Pandangan Praktisi Terkait Tindakan Aborsi Terhadap Kehamilan

sesuai dengan aturan hukum yang berlaku. Namun, besar harapan pemerintah untuk tidak terjadinya pengguguran janin yang ada akibat perkosaan. Tindakan tersebut bukan merupakan pilihan wajib melainkan pilihan alternatif. Buktinya, pemerintah mengatur pula kemungkinan-kemungkinan yang terjadi apabila korban perkosaan yang hendak aborsi membatalkan keinginannya itu setelah mendapatkan informasi mengenai aborsi pasca melakukan konseling pra tindakan aborsi berupa pemberian pendamping bagi korban perkosaan oleh konselor selama masa kehamilannya. Negara menjamin bagi korban perkosaan yang memutuskan membatalkan keinginannya untuk melakukan aborsi, yaitu bahwa anak yang dikandungnya kelak menjadi anak asuh negara apabila keluarga korban menolak untuk mengasuh anak yang dilahirkan tersebut. Pemahaman yang perlu ditekankan adalah bahwa tindakan aborsi terhadap kehamilan akibat perkosaan ini bertujuan untuk menghormati dan melindungi hak-hak perempuan yang kerap menerima beban ganda, yakni sebagai korban kekerasan seksual dan harus menghidupi anak yang dilahirkan.

B. Pandangan Praktisi Terkait Tindakan Aborsi Terhadap Kehamilan

Akibat Perkosaan Dari hasil beberapa wawancara yang penulis lakukan, ada beberapa hal yang disampaikan oleh para informan yang terkait dengan tindakan aborsi terhadap kehamilan akibat perkosaan. 1. Jaksa Penuntut Umum Fatizaro Zai, menjelaskan yang dimaksud dengan aborsi adalah suatu tindakan yang dilarang oleh undang-undang. Negara Indonesia adalah negara hukum, dan dalam penerapan hukumnya berdasarkan asas legalitas, maka tidak ada suatu perbuatan pun yang dapat dihukum apabila tidak ada undang-undang yang mengaturnya. Sebaliknya suatu perbuatan dapat dihukum apabila undang-undang berkata demikian. Selama tindakan aborsi masih dilarang pelaksanaannya oleh undang-undang, maka tindakan tersebut tidak boleh dilakukan. 136 136 Hasil wawancara dengan Jaksa Fatizaro Zai, Kamis, 29 Januari 2015. Anak yang hendak digugurkan didalam kandungan dalam hal tindak pidana aborsi, keberadaannya dilindungi oleh negara. Selain didalam KUHP KUHP, hal ini dapat dibuktikan didalam Undang-Undang Perlindungan Anak Nomor 35 Tahun 2014 Tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002 Tentang Perlindungan Anak, dalam Pasal 1 angka 1 dikatakan bahwa yang dikategorikan anak dalam undang-undang tersebut adalah yang belum berumur 18 tahun termasuk anak yang masih berada didalam kandungan. Apabila terdapat kekerasan dan sejenisnya yang menyebabkan anak tersebut mati, sanksi pidananya terdapat dalam Pasal 80 ayat 3 yaitu pelaku dipidana dengan pidana penjara paling lama 15 lima belas tahun danatau denda paling banyak Rp 3.000.000.000,00 tiga miliar rupiah. Pada kasus aborsi sebagian praktisi hukum mempergunakan Pasal- Pasal didalam KUHP, namun sebagian pula menerapkan Pasal-Pasal didalam Undang-Undang Perlindungan Anak karena beranggapan bahwa anak didalam kandungan sudah memiliki hak secara hukum untuk dilindungi. Jadi apabila ada tindakan yang memaksa anak tersebut lahir sebelum mampu bertahan diluar kandungan maka hal tersebut dianggap sebagai tindakan kekerasan. Praktiknya, penanganan perkara tidak sekaku yang dibayangkan. Penuntut umum selalu membuat alternatif dalam merumuskan dakwaannya. 