Analisis Nilai Ekonomi Usaha Tambak Nila, Bandeng dan Udang Windu terhadap Kesejahteraan Petambak di Kawasan Mangrove Kelurahan Nelayan Indah, Medan Labuhan

(1)

ANALISIS NILAI EKONOMI USAHA TAMBAK NILA,

BANDENG DAN UDANG WINDU TERHADAP

KESEJAHTERAAN PETAMBAK DI KAWASAN MANGROVE

KELURAHAN NELAYAN INDAH, MEDAN LABUHAN

MEIA ESTER SELA GINTING 110302060

PROGRAM STUDI MANAJEMEN SUMBERDAYA PERAIRAN

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

2015


(2)

ANALISIS NILAI EKONOMI USAHA TAMBAK NILA,

BANDENG DAN UDANG WINDU TERHADAP

KESEJAHTERAAN PETAMBAK DI KAWASAN MANGROVE

KELURAHAN NELAYAN INDAH, MEDAN LABUHAN

SKRIPSI

MEIA ESTER SELA GINTING 110302060

PROGRAM STUDI MANAJEMEN SUMBERDAYA PERAIRAN

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

2015


(3)

ANALISIS NILAI EKONOMI USAHA TAMBAK NILA,

BANDENG DAN UDANG WINDU TERHADAP

KESEJAHTERAAN PETAMBAK DI KAWASAN MANGROVE

KELURAHAN NELAYAN INDAH, MEDAN LABUHAN

SKRIPSI

MEIA ESTER SELA GINTING 110302060

Skripsi sebagai satu diantara beberapa syarat untuk dapat memperoleh gelar Sarjana Perikanan di Program Studi Manajemen Sumberdaya Perairan

Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara

PROGRAM STUDI MANAJEMEN SUMBERDAYA PERAIRAN

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

2015


(4)

LEMBAR PENGESAHAN

Judul : Analisis Nilai Ekonomi Usaha Tambak Nila, Bandeng dan Udang Windu terhadap Kesejahteraan Petambak di Kawasan Mangrove Kelurahan Nelayan Indah, Medan Labuhan

Nama : Meia Ester Sela Ginting NIM : 110302060

Program Studi : Manajemen Sumberdaya Perairan

Disetujui Oleh : Komisi Pembimbing

Dr. Ir. Yunasfi, M.Si Febrina Arli, S.Pi. M.EP Ketua Anggota

Mengetahui :

Dr. Ir. Yunasfi, M.Si


(5)

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI

DAN SUMBER INFORMASI

Dengan ini saya yang bertandatangan dibawah ini: Nama : Meia Ester Sela G

NIM : 110302060

Menyatakan bahwa skripsi yang berjudul “Analisis Nilai Ekonomi Usaha Tambak Terhadap Kesejahteraan Petambak di Kawasan Mangrove Kelurahan Nelayan Indah, Medan Labuhan” adalah benar merupakan hasil karya saya sendiri dan belum pernah diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun. Semua sumber data dan informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun yang tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam daftar pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Medan, Agustus 2015


(6)

ABSTRAK

MEIA ESTER SELA GINTING. Analisis Nilai Ekonomi Usaha Tambak Nila, Bandeng dan Udang Terhadap Kesejahteraan Petambak Di Kawasan Mangrove Kelurahan Nelayan Indah Medan Labuhan. Dibimbing oleh YUNASFI dan FEBRINA ARLI.

Masyarakat kelurahan Nelayan Indah melakukan kegiatan usaha tambak di kawasan mangrove sebagai mata pencaharian utama dalam pemenuhan kebutuhan setiap bulan yang mempengaruhi tingkat kesejahteraan petambak. Penelitian ditujukan melihat populasi mangrove, analisis nilai ekonomi tambak nila (Oreochromis niloticus), ikan bandeng (Chanos chanos), dan udang windu (Penaeus monodon) serta tingkat kesejahteraan antara petambak berdasarkan tingkat pendapatan perbulan dari setiap komodiatas tambak. Metode penelitian menggunakan purposive sampling yang sengaja dilakukan berdasarkan mencari mata pencaharian utama obyek penelitian merupakan petambak dari salah satu komoditas tersebut, dan kegiatan tambaka berlokasi di kawasan mangrove Kelurahan Nelayan Indah. Penelitian dilakukan pada bulan April sampai Mei 2015. Populasi mangrove dianalisis dengan metode transect sensus sehingga semua mangrove di data dengan luas wilayah transect 100 m2. Jalur transect dibagi menjadi 2 (dua) jalur dengan pertimbangan luas penyebaran tambak terhadap mangrove. Analisis nilai ekonomi dengan menggunakan rumus slovin untuk melihat pendapatan, benefit cost ratio (BCR) dan payback period (PP) dan dianalisis secara kuantitatif dan deskriptif. Tingkat kesejahteraan di analisis secara deskriptif berdasarkan besaran pendapatan yang dibandingkan dengan pengeluaran setiap bulan kemudian di bandingkan dengan ketiga komoditas. Hasil penelitian di dapat bahwa populasi mangrove dominan di jalur I, II adalah Rhizophora a picula ta dan hasil terendah jalur I, II adalah Avicennia alba dan Nypa fruticans. Tingkat kerapatan mangrove masuk kategori rendah namun baik dalam pengembangan usaha tambak ikan dan udang. Analisis nilai ekonomi usaha tambak nila pendapatannya sebesar Rp 5.459.204 perbulan dengan nilai BCR 6,7 dan nilai PP 0.11 Tahun. Tambak bandeng pendapatannya sebesar Rp 4.156.513 perbulan dengan nilai BCR 16.85 dan PP 0.16 Tahun. Tambak udang pendapatannya Rp 2.645.437 perbulan serta BCR 6 dengan PP 0.38 Tahun. Tingkat kesejahteraan petambak nila lebih sejahtera dibandingkan dua komoditas lain.


(7)

ABSTRACK

MEIA ESTER SELA GINTING. Economic Value Analysis of Business Fishpond Welfare Farmers In The Mangrove Region Village Nelayan Indah, Medan Labuhan. Under Academic Supervision by YUNASFI and FEBRINA ARLI

Kelurahan Nelayan Indah community conduct farming in mangrove areas that affect the welfare of farmers. Research focus to see mangrove population, economic value analysis of the level of tilapia (Oreochromis niloticus), milkfish (Chanos Chanos), and tiger shrimp (Penaeus monodon) with welfare of farming. Research using purposive sampling method that deliberately done by the main livelihood is located in mangrove areas Kelurahan Nelayan Indah in April to May 2015. Mangrove population analyzed by line transect method into 2 (two) lanes census, economic value analysis and the level of welfare with slovin method analyzed descriptively. The research results can be that dominant mangrove populations in the path of I, II is Rhizophora apiculata and the lowest result lane I, II is Avicennia alba and Nypa fruticans. Analysis of the economic value of farming tilapia revenue of Rp 5,459,204 for a month with a value of Benefit Cost Ratio (BCR) 6,7 and the value payback period (PP) 0,11 Year.s Milkfish revenue of Rp 4,156,513 per month with a value of 16.85 and PP 0,16 BCR Year. Shrimp farm income is Rp 2,645,437 per month as well as BCR 6 with 0,38 PP Year. Welfare level tilapia farmers more prosperous than the two other commodities. Keywords: Mangrove population, economic value of fishpond, public welfare


(8)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Lau Pakam pada tanggal 15 Mei 1993 dari ayah Mbaga Ginting dan ibu Aslina Br Tarigan. Penulis merupakan anak kedua dari tiga bersaudara. Pendidikan formal yang pernah ditempuh oleh penulis adalah Sekolah Dasar (SD) Negeri 040551 Lau Pakam pada tahun 1999 – 2005, Sekolah Menengah Pertama (SMP) Negeri 1 Mardinding pada tahun 2005 – 2008 dan Sekolah Menengah Atas (SMA) Negeri 1 Berastagi pada tahun 2008 – 2011. Penulis diterima di program studi Manajemen Sumberdaya Perairan, Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara (MSP FP USU) pada tahun 2011 melalui jalur ujian tertulis Ujian Masuk Bersama (UMB).

Penulis aktif dalam berbagai kegiatan organisasi diantaranya sebagai anggota Ikatan Mahasiswa Manajemen Sumberdaya Perairan (IMASPERA) periode 2012 – 2013, anggota Unit Kegiatan Mahasiswa Kebaktian Mahasiswa Kristen Unit Pelayanan Fakultas Pertanian dan anggota Ikatan Mahasiswa Karo (IMKA) Mbuah Page Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara. Penulis juga pernah menjadi asisten laboratorium mata kuliah Dinamika Populasi pada semester ganjil tahun ajaran 2014 – 2015 dan asisten laboratorium mata kuliah Fisiologi Hewan Air pada semester genap 2013-2015. Penulis juga melaksanakan Praktik Kerja Lapangan (PKL) di Balai Penelitian dan Pengembangan Budidaya Ikan Hias (BPPBIH) Depok, Jawa Barat dari tanggal 14 Juli Sampai 14 Agustus 2014.


(9)

KATA PENGANTAR

Puji dan Syukur penulis ucapkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul Analisis Nilai Ekonomi Usaha Tambak Terhadap Kesejahteraan Petambak di Kawasan Mangrove Kelurahan Nelayan Indah, Medan Labuhan.

Pada kesempatan ini penulis menyampaikan rasa terima kasih sebesar-besarnya kepada Ayahanda Mbaga Ginting, Ibunda Aslina Br Tarigan dan Abangnda Jonas Eratika Ginting dan Adik Joan Jamarsi Ginting yang telah memberikan dukungan materi, kasih sayang dan doa kepada penulis.

Pada kesempatan ini penulis juga mengucapkan terima kasih kepada Bapak Dr. Ir. Yunasfi, M.Si selaku Ketua Program Studi, Ketua Komisi Pembimbing dan Ibu Febrina Arli, S.Pi. M.EP selaku Anggota Komisi Pembimbing yang telah memberi bimbingan dalam menyelesaikan usulan skripsi. Terima kasih juga penulis sampaikan seluruh staf pengajar dan pegawai di Program Studi Manajemen Sumberdaya Perairan dan rekan mahasiswa yang telah memberikan dukungan dalam penulisan skripsi ini.

Penulis berharap semoga skripsi ini bermanfaat dalam pengembangan ilmu pengetahuan khususnya bidang Manajemen Sumberdaya Perairan dan Perikanan Budidaya.

