Unikom Student Dormitory Tema : Dinamika Bentuk Fasad

(1)

DINAMIKA BENTUK FASAD

Konsep :

DYNAMIC SLIDING PUZZLE FASADE

LAPORAN PERANCANGAN

AR 38313 S - STUDIO TUGAS AKHIR SEMESTER X TAHUN 2013 / 2014

Sebagai Persyaratan Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Teknik Arsitektur

Oleh :

Hafidin Zahra Kusdarmadhi 1.04.09.013

PROGRAM STUDI TEKNIK ARSITEKTUR FAKULTAS TEKNIK DAN ILMU KOMPUTER

UNIVERSITAS KOMPUTER INDONESIA TAHUN 2013 / 2014


(2)

(3)

(4)

Nama : Hafidin Zahra Kusdarmadhi, S.T. Tempat, Tanggal Lahir : Ciamis, 24 Mei 1991

Alamat :Jl Padi Endah 2 No 13 RT 02/RW 25. Komplek

Baleendah Permai. Kec/Kel Baleendah, Kab. Bandung

Telepon : 089672019858

Email : [email protected]

Latar Belakang Pendidikan:

 Tamatan: SD Negeri Galih Pawarti Kab. Bandung (2003)

 Tamatan: SMP Negeri 1 Baleendah Kab. Bandung (2006)


(5)

iii

KATA PENGANTAR ... ii

DAFTAR ISI ... iii

DAFTAR GAMBAR ... vi

DAFTAR TABEL ... x

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Tujuan, Manfaat, dan Sasaran ... 2

1.2.1 Tujuan ... 2

1.2.2 Manfaat ... 2

1.2.3 Sasaran ... 3

1.3 Identifikasi Masalah ... 3

1.3.1 Masalah Umum ... 3

1.3.2 Masalah Perancangan... 3

1.4 Pendekatan Perancangan ... 3

1.5 Metodologi Perancangan ... 4

1.5.1 Teknik Pengumpulan Data ... 4

1.6 Manfaat Perancangan ... 4

1.7 Kerangka Pikir ... 5

1.8 Sistematika Penulisan ... 6

BAB II LANDASAN TEORI ... 7

2.1 Gambaran Umum Asrama ... 7

2.2 Personal Safety ... 7

2.3 Teritorialitas ... 8

2.4 Personal Space ... 9

2.5 Friendship Formation Group Membership ... 9

2.6 Hasil Penelitian Terhadap Rancangan Asrama ... 11

2.7 Fasilitas Asrama ... 13

2.8 Studi Banding ... 14

2.8.1 Monash Student Housing at Monash University ... 14

2.8.2 Tietgen Dormitory ... 18

2.8.3 Asrama Telkom ... 19


(6)

3.2.1 Bentuk ... 26

3.2.2 Garis ... 28

3.2.3 Bidang ... 29

3.2.4 Warna ... 30

3.2.5 Tekstur ... 32

3.3 Visi Tema ... 33

3.4 Telaah Dasar ... 34

3.4.1 Menjual lukisan di pinggir jalan ... 35

3.4.2 Fasad bangunan distro, café dan FO yang kreatif ... 35

3.4.3 Bangunan public yang melayani kebutuhan warga Bandung ... 36

3.5 Manfaat ... 38

3.5.1 Manfaat Untuk Ruang Luar ... 38

3.5.2 Manfaat Untuk Ruang Dalam ... 38

BAB IV ANALISIS ... 39

4.1 Aspek Manusia Dalam Asrama ... 39

4.1.1 Analisis Pelaku Kegiatan di Asrama... 39

4.1.2 Analisis Jenis Kegiatan ... 40

4.1.3 Analisis Kebutuhan Ruang Berdasarkan Kegiatan ... 42

4.2 Aspek Lingkungan ... 45

4.2.1 Batas-Batas Site ... 45

4.2.2 Pencahayaan Matahari ... 47

4.2.3 Kebisingan ... 48

4.3 Aspek Teknologi Bangunan ... 49

4.3.1 Sub struktur ... 49

4.3.2 Upper Struktur ... 51

4.3.3 Dinding Bangunan Pada Fasad ... 52

4.3.4 Atap Bangunan... 64

4.4 Aspek Sudut Pandang Manusia ... 66

4.4.1 Analisa Sudut Pandang Pada Tapak ... 67

BAB V KONSEP RANCANGAN ... 71

5.1 Konsep Dasar ... 71


(7)

v

5.2.5 Sirkulasi ... 74

5.2.6 Parkir ... 75

5.2.7 Vegetasi... 75

5.3 Bangunan ... 75

5.3.1 Desain Massa Bangunan ... 75

5.3.2 Konsep Fasad ... 76

5.3.3 Sirkulasi ... 78

5.3.4 Struktur dan Konstruksi ... 79

5.3.5 Desain Interior ... 80

5.3.6 Lansekap ... 80

BAB VI HASIL RANCANGAN ... 81

6.1 Peta Situasi ... 81

6.2 Gambar Perancangan ... 82 DAFTAR PUSTAKA


(8)

Tjahjadi. Jakarta : Erlangga.

 Neufert, E. ( 1996 ). Data Arsitek Jilid II Edisi 33. Terjemahan Sunarto Tjahjadi. Jakarta : Erlangga.

 Arsitektur Psikologi dan Masyarakat. Diakses pada 20 April 2014 dari World Wide Web:

http://elearning.gunadarma.ac.id/docmodul/arsitektur_psikologi_dan_m asyarakat/bab7_asrama.pdf

 Rahman Hakim, Firdaus.(2009). Tata Ruang Unit Hunian Sebagai Penunjang Proses Belajar Pada Asrama Mahasiswa.Diakses pada

tanggal 24 April 2014 dari World Wide Web:

http://elibrary.ub.ac.id/bitstream/123456789/23951/1/Tata-Ruang-Unit- Hunian-Sebagai-Penujang-Proses-Belajar-pada-Asrama-Mahasiswa- (Studi-kasus-%3A-Asrama-mahasiswa-putra-Universitas-Negeri-Malang),.pdf.


(9)

iv

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah puji syukur saya panjatkan kehadirat Allah S.W.T, karena atas rahmat dan berkahnya, saya dapat menyelesaikan Laporan Tugas Akhir ini untuk Memperoleh Gelar Sarjana Teknik Arsitektur dengan pokok bahasan yang berjudul

Unikom Student Dormitory”.

Selama proses Asistensi Tugas Akhir sampai penyusunan Laporan Tugas Akhir ini tentunya tidak lepas dari bantuan, saran dan dukungan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, saya mengucapkan terimakasih sebesar-besarnya kepada:

1. Bapak Dr. Salmon Priaji Martana, MT. sebagai Ketua Program Studi Teknik Arsitektur, serta sebagai Dosen Penguji Tugas Akhir.

2. Ibu Ir. Dhini Dewiyanti Tantarto, MT. sebagai Koordinator Tugas Akhir, serta sebagai Dosen Penguji Tugas Akhir.

3. Bapak Ir. Rahy Rachmawan Soekardi, MT. sebagai Dosen Pembimbing Tugas Akhir yang telah memberikan bimbingan. 4. Ibu Hj. Ir. Wanita Subadra Abioso, MT. sebagai Dosen Penguji

Tugas Akhir.

5. Sekretaris Program Studi Teknik Arsitektur atas bantuan administrasi dari awal sampai akhir pelaksanaan Tugas Akhir. 6. Orang tua dan keluarga yang selalu memberikan dukungan

moral dan spiritual.

7. Keluarga besar Himpunan Mahasiswa Teknik Arsitektur UNIKOM yang telah menjadi lingkungan tempat beraktivitas dan mengembangkan wawasan. Sehingga, memperoleh banyak saran dan pengalaman selama Proses Tugas Akhir.

8. Teman-teman Peserta Tugas Akhir atas kebersamaan dan bantuan yang telah diberikan selama proses pengerjaan Tugas Akhir.

Akhir kata, saya berharap hasil Laporan Tugas Akhir ini dapat bermanfaat bagi semua pihak.

Bandung 8 Agustus 2014

Penulis Hafidin Zahra K


(10)

BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang

Di masa kini, pendidikan bukan hanya konsumsi orang-orang perkotaan saja. Masyarakat pedesaan pun memiliki banyak keinginan untuk mendapatkan pendidikan setinggi mungkin. Zaman telah mengubah orientasi hidup kita dari orientasi masa kini menjadi masa depan. Manusia semakin sadar akan pentingnya menanam benih investasi masa depan bernama pendidikan.

Keadaan ini memuat banyak orang yang hidup di pelosok pergi untuk merantau, menuntut ilmu di perkotaan. Selain itu, distribusi kualitas sarana dan prasaranapendidikan pun seringkali tidak memihak masyarakat pelosok. Akhirnya banyak orang di negeri ini yang harus rela meninggalkan tanah leluhurnya untuk mendapatkan ilmu yang lebih tinggi.

Kebutuhan akan tempat tinggal ini menjadi elemen vital dalam menunjang kehidupan akademis seseorang. Tanpa tempat tinggal yang aman dan nyaman, maka kehidupan akademis seseorang akan dipertanyakan. Atas berbagai pertimbangan tersebut, banyak Perguruan Tinggi(PT) di Indonesia yang membangun Asrama Mahasiswa. Seperti Universitas Indonesia, IPB, UNPAD, dan STT Telkom Bandung.

Tren pembangunan Asrama Mahasiswa yang semakin populer tentu membawa efek positif dalam perkembangan dunia pendidikan di negeri ini. Keberadaan asrama diyakini dapat meredakan kegelisahan yang melanda mahasiswa atau pelajar yang berasal dari daerah. Selain itu, keberadaan asrama sangat penting dalam menunjang proses pembelajaran. A.W. Astin seperti dikutip Tung-Lian Chen dan Yao Hsien-Lee dalam risetnya di Taiwan (2006), berpendapat bahwa keberadaan asrama mahasiswa menjadi input yang penting dalam proses aktivitas pembelajaran mahasiswa. Lebih lanjut ia menyatakan bahwa dengan adanya asrama mahasiswa ini mahasiswa menjadi lebih mudah dan intim dalam menggunakan berbagai macam sumber daya di lingkungan universitas.


(11)

2 Keberadaan asrama mahasiswa untuk suatu universitas sebenarnya memiliki peranan yang cukup penting untuk mencapai tujuan dari universitas karena peraturan-peraturan yang berlaku pada asrama mendukung pencapaian tujuan dari universitas tersebut.

Meskipun keberadaan asrama memegang peranan yang cukup penting, namun terdapat permasalahan-pemasalahan yang terdapat pada asrama tersebut seperti kekumuhan dengan banyaknya jemuran-jemuran mahasiswa yang tidak ditempatkan dengan baik. Juga kejenuhan akibat dari visual mahasiswa yang terus-menerus melihat hal yang sama berulang-ulang. Tentunya ini akan berpengaruh kepada proses belajar mahasiswa.

Terutama bagi universitas-universitas di kota Bandung, sebagai universitas yang mendapatkan sorotan dari kalangan dunia pendidikan, keberadaan asrama dengan elemen fisik bangunan yang mendukung serta fasilitas yang lengkap dapat membantu mahasiswanya lebih maksimal lagi dalam proses belajar.

Disini sebagai contohnya adalah Universitas UNIKOM. Sebagai Universitas yang semakin maju, dan semakin banyak mahasiswa yang mendaftar. Setiap tahunnya kira-kira terdapat kurang lebih 3000 mahasiswa yang mendaftar. Bahkan dikarenakan makin banyaknya mahasiswa yang mendaftar, pihak UNIKOM menyediakan gedung perkuliahan baru untuk memfasilitasi kegiatan perkuliahan. Banyak diantaranya yang berasal dari luar kota Bandung. Meskipun memiliki banyak mahasiswa dari luar kota Bandung, namun kampus UNIKOM belum memiliki fasilitas hunian untuk mewadahi kebutuhan bagi mahasiswa yang berasal dari luar kota Bandung.