137 Dakwaan alternatif adalah dakwaan yang disusun secara berlapis, lapisan yang satu merupakan alternatif dan bersifat mengecualikan dakwaan pada lapisan lainnya. Bentuk dakwaan ini digunakan apabila belum didapat kepastian tentang tindak pidana mana yang paling tepat dapat dibuktikan. Dalam dakwaan alternatif, meskipun dakwaan terdiri dari beberapa lapisan, hanya satu dakwaan saja yang dibuktikan tanpa harus memperhatikan urutannya dan jika salah satu telah terbukti maka dakwaan pada lapisan lainnya tidak perlu dibuktikan lagi. Dalam bentuk surat dakwaan ini, antara lapisan satu dengan yang lainnya menggunakan kata sambung atau. 138 Apabila dalam suatu kasus perkosaan, korbannya ternyata hamil, maka kehamilan akibat perkosaan ini dapat dicantumkan sebagai pertimbangan dalam menentukan tuntutan dan juga sebagai salah satu dasar 137 Hasil wawancara dengan Jaksa Fatizaro Zai, Kamis, 29 Januari 2015. 138 http:m.hukumonline.comklinikdetaillt4f4c5a4ea3527bentuk-bentuk-surat- dakwaan diakses pada tanggal 08 Februari 2015. pertimbangan penambahan ancaman pidana dalam tuntutan terhadap pelaku perkosaan tersebut. 139 Setiap pembuatan undang-undang memiliki dasar pertimbangannya masing-masing. Aturan yang baru dirumuskan dalam Peraturan Pemerintah Nomor 61 Tahun 2014 tersebut memang sengaja di atur untuk lebih mempertimbangkan posisi wanita sebagai korban perkosaan. Sehingga apabila semua unsur yang tercantum dalam Pasal perkosaan didalam KUHP sudah terpenuhi, alasan kehamilan akibat perkosaan ini dapat pula digunakan sebagai dasar meringankan atau memberatkan si pelaku. Peringanan ataupun pemberatan ancaman hukuman bagi pelaku perkosaan itu dapat didasarkan pada cara pelaku melakukan, akibat yang ditimbulkan, kerugian yang dialami korban, serta pengaruhnya kepada lingkungan. Namun perlu dipahami bahwa pemberatan ancaman hukuman tersebut tidak berarti menambah ancaman hukuman yang telah di atur didalam Pasal. Jadi pemberatan ancaman hukuman dapat diberikan sepanjang tidak melebihi ancaman hukuman dalam Pasal itu. 140 Didalam Pasal 285 KUHP sudah jelas dicantumkan unsur-unsurnya. Salah satunya adalah cara pelaku melakukan perbuatannya yaitu bukan hanya kekerasan tetapi juga ancaman kekerasan. Apabila berupa kekerasan fisik, maka kepada dokter dapat dimintai visum kekerasan dibadan selain daripada visum alat kelamin. Sedangkan jika perbuatan tersebut dilakukan dengan ancaman kekerasan, hal tersebut sangat sulit untuk dibuktikan. 139 Hasil wawancara dengan Jaksa Fatizaro Zai, Kamis, 29 Januari 2015. 140 Hasil wawancara dengan Jaksa Fatizaro Zai, Kamis, 29 Januari 2015. Dalam hal demikian maka salah satu cara untuk mengukur korban benar- benar diperkosa dibawah ancaman kekerasan adalah dengan melihat keadaan psikologis korban. Jika mental korban terganggu, maka akan terlihat dipersidangan. Dapat juga dimintai bantuan kepada ahli yaitu berupa keterangan dari psikolog. Ancaman kekerasan yang mengakibatkan tekanan psikologis kepada korban dapat pula dijadikan sebagai pertimbangan untuk memberatkan pelaku. Biasanya penuntut umum dalam redaksi kalimatnya merumuskan pemberatan ancaman hukuman bagi pelaku apabila korbannya mengalami kekerasan psikologis menggunakan kata ‘trauma’. Apabila