Medan, Agustus 2015


(10)

DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRAK ... i

ABSTRACK ... ii

RIWAYAT HIDUP ... iii

KATA PENGANTAR ... iv

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR GAMBAR ... vii

DAFTAR TABEL ... viii

PENDAHULUAN ... 1

Latar Belakang ... 1

Perumusan Masalah ... 3

Kerangka Pemikiran ... 3

Tujuan Penelitian ... 4

Manfaat Penelitian ... 4

TINJAUAN PUSTAKA ... 6

Ekosistem Mangrove ... 6

Pengertian Mangrove ... 6

Zonasi Mangrove ... 7

Karakterisrik Mangrove ... 8

Kegiatan Usaha Tambak ... 14

Tambak Udang ... 14

Tambak Nila ... 15

Tambak Bandeng ... 17

Analsis Nilai Ekonomi Usaha Tambak ... 19

Analisis Sosial Masyarakat ... 22

BAHAN DAN METODE ... 23

Waktu Dan Tempat Penelitian ... 23

Alat Dan Bahan Penelitian ... 23

Metode Pengumpulan Data ... 24

Prosedur Penelitian ... 25


(11)

Pendapatan Masyarakat ... 31

HASIL DAN PEMBAHASAN ... 32

Hasil ... 32

Keadaan Umum Wilayah Penelitian ... 33

Analisis Vegetasi Mangrove ... 34

Analisis Ekonomi Kegiatan Usaha Tambak ... 34

Tambak Nila ... 34

Tambak Bandeng ... 38

Tambak Udang ... 40

Pendapatan Masyarakat ... 43

Pembahasan ... 48

Keadaan Umum Wilayah Penelitian ... 48

Analisis Vegetasi Mangrove ... 49

Kegiatan Usaha Tambak... 51

Analisis Nilai Ekonomi Usaha Tambak ... 53

Pendapatan Mayarakat ... 60

Kesimpulan dan Saran ... 61

Kesimpulan ... 61

Saran ... 62 DAFTAR PUSTAKA


(12)

DAFTAR GAMBAR

No. Teks Halaman

1. Kerangka Pemikiran Penelitian ... 4

2. Pola Zonasi Mangrove ... 8

3. Udang (Penaus monodon) ... 15

4. Ikan Nila (Oreochromis niloticus) ... 16

5. Ikan Bandeng (Chanos chanos) ... 18

6. Lokasi Penelitian ... 23

7. Skematik Transek Pengukuran Mangrove ... 27


(13)

DAFTAR TABEL

No. Teks Halaman

1. Luas Wilayah Pemanfaatan Kelurahan Nelayan Indah ... 32

2. Luas, Jumlah Penduduk dan Kepadatan Jiwa ... 33

3. Jenis-Jenis Mata Pencaharian Masyarakat ... 33

4. Data Analisis Vegetasi Mangrove Kelurahan Nelayan Indah ... 34

5. Komponen Biaya Investasi dalam Usaha Tambak Nila ... 35

6. Komponen Biaya Tetap dan Biaya Variabel Tambak Nila ... 36

7. Penerimaan Usaha Tambak Nila ... 37

8. Nilai Ekonomi Tambak Nila ... 37

9. Komponen Biaya Investasi dalam Usaha Tambak Bandeng ... 38

10. Komponen Biaya Tetap dan Biaya Variabel Tambak Bandeng ... 39

11. Penerimaan Usaha Tambak Bandeng ... 39

12. Nilai Ekonomi Tambak Bandeng ... 40

13. Komponen Biaya Investasi Tambak Udang ... 41

14. Komponen Biaya Tetap dan Biaya Variabel Tambak Udang ... 41

15. Penerimaan Usaha Tambak Udang ... 42

16. Nilai Ekonomi Tambak Udang ... 43

17. Nilai Produksi Tambak ... 44

18. Total Produksi Tambak ... 44

19. Pendapatan Rata-Rata Petambak di Kelurahan Nelayan Indah ... 45

20. Tingkat Pengeluaran Keluarga Petambak Nila ... 45


(14)

DAFTAR LAMPIRAN

No. Teks Halaman

1. Kuisioner untuk Masyarakat Petambak ... 68

2. Kuisioner Survei Valuasi Ekonomi Tambak ... 69

3. Jumlah Populasi Responden ... 71

4. Biaya Penyusutan ... 72

5. Foto Dokumentasi Hasil Survey ... 73


(15)

ABSTRAK

MEIA ESTER SELA GINTING. Analisis Nilai Ekonomi Usaha Tambak Nila, Bandeng dan Udang Terhadap Kesejahteraan Petambak Di Kawasan Mangrove Kelurahan Nelayan Indah Medan Labuhan. Dibimbing oleh YUNASFI dan FEBRINA ARLI.

Masyarakat kelurahan Nelayan Indah melakukan kegiatan usaha tambak di kawasan mangrove sebagai mata pencaharian utama dalam pemenuhan kebutuhan setiap bulan yang mempengaruhi tingkat kesejahteraan petambak. Penelitian ditujukan melihat populasi mangrove, analisis nilai ekonomi tambak nila (Oreochromis niloticus), ikan bandeng (Chanos chanos), dan udang windu (Penaeus monodon) serta tingkat kesejahteraan antara petambak berdasarkan tingkat pendapatan perbulan dari setiap komodiatas tambak. Metode penelitian menggunakan purposive sampling yang sengaja dilakukan berdasarkan mencari mata pencaharian utama obyek penelitian merupakan petambak dari salah satu komoditas tersebut, dan kegiatan tambaka berlokasi di kawasan mangrove Kelurahan Nelayan Indah. Penelitian dilakukan pada bulan April sampai Mei 2015. Populasi mangrove dianalisis dengan metode transect sensus sehingga semua mangrove di data dengan luas wilayah transect 100 m2. Jalur transect dibagi menjadi 2 (dua) jalur dengan pertimbangan luas penyebaran tambak terhadap mangrove. Analisis nilai ekonomi dengan menggunakan rumus slovin untuk melihat pendapatan, benefit cost ratio (BCR) dan payback period (PP) dan dianalisis secara kuantitatif dan deskriptif. Tingkat kesejahteraan di analisis secara deskriptif berdasarkan besaran pendapatan yang dibandingkan dengan pengeluaran setiap bulan kemudian di bandingkan dengan ketiga komoditas. Hasil penelitian di dapat bahwa populasi mangrove dominan di jalur I, II adalah Rhizophora a picula ta dan hasil terendah jalur I, II adalah Avicennia alba dan Nypa fruticans. Tingkat kerapatan mangrove masuk kategori rendah namun baik dalam pengembangan usaha tambak ikan dan udang. Analisis nilai ekonomi usaha tambak nila pendapatannya sebesar Rp 5.459.204 perbulan dengan nilai BCR 6,7 dan nilai PP 0.11 Tahun. Tambak bandeng pendapatannya sebesar Rp 4.156.513 perbulan dengan nilai BCR 16.85 dan PP 0.16 Tahun. Tambak udang pendapatannya Rp 2.645.437 perbulan serta BCR 6 dengan PP 0.38 Tahun. Tingkat kesejahteraan petambak nila lebih sejahtera dibandingkan dua komoditas lain.


(16)

ABSTRACK

MEIA ESTER SELA GINTING. Economic Value Analysis of Business Fishpond Welfare Farmers In The Mangrove Region Village Nelayan Indah, Medan Labuhan. Under Academic Supervision by YUNASFI and FEBRINA ARLI

Kelurahan Nelayan Indah community conduct farming in mangrove areas that affect the welfare of farmers. Research focus to see mangrove population, economic value analysis of the level of tilapia (Oreochromis niloticus), milkfish (Chanos Chanos), and tiger shrimp (Penaeus monodon) with welfare of farming. Research using purposive sampling method that deliberately done by the main livelihood is located in mangrove areas Kelurahan Nelayan Indah in April to May 2015. Mangrove population analyzed by line transect method into 2 (two) lanes census, economic value analysis and the level of welfare with slovin method analyzed descriptively. The research results can be that dominant mangrove populations in the path of I, II is Rhizophora apiculata and the lowest result lane I, II is Avicennia alba and Nypa fruticans. Analysis of the economic value of farming tilapia revenue of Rp 5,459,204 for a month with a value of Benefit Cost Ratio (BCR) 6,7 and the value payback period (PP) 0,11 Year.s Milkfish revenue of Rp 4,156,513 per month with a value of 16.85 and PP 0,16 BCR Year. Shrimp farm income is Rp 2,645,437 per month as well as BCR 6 with 0,38 PP Year. Welfare level tilapia farmers more prosperous than the two other commodities. Keywords: Mangrove population, economic value of fishpond, public welfare


(17)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Indonesia memiliki hutan mangrove terluas di dunia yaitu mencapai 25% (sekitar 4,25 juta ha) dan 76% dari luas hutan mangrove di Asia Tenggara. Hutan mangrove di Indonesia tersebar di pesisir Sumatera, Kalimantan, Jawa, Bali hingga Papua. Hutan mangrove yang tersebar di sepanjang pesisir Indonesia menyediakan hutan pantai yang sangat kokoh dengan perakaran yang kuat sehingga mampu meredam gelombang dan menahan lumpur. Hutan mangrove yang luas akan memberikan berbagai dampak atau fungsi terhadap keseimbangan lingkungan pesisir dan bagi kehidupan manusia di sekitarnya (Ghufran dan Kordi, 2012).

Secara umum hutan mangrove memiliki tiga fungsi utama yaitu fungsi fisik yang mampu menjaga keseimbangan lingkungan pesisir, fungsi biologis yang dimanfaatkan flora dan fauna untuk kelangsungan hidupnya dan fungsi ekonomi sebagai penunjang kehidupan masyarakat di sekitar hutan mangrove menurut Suryono (2013). Mengingat berbagai fungsi penting hutan mangrove maka salah satu pemanfaatan hutan mangrove yang dilakukan masyarakat di pesisir yaitu kegiatan usaha tambak ikan. Kegiatan usaha tambak ikan di sepanjang hutan mangrove telah lama dilakukan oleh masyarakat Kelurahan Nelayan Indah dan sekitarnya dikarenakan kegiatan usaha tambak ini merupakan salah satu cara yang dapat meningkatkan pendapatan masyarakat.