1.2.Tujuan, Manfaat, dan Sasaran 1.2.1. Tujuan

Menciptakan ruang-ruang yang dapat mewadahi kebutuhan mahasiswa UNIKOM berupa asrama beserta fasilitas-fasilitas penunjangnya

1.2.2. Manfaat


(12)

1.2.3. Sasaran

Sasaran perancangan asrama ini adalah lingkungan UNIKOM, serta mahasiswa UNIKOM, khususnya mahasiswa yang berasal dari luar kota Bandung.

1.3.Identifikasi Masalah 1.3.1. Masalah Umum

Bagaimana menciptakan lingkungan asrama yang tidak jenuh dan kumuh

1.3.2. Masalah Perancangan

Bagaimana desain bangunan asrama yang kreatif dan menjadi image kehidupan mahasiswa?

1.4.Pendekatan Perancangan

 Studi literatur tentang kriteria asrama

 Studi lapangan terhadap lahan proyek yang mencakup kondisi sekitar lahan

 Studi lapangan terhadap asrama yang berada di kota Bandung.

 Pengumpulan data, yang dilakukan dengan beberapa cara, sebagai berikut:

1. Mengelompokkan data-data.

Mengelompokkan data-data berupa kebutuhan ruang yang dibutuhkan mahasiswa di asrama

2. Proses analisis

Dengan menganalisis hasil survey lapangan, studi literature dan studi banding untuk dijadikan acuan proses desain dan perancangan.

3. Proses Desain

Merupakan penjabaran dari semua proses di atas secara visual dan grafis ke dalam bentuk gambar yang diterapkan pada desain bangunan asrama.


(13)

4 1.5.Metodologi Perancangan

Metodologi perancangan yang dilakukan adalah dengan melakukan wawancara dan studi kasus di area sekitar kampus Unikom

1.5.1.Teknik Pengumpulan Data

Untuk mendapatkan data yang diperlukan dalam mendesain, perancang menggunakan beberapa metode pengumpulan data yang digunakan. Metode pengumpulan data yang perancang pergunakan meliputi:

Survey, yaitu dengan melihat secara langsung situasi dan keadaan lapangan.

Wawancara, yaitu dengan bertanya langsung pada mahasiswa Unikom terkait perancangan Unikom Student Dormitory.

Foto, yaitu dengan mengambil gambar-gambar eksisting tapak yang akan dirancang.

1.6.Manfaat Perancangan

Dengan dibuatnya perancangan untuk Unikom Student Dormitory ini, diharapkan dapat lebih mengawasi dan meningkatkan kreatifitas mahasiswa Unikom. Untuk Unikom sediri dapat memberikan nilai investasi dalam menyewakan ruang-ruang kamar untuk mahasiswa Unikom yang membutuhkan.


(14)

1.7.Kerangka Pikir

Berikut ini merupakan kerangka pikir dalam perancangan yang akan dilakukan:

Judul

UNIKOM Student Dormitory

STUDI PROYEK SEJENIS

PERMASALAHAN STUDI LITELATUR

SKEMATIK RANCANGAN ANALISIS

TEMA KONSEP

HASIL RANCANGAN

STUDI BANDING

Gambar 1.1 Kerangka Berfikir Sumber: Dokumen Pribadi


(15)

6 1.8.Sistematika Penulisan

Secara garis besar sistematika penulisan dapat diuraikan sebagai berikut :  Bab I Pendahuluan

Memaparkan latar belakang perancangan yang akan dilakukan, rumusan masalah, ruang lingkup perancangan, metode perancangan, kerangka berfikir dalam perancangan asrama, dan sistematika penulisan tugas akhir.

Bab II Deskripsi Proyek dan Analisis

Menjelaskan tentang proyek yang akan dibangun dan analisis perancangan proyek tersebut.

Bab III Elaborasi Tema

Memuat tentang pengertian tema, hubungan tema dengan rancangan proyek yang dikerjakan yaitu menyangkut fungsi dan bentuknya (interpretasi tema), serta studi banding terhadap kasus sejenis.

Bab IV Analisis

Memuat tentang analisis fungsi bangunan dan analisis terhadap kondisi lingkungan.

Bab V Konsep Rancangan

Memuat proses perencanaan dan perancangan bangunan mulai dari konsep dasar, rencana tapak, rencana fungsi bangunan utama dan fungsi bangunan pendukung serta penyelesaian ruang luar dan sistem utilitasnya baik bangunan maupun tapaknya.

Bab VI Hasil Rancangan

Memuat produk-produk hasil perancangan (desain) Asrama, seperti denah, tampak, potongan, site plan, blok plan, bentukan 3D massa dan tapak bangunan, 3D perspektif suasana baik interior maupun eksterior bangunan.  Daftar Pustaka


(16)

BAB II LANDASAN TEORI

2.1. Gambaran Umum Asrama

Asrama merupakan tipe dari perumahan yang sifatnya tetap dan memiliki karakter-karakter yang khas. Biasanya suatu asrama selalu berhubungan dengan institusi pendidikan, khususnya pendidikan yang setingkat dengan universitas. Pada mulanya asrama merupakan tempat tinggal bagi orang-orang yang tidak saling mengenal, sehingga situasi demikian seringkali akan menimbulkan kesulitan bagi penghuninya. Di lain pihak, suatu asrama justru akan dapat menimbulkan persahabatan yang sejati. Individu yang bercampur aduk dan dengan kebiasaan serta jadwal yang berbeda-beda tentunya memerlukan desain untuk memperjelas teritorialitas dan perhatian terhadap layout serta alat-alat secara terperinci yang akan memungkinkan seseorang untuk tidur ketika yang lain sedang belajar atau bekerja. Dalam perencanaan asrama, pemikiran khusus seharusnya diberikan kepada masalah-masalah yang berhubungan dengan sosialisasi. Individu yang memasuki asrama untuk pertama kalinya biasanya akan memasuki kehidupan sosial yang benar-benar baru. Harapan terbaik baginya untuk berkawan dengan kelompok sosial yang dikenal adalah di dalam komunitas asrama. Susunan dari fasilitas-fasilitas dalam asrama sebagian besar dilakukan sehubungan dengan kesempatan bagi pendatang baru untuk membuat kontak dengan penghuni yang lain serta untuk kemudian mempelajari kebudayaan setempat. Pembahasan selanjutnya adalah jarak fungsional yang akan memainkan peranan penting dalam sosialisasi. Jika fasilitas umum disusun sebagaimana pantasnya, para penghuni akan digambarkan dalam suatu hubungan yang bervariasi untuk menjalin persahabatan dan perkenalan, jika tidak maka hubungan social mereka akan terbatas.

Lebih lanjut akan diuraikan beberapa rekomendasi mengenai aspek-aspek perilaku di asrama yang terdiri dari: personal safety, teritorialitas, personal space, dan friendship formation group membership.

2.2. Personal Safety

Suatu hal yang mungkin terlihat berlebihan untuk memicarakan topik mengenai


(17)

8

criminal dan kekerasan. Asrama juga tidak dapat lepas dari musibah-musibah ini. Dalam beberapa kasus karena asrama sedikit tanpa peraturan ketat, maka asrama tersebut akan lebih mudah terkena bahaya kriminalitas daripada tipe perumahan lainnya. Desain sebagai bentuk pertahanan terhadap bahaya dari luar yang berupa fasilitas-fasilitas tertentu, harus mengacu pada rasa memiliki para penghuni terhadap komunitas serta saling ketergantungan diantara para penghuni. Penjagaan dan penguncian pintu-pintu bukanlah hal yang dianggap penting.

2.3. Teritorialitas

Dalam kasus apartemen biasanya ada perbedaan hak teritorial antara organisasi atau institusi yang memiliki asrama dengan penghuni sebagai penyewa. Hak para penghuni walaupun bersifat sementara, akan tetapi bukan berarti tidak penting, karena mereka harus mentaati peraturan-peraturan yang telah ditetapkan bersama. Peraturan tersebut harus disesuaikan dengan kebutuhan penghuni agar memiliki perasaan teritorial terhadap tempat tinggal mereka yang sifatnya temporer (asrama). Kalau asrama tidak meberikan akomodasi yang memadai seperti kamar mandi dan WC pribadi serta fasilitas cuci atau dapur, maka dengan demikian

personal domain terbatas sesuai dengan ruang-ruang yang ada dalam asrama tersebut, sehingga biasanya dipakai secara bersama-sama oleh para penghuni dalam satu kamar atau lebih. Oleh karena itu dalam membahas teritorial dalam masalah ini harus pula mempertimbangkan seberapa besar kategori ours terhadap mine. Kondisi seperti inilah yang dapat menerangkan mengapa pengalaman seseorang di dalam asrama menjadi bermacam-macam bentuknya, dari kesendirian dan isolasi sampai dengan pengalaman reward. Selain itu dapat pula menggambarkan bagaimana karakter kedekatan hubungan manusia.

Keamanan individu dipengaruhi oleh perasaan teritorial yang didapat dari penghuni dalam satu kamar maupun dari kamar yang lain terhadap adanya suatu ruang bersama. Dalam kenyataannya lebih banyak dijumpai perasaan teritorial ini biasanya didapatkan dari friendship formation yang hanya dapat dipahami oleh para penghuni dari kelompok yang dikenal.

Beberapa kelompok individu dalam bertindak bersama sebagai kelompok harus dapat mengidentifikasi dirinya sendiri sebagai suatu kumpulan individu


(18)

dengan atribut dan minat umum yang sama. Lebih mudah mengidentifikasi manusia dalam jumlah sedikit daripada jumlah yang besar. Jumlah maksimal yang dapat menghasilkan perasaan “kita” adalah sangat bervariasi tergantung dari factor manusia dan situasi. Akan tetapi untuk sebuah asrama, jumlah 50 penghuni yang terbagi dalam suatu unit umum merupakan suatu jumlah yang tepat. Jumlah ini barangkali dapat meningkat jika unit tersebut terdiri dari subunit yang lebih kecil. Keadaan ini menuntut pengembangan suatu asrama yang lebih besar yang diperinci dalam segmen yang lebih kecil. Dimana masing-masing segmen harus memiliki karakter-karakter tertentu sebagaimana yang tercantum di bawah ini:

1. Pintu masuk yang terpisah. 2. Tangga yang terpisah.

3. Ruang bersama yang terpisah. 4. Tempat cuci yang terpisah.

5. Satu atau lebih kamar mandi dan wc.

6. Rancangan yang menunjukkan identitas yang berbeda.

2.4. Personal Space.

Privasi sangat penting bagi penghunian asrama sebagaimana orang lain membutuhkannya, akan tetapi hal ini biasanya lebih sukar didapatkan. Kehidupan di asrama atau di barak secara implisit biasanya dikelilingi oleh orang lain. Sendiri atau membagi waktu secara privat dengan orang lain biasana akan mengganggu kebebasan. Jika memerlukan privasi, hal tersebut harus dicari di tempat lain.

Asrama telah gagal untuk menyediakan sesuatu yang penting bagi kebutuhan manusia. Adalah sesuatu hal yang aneh jika tidak ada alasan terhadap rancangan yang seharusnya benar. Hal tersebut akan menjadi masalah yang sederhana untuk menyediakan bermacam-macam ruang privasi.

