Mediakom Edisi 21 Desember 2009 - [MAJALAH]



Mediakom No.XXI/DESEMBER/2009

Etalase
SuSunan REDaKSI

Mediakom Program Kerja
Seratus Hari
Penanggung Jawab:
dr. Lily S. Sulistiyowati, MM

Pemimpin Umum:
Dyah Yuniar Setiawati, SKM, MPS
Pimpinan Redaksi:
Drs. Sumardi
Redaksi:
Prawito, SKM, MM (koordinator)
Dra. Hikmandari A., M. Ed.
drg. Anitasari SM
Busroni, S.IP

Dra. Isti Ratnariningsih, MARS
Mety Setiowati, SKM
Aji Muhawarman, ST
Reporter:
Resty Kiantini, SKM, M. Kes.
Sri Wahyuni, S. Sos
Giri Inayah, S. Sos
R. Yanti Ruchiati
Fotografi:
Wayang Mas Jendra, S.Sn
Rifani Sastradipraja, S.Sos
Produksi:
Tim Inke Maris & Associates
Alamat Redaksi:
Pusat Komunikasi Publik
Gedung Departemen Kesehatan RI
Blok A, Ruang 107
Jl. HR Rasuna Said Blok X5 Kav. 4-9
Jakarta 12950
Telepon:

021-5201590; 021-52907416-9
Fax:
021- 5223002; 021-52960661
Email:
info@puskom.depkes.go.id
kontak@ puskom.depkes.go.id

Redaksi menerima naskah dari
pembaca: dapat dikirim ke alamat
email redaksi

W

aktu terus berjalan. Tanpa
terasa, kini sudah hampir
seratus hari Kabinet Indonesia
dr. Lily S. Sulistiyowati, MM
Bersatu jilid 2 bekerja. Di
awal pelantikannya bulan
Oktober 2009, Presiden Republik Indonesia, Susilo Bambang Yudhoyono

menjanjikan setiap anggota kabinet akan membuat program kerja nyata
jangka pendek, menengah, dan jangka panjang. Dan untuk program kerja
nyata jangka pendek itu diwujudkan sebagai program seratus hari Kabinet
Indonesia Bersatu. Hal ini sekaligus menunjukkan keseriusan Pemerintah
dalam melaksanakan program kerjanya; dibantu oleh para menteri-menteri.
Menkes dr. Endang Rahayu Sedyaningsih mengatakan bahwa program
kerja yang disusun Pemerintah tidak ada artinya jika tidak didukung oleh
kerja keras dan kerjasama yang baik. Menkes menyatakan bahwa setiap hasil
yang baik selalu berasal dari kerja yang baik pula.
Komitmen-komitmen Departemen Kesehatan sebagai program kerja
seratus hari Departemen Kesehatan inilah kami angkat sebagai liputan
utama Mediakom kali ini. Kami paparkan elemen-elemen yang menjadi
prioritas kerja dan bagaimana menjangkaunya. Ini memang bukan pekerjaan
mudah, melainkan membutuhkan ketekunan, kerjasama dan semangat
juang. Kami yakin, dengan spirit dan semangat yang dihembuskan Menkes
baru, InsyaAllah seluruh persoalan akan menemukan jalan keluarnya.
Selain itu, di bulan November -Desember 2009 banyak peristiwa penting
yang diperingati bersama. Diantaranya, peringatan Hari Kesehatan Nasional
(HKN) ke-45 bertemakan: “Lingkungan Sehat, Rakyat Sehat”. Lingkungan
dan perilaku merupakan dua faktor yang pengaruhnya sangat besar dalam

meningkatkan derajat kesehatan masyarakat. Sebagian besar penyakit
menular dan tidak menular seperti diare, ISPA, Pneumonia, Malaria dan
Frambusia dapat dicegah melalui upaya penyehatan lingkungan dan
peningkatan perilaku higienis masyarakat. Selain itu, ada Hari Rabies
Dunia yang jatuh akhir September 2009. Dan tidak kalah penting adalah
peringatan Hari HIV/AIDS yang jatuh pada bulan Desember 2009.
Mediakom akan terus berusaha menyajikan informasi penting di
bidang kesehatan yang bermanfaat bagi pembaca. Oleh karena itu,
setiap dukungan dan apresiasi sungguh kami hargai. Betapapun kami
membutuhkan masukan-masukan demi meningkatkan kualitas majalah kita
bersama ini.
Akhirnya, selamat Natal dan tahun Baru 2010. Semoga di tahun 2010
semua insan kesehatan di seluruh tanah air semakin lancar menjalankan
tugas dan pengabdiannya; dan kita semua mendapat berkah dari Tuhan Yang
Maha Esa. Amin.n
Selamat membaca!
Redaksi

No.XXI/DESEMBER/2009 Mediakom




Daftar Isi
15

16

17

24

36

10
19

Cover
Wapres Budiono didampingi Menskes Endang R. Sedyaningsih
dan Menko Kesra H. R. Agung Laksono
Foto

Wayang Mas Jendra, S.Sn

3

Etalase

4

Daftar Isi

6

Surat Pembaca

7

Info Sehat
Sehat Dengan Lidah Buaya
Jeruk nipis Vs Ginjal
Segeralah Ke Dokter Jika Sakit Kepala anda ...

Cara Membaca Label Obat
Manfaat Serat

10 Ragam
Lab BSL 3 unaIR Luncurkan Bibit Vaksin


Mediakom No.XXI/DESEMBER/2009

H1n1 dan H5n1
Dasipena, Sulawesi utara Dikukuhkan Menkes
Sosialisasi Standar Perlindungan Pasien
Kunjungan Menkes ke nTT
Menkes Bertemu dengan Pemimpin Media
Pelayanan Kesehatan Haji Lebih Baik
Penghargaan Kepada Pahlawan
Pembangunan Kesehatan

19 Media utama
Program Seratus Hari

Departemen Kesehatan
Empat Program, Satu Tujuan
Prof Dr ascobat Gani MPH DrPH
“Harus ada Perubahan”

27 Kolom

Daftar Isi

40

38
42

46
48

29 Peristiwa
awas, HIV/aIDS Memasuki Pandemi di
Tingkat Global

Kebersihan Tangan Mempengaruhi
Keselamatan Pasien
Provinsi nusa Tenggara Timur Program air
Minum dan Sanitasi Berbasis Masyarakat
Hari Osteoporosi nasional: Berdiri Tegak,
Bicara Lantang, Kalahkan Osteoporosis
Kartu Menuju Sehat Model Baru Diluncurkan

42 Potret

55

Lingkungan Sehat Rakyat Sehat
Filariasis, ancaman yang Harus Diberantas

55 Daerah
RSuP Prof. Dr. R. Kandou Menado:
Harapan Bagi Rakyat Indonesia Timur

58 Lentera

adil itu Indah
“Hutan Rimba” dan “Taman Bunga”

Menteri Kesehatan,
Dr. dr. Endang Rahayu Sedyaningsih,
MPH.PH: “Perlu Kerja Keras dan Kerjasama
Mengatasi Masalah Kesehatan”

46 nasional
Peringatan HKn ke-45 :
No.XXI/DESEMBER/2009 Mediakom



Surat Pembaca

Jamkesmas
Dihentikan?
Tanya:
Ketika saya membaca sebuah

media cetak, ada opini bahwa
program Jamkesmas mau
dihentikan. Padahal menurut saya
program Jamkesmas ini sangat
penting bagi warga miskin dan
kurang mampu. Sebab tanpa
jaminan kesehatan dari pemerintah,
warga miskin dan kurang mampu


Mediakom No.XXI/DESEMBER/2009

tidak dapat mengakses pelayanan
kesehatan. Mana yang benar dari
info ini? Rudi, di Jakarta.
Jawab:
Program Jaminan Kesehatan
Masyarakat untuk masyarakat miskin
(Jamkesmas) tetap dilanjutkan.
Bahkan dalam program 100 hari
Depkes cakupannya diperluas meliputi
masyarakat miskin penghuni panti
sosial, masyarakat miskin penghuni
Lapas/ Rutan dan masyarakat miskin
akibat korban bencana ( pasca
tanggap darurat).