korban mengalami tekanan psikologis hanya pada saat kejadian atau beberapa saat pasca kejadian, maka penuntut umum lebih fokus melihat kepada kekerasan fisiknya saja. Jadi, misalnya, apabila pelaku dalam melakukan perbuatannya tidak disertai dengan kesadisan, maka pelaku dapat dituntut 2 dua tahun pidana penjara. Jika pelaku melakukan perbuatannya dengan sadis, atau kerugian yang dialami korban sangat besar, atau bahkan mengakibatkan trauma yang fatal seperti gangguan psikologis, atau hal-hal lain, maka oleh karena ada hal yang memperberat maka tuntutannya dapat menjadi 3 tiga tahun 6 enam bulan, atau 4 empat tahun, atau bahkan ancaman hukuman maksimal 12 dua belas tahun. Kembali ditekankan bahwa penambahan ancaman pidana dalam tuntutan tidak boleh melebihi ancaman maksimal dari yang telah di atur didalam Pasal. 141 141 Hasil wawancara dengan Jaksa Fatizaro Zai, Kamis, 29 Januari 2015. Aborsi merupakan delik biasa, maksudnya adalah pihak manapun yang mengetahui telah terjadi tindak pidana aborsi dapat mengajukan laporan kepada penyidik. Dasar dari penuntut umum untuk menentukan hal-hal yang memberatkan dan meringankan tuntutan pidana terdapat dalam Surat Edaran Jaksa Agung Nomor Se-013AJA122011. Fatizaro Zai, S.H., menyampaikan tidak setuju dengan adanya aturan mengenai tindakan aborsi terhadap kehamilan akibat perkosaan yang di atur dalam UU Kesehatan dan PP Kesehatan Reproduksi ini. Anggapan bahwa meskipun korbannya adalah korban perkosaan, aborsi tetaplah bukan merupakan satu-satunya jalan keluar untuk menghilangkan trauma akibat perkosaan tersebut, karena meskipun disatu sisi Peraturan Pemerintah tersebut ditujukan untuk perlindungan bagi korban yang hamil akibat perkosaan, tetapi disisi lain hak anak dikesampingkan, padahal didalam Undang-Undang Perlindungan Anak telah disebutkan bahwa janin didalam kandungan adalah termasuk anak yang keberadaannya harus dilindungi. Aturan mengenai tindakan aborsi terhadap kehamilan akibat perkosaan ini sebaiknya dikaji kembali, karena faktanya Peraturan Pemerintah Nomor 61 Tahun 2014 tentang Kesehatan Reproduksi yang baru saja diundangkan tersebut memiliki banyak sekali celah untuk dimanipulasi, karena korban yang hamil akibat perkosaan sangat sulit untuk dibuktikan, 142 142 Hasil wawancara dengan Jaksa Fatizaro Zai, Kamis, 29 Januari 2015. meskipun pada kasus tersebut telah dilakukan pemeriksaan dan pengumpulan barang bukti yang lengkap. Salah satu unsur perkosaan dalam Pasal 285 KUHP adalah persetubuhan. Jadi harus dibuktikan terlebih dahulu adanya suatu persetubuhan. Bila persetubuhan tidak dapat dibuktikan, maka janggal hal tersebut dapat dikatakan suatu perkosaan. 143 2. Dokter Spesialis Obstetri Ginekologi 144 Secara medis yang dimaksud dengan aborsi atau abortus adalah keluarnya hasil konsepsi sebelum usia kehamilan 20 minggu. Artinya hasil konsepsi itu tidak mampu hidup diluar kandungan. Pada dasarnya yang disebut dengan abortus ada dua, ada yang disebut dengan abortus spontan, ada yang disebut dengan abortus provocatus. Abortus provocatus ada dua, yang pertama, abortus provocatus medicinalis, dan abortus provocatus criminalis. Abortus medicinalis artinya abortus sengaja dilakukan karena ada indikasi medis. Contohnya, apabila kandungan seorang ibu dilanjutkan, jiwa atau nyawa si ibu tersebut terancam. Sedangkan abortus provocatus criminalis adalah abortus yang disengaja karena memang tidak menyukai adanya kehamilan itu. 145 Abortus provocatus criminalis inilah yang sering berkaitan dengan masalah hukum atau berkaitan dengan orang-orang yang mungkin hamil 143 Abdussalam, Forensik, Jakarta, Restu Agung : 2006, hlm57. 