I . PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Usaha Kecil Menengah UKM di daerah Jawa memiliki omzet penjualan lebih besar dari satu milyar rupiah mencapai 66,8 dan sekitar 53,7 lebih kecil
dari satu milyar rupiah di luar pulau Jawa. Kontribusi yang nyata telah diberikan oleh UKM, dimana 99,99 dari total jumlah perusahaan di Indonesia merupakan
UKM, 99,44 dari jumlah karyawan di Indonesia merupakan karyawan UKM dan 59,36 dari GDP Indonesia diperoleh dari sektor UKM Biro Pusat Statistik,
2003 . Pembentukan UKM baik secara langsung maupun tidak langsung menjadi
motor penggerak untuk menciptakan kesempatan kerja, UKM juga merupakan kunci keberhasilan pengembangan ekonomi lokal Bantacut dan Rawi, 2003.
Berdasarkan klasifikasinya, UKM dapat dikelompokkan ke dalam kelompok industri kimia, minuman, makanan, kayu olahan dan rotan, pulp dan kertas,
bahan kimia dan karet, serta bahan galian Depperindag, 2003. Salah satu jenis UKM yang berkembang dengan pesat di Indonesia adalah kelompok industri
makanan. Jumlah golongan industri makanan di Wilayah Bogor, lebih banyak
terdapat di Kabupaten Bogor sebanyak 174 industri kecil dan 3 industri menengah dan besar, sedangkan di Kota Bogor terdapat sebanyak 155 industri
kecil dan 6 industri menengah dan besar Dinas Perindag Kota Bogor dan Dinas Perindag Kabupaten Bogor, 2005.
Salah satu kelompok industri makanan yang berkembang di Wilayah Bogor adalah industri nata de coco. Pemanfaatan bahan baku air kelapa untuk
industri nata de coco mengalami peningkatan. Hal ini terlihat dari banyaknya industri yang membuat nata de coco. Untuk wilayah Bogor, industri nata de coco
terdapat di Kota Bogor dan Kabupaten Bogor, jumlah perusahaan yang terlibat dalam produksi nata de coco sebanyak 23 perusahaan di Kota Bogor dan
sebanyak 15 perusahaan di Kabupaten Bogor, yang semuanya masih merupakan industri kecil Dinas Perindag Kota Bogor, 2005 dan Dinas Perindag
Kabupaten Bogor, 2005. Jumlah industri nata de coco terbanyak terdapat di Kota Bogor. Hal ini
menunjukkan bahwa tingkat persaingan industri nata de coco ini sangat tinggi untuk Kota Bogor, ditambah lagi banyaknya industri sejenis yang juga menjual
hasil produksinya di Wilayah Bogor. Kondisi ini mengharuskan industri nata de
STRATEGI PENINGKATAN DAYA SAING INDUSTRI NATA DE COCO
DI KOTA BOGOR DENGAN PENDEKATAN FUZZY
RINI HAKIMI
SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR
2007
SURAT PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN SUMBER INFORMASI
Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis Strategi Peningkatan Daya Saing Industri Nata de Coco di Kota Bogor dengan Pendekatan Fuzzy adalah
karya saya sendiri dengan arahan komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun. Sumber informasi yang
berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka
dibagian akhir tesis ini.
Bogor, Januari 2007
Rini Hakimi F 351030011
RI NGKASAN
RINI HAKIMI. Strategi Peningkatan Daya Saing Industri Nata de Coco di Kota Bogor dengan Pendekatan Fuzzy. Dibimbing oleh MACHFUD, MARIMIN dan
ANI SURYANI.
Perusahaan nata de coco semakin banyak berkembang di Kota Bogor. Hal ini mengakibatkan semakin tingginya persaingan untuk industri nata de coco
di Kota Bogor. Tujuan dari penelitian ini adalah 1 Mengelompokkan industri kecil nata de coco di kota Bogor, 2 Mendapatkan informasi tentang kebutuhan
dan keinginan konsumen melalui kinerja kualitas produk nata de coco, 3 Menentukan dan menilai faktor-faktor internal dan eksternal yang berpengaruh
terhadap industri nata de coco, 4 Menentukan tingkat kepentingan kelembagaan yang terkait dalam peningkatan daya saing industri nata de coco, 5 Menyusun
strategi dan prioritas untuk meningkatkan daya saing industri nata de coco.
Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah adalah K- means cluster
, Quality Function Deployment QFD atau matriks House of Quality HOQ, fuzzy pairwise comparison, matriks IFE dan matriks EFE, matriks SWOT,
dan fuzzy AHP. Penelitian ini dilaksanakan pada industri nata de coco di Kota Bogor.
Analisis klaster cluster menghasilkan tiga kelompok perusahaan nata de coco, yaitu kelompok A – kinerja tinggi Perusahaan TK dan Perusahaan PT,
kelompok B – kinerja sedang Perusahaan ST, Perusahaan IMM, Perusahaan ET dan Perusahaan UI dan kelompok C – kinerja rendah Perusahaan RS dan
Perusahaan EB.