Pelayanan kesehatan bagi
masyarakat miskin tersebut
berlaku sejak ditanda tanganinya
kesepakatan bersama antara Menkes
dengan Mensos, Menkum dan HAM
dan Mendagri pada tanggal 17
Desember 2009 di Jakarta.
Sementara kartu Jamkesmas
dalam proses penyelesaian, warga
miskin di Panti Sasial, Lapas / Rutan
yang memerlukan pelayanan
kesehatan sudah dapat dilayani
dengan cukup membawa surat
pengantar dari kepala panti sosial,
Lapas/ Rutan. Redaksi.

Info Sehat
Sehat dengan Lidah Buaya

S

aat ini sudah banyak minuman yang dibuat
dengan memanfaatkan aloe vera atau lidah
buaya karena rasanya yang segar apalagi bila
ditambah air gula atau madu dan es batu.
Selain berkhasiat untuk menurunkan
kolesterol , daging tanamanan lidah buaya mampu
mengatasi panas dalam yang dapat mengakibatkan
radang tenggorokan. Selain itu tanaman ini juga baik
untuk kecantikan rambut.
Sebaiknya, segera olah daging lidah buaya setelah
dikupas, karena bila dibiarkan di udara terbuka
akan menyebabkan teroksidasi sehingga berkurang
khasiatnya dan daging akan menjadi berwarna coklat.
Tanaman lidah buaya mudah tumbuh dan tidak
perlu perawatan yang repot. Bahkan, tanaman ini dapat

Jeruk nipis
vs ginjal

B

ila rutin mengkonsumsi
minuman jeruk nipis,
berbahagialah Anda. Riset
Prof. dr. Mochamad Sja’bani
dari RS dr. Sardjito, Yogyakarta
membuktikan, jeruk nipis mencegah dan
mengatasi batu ginjal. Citrus aurantifolia
kaya sitrat, mencapai 55,6 gram
sementara jeruk keprok hanya 5,4 gram.
Penderita batu ginjal memiliki kadar
sitrat rendah, terutama pada malam
dan dinihari. Waktu terbaik konsumsi
adalah usai makan malam. Peras 2 buah
jeruk nipis dan larutkan dalam 2 gelas.
Imbangi dengan mengurangi konsumsi
garam atau pangan asin.n
(gi-dari berbagai sumber)

menutup pori-pori daunnya dengan rapat sehinga
dapat hidup lama tanpa disiram. Bagi anda yang ingin
mencoba khasiatnya secara tradisional, cobalah untuk
menjadikan tanaman ini sebagai
salah satu koleksi apotek hidup
di rumah. n(gi-dari berbagai
sumber)

Segeralah
Ke Dokter Jika
Sakit Kepala
anda ...
Segeralah ke dokter jika :
1. Sakit kepala muncul secara tiba-tiba dan sakitnya menjadi-jadi.
2. Sakit kepala yang Anda derita membuat Anda mengalami kesulitan
berbicara, gangguan penglihatan, kehilangan keseimbangan, linglung,
hilang ingatan, atau kesulitan menggerakkan tangan dan kaki.
3. Sakit yang Anda derita semakin bertambah dalam 24 jam.
4. Sakit kepala disertai dengan demam, leher kaku, mual, dan muntah.
5. Sakit kepala akibat luka pada kepala.
6. Jika Anda menggolongkannya sebagai sakit kepala yang paling
parah yang pernah Anda derita, terutama jika Anda sering
mengalami sakit kepala.
7. Sakit kepala hingga mengganggu tidur.
8. Sakit kepala yang bertahan selama beberapa hari.
9. Sakit amat sangat pada bagian kepala, terutama di sebelah mata.
Ditandai dengan mata merah.
10. Jika Anda telah berusia lebih dari 50 tahun dan baru-baru
ini mengalami sakit kepala, terutama jika disertai gangguan
pengelihatan, dan sakit ketika sedang mengunyah makanan.
11. Kepala lebih sakit pada pagi hari.
12. Jika Anda sering mengalami sakit kepala tanpa penyebab yang jelas.
13. Jika Anda memiliki sejarah sakit kepala, namun pola dan intensitas
sakit kepala Anda berubah.n (gi-dari berbagai sumber)

No.XXI/DESEMBER/2009 Mediakom



Info Sehat

Cara Membaca
Label Obat

S

aat sakit, biasanya kita
meminum obat. Tahukah
Anda kalau kita salah cara
meminumnya tentu akan
berpengaruh terhadap
efektivitas obat itu sendiri. Berikut
tips cara membaca label obat.
Obat dapat menyebabkan rasa
ngantuk. Jangan mengendarai
kendaraan bermotor atau
menjalankan mesin setelah
minum obat ini.
Biasanya peringatan ini
digunakan untuk obat-obat yang
menyebabkan rasa ngantuk dan
memperlambat daya refleks
seseorang. Seperti obat-obat untuk
batuk dan pilek (antihistamin).
Hindarkan pemakaian alkohol dan
obat tidur bersama-sama obatobatan yang dapat menyebabkan
rasa ngantuk karena dapat
memperburuk efek samping/rasa
ngantuk.
Jangan dipecah, ditumbuk atau
dikunyah. Obat ini harus ditelan
utuh.
Label peringatan ini biasanya
digunakan untuk tablet atau
kapsul yang dibuat khusus agar
zat khasiat obat dikeluarkan secara
perlahan-lahan di dalam perut atau
usus. Obat-obatan ini biasanya


Mediakom No.XXI/DESEMBER/2009

diminum satu atau dua kali sehari.
Penumbukan akan merusak daya
pengeluaran zat khasiat obat secara
perlahan-lahan dan khasiat jangka
panjang dari obat tersebut.
Simpan di tempat yang dingin.
Jangan terkena sinar matahari.
Simpan di kulkas – jangan di
tempat beku (freezer).
Sinar dan panas yang berlebihan
akan merusak hampir semua obatobatan. Oleh karena itu lebih baik
obat disimpan di tempat sejuk,
jauhkan dari makanan mentah.
Pembekuan merusak obat-obatan.
Jangan makan obat ini bersama
dengan susu, antasida atau obatobatan yang mengandung zat
besi.
Kalsium (dalam susu) dan obatobatan yang mengandung zat besi
dapat mempengaruhi daya serap
dari beberapa obat-obatan seperti
tetrasiklin (antibiotic) dan digoksin
(obat jantung). Tetapi susu atau
tablet yang mengandung zat besi
dapat dimakan 2 jam sebelum atau
sesudah makan obat ini.
Dimakan pada waktu perut
kosong, 1 jam sebelum atau 2
jam sesudah makan. Makan obat
ini sampai habis.

Label peringatan obat ini
digunakan pada obat antibiotik,
karena obat antibiotik dapat
diserap dengan baik dalam
keadaan perut kosong. Obatobatan antibiotik harus dimakan
secara teratur dan dalam dosis yang
cukup.
Minum dan telan pelan-pelan.
Jangan ditelan langsung dengan
air. Peringatan: obat ini dapat
menyebabkan rasa ngantuk.
Peringatan ini digunakan untuk
obat batuk cair yang memberikan
efek pada tenggorokan dan diserap
oleh aliran darah untuk meredakan
batuk. Ngantuk adalah efek
samping yang biasa terjadi.
Buang obat setelah botol dibuka
dan telah lewat dari tanggal yang
ditentukan.
Obat-obatan yang sering terpapar
udara dan cahaya akan cepat rusak.
Diatas jangka waktu tertentu,
khasiatnya akan hilang. Ini biasanya
terjadi pada obat antibiotik, obat
tetes mata dan obat tetes telinga.
Oleh karena itu harus disimpan di
tempat sejuk dan dibuang pada
jangka waktu yang ditentukan
setelah botol dibuka.n
(gi-dari berbagai sumber)