Ruang privasi dipertimbangkan bagi studi menulis surat, meditasi, berdoa, dan hal-hal lain. Space-space di atas diperlukan karena adanya suatu kebutuhan yang penting. Space-space tersebut dapat berupa ruang yang sangat kecil yang menyediakan tempat untuk duduk, untuk menulis, dan yang memerlukan persyaratan seperti lampu, ventilasi, dan pintu keluar.


(19)

10

2.5. Friendship Formation Group Membership

Hidup bersama dalam asrama sering mengarah pada pembentukan persahabatan yang abadi. Proses secara acak dalam menentukan ruangan dan untuk memilih teman sekamar bagi mahasiswa yang tinggal di asrama, akan memberikan hasil yang tidak terduga. Dalam kenyataannya proses tersebut tidak selalu acak. Pada tingkat universitas proses tersebut berlasung secara otomatis dan sederhana karena populasi mahasiswa bukan merupakan sampel random dari populasi umumnya. Jika sebuah kelompok mempunyai latar belakang dan minat yang sama, maka kehidupan dalam kelompok akan menyuburkan terbentuknya persahabatan.

Struktur desain yang sesuai akan berpengaruh pada tahun pertama mahasiswa tinggal di asrama terhadap pembentukan persahabatan yang sangat dalam. Dalam studi terhadap asrama di Princeton, F. Duncan Case menemukan bahwa mahasiswa tahun kedua memilih teman sekamarnya dengan mereka yang merasa senasib pada saat tingkat pertama. Selanjutnya pengaruh ini akan berlangsung terus sampai tahun-tahun akhir.

Kesempatan yang mendorong pembentukan persahabatan yaitu karena adanya kesamaan dalam mempertinggi personal safety. Hubungan antara keduanya harus diperjelas. Persahabatan bukan merupakan hasil dari penampilan desain yang akan mempertinggi personal safety. Pendapat yang benar adalah bahwa penampilan desain akan meningkatkan hubungan personal yang mengarah kepada peningkatan rasa aman. Tipe dari fasilitas yang mendorong pembentukan persahabatan akan menjadikannya lebih aman karena teman-teman dalam satu asrama akan selalu saling menjaga.

Dalam penelitian mengenai persahabatan, kecenderungan untuk mencari anggota yang dapat ditunjukkan melalui kelompoknya, akan berjalan secara alami. Seorang perancang harus mencoba untuk menciptakan sebuah asrama yang menyediakan kesempatan-kesempatan bagi penghuninya untuk saling bertemu dan bercakap-cakap, minimal para penghuni dapat mengetahui minat dan perhatian satu dengan yang lainnya dan maksimal memungkinkan adanya kebebasan social (social option).


(20)

Rekomendasi yang ditulis di bawah ini tidak menjamin bahwa untuk dapat berinteraksi bahwa setiap orang dapat berinteraksi dengan baik, tetapi akan lebih memungkinkan untuk saling berinteraksi:

1. Pengorganisasian unit asrama dimana setiap unti terdiri dari 50 penghuni. Jika struktur yang lebih besar diperlukan untuk beberapa alasan, struktur tersebut seharusnya dimulai dengan unit-unit yang tidak lebih besar dari ukuran ini. Penyediaan jalan masuk yang dapat memusatkan lalu lintas keluar dan masuk pada struktur tersebut. Jalan tersebut seharusnya merupakan pusat lalu lintas keluar masuk dan pusat informasi. Hal ini harus mengandung privasi, tempat telepon yang tertutup dan papan pengumuman untuk memeuat berita dan pertukaran pesan-pesan antar penghuni.

2. Penyediaan ruang bersama untuk interaksi social dan area utilitas yang berdekatan dengan jalan masuk. Tempat-tempat yang teratur ini penting sekali karena lalu lintas penghuinya dipusatkan untuk meningkatkan kesempatan hubungan penghuni satu dengan yang lainnya.

3. Penempatan kamar mandi pada lokasi dimana terdapat adanya pemusatan pada bagian-bagian ruang dimana penghuni akan saling berhubungan. Ruangan-ruangan ini, biasanya hanya dimaksudkan untuk fungsi-fungsi yang bermanfaat yaitu lalu lintas dan harus dikembangkan bagi peningkatan hubungan.

4. Penyediaan jalan masuk pada masing-masing ruang asrama lebih baik daripada jika hanya terdapat satu jalan masuk. Pada pintu masuk ruangan terdapat nama masing-masing penghuninya dan membuat pintu yang memungkinkan penghuni dapat melihat keluar yaitu ke koridor dari dalam ruangannya.

2.6. Hasil Penelitian Terhadap Rancangan Asrama.

Asrama mahasiswa umumnya dirancang berdasarkan dua tipe yang berbeda, yaitu asrama yang berlorong panjang dan yang kedua adalah terpusat, dimana kamar-kamar mengelilingi sebuah ruang duduk bersama. Keduanya memiliki fasilitas yang sama dalam hal ruang tidur, kamar mandi, dan ruang duduk serta memiliki jumlah kamar tidur yang sama. Akan tetapi kedua rancangan tersebut ternyata memberikan


(21)

12

pengaruh yang berbeda pada penghuninya. Hasil penelitian menunjukkan bahwa para mahasiswa yang tinggal di asrama yang bertipe terpusat ternyata lebih suka bergaul dan ramah. Hal ini disebabkan karena adanya satu ruang yang dapat digunkan bersama-sama akan mengakibatkan adanya suasana kekeluargaan di antara para penghuni, sehingga ada keinginan yang besar untuk mengenal satu sama lain (Sears, 1994).

Penelitian berikutnya oleh Baum dan Davis yang memanipulasikan ruang-ruang dalam asrama untuk tujuan intervensi dalam penelitian. Mereka memilih dua lantai asrama yang mirip pada bangunan yang sama, dimana masing-masing dapat menampung 40 mahasiswa. Pada lantai asrama yang diintervensi, mereka mengubah beberapa kamar tidur yang terletak di tengah lorong menjadi ruang duduk dan memasang pintu untuk memisahkan lorong tersebut menjadi dua unit yang lebih kecil, dimana masing-masing dapat menampung 20 mahasiswa. Sebagai bahan perbandingan, mereka juga meneliti lorong pendek pada asrama lain yang berkapasitas 20 orang.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa para mahasiswa yang tinggal pada asrama dengan lorong yang pendek ternyata lebih berhasil dalam menjalin persahabatan. Mereka tidak merasa lebih sesak, mengahadapi sedikit masalah dalam interaksi, dan memiliki kemampuan dalam mengendalikan kehidupan di asrama.

Gambar 2.1 Contoh Denah Asrama Sumber: Dokumen Pribadi


(22)

Terdapat dua faktor yang dapat menjelaskan situasi tersebut. Pertama, unit tempat tinggal yang lebih kecil ternyata lebih memungkinkan timbulnya pembentukan kelompok dan persahabatan dibandingkan dengan unit yang lebih besar. Unit yang lebih kecil biasanya lebih menyenangkan untuk berinteraksi dengan teman daripada dengan orang asing yang tidak dikenal. Kedua, unit tempat tinggal yang kecil dapat meningkatkan perasaan penghuninya untuk dapat mengendalikan lingkungan. Tidak demikian halnya pada unit tempat tinggal yang lebih besar dimana beban kontak sosial amat banyak dan beragam, dimana kadangkala interaksi dilakukan dengan orang yang tidak disukai.

2.7. Fasilitas Asrama.

Bedroom and Common Room

Kanteen.

Gambar 2.1 Contoh Kamar Asrama Sumber: Dokumen Pribadi

Gambar 2.2 Contoh Ruang Bersama Sumber: Dokumen Pribadi

Gambar 2.3 Contoh Kantin Sumber: Dokumen Pribadi


(23)

14

Plaza

2.8. Studi Banding.

2.8.1. Monash Student Housing at Monash University Gambar 2.4 Contoh Plaza Asrama

Sumber: Dokumen Pribadi

Gambar 2.5 Exterior 1 Monash Student Housing Sumber:


(24)

Building Fasade

Meeting Room

Gambar 2.6 View Exterior 2 Monash Student Housing Sumber:

http://www.archdaily.com/228371/monash-university-student-housing-bvm-architects/

Gambar 2.7 View Exterior 2 Monash Student Housing Sumber:


(25)

http://www.archdaily.com/228371/monash-university-16

Community Space

Courtyard

Gambar 2.8 View Interior 1 Monash Student Housing

Sumber:http://www.archdaily.com/228371/monash-university-student-housing-bvm-architects/

Gambar 2.9 View Interior 2 Monash Student Housing Sumber:


(26)

Corridor

Second Facade

Gambar 2.10 Corridor Monash Student Housing Sumber:

http://www.archdaily.com/228371/monash-university-student-housing-bvm-architects/

Gambar 2.11 Second Facade Monash Student Housing Sumber:


(27)

18

2.8.2. Tietgen Dormitory

Tietgen Dormitory merupakan salah satu contoh asrama yang memiliki bentukan fasad yang expresif. dengan permainan fasad dinamis yang maju mundur. Idenya adalah mempertemukan ruang bersama yang berada di tengah bangunan dengan ruang tidur mahasiswa.

Gambar 2.12 Perspektif Tietgen Dormitory

Sumber: http://www.archdaily.com/474237/tietgen-dormitory-lundgaard-and-tranberg-architects/

Gambar 2.12 Kitchen Community Tietgen Dormitory Sumber:


(28)

2.8.3. Asrama Telkom

Kapasitas kamar 4 orang, kamar mandi dalam 1, meja belajar 2 dengan masing-masing meja belajar dapat menampung 2 orang.

Lobby asrama terdiri dari ruang duduk untuk tamu atau kegiatan publik lainnya yang memiliki kapasitas ±12 orang, dan ruang untuk resepsionis.

Gambar 2.13 Perspektif Asrama Telkom Sumber:http://dormitory.telkomuniversity.ac.id/

homepage/gallery/putri

Gambar 2.14 Kamar Asrama Telkom Sumber:http://dormitory.telkomuniversity.

ac.id/homepage/gallery/putra

Gambar 2.15 Toilet Asrama Telkom Sumber:http://dormitory.telkomuniversity.

ac.id/homepage/gallery/putra

Gambar 2.16 Ruang Tamu Asrama Telkom Sumber:http://dormitory.telkomuniversity.ac

.id/homepage/gallery/putra

Gambar 2.17 Dapur Asrama Telkom Sumber:http://dormitory.telkomuniversity.


(29)

20

2.8.4. Asrama Putri Telkom

Di dalam gedung asrama putri telkom terdapat beberapa tipe ruang kamar, antara lain sebagai berikut:

Tipe kamar berempat Kapasitas/Kamar 4 orang, dengan fasilitas:  Kamar mandi dalam 2,

 Meja belajar,  Kursi,  Tempat tidur,  Lemari.

Gambar 2.18 Asrama Putri Telkom Sumber: http://astriittelkom.blogspot.com/

Gambar 2.19 Tipe Kamar Berempat Sumber: http://astriittelkom.blogspot.com/


(30)

Kamar tipe 24 Kapasitas/Kamar 2 orang, dengan fasilitas :  Kamar mandi dalam 1;

 Meja belajar;  Kursi;

 Tempat tidur;  Lemari.

Gambar 2.20 Kamar Tipe 24 Sumber: http://astriittelkom.blogspot.com/

Gambar 2.21 Kamar Tipe 36 Sumber: http://astriittelkom.blogspot.com/


(31)

22

Kamar tipe 36 Kapasitas/Kamar 3 orang dengan fasilitas: Kamar mandi dalam 2, Meja Belajar, Kursi, Tempat Tidur, Lemari.