Informasi mengenai kebutuhan dan keinginan konsumen terhadap produk nata de coco, dilihat dari berbagai atribut kualitas produk, yaitu warna, rasa,
aroma, nilai gizi, teksturkekenyalan, bentuk, ukuran, kebersihan dan kemasan. Atribut kualitas yang belum sesuai dengan harapan konsumen untuk Perusahaan
EB adalah atribut rasa, warna, kemasan dan nilai gizi. Matriks House of Quality HOQ memperlihatkan bahwa tiga aktivitas proses yang besar pengaruhnya
untuk membuat kualitas produk yang sesuai dengan harapan konsumen adalah aktivitas pembuatan sirop nata, perebusan potongan nata dan penanganan
bahan baku.
Faktor-faktor lingkungan internal yang menjadi kekuatan perusahaan secara berurutan adalah lokasi usaha yang strategis 0.2376, sistem operasi
dan produksi yang baku 0.1861, terjaminnya ketersediaan bahan baku 0.1567, modal yang digunakan milik sendiri 0.1011, pengiriman produk tepat
waktu 0.0800, tenaga kerja produksi berpengalaman 0.0717, alat angkut pemasaran milik sendiri 0.0715, penanganan bahan baku yang baik 0.0710
dan kegiatan promosi produk melalui pameran 0.0243. Sedangkan yang menjadi kelemahan perusahaan adalah merek produk belum dikenal 0.3644,
kualitas produk belum memuaskan 0.2244, harga jual produk yang belum sesuai 0.1613, keterbatasan dalam pendanaan 0.1287, teknologi produksi
masih sederhana 0.0607 dan tenaga penjual yang terbatas 0.0605.
Faktor-faktor lingkungan eksternal yang menjadi peluang perusahaan secara berurutan adalah peningkatan pola hidup sehat 0.2274, tersedianya
pemasok bahan baku diberbagai lokasi 0.2131, ketersediaan kredit bagi IKM 0.2061, kebijakan tentang pengembangan IKM 0.1952, perkembangan
teknologi 0.0802, jumlah penduduk Indonesia yang besar 0.0427 dan peningkatan tingkat pendidikan 0.0353. Sedangkan yang menjadi ancaman
adalah loyalitas konsumen terhadap merek tertentu 0.3743, keberadaan perusahaan sejenis 0.2524, adanya produk substitusi 0.2029, kondisi
perekonomian Indonesia 0.1209 dan kebijakan tentang perdagangan 0.0493. Tingkat kepentingan kelembagaan yang terkait secara berurutan adalah
industri nata de coco 0.2439, distributor produk nata de coco 0.1737, pengguna produk nata de coco 0.1324, perbankanlembaga keuangan
0.1293, pemasok bahan baku 0.1128, pemerintahpemdadinas terkait 0.1053 dan industri produk substitusi 0.1024. Tingkat kepentingan
kelembagaan ini, sangat berkaitan dengan faktor pemasaran, keuangan, produksi dan operasi, SDM, kondisi ekonomi, kebijakan pemerintah dan
teknologi.
Prioritas strategi yang dapat diterapkan oleh pihak perusahaan secara berurutan adalah memperluas jaringan distribusi 0.4287, meningkatkan
teknologi produksi yang digunakan 0.2141, meningkatkan kualitas produk 0.2007, membangun kemitraan dengan pemasok 0.1563. Sedangkan
prioritas strategi yang dapat dilaksanakan oleh pihak diluar perusahaan untuk peningkatan daya saing adalah melakukan pameran untuk industri kecil setiap
triwulan 0.2911, menyediakan paket kredit lunak untuk pembiayaan industri nata de coco 0.2484, memberikan pelatihan untuk industri nata de coco
0.2384 dan transfer teknologi oleh instansi terkait 0.2219.
Kata kunci : Analisis klaster, QFD, faktor lingkungan, kelembagaan, strategi, fuzzy AHP
ABSTRACT
RINI HAKIMI. The Improvement Strategy of The Nata de Coco Industries Competitiveness in Bogor with Fuzzy Approach
. Under the direction of MACHFUD, MARIMIN and ANI SURYANI.
The numbers of nata de coco industries are increase rapidly in Bogor and cause a high competition situation. The accurate data are urgently needed to
support the improvement competitiveness of these industries. The aims of this research are to 1 clustering the nata de coco Industries in Bogor, 2 obtain the
customer expectation and satisfaction, 3 determine the affecting external and internal factors, 4 find the interest level of related organization in nata de coco
industries, 5 create the strategies and set the priority to improve the competitive positioning of nata de coco industries.