Info Sehat
ManFaaT SERaT*

Y

ang dimaksud dengan
serat adalah serat bahan
makanan yang berasal
dari tumbuh-tumbuhan,
atau sisa makanan
yang tertinggal setelah makanan
dicerna, karena tubuh manusia
tidak mempunyai enzim yang dapat
mencerna makanan.
Sebenarnya semua tumbuhtumbuhan mengandung
berbagai jenis serat, tetapi
kadarnya berbeda-beda. Ada
yang larut dan ada pula yang
tidak larut dalam air. Sayur
dan buah yang kita makan
sehari-hari, disamping sebagai
sumber vitamin dan mineral
juga sebagai sumber serat.
Bahan makanan yang termasuk
rendah serat yaitu tepung, gula,
minyak dan bahan makanan
yang berasal dari hewan seperti
daging, susu, ikan dan ayam.
Serat sangat baik untuk diet
karena serat cenderung mencegah
konsumsi kalori yang berlebihan
dan memberikan rasa kenyang
yang lebih lama. Beberapa manfaat
serat bagi kesehatan diantaranya
adalah mengurangi risiko penyakit
jantung koroner, kanker usus
besar dan haemorrhoid atau wasir.
Hasil pengamatan epidemiologis
menunjukkan bahwa kekurangan
konsusmsi serat dalam jangka waktu
lama mempunyai kaitan dengan
beberapa penyakit seperti kanker
kolon, penyempitan pembuluh
darah, radang usus, dan lain-lain.
Serat terutama jenis serat yang
larut dalam air, dapat mengikat
asam empedu dan kolesterol serta
membawa keluar tubuh bersama
feces, sehingga kadar kolesterol
darah menurun. Hasil ujicoba pada

hewan dan manusia menunjukkan
konsumsi makanan berserat rendah
mengakibatkan kadar kolesterol
tinggi dalam darah konsumennya.
Sebaliknya, bila makanan yang
dikonsumsi mengandung banyak
serat, maka serum kolesterol turun
secara bermakna.
Secara kronologis, makanan yang

tinggi serat sebagian besar tidak
dapat dihancurkan oleh enzimenzim dan bakteri-bakteri di dalam
usus besar atau kolon.
Di dalam kolon serat tersebut
akan menyerap air, sehingga
volume tinja menjadi lebih besar
yang selanjutnya akan merangsang
syaraf pada rectum, sehingga
timbul keinginan untuk defekasi
atau buang air besar. Dengan
demikian tinja yang mengandung
serat akan lebih cepat dikeluarkan.
Dengan kata lain “transit time” atau
waktu antara masuknya makanan
dan dikeluarkannya sebagai tinja
adalah pendek. Selain menyerap
air, serat makanan juga menyerap
asam empedu, sehingga hanya
tinggal sedikit saja asam empedu
yang tinggal di dalam dinding
usus besar. Keadaan ini sangat
menguntungkan bagi tubuh karena

asam empedu yang bersifat racun
atau ko-karsinogen menjadi rendah.
Dengan jumlah ko-karsinogen
yang sedikit dan waktu untuk
merangsang dinding usus menjadi
singkat, sehingga dapat mencegah
timbulnya kanker pada kolon.
Beberapa serat terutama jenis
serat yang tidak larut dalam air,
dapat menarik air dalam
saluran pencernaan, sehingga
menyebabkan faeces menjadi
lunak dan mudah keluar.
Faeces yang lunak dapat
mengurangi tekanan pada
usus besar bagian bawah.
Keadaan ini akan mengurangi
kemungkinan pembuluh darah
di sekitar anus membesar
atau pecah. Selain itu serat
juga merangsang usus untuk
berkontraksi secara normal
dan mengurangi penonjolan
usus.
Dalam daftar komposisi bahan
makanan yang dikeluarkan
Departemen Kesehatan RI tentang
kecukupan gizi rata-rata yang
dianjurkan, belum ada ketentuan
atau besaran serat yang harus
dimakan dalam sehari. Namun
demikian dianjurkan untuk
mengkonsumsi serat antara 20 – 25
gram per hari.
Penambahan konsumsi serat
hendaknya dilakukan secara
bertahap. Penambahan yang
mendadak dapat menyebabkan
flatus, kram dan diare yang
berlangsung selama beberapa
hari saja sampai terjadi adaptasi.
Mengkonsumsi banyak serat harus
disertai dengan cukup minum. n
Supriyono, S.KM.,M.Kes
Kepala Seksi Gizi Dinas
Kesehatan Kabupaten Lamongan
No.XXI/DESEMBER/2009 Mediakom



Ragam

Lab BSL 3 unaIR
Luncurkan Bibit Vaksin
H1n1 dan H5n1

I

ndonesia siap memproduksi
vaksin H1N1 dan H5N1
sendiri. Medio November
2009, Laboratorium Bio
Safety Level 3 (BSL-3) Avian
Influenza Research Center (AIRC)
Universitas Airlangga Surabaya resmi
meluncurkan bibit vaksin kedua
penyakit flu tersebut.
Peluncuran dilakukan langsung
oleh Wakil Presiden Boediono di
Rektorat Unair Kampus C. Menurut
Wapres Boediono, kemampuan
Indonesia membuat bibit vaksin
H1N1 dan H5N1 membuktikan
negara ini bisa menjawab
tantangan era globalisasi. Apalagi,
kedua bibit vaksin tersebut akan
diproduksi secara massal oleh PT
Biofarma, sebuah badan usaha
milik pemerintah bidang farmasi.
Pembuatan bibit vaksin H1N1 dan
H5N1 diharapkan menjadi langkah
awal menuju kemandirian negara ini.
Wapres menegaskan, bangsa

10

Mediakom No.XXI/DESEMBER/2009

Indonesia tidak boleh terusmenerus bergantung pada bangsa
lain. Namun dalam kesempatan
itu Wapres mengingatkan agar
laboratorium yang ada dijaga
sesuai aturan yang ada. “Ini harus
ada protokol yang baik, yang teruji.
Jangan sampai kita gagal mengelola
teknologi ini. Jangan sampai ada
virus yang terlepas, ini akan sangat
berbahaya,” kata Wapres.
Menurut Wapres, sebagai negara
tropis, Indonesia sangat rentan
bagi berkembangnya virus baru. Ini
berarti Indonesia berada di garis
depan peperangan pada penyakit
menular. Namun demikian di sisi
lain, Indonesia memiliki kesempatan
pertama di bidang teknologi
untuk meneliti virus itu maupun
membuat vaksinnya. Menurut
Wapres, laboratorium seperti BSL 3
ini kapasitasnya perlu ditingkatkan
dan dikembangkan. “Saya bangga
Universitas Airlangga bisa

mendobrak, ini salah satu langkah
kemandirian,” kata Wapres.
Wapres optimis, dengan
peluncuran seed vaksin tersebut,
Indonesia bisa ikut berperan aktif
dalam penanggulangan virus yang
telah memakan korban sekitar 50
juta jiwa di seluruh dunia. Dalam
acara tersebut Wapres Boediono
didampingi Menkes Endang Rahayu
Sedyaningsih, Mendiknas M. Nuh,
Gubernur Jatim Soekarwo, Wagub
Syaifullah Yusuf dan Rektor Unair
Prof. Fasich. Dalam kesempatan itu,
Wapres menyerahkan seed vaccine
kepada Menkes untuk diproduksi
secara massal, kemudian Menkes
menyerahkan seed vaccine tersebut
kepada Dirut PT Bio Farma Iskandar.
Rencananya, tahun depan PT
Biofarma mulai memproduksinya
secara massal. Vaksin tersebut
nantinya akan didistribusikan ke
seluruh wilayah di Indonesia.
Menurut Menkes Endang
Rahayu Setyaningsih vaksin akan
didistribusikan secara gratis,
terutama kepada orang-orang
yang rawan tertular virus tersebut.
Untuk keperluan pembuatan
vaksin secara massal, negara siap
mengucurkan dana Rp 1,3 triliun.
Pada tahap awal, PT Biofarma akan
memproduksi 20 juta dosis virus
atau sekitar sepersepuluh dari
jumlah total penduduk Indonesia.
Hanya saja, untuk produksi awal,
vaksin H1N1 lebih didahulukan. “Baru
pada November 2010, kita akan
melakukan produksi massal untuk
vaksin H1N1,” kata Menkes Endang.
Sementara untuk vaksin H5N1,
Menkes mengaku produksinya masih
menunggu kebijakan pemerintah. Tapi
PT Biofarma siap mengubah proses
produksi jika tiba-tiba vaksin H5N1
dibutuhkan dalam jumlah besar.
Rektor Unair Prof. Fasich
menyatakan BSL-3 sebagai pusat
riset H1N1 dan H5N1 di Unair
merupakan yang terbesar di kawasan
Asia Tenggara. Laboratorium seluas
224 meter persegi ini memiliki ruang
uji coba untuk 30 monyet.ngi