Kamar tipe 48 Kapasitas/Kamar 4 orang, dengan fasilitas:  Kamar mandi dalam 2

 Meja Belajar  Kursi

 Tempat Tidur  Lemari.

Gambar 2.22 Kamar Tipe 36 Sumber: http://astriittelkom.blogspot.com/

Gambar 2.23 Kamar Tipe 48 Sumber: http://astriittelkom.blogspot.com/


(32)

Kamar tipe 48a Kapasitas/Kamar 3 orang, denga fasilitas:  Kamar mandi dalam 2

 Meja Belajar  Kursi

 Tempat Tidur  Lemari.

Kamar tipe U Kapasitas/Kamar 1 orang, dengan fasilitas:  Kamar mandi luar

 Meja Belajar  Kursi

 Tempat Tidur  Lemari

Gambar 2.24 Kamar Tipe U Sumber: http://astriittelkom.blogspot.com/


(33)

24

Gambar 2.25 Kamar Asrama Putri Sumber: http://astriittelkom.blogspot.com/

Gambar 2.26 Toilet Asrama Putri Sumber: http://astriittelkom.blogspot.com/

Gambar 2.27 Kamar Asrama Putri Sumber: http://astriittelkom.blogspot.com/

Gambar 2.28 Dapur Asrama Putri Sumber: http://astriittelkom.blogspot.com/

Gambar 2.29 Mushola Asrama Putri Sumber: http://astriittelkom.blogspot.com/

Gambar 2.30 Taman Asrama Putri Sumber: http://astriittelkom.blogspot.com/


(34)

BAB III ELABORASI TEMA

3.1. Teori Tentang Dinamika

Definisi dari Kamus Bahasa Indonesia: Dinamika n Fis bagian ilmu fisika yg mengenai barang-barang yg bergerak dan tenaga-tenaga yg menggerakkan.

Penggunaan tema Dinamika digunakan pada 2 bagian, yaitu Fasad Bangunan dan Fasilitas Asrama.

Pemaknaan Dinamika Bentuk Fasad dalam Arsitektur diartikan sebagai bentukan fasad yang dinamis flexible, bervariasi, berirama, berkomposisi serta tidak statis atau membosankan. Irama diartikan sebagai pergerakan yang

Gambar 3.1 Skema Dasar Tema Sumber: Dokumen Pribadi


(35)

26

bercirikan pada unsur-unsur atau motif berulang yang terpola dengan interval yang teratur maupun tidak teratur. Pergerakan tadi dapat terjadi karena mata kita mengikuti unsur-unsur yang berulang dalam suatu komposisi, atau tubuh kita saat melalui suatu rangkaian ruang. Dalam setiap kasus, irama mengandung pengertian pokok dari pengulangan sebagai suatu alat untuk mengorganisir bentuk dan ruang di dalam arsitektur.

3.2. Elemen Pembentuk Fasad

Terdapat beberapa elemen pembentuk fasad agar terlihat dinamis:

3.2.1. Bentuk

Dalam kamus Bahasa Indonesia; bentuk n 1 lengkung; lentur; 2 bangun; gambaran; 3 rupa; wujud; 4 sistem; susunan (pemerintahan, perserikatan, dsb); 5 wujud yg ditampilkan (tampak); 6 acuan atau susunan kalimat; 7 kata bantu bilangan bagi benda-benda yg berkeluk (cincin, gelang, dsb);berbentuk v mempunyai bentuk; memakai bentuk;

Bentuk memiliki suatu bentuk dasar yang merupakan aspek prinsip yang membantu kita mengidentifikasi serta mengkategorikan bentuk. Bentuk dasar merujuk pada garis batas khusus sebuah figur bidang atau konfigurasi bidang permukaan atau suatu volume. Dari geometri kita mengenal bentuk-bentuk dasar yaitu :

1. Lingkaran

Lingkaran adalah sebuah bidang yang melengkung di setiap titik yang memiliki jarak yang sama dari sebuah titik pusat kedalam kurva tersebut. Lingkaran juga adalah sesuatu yang terpusat, berarah ke dalam, dan pada umumnya bersifat stabil dan dengan sendirinya menjadi pusat dari


(36)

lingkungannya. Penempatan sebuah lingkaran pada pusat suatu bidang akan memperkuat sifat dasarnya sebagai poros. Menempatkan garis lurus atau bentuk-bentuk bersudut lainnya di sekitar bentuk lingkaran atau menempatkan suatu unsur menurut arah kelilingnya, dapat menimbulkan perasaan gerak putar yang kuat.

2. Segitiga

Segitiga adalah sebuah figure bidang yang ditutup 3 sisi dan memiliki 3 buah sudut . Segitiga menunjukkan stabilitas. Apabila terletak pada salah satu sisinya, segitiga merupakan bentuk yang sangat stabil. Jika diletakkan berdiri pada salah satu sudutnya, dapat menjadi seimbang bila terletak dalam posisi yang tepat pada suatu kesetimbangan, atau menjadi tidak stabil dan cenderung jatuh ke salah satu sisinya.

3. Bujur sangkar

Bujur sangkar adalah sebuah figure bidang yang memiliki 4 sisi yang sama panjangnya dan 4 buah sudut tegak lurus. Bujur sangkar menunjukkan sesuatu yang murni dan rasional. Bentuk ini merupakan bentuk yang statis dan netral serta tidak memiliki arah tertentu. Bentuk-bentuk segiempat lainnya dapat dianggap sebagai variasi dari bentuk bujur sangkar yang berubah dengan penambahan tinggi atau lebarnya. Seperti juga segitiga, bujur sankar tampak stabil jika berdiri pada salah satu sisinya dan dinamis jika berdiri pada salah satu sudutnya.


(37)

28

3.2.2. Garis

Dalam kamus Bahasa Indonesia, garis adalah coretan panjang lurus, lengkung atau bengkok. Garis adalah unsur terpenting dalam pembentukan setiap konstruksi visual. Garis dapat:

 Menggabungkan, menghubungkan, mendukung, mengelilingi, atau memotong elemen visual lainnya.

 Menggambarkan adanya sisi-sisi dan memberikan wujud pada bidang-bidang.

 Menegaskan sifat-sifat permukaan bidang.

Meskipun secara teoritis sebuah garis hanya memiliki satu dimensi, garis harus memiliki tingkat ketebalan tertentu sehingga dapat dilihat oleh mata. Garis dikenali secara sederhana karena panjangnya mendominasi lebarnya. Karakter sebuah garis, baik lurus, atau lengkung, jelas atau samar-samar, indah atau tidak teratur, ditentukan oleh persepsi kita terhadap perbandingan panjang dan lebarnya, kontur serta tingkat

kesinambungannya. Bahkan pengulangan yang

sederhana dari elemen yang mirip atau sama, jika cukup berkesinambungan, dapat dianggap sebagai garis. Jenis garis seperti ini semacam ini memiliki kualitas tekstur yang berarti.

Orientasi atau arah sebuah garis dapat mempengaruhi peranannya dalam sebuah konstruksi visual. Bila sebuah garis vertical dapat menunjukkan


(38)

sebuah posisi di dalam ruang, sebuah garis horizontal dapat mewakili stabilitas, permukaan bidang tanah, horizon ataupun keadaan badan terbaring.

Unsur garis dalam Fasad Bangunan diterapkan untuk memperlihatkan arah, dan pergerakan pada fasad.

3.2.3. Bidang

Dalam Kamus besar Bahasa Indonesia; Bidang 1 n permukaan (yg) rata dan tentu batasnya; 2 n ukuran panjang (± 5 hasta) untuk mengukur panjang tikar, layar, kulit, dsb; 3 n lapangan, lingkungan pekerjaan, pengetahuan, dsb); 4 n segi pandangan; aspek; 5 n penolong bilangan bagi barang-barang yg luas spt tanah, sawah, ladang; 6 a lebar; terbentang melebar; luas;

Sebuah garis yang diteruskan ke arah yang berbeda denga arah asalnya akan menjadi sebuah bidang. Pada dasarnya, sebuah bidang memiliki panjang dan lebar, tetapi tidak memiliki tinggi. Wujud adalah karakter utama yang dimiliki oleh sebuah bidang. Wujud ditentukan oleh kontur garis yang membentuk sisi-sisi sebiah bidang, karena persepsi kita tentang wujud dapat dikaburkan oleh pandangan perspektif, maka wujud sebenarnya dari sebuah bidang hanya dapat dilihat jika kita memandannya dari arah depan saja.


(39)

30

Ciri-ciri pendukung lain yang dimiliki sebuah bidang yaitu warna permukaannya, pola, dan tekstur mempengaruhi bobot dan stabilitas secara visual.

Dalam penerapannya pada fasad, unsur bidang selain sebagai unsur estetika, unsur bidang juga digunakan sebagai batas-batas pada fasad.

3.2.4. Warna

Dalam Kamus besar Bahasa Indonesia, warna n 1 kesan yg diperoleh mata dr ca-haya yg dipantulkan oleh benda-benda yg dikenainya; corak rupa spt biru dan hijau; 2 kl kasta; golongan; tingkatan (dl masyarakat); 3 corak; ragam (sifat sesuatu); asli warna yg didapat dr alam, bukan buatan atau olahan manusia; -- bunyi sifat khusus yg menjadi dasar perbedaan bunyi vokal ditinjau dr sudut kesan dengar; -- cempaka warna kuning spt bunga cempaka; -- delima warna merah muda spt biji delima; -- dingin warna yg sedap dipandang atau nyaman dipakai; gelap warna yg tidak memiliki cahaya, msl hitam; -- nada warna suara; timbre; ari penting, menarik atau bagus-bagus; bunga rampai; -- komplementer warna-warna yg saling melengkapi; minyak warna-warna yg mengandung zat cair berlemak; -- netral warna-warna yg tidak mencolok mata, msl abu-abu, putih; -- panas warna yg mengundang perhatian dl hal seksual; -- pastel warna yg lembut polos; -- primer warna yg menjadi dasar atau


(40)

pokok; -- redup warna-warna yg tidak bersinar atau mendekati gelap; -- sekunder warna-warna yg dijadikan pelengkap; -- warta berbagai berita;

Terdapat beberapa macam jenis warna diantaranya sebagai berikut:

1. Warna primer, yaitu warna yang pada dasarnya tidak bisa di peroleh dari campuran warna-warna lainnya. Warna tersebut adalah merah, kuning, dan biru.

2. Warna sekunder, yaitu warna yang dicampur antara dua warna yang terdapat di warna primer yang menghasilkan warna oranye, hijau, ungu.

3. Warna tersier merupakan warna yang dihasilkan dari campuran warna primer dan warna sekunder dan hasilnya adalah warna burnt orange, golden yellow, turquoise, crimson, lime green dan indigo. Dalam penerapannya pada fasad, unsur Warna merupakan atribut terjelas dalam membedakan sebuah bentuk dari lingkungannya. Ia juga merupakan beban visual sebuah bentuk.

Warna pun dapat digunakan sebagai penanda, terutama pada fasad bangunan.


(41)

32

3.2.5. Tekstur

Secara sederhana tekstur berarti tampang permukaan atau raut, tampak rupa dari suatu benda atau bidang. Setiap permukaan mempunyai nilai atau ciri khas, yaitu kasar, halus, polos, bermotif, mengkilat, buram, licin, kasar, keras dan lunak.

Tekstur dapat terbentuk melalui proses alam dan buatan. Tekstur bersifat kasat mata, keberadaanya dapat mempengaruhi penampilan suatu benda secara visual dan sensasional atau berdasarkan kesan terhadap perasaan. Jenis tekstur terdiri dari tekstur raba, yaitu keadaan permukaan yang dapat dirasakan lewat indera peraba (ujung jari) yang bersifat nyata, misalnya kasar-halus, licin-kasar, dan keras- lunak, rata-bergelombang, dan lainnya. Tekstur lihat, yaitu merupakan tekstur yang dirasakan lewat indera penglihatan, bersifat semu, mengandung unsur yang dapat menipu penglihatan kita seolah suatu benda bertekstur tertentu, padahal tidak.

