PENDAHULUAN Evaluasi pelaksanaan cara distribusi obat yang baik pada pedagang besar farmasi di Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta tahun 2016.

3

1. PENDAHULUAN

Sediaan farmasi dan alat kesehatan harus aman, berkhasiatbermanfaat, bermutu, dan terjangkau. Kriteria tersebut harus terpenuhi mulai dari pembuatan, pendistribusian hingga penyerahan obat ke tangan konsumen perlu diperhatikan agar kualitas obat tersebut tetap terjaga sampai pada akhirnya obat tersebut dikonsumsi oleh pasien hingga tercapainya tujuan pengobatan Presiden RI, 2009. Melihat betapa pentingnya aspek obat itu sendiri, kini apoteker dituntut untuk bisa terlibat dalam pemastian peredaran obat tersebut termasuk distribusinya. Apalagi, peran apoteker saat ini sudah semakin meluas di dunia kefarmasian, salah satunya di dunia distribusi obat yang dikenal dengan nama Pedagang Besar Farmasi. Pedagang Besar Farmasi PBF adalah perusahaan berbentuk badan hukum yang memiliki izin untuk pengadaan, penyimpanan, penyaluran perbekalan farmasi dalam jumlah besar sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan. PBF bertugas untuk menyalurkan obat kepada PBF lain, apotek, puskesmas hingga rumah sakit. Setiap PBF harus memiliki apoteker penanggung jawab yang bertanggung jawab terhadap pelaksanaan ketentuan pengadaan, penyimpanan dan penyaluran obat danatau bahan obat. Apoteker penanggung jawab harus memiliki izin sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan Kemenkes, 2009. Pemerintah sudah membuat suatu pedoman pendistribusian untuk industri farmasi yang biasa disebut Cara Distribusi Obat yang Baik CDOB peraturan tersebut tercantum dalam Peraturan Kepala Badan Pengawas Obat Dan Makanan Republik Indonesia, Hk.03.1.34.11.12.7542 Tahun 2012 Tentang Pedoman Teknis Cara Distribusi Obat Yang Baik. Cara Distribusi Obat yang Baik CDOB adalah cara distribusi atau penyaluran obat dan atau bahan obat yang bertujuan memastikan mutu sepanjang jalur distribusi atau penyaluran sesuai persyaratan dan tujuan penggunaannya BPOM, 2012. Pedagang Besar Farmasi PBF merupakan salah satu fasilitas distribusi yang akan mendistribusikan obat kepada rumah sakit, puskesmas hingga apotek agar bisa langsung diberikan kepada pasien. Oleh karena itu apoteker yang merupakan penanggung jawab di PBF harus melaksanakan prinsip-prinsip mengenai Cara Distribusi Obat yang Baik CDOB. Prinsip tersebut dijalankan agar obat yang akan disalurkan kepada pasien memiliki kualitas yang sama dengan yang dikeluarkan oleh industri dan perlu ada dokumentasi yang mencakup seluruh PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 4 kegiatan di apotek tersebut. Proses pengadaan obat, penyimpanan, sampai pada saat penyerahan obat kepada pasien harus terdokumentasi dan memenuhi prinsip-prinsip dari CDOB. Kemenkes, 2011. Pada tahun 2010 sebelumnya, telah dilakukan penelitian yang sama di Provinsi DIY mengenai CDOB dengan peraturan yang dikeluarkan tahun 2003. Hasil penelitian menunjukkan bahwa produk yang disalurkan oleh PBF di Provinsi DIY yakni bahan baku farmasi, vaksin, psikotropik, obat keras, obat bebas, obat bebas terbatas, kosmetik, makanan, susu, dan alat kesehatan. Sebanyak 83 PBF, penanggung jawabnya wanita, umur dari Penanggung Jawab PBF yang bekerja terbanyak berkisar 23-30 tahun dengan presentasi 38, 48,3 PBF tidak memiliki apoteker. Sedangkan untuk evaluasi CDOB ini memiliki beberapa aspek yaitu manajemen mutu 96,6, personalia sebesar 79,3, bangunan dan peralatan sebesar 41,4, mempunyai monitoring kelembapan, sebesar 96,6 PBF mempunyai dokumentasi dan 89,7. Dari data diatas dapat disimpulkan bahwa belum menerapkan semua aspek CDOB Putra dan Hartini, 2012. Di tahun 2012 juga pernah dilakukan penelitian yang sama namun pada PBF berbeda pada Provinsi Bangka Belitung Yosep, 2012. Di tahun 2016 ini dilakukan penelitian guna melihat pelaksanaan CDOB selama diberlakukannya peraturan tahun 2012. Pada peraturan CDOB ini memiliki beberapa aspek yaitu managemen mutu, organisasi, menejemen dan personalia, bangunan dan peralatan, operasional, inspeksi diri, keluhan danatau bahan obat kembalian, diduga palsu dan penarikan kembali, transportasi, fasilitas distribusi berdasarkan kontrak, dan dokumentasi. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan gambaran dan evaluasi mengenai pelaksanaan Cara Distribusi Obat yang Baik tahun 2016 pada salah satu sarana distribusi obat yaitu PBF khususnya untuk Pedagang Besar Farmasi di Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta.

2. METODE PENELITIAN A. Jenis dan Rancangan Penelitian