Ragam

Dasipena, Sulawesi utara
Dikukuhkan Menkes

I

ndonesia merupakan negara yang rawan
bencana. Di Sulawesi Utara, menurut data Pusat
Penanggulangan Krisis (PPK) Depkes pada tahun
2009, terjadi beberapa bencana seperti banjir di
Kota Manado dan Kabupaten Bolaang Mongondow.
Banjir dan tanah longsor di Kabupaten Sangihe, serta
gempa bumi tektonik di Kabupaten Talaud.
Dengan melihat ancaman yang ada maka keberadaan
pemuda siaga peduli bencana (DASIPENA) sangat
tepat dan strategis. Ribuan orang anggota DASIPENA
yang tersebar diseluruh wilayah Indonesia nantinya
akan ditingkatkan kepasitasnya dengan pelatihan
pertolongan pertama pada korban cedera serta dasardasar penanggulangan bencana.
Tanggal 17 November lalu, Menteri Kesehatan dr.
Endang Rahayu Sedyaningsih, MPH, Dr. PH mengukuhkan
1.500 Pemuda Siaga Peduli Bencana (DASIPENA) Pusat
Penanggulangan Krisis (PPK) Regional Sulawesi Utara
di Gedung Convention Center, Manado. Pengukuhan ini
bersamaan dengan perayaan Hari Kesehatan Nasional ke45. Acara pengukuhan dihadiri Gubernur Provinsi Sulawesi
Utara Drs. S.H. Sarundajang, anggota Komisi IX Vanda
Sarundajang, pejabat eselon II Depkes, Bupati/Walikota di
Sulawesi Utara, para Rektor Universitas, serta para Pemuka
Agama dan Tokoh Masyarakat Sulawesi Utara.
Pengukuhan DASIPENA Sulawesi Utara merupakan
pengukuhan yang kedelapan setelah PPK Regional

Sulawesi Selatan, Jawa Tengah, Bali, Jawa Timur, Jawa Barat,
Kalimantan Selatan serta DKI Jakarta. PPK Regional Sulawesi
Utara memiliki daerah layanan yang mencakup provinsi
Gorontalo, Maluku Utara, dan provinsi Sulawesi Utara.
Menurut Menkes, dalam penanggulangan bencana,
Pemerintah sudah menjadikan upaya kesiap-siagaan
bencana prioritas nasional seperti yang terwujud dalam
Rencana Aksi Nasional untuk Pengurangan Risiko
Bencana (Disaster Risk Reduction). Di tingkat internasional,
metode penanggulangan krisis kesehatan akibat
bencana di Indonesia telah disepakati sebagai metode
acuan dunia internasional oleh WHO,
Upaya yang dilakukan antara lain meningkatkan
kemampuan SDM melalui pelatihan bertaraf nasional
dan internasional, baik bersifat manajemen maupun
teknis medis. Pelatihan nasional mencakup pelatihan
manajemen bencana, rencana kontinjensi, emergency
nursing, ATLS (Advanced Trauma Life Support), ACLS
(Advanced Cardiac Life Support), manajemen obat dan
persediaan farmasi, radio komunikasi, RS lapangan,
evakuasi korban bencana di perairan dan operasionalisasi
perahu karet, serta pelatihan RHA (rapid health
assessment). Sementara pelatihan internasional yaitu
penyelenggaraan International Training Consortium on
Disaster Risk Reduction di Makassar, Yogyakarta, Surabaya,
dan Jakarta. Total petugas yang telah dilatih selama kurun
waktu tahun 2006 – 2009 sebanyak 5.180 orang. ngi
No.XXI/DESEMBER/2009 Mediakom

11

Ragam

Sosialisasi Standar
Perlindungan Pasien

M

enteri Kesehatan dr. Endang
R.Sedyaningsih, MPH,.Dr.PH mengatakan,
peningkatan jumlah sarana pelayanan
kesehatan dalam dua dekade terakhir
belum diikuti peningkatan kualitas layanan
medik. Hal ini dapat dilihat dari 1.292 rumah sakit yang
ada di seluruh Indonesia baru 60 persen diantaranya yang
terakreditasi. ”Dari yang sudah terakreditasi pun belum
semuanya menerapkan prosedur standar perlindungan
pasien,” kata Menkes saat membuka Kongres XI
Perhimpunan Rumah Sakit Seluruh Indonesia (PERSI) di
Balai Sidang Jakarta, 28 Oktober 2009.
Menkes mengatakan, hampir setiap tindakan medik
menyimpan potensi risiko. Data emperik membuktikan
masalah medical error (kesalahan medis) sering terjadi
dalam derajat yang beragam, dari yang ringan hingga
yang berat. Menurut laporan IOM (Institute of Medicine)
menyebutkan bahwa di Amerika Serikat setiap tahun
terjadi 48.000 hingga 100.000 pasien meninggal dunia
akibat kesalahan medis, ujarnya.
Dr. Endang R. Sedyaningsih berharap, PERSI sebagai
induk organisasi pengelola rumah sakit, ikut berperan
secara aktif mendorong seluruh anggotanya untuk
bersama-sama melaksanakan dan mengembangkan
pelayanan medik prima guna mencapai tujuan
perlindungan pasien.“Salah satu upaya besar
pencegahan yang dapat dilakukan adalah dengan
1

Mediakom No.XXI/DESEMBER/2009

mensosialisasikan nilai-nilai perlindungan pasien (patient
safety) kepada seluruh komponen professional dan
rumah sakit”, ujarnya.
Pelayanan medik prima dalam mencapai
perlindungan pasien dapat diwujudkan melalui
identifikasi secara cermat seluruh pasien, peningkatan
komunikasi yang efektif kepada pasien, peningkatan
keamanan pasien dengan sedini mungkin mengenali
tanda-tanda untuk keberhasilan atau kegagalan dalam
pengobatan serta terhindarnya salah tempat, salah
pasien dan salah tindakan pembedahan yang tidak
sesuai dengan prosedur.
Pelayanan terhadap pasien di rumah sakit, harus
dilakukan oleh tenaga kesehatan profesional secara tepat
dan cermat sesuai kebutuhan pasien. Setiap tindakan yang
dilakukan kepada pasien, juga harus didokumentasikan
dengan baik supaya pengelola rumah sakit memiliki data
dan catatan medis yang dibutuhkan jika masalah muncul
kemudian hari.“Tenaga kesehatan yang bertugas di depan
harus tahu perasaan pasien, bicara kepada mereka supaya
keluarganya tidak panik,“ kata dr. Endang.
Masyarakat menuntut pelayanan kesehatan yang
berkualitas. Karena itu, mereka banyak yang memilih
berobat ke luar negeri dibandingkan menggunakan
layanan kesehatan dalam negeri. Apabila hal ini dibiarkan,
devisa kita akan terus mengalir ke luar negeri. nSmd/Dd