Menurut Sadjiman (2005), secara sederhana tekstur dapat dikelompokkan dalam tekstur kasar nyata, dapat berwujud tekstur alam dan buatan, misalnya batu, kayu, kulit binatang. Tekstur kasar semu, yaitu tekstur yang terlihat kasar tetapi diraba halus, dapat berwujud tekstur hias manual, mekanik dan ekspresi seniman. Sesuai dengan ungkapan Mudjitha ( 1985) bahwa tekstur semu ini dibuat seperti nyata adanya. Hal ini disebabkan karena adanya efek dekoratif dari susunan garis, pola, warna-warna serta gelap terang. Tekstur halus adalah tekstur yang dilihat halus dirabapun halus, dapat berujud permukaan licin, mengkilat atau kusam. Dalam


(42)

penerapannya pada fasad, unsur tekstur digunakan sebagai pemberian karakter pada fasad bangunan.

Tekstur halus berkarakter lembut, ringan dan tenang, sedangkan tekstur yang kasar menggambarkan karakter kuat, kokoh, berat dan keras. (Sadjiman, 2005).

3.3. Visi Tema

Berdasarkan tujuan yang ingin diperoleh, ini dapat diolah dalam konteks ragam corak/motif, ragam hias, dan elemen-elemen garis bidang.

Dari pengolahan konteks ragam corak, ragam hias, dan elemen-elemen garis bidang terdapat suatu keselarasan, keserasian ketautan yang memiliki unity atau kesatuan pada fasad bangunan.

Gambar 3.6 Contoh tekstur halus dan tekstur kasar Sumber: dokumen pribadi

Gambar 3.7 Diagram visi Dynamic in Harmony Sumber: Dokumen Pribadi


(43)

34

3.4. Telaah Dasar

Kita ketahui bahwa kota Bandung dicanangkan sebagai proyek rintisan Kota Kreatif se-Asia Timur, hal tersebut sebagaimana tertulis dalam sebuah artikel dalam blog resmi Bandung Creative City Forum1:

“Siapa sangka, kota Bandung akan menjadi titik sentral pada perkembangan ekonomi masa depan yang berbasis industry kreatif. Setidaknya, tak hanya menjadi barometer bagi kawasan Indonesia, tetapi juga kawasan Asia Timur.

Berawal dari pertemuan internasional kota berbasis ekonomi kreatif, yang dilaksanakan di Yokohama Jepang pada akhir Juli 2007. Pada pertemuan itu, Bandung memperoleh penghargaan sekaligus tantangan, dengan terpilih sebagai projek rintisan (pilot project) Kota Kreatif se-Asia Timur”.

Pemilihan Bandung sebagai kota percontohan bukanlah tanpa alasan, mengingat dalam 10 tahun terakhir, industri kreatif di

Bandung menunjukkan perkembangan signifikan dan

mempengaruhi tren anak muda di berbagai kota. Perkembangan tersebut menjadi daya tarik bagi para pelaku ekonomi kreatif di dunia, sehingga melalui projek percontohan ini, Bandung diharapkan mampu mempopulerkan semangat kota kreatif di dunia global. Projek yang bernama Banudng Creative City (BCC) itu direncanakan berjalan selama tiga tahun mulai Agustus 2008”.

Dalam strategi yang disusun oleh Bandung Creative City Forum (BCCF), terdapat strategi yang berkaitan dengan lingkungan fisik kota, yaitu strategi menghasilkan perencanaan dan perancangan kota yang responsif: strategi ini dijalankan melalui pembangunan Creative Clusters, ruang public, perbaikan daerah, dan menhadirkan arsitektur yang atraktif dan inspiratif. Tekad

1

Bandung Creative City Forum adalah organisasi resmi lintas komunitas kreatif Bandung. Tujuan pendirian forum ini untuk menyatukan persepsi dan aspirasi para komunitas kreatif Bandung dalam mewujudkan bandung Kota Kreatif.


(44)

BCCF untuk menjadikan Bandung sebagai kota kreatif berskala internasional tentunya butuh modal dalam hal penyediaan infrastruktur fisik kota, fasilitas dan ruang publik yang dapat mengangkat Bandung menjadi salah satu kota kreatif dunia.

Perlunya analisis terhadap lingkungan fisik kota Bandung kini untuk menentukan kualitas Bandung sebagai perintis kota Kreatif. Gejala-gejala yang terjadi pada lingkungan fisik kota Bandung antara lain: 3.4.1. Menjual lukisan di pinggir jalan

Fenomena ini terjadi di beberapa titik di Jalan Braga dimana banyak pelukis-pelukis yang memanfaatkan jalan pedestrian sebagai tempat memamerkan lukisan mereka untuk menarik pembeli. Fenomena ini mengisyaratkan dua kemungkinan. Yang pertama, penyebab pelukis memamerkan karyanya di pinggir jalan karena mereka melihat peluang akan lebih banyak orang yang akan melihat karyanya sehingga memungkinkan mendapatkan pembeli lebih banyak. Yang kedua, para pelukis berjualan di pinggir jalan karena di Bandung, harga sewa tempat galeri atau took tergolong mahal. Namun tidakan mereka dengan memamerkan lukisan di Jalan Braga merupakan tindakan yang kreatif karena berkat lukisan yang dipamerkan, kualitas sense of place Jalan Braga lebih terasa dan memperindah penampilan kawasan Braga.

3.4.2. Fasad bangunan distro, café dan FO yang kreatif

Estetika desain fasade pada sebuah banguan komersial merupakan hal yang penting sebagai pembentuk image dari toko tersebut. Semakin kreatif dan unik desain fasade, maka akan semakin banyak pula yang mengingat image tersebut. Beberapa café da distro di Bandung sadar mengenai desain yang kreatif dan unik akan melekat pada memori konsumen


(45)

36

sekaligus magnet untuk mendatangkan konsumen. Fasad yang kreatif pada bangunan komersial di Bandung menunjukkan potensi anak muda yang tanggap terhadap ide, konsep, dan desain. Fasad bangunan komersial merupakan salah satu wadah anak muda Bandung dalam

mengembangkan kreativitas dan keterampilannya

mendesain.

3.4.3. Bangunan publik yang melayani kebutuhan warga Bandung. Ruang-ruang publik yang ada di Bandung jumlahnya minim dibandingkan dengan jumlah bangunan komersial. Fasilitas seperti perpustakaan, ruang pertunjukkan, dan ruang

pameran kurang diperhatikan keadaannya dan

ketersediaannya oleh pemerintah kota Bandung. Walaupun begitu, ada beberapa komunitas independen yang menyediakan ruang kreatif bagi sebagian individu atau golongan kreatif untuk menampung kegiatan mereka. Adapun dua ruang kreatif yang dikelola secara indenden yang cukup menyediakan ruang bagi kegiatan kreatif yaitu Selasar Sunaryo Art Space dan Common Room yang banyak mengadakan eksibisi, workshop dan talkshow yang berguna bagi pengembangan potensi kreatif masyarakat Bandung kini.

Gambar 3.8 Contoh Fasad Bangunan Kreatif Sumber: Manusyah, 2009


(46)

Berawal dari cita-cita menjadikan Bandung sebagai kota kreatif, tentunya kampus UNIKOM sebagai lembaga pendidikan yang berada di kota Bandung ikut mendukung cita-cita ini. Oleh karena itu, saya mengambil asumsi sikap yang diberikan oleh pihak unikom adalah menyediakan fasilitas-fasilitas publik untuk mendukung kreativitas mahasiswanya dan juga tercermin dari bentukan fasad bangunannya.

Tema yang digunakan pada projek yaitu dinamika bentuk fasad yang digunakan pada fasad asrama merupakan bentuk image dari aktivitas mahasiswa yang dinamis.

Gambar 3.9 Diagram Gagasan Tema Sumber: Dokumen Pribadi


(47)

38

3.5. Manfaat

Terdapat 2 macam manfaat dari penggunaan tema Dinamika Bentuk Fasad pada bangunan, yaitu manfaat untuk ruang luar dan untuk ruang dalam.

3.5.1. Manfaat Untuk Ruang Luar

Terdapat beberapa manfaat dari penggunaan tema Dinamika Bentuk Fasad untuk ruang luar, yaitu:

1. Sebagai Pencitraan atau Image asrama 2. Sebagai Ikon bangunan wilayah UNIKOM.

3. Memiliki elemen fungsional seperti estetika, sun screen, dan lain-lain

3.5.2. Manfaat Untuk Ruang Dalam

Terdapat beberapa manfaat dari penggunaan tema Dinamika Bentuk Fasad untuk ruang dalam, yaitu:

1. Untuk memberikan suasana pada ruang dalam yang berbeda-beda sehingga penghuni asrama tidak jenuh.


(48)

BAB IV ANALISIS

4.1. Aspek Manusia Dalam Asrama

Terdapat beberapa aspek manusia di dalam asrama antara lain sebagai berikut:

1) Penghuni Asrama Mahasiswa. 2) Jenis Kegiatan di Asrama. 3) Kebutuhan Ruang Asrama.

4.1.1. Analisis Pelaku Kegiatan di Asrama

Secara umum pelaku kegiatan yang terdapat pada asrama UNIKOM ini adalah sebagai berikut

1. Mahasiswa sebagai Penghuni Asrama.

Mahasiswa adalah orang yang belajar di perguruan tinggi, yang menempati asrama mahasiswa,

Tabel 4.1 Skema Aspek Manusia Sumber: Dokumentasi Pribadi

Tabel 4.2 Skema Penghuni Asrama Sumber: Dokumentasi Pribadi


(49)

40

termasuk mahasiswa aktif yang sedang menempuh jenjang S1 di UNIKOM.

Kegiatan yang yang dilakukan mahasiswa:  Istirahat

 Tidur  Belajar

 Makan

 Beribadah 2. Pengelola

Pihak yang bertanggung jawab atas segala sesuatu yang menyangkup pelayanan bagi kelompok penghuni dan pengunjung asrama mahasiswa.

3. Pengunjung

Pengunjung adalah pihak luar atau tamu yang berkunjung ke asrama mahasiswa UNIKOM dengan suatu keperluan. Tamu yang berkunjung adalah pengunjung yang mempunyai kepentingan kepada penghuni (mahasiswa) dan pengelola asrama mahasiswa sendiri.

4.1.2. Analisis Jenis Kegiatan

Tabel 4.3 Skema Jenis Kegiatan Sumber: Dokumentasi Pribadi


(50)

Jenis kegiatan mahasiswa yang terjadi di dalam asrama dikelompokkan menjadi :

1. Kegiatan Utama

Merupakan kegiatan yang dilakukan oleh mahasiswa selama berada di asrama tersebut.

a) Kegiatan Pribadi

Kegiatan yang dilakukan secara pribadi oleh penghuni asrama; seperti mandi, sholat, makan, istirahat, ngobrol, masak, mencuci, dan tidur

2. Kegiatan Pendukung

Kelompok kegiatan mahasiswa yang terjadi di dalam asrama dibagi menjadi pengelompokkan kegiatan, antara lain sebagai berikut:

a) Kegiatan pada Bidang Minat dan Bakat Kegiatan yang dilakukan mahasiswa di luar akademik seperti seni budaya( musik, paduan suara), lomba antar mahasiswa asrama, pameran mahasiswa

b) Kegiatan pada Bidang Pendidikan Karakter Kegiatan yang dilakukan mahasiswa untuk memingkatkan karakter mahasiswa UNIKOM seperti pelatihan ESQ, pelatihan motivasi, dan lain-lain.