Kelurahan Nelayan Indah merupakan wilayah pesisir yang terletak di bagian timur kota Medan yang banyak ditemukan hutan mangrove. Masyarakat


(18)

Kelurahan Nelayan Indah memanfaatkan sebagian besar hutan mangrove menjadi lahan tambak. Jenis ikan yang dibudidayakan dalam tambak yakni ikan nila, ikan bandeng, udang, kepiting dan lain-lain. Jenis ikan dominan dalam kegiatan usaha tambak di Kelurahan Nelayan indah adalah ikan bandeng (Chanos chanos), ikan nila (Oreochromis niloticus) dan udang windu (Penaeus monodon). Kegiatan usaha tambak ikan nila, bandeng dan udang dilakukan karena mempunyai nilai harga yang tinggi di pasaran serta relatif tidak sulit dalam pembudidayaan dan banyak digemari masyarakat sekitar. Berdasarkan pertimbangan tersebut maka besar potensi ekonomi tambak bagi kehidupan masyarakat yang sangat berkaitan dengan pemberdayaan masyarakat yang menggantungkan kesejahteraan hidupnya dengan usaha tambak.

Kelurahan Nelayan Indah selain terdapat kegiatan usaha tambak yang mendominan untuk meningkatkan pendapatan masyarakat petambak juga ada kegiatan lainnya yaitu sebagai pegawai (swasta atau negeri), petani, nelayan, wirausaha dan lain-lain. Mengingat lokasi di Kelurahan Nelayan Indah tersedia lahan yang potensial untuk kegiatan usaha tambak sehingga diharapkan dapat mendukung perkembangan kegiatan usaha tambak. Menurut Hendrik (2011), pengembangan kegiatan usaha tambak dapat menentukan penerimaan atau penghasilan yang akan diterima petambak dalam kurun waktu setiap kali panen dari kegiatan usaha tambak tersebut. Pendapatan yang diperoleh akan mempengaruhi tingkat kesejahteraan masyarakat pelaku kegiatan usaha tambak.

Kondisi sosial ekonomi masyarakat yang tinggal di sekitar kawasan tambak akan mempengaruhi perilaku mereka dalam pemanfaatan sumberdaya alam yang ada di sekitarnya. Besarnya nilai ekonomis dari tambak akan mempengaruhi besar


(19)

kecilnya pendapatan dan indikator kondisi ekonomi masyarakat sehingga upaya pemberdayaan ekonomi masyarakat menjadi penting untuk mengetahui tingkat kesejahteraan pada kondisi saat ini.

Perumusan Masalah

Kelurahan Nelayan Indah memiliki potensi sumberdaya mangrove yang cukup baik. Kawasan mangrove di Kelurahan Nelayan Indah banyak ditemukan tambak ikan sepanjang jalan. Kegiatan pertambakan sangat banyak dikembangkan sehingga keberadaanya diharapkan memberikan keuntungan bagi petambak. Meningkatnya kegiatan usaha tambak berkaitan dengan peningkatan ekonomi dan kesejahteraan masyarakat sekitar kawasan mangrove. Nilai manfaat yang dirasakan petambak hendaknya dapat menjadi pertimbangan eksistensi kegiatan tambak. Untuk mengetahui nilai manfaat ekonomi kegiatan usaha tambak dilakukan peneliti dapat dirumuskan beberapa permasalahan sebagai berikut: 1. Bagaimana populasi mangrove yang ada di Kelurahan Nelayan Indah. 2. Bagaimana nilai ekonomi usaha tambak di Kelurahan Nelayan Indah.

3. Bagaimana tingkat pendapatan petambak terhadap tingkat kesejahteraan masyarakat di Kelurahan Nelayan Indah.

Kerangka Pemikiran

Kelurahan Nelayan Indah adalah salah satu permukiman penduduk yang memiliki hutan mangrove. Hutan mangrove memiliki potensi besar dalam kegiatan usaha tambak. Potensi tersebut dilihat dari pemanfaatan lahan di Kelurahan Nelayan Indah banyak diperuntukkan menjadi lahan tambak oleh masyarakat setempat. Kegiatan usaha tambak diharapkan mampu memberikan


(20)

dampak positif dengan peningkatkan kesejahteraan masyarakat sekitar di Kelurahan Nelayan Indah.

Jenis kegiatan usaha tambak yang dibudidayakan di Kelurahan Nelayan Indah sangat beraneka ragam yaitu beberapa jenis ikan nila, ikan bandeng, dan udang windu. Keberhasilan usaha tambak ditentukan oleh daya dukung lingkungan dan sistem teknologi yang digunakan untuk mengetahui nilai ekonomi tambak serta menganalisis tingkat pendapatan masyarakat untuk mengetahui tingkat kesejahteraan petambak yang ada di kawasan hutan mangrove.

Kegiatan tambak memberikan pengaruh terhadap kondisi kesejahteraan petambak dengan tetap memperhatikan kondisi lingkungan. Selanjutnya secara sederhana dengan kerangaka pemikiran dapat dilihat pada Gambar 1.

Gambar 1. Kerangka Pemikiran Penelitian Kawasan Mangrove

Nilai Ekonomi Pendapatan dan Tingkat Kesejahteraan Petambak

Implementasi terhadap Pengelolaan Kawasan Pesisir Kelurahan Nelayan Indah

Kawasan Pesisir


(21)

Tujuan Penelitian

1. Mengetahui populasi mangrove di Kelurahan Nelayan Indah.

2. Menghitung nilai ekonomi usaha tambak ikan bandeng, ikan nila dan udang tiger yang berkaitan dengan aktivitas masyarakat petambak di Kelurahan Nelayan Indah.

3. Menentukan tingkat pendapatan masyarakat berkaitan dengan kesejahteraan masyarakat petambak di Kelurahan Nelayan Indah.

Manfaat Penelitian

Manfaat penelitian ini diharapkan dapat memberikan bahan masukan berupa informasi tentang nilai ekonomi tambak yang ada di kawasan mangrove di Kelurahan Nelayan Indah yang berguna bagi arahan pengelolaan kawasan mangrove secara berkelanjutan khususnya dari sudut pandang ekologi.


(22)

TINJAUAN PUSTAKA

Ekosistem Mangrove Pengertian Mangrove

Kata mangrove merupakan kombinasi antara bahasa Portugis mangue dan bahasa Inggris grove. Bahasa Inggris kata mangrove digunakan baik untuk komunitas tumbuhan yang tumbuh di daerah jangkauan pasang-surut maupun untuk individu-individu spesies tumbuhan yang menyusun komunitas tersebut. Bahasa Portugis kata mangrove digunakan untuk menyatakan individu spesies tumbuhan, dan kata mangal untuk menyatakan komunitas tumbuhan tersebut (Kusuma dkk, 2005).

Mangrove merupakan ekosistem yang unik dan rawan. Ekosistem ini mempunyai berbagai fungsi ekologis dan ekonomis bagi manusia dan organisme lainnya secara langsung maupun tidak. Perubahan ekosistem mangrove dapat dilihat dari adanya alih fungsi lahan (mangrove) menjadi tambak, pemukiman, industri dan penebangan oleh masyarakat untuk berbagai kepentingan (Rochana, 2010).

Mangrove secara alami memberikan fungsi-fungsi biologi, sosial ekonomi dan fisik. Berbagai macam fungsi tersebut bermanfaat bagi kehidupan manusia khususnya mereka yang tinggal sekitar mangrove. Manfaat sosial ekonomi, misalnya lebih dapat dirasakan langsung oleh masyarakat. Hasil mangrove berupa kayu, arang, kayu bakar, kerang, ikan, udang, kepiting, buah mangrove, daun jeruju, produk olahan dan ekowisata dapat menambah pendapatan masyarakat bahkan umumnya merupakan penghasil utama bagi sebagian


(23)

masyarakat. Fungsi fisik ialah perlindungan pantai dari hantaman gelombang tinggi, angin kencang, abrasi dan lain sebagainya (Kustanti, 2011).

Zonasi Mangrove

Hutan mangrove tumbuh subur dan luas di daerah delta dan aliran air sungai yang besar dengan muara yang lebar. Hutan mangrove merupakan ekosistem yang kompleks terdiri atas flora dan fauna daerah pantai, hidup sekaligus di habitat daratan dan air laut, antara batas air pasang dan surut. Tumbuh pada kawasan pasang surut mangrove harus beradaptasi dengan dengan kadar salinitas yang menjadi faktor pembatas utama dalam penzonasian ekosistem mangrove (Suryono, 2013).

Ada lima faktor utama yang mempengaruhi zonasi mangrove di kawasan pantai tertentu yaitu (1) gelombang yang menentukan frekuensi tergenang (2) salinitas yang berkaitan dengan hubungan osmosis mangrove (3) substrat (4) pengaruh darat seperti aliran air masuk dan rembesan air tawar; (5) keterbukaan terhadap gelombang yang menentukan jumlah substrat yang dapat dimanfaatkan (Ghufran dan Kordi, 2012).

Hutan mangrove memiliki zona tumbuh tertentu. Pembagian zonasi mangrove dimulai dari bagian yang paling kuat mengalami pengaruh angin dan ombak yakni zona terdepan yang digenangi air berkadar garam tinggi dan ditumbuhi pohon pionir. Zona paling depan adalah tumbuhan Avicenia spp yang berasosiasi dengan Soneratia spp. zona ini menghadapi ombak, tanah lumpur lembek dengan salinitas tinggi. Selanjutnya. zona Rhizophora umumnya didominasi dengan tanaman bakau jenis Rizophora spp. berasosiasi dengan


(24)

Bruguiera sp. Zona lain adalah zona Bruguiera umumnya didominasi oleh tanaman bakau jenis Bruguiera spp. berasosiasi dengan jenis lain seperti Ceriops ta ga l dengan salinitas sedang. Zona paling belakang adalah zona kering dan nipa dengan salinitas airnya sangat rendah dan tanahnya keras serta kurang dipengaruhi oleh pasang surut air laut, daerah ini didominasi oleh tumbuhan nipa (Nypa fruticans) (Suryono, 2013). Dari depan kebelakang zona tumbuh mangrove dapat dilihat pada Gambar 2.

Gambar 2. Pola Zonasi Mangrove (Bengen, 2004)

Karakteristik Mangrove

Tumbuhan mangrove memiliki kemampuan khusus untuk beradaptasi dengan kondisi lingkungan yang ekstrim, seperti kondisi tanah yang tergenang, kadar garam yang tinggi serta kondisi tanah yang kurang stabil. Dengan kondisi lingkungan seperti ini beberapa jenis mangrove mengembangkan mekanisme yang memungkinkan aktif mengeluarkan garam dari jaringan, sementara yang lain


(25)

mengembangkan sistem akar nafas untuk membantu memperoleh oksigen bagi sistem perakarannya (Dahuri, 2003).