Ragam

Kunjungan Menkes ke nTT

A

khir November 2009,
Menteri Kesehatan
dr. Endang Rahayu
Sedyaningsih, MPH,
melakukan kunjungan
kerja ke Provinsi Nusa Tenggara
Timur (NTT). Selama dua hari,
Menkes mengunjungi RSUD Prof.
Dr. W.Z. Johannes, RS St. Gabriela
dan RSUD dr. T.C. Hillers Maumere,
Puskesmas Waipare dan Puskesmas
Bola, dan beraudiensi dengan
Gubernur NTT serta jajaran
kesehatan Prov. NTT.
Gubernur NTT Drs. Frans Lebu Raya
menyatakan, Pemerintah Provinsi NTT
memiliki 8 agenda pembangunan
utama. Diantaranya adalah masalah
kesehatan. Anggaran kesehatan
di provinsi ini selalu meningkat,
berkisar 10 persen dari APBD provinsi.
Dikatakan, Gubernur bahwa provinsi
yang dipimpinnya merupakan
provinsi kepulauan yang karakteristik

masalah dan kebutuhan pelayanan
kesehatan berbeda dengan daerah
lainnya.”Tenaga dokter spesialis
masih menjadi masalah dengan
belum semua RS daerah memiliki
dokter ahli yang dipersyaratkan.
Angka kematian ibu dan bayi masih
di atas rata-rata nasional. Sedangkan
angka gizi kurang dan gizi buruk
klinis masih cukup tinggi, ujar
Gubernur.
Menkes dalam sambutannya
mengatakan, terwujudnya hak-hak
rakyat akan penyediaan pelayanan
kesehatan yang bermutu dan
terjangkau menjadi perhatian utama
Depkes. Karena itu Menkes mengajak
semua pihak untuk turut serta aktif
dalam pembangunan kesehatan,
karena pembangunan kesehatan
tidak hanya menjadi tanggung
jawab Departemen Kesehatan.
Dalam kesempatan tersebut
Menkes menyerahkan bantuan 1

unit kendaraan Promosi Kesehatan,
peralatan peraga pendidikan
kebidanan dan keperawatan, 1 ton
makanan pendamping Air Susu Ibu
(MP ASI), sarana air bersih untuk
Kab. Sumba Barat, Sumba Timur
dan Kab. Timur Tengah Selatan.
Dalam kesempatan yang sama di
pendopo Gubernur NTT, Menkes
juga menyerahkan secara simbolik
Kartu Jamkesmas kepada 4 warga
Kupang sebagai bentuk pelaksanaan
program kerja 100 hari Depkes.
Dalam kunjungannya di Kab.
Sikka, Menkes juga mengunjungi
Puskesmas Waipare tempat pertama
penugasannya sebagai dokter
Puskesmas. Dalam kesempatan itu
Menkes memberikan bantuan 1
mobil Promosi Kesehatan kepada
Bupati Sikka yang diteruskan kepada
Dinas Kesehatan Kab. Sikka. Juga
menyerahkan media penyuluhan,
peralatan medis, obat-obatan, kit
bidan, MP ASI dan 1 unit mobil
Puskesmas keliling kepada Kepala
Puskesmas Waipare dr. Marietha L.D.
Weni.
Menkes juga mengunjungi
Puskesmas Bola dimana suami dr.
Endang yaitu dr. Mamahit, SPOG
bertugas pertama kali. Dalam
kesempatan yang sama Menkes juga
menyerahkan 1 unit mobil Puskesmas
Keliling, media promosi kesehatan
dan MP ASI kepada Kepala Puskesmas
Bola Saferius Simpel.
Menkes juga mengunjungi Pos
Kesehatan Desa (Poskesdes) di
desa Geliting Kec. Kewapante dan
penyerahan jaringan air minum
Program Penyediaan Air Minum
dan Sanitasi berbasis Masyarakat
(PAMSIMAS) Desa Namangjewa Kec.
Kewapante kepada masyarakat.
Di desa Namangkewa tersebut
masyarakat telah mengorganisir
untuk membangun sarana sanitasi
dan peningkatan perilaku higienis
melalui kegiatan Sanitasi Total
Berbasis Masyarakat (STBM).ngi/yuli

No.XXI/DESEMBER/2009 Mediakom

1

Ragam

Menkes Bertemu dengan
Pemimpin Media

T

iga pekan setelah
dilantik Presiden, Menkes
dr. Endang Rahayu
Sedyaningsih didampingi
stafnya bertemu sejumlah
pemimpin redaksi media massa
baik cetak, elektronik, maupun
media online. Pertemuan informal
ini membahas program 100 hari
dengan sejumlah tantangan yang
dihadapi dalam 100 hari maupun 5
tahun ke depan. Menurut Menkes,
program 100 hari terdiri dari quick
list, atau hal-hal yang bisa langsung
diukur kinerjanya selain sifatnya
sebagai landasan untuk 5 tahun
mendatang.
Menkes mencatat beberapa
tantangan yang perlu dihadapi dan
dicarikan solusinya. Setidaknya ada
10 tantangan yang mengemuka,
yaitu Indeks Pembangunan Manusia
(IPM) Indonesia masih belum
menggembirakan yaitu urutan 111
dari 182 negara. Disparitas hasil
pembangunan kesehatan antar
urban dan rural, daerah, tingkat

1

Mediakom No.XXI/DESEMBER/2009

ekonomi. Penyakit double burden
khususnya new-emerging diseases
yang berpotensi wabah. Masih
tingginya angka kematian ibu (AKI) &
angka kematian bayi (AKB), Gizi Buruk
ke arah Stunting, pencapaian perilaku
hidup bersih dan sehat (PHBS) baru
38,7%, pemanfaatan Posyandu baru
mencapai 78,3%, sejumlah daerah di
Indonesia termasuk kawasan rawan
bencana (ring of fire). Tantangan
lain adalah, perlu meningkatkan
distribusi tenaga kesehatan untuk
daerah terpencil, tertinggal dan
kepulauan, peningkatan kesehatan
haji serta perluasan cakupan sasaran
Jamkesmas.
Menurut Menkes, disparitas
merupakan tantangan terberat
karena wilayah Indonesia yang
cukup luas, heterogen baik
secara geografis, sosial, maupun
budaya. Hasil riset kesehatan
dasar (Riskesdas) tahun 2007
menunjukkan disparitas tersebut.
“Contohnya kesehatan di Yogyakarta
sudah sangat bagus tetapi di daerah

timur jomplang sekali,” kata Menkes.
Tantangan berikutnya menurut
Menkes adalah penyakit yang
tergolong double burden atau multi
burden. Indonesia masih memiliki
penyakit-penyakit yang klasik seperti
Malaria, walaupun di pulau Jawa
kasus ini minim. TB masih tinggi
di wilayah Timur sehingga perlu
terobosan yang lebih tajam untuk
menurunkannya. Selain itu, saat ini
sudah terjadi pergeseran penyebab
kematian dari penyakit menular
ke penyakit tidak menular seperti
hipertensi, diabetes mellitus dan
kanker. Kini timbul pula penyakitpenyakit yang disebabkan dampak
era globalisasi, dimana transportasi
sangat mudah sehingga penyakit
dimana pun di dunia ini sangat besar
kemungkinannya masuk ke Indonesia
seperti SARS, H5N1 dan H1N1.
Tantangan lain adalah masih
tingginya AKI dan AKB, serta
gizi buruk ke arah Stunting.
Permasalahan lain yang sifatnya
bukan penyakit, seperti gizi adalah