(51)

42

c) Kegiatan Olahraga

Merupakan kegiatan untuk menjaga kesehatan tubuh, seperti bermain bola, bermain basket, bermain voli, dll.

d) Kegiatan Kemasyarakatan

Merupakan kegiatan yang berhubungan dengan masyarakat sosial seperti kerja bakti, bakti kampus, bakti sosial.

Kegiatan-kegiatan ini sebagai suatu telaah dasar pada dinamikan bentuk fasad.

3. Kegiatan Pengelola

Merupakan kegiatan yang menunjang kegiatan administrasi mahasiswa.

4. Kegiatan Service

Merupakan kegiatan yang mendukung fungsi fasilitas asrama agar dapat menunjang semua kegiatan yang terjadi di asrama.

4.1.3. Analisis Kebutuhan Ruang Berdasarkan Kegiatan. Berikut ini merupakan Kebutuhan berdasarkan kegiatan yang ada di asrama.

No Jenis Kegiatan

Pelaku Kegiatan Kebutuhan

Ruang

1 Pribadi Mahasiswa Tidur

Makan Mandi Buang air Istirahat Kamar Tidur Ruang Makan Kamar Mandi Toilet Mushola


(52)

Sholat

2 Edukatif Mahasiswa Belajar Ruang Belajar

bersama 3 Komunikatif Mahasiswa

dan

Pengunjung

Ngobrol/ Bersosialisasi

Ruang Duduk Bersama

4 Rekreatif Mahasiswa Komunikasi/Ngobrol Nonton Tv bersama

Ruang Rekreasi Ruang TV Ruang Bermain

5 Penunjang Mahasiswa Makanan &

minuman,

Fotocopy, alat-alat kebutuhan sehari-hari Laundry Acara Bersama Kantin R. Fotocopy Laundry R. Serbaguna

6 Pengelola Pengelola

dan

Mahasiswa

Kegiatan Administrasi Pemberi Informasi

Ruang Tata Usaha

R. Informasi

7 Service Pegawai,

Teknisi

Mengawasi Generator,

Mengontor supply listrik,

Menyimpan barang staff.

Ruang Generator, R. Control Panel,

Gudang, Ruang Staff

8 Olahraga Mahasiswa Olahraga Lapangan

Tabel 4.1 Kebutuhan Ruang Sumber Pribadi


(53)

44

Standar Kamar Tidur Asrama

Untuk jenis kamar yang akan digunakan, yaitu kamar type double. Hal ini dikarenakan berdasarkan dari penelitian yang diadakan Karlin dkk(Sears, 1994)bahwa mahasiswa yang tinggal di tempat padat cenderung untuk menghindari kontak sosial dengan orang lain. agar penghuni kamar hanya terdiri dari 2 orang sehingga mahasiswa yang menghui asrama lebih akrab.

Keterangan:

B : Bed

D : Desk

SC : Soft Chair

W : Wardrobe

BC : Bookcases

Gambar 4.4 Tipe Kamar double

Sumber: Chiara, J. D. dan Crosbie, M. J. Time-Saver Standards for Building Type

Tabel 4.2 Standar Ruang Kamar Mahasiswa Sumber: Chiara, J. D. dan Crosbie, M. J. Time-Saver


(54)

4.2. Aspek Lingkungan

Lokasi tapak berada di sekitar daerah jalan Dipati Ukur. Pada lokasi tapak ini saat ini digunakan sebagai permukiman warga. Lokasi tapak termasuk dalam daerah beriklim tropis.

4.1.1. Batas-Batas Site

 Tingkat aktivitas sebelah utara cukup hening pada perumahan warga, namun pada jalan tubagus ismail terkadang sering terjadi kemacetan. Oleh karena itu,

Gambar 4.6 Kondisi Lingkungan Sekitar Tapak Sumber: Pribadi

Gambar 4.5 Skema Aspek Lingkungan Sumber: dokumentasi pribadi


(55)

46

tapak yang berdekatan dengan area tersebut cocok untuk ditempatkan ruang-ruang yang bersifat privat.

 Tingkat aktivitas sebelah Timur cukup hening karena hanya terdapat rumah dan kostan, sehingga tapak memiliki potensi untuk penempatan ruang-ruang yang bersifat hening agar tidak mengganggu aktivitas di dalam bangunan asrama.

 Tingkat aktivitas sebelah barat cukup tinggi akibat dari aktivitas mahasiswa unikom dan kendaraan yang mengakibatkan kebisingan pada tapak, sehingga perlu adanya solusi untuk mengatasi masalah tersebut seperti memberi buffering pada tapak berupa pohon, dll.

 Tingkat aktivitas sebelah Barat termasuk sedang karena terdapat bangunan kampus Unikom yang terkadang sering ramai, sehingga perlu adanya solusi desain untuk mengatasi masalah tersebut seperti memberi buffering pada tapak berupa pohon, atau menempatkan ruang atau area yang bersifat publik berdekatan dengan tapak sebelah Barat.


(56)

4.1.2. Pencahayaan Matahari

Data:

Arah matahari yang bergerak dari timur ke barat, sehingga arah timur dan Barat akan menerima sinar matahari langsung ketika pagi dan sore hari.

Komentar:

Arah matahari yang mulai dari Timur ke Barat menyebabkan fasad bangunan di sebelah timur dan barat menerima cahaya matahari langsung, yang akan menyebabkan ruangan di dekat area tersebut menjadi panas. Oleh karena itu perlu penanganan khusus terhadap fasad bangunan, seperti membuat kisi-kisi atau tidak diberi bukaan sama sekali.


(57)

48

4.1.3. Kebisingan

Data:

Kebisingan tertinggi berada di sebelah Barat site dikarenakan jalan dipati Ukur tersebut cukup aktif oleh kendaraan yang melintas dan aktifitas mahasiwa, sedangkan sebelah Utara, Timur dan Selatan Site cukup hening dikarenakan berdekatan dengan permukiman warga

Komentar:

Site yang berada dekat dengan tingkat kebisingan yang tinggi sebaiknya digunakan untuk bangunan ataupun fungsi lahan yang bersifat publik agar menyesuaikan dengan keramaian dan Site yang dekat dengan kebisingan yang rendah sebaiknya digunakan untuk fungsi yang bersifat privat


(58)

4.3. Aspek Teknologi Bangunan

Hal-hal yang harus diperhatikan dalam pemilihan penggunaan struktur adalah:

 Keadaan kepadatan tanah pada tapak.

 Ketinggian bangunan.

 Faktor ekonomi (biaya, waktu, bahan).

 Fungsi dari bangunan yang akan digunakan.

 Faktor teknis dan persyaratan bangunan seperti kestabilan, kekokohan dan keamanannya.

 Bentuk bangunan yang akan dirancang.

Secara garis besar struktur bangunan dapat dibagi menjadi 2 bagian, yaitu sub struktur dan upper struktur.

4.3.1. Sub Struktur.

Sub struktur adalah struktur pada bagian paling bawah pada bangunan yang berfungsi sebagai penyalur beban dari struktur ke dalam tanah. Dalam menentukan jenis sub struktur yang akan digunakan nantinya ada beberapa pertimbangan, yaitu;

 Kondisi dan karakteristik tanah setempat, serta kedalaman tanah keras.

Gambar 4.10 Skema Aspek Teknologi Bangunan Sumber: Dokumentasi Pribadi


(59)

50

 Beban yang dipikul dalam jumlah lantai yang digunakan.

Beberapa alternatif pondasi yang ada pada pembangunan:

No Jenis

Pondasi

Keuntungan Kerugian

1 Bor Pile  Beban yang

ditahan besar

 Tidak mengganggu lingkungan pada saat pembuatan.

 Perakitan

memakan waktu cukup lama.

 Biaya lebih

tinggi Tiang

Pancang

 Proses

pemasangan lebih cepat

 Dapat menahan

beban yang besar

 Tidak perlu dibuat ditempat

(prefabrikasi)

 Menimbulkan getaran pada lingkungan sekitar pada saat

pemasangan

 Biaya angkut

Rakit  Kekuatan dan

stabilitas cukup

baik terhadap

gempa

 Memanfaatkan daya dukung tanah

 Ruang pada

pondasi dapat

digunakan untuk utilitas.

 Pelaksanaan relative sulit

 Boros dalam

penggunaan material

Tabel 4.3 Alternatif Pondasi Sumber: Dokumentasi Pribadi


(60)

PENERAPAN DESAIN:

Pondasi bored pile merupakan pondasi yang cocok untuk asrama UNIKOM karena letaknya dikawasan penduduk dan dekat dengan kampus UNIKOM sehingga tidak menimbulkan kebisingan saat pengerjaan dan memiliki kekuatan daya pikul yang besar.

4.3.2. Upper Struktur.

Upper Struktur merupakan struktur pada bagian atas bangunan (setelah pondasi), berupa badan dan atap bangunan yang berfungsi untuk menyalurkan beban ke sub struktur.

Jenis Struktur Kelebihan Kekurangan Gambar

Struktur Rangka Kaku (portal)

Terdiri atas

dua unsur,

yaitu kolom dan balok.  Kekuatan cukup,  Fleksibel dalam mengubah tata ruang dalam

(bentang dapat besar),

 Kesan yang

didapat sederhana dan praktis

 Mempunyai

sifat kenyal terhadap gempa.

 Jarak antar kolom relatif kecil.

 Dapat

menimbulkan lendutan yang besar.


(61)

52 Struktur Dinding Pemikul (shear wall) Menggunakan dinding

sebagai unsur pemikul beban dari atap.  Kekuatan cukup tinggi,  Ruangan yang dihasilkan bebas kolom,  Dapat meredam kebisingan kebisingan  Kurang fleksibel dalam tata ruang.  Pemakaian tanah yang boros.

 Kurang lentur dalam

menghadapi gempa.

PENERAPAN DESAIN

Kedua jenis struktur diatas dapat digunakan dalam rancangan desain asrama

4.3.3. Dinding Bangunan Pada Fasad

Dinding merupakan salah satu elemen bangunan yang berfungsi memisahkan atau membentuk ruang. Ditinjau

Tabel 4.4 Analisis Upper Struktur Sumber:

Gambar 4.11 Skema Estetika Sumber: Dokumen pribadi


(62)

dari segi struktur dan konstruksi, dinding ada yang berupa dinding partisi/pengisi (tidak menahan beban) dan ada yang berupa dinding struktural (bearing wall). Dinding pengisi/partisi yang sifatnya non struktural harus diperkuat dengan rangka (untuk kayu) dan kolom praktis sloof ring balok (untuk bata). Dinding dapat berupa dari bermacam-macam material sesuai kebutuhannya, antara lain:

a. Dinding batu buatan : bata dan batako. b. Dinding batu alam/batu kali.

c. Dinding kayu: kayu log/batang, papan dan sirap. d. Dinding beton (struktural-dinding geser,

pengisi-clayding wall/beton pra cetak)

 Dinding batu buatan pada Fasad A. Dinding Bata Pada Fasad

Dinding bata merah terbuat dari tanah liat/lempung yang dibakar. Untuk dapat digunakan sebagai bahan bangunan yang aman maka pengolahannya harus memenuhi standar peraturan bahan bangunan Indonesia NI-3 dan NI-10 (peraturan bata merah). Dinding dari pasangan bata dapat dibuat dengan ketebalan ½ batu (non struktural) dan minimal 1 batu (struktural). Dinding pengisi dari pasangan bata ½ batu harus diperkuat dengan kolom praktis, sloof/rollag, dan ringbalk yang berfungsi untuk mengikat pasangan bata dan menahan/menyalurkan beban struktural pada bangunan agar tidak mengenai pasangan dinding bata tersebut. Pengerjaan dinding pasangan bata dan plesterannya harus sesuai dengan syarat-syarat yang ada, baik dari campuran plesterannya maupun teknik pengerjaannya,


(63)

54

Fungsi dinding bata pada rangka bangunan:  Penutup dari rangka bangunan adalh

pasangan dinding tembok bata yang mempunyai fungsi sebagai pembatas antar ruangan.

 Pasangan dinding batu bata dibuat dengan pasangan ½ batu yang disusun bergigi atau

bertangga dengan menggunakan

spesi/adukan 1 Pc:4Ps atau satu bagian Portland cement berbanding empat bagian pasir ditambahkan dengan air secukupnya. Dapat difungsikan sebagai bangunan dari sisi pengamanan, atau dari sisi arsitektonis mungkin dapat ditempatkan bangunan yang mempunyai bentang yang panjang.

 Kualitas batu bata harus yang baik dan

matang pembakarannya, yang harus

diperhatikan juga persediaan bata dan tata

cara memasang juga harus lebih

diperhatikan.

Gambar 4.12 Pemasangan dinding bata Sumber:


(64)

Perkuatan dinding bata dengan kolom praktis:  Untuk menjaga agar dinding pasangan batu

bata dapat kuat berdiri ada beberapa hal yang perlu diperhatikan;

a. Mutu bahan batu bata.

b. Adukan harus merata dan sistem pemasangan,

c. Pemasangan kolom-kolom praktis.  Pasangan dinding batu bata disamping

adukannya harus baik dengan spesi 1 Pc:4Ps, hal yang perlu diperhatikan penempatan kusen atau kolom praktisnya, sehingga pada pekerjaannya saling mengisi dan memperkuat konstruksi dinding bata tersebut.

 Kolom-kolom praktis merupakan bagian kerangka yang membantu dan memperkuat posisi dinding pasangan batu-bata, dan pemasangan kolom ditempatkan pada sudut pertemuan pasangan batu bata dan tempat tertentu misalnya sebagai penjepit kedudukan kusen gendong yang cukup besar.

 Pasangan dan penempatan kolom-kolom praktis yang berukuran 13x13 atau 15x15 ditempatkan pada seluas bidang dinding tembok batu bata 12m2. Jadi, penampag kolom praktis yang berukuran 15x15 cm itu

ditempatkan penulangan/pembesian 4

diameter 12 mm dan pemasangan

sengkang/cincinnya dengan diameter 8-20cm.


(65)

56

 Bahan pengait untuk kekokohan pada kostruksi dinding pasangan batu bata ada stek yang dipasangkan pada tempat dan jarak tertentu di kolom praktis, termasuk juga angkur yang dipasangkan tiga buah pada tiang-tiang kusen yang didirikan.

Hubungan dinding bata dengan pasangan kusen:

 Pemasangan kusen apakah kusen pintu atau kusen jendela, merupakan penghubung antar ruang dan juga sebagai tempat sirkulasi udara/oksigen dan juga penerangan atau cahaya matahari yang diharapkan dapat menerangkan kondisi ruang-ruang tertentu.  Kusen gendong yang diartikan konstruksi

kusen pintu dan jendelanya menjadi satu sehingga kusen ini ukurannya lebih besar, yang perlu diperhaikan di bagian atas dari ambang batas kusen dipasangkan batu bata berdiri atau disebutkan sebagai rollag dengan adukan menggunakan 1 Pc:3 Ps.

 Kolom praktis dipasangkan pada kiri kanannya pada kusen gendong tersebut

dengan penambahan perkuatan tetap

diberikan angkur dari kusennya.

 Locis/neut merupakan angkur yang dicor pada kaki-kaki tiang kusennya dengan menggunakan adukan 1Pc:2Ps:3Kr artinya satu bagian semen berbanding dua bagian


(66)

pasir dan berbanding tiga bagian krikir atau split.

 Pada konstruksi kusen pintu atau konstruksi kusen jendela, ada yang disebut telinga kusen, ini merupakan bagian konstruksi kusen sebagai perkuatan pada pasangan dinding batu batanya.

B. Dinding Batako Pada Fasad

Batako merupakan material untuk dinding yang terbuat dari batu buatan/cetak yang tidak dibakar. Terdiri dari campuran tras, kapur (5:1), kadang-kadang ditambah PC. Karena dimensinya lebih besar dari baa merah, penggunaan batako pada bangunan bias menghemat plesteran 75%, berat tembok 50% beban pondasi berkurang. Selain itu apabila dicetak dan diolah dengan kualitas yang

baik, dinding batako tidak memerlukan

plesteran+acian lagi untuk finishing.


(67)

58

Prinsip pengerjaan dinding batako hamper sama dengan dinding dari pasangan bata, antara lain:

 Batako harus disimpan dalam keadaan kering dan terlindung dari hujan.

 Pada saat pemasangan dinding, tidak perlu dibasahi terlebih dahulu dan tidak boleh direndam dengan air.

 Pemotongan batako menggunakan palu dan tatah, setelah itu dipatahkan pada kayu/batu yang lancip.

 Pemasangan batako dimulai dari ujung-ujung, sudut pertemuan dan berakhir di tengah-tengah.

 Dinding batako juga memerlukan

penguat/rangka pengkaku terdiri dari kolom dan balok beton bertulang yang dicor dalam lubang-lubang batako. Perkuatan dipasang

pada sudut-sudut, pertemuan dan

persilangan.


(68)

 Dinding Kayu Pada Fasad

A. Dinding Kayu Log/ Batang Tersusun Pada Fasad Konstruksi dinding seperti ini umumnya ditemui pada rumah-rumah tradisional di eropa timur. Terdiri dari susunan batang kayu bulat atau balok. Sistem konstruksi seperti ini tidak memerlukan rangka penguat/pengikat lagi karena sudah merupakan dinding struktural.

B. Dinding Papan Pada Fasad

Dinding papan biasanya digunakan pada bangunan konstruksi rangka kayu. Papan digunakan untuk dinding eksterior maupun interior, dengan sistem pemasangan horizontal dan vertical. Konstruksi papan dipaku/diskrup pada rangka kayu horizontal dan vertical dengan jarak sekitar 1 meter (panjang papan di pasaran ±2m, tebal/lebar beraneka ragam : 2/16, 2/20, 3/25, dll). Pemasangan dinding papan harus memperhatikan sambungan/hubungan antar papan (tanpa celah) agar air hujan tidak masuk. Selain itu juga harus memperhatikan sifat kayu yang bisa mengalami muai dan susut.


(69)

60

C. Dinding Sirap Pada Fasad

Dinding sirap untuk bangunan kayu merupakan material yang paling baik dalam penyesuaian terhadap susut dan muai. Selain itu juga memberikan perlindungan yang baik terhadap iklim, yahan lama dan tidak membutuhkan perawatan. Konstruksi dinding sirap dapat dipaku (paku kepala datar ukuran 1”) pada papan atau reng, dengan 2-4 lapis tergantung kualitas sirap (panjang sirap ±55-60cm).

Tabel 4.16 Konstruksi Dinding Kayu


(70)

Dinding Batu Alam Pada Fasad

Dinding Batu alam biasanya terbuat dari batu kali utuh atau pecahan batu cadas. Prinsip pemasangannya hampir sama dengan batu bata, dimana siar vertical harus dipasang selang-seling . Untuk menyatukan batu diberi adukan (campuran 1 kapur:1 tras untuk bagian dinding dibawah permukaan tanah). Dinding dari batu alam umumnya memiliki ketebalan minimal 30cm, sehingga sudah cukup kuat tanpa kolom praktis.

 Dynamic Solar Shading Pada Fasad

Di zaman kini, bungkus bangunan telah mengalami revolusi. Fasad yang bukan berasal dari bangunan industri banyak yang telah terbuat dari batu, bata merah, kayu, dan metal cladding. Namun kini, arsitektur modern dapat membuat fasad bangunan menjadi hidup.

Hal ini dikarenakan kebutuhan ruang suatu bangunan yang baik. Panas matahari yang masuk ke dalam


(71)

62

bangunan dapat mempengaruhi intensitas panas di dalam bangunan.

Ketika bangunan tidak menggunakan solar shading, interior bangunan akan mendapatkan sinar matahari langsung yang menyebabkan suhu di dalam ruang meningkat akibat tingginya intensitas panas dari sinar matahari

Tabel 4.19 analisis pencahayaan tanpa solar shading. Sumber:

http://www.passivent.com/downloads/solar_shading_systems.pdf. Diakses pada tanggal 27-05-2014

Tabel 4.20 analisis pencahayaan dengan solar shading. Sumber:

http://www.passivent.com/downloads/solar_shading_systems.pdf. Diakses pada tanggal 27-05-2014


(72)

Dengan menggunakan solar shading, sinar matahari langsung akan terhalangi dan yang masuk ke dalam bangunan hanyal sinar matahari hasil dari pantulan.

Fasad kini telah bernafas, ini telah menjadi elemen utama yang akan berpengaruh terhadap user dari bangunan yang akan dirancang.

Terdapat juga yang dinamakan dinding fasad, yaitu berada di second fasade yang biasanya memiliki fungsi

Gambar 4.21 Contoh Bentuk Solar Shading

Sumber: http://www.passivent.com/downloads/solar_shading_systems.pdf Diakses pada tanggal 27-05-2014


(73)

64

untuk memperindah fasad bangunan juga memiliki fungsi sebagai shading dari cahaya matahari langsung.

4.3.4. Atap Bangunan.

Bentuk atap bangunan dibagi menjadi dua macam: Atap datar :

 Pelaksanaan memakan biaya tidak murah.

 Bila tidak dibuat dengan baik, beton di daerah tropis lembab dapat retak.

 Tidak sesuai untuk daerah beriklim tropis lembab. Gambar 4.23 Contoh Pemanfaatan sunshading pada Fasad

1

Gambar 4.24 Contoh Pemanfaatan sunshading pada Fasad 2


(74)

Atap Miring :

 Sesuai untuk daerah lembab.

Sistem pembalokan yang umum dipakai/dikenal, yaitu: a) Flat Slab:

Pelat dua arah yang tidak ditumpu oleh balok tetapi langsung oleh kolom, dengan penebalan di sekeliling kolom atau kepala kolom sehingga dapat memikul gaya geser atau momen lentur yang lebih besar.

b) Flat Plate

Pelat dua arah yang tidak ditumpu oleh balok tetapi langsung oleh kolom, tanpa penebalan di sekeliling kolom atau kepala kolom sehingga beban vertical langsung dipikul oleh kolom dari segala arah.

c) Pembalokan rusuk satu arah

Pelat rusuk satu arah ditumpu oleh rusuk, anak balok yang jarak satu sama lainnya sangat berdekatan, sehingga secara visual hamper sama dengan pelat satu arah.

d) Pembalokan satu arah

Pelat satu arah yang ditumpu oleh balok anak yang ditempatkan sejajar satu dengan yang lain, dan perhitungan pelat dapat dianggap sebagai balok tipis yang ditumpu oleh banyak tumpuan.

PENERAPAN DESAIN:

Bangunan asrama UNIKOM ini menggunakan sistem pembalokan flat plate dan menggunakan struktur atap miring untuk sistem struktur atap (sesuai dengan arsitektur tropis).


