3. Faktor Kekerasan dalam rumah tangga
Kekerasan dalam rumah tangga merupakan penyebab kedua terbanyak dalam kasus pengajuan cerai gugat di Pengadilan Agama Kota Jambi. Kekerasan yang dilakukan
oleh suami kepada istri atau sebaliknya merupakan perbuatan yang tidak sesuai dengan tujuan perkawinan, oleh karena itu hal ini merupakan alasan yang dapat dijadikan dasar
untuk melakukan perceraian sebagaimana diatur dalam Pasal 116 huruf d Kompilasi Hukum Islam dan Pasal 19 huruf d PP No. 9 tahun 1975, yaitu “Salah satu pihak
melakukan kekejaman atau pengeniayaan berat yang membahayakan pihak lain”. Kompilasi Hukum Islam maupun PP No 9 Tahun 1975 menggunakan istilah
“kekejaman atau pengeniayaan berat”, bukan kekerasan dalam rumah tangga. Istilah kekerasan dalam rumah tangga dikenal dalam UU No. 23 Tahun 2004, Tentang
Penghapusan Kekerasan dalam Rumah Tangga. Dalam Pasal 1 UU ini disebutkan, bahwa Kekerasan dalam Rumah Tangga adalah setiap perbuatan terhadap seseorang terutama
perempuan, yang berakibat timbulnya kesengsaraan atau penderitaan secara fisik, seksual, psikologis, danatau penelantaran rumah tangga termasuk ancaman untuk melakukan
perbuatan, pemaksaan, atau perampasan kemerdekaan secara melawan hukum dalam lingkup rumah tangga. Dengan demikian pengertian kekerasan dalam rumah tangga
menurut UU Penghapusan Kekerasan Dalam Rumah Tangga lebih luas karena tidak saja kekerasan fisik seperti yang dimaksud dalam Pasal 116 huruf d Kompilasi Hukum Islam
dan Pasal 19 huruf b PP No. 9 tahun 1975, tapi juga meliputi kekerasan fisikhis, seksual dan penelantaran rumah tangga.
Sehubungan dengan kasus tersebut menurut Sita Aripurnami, di lihat dari latar belakangnya, kekerasan terhadap perempuan lahir karena perempuan dilihat dan di kaitkan
dengan lingkup privat keluarga. Beberapa bentuk kekerasan seperti pemerkosaan, pemukulan istri dan pelecehan seksual menggambarkan anggapan ini. Selama masyarakat
melihat bentuk kekerasan ini sebagai bagian dari lingkup privat, maka hukum tidak pernah akan membongkar perilaku ini.
4
3. Faktor Suami pencemburu.