Kondisi lingkungan yang keras dan khas tanaman mangrove beradaptasi secara morfologi dan fisiologi. Adaptasi tersebut antara lain dapat dilihat pada bentuk sistem perakaran yang khas dan unik pada tumbuhan mangrove. Perakaran ini berfungsi antara lain membantu mangrove bernafas dan tegak berdiri. Ada jenis-jenis akar yang horizontal di dalam tanah dan disana sini mencuat ke luar. tegak seperti tonggak tajam seperti pada Avicennia. Ada juga akarnya yang tersembul ke permukaan dan melengkung bagaikan lutut seperti pada Bruguiera . Ada pula akarnya mencuat dari batang, bercabang-cabang mengarah kebawah dan menggantung kemudian masuk ke tanah seperti pada Rizophora (Ghufran dan Kordi, 2012).

Mangrove memiliki karakteristik yang dipengaruhi oleh topografi pantai baik estuari atau muara sungai, dan daerah delta yang terlindung. Daerah tropis dan sub tropis mangrove merupakan ekosistem yang terdapat di antara daratan dan lautan. Pada kondisi yang sesuai mangrove akan membentuk hutan yang ekstensif dan produktif. Secara karakteristik hutan mangrove mempunyai habitat dekat pantai. Mangrove mempunyai kecenderungan membentuk kerapatan dan keragaman struktur tegakan yang berperan sebagai perangkap endapan dan perlindungan terhadap erosi pantai. Sedimen dan biomassa tumbuhan mempunyai kaitan erat dalam memelihara efisiensi dan berperan sebagai penyangga antara laut dan daratan. Disamping itu memiliki kapasitasnya sebagai penyerap energi gelombang dan menghambat intrusi air laut ke daratan (Kapludin, 2012).


(26)

Beberapa fungsi mangrove dapat dikategorikan kedalam tiga macam fungsi, yaitu fungsi fisik, fungsi biologis (ekologis) dan fungsi ekonomi menurut Kusuma dkk., (2013) dapat dikelompokkan sebagai berikut:

Fungsi Fisik

Menjaga garis pantai dan tebing sungai dari erosi/abrasi agar tetap stabil. Mempercepat perluasan lahan, mengendalikan intrusi air laut. Melindungi daerah di belakang mangrove dari hempasan gelombang dan angin kencang, mengolah limbah organik.

Fungsi Biologi

Tempat mencari makan (feeding ground), tempat memijah (spa wing ground) dan tempat berkembang biak (nursery ground) berbagai jenis ikan dan biota laut lainnya. Tempat bersarang berbagai jenis satwa liar terutama burung, sumber plasma nutfah.

Fungsi Ekonomi

Hasil hutan berupa kayu, hasil hutan bukan kayu seperti madu, obat-obatan, minuman dan makanan, tanin. Lahan untuk kegiatan produksi pangan dan tujuan lain (pemukiman, pertambangan, industri, infrastuktur, transportasi, rekreasi dan lain-lain.

Mangrove sangat berpotensi mendukung kehidupan masyarakat pesisir. Dampak menyusutnya mangrove menyebabkan tangkapan ikan. kepiting dan kerang menjadi berkurang. Penduduk Indonesia sekitar 40 – 60 juta jiwa hidup di wilayah pesisir sehingga kelangsungan hidup masyarakat pesisir dan pelestarian


(27)

mangrove sama-sama perlu perhatian serius dari semua pemangku kepentingan (Suryono, 2013).

Kegiatan Usaha Tambak

Menurut Undang-Undang Nomor 31 Tahun 2004. Pembudidayaan ikan adalah kegiatan untuk memelihara. membesarkan. dan/atau membiakkan ikan serta memanen hasilnya dalam lingkungan yang terkontrol, termasuk kegiatan yang menggunakan kapal untuk memuat, mengangkut, menyimpan, mendinginkan, menangani, mengolah, dan/ atau mengawetkannya. Pembudidaya ikan adalah orang yang mata pencahariannya melakukan pembudidayaan ikan.

Faktor yang merupakan dasar pertimbangan pemilihan lokasi untuk budidaya tambak berdasarkan Keputusan Menteri Nomor 34/Men/2002 Tentang Pedoman umum Penataan Ruang Pesisir dan Pulau-pulau Kecil adalah kemampuan daya dukung ruang berdasarkan besar ruang tersebut dapat berproduksi secara optimal dengan tidak memberikan dampak negatif terhadap lingkungan. sehingga kelestarian produksi tetap terjamin. Lokasi pertambakan sebaiknya jauh dari pengaruh limbah indutri, pertanian, pelabuhan, pertambangan, tapi mudah memperoleh air bersih dan arus yang kuat untuk memperlancar/pengenceran pembuangan limbah. Penetapan kawasan pertambakan harus mempertimbangkan perbedaan pasang surut air laut yang ideal, pelaksanaan pembangunan pertambakan harus mampu mencegah terbentuknya sarang penyakit seperti malaria dan filariasis.

Menurut Suryono (2013), tambak ramah lingkungan terdapat banyak manfaat diantaranya kontruksi pematang tambak menjadi lebih kuat karena akan


(28)

dipegang akar-akar mangrove, keanekaragaman hayati akan meningkat (termasuk bibit ikan alam dan kepiting), yang akan meningkatkan juga pendapatan petani ikan, kualitas air tambak menjadi lebih baik, karena fungsi perakaran mangrove dapat menyaring limbah padat dan mikroba akan terdapat pada lantai mangrove dan dapat mendekomposisi bahan organik yang berasal dari kegiatan budidaya.

Pengolahan tambak menurut tingkat teknologi yang digunakan menurut Rusmiyati (2014) sebagai berikut.

a. Tambak Tradisional (Ekstensif)

Tambak tradisional adalah tambak yang mengandalkan aliran air laut dan air sungai (hingga menjadi payau) secara alamiah. Tambak ini dipupuk dengan pupuk kandang dan urea agar menimbulkan biota air sebagai makanan utama dalam kegiatan tambak. Tambak tradisional berpematang tanah, dan tanpa pompa serta peralatan modern lainnya. Ciri dari tambak tradisional dibangun di lahan pasang surut yang umumnya berupa rawa bakau, atau rawa-rawa pasang surut bersemak dan rerumputan sehingga pemasukan dan pengeluaran air tergantung sepenuhnya dengan pasang surut. Bentuk dan ukuran petakan tambak tidak teratur. pembangunan tambak biasanya dengan Luasan antara 3 – 10 ha per petak namun pada kegiatan tambak ini tidak dilakukan pemupukan.

b. Tambak semi Intensif

Sistem tambak semi-intensif merupakan peningkatan/ perbaikan dari sistem tradisional/ ekstensif yaitu dengan memperkenalkan bentuk petakan yang teratur dengan maksud agar lebih mudah dalam pengelolaan airnya. Beberapa ciri-ciri dari tambak semi-intensif adalah adanya pemasukan dan pengeluaran


(29)

air tidak bergantung sepenuhnya pada pasang surut. bentuk petakan umumnya teratur dengan bentuk empat persegi panjang dengan luas 1 – 3 ha per petakan. Tambak ini terdapat saluran diagonal dengan lebar 5 – 10 m menyerong dari pintu pemasukan kea rah pengeluaran. Pada kegiatan tambak semi-intensif ini pada umumnya hasil produksinya yang dicapai lebih tinggi dari tambak sederhana.

c. Tambak intensif

Sistem pemeliharaan intensif adalah sistem pemeliharaan paling modern. Tambak modern (intensif) adalah tambak dengan aliran air laut dan air tawar dengan pompa. Pergantian air dapat dilakukan sesering mungkin sesuai dengan tingkat kepadatan biota airnya. Pemeliharaan dapat dilakukan di kolam atau tambak air payau dan pengarian yang baik. Tambak modern umumnya berpematang beton dengan peralatan modern terutama kincir untuk meningkatkan kadar oksigen air dengan menggerakkan air. Ciri-ciri tambak modern anatara lain: bentuk dan kontruksinya menyerupai tambak semi intensif bujur sangkar, lantai dasar dipadatkan sampai keras, dilapisi oleh pasir kerikil. Tanggul biasanya dari tembok, sedangkan air laut dan air tawar dicampur dalam bak pencampuran sebelum masuk ke dalam tambak, pipa pembuangan air hujan atau kotoran yang terbawa angin, dipasang mati disudut petak, terdapat aerasi untuk menambahkan kadar O2 dalam air serta kegiatan pergantian air yang sangat sering dimungkinkan oleh penggunaan pompa dan tambak ini dilakukan pemupukan.

Pembangunan perikanan tambak dapat menimbulkan perubahan peningkatan sosial ekonomi masyarakat bila terbuka lapangan kerja baru.


(30)

pembangunan sarana dan prasarana jalan, penyediaan sarana dan prasarana produksi tambak oleh masyarakat. Ketergantungan masyarakat terhadap mangrove sebagai sumber mata pencaharian dan berkembangnya usaha perikanan tambak (Wirani, 2014).

Budidaya tambak udang/ikan berpotensi sebagai penambah penyedia lapangan kerja bagi masyarakat pesisir bukan nelayan maupun nelayan tangkap. mengingat waktu produksi budidaya tambak lebih panjang dibandingkan dengan musim produksi nelayan tangkap. Pola tambak yang menempati tata ruang di kawasan pesisir panta. dapat digali potensinya menjadi salah satu daya Tarik bagi kegiatan wisata pantai yang berwawasan (Saraswati, 2005).

Tambak Udang

Udang tiger memiliki peluang usaha yang cukup baik karena memiliki banyak konsumen baik di dalam negeri atau di luar negeri. Selain karena kandungan gizi yang sangat tinggi serta memiliki kandungan lemak sedikit. dan memiliki cita rasa khas tersendiri (Rusmiyati, 2014).

Budidaya udang masih terus dikembangkan atau dibudidayakan karena udang merupakan salah satu sumber protein hewani dan mempunyai nilai ekspor yang tinggi. Tingginya nilai harga jual udang untuk ekspor maka harga udang di dalam negeri tinggi juga. Kemampuan udang bertahan terdahap perubahan lingkungan dan penyakit sangat tinggi sehingga tidak sulit dalam pengembangannya (Sumarno, 2011).

Klasifikasi udang menurut Rusmiyati (2014), bentuk udang dapat dilihat pada Gambar 3.


(31)

Kingdom : Animalia Filum : Arthropoda Class : Malacostraca Ordo : Decapoda Famili : Penaeidae Genus : Penaeus

Spesies : Penaeus monodon

Gambar 3. Udang tiger (Penaeus monodon) (Zakaria, 2010)

Beberapa manfaat mengkonsumsi udang diantaranya adalah dapat mencegah kanker, menjaga kesehatan jantung, memenuhi kebutuhan protein, memaksimalkan berbagai fungsi-fungsi organ vital tubuh. sebagi anti oksidan. mencegah anemia dan lain-lain (Rusmiyati, 2014).