144 Obstetri dan Ginekologi menyangkut cabang ilmu kedokteran yang mempelajari dan menangani kesehatan wanita. Peran dokter spesialis Obstetri Ginekologi adalah memberikan pelayanan kesehatan yang menyeluruh bagi seorang wanita yang berkaitan dengan kesehatan reproduksinya saat tidak hamil ataupun dimasa hamil, bersalin, atau nifas. Baik yang bersifat preventif pencegahan terhadap penyakit maupun rehabilitatif perbaikan kelainan yang timbul pada alat reproduksinya. Lihat http:drprima.comkehamilanpengertian-obstetri-dan- ginekologi diakses pada tanggal 08 Februari 2015. 145 Hasil wawancara dengan dr. Honazaro Marunduri Kamis, 19 Februari 2015. diluar pernikahan atau orang-orang yang tidak menginginkan kehamilannya. Aborsi semacam ini kebanyakan dilakukan oleh oknum dukun atau oknum tenaga kesehatan yang tidak profesional untuk itu, dengan standart kesehatan yang tidak sesuai dengan standart penanganan aborsi. Resiko yang dapat terjadi dari abortus provocatus criminalis secara sembarangan, pertama, pendarahan yang hebat dan terus menerus yang disebabkan oleh aborsi yang tidak lengkap atau cidera organ panggul atau usus, kedua, sepsis yang disebabkan oleh aborsi yang tidak lengkap sehingga sebagian atau seluruh produk pembuahan masih didalam rahim, ketiga, efek samping jangka panjang berupa sumbatan atau kerusakan permanen disaluran telur yang menyebabkan kemandulan, keempat bau bangkai hingga infeksi yang dapat menyebabkan kematian. Dampak pada kondisi mental dan psikologis berupa perasaan bersalah, berdosa dan ketakutan. 146 Penanganan kasus aborsi terhadap kehamilan akibat perkosaan harus disertai rujukan dari penyidik terlebih dahulu, kemudian pihak rumah sakit melakukan visum untuk melihat ada tidaknya tanda-tanda korban diperkosa. Jika benar ia korban perkosaan, untuk melakukan aborsi nya maka harus dibicarakan terlebih dahulu dikomite medik. Setiap tindakan medik harus dibicarakan terlebih dahulu dalam rapat komite medik terutama setiap tindakan yang berkaitan dengan hukum. Komite medik 146 Masrudi Muchtar, Op.Cit., hlm 88-89. adalah suatu organisasi dirumah sakit dimana setiap tindakan yang dilakukan apalagi yang berkaitan dengan hukum wajib di bahas didalam rapat komite medik agar tindakan medik tersebut sesuai dengan aturan hukum. Komite medik terdiri dari seluruh dokter yang ada dirumah sakit baik dokter umum maupun dokter spesialis. Setelah didapatkan kesimpulan dari hasil musyawarah tersebut, baru kemudian dilaksanakan aborsi. Pelaksanaan aborsi pun harus dilaksanakan dengan sangat hati-hati sesuai peraturan perundang-undangan. 