Ragam
keadaan yang tidak bisa diatasi
hanya dengan crash program yang
sifatnya pemberian makanan
tambahan saja.“AKI penurunannya
sudah signifikan namun untuk
AKB perlu upaya yang lebih keras
sehingga angkanya bisa didesak
turun,” papar Menkes.
Masalah gizi paling diderita oleh
bayi dibawah satu tahun. Faktor
yang berpengaruh dalam masalah
ini adalah ketahanan pangan rumah
tangga dalam memenuhi makanan
yang bergizi, pola asuh dan penyakit.
“Ada bayi dan Balita yang kena TB,
anaknya jadi kurus. Dimasyarakat kita
ada yang salah dengan pola asuh.
Ada orang dari golongan menengah
dan kaya juga mengalami masalah
gizi,” jelas Menkes.
Menkes menambahkan, ada
juga rumah tangga yang tidak biasa
memberi sarapan bagi keluarga. Di
desa, ibu-ibu baru memasak pukul
11 untuk suaminya di sawah. Anakanak berangkat ke sekolah tidak
memperoleh makan pagi padahal
ini penting sekali. Padahal, dengan
membiasakan sarapan dengan gizi
seimbang yang baik, sudah 30 – 50%
kecukupan dalam satu hari itu sudah
terpenuhi.
Hasil riskesdas menunjukkan
hanya 38,7% penduduk Indonesia
yang berperilaku hidup bersih
dan sehat. Menkes mencontohkan
kebiasaan sikat gigi yang benar
angkanya masih kurang dari 20%,
itu artinya sikat giginya setelah
makan dan sebelum tidur. Namun
kebanyakan masyarakat umunya
menyikat gigi saat bangun tidur,
sementara setelah makan tidak sikat
lagi.
Menkes menyebutkan,
pemanfaatan posyandu mencapai
78,3%. Upaya peningkatan
kesehatan masyarakat pedesaan
sebenarnya efektif dilakukan melalui
pemantapan Posyandu dan Bidan
Desa. Di Posyandu dapat dilakukan

upaya promotif dan preventif
dengan pendataan ibu hamil dan
penyediaan Buku KIA bagi ibu hamil
baru serta penanganan kasus gizi
buruk oleh kader Posyandu dimulai
dengan 6.000 kasus.
Masalah lain adalah
meningkatkan distribusi tenaga
kesehatan daerah terpencil,
perbatasan, kepulauan tertinggal,
serta meningkatkan kesehatan haji
dan memperluas sasaran Jamkesmas.
Khusus untuk program
Jamkesmas Menkes akan membuat
mekanisme baru dimana seorang
warga negara harus bertanggung
jawab terhadap kesehatannya
sendiri. Artinya jika seseorang tidak
peduli dengan dirinya sendiri, maka
jangan mengharapkan orang lain
untuk peduli.“Itu yang akan kita
tekankan pada orang memaknai
hidup sehat,” tegas Menkes.
Menkes juga mendorong
agar dokter tidak hanya sifatnya
mengobati. Dokter dan RS harus
mengupayakan kesehatan
masyarakat di sekitarnya. Menkes
mengaku malu bila mendatangi
RS besar, teknologinya canggih,
namun angka kematiannya tinggi,
lingkungan sekitarnya kumuh.
“Dokter juga mesti ada program
sosial, pediatric sosial, obstretri sosial,
pulmonologi sosial yang sifatnya
keluar,” terang Menkes.

Menkes mengakui kelemahan
pelayanan kesehatan selama ini
adalah akibat kurangnya pengawasan.
Oleh karena itu, Depkes mempunyai
Penyidik Pegawai Negeri Sipil (PPNS).
Dengan menempatkan sebanyak
mungkin PPNS untuk melakukan
penilaian dan pengawasan terhadap
program pembangunan kesehatan
berdasarkan standar yang telah
ditentukan, maka akan bisa terpantau
apakah pelayanan itu sudah
mencapai suatu standar yang optimal
atau tidak. Dengan mengoptimalkan
PPNS, kasus-kasus yang berkaitan
dengan masyarakat akan berkurang.
PPNS tidak saja hanya di RS tetapi
juga di hotel-hotel untuk melihat
apakah hotel tersebut sudah
punyai tenaga sanitasi dan sudah
mempraktekkan gizi yang baik.
Dalam hal penelitian Depkes
akan membentuk komisi nasional
penelitian penyakit infeksi
yang tugasnya adalah memberi
rekomendasi kepada menteri. Tugas
komisi ini adalah pertama memberi
rekomendasi kepada menteri dalam
hal penetapan resiko dari suatu
penyakit infeksi. Kedua, penetapan
kandidat vaksin, penyediaan farmasi,
agent, alat diagnostik, bahan dan
reagensia penentu bahan baku mutu.
Ketiga, penetapan laboratorium
rujukan untuk menentukan
diagnostik.ngi/yuli

No.XXI/DESEMBER/2009 Mediakom

1

Ragam
Pelayanan kesehatan di Arab Saudi

Pelayanan Kesehatan Haji
Lebih Baik

P

enilaian bahwa
pelaksanaan Pelayanan
Kesehatan Haji tahun 2009
di Arafah, Musdalifah dan
Mina cukup baik karena
untuk pertama kalinya tahun ini
diberikan fasilitas kesehatan secara
lengkap, berupa: klinik misi haji di
Arafah dan Mina, tenaga kesehatan,
ambulans, obat dan sarana penunjang
kesehatan lain, sehingga semua
jamaah sakit dapat dilayani dengan
baik. Disamping itu, tim kesehatan
juga telah mensyafari wukufkan 125
orang jamaah sakit tanpa kendala
yang berarti dan jumlah kematian
jamaah pada Armina 26 orang lebih
kecil dibanding tahun 2008 sebanyak
57 orang. Pelaksanaan safari wukuf
tersebut melibatkan 10 dokter dan
27 perawat kesehatan, dengan
menggunakan 16 buah ambulan, 2
buah Bus dan 2 buah coaster ( sejenis
1

Mediakom No.XXI/DESEMBER/2009

mentromini).
Pada periode Armina musim
haji tahun ini, kunjungan rawat
jalan 11.202 kasus dengan penyakit
terbanyak Nasofaringitis akut
(38,21%). Kunjungan rawat inap 180
orang, 130 orang di rawat di BPHI
dan 50 orang di RS Arab Saudi.
Berdasarkan dari pengalaman
tahun lalu, akibat kelelahan,
kematian akan mulai meningkat
setelah/ pasca Armina. Oleh karena
itu, sistem kewaspadaan dini
terhadap kemungkinan terjadinya
kejadian luar biasa, visitasi dokter
kloter terhadap jamaah telah
ditingkatkan, sehingga deteksi dini
dan respon cepat telah dilakukan
guna mengurangi angka kesakitan
dan kematian.
Untuk menilai kondisi pelayanan
kesehatan bagi jamaah haji, tim
pengawasan dan pengendalian

(Wasdal) telah melakukan
peninjauan, pengawasan dan
pengendalian di klinik kesehatan
misi haji di Arafah dan Mina yang
dipimpin oleh Sekretaris Jenderal
Depkes dr. Safi’i Ahmad, MPH.
Disamping itu, dapat dilihat
dari tingkat total jamaah haji
meninggal tahun ini sampai tanggal
20 Desember 2009 sebanyak 291
orang lebih rendah dibanding tahun
2008 sebanyak 454 orang. Kecilnya
angka kematian jamaah haji tahun
ini dapat mengindikasikan semakin
baiknya koordinasi dan pelayanan
kesehatan kepada para jamaah. Hal
ini merupakan keberhasilan bersama
dari semua pihak terkait, baik dari
kesadaran jamaah dan pemerintah
Indonesia.
Sejak awal, Departemen
Kesehatan telah berusaha
meningkatkan mutu pelayanan

Ragam
melalui perekrutan tenaga
kesehatan kesehatan secara
transparan dan profesional,
penyediaan kebutuhan obat sesuai
dengan formularium yang telah
ditetapkan dan penyiapan sarana
penunjang pelayanan kesehatan
sesuai kebutuhan.
Tahun ini pula Depkes telah
mendirikan Balai pengobatan Haji
Indonesia (BPHI) di Makkah yang
cukup representative. Balai ini
menjadi pusat pelayanan kesehatan
haji di Arab Saudi. Depkes telah
menyewa gedung 9 lantai di kawasan
Holidiyah Makkah Arab Saudi. Balai
ini mampu memberi pelayanan
kesehatan kepada jamaah haji
Indonesia secara optimal. Sebab
BPHI ini dilengkapi dengan sarana
pelayanan kesehatan yang memadai,
sekelas rumah sakit Tipe C di tanah air.
Untuk memudahkan mobilisasi
tenaga kesehatan, seluruh tenaga
kesehatan BPHI tinggal di BPHI
dengan menggunakan sebagian
ruang untuk tempat tinggal. Dengan
demikian, BPHI dapat beroprasi
selama 24 jam melayani rujukan
jamaah haji dari seluruh BPHI sektor

