freire, Paulo 1987. A Pedagogy for Liberation. Dialogues on Transforming Education.
Massachusetts: Bergin Garvey Publishers, Inc.
c. Freire, Paulo, and Ana Maria Araújo Freire. Pedagogy of the
heart . New York: Continuum, 1997.
d. Horton, Myles Freire, Paulo 1990. We Make the Road by
Walking. Philadelphia: Temple University Press.
e. Freire, Paulo 1967. Pedagogy of freedom : ethics, democracy,
and civic courage Critical perspectives series. Lanham:
Rowman Littlefield Publishers.Buku 06 f.
Freire, Paulo 1974. Education for critical consciousness. A Continuum book. New York,: Seabury Press.
Rekonstruksi keterkaitan kategori dalam rangka
penemuan pola pikiran fundamental Freire
Segmentasi data ke kategori-kategori
Scanning semua konsep Menemukan pemahaman
Refocusing study Kategori :
Metafisikasi Epistemologi
Etika Tujuan Pend.
Isi Pend. Proses Pen.
Didalam kategori
tersebut terdapat sub
kategori. Konstruksi:
Penemuan keterkaitan
kategori dalam rangka
penemuan pemahaman
utuh pikiran Freire
Dharma Kesuma, 2013 Struktur Fundamental Pedagogi Paulo Freire Dan Relevansinya Untuk Pendidikan Indonesia
Universitas Pendidikan Indonesia
| repository.upi.edu
| perpustakaan.upi.edu
BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI
A. Simpulan
1. Ontologi, epistimologi dan aksiologi
Dunia budaya, realitas, adalah kemungkinan-kemungkinan. Tidak ada ‘hukum besi’, misalnya hukum evolusi Darwinian, yang mengatur perkembangan
atau perubahan realitas. Sejarah belum berakhir berbeda dengan neoliberalis: sejarah sudah berakhir; sejarah berakhir ketika manusia berakhir kehidupannya.
Realitas atau sejarah diciptakan manusia bersama manusia-manusia lainnya; dan kemudian sejarah mengkondisikan, bukan men-determinasi, kehidupan manusia.
Realitas adalah wujud yang belum selesai. Manusia yang berada bersama dunia, adalah unfinished beings, inconclusive
beings . Secara demikian ontological vocation-nya adalah menjadi manusia,
subjek. Sebagai subjek, ia tidak boleh menjadi objek. Di tengah dunia, juga di tengah alam semesta, ia harus mentransendensi diri, bukan tenggelam di tengah
dunia. Dengan demikian manusia jelas adanya sebagai makhluk bebas. Kebebasan manusia dibatasi oleh kebebasan orang-orang lainnya. Batas
kebebasan adalah humanisasi. Kebebasan siapa pun harus menghargai dan patuh pada humanisasi yang berlaku bagi siapapun di muka bumi.Karena ontological
vocation -nya yang demikian, manusia bertanggung jawab sepenuhnya atas
nasibnya, atas sejarahnya, atas masa depannya. Perjalanan sejarah bukan ditentukan Tuhan. Tuhan hanya menciptakan alam hewan dan tumbuhan dan
manusia. Ontological vocation
manusia, sekalipun ia makhluk terbatas tetapi ia suatu subjek, adalah menciptakan atau menciptakan-ulang to create, to re-create
dunianya. Ini dilakukannya secara transendental, melalui penciptaan makna, melalui eksistensi, bukan sekedar ekstensi dari life-support-nya sebagaimana
yanag dilakukan hewan. Perilaku hewan hampir tidak ada jarak dengan life- support-
nya. Manusia menciptakan dunia budaya yang terpisah dari dirinya. Karena itu, dapat menjadi beraneka-ragam antarkelompok sosial.