The tools which are used to analyze the data are K-means clustering, Quality Function Deployment QFD, fuzzy pair wise comparison, matrix IFE and
matrix EFE, matrix SWOT and Fuzzy AHP. The clustering analysis results are 3 levels of the companies. They are
grade A high performance, grade B medium performance, and grade C low performance. The attributes quality of the product which preferred by the
customers are the cleanness, the flavor, the aroma, the color, the elasticity, the packaging, the nutrition content, the shape and the size of the nata de coco
products. The process activity which give the highest contribution to the product quality are making of the nata syrup, poaching of the nata cutlet and handling of
the raw materials
. The internal environment factor that influence the strength of the company
is the strategic location of the company 0.2376. The internal environment factor that sway the weakness of the company is the unpopular brand 0.3644. The
external factor that affect the opportunity of the company is the increasing of the health living style 0.2274. The external factor that affect the threat of the
company is the loyality of the customer to the specific brand 0.3743.
The organization which give the highest contribution to improvement strategy of nata de coco industries competitiveness are the nata de coco industry
it self 0.2439 and the distributors 0.1737. The suggested strategies for nata de coco company are expanding the distribution network 0.4287 and improving the
technology 0.2141. The priority of strategy which can be done by the organization outside of nata de coco company to improve the competitiveness
are provide the exebition for small enterprise each three months 0.2911, and provide the loans for nata de coco industries 0.2484
The policy should be taken from the factors above and the implementation needs the integration of all component among organizations.
Keywords : cluster, QFD, environment factors, organization, strategy, fuzzy AHP.
© Hak cipta milik Institut Pertanian Bogor, tahun 2007 Hak cipta dilindungi
Dilarang mengutip dan memperbanyak tanpa izin tertulis dari Institut Pertanian Bogor, sebagian atau seluruhnya dalam
bentuk apapun, baik cetak, fotokopi, mikrofilm dan sebagainya
STRATEGI PENINGKATAN DAYA SAING INDUSTRI NATA DE COCO
DI KOTA BOGOR DENGAN PENDEKATAN FUZZY
RINI HAKIMI
Tesis Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Magister Sains pada Program Studi Teknologi Industri Pertanian
SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR
2007
Judul Tesis : Strategi Peningkatan Daya Saing Industri Nata de Coco
di Kota Bogor dengan Pendekatan Fuzzy Nama
: Rini Hakimi NRP
: F 351030011 Program Studi
: Teknologi Industri Pertanian
Disetujui, Komisi Pembimbing
Dr. Ir. Machfud, M.S Ketua
Prof. Dr. Ir. Marimin, M.Sc
Dr. Ir. Ani Suryani, DEA Anggota
Anggota
Diketahui, Ketua Program Studi
Dekan Sekolah Pasca Sarjana Teknologi Industri Pertanian
Dr. Ir. Irawadi Jamaran
Prof. Dr. Ir. Khairil Anwar Notodiputro, M.S Tanggal Ujian : 2 Januari 2007 Tanggal Lulus : 7 Februari 2007
RI W AYAT HI DUP
Penulis dilahirkan di Lintau Buo-Sumatera Barat pada tanggal 8 Agustus 1975 dari ayah Syamsuar dan ibu Nurcahaya. Penulis merupakan putri kelima
dari enam bersaudara. Penulis menikah pada tanggal 10 Maret 2001 dengan Daddy Budiman dan telah dikaruniai dua orang putri, yaitu Fathimah Fitri
Budiman dan Aisyah Rahmah Budiman. Pendidikan formal yang penulis tempuh adalah sebagai berikut :
1. Sekolah Dasar di SDN 6 Batusangkar lulus pada tahun 1987. 2. Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama di SMPN 1 Batusangkar lulus pada tahun
1990. 3. Sekolah Lanjutan Tingkat Atas di SMAN 1 Batusangkar lulus pada tahun
1993. 4. Pendidikan sarjana ditempuh di Institut Pertanian Bogor IPB, Jurusan Sosial
Ekonomi - Program Studi Agribisnis, lulus pada bulan Februari 1998. Pada tahun 2003 penulis diterima di Program Studi Teknologi Industri
Pertanian pada Program Pasca Sarjana IPB. Beasiswa pendidikan pascasarjana diperoleh dari Direktorat Jendral Pendidikan Nasional melalui program Beasiswa
Pendidikan Pascasarjana BPPS. Penulis bekerja sebagai Assistant Researcher di PSI-SDALP pada tahun
1998-2000. Penulis menjadi Staf Pengajar di Jurusan Sosial Ekonomi, Fakultas Pertanian, Universitas Andalas, Padang sejak tahun 1998. Jabatan yang pernah
dipegang penulis adalah Kepala Laboratorium Komputer Jurusan Sosial Ekonomi dari tahun 2000-2001, Pembina Kemahasiswaan Jurusan Sosial Ekonomi
Pertanian tahun 2000-2001, Staff pada Lembaga penelitian dan Pengabdian Masyarakat Fakultas Pertanian UNAND tahun 2000.
I . PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang