Analisis Korelasi Bivariat HASIL DAN PEMBAHASAN.

merupakan hasil publikasi BPS. Khusus untuk data APBD kesehatan perkapita yang diambil adalah data pada tahun 2001, dengan asumsi bahwa status kesehatan tahun 2002 dipengaruhi oleh pengeluaran pemerintah untuk kesehatan tahun sebelumnya.

III. HASIL DAN PEMBAHASAN.

Berkaitan dengan tujuan penelitian, maka pada bagian ini akan dibahas tentang pengaruh faktor sosial ekonomi terhadap derajat kesehatan penduduk. Pembahasan didahului dengan melihat hubungan satu-satu antara variabel sosial ekonomi dengan derajat kesehatan, dengan menggunakan korelasi Pearson. Setelah itu pembahasan dilanjutkan dengan melihat model regresi antara faktor sosial ekonomi dengan derajat kesehatan.

3.1. Analisis Korelasi Bivariat

Untuk melihat pengaruh masing-masing variabel sosial ekonomi dengan derajat kesehatan secara sendiri-sendiri, perlu dilakukan analisis korelasi bivariat yang salah satunya dapat dilakukan dengan Uji Korelasi Momen Produk Pearson.. Uji Korelasi ini bertujuan menyederhanakan variabel-variabel yang akan digunakan dalam model pada analisis lebih lanjut regresi berganda. Berdasarkan uji korelasi tersebut akan dipilih variabel-variabel bebas yang mempunyai hubungan yang signifikan taraf uji α =5 terhadap varibel terikat. Variabel-variabel inilah yang nantinya dimasukkan dalam model persamaan regresi. Berikut ini akan dibahas 7 analisis korelasi bivariat untuk indikator angka kematian bayi dan angka harapan hidup. 3.1.1.Uji Korelasi Untuk Variabel Angka Kematian Bayi Berdasarkan hasil Uji Korelasi untuk kabupatenkota didapatkan bahwa koefisien korelasi Pearson yang dihasilkan seluruhnya bernilai negatif dan signifikan pada α = 1 kecuali untuk variabel X 1 APBD sektor kesehatan per kapita yang signifikan pada α = 5. Ini dapat diartikan bahwa terdapat hubungan yang berbanding terbalik antara angka kematian bayi dengan faktor sosial ekonomi, atau dengan kata lain dapat disimpulkan bahwa peningkatan kondisi sosial ekonomi akan menurunkan angka kematian bayi. Koefisien korelasi terbesar untuk kabupatenkota dimiliki oleh variabel rata- rata lama sekolah perempuan X 3 , diikuti oleh pengeluaran rumah tangga perkapita X 2 , persentase penduduk dengan akses pelayanan kesehatan X 5 , persentase penduduk dengan akses air bersih X 4 dan yang terkecil adalah APBD kesehatan perkapita X 1 . Karena semua variabel bebas mempunyai korelasi yang signifikan terhadap variabel terikat, maka keseluruhan variabel bebas akan dimasukkan dalam pembentukan model regresi. Jika dipilah lebih lanjut antara kota dan kabupaten; terlihat bahwa untuk kabupaten, nilai signifikansi yang dihasilkan hampir identik dengan koefisien korelasi secara umum kabupatenkota, koefisien korelasi terbesar tetap dimiliki oleh rata- rata lama sekolah perempuan X 3 . Untuk kota walaupun semua koefisien korelasinya masih bernilai negatif, terdapat dua variabel yang tidak signifikan yaitu APBD 8 Kesehatan perkapita X 1 dan persentase penduduk dengan air bersih X 4 . Sehingga khusus untuk kota, kedua variabel tersebut tidak akan diikutsertakan dalam pembentukan model regresi. 3.1.2.Uji Korelasi Untuk Variabel Angka Harapan Hidup Untuk variabel angka harapan hidup didapatkan hasil uji korelasi yang hampir mirip dengan variabel angka kematian bayi dalam hal signifikansi hubungannya, tetapi berbeda pada tanda koefisien regresinya; kalau pada variabel angka kematian bayi semua koefisien korelasinya bernilai negatif, maka pada variabel angka harapan hidup koefisien korelasinya bernilai positif. Hal ini dapat diartikan bahwa kenaikan nilai variabel sosial ekonomi akan meningkatkan angka harapan hidup. Koefisien korelasi terbesar tetap dimiliki variabel oleh rata-rata lama sekolah perempuan X 3 , diikuti oleh pengeluaran rumah tangga perkapita X 2 , persentase penduduk dengan akses pelayanan kesehatan X 5 , persentase penduduk dengan akses air bersih X 4 dan yang terkecil adalah APBD kesehatan X 1 . Variabel rata-rata lama sekolah perempuan X 3 mempunyai koefisien korelasi terbesar untuk keseluruhan keadaan baik untuk kabupatenkota, maupun untuk kabupaten dan kota saja. Untuk kabupaten, signifikansinya mirip dengan kabupatenkota, dimana semua variabel bebas memiliki koefisien korelasi yang signifikan, sehingga semuanya dapat diikutsertakan dalam pembentukan model 9 regeresi. Untuk kota, hanya tiga variabel bebas yang akan dimasukkan dalam model regresi, yaitu variabel yang mempunyai koefisien korelasi yang signifikan X 2 , X 3 dan X 5 .

3.2. Pembentukan Model Regresi