Tambak Nila

Ikan nila umumnya hidup di perairan tawar tetapi toleransi luas terhadap salinitas sehingga ikan nila dapat berkembang biak pada perairan payau dengan salinitas relatif tinggi. Ikan nila tergolong ikan pemakan segala (omnivora).


(32)

Pertumbuhan ikan nila cepat dan dapat menyesuaikan diri serta dangat tahan terhadap serangan penyakit maka memiliki nilai ekonomi yang tinggi (Setyo, 2006).

Klasifikasi ikan nila menurut Setyo (2006) dapat dilihat pada Gambar 4. Kingdom : Animalia

Filum : Chordata Class : Osteichtyes Ordo : Percymorphy Famili : Cichlidae Genus : Oreochromis

Spesies : Oreochromis niloticus

Gambar 4. Ikan Nila (Oreochromis niloticus) (Setyo, 2006)

Para petani bertahan menjalankan budidaya ikan nila karena mereka sudah mampu mengolah setiap keuntungan yang besar. Secara ekonomi usaha budidaya ikan nila sangat menguntungkan dan mendukung bagi pemenuhan gizi masyarakat (Wullur, 2013).


(33)

Tambak Bandeng

Budidaya ikan bandeng telah lama dikenal oleh petani dan saat ini telah berkembang di hampir seluruh wilayah Indonesia dengan memanfaatkan perairan payau dan pasang surut. Teknologi budidaya ikan ini juga telah mengalami perkembangan yang begitu pesat mulai dari pemeliharaan tradisional yang hanya mengandalkan pasokan benih dari alam pada saat pasang sampai ke teknologi intensif yang membutuhkan penyediaan benih, pengelolaan air, dan pakan secara terencana (Reksono dkk., 2012).

Budidaya bandeng di masyarakat tidak banyak menemukan kesulitan karena ikan ini memiliki keunggulan kooperatif dibandingkan dengan ikan lainnya yaitu: teknik pembenihannya telah dikuasai sehingga pasokan benih tidak tergantung dari alam, teknologi budidaya relatif mudah, bersifat toleran tdengan perubahan salinitas tinggi (euryhaline), bersifat herbivora dan taggap terhadap pakan buatan. formulasi pakan buatan untuk ikan bandeng relatif mudah, tidak bersifat kanibal dan mampu hidup dalam kondisi berjejal, dapat dibudidayakan secara polikultur dengan spesies lainnya seperti baronang, meskipun dagingnya bertulang, tetapi rasanya lezat dan di beberapa daerah memiliki referensi konsumsi yang tinggi, dan dapat digunakan sebagaiumpan bagi industri penangkapan tuna (Mansyur dan Tonnek, 2004)

Klasifikasi dan morfologi ikan bandeng (Gambar 5) menurut Saanim (1968) diacu Susanto (2010) sebagai berikut.


(34)

Kingdom : Animalia Filum : Chordata Class : Pisces

Ordo : Malacopterygii Famili : Chanidae Genus : Chanos

Spesies : Chanos chanos

Gambar 5. Ikan Bandeng (Chanos chanos) (Susanto (2010))

Budidaya tambak udang/ikan banndeng berpotensi sebagai penambah penyedia lapangan kerja bagi masyarakat pesisir bukan nelayan maupun nelayan tangkap, memngingat waktu produksi budidaya tambak lebih panjang dibandingkan dengan musim produksi nelayan tangkap (Saraswati, 2005).

Analisis Nilai Ekonomi Usaha Tambak

Analisa usaha perikanan budidaya bertujuan untuk mengetahui gambaran secara jelas modal atau investasi yang diperlukan untuk operasional suatu usaha kegiatan produksi tambak per musim tanam atau dalam satu tahun. Secara garis besar petani atau pelaku usaha perikanan dapat mengetahui penerimaan dan


(35)

keuntungan yang diperoleh serta beberapa lama kemungkinan modal investasi tersebut dapat dikembalikan (Adi, 2011).

Menurut Adi (2011), biaya adalah sesuatu atau sejumlah uang yang dikeluarakan/dikorbankan guna mencapai suatu tujuan. Tujuan tersebut dapat diartikan sebagai pengorbanan barang atau jasa. Adapun dilihat secara khusus biaya tersebut dapat dibagi menjadi 2 (dua) investasi yaitu biaya tetap (fixed cost) dan biaya variabel (variable cost):

a. Biaya Tetap

Biaya tetap merupakan biaya yang besarnya tidak akan dipengaruhi oleh tingkat operasi pada periode waktu tertentu. Biaya ini harus dikeluarkan sesuai dengan kebutuhan teknis meskipun tidak operasional. Adapun biaya tetap adalah semua biaya yang dikeluarkan untuk penyediaan peralatan-peralatan yang akan dipergunakan untuk operasional budidaya tersebut, misalnya: sewa tambak. pompa air, perbaikan konstruksi tambak, pembuatan pintu air.

b. Biaya Variabel

Biaya variabel merupakan biaya yang besarnya bervariasi mengikuti secara proposional dengan jumlah produk yang dihasilkan, biaya variabel akan nol/tidak ada apabila produksinya nol atau tidak dilakukan kegiatan usaha. Biaya variabel ini adalah biaya yang habis dalam satu periode pemeliharaan. Pembiayaan tergantung dari tingkat produksi yang akan dihasilkan serta tingkat teknologi yang diterapkan.

Biaya produksi adalah semua pengeluaran untuk memperoleh faktor-faktor produksi dan bahan-bahan penunjang lainnya. Biaya produksi adalah konpensasi yang diterima pemilik faktor-faktor produksi, atau biaya-biaya yang dikeluarkan


(36)

oleh petani dalam proses produksi. Selanjutnya dikatakan bahwa dalam usahatani dikenal dua macam biaya yaitu: (1) biaya berupa uang tunai, misalnya upah tenaga kerja, biaya pengadaan sarana produksi perikanan, dan (2) biaya berupa barang misalnya bagi hasil panen (Yasin, 2013).

Menurut Abidin (2010), analisis usaha tambak meliputi permodalan. pembiayaan. produksi dan penerimaan. Selanjutnya dilakukan analisis jangka pendek dan panjang untuk mengetahui profitabilitas digunakan untuk mengetahui tingkat keuntungan usaha tambak.

Analisis manfaat biaya (Benefit Cost Ratio) merupakan analisis yang digunakan untuk mengetahui besaran keuntungan atau kerugian serta keleyakan suatu usaha. Analisis ini memperhitungkan biaya serta manfaat yang akan diperoleh dari pelaksanaan suatu usaha. Analisis ini mempunyai kepekaan dalam memperhitungkan tingkat keuntungan dan kerugian dalam suatu usaha dengan mempertimbangkan biaya yang akan dikeluarkan serta manfaat yang akan dicapai. Dalam menentukan manfaat harus dilihat secara luas pada mafaat biaya sosial dan tidak hanya pada individu tapi kepentingan luas (Hafidh, 2010).

Pendapatan usaha tambak menurut Adi (2011), menyatakan adalah hasil penjualan produk yang hampir semuanya jenis ikan atau udang. Tingkat usaha ada 3 indikator untuk mengukur tingkat keuntungan yaitu: keuntungan operasional, pendapatan bersih dan keuntungan bersih.

a. Keuntungan Operasional

Keuntungan operasional diartikan sebagai perbedaan antara pendapatan kotor dengan biaya variabel. Keuntungan operasional yang positif akan menjamin kelangsungan operasional kegiatan usaha tambak dalam jangka pendek.


(37)

b. Pendapatan Bersih

Pendapatan bersih diartikan sebagai pendapatan yang diperoleh dengan mengurangi biaya tetap kedalam keuntungan operasional. Besarnya pendapatan bersih ini akan bisa dipergunakan untuk apa saja tanpa mempengaruhi operasional jangka panjang.

c. Keuntungan Bersih

Keuntungan bersih dihitung dari pendapatan kotor dikurangi dengan biaya total. Keuntungan bersih ini dianggap sebagai indikator keuntungan dan prospek operasi dalam jangka panjang. Keuntungan bersih adalah syarat utama yang akan menjamin pengoperasian tambak dalam jangka panjang. Pengertian pendapatan bagi para petani tambak adalah dari hasil penjualan produknya (ikan atau udang).

Pa yba ck period merupakan jangka waktu yang diperoleh untuk membayar kembali atau mengembalikan semua biaya-biaya yang telah dikeluarkan dalam suatu usaha. analisis payback period menghitung berapa investasi yang digunakan dapat kembali. Hasil perhitungan payback period diatas dikali 30 hari dari hasil perhitungan di ambil kriteria penilaian. Payback period lebih kecil dari waktu maksimum, maka usulan usaha tersebut dapat diterima dan Payback period lebih besar dari waktu maksimum, maka usulan usaha tersebut ditolak Hernanto (1989) diacu Diatin (2007).

Analisis Sosial Masyarakat

Laju pertumbuhan penduduk yang tinggi membutuhkan berbagai sumberdaya guna memenuhi kebutuhan hidup. Masyarakat mengelola dan


(38)

memanfaatkan mangrove sesuai dengan kebutuhan hidup dan kemampuan mereka. Pengelolaan dan pemanfaatan mangrove digunakan menjadi kegiatan tambak, pemukiman, lahan pertanian, lahan perkebunan, industri atau lainnnya (Wirani, 2014).

Pemanfaatan mangrove terdapat dua jenis dampak yang di dapatkan masyarakat yaitu dampak terhadap lingkungan fisik dan biologi dan dampak terhadap lingkungan sosial ekonomi. Dampak fisik dan biologi adalah berkaitan dengan aspek ketersediaan sumber penghasilan dari keberadaan mangrove di kawasan sekitar tempat tinggal penduduk. Aspek yang ada kaitannya dengan dampak sosial ekonomi adalah faktor kesempatan kerja, pola kempemilikan, penguasaan sumberdaya alam, tingkat pendapatan penduduk, tingkat sarana dan prasarana perekonomian dan pola pemanfaatan sumberdaya alam (Jakaria, 2000).


(39)

METODE PENELITIAN

Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian ini telah dilaksanakan di Kelurahan Nelayan Indah, Medan Labuhan pada bulan April-Mei 2015. Lokasi penelitian Kelurahan Nelayan Indah. Medan Labuhan dengan titik koordinat 98040'56'' BT dan 3045'17'' LU. Peta lokasi penelitian dapat dilihat pada Gambar 6.

Gambar 6. Lokasi Penelitian

Alat dan Bahan Penelitian

Alat yang digunakan dalam penelitian yaitu kamera digital, parang, tali rafia, jangka sorong, gunting, kompas, Global Positioning System (GPS), alat tulis, kuisioner, laptop dan kalkulator.

Tambak Pemukiman

Muara Deli


(40)

Bahan yang digunakan dalam penelitian yaitu kertas label, spidol dan data non-spasial. Data non-spasial berupa jenis pekerjaan masyarakat Kelurahan Nelayan Indah, Medan Labuhan dan data luas wilayah dan fungsi lahan keluarahan Nelayan Indah.

Metode Pengumpulan Data

Penelitian menggunakan metode purposive sampling yang diartikan sebagai satu teknik pengambilan sampel yang di dasarkan atas ciri atau sifat yang ditentukan untuk mencapai tujuan tertentu. Adapun pertimbangan penelitian ini yakni pemilihan lokasi penelitian berlandaskan jenis mata pencaharian utama masyarakat merupakan pembudidaya tambak, kegiatan budidaya tambak berada di kawasan mangrove dan obyek penelitian adalah masyarakat dengan mata pencaharian sebagai petambak sumberdaya perikanan.

Penelitian menggunakan data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh dengan mengumpulkan nilai ekonomi tambak yang berhubungan dengan kondisi sosial ekonomi petambak yang diperoleh dengan teknik kuisioner dengan penentuan sampel populasi penelitian dengan rumus Slovin, analisa vegetasi mangrove dan wawancara langsung dengan masyarakat. Data sekunder diperoleh dari instansi dan literatur yang menunjang keadaan kesejahteraan petambak diperoleh melalui studi pustaka.

Populasi pengambilan sampel kuisioner adalah semua masyarakat petambak di Kelurahan Nelayan Indah, Medan Labuhan. Data primer diperoleh dengan penentuan sampel penelitian menurut Chunsul dkk., (2010), menggunakan rumus Slovin.


(41)

n = Keterangan:

n = Jumlah sampel N = Jumlah populasi

e = Tingkat kelonggaran (10%)

Prosedur Penelitian

Prosedur penelitian diawali dengan penentuan daerah pengamatan. Penelitian di lakukan di lokasi atau daerah kawasan mangrove yang terdapat kegiatan usaha tambak dimana kegiatan usaha tambak tersebut menjadi kegiatan utama daerah pengamatan tersebut. Kondisi dan keadaan lingkungan mangrove di diamati untuk mendapatkan vegetasi mangrove yang terdapat di Kelurahan Nelayan Indah untuk mengetahui hubungan ekologi mangrove dengan kegiatan usaha tambak yang telah dilakukan.

Persiapan dan penyebaran kuisioner merupakan satu usaha untuk mendapatkan data yang diinginkan sebagai bahan baku pengolahan data. Kuisioner disusun untuk pemenuhan kebutuhan data diantaranya data pemanfaatan kegiatan usaha tambak. biaya (biaya tetap dan biaya variable) yang dikeluarkan serta data statistik mengenai pendapatan dan pekerjaan penduduk. Kuisioner disebarkan kepada mayarakat pemilik tambak. Kuisioner dibagi menjadi dua jenis yakni kuisioner survei nilai ekonomi tambak penelitian dapat dilihat pada Lampiran 1 dan kuisioner untuk petambak dapat dilihat pada Lampiran 2. Pertanyaan disusun sedemikian rupa yang dapat mewakili seluruh data ekonomi dan sosial masyarakat yang akan diamati dalam penelitian sesuai waktu yang direncanakan.

N 1+ N (e)2


(42)

Kuisioner yang telah disebar kemudian dikumpulkan kembali untuk dianalisis dengan Microsoft exel. Kuisioner disusun untuk analisis berdasarkan biodata obyek. dianalisis finansial kegiatan usaha tambak (Profitibilitas, Benefit Cost Ra tio (BCR) dan Payback Ratio) dan dianalisis pendapatan. Kriteria atau keadaan kesejahteraan masyarakat Kelurahan Nelayan Indah perlu diperhatikan yang mengacu pada rata-rata pendapatan dari petambak.

Analisis Data

Analisis data yang digunakan pada penelitian ini secara umum mengkaji kondisi sosial ekonomi masyarakat yang ada di suatu tambak adalah analisis kuantitatif dan deskriptif. Analisis kuantitatif merupakan suatu kajian yang berusaha menampilkan nilai ekonomi dari kegiatan usaha tambak dengan menggunakan Microsoft exel. Sedangkan Analisis deskriptif adalah metode analisis yang berusaha menyelesaikan pola pemanfaatan tambak dan analisis usaha serta tingkat pendapatan dan kesejahteraan masyarakat sehingga bisa memberi gambaran yang sesungguhnya dari status kondisi sosial ekonomi pendapatan di Kelurahan Nelayan Indah.

Analisis vegetasi mangrove untuk mengetahui tingkat populasi mangrove di Kelurahan Nelayan Indah. Mangrove dianalisis dengan analisis tr ansect mangrove.


(43)

Analisis Vegetasi Mangrove

Analisis Pengambilan Contoh Vegetasi Mangrove

Metode yang digunakan adalah Purposive Sampling yang dibagi menjadi 2 jalur. Pengamatan dilakukan dengan cara kombinasi transect line dengan metode sensus semua mangrove yang ada di Kelurahan Nelayan Indah. Pengamatan dimulai dari seluruh penggir akhir tambak kemudian diteruskan mengikuti arah utara tambak yang masih di tumbuhi mangrove di Kelurahan Nelayan Indah. Pada masing-masing jalur ditentukan 100 meter lokasi pengamatan dengan jarak pandang sensus 10 meter. Masing-masing jalur memiliki jarak sekitar 100 meter. Skematik transek pengukuran mangrove dapat dilihat pada Gambar 7.

Gambar 7. Skematik Transek Pengukuran Mangrove

Identifikasi jenis mangrove dapat langsung ditentukan di lapangan dan jenis mangrove yang belum diketahui jenisnya diidentifikasi di Laboratorium Terpadu Manajemen Sumberdaya Perairan dengan mengacu pada buku identifikasi Noor, dkk (2006). Pada transek pengamatan dibuat petak-petak contoh dengan tingkat tegakan menurut Kusmana (1997). Transek Pengukuran Vegetasi Mangrove dapat dilihat pada Gambar 8.

1. Pohon, adalah memiliki diameter batang lebih besar dari 10 cm pada petak contoh 10 x 10 meter.

Jalur 2

Tambak

Jalur 1

u s


(44)

2. Pancang, adalah anakan yang memiliki diameter batang kurang dari 10 cm dengan tinggi lebih dari 1,5 meter pada petak contoh 5 x 5 meter.

3. Semai, adalah anakan yang memiliki tinggi kurang dari 1,5 meter pada petak contoh 2 x 2 meter.

10 m

5 m

2 m 10 m 2 m 5 m

2m

2m 5 m 10 m Arah Rintis 5 m

10 m

Gambar 8. Transek Pengukuran Vegetasi Mangrove berdasarkan kategori pohon(10 x 10 m), pancang (5 x 5 m) dan semai (2 x 2 m).

Analisis Kondisi Ekosistem Mangrove

Analisis data yang dilakukan menurut prosedur Kusmana (1997) mencakup nilai kerapatan jenis dan kerapatan relatif.

1. Kerapatan Jenis dan Kerapatan Relatif

Kerapatan Jenis adalah jumlah tegakan jenis i dalam suatu unit area: Kerapatan =

Kerapatan relatif adalah perbandingan antara jumlah kerapatan jenis i dan jumlah total Kerapatan seluruh jenis :

Kerapatan Relatif = x 100% Jumlah Individu

Luas petak Contoh

Kerapatan suatu jenis Kerapatan total seluruh

jenis 10 m


(45)

2. Analisis Indeks Keanekaragaman

Tingkat keanekaragaman mangrove dapat dihitung dengan menggunakan rumus indeks Shannon (Ludwig and Reylonds, 1988) sebagai berikut:

H = -Σ {(ni/n) ln (ni/n)} Keterangan:

H : Indeks keanekaragaman ni : Jumlah individu ke-i n : Jumlah total individu Dengan kriteria:

H’< 1 : Menunjukkan tingkat keanekaragaman jenis rendah 1>H’<3 : Menunjukkan tingkat keanekaragaman jenis sedang H’>3 : Menunjukkan tingkat keanekaragaman jenis tinggi

Analisis Nilai Ekonomi Usaha Tambak

Data yang di peroleh dilakukan perhitungan dan dianalisis dengan menggunakan metode:

Analisis Pendapatan

Analisis pendapatan merupakan kemampuan suatu usaha dalam mencari keuntungan dari besaran pengeluaran (modal) yang digunakan untuk menghasilkan pendapatan tersebut. Ada tiga kriteria analisis pendapatan yaitu pertama hasil produksi lebih besar dari pengeluaran maka usaha dinyatakan mengalami keuntungan. Kedua apabila hasil produksi sama dengan besar pengeluaran maka usaha dinyatakan impas. Ketiga hasil produksi lebih kecil dari pengeluaran maka usaha tersebut dikatakan rugi (gagal) menurut Wullur dkk (2013).

π = TR-TC

s n=i


(46)

Keterangan:

TR :Total hasil produksi π :Total pendapatan TC :Total pengeluaran

Analisis Benefit Cost Ratio (BCR)

Benefit cost ra tio juga merupakan metode yang menguji kelayakan ekonomis dengan nilai perbandingan antara aspek manfaat (benefit) dengan aspek biaya dan kerugian yang akan ditanggung (cost) (Hafidh, 2010). Rumus BCR secara matematik dapat dituliskan sebagai berikut:

BCR = =

Keterangan:

BCR : Besaran manfaat dari besaran biaya yang dikeluarkan suatu usaha Benefit : Besaran manfaat suatu usaha

Cost : Besaran biaya yang dikeluarkan dalam suatu usaha BCR > 1 : Harga usaha akan menguntungkan atau layak. BCR < 1 : Harga usaha tidak menguntungkan atau tidak layak.

Analisis Payback Period

Pa yba ck period merupakan jangka waktu yang diperoleh untuk membayar kembali atau mengembalikan semua biaya-biaya yang telah dikeluarkan dalam suatu usaha. analisis payback period menghitung berapa investasi yang digunakan dapat kembali. Rumus payback period secara matematik menurut Diatin dkk (2007) dapat dituliskan sebagai berikut:

PP = x 1 Tahun Benefit

Cost Benefit

Cost

Investasi Pendapatan


(47)

Kategori:

- Jika Payback period < waktu maksimum, maka usulan usaha tersebut dapat diterima.