Pelayanan obat di
BPHI Arab Saudi

maupun kloter.
Disamping itu, pelayanan
kesehatan haji tahun ini didukung
oleh ketersediaan obat yang
mencukupi. Sehingga, sebagian
besar jamaah yang berobat pada
pelayanan kesehatan di tanah
suci mendapat obat yang sesuai
dengan penyakit yang dideritanya.
Sedangkan jamaah yang menderita
penyakit khusus, mereka telah
membawa obat sendiri dari tanah air.
Agar pelayanan kesehatan berjalan
baik, maka pelayanan kesehatan
kepada jamaah dilakukan secara
berjenjang. Ketika ada keluhan dari
jamaah, maka petugas kesehatan

kloter yang lebih terlebih dahulu
memberikan pelayanan kesehatan.
Apabila pelayanan kesehatan oleh
tenaga kesehatan kloter dianggap
cukup, maka pasien tidak perlu
di rujuk ke pelayanan kesehatan
ke tingkat sektor. Sektor hanya
memberikan pelayanan kesehatan
kepada pasien yang tidak dapat
ditangani oleh tenaga kesehatan
kloter, karena keterbatasan sarana
pelayanan kesehatan yang ada.
Demikian juga dengan BPHI Makkah,
hanya menerima rujukan pasien
jamaah haji yang tidak dapat
ditangani oleh petugas kesehatan di
sektor maupun kloter.npra

Penghargaan Kepada
Pahlawan Pembangunan Kesehatan

D

alam rangkaian
peringatan Hari
Kesehatan Nasional
(HKN) ke-45, Menkes
dr. Endang Rahayu
Sedyaningsih, MPH, Dr. PH,
memberikan penghargaan
kepada institusi dan Individu yang
telah mendukung, berkontribusi
nyata, dan berprestasi dalam
pembangunan kesehatan.
Penghargaan ini sebagai salah

satu wujud apresiasi pimpinan
Departemen Kesehatan kepada
institusi dan perorangan yang telah
memberikan sumbangan nyata
dalam meningkatkan pembangunan
kesehatan di Indonesia.
Menurut Menkes, keberhasilan
pembangunan kesehatan tidak
semata-mata ditentukan oleh hasil
kerja keras sektor kesehatan, akan
tetapi dipengaruhi juga dari hasil
kerja serta kontribusi positif sektor

No.XXI/DESEMBER/2009 Mediakom

1

Ragam
Menkes dr.Endang
R.Sedyaningsih,
MPH, Dr,PH
Menyerahkan
penghargaan
dalam rangka
HKN 2009

lain di luar kesehatan. Dengan
demikian, dukungan dan peran
serta masyarakat baik perorangan
maupun instansi/lembaga sangat
mempengaruhi keberhasilan
pembangunan kesehatan.
Penghargaan yang diberikan
berupa, Ksatria Bakti Husada,
diberikan kepada individu
yang dengan sukarela telah
menyumbangkan tenaga, pikiran
dan pengetahuannya didalam
mengembangkan program
kesehatan. Darma baktinya telah
dapat dirasakan dan sangat
bermanfaat bagi masyarakat, bangsa
dan Negara. Penerima penghargaan
Ksatria Bakti Husada tahun 2009
berjumlah 16 orang.
Tanda Penghargaan Manggala
Karya Bakti Husada diberikan kepada
Pemerintah Provinsi Sumatera Barat,
31 Tim Penggerak PKK Kabupaten/
Kota dengan perkembangan
Posyandu Purnama dan Mandiri
diatas 60% dan yang berhasil
mengembangkan kegiatan inovatif
dan berbasis masyarakat untuk
meningkatkan Lingkungan Sehat.
Selain itu, Menkes juga
memberikan penghargaan Swasti
Shaba kepada 35 pemerintah
Kabupaten/Kota yang telah
1

Mediakom No.XXI/DESEMBER/2009

berhasil dalam memberdayakan
masyarakat dan swasta mewujudkan
penyelenggaraan Kabupaten/Kota
Sehat. Tanda Penghargaan juga
diberikan kepada Dosen Berprestasi
pada Institusi pendidikan sebagai
hasil penilaian dari Badan PPSDM
dan Peneliti Teladan sebagai hasil
penilaian Badan Litbangkes.
Sebagai upaya meningkatkan
kualitas dan jangkauan informasi
kesehatan, Menkes memberikan
penghargaan untuk pemenang
kompetisi jurnalistik kepada Aries
Kelana dari Majalah GATRA dengan
judul tulisan “Jejak Kaki Gajah di
Tangerang” sebagai juara I; wartawan
Republika Ferry Kisihandi dengan
judul tulisan “Flu Babi Dekati
Pandemi” sebagai juara II; dan Heru
Triono, wartawan Koran Tempo,
dengan judul berita “Penyakit
Menular yang Tidak Menular”
sebagai juara III.
Penghargaan juga diberikan
kepada pemenang Lomba Poster
Obat Generik untuk pelajar, yaitu
Agustan, Faisal Samsyudin dan Faisal
UA sebagai juara I – III. Sedangkan
harapan I s/d III jatuh pada
Annastasia Melisse Putri, Sabrina Yula
Amelia dan Wardana Saputra.
Menciptakan Sumberdaya

Kesehatan yang bermutu tinggi dan
profesional membutuhkan motivasi,
dedikasi dan loyalitas Widyaiswara.
Untuk itulah Menkes memberikan
penghargaan kepada Widyaiswara
berprestasi nasional yaitu Dr.
Suparman, M.Si, M.Kes dari Balai
Besar Pelatihan Kesehatan Ciloto
sebagai juara I; H. Alam Pamilihan
Harahap, SKM dari Balai Pelatihan
Kesehatan Nasional Lemahabang
sebagai juara II; dan juara III Dr. Drs.
Setiyono, MBA, M.Kes, M.Pd. dari Balai
Besar Pelatihan Kesehatan Jakarta.
Menkes juga memberikan
penghargaan kepada Perpustakaan
terbaik di sektor Kesehatan. Untuk
kategori Perpus RS Vertikal Depkes,
Puslitbangkes dan Balai Pelatihan
Kesehatan dimenangkan oleh
Perpustakaan Pusat Penelitian dan
Pengembangan (Puslitbang) Sistem
Kebijakan Kesehatan, Surabaya
sebagai juara I; Perpustakaan RSUP Dr.
Sardjito Yogyakarta; dan Perpustakaan
Puslitbang Gizi dan Makanan Bogor
sebagai juara III. Sedangkan untuk
kategori perpustakaan Politeknik
Kesehatan peringkat I dimenangkan
oleh Politeknik Yogyakarta; peringkat
II oleh Politeknik Palangkaraya;
dan peringkat III oleh Politeknik
Malang. ngi

Media Utama

Media
utama

Program Seratus Hari
Departemen Kesehatan
Inilah program permulaan dari rencana kerja tahunan
dan lima tahunan Departemen Kesehatan. Ada tiga garis
besar yang menjadi acuan; yaitu “change and continuity;
debotlenecking, acceleration, and enhancement; serta unity,
together we can” untuk mencapai pembangunan kesehatan.

