Badam usaha tak berbadan hukum

Badan usaha yang bukan berbadan hukum adalah:
1. Tidak dapat melakukan perbuatan hukum dalam hubungan hukum karena
bukan merupakan subjek hukum
2. Subjek hukumnya adalah orang-orang yang menjadi pengurusnya, jadi bukan
badan hukum itu sendiri karena ia bukanlah hukum sehingga tidak dapat
menjadi subjek hukum.
3. Kewenangan untuk melakukan perbuatan hukum diletakan pada mitra atau
sekutu dari bentuk usaha tersebut, dengan pembatasan pengaturan yang
ditetapkan oleh undang-undang
4. Harta kekayaan perusahaan dan pribadi tidak terpisah dengan jelas, atau
pada prinsipnya usaha ini tidak memiliki kekayaan sendiri.
5. Tidak mempunyai hak dan kewajiban
6. Tidak dapat digugat dan menggugat pada bentuk usaha ini tetapi dapat
dilakukan pada pemilik atau pengurusnya karena merekalah secara tidak
langsung yang melakukan hubungan hukum.
Contoh:
Perusahaan Perseorangan (Dagang), Persekutuan Perdata, Firma dan Persekutuan
Komanditer (CV).

2.2 PERUSAHAAN DAGANG (PD)
Perusahaan dagang adalah perusahaan perseorangan yang dilakukan oleh seorang

pengusaha. Perusahaan dagang dapat dekelola oleh satu orang atau lebih, modal
milik sendiri. Perusahaan dagang belum diatur secara khusus dalam undangundang tersendiri, akan tetapi dalam praktek diterima sebagai pelaku usaha.
Hal ini tampak bahwa pemerintah pun berupaya untuk mengakui eksistensi jenis
usaha ini. Hal ini dapat dilihat dengan dikeluarkannya Keputusan Menteri
Perindustrian dan Perdagangan Nomor 23/MPP/KEP/1/1998 tentang Lembagalembaga Usaha Perdagangan. Dalam pasla 1 ayat (3) disebutkan :
“Lembaga perdagangan adalah suatu instansi/badan yang dapat berbantuk
perorangan atau badan usaha…”
Belum ada standar prosedur pendirian yang harus diikuti, hanya dalam praktek
pada umunya pendirian perusahaan dagang dibuat dengan akta notaris.

2.3 PERSEKUTUAN PERDATA (MAATSCHAAP)
2.3.1.

Pengertian Persekutuan Perdata

Keberadaan persekutuan perdata sebagai badan usaha diatur dalam pasala 1618 –
1652 Kitab Undang-undang Hukum Perdata. Dijelaskan dalam Kitab Undang-undang
Hukum Perdata disebutkan persekutuan perdata adalah

suatu perjanjian dua orang atau lebih

memasukan sesuatu
bertujuan membagi keuntungan atau kemanfaatan.
Yang mana dalam pasal 1619 ayat (2) Kitab Undang-undang Hukum Perdata
disebutkan “ Masing-masing sekutu diwajibakan memasukkan uang, barang dan
keahliannya ke dalam persekutuan”.
Dan pasal 1625 menyabutkan bahwa “ apa yang telah disanggupi wajib dipenuhi
oleh sekutu”. Diperkuat oleh pasal 1627 Kitab Undang-undang Hukum Perdata
dikemukakan “Keahlianyang dimasukan ke dalam persekutuan wajib ditaati”.
2.3.2.

Pendirian Persekutuan Perdata

Apabila dicermati, pengertian persekutuan seperti yang diatur dalam Pasal 1618
Kitab Undang-undang Hukum Perdata, tampak bahwa pendirian persekutuan
perdata dapat dilakukan secara lisan atau tertulis. Demikian juga halnya bila
dicermati dalam pasal 1624 Kitab Undang-undang Hukum Perdata dapat diketahui
bahwa persekutuan perdata berdiri sejak adanya kesepakatan di antara para pendiri
atau saat berdirinya ditentukan dalam anggaran dasar persekutuan. Namun
demikian, jika hendak mendirikan persekutuan perdata ada syarat yang harus
dipenuhi yaitu :

tidak dilarang oleh undang-undang
tidak bertentangan dengan tata susila atau ketertiban umum
tujuanya adalah kepentingan bersama, untuk mencari keuntungan.
2.3.3.

Persekutuan Perdata Bukan Badan Hukum

Pada Pasal 1644 Kitab Undang-undang Hukum Perdata yang menjelaskan bahwa
Persekutuan tidak terikat atas perbuatan sekutu, kecuali ada surat kuasa untuk itu.
Dan pada Pasal 1645 Kitab Undang-undang Hukum Perdata dijelaskan bahwa
persekutuan perdata bukan badan hukum, sebab tanggung jawab tidak terbatas.
Namun sesuai dengan sifat hukum perjanjian sebagai hukum pelengkap, para pihak
dapat menentukan lain dalam anggaran dasarnya. Sebagaimana ditegaskan dalam
HR 6 Februari 1935 dalam Anggaran Dasar dapat ditentukan, bahawa tiap-tiap
sekutu dapat memasukan pihak ketiga menjadi anggota persekutuan tanpa izin
sekutu lainnya. Hubungan ekstern persekutuan perdata diatur dalam Pasal 1642 –
Pasal 1645 Kitab Undang-undang Hukum Perdata.

2.4. FIRMA (FA)
2.4.1. Pengertian Firma

Merupakan persekutuan/perserikatan untuk menjalankan usaha antara dua orang
atau lebih dengan nama bersama, dengan tanggung jawab masing-masing anggota

firma tidak terbatas. Sedangkan, laba yang diperoleh dari usaha tersebut untuk
dibagi bersama-sama, begitupun sebaliknya bila terjadi kerugian, semua anggota
firma ikut menanggungnya (Indriyo, 2005).
Keberadaan Firma sebagai badan usaha diatur dalam Pasal 16 – Pasal 35 Kitab
Undang-Undang Hukum Dagang. Pengertian Firma secara dijabarkan dalam Pasal 16
– Pasal 18 Kitab Undang-Undang Hukum Dagang. Firma adalah tiap-tiap
persekutuan pedata yang didirikan untuk menjalankan perusahaan dengan nama
bersama dimana tiap-tiap Firma yang tidak dikecualikan satu dengan lain dapat
mengikatkan Firma dengan pihak ketiga dan mereka masing-masing bertanggung
jawab atas seluruh hutang firma secara renteng.
2.4.2.

Ciri-ciri Firma

menyelenggarakan perusahaan
mempunyai nama bersama
adanya tanggung jawab renteng

pada asanya tidap-tiap persero dapat mengikat firma dengan pihak ketiga.
2.4.3.

Pendirian Firma

Dijabarkan dalam pasal 22 Kitab Undang-Undang Hukum Dagang, yaitu :
Tiap-tiap perseroan Firma harus didirikan dengan akta autentik akan tetapi
ketiadaan akta yang demikian tidak dapat dikemukakan untuk merugikan pihak
ketiga.
Dicermati dari Pasal 22 Kitab Undang-Undang Hukum Dagang bahwa perseroan
Firma harus memiliki akta autentik, namun juga disebutkan ketiadaan akta dapat
ditarik kesimpulan Firma bersifat bebas, dalam arti dapat didirikan dengan akta
ataupun cukup secara lisan. Akan tetapi, dlam praktek dibuat dengan akta notaris.
Fungsi akta dalam hal ini adalah sebgai alat bukti jika ada perselisihan antara para
pihak, baik intern maupun ekstern Firma.
Latar belakang munculnya Pasal 22 Kitab Undang-Undang Hukum Dagang
tampaknya membentuk harapan agar :
Firma yang didirikan berdifat terang-terangan
Ada kepastian hukum dalam pendirian Firma
Firma sebagai persekutuan menjalankan perusahaan

Perlu ada bukti tulisan
2.4.4.