- Jika Payback period > waktu maksimum, maka usulan usaha tersebut ditolak.

Pendapatan Petambak

Tingkat pendapatan merupakan penerimaan yang diperoleh setiap bulan dari pekerjaan petambak. Pendapatan petambak dianalisis dengan pengamatan berdasarkan nilai ekonomi dari besaran pendapatan dan pengeluaran petambak setiap bulannya dan secara visual dilapangan yang disajikan dalam bentuk deskriptif. Untuk mengetahui tingkat kesejahteraan petambak dari besaran rata-rata pengeluaran petambak setiap bulan dengan pendapatan dari kegiatan usaha kemudian dibandingkan dengan petambak lain yaitu antara tambak udang, nila dan bandeng (Arli, 2013).


(48)

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil

Keadaan Umum Wilayah Penelitian

Kelurahan Nelayan Indah memiliki luas wilayah ± 389.7 ha dan terbagi menjadi 7 (tujuh) penggunaan lahan yang berbeda. Penggunaan lahan terbesar terdapat pada sektor tambak budidaya ± 294 ha, pemukiman penduduk ± 63 ha, luas mangrove ± 17 ha serta seterusnya diikuti prasana umum, sekolah, kuburan, perkantoran dan lainnya. Pembagian wilayah Kelurahan Nelayan Indah berdasarkan penggunaan lahan dapat dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1. Luas Wilayah Pemanfaatan Kelurahan Nelayan Indah

No.

Jenis Pemanfaatan

Wilayah

Luasan (Ha)

1.

Pemukiman Penduduk

63

2.

Tambak Budidaya

294

3.

Kuburan

1

4.

Mangrove

17

5.

Perkantoran

0,7

6.

Sekolah

5

7.

Luas Prasarana Umum

9

Total

389,7

Sumber: Kelurahan Nelayan Indah (2015)

Penggunaan lahan seluas ± 63 ha dari ± 389.7 ha digunakan sebagai pemukiman penduduk. Jumlah penduduk pada tahun 2010 berjumlah 10.532 jiwa dengan kepadatan penduduk ± 27.025 jiwa/ ha yang terdiri dari 4.901 jiwa kepala keluarga. Jumlah penduduk laki-laki sebanyak 5.904 jiwa dan penduduk


(49)

perempuan sebanyak 4.628 jiwa. Data jumlah penduduk Kelurahan Nelayan Indah dapat dilihat pada Tabel 2.

Tabel 2. Luas, Jumlah Penduduk dan Kepadatan Jiwa Kelurahan Nelayan Indah

No.

Uraian

Jumlah

1.

Luas Wilayah (Ha)

389.7

2.

Jumlah Penduduk (Jiwa)

a. Laki-laki (Jiwa)

b. Perempuan (Jiwa)

10.532

5.904

4.628

3.

Kepadatan Penduduk

(Jiwa/ha)

27.025

4.

Jumlah Kepala Keluarga

4.901

Sumber: Kelurahan Nelayan Indah, (2015)

Masyarakat Kelurahan Nelayan Indah memiliki mata pencaharian yang berbeda-beda dalam pemenuhan kebutuhan kehidupan sehari-hari. Secara umum, mata pencaharian utama (dominan) masyarakat adalah wiraswasta, buruh tambak dan nelayan. Adapun jenis-jenis mata pencaharian lainnya dapat dilihat pada Tabel 3.


(50)

Tabel 3. Jenis-Jenis Mata Pencaharian Masyarakat Kelurahan Nelayan Indah

No.

Jenis Pekerjaan

Laki-Laki

(Jiwa)

Perempua

n

(Jiwa)

Jumlah

(Jiwa)

Persentase

(%)

1.

Wiraswasta

462

982

1.444

13,71

2.

Nelayan

629

-

629

5,97

3.

Buruh Tambak

720

25

745

7,08

4.

Tambak Budidaya

40

40

80

0,76

5.

Pegawai Negeri

Sipil

258

123

381

3,62

6.

Karyawan

Perusahaan

Swasta

364

71

435

4,13

7.

Karyawan

Perusahaan

Negara

6

211

217

2,06

8.

Tukang Ojek

289

5

294

2,79

9.

Pelajar/Mahasiswa

47

68

115

1,09

10.

Lainnya

2.497

3.692

6.189

58,78

Jumlah

10.532

100,00

Sumber: Kelurahan Nelayan Indah, (2015)

Analisis Vegetasi Mangrove

Keanekaragaman mangrove di Kelurahan Nelayan Indah ditemukan mangrove jenis Acanthus ilicifolis, Acrostichum aureum, Rhizophora apiculata, Avicennia a lba dan Nypa fruticans. Berdasarakan data kelimpahan dan kerapatan mangrove di Kelurahan Nelayan Indah pada Tabel 4 di dapat nilai indeks keanekaragaman jalur I 0,86 dan jalur II 0,56.


(51)

Tabel 4. Data Analisis Vegetasi Mangrove Kelurahan Nelayan Indah

No. Jenis Jumlah Kelimpahan Kerapatan Relatif

S* Pa** Po*** S Pa Po Jalur I

1. Avicennia alba 11 0,09 0,01 0,0

9 0,8

2 -

2. Rhizophora

a picula ta 77

0,0

1 0,62 0,05

0,1 3

0,8

1 0,09

Total 88

Jalur II

1. Avicennia alba 2 - - 0,02 - - 1

2. Nypa fruticans 17 0,1

1 0,01 0,05

0,6 5

0,0

6 0,29 3. Rhizophora

a picula ta 54

0,0

9 0,42 0,03 0,17 0,7

8 0,06

Total 73

Keterangan: * = Semai ** = Pancang *** = Pohon

Analisis Nilai Ekonomi Usaha Tambak

Hasil analisis usaha tambak nila, bandeng dan udang di peroleh 20 dari 40 jumlah petambak yang sudah ditentukan berdasarkan rumus Slovin (2000) dapat dilihat pada Lampiran 3 yang di anggap sudah mewakili keseluruhan obyek penelitian. Adapun responden tambak nila sebanyak 8 orang, untuk responden tambak bandeng 6 orang dan responden tambak udang sebanyak 6 orang.

Tambak Nila Biaya Investasi

Usaha tambak ikan nila membutuhkan biaya investasi dalam pemenuhan komponen utama untuk memulai suatu kegiatan tambak. Salah satu komponen yang membutuhkan biaya terbesar kontruksi lahan Rp 20.000.000 (64,29%),


(52)

oleh beberapa komponen lainnya. Adapun biaya investasi dalam usaha tambak nila dapat dilihat pada Tabel 5.

Tabel 5. Komponen Biaya Investasi dalam Usaha Tambak Nila (Ha/Tahun) No

. Uraian

Vo

l Satuan

Harga/Unit

(Rp) Nilai (Rp) Persentase Biaya Tetap

1. Kontruksi Lahan 4 Tamba

k 5.000.000 20.000.000 64,29 2. Inlet Tambak 4 Unit 50.000 200.000 0,64 3. Outlet Tambak 4 Unit 50.000 200.000 0,64 4. Mesin Babat 1 Unit 1.200.000 1.200.000 3,86

5. Senter 4 Unit 15.000 60.000 0,19

6. Lam 3 Unit 40.000 120.000 0,39

7. Parang 5 Unit 60.000 300.000 0,96

8. Bubu 30 Unit 45.000 1.350.000 4,34

9. Tong Air Bersih 1 Unit 130.000 130.000 0,42

10. Pukat 3 Unit 200.000 600.000 1,93

11. Ember 2 Unit 25.000 50.000 0,16

12. Jaring 6 Unit 150.000 900.000 2,89

13. Listrik (2000 watt) 1 Unit 6.000.000 6.000.000 19,29

Total 31.110.000 100,00

Biaya Tetap dan Variabel

Biaya yang harus dikeluarkan untuk menunjang keberlanjutan produksi kegiatan usaha tambak ikan nila diantaranya adalah biaya tetap dan variabel. Nilai biaya tetap yang paling besar dikeluarkan adalah sewa lahan satu hektar dalam setahun Rp 9.000.000 (70,10%). Sedangkan untuk biaya variabel terbesar adalah gaji teknisi Rp 9.000.000 (31,11%), kemudian diikuti oleh nilai benih Rp 8.000.000 (29,43%) dan gaji paket panen Rp 2.700.000 (9,93%). Rincian biaya Tetap dan variabel dapat dilihat pada Tabel 6. Biaya penyusutan dihitung berdasarkan besaran nilai setiap komponen dikurang nilai sisa dibagi umur teknis komponen tersebut. Rincian biaya penyusutan dapat dilihat pada Lampiran 4.


(53)

Tabel 6. Komponen Biaya Tetap dan Biaya Variabel dalam Usaha Tambak Nila (Ha/Tahun)

No

. Uraian Vol Satuan

Harga/Unit

(Rp) Nilai (Rp) Persentase Biaya Tetap

1. Sewa Lahan 1 Tahun 8.000.00

0 8.000.000 70,10

2. Biaya Penyusutan 3.412.167 29,90

Total 11.412.16

7 100,00 Biaya Variabel

1. Benih 800

0 Ekor 1.000 8.000.000 29,43

2. Pakan 150 Kg 130.000 130.000 0,48

3. Bahan Bakar Minyak 20 Liter 7.300 146.000 0,54

4. Urea 6 Kg 6.000 6.000 0,02

5. Air 3 Panen/

Tahun 300.000 2.700.000 9,93

6. Listrik 3 Panen/

Tahun 300.000 2.700.000 9,93

7. Gaji Teknisi 1 Orang/

Tahun

1.000.00

0 9.000.000 33,11 8. Gaji Paket Panen 15 Orang/

Tahun 100.000 4.500.000 16,56

Total 27.182.00

0 100,00

Penerimaan

Penerimaan dapat di peroleh dari penjualan hasil produksi tambak nila yang telah dilakukan selama 3 bulan masa pemeliharaan. Hasil penerimaan juga sering disebut sebagai keuntungan dari kegiatan usaha tambak nila. Adapun penerimaan yang diperoleh petambak selama 3 musim panen selama setahun sebesar Rp 300.636.000 ha/tahun dengan harga penjualan Rp 28.000/Kg. Adapun rincian penerimaan usaha tambak nila dapat dilihat pada Tabel 7.