147 Tata cara permintaan visum et repertum oleh polisi atau penyidik sebagai berikut : 148 a. Permintaan harus secara tertulis menggunakan formulir permintaan yang sesuai dengan kasus yang ditangani. Apabila kasusnya untuk korban hidup, dapat terluka, korban perkosaan atau pun kecelakaan lalulintas dan masih memerlukan perawatan lebih lanjut, maka akan dibuatkan visum et repertum sementara dan dapat dipakai sebagai dasar penahanan bagi tersangkapelaku. Setelah korban sembuh akan dibuatkan visum et repertum lanjutan dengan syarat mengajukan kembali permintaan tertulis untuk mendapatkan visum et repertum lanjutan. Apabila korban luka-luka dan dirawat namun oleh karena lukanya parah atau karena suatu komplikasi ia meninggal, maka permintaan visum et repertum berikutnya adalah visum et repertum jenazah, dimana korban akan dibedah untuk mencari sebab kematian yang pasti. b. Tidak dibenarkan meminta visum et repertum tentang kejadian yang sudah lampau sebab merupakan rahasia jabatan dokter. c. Pada permintaan visum et repertum harus ditulis mengapa korban dibawa ke dokter, hal ini untuk memudahkan pemeriksaan. d. Pada permintaan visum et repertum harus ditulis identitas dari korban dan identitas dari peminta visum et repertum. e. Selain dicantumkan tanggal permintaan visum et repertum juga harus dicatat saattanggal surat permintaan visum et repertum diterima dokter. 147 Hasil wawancara dengan dr. Honazaro Marunduri Kamis, 19 Februari 2015. 148 Abdussalam, Op.Cit., hlm 27-29. f. Surat permintaan ditandatangani oleh petugas penyidik yang berhak, sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku. g. Ditujukan kepada dokter dengan prioritas dokter pemerintah ditempat dinasnya, bukan ditempat praktik. h. Pada tempat yang terdapat fasilitas Rumah Sakit Umum atau Fakultas Kedokteran, permintaan ditujukan pada bagian yang sesuai, yaitu : 1 Untuk korban hidup; a Terluka dan kecelakaan lalu lintas ke Bagian Bedah; b Kejahatan susilaperkosaan ke Bagian Kebidanan; 2 Untuk korban mati ke Bagian Kedokteran Kehakiman. i. Pada tempat yang tidak memiliki fasilitas tersebut, permintaan ditujukan pada dokter pemerintah puskesmas atau dokter Polri. Bila hal ini tidak memungkinkan dapat ditujukan ke dokter swasta. j. Korban baik hidup ataupun mati harus diantar sendiri oleh petugas Polri disertai surat permintaannya. k. Sebaliknya petugas yang meminta visum et repertum mengikuti jalannya pemeriksaan bedah jenazah agar memperoleh gambaran mengenai luka dan penyebab kematian. Dengan demikian dapat memperoleh petunjuk yang berharga dalam pencarian barang bukti material. Sanksi bagi oknum dokter yang secara ilegal melakukan aborsi, selain mengikuti proses hukum dipersidangan, ada juga sanksi yang diberikan oleh komite medik, berupa teguran, atau pembekuan hingga pencabutan hak klinis. 149 Tujuan pemerintah mengundangkan aturan ini bukan karena semata- mata ingin menggugurkan janin didalam kandungan si ibu, melainkan karena pemerintah memikirkan masa depan ibu dan anak. Seperti dampak psikologisnya bagi korban perkosaan itu sendiri akibat diperkosa dan langsung hamil, rasa malu menjadi bahan pergunjingan, juga dari segi pembiayaan untuk membesarkan anaknya kelak, Juga psikologis anak kelak, seandainya anak yang bersangkutan ketika ia dewasa akhirnya 149 Hasil wawancara dengan dr. Honazaro Marunduri Kamis, 19 Februari 2015. menyadari bahwa ia sebenarnya tidak menginginkan untuk dilahirkan sebagai anak dari korban perkosaan. 