Resistansi Induktansi BEBAN TERPASANG, SUMBER TEGANGAN DAN ARUS PETIR

a. Resistansi

Nilai resistansi dari masing-masing penghantar sudah ditentukan seperti yang terdapat pada Tabel 4.1 sebelumnya.

b. Induktansi

Nilai induktansi dihitung dengan mengunakaan persamaan induktansi yang telah diberikan pada Bab III. Induktansi sendiri penghantar kabel instalasi listrik dan kawat pembumian penangkal petir dihitung dengan Persamaan 3.5. Induktansi sendiri kabel instalasi didapat dengan memasukkan nilai jari-jari kabel instalasi r a = 0,89 . 10 -3 m ke Persamaan 3.5 sehingga diperoleh induktansi per satuan panjangnya sebagai berikut : = 1,34 10 -6 Hm Induktansi sendiri kawat pembumian penangkal petir didapat dengan memasukkan nilai jari-jari kawat pembumian r b = 3,98. 10 -2 m ke Persamaan 3.5 sehingga diperoleh induktansi per satuan panjangnya sebagai berikut : Universitas Sumatera Utara = 1,04 10 -6 Hm Induktansi bersama kawat pembumian penangkal petir dengan penghantar fasa instalasi listrik dihitung dengan Persamaan 3.8. Dengan jarak tengah kabel instalasi dengan kawat pembumian d = 0,3657 m ke Persamaan 3.6 sehingga didapat induktansi per satuan panjang: = 0,20 10 -6 Hm

c. Kapasistansi

Adapun kapasitansi yang akan dihitung di sini adalah kapasitansi kabel instalasi listrik terhadap bumi, kapasitansi penghantar kawat pembumian penangkal petir terhadap bumi serta kapasitansi kabel instalasi dengan kawat pembumian penangkal petir. Universitas Sumatera Utara 1. Kapasitansi Penghantar Fasa Instalasi Listrik Terhadap Bumi Penghantar netral pada instalasi listrik dianggap memiliki potensial yang sama dengan bumi sehingga yang mengantarai penghantar fasa dengan bumi adalah isolasi kabel instalasi itu sendiri. Jarak antara penghantar fasa adalah dua kali tebal isolasi kabel instalasi seperti yang terlihat pada Gambar 4.3. fasa netral 2d i isolasi inti Gambar 4.3 Kabel Instalasi Listrik Nilai kapasitansinya diperoleh dengan memasukkan nilai permitivitas relatif PVC = 4,5 permitivitas ruang hampa = 8.85 10 -12 Fm, jarak kabel fasa dengan netral 2d i = 1.4 mm dan jari-jari kabel fasa instalsi listrik r a = 0.89 mm ke Persamaan 3.9 sehingga kapasitansi persatuan panjang adalah: = 0,01. 10 -10 Fm Universitas Sumatera Utara 2. Kapasitansi Kawat Pembumian Penangkal Petir dengan Bumi Potensial tulang kolom sama dengan potensial bumi dengan demikian dielektrik yang mengantarai bumi dengan kawat pembumian penangkal petir adalah beton dan udara. Kapasitansi kawat pembumian dapat dihitung dengan menggunakan dengan memasukkan permitivitas relatif beton = 4,5, permitivitas relatif udara = 1, tebal beton d 2 = 5 cm, tebal udara yang mengantarai kawat pembumian dengan kolom d u = 1 cm dan jari-jari kawat pembumian r b = 0,398 cm ke dalam persamaan berikut sehingga kapasitansi persatuan panjangnya adalah : = 0,15 10 -9 Fm 3. Kapasitansi Kawat Pembumian Penangkal Petir dengan Penghantar Fasa Instalasi Listrik Ada 3 dielektrik yang mengantarai kawat pembumian penangkal petir dengan kabel instalasi yaitu: udara, beton dan isolasi kabel instalasi. Udara terdapat di antara Universitas Sumatera Utara kawat pembumian dengan kolom. Tebal udara yang mengantarai kawat pembumian dengan kolom adalah d u = 1 cm. Beton terdapat pada kolom bangunan memiliki tebal d 1 +d 2 = 10 cm dan isolasi PVC terdapat pada kabel instalasi listrik dengan tebal d i 0,07 cm. Karena PVC memiliki permitivitas yang sama dengan beton maka tebal beton dan PVC digabung menjadi d 1 +d 2 +d i 10,07 cm dengan permitivitas relatif 4,5. Nilai kapasitansi dapat dihitung dengan menggunakan Persamaan 3.13: = 0,27. 10 -9 Fm