E

mpat pilar yang menjadi fokus program
100 hari Departemen Kesehatan, yaitu;
meningkatkan pembiayaan kesehatan
dengan memberi Jaminan Kesehatan
Masyarakat, meningkatkan kesehatan
masyarakat untuk mempercepat
pencapaian target MDGs, mengendalikan
penyakit dan penanggulangan masalah kesehatan akibat
bencana dan peningkatan ketersediaan, pemerataan dan
kualitas tenaga kesehatan terutama di daerah terpencil,

tertinggal, perbatasan dan kepulauan (DTPK) secara
berkesinambungan.
Untuk meningkatkan pembiayaan kesehatan
dengan memberikan Jaminan Kesehatan Masyarakat,
Depkes telah mencanangkan peningkatan pelayanan
kepada 76,4 juta penduduk miskin dalam sistem
jaminan kesehatan dengan anggaran sebesar Rp 4,6
Triliun. Target ini akan dicapai melalui peningkatan
akses dengan pemberian kartu Jamkesmas kepada
penghuni panti asuhan dan panti werda, memberi
No.XX/OKTOBER/2009 Mediakom

1

Media Utama
Menkes, dr. Endang Rahayu Sedyaningsih, MPH, Dr. PH.
(paling kiri) didampingi pejabat eselon 1 saat Raker
dengan DPR Komisi IX membahas program 100 hari
Depkes dan Masalah aktual bidang kesehatan.

jaminan kesehatan kepada anggota
TNI/POLRI dan keluarganya di DTPK
( Daerah Terpencil, Tertinggal dan
Kepulauan); peningkatan mutu
melalui pemantapan Indonesia
Diagnosis Related Group (INA-DRG)
atau sistem pembayaran rumah sakit
berdasarkan kelompok penyakit
rawat inap di seluruh RS pemerintah;
peningkatan manajemen melalui
pelunasan semua tagihan
Jamkesmas tahun 2009 di rumah
sakit , dan penyusunan roadmap
2010-2014 menuju Jaminan
Kesehatan Semesta.
Sementara itu, untuk
meningkatkan kesehatan masyarakat
melalui pencapaian target Millenium
Development Goals (MDGs), akan
dicapai melalui pemantapan fungsi
Posyandu, penempatan Bidan di
desa, dan KB-Kesehatan Reproduksi.
Departemen Kesehatan akan
melakukan pendataan Ibu Hamil dan
penyediaan Buku KIA bagi Ibu Hamil
baru, untuk mencapai 60.000 desa.
Selain itu, dilakukan peningkatan
advokasi tentang gizi untuk para
pengambil keputusan di luar
bidang kesehatan. Untuk itu akan
disusun buku saku untuk pengambil
keputusan. Pemerintah juga akan
memberikan biaya operasional
untuk 240.000 Posyandu untuk
bulan November-Desember 2009.
Dilakukan pencanangan
0

Mediakom No.XX/OKTOBER/2009

Kartu Menuju Sehat (KMS) bagi
balita, khusus untuk laki-laki dan
perempuan, sehingga berat badan
balita akan terukur secara lebih
cermat. Tidak ketinggalan diadakan
penanganan kasus gizi buruk oleh
kader Posyandu dimulai dengan
6.000 kasus. Akan ditingkatkan
pencarian secara aktif oleh para kader
Posyandu untuk menemukan balita
gizi kurang dan buruk (sesuai data
Riskesdas 2007), dan selanjutnya
melaporkan ke Puskesmas untuk
dilakukan tindak lanjut. Balita
gizi buruk yang ditemukan akan
mendapatkan perawatan khusus.
Dalam 100 hari ini juga dilakukan
pengembangan model registrasi
kematian di delapan kota, yang
merupakan upaya pengembangan
yang sebelumnya hanya mencakup
empat kota, sehingga akan diperoleh
data yang dapat dimanfaatkan
untuk penyusunan kebijakan dan
perencanaan lebih baik. Terkait
dengan hal itu, juga akan ada
peningkatan upaya kesehatan
sekolah (UKS) oleh Puskesmas untuk
meningkatkan kesehatan anak.
Hal penting yang akan dilakukan
untuk mencapai target MDGs, yaitu
pemenuhan pengadaan sarana air
minum 1.379 desa dan sanitasi di
61 lokasi, penetapan pembatasan
Harga Eceran Tertinggi (HET)
Obat Generik Berlogo (OGB) dan

revitalisasi Permenkes tentang
kewajiban menuliskan resep dan atau
menggunakan obat generik di sarana
pelayanan kesehatan pemerintah.
Terkait pengendalian penyakit dan
penanggulangan masalah kesehatan
akibat bencana telah direncanakan
kegiatan penanggulangan HIV/
AIDS. Pengamanan dan penyediaan
Anti Retroviral Virus (ARV) untuk
16.000 Orang Dengan HIV/AIDS
(ODHA); Penyediaan reagent HIV
untuk pengamanan darah (950.000
tes), survailans (200.000 tes) dan
diagnostik (1.000.000 tes) dan
pengembangan Pusat pengobatan
TB dan HIV di Provinsi Papua.
Selain AIDS, dilakukan
penanggulangan penyakit
TB. Dipastikan terjaminnya
ketersediaan Obat Anti TB (OAT)
di fasilitas kesehatan pemerintah
dan tersedianya pusat pelayanan
TB Multi Drug Resistant (MDR),
penanggulangan Malaria melalui:
penemuan dan pengobatan 300.000
penderita malaria, distribusi 2,5
juta kelambu, screening 450.000 ibu
hamil untuk perlindungan terhadap
malaria, pos malaria terintegrasi
dengan Desa Siaga, dan konversi
angka malaria indeks menjadi
Parasite Index di Jawa-Bali.
Peningkatan Universal Child
Immunization (UCI) di seluruh
desa di pulau Jawa menjadi
prioritas pemerintah. Peningkatan
pengawasan obat dan makanan,
melalui: peningkatan pengawasan
obat dan makanan yang tidak
memenuhi persyaratan serta layanan
satu atap untuk regrestasi obat
dan makanan impor. Masih terkait
dengan penanganan kesehatan,
beroperasinya Balai Pengobatan Haji
Indonesia (BPHI) baru di Makkah
Arab Saudi untuk memantapkan
pelayanan kesehatan mulai dari
musim haji tahun 2009.
Dalam seratus hari ini, Pemerintah
juga memperhatikan potensi
bencana. Oleh karena itu, dilakukan

Media Utama
dr.Ribka Tjiptaning (kedua dari kiri) didampingi
para Wakil Ketua Komisi IX DPR.RI saat memimpin
Raker dengan Menkes membahas program 100 hari
Depkes dan Masalah aktual bidang kesehatan.

Anggota DPR Komisi IX saat
rapat kerja dengan Menkes

program penanggulangan bencana,
jika terjadi bencana. Setelah itu
dilakukan screening balita risiko gizi
buruk pasca bencana dan penguatan
logistik di 9 pusat regional dan 2 sub
regional.
Untuk meningkatkan
ketersediaan, pemerataan dan
kualitas tenaga kesehatan terutama
di daerah terpencil, tertinggal,
perbatasan dan kepulauan (DTPK)
secara berkesinambungan, perlu
adanya Permenkes tentang Praktik
tenaga kesehatan (perawat dan
bidan) di DTPK. Serta tersedianya
Peraturan/Kepmenkes tentang
pemberian insentif bagi tenaga

kesehatan strategis, seperti; dokter,
perawat, bidan, sarjana kesehatan
masyarakat, sanitarian, ahli gizi,
asisten apoteker dan analis.
Dalam program ini juga
mencanangkan terpenuhinya
kebutuhan tenaga kesehatan
strategis (perawat, bidan, sanitarian,
gizi, analis kesehatan, asisten
apoteker) sebanyak 131 orang di 35
Puskesmas dari 101 Puskesmas DTPK.
Untuk mendukung empat pilar
tersebut, diperlukan dukungan
manajemen dalam meningkatan
pelayanan kesehatan melalui:
peningkatan Good Governance,
terutama dalam menghilangkan

hambatan untuk pencairan dana
dekonsentrasi, mengaplikasikan
reformasi birokrasi, menyelesaikan
Rencana Strategis Departemen
Kesehatan tahun 2010-2014 dan
rencana aksi untuk membuat
landasan hukum untuk implementasi
4 Undang-Undang yang berkaitan
dengan kesehatan yang sudah
mendapat persetujuan DPR-RI.
Memang, keberhasilan
pembangunan kesehatan selama
ini cukup menggembirakan, namun
menuju 5 tahun ke depan (20102014), pembangunan kesehatan
perlu mendapatkan perhatian
khusus mengingat bahwa Indonesia
untuk mencapai dua sasaran besar
yaitu pencapaian MDGs dan Jaminan
Kesehatan Semesta (universal
coverage). Perlu dilakukan berbagai
upaya lanjutan dan terobosan untuk
mencapai dua sasaran besar ini.
Pembangunan kesehatan
memerlukan reformasi, dengan
mengubah paradigma masyarakat
terhadap kesehatan. Bapak Presiden
menekankan perlunya paradigma
baru, yaitu “paradigma meningkatkan
kesehatan masyarakat, atau sehat itu
indah, sehat itu gratis, dalam arti bagi
y