150 Menurut dr. Honazaro Marunduri, Spog, Ikatan Dokter Indonesia IDI dan Persatuan Obstetri Ginekologi Indonesia POGI melihat bahwa setiap sudah terjadi pembuahan itu sudah terjadi proses kehidupan. Karena secara biologis, sejak terjadinya pembuahan berarti proses kehidupan sudah dimulai bagi si bayi. Dan sementara di lafal sumpah dokter disebutkan “Saya akan menghormati setiap hidup insani mulai dari saat pembuahan”. Salah satu alasan dan tujuan IDI meminta pemerintah mengkaji ulang peraturan itu adalah, bahwa jangan dengan diberlakukannya aturan tersebut, aturan tersebut menjadi sangat mudah diterapkan, sehingga banyak orang yang mengaku-ngaku diperkosa dapat melakukan aborsi dengan memanipulasi aturan itu, dan alhasil janin yang sudah ada dan tidak bersalah digugurkan. Jika memang benar itu yang ditakutkan pemerintah, seharusnya justru masa depan anak itu yang mulai dipersiapkan. Aborsi bukanlah jalan keluar yang baik untuk mengatasi masalah kehamilan akibat perkosaan. Jauh lebih baik apabila pemerintah memunculkan saja suatu pemikiran untuk membuat suatu undang-undang tentang bagaimana menangani bayi-bayi yang lahir akibat kehamilan akibat perkosaan itu. Tetapi dengan syarat, pelaksanaannya harus seketat- 150 Hasil wawancara dengan dr. Honazaro Marunduri Kamis, 19 Februari 2015. ketatnya, dan harus merupakan bayi yang benar-benar hasil dari korban perkosaan. 151 3. Koordinator Bidang Litigasi Yayasan Pusaka Indonesia Lembaga Bantuan Hukum Istilah “perkosaan” jarang disebutkan, melainkan lebih sering dipakai istilah “kekerasan seksual” atau “percabulan”. Prosedur pendampingan kasus kekerasan seksual kepada pihak korban secara singkat dimulai dari pertama, memberikan konseling. Kedua, membuat surat kuasa khusus. Ketiga, mendampingi korban atau keluarga korban untuk membuat laporan, setelah membuat laporan maka akan diberikan surat pengantar visum oleh penyidik. Keempat, mendampingi korban untuk mengambil visum dirumah sakit yang dituju. Pada teorinya penyidik wajib ikut mengantarkan korban untuk visum, tapi pada praktiknya terkadang penyidik atau polisi tidak ikut lagi mendampingi proses visum. Hasil visum hanya boleh diambil oleh polisi. Langkah kelima adalah berkoordinasi dengan polisi, dalam hal polisi masih membutuhkan korban untuk menambahkan atau menghadirkan saksi-saksi yang lain. Selanjutnya penyidik akan memberikan Surat Pemberitahuan Perkembangan Hasil Penyidikan, surat ini adalah hak korban untuk mengetahui hasil perkembangan penyidikan, apakah tersangka sudah ditahan atau ditangkap, apakah perkara sudah dikirim ke kejaksaan, sampai mendapatkan informasi kapan akan dilakukan persidangan. Sampai 151 Hasil wawancara dengan dr. Honazaro Marunduri Kamis, 19 Februari 2015. pada tahap ini, tugas lembaga bantuan hukum hanya memonitor saja karena tidak dapat mengintervensi tugas dan wewenang penyidik. 152 Menurut Elisabeth Juniarti Perangin-angin, efektif atau tidaknya Peraturan Pemerintah itu tergantung pada tujuan pelaksanaannya yang dilakukan secara cermat dan tegas. Jika aturan tersebut dirasa kurang memadai maka aturan lain dapat dituangkan dalam bentuk perundang- undangan baru yang lebih detail. Apabila pemerintah mengatur melegalkan aborsi tidak perlu ada batasan usia kehamilan, sepanjang di atur aturan yang sangat ketat bagi pelaksanaannya. 153

C. Sisi Negatif dan Positif Tindakan Aborsi Terhadap Kehamilan Akibat