IV. 4. RANGKAIAN EKIVALEN OBJEK KASUS

Untuk memudahkan penjelasan mengenai rangkaian ekivalen ini semua parameter dinyatakan dalam satuan per satuan panjang dan model rangkaian yang digunakan adalah model rangkaian T. a. Rangkaian Ekivalen Kabel Instalasi Listrik Adapun gambar rangkaian ekivalen dari kabel instalasi listirk dapat dilihat pada Gambar 4.3. Universitas Sumatera Utara AC 12L a +L ab 12R a 12L a +L ab 12R a C ao R beban Keterangan R a = resistansi kabel instalasi, L a = induktansi sendiri kabel instalasi, L ab = induktansi bersama, C a0 = kapasitansi kabel instalasi terhadap bumi, AC = sumber tegangan, R beban = beban yang terpasang . Gambar 4.4 Rangkaian Ekivalen Penghantar Kabel Instalasi Listrik b. Rangkaian Ekivalen Kawat Pembumian Penangkal Petir Adapun rangkaian ekivalen dari kawat pembumian dapat dilihat pada Gambar 4.5. 12R b 12L b +L ab 12R b R bumi C bo 12L b +L ab Arus impuls Keterangan :L b = induktansi kawat pembumian penangkal petir, R b = tahanan kawat pembumian penangkal petir, L ab = induktansi bersama kawat pembumian dan kabel instalasi, C b0 = kapasitansi kawat pembumian dengan bumi, R bumi = tahanan pembumian, g = grounding Gambar 4.5 Rangkaian Ekivalen Kawat Pembumian Penangkal Petir Rangkaian ekivalen dari sistem yang dibentuk kawat pembumian dan kabel instalasi ditunjukkan pada Gambar 4.6. f f f 6 6 6 AC 12La+Lab Ra 12La+Lab Ra C ab R beban Rb 12Lb+Lab 12La+Lab Rb C bo R bumi C ao Keterangan C ab = kapasitansi kawat pembumian dengan kabel instalasi Gambar 4.6 Rangkaian Ekivalen Gabungan Kawat Pembumian dan Kabel Instalasi Listrik Universitas Sumatera Utara Kemudiaan Gambar 4.6 disederhanakan menjadi seperti Gambar 4.7. AC 12La+Lab 12Ra 12La+Lab 12Ra R beban 12Rb 12Lb+Lab 12Rb R bumi C ao C bo 12Lb+Lab C ab Gambar 4.7 Penyederhanaan Rangkaian Ekivalen Gambar 4.6

IV.5 BEBAN TERPASANG, SUMBER TEGANGAN DAN ARUS PETIR

1. Beban Terpasang Beban yang terpasang pada instalasi listrik di suatu bangunan pada umumnya adalah lampu, seterika dan pendingin. Spesifikasi dari beban dapat dilihat pada Tabel 4.2. Table 4.2 Beban yang Terpasang Beban Merek V volt I ampere P watt Lampu Hannocs 220 1,165 18 AC LG 220 3,16 700 Setrika Maspion 220 350 Untuk membuat rangkaian ekivalen dari suatu beban dihitung terlebih dahulu impedansi beban tersebut dengan cara sebagai berikut: Pwatt = V x I cos Ф = V 2 Z cos Ф Universitas Sumatera Utara Z = dan cos Ф = R = Z cos Ф X = Z sin Ф L= Xjω = X j2πf = X j314 Berdasarkan rumus di atas dihitung parameter ketiga jenis beban pada Tabel 4.2. a. Beban Lampu Dengan tegangan sumber adalah 220 V dan frekwensi 50 Hz. cos Ф = = 0,5 Sin Ф = 0,83 Z = = 2688 ∠ Ф ohm R 1 = Z cos Ф = 2688 x 0,5 = 1344 ohm. X l = Z sin Ф = 2688 x 0.83 Universitas Sumatera Utara = j2328 ohm L e = X l j 314 = j2328j314 = 7,41 henry b. Air conditioner P = 700 W ,220 V, I = 3,16 A cos Ф = = 0,97 Sin Ф = 0,23 Z = = 69,62 ∠ Ф ohm R AC = Z cos Ф = 69,62 cos Ф = 67,68 ohm. X AC = Z sin Ф = 69,62 sin Ф = j16,29 ohm L ac = X ac 314 = 16,29314 = 0,05 Henry Universitas Sumatera Utara c. Setrika P = 350 W ,V = 220 Volt Z = = 138,28 ohm Rs = 138,28 ohm. Rangkaian ekivalen ketiga beban di atas adalah seperti yang ditunjukan pada Gambar 4.8: R 1 jX 1 R 2 jX 2 R 3 aLampu bair conditioner csetrika Gambar 4.8 Rangkaian Ekivalen Beban 2. Sumber Tegangan dan Arus Petir Jika V adalah tegangan efektif, maka tegangan sesaat instalasi listrik adalah v = V sin 2 πft, sehingga untuk V = 220 Volt, f = 50Hz tegangan sesaatnya adalah v = 220 x sin 2.50 πt = 311,27 sin 100 π t. Tegangan sesaat dari 0 sampai 0,001 detik dapat dilihat pada Gambar 4.9. Universitas Sumatera Utara Gambar 4.9 Tegangan Sesaat 0 t 0,001 s Sedangkan persamaan arus petir telah diberikan pada Persamaan 2.4 yaitu: I = I k e - αt - e – βt .................................................................................2.4 Dimana untuk arus petir 100 kA, I k =102,546.10 3 , α = 1300, dan β = 22.750 dan bentuk gelombangnya dapat dilihat pada Gambar 4.10. Gambar 4.10 Gelombang Arus Petir Universitas Sumatera Utara

VI.6 TEGANGAN INDUKSI