2
BODY BUILDER : Motif Tersembunyi Di Balik Otot Besar
1. Pendahuluan
Manusia selalu berkomunikasi, tiada satu aspek kehidupan manusia yang terlepas dari unsur komunikasi, bahkan dalam keadaan sendiri dan diam
sekalipun, manusia tetap berkomunikasi dalam keheningannya. Semua tergantung pada kesadaran manusia dalam menafsirkan segala motif dan tindakan manusia
lainnya. Komunikasi berlangsung manakala seseorang memaknai ucapan dan
tindakan orang lain. Bahasa yang digunakan baik verbal maupun nonverbal merupakan simbol yang dimaknai secara bebas, karena simbol merupakan objek
yang bersifat arbriter yang artinya bebas nilai karena “simbol sesungguhnya tak bermakna sebelum diberi makna oleh seseorang” Berger, 1990: 7; Wood,
1997:123. Komunikasi bersifat transaksional, karena melalui komunikasi telah terjadi
pertukaran makna di antara pelaku komunikasi sehingga terjadi sebiah kesepahaman. Untuk itu Stewart L. Tubbs dan Sylvia Moss 2000:5 mengatakan:
“Komunikasi adalah proses pembentukan makna diantara dua orang atau lebih”. Sependapat dengan pernyataan di atas, Julia T. Wood 1997:17 mendefinisikan
komunikasi:“as a systemic process in wich individual interact with and through symbols to create and interpret meanings”.
3 Perilaku manusia merupakan sebuah aktivitas komunikasi karena manusia
memiliki tujuan yang disadari untuk menampulkan sebuah perilaku tertentu di hadapan manusia lainnya. Dengan kata lain dapat diistilahkan tiada gerak tanpa
maksud. Hal ini sesuai dengan pernyataan bahwa : “gerak gerik seseorang secara sadar atau tidak telah mengkomunikasikan dirinya kepada orang lain” Mulyana,
2003: 6. Ekspresi wajah, nada suara, gaya rambut dan pakaian serta postur tubuh juga mengkomunikasikan sesuatu.
Penampilan merupakan salah satu cara manusia untuk berkomunikasi karena penampilan berkaitan erat dengan pencitraan diri sekaligus menegaskan
identitas pelaku komunikasi secara pribadi. Adapun Stone 1962: 90 menyatakan bahwa : “penampilan adalah fase transaksi sosial yang menegaskan identitas para
partisipan”. Dalam masyarakat modern, merawat penampilan bukan lagi dominasi
kaum hawa, karena sebagian besar pria pun sudah berupaya merawat penampilan dengan berbagai motif. Tidak mengherankan jika abad ini dianggap sebagai abad
gaya hidup, di mana penampilan adalah segalanya Caney, 1996:15. Salah satu contoh pria yang merawat penampilan dengan tujuan tertentu
adalah pria-pria berotot besar atau sterk yang dikenal dengan istilah body builder. Untuk memperoleh tubuh berotot dari ujung kepala hingga ke ujung kaki tidaklah
mudah, diperlukan kerja keras, waktu yang banyak, dana yang tidak sedikit serta motif yang tidak tergoyahkan.
4 Perlu disadari bahwa postur tubuh manusia memiliki ragam yang sangat
variatif. Terdapat postur tubuh pria yang mudah dikelola sehingga dengan latihan yang tidak terlalu intensif namun otot mudah menggelembung sesuai dengan
pengharapan, namun tidak jarang walaupun seorang pria telah berjuang habis- habisan untuk memperoleh bisep yang cembung namun sang otot tetap saja tak
bergeming tetap saja cekung. Namun berdasarkan hasil observasi diketahui walaupun waktu bertahun-
tahun telah banyak dihabiskan untuk berlatih, menjaga pola makan dengan gizi seimbang, mengkonsumsi suplemen yang harganya mahal, serta perjuangan berat
untuk merubah gaya hidup, para body builder ini tak patah arang untuk tetap mewujudkan harapannya demi tercapainya sebuah tujuan yaitu memiliki tubuh
yang berotot. Ambisi yang besar ini dapat diasumsikan sebagai motif, karena motif lah
yang menggerakan seluruh aspek biologis dan psikologis manusia sehingga tetap berada dalam koridor yang berujung pada tujuan yang pasti. Artinya seberapapun
beratnya perjuangan dan seberapapun besarnya pengorbanan yang harus dipertaruhkan, hal itu tidak membuat manusia berhenti berupaya jika motif yang
kokoh ada di dalam diri manusia tersebut tetap berdiri tegak dan dapat dijadikan sebagai pegangan.
5
2. Motif Dibalik Perjuangan Dan Pengorbanan Besar Para Body Builder