(75)

66

4.4. Aspek Sudut Pandang Manusia Pada Fasad

Sudut pandang manusia secara normal pada bidang vertical adalah 600, tetapi bila ia melihat secara intensif maka sudut pandangnya berubah menjadi 10. H. Marten, seorang arsitek Jerman, dalam papernya ‘Scale in Civic Design’ mengatakan bahwa bila orang melihat lurus ke depan maka bidang pandangan vertical di atas bidang pandangan horizontal mempunyai sudut 400. Orang dapat melihat keseluruhan bila sudut pandangnya 270 atau bila D/H=2 (perbandingan jarak bangunan dan tinggi bangunan = 2)

Werner Hegermann dan Elbert Peets dalam bukunya “American Vitruvius” menyatakan bahwa orang akan merasa terpisah dari bangunan bila melihat jarak sejauh 2x tinggi bangunannya, ini berarti sudut pandangnya 270. Bila orang ingin melihat sekelompok bangunan sekaligus maka diperlukan sudut 180, ini berarti dia harus melihat dari jarak sejauh pandangan 3x tinggi bangunan.

Menurut Yoshinobu Ashihara, perbandingan antara tinggi bangunan dan jarak bangunan adalah sebagai berikut:

 D/H = 1 : Ruang terasa seimbang dalam perbandingan jarak dan tinggi bangunannya,

Gambar 4.25 Sudut Pandang Manusia Sumber: Elemen Ruang Luar


(76)

merupakan batas perubahan nilai dan kualitas ruang.

 D/H < 1 : Ruang yang terbentuk terlalu sempit sehingga terasa tertekan.

 D/H > 1 : Ruang terasa agak besar.

Paul D. Sprieregen menyatakan, bila orang berdiri dengan:

 D/H = 1 : cenderung memperhatikan

detail daripada keseluruhan bangunan.

 D/H = 2 : cenderung untuk melihat

bangunan sebagai sebuah komponen

keseluruhan bersama dengan detailnya.

 D/H = 3 : bangunan dilihat dalam

hubungannya dengan lingkungan

 D/H = 4 : bangunan dilihat sebagai pembatas ke depan saja.

4.1.1. Analisa Sudut Pandang Pada Tapak.

Gambar 4.26 Studi Sudut Pandang Manusia 1 Sumber: Dokumen Pribadi


(77)

68

Berdasarkan hasil analisa sudut pandang manusia 1 dan 2 yang diambil dari view jalan dipati ukur,

Gambar 4.27 Studi Sudut Pandang Manusia 2 Sumber: Dokumen Pribadi

Gambar 4.28 Studi Sudut Pandang Manusia 3 Sumber: Dokumen Pribadi


(78)

Gambar 4.29 Studi Sudut Pandang Manusia 4 Sumber: Dokumen Pribadi

Gambar 4.30 Studi Sudut Pandang Manusia 5 Sumber: Dokumen Pribadi


(79)

70

Berdasarkan analisa sudut pandang yang dilakukan pada tapak, didapatlah data sebagai berikut:

 View terbaik untuk dapat melihat keseluruhan bangunan adalah dari arah jalan dipati ukur.dikarenakan tapaknya terlihat lebih lebar dari luar tapak

 View dari arah jalan tubagus ismail cukup baik, namun hanya beberapa bagian saja yang mendapat view bangunan pada tapak.


(80)

BAB V KONSEP RANCANGAN

5.1. Konsep Dasar

Lambang Unikom memiliki makna di setiap simbolnya seperti berikut:

Dari kedua warna tersebut, kemudian diimplementasikan pada rancangan asrama dengan warna kuning terdapat pada asrama putri dan warna biru pada asrama putra. Kemudian kedua warna tersebut digradasikan agar terlihat dinamis.

Gambar 5.1 Lambang Unikom Sumber:www.unikom.ac.id

Gambar 5.2 Konsep Warna Bangunan Sumber:Dokumen Pribadi


(81)

72

Dalam penerapannya pada fasad, unsur warna merupakan atribut terjelas dalam membedakan sebuah bentuk dari lingkungannya sehingga dapat berfungsi sebagai penanda bangunan asrama antara yang satu dan yang lainnya.

Gambar 5.3 Fasad masing-masing Bangunan Asrama Sumber: Dokumen Pribadi


(82)

5.2. Rencana Tapak 5.2.1. Zoning

Zona Public: Berada di area tengah berupa ruang-ruang yang bersifat netral seperti plaza kantin, dan ruang parkir Zona Privat : Berada di sebelah Utara dan Selatan tapak, terdapat bangunan asrama putri dan asrama putra.

5.2.2. Gubahan Massa

Bentuk dasar gubahan massa adalah bentuk balok, untuk memaksimalkan jumlah kamar yang didapat dan menyesuaikan dengan arah datangnya matahari.


(83)

74

5.2.3. Hirarki Ruang

Pada desain Unikom Student Dormitory , terdapat beberapa hirarki ruang diantaranya sebagai berikut:

 Ruang Terbuka Hijau berfungsi sebagai taman mahasiswa.

 Kantor Pengelola berfungsi untuk mengatur urusan administrasi mahasiswa. Yang dapat mengakses ke dalam kantor yaitu pengurus asrama dan tamu asrama dikarenakan masuk zona semi publik.

 Asrama Mahasiswa berfungsi untuk

mengakomodasi kebutuhan mahasiswa berupa hunian.

 Kantin berfungsi untuk menunjang kebutuhan mahasiswa berupa kebutuhan makan.

5.2.4. Aksesibilitas

Aksesibilitas pada desain Unikom Student Dormitory berada di Jalan Dipati Ukur yang berfungsi untuk Main Entrance dan Main Exit (Main Gate), sedangkan pada Jalan Tubagus Ismail berfungsi untuk Entrance dan Exit Service. Selain untuk servis, akses dari jalan Tubagus Ismail juga dapat dilalui oleh pengunjung asrama seperti orangtua yang hendak berkunjung.

5.2.5. Sirkulasi

Sirkulasi yang digunakan pada desain Unikom Student Dormitory memiliki 2 Main Entrance dan 2 Main Exit yang berada di jalan Dipatiukur dan jalan Tubagus Ismail.


(84)

5.2.6. Parkir

Parkir pada desain Unikom Student Dormitory tidak terlalu membutuhkan parkir bagi penghuni asrama dikarenakan asrama tersebut diperuntukkan bagi orang-orang yang kurang mampu, salah satunya adalah yang tidak memiliki kendaraan bermotor. Parkir hanya diperuntukkan bagi pegawai dan pengelola asrama, serta untuk pengunjung. Terdapat 64 parkir mobil dan 20 parkir motor untuk pengelola.

5.2.7. Vegetasi

Vegetasi pada desain Unikom Student Dormitory berada di setiap sisi tapak dan bangunan yang menjadi batas tapak. Vegetasi merupakan hal yang paling penting pada tapak dikarenakan akan menciptakan suasana yang sejuk asri sehingga menciptakan suasana belajar yang nyaman bagi mahasiswa.

5.3. Bangunan

5.3.1.Desain Massa Bangunan.

Desain bangunan tetap memegang teguh elemen kaki-badan-kepala. Dikarenakan pada area top floor berfungsi sebagai ruang jemur, maka atapnya diberi kaca agar sinar


(85)

76

matahari dapat masuk ke dalam bangunan, Selain itu, pada area selatan diberi rooster agar angin dapat masuk kedalam bangunan sehingga dapat berfungsi untuk mengeringkan pakaian. Lantai 1-3 diperuntukkan sebagai kamar untuk hunian mahasiswa yang disetiap lantainya terdapat 2 ruang bersama.

5.3.2.Konsep Fasad

Pada desain Asrama mahasiswa, banyak menggunakan elemen warna juga tekstur. Fungsinya memang asrama Unikom direncanakan sebagai icon dari kampus UNIKOM. Tekstur yang digunakan pada bagian dinding asrama menggunakan tekstur bata ekspos dengan dicat. Warna yang digunakan pada satu bangunan asrama pun pada dasarnya adalah satu warna dasar. Kemudian diberi permainan warna dengan menambahnya bersama warna dasar sejenis yang berbeda seperti merah dengan merah muda.


(86)

Selain itu pada dinding fasad diberi bukaan yang berfungsi sebagai sliding puzzle window.

Terdiri dari panel-panel yang berukuran 40x40cm dan terdapat 16 puzzle di setiap dinding kamar mahasiswa. Bentuknya sama seperti permainan sliding puzzle namun bila dipermainan sliding puzzle bertujuan untuk menyatukan gambar-gambar yang ditempatkan pada panel yang berbeda, sedangkan pada konsep sliding puzzle window bertujuan untuk membuat pola-pola pada bukaan dinding yang berbeda-beda berdasarkan dari aktivitas manusia yang menggeser-geser panel tersebut.

Gambar 5.8 Isometri Sliding Puzzle Window Gambar 5.7 Tampak Sliding Puzzle Window


(87)

78

Selain itu, bila disatukan dengan dinding kamar asrama yang lain maka akan memberikan lebih banyak fasad yang tercipta pada bangunan asrama. Selain itu, dengan adanya sliding puzzle tersebut, secara tidak langsung mahasiswa juga diajak untuk berfikir kreatif dalam membentuk pola pada bukaan tersebut.

5.3.3.Sirkulasi

Sirkulasi yang digunakan pada desain Unikom Student Dormitory, khususnya dalam asrama merupakan salah satu faktor yang sangat penting dalam mewujudkan kenyamanan dan keamanan bagi penghuni.

 Sirkulasi Horizontal:

 Double Loaded Corridor:

 Koridor pada tipe ini bersifat tertutup dikarenakan kedua bagiannya terdiri oleh kamar.Lebar koridor sekitar 1,6 meter. Hal ini dikarenakan untuk


(88)

memaksimalkan jumlah ruang yang ada pada bangunan asrama

 Sirkulasi Vertikal:

 Tangga

 Tangga yang digunakan merupakan tangga tipe U dengan lebar mencapai

2 meter untuk mengakomodasi

kebutuhan sirkulasi secara vertical pada asrama.

 Tangga Darurat:

 Tangga darurat yang digunakan untuk penghuni serta servis apabila terjadi kecelakaan seperti kebakaran.

5.3.4. Struktur dan Konstruksi

Struktur yang digunakan pada desain Unikom Student Dormitory menggunakan Rigid Frame. Struktur atap menggunakan rangka atap baja IWF agar tidak terdapat kuda-kuda pada bagian dalamnya dikarenakan area tersebut akan dimanfaatkan sebagai ruang cuci dan jemur.

Konstruksi yang digunakan pada desain Unikom Student Dormitory menggunakan beton, baja dan kaca, terutama pada bagian fasad menggunakan material alumunium agar ringan.

Struktur pondasi menggunakan bor pile untuk menyesuaikan dengan lingkungan sekitar agar saat dibangun tidak mengganggu lingkungan sekitar yang rata-rata adalah perumahan da permukiman.


(1)

94 Gambar 6.16 Tampak Sliding Puzzle Window

Sumber: Dokumen Pribadi

Gambar 6.17 Isometri Sliding Puzzle Window Sumber: Dokumen Pribadi


(2)

95 Gambar 6.18 Detail Panel Puzzle Window


(3)

96 Gambar 6.19 Isometri Utilitas


(4)

97 Gambar 6.20 Foto Maket 1

Sumber: Dokumen Pribadi

Gambar 6.21 Foto Maket 2 Sumber: Dokumen Pribadi


(5)

98 Gambar 6.22 Foto Maket 3

Sumber: Dokumen Pribadi

Gambar 6.23 Foto Maket 4 Sumber: Dokumen Pribadi


(6)

99 J

Gambar 6.24 Foto Maket 5 Sumber: Dokumen Pribadi

Gambar 6.25 Foto Maket 6 Sumber: Dokumen Pribadi