Pendaftaran Firma

Pada Pasal 23 Kitab Undang-Undang Hukum Dagang disebutkan persero Firma harus
mendaftarkan akta pendirian Firmanya. Yang perlu didaftarkan adalah ikhtisar
pendirian Firma. Dalam Pasal 23 Kitab Undang-Undang Hukum Dagang ditegaskan

selama pendaftaran dan pengumuman belum dilaksanakan, perseroan Firma
dianggap sebagai :
Peseroan umum
Didirikan untuk waktu yang tidak terbatas
Seolah-olah tidak ada seorang persero pun yang dikecualikan dari hak bertindak
perbuatan hukum dan hak menandatangani untuk Firma.
Hubungan ekstern Firma dijelaskan dalam Pasal 17 Kitab Undang-Undang Hukum
Dagang yang mengemukakan pada asanya berlaku pemberian kuasa timbal-balik
dalam arti setiap persero adalah pengurus.

2.5 PERSEKUTUAN KOMANDITER (COMMANDITAIRE VENNOOTSCHAP = CV)

2.5.1. Pengertian CV
Dalam Kitab Undang-Undang Hukum Dagang CV dijelaskan pada Pasal 19 – Pasal
21. CV berada diantara Firma dan Perseroan Terbatas, CV adalah persekutuan
dengan setoran uang, dibentuk oleh satu atau lebih anggota aktif yang
bertanggung jawab secara renteng di satu pihak dengan satu atau lebih orang lain,
sebagai pelepas uang.
2.5.2.

Pendiriran CV

Sama halnya dengan Firma tidak ada ketentuan yang tegas dalam Kitab UndangUndang Hukum Dagang. Akan tetapi dalam praktek dibuat secara autentik (akta
notaris). Dalam pengaturan HR 4 Januari 1937 tidak mengakui adanya suatu harta
kekayaan yang terpisah pada suatu perseroan komanditer dengan seorang persero
komplementer saja.
2.5.3

Jenis-jenis CV

CV diam-diam
Yang dimaksud dengan jenis ini CV belum menyatakan diri secara terbuka sebagai

CV. Bagi orang luar jenis ini masih dianggap sebgai usaha dagang biasa. Akn tetapi
secara intern di antara pera pemilik modal dalam usaha dagang tersebut telah ada
pembagian tugas dan wewenang yang berkaitan sengan tanggung jawab hukum.
CV terang-terangan
CV telah menyatakan diri secara terbuka kepada pihak ketiga. Hal ini terlihat
dengan dibuatnya akta pendirian CV oleh Notaris dan akta pendirian didaftarkan di
daftar perusahaan.
CV dengan saham
Munculnya CV jenis ini adalah karena dalam perkembangannya CV membutuhkan
modal. Untuk mengatasi masalah kekuragan modal dapat dibagi atas beberapa
saham dan mesing-masing komanditaris dapat memiliki satu atau beberapa saham.

BAB III
PENUTUP

Kesimpulan:
Badan usaha yang bukan berbadan hukum adalah:
Tidak dapat melakukan perbuatan hukum dalam hubungan hukum karena bukan
merupakan subjek hukum
·

Subjek hukumnya adalah orang-orang yang menjadi pengurusnya, jadi bukan
badan hukum itu sendiri karena ia bukanlah hukum sehingga tidak dapat menjadi
subjek hukum.
Kewenangan untuk melakukan perbuatan hukum diletakan pada mitra atau sekutu
dari bentuk usaha tersebut, dengan pembatasan pengaturan yang ditetapkan oleh
undang-undang
Harta kekayaan perusahaan dan pribadi tidak terpisah dengan jelas, atau pada
prinsipnya usaha ini tidak memiliki kekayaan sendiri.
Badan usaha yang tidak termasuk dalam kelompok badan hukum, yaitu :
Perusahaan Dagang,: Perusahaan dagang adalah perusahaan perseorangan yang
dilakukan oleh seorang pengusaha.
Persekutuan Perdata (Maatschap) : suatu perjanjian dengan nama dua orang atau
lebih mengikatkan diri untuk memasukan sesuatu ke dalam persekutuan dengan
maksud untuk membagi keuntungan atau kemanfaatan yang diperoleh karenanya.
Firma : tidap-tiap persekutuan perdata yang didirikan untuk menjalankan
perusahaan dengan nama bersama.

Persekutuan Komanditer (CV) : persekutuan dengan setoran uang, dibentuk oleh
satu atau lebih anggota aktif yang bertanggung jawab secara renteng di satu pihak
dengan satu atau lebih orang lain, sebagai pelepas uang.