Tabel 7. Penerimaan Usaha Tambak Nila (Ha/tahun)

No. Penerimaan Satuan Jumlah

1. Total Produksi Kg 10737


(54)

Pendapatan

Nilai pendapatan diperoleh hasil pengurangan nilai penerimaan hasil kegiatan tambak dengan biaya produksi dalam satuan kilogram pertambak permusim. Adapun pendapatan yang diterima dari kegiatan usaha tambak nila sebesar Rp 25.053.000 tambak/musim dengan total produksi nila sebesar 894,75 kg/tambak/musim.

Analisis Nilai Ekonomi

Keadaan usaha tambak nila dapat dilihat melalaui keadaan ekonomi usaha tambak nila tersebut. Nilai ekonomi dari tambak nila di Kelurahan Nelayan Indah terdiri dari benefit cost ratio (BCR) dan payback period (PP) dalam hektar pertahun. Nilai ekonomi tambak nila dapat dilihat dilihat pada Tabel 8.

Tabel 8. Nilai Ekonomi Tambak Nila

No. Parameter Satuan Nilai

1. Benefit Cost Ra tio (BCR) - 4,31

2. Pa yba ck period (PP) Bulan 2

Tambak Bandeng Biaya Investasi

Biaya investasi dikeluarkan pada awal usaha untuk memperlancar jalannya usaha yang biasanya memiliki umur teknis setiap tahunnya sesuai ketahanan setiap komponen. Biaya investasi untuk usaha tambak bandeng yang paling besar di keluarkan untuk kontruksi lahan Rp 32.000.000 (97,75%), Listrik Rp 8.000.000 (24,44 %), jaring Rp 675.000 (2,06%). Adapun rincian komponen biaya investasi dalam usaha tambak bandeng pada Tabel 9.


(55)

Tabel 9. Komponen Biaya Investasi dalam Usaha Tambak Bandeng (Ha/Tahun) No

. Uraian Vol Satuan

Harga/Unit (Rp)

Nilai (Rp)

Persentas e Biaya Investasi

1. Kontruksi Lahan 4

Tamba

k 8.000.000

32.000.00

0 97,75 2. Inlet Tambak 4 Unit 50.000 200.000 0,61 3. Outlet Tambak 4 Unit 50.000 200.000 0,61

5. Senter 4 Unit 40.000 160.000 0,49

6. Lam 5 Unit 15.000 75.000 0,23

7. Pipa Paralon 1 Meter 100.000 100.000 0,31 8. Tong Air Bersih 1 Unit 85.000 85.000 0,26

9. Ember 4 Unit 20.000 80.000 0,24

10. Jaring 9 Unit 75.000 675.000 2,06

11. Listrik (4000 watt) 1 Unit 8.000.000 8.000.000 24,44

Total 32.735.00

0 100,00

Biaya Tetap dan Variabel

Biaya tetap pada usaha tambak bandeng terdiri dari sewa lahan Rp 8.000.000 (47,06%) dan biaya penyusutan Rp 2.823.333 (26,09%). Sedangkan untuk biaya variabel untuk usaha tambak bandeng membutuhkan biaya tinggi diantaranya gaji teknisi Rp 3.000.000 (33,23%), kemudian diikuti benih Rp 2.625.000 (29,10%) dan air Rp 900.000 (9,98%). Rincian biaya tetap dan variabel dalam usaha tambak bandeng dapat dilihat pada Tabel 10.


(56)

Tabel 10. Komponen Biaya Tetap dan Biaya Variabel dalam Usaha Tambak Bandeng (Ha/Tahun)

No. Uraian Vol Satuan Harga/Unit (Rp)

Nilai

(Rp) Persentase Biaya Tetap

1. Sewa Lahan 1 Tahun 8.000.000 73,91

2. Biaya Penyusutan 2.823.333 26,09

Total 10.823.333 100,00

Biaya Variabel 1. Benih

15000 ekor

175 2.625.000 29,10 2. Pakan

80 Kg

95.000 95.000 1,05 3. Air

3

Panen/ Tahun

100.000 900.000 9,98 4. Listrik

3

Panen/ Tahun

100.000 900.000 9,98 5. Gaji Teknisi

1

Orang/ Tahun

1.000.000 3.000.000 33,26 6. Gaji Paket Panen

15

orang/ tahun

100.000 1.500.000 16,63

Total 9.020.000 100,00

Penerimaan

Usaha tambak bandeng dilakukan 3 kali musim panen dalam satu tahun. Rata-rata produksi ikan bandeng 978,416 Kg/ha/musim dengan harga penjualan bandeng sebesar 18.000 perkilogram dengan total produksi pertahun sebesar 11.741 Kg/ha/tahun dan total penerimaan Rp 211.356.000 Ha/tahun. Adapun rincian penerimaan usaha tambak Bandeng dapat dilihat pada Tabel 11.

Tabel 11. Penerimaan Usaha Tambak Bandeng (Ha/tahun)

No. Penerimaan Satuan Jumlah

1. Total Produksi Kg 11.741


(57)

Pendapatan

Nilai pendapatan diperoleh hasil pengurangan nilai penerimaan hasil kegiatan tambak dengan biaya produksi dalam satuan kilogram pertambak permusim. Adapun pendapatan yang diterima dari kegiatan usaha tambak bandeng sebesar Rp 211.356.000 tambak/musim dengan total produksi bandeng sebesar 978.41 Kg/tambak/musim.

Analisis Nilai Ekonomi

Keadaan usaha tambak nila dapat dilihat melalui keadaan ekonomi usaha tambak bandeng tersebut. Nilai ekonomi dari tambak Bandeng di Kelurahan Nelayan Indah terdiri dari pendapatan per bulan. Nilai BCR dan PP dapat dilihat pada Tabel 12.

Tabel 12. Nilai Ekonomi Tambak Bandeng

No. Parameter Satuan Nilai

1. BCR - 4,74

2. PP Bulan 2

Tambak Udang Biaya Investasi

Usaha tambak udang membutuhkan biaya investasi dalam memenuhi kebutuhan terhadap komponen utama untuk memulai dan memperlancar suatu kegiatan tambak. Salah satu komponen yang membutuhkan biaya terbesar adalah

kontruksi lahan

Rp 40.000.000 (82,23%), listrik Rp 4.000.000 (8,22%), tembok benur Rp 936.000 (1,92%) dan seterusnya diikuti oleh beberapa komponen lainnya. Adapun biaya investasi dalam usaha tambak nila dapat dilihat pada Tabel 13.


(58)

Tabel 13. Komponen Biaya Investasi dalam Usaha Tambak Udang (Ha/Tahun) No

. Uraian Vol Satuan

Harga/Uni

t (Rp) Nilai (Rp)

Persentas e Biaya Investasi

1. Kontruksi Lahan 4 Tamba k

10.000.00 0

40.000.00

0 82,23 2. Inlet Tambak 4 Unit 50.000 200.000 0,41 3. Outlet Tambak 4 Unit 50.000 200.000 0,41 4. Tembok Benur 12 unit 78.000 936.000 1,92

5. Senter 2 Unit 80.000 160.000 0,33

6. Lam 2 Unit 50.000 100.000 0,21

7. Pipa Paralon 10 meter 65.000 650.000 1,34 8. Tong Air Bersih 8 Unit 72.000 576.000 1,18

9. Pukat 5 Unit 145.000 725.000 1,49

10. Ember 20 Unit 15.000 300.000 0,62

11. Jaring 8 Unit 100.000 800.000 1,64

12. Listrik (4000

watt) 1 Unit 4.000.000 4.000.000 8,22

Total 48.647.00

0 100,00

Biaya Tetap dan Variabel

Biaya yang harus dikeluarkan untuk menunjang keberlanjutan produksi kegiatan usaha tambak ikan nila diantaranya adalah biaya tetap dan variabel. Nilai biaya tetap yang paling besar dikeluarkan adalah sewa lahan Rp 8.000.000 (84,96%) selama setahun. Sedangkan untuk biaya variabel terbesar adalah benur Rp 4.500.000 (49,48%). Rincian biaya Tetap dan variabel dapat dilihat pada Tabel 14.


(59)

Tabel 14. Komponen Biaya Tetap dan Biaya Variabel dalam Usaha Tambak Udang (Ha/Tahun)

No. Uraian Vol Satuan Harga/Unit

(Rp) Nilai (Rp) Persentase Biaya Tetap

1. Sewa Lahan 1000 Tahun 8.000.000 8.000.000 84,96 2. Biaya

Penyusutan 1.416.267 15,04

Total 9.416.267 100,00

Biaya Variabel

1. Benur 3000

0 Ekor 150 4.500.000 42,45

2. Pakan 10 Kg 80.000 0,75

3. Urea 6 Kg 500.000 6.000 0,06

4. Air

3

Panen/

Tahun 80.000 720.000 6,79 5. Listrik

3

Panen/

Tahun 100.000 900.000 8,49

6. Kapur 50 Kg 85.000 85.000 0,80

7. Iodan 10 Liter 350.000 350.000 3,30

8. Gaji Teknisi

1

Orang/

Tahun 1.000.000 3.000.000 28,30 9. Gaji Paket

Panen 9

orang/

tahun 100.000 900.000 8,49

10. Garam 5 Kg 60.000 0,57

Total 10.601.00

0 100,00 Penerimaan

Penerimaan dapat di peroleh dari penjualan hasil produksi tambak nila yang telah dilakukan selama 3 bulan masa pemeliharaan. Hasil penerimaan juga sering disebut sebagai keuntungan dari kegiatan usaha tambak udang. Adapun penerimaan yang diperoleh petambak selama 3 kali panen selama setahun dengan penerimaan sebesar Rp 147.000.000 ha/tahun dengan harga penjualan Rp 100.000/Kg. Adapun rincian penerimaan usaha tambak udang dapat dilihat pada Tabel 15.


(60)

Tabel 15. Penerimaan Usaha Tambak Udang (Ha/tahun)

No Penerimaan Satuan Jumlah

1. Total Produksi (30 Ekor) Kg 1470

2. Penerimaan ( Rp 100.000/Kg) Rp 147.000.000

Pendapatan

Nilai pendapatan diperoleh hasil pengurangan nilai penerimaan hasil kegiatan tambak dengan biaya produksi dalam satuan kilogram pertambak permusim. Adapun pendapatan yang diterima dari kegiatan usaha tambak udang sebesar Rp 12.250.000 tambak/musim dengan total produksi udang sebesar 122.5 kg/tambak/musim.

Analisis Nilai Ekonomi

Keadaan usaha tambak nila dapat dilihat melalaui keadaan ekonomi usaha tambak udang tersebut. Nilai ekonomi dari tambak udang di Kelurahan Nelayan Indah terdiri dari pendapatan per bulan. BCR dan PP dapat dilihat pada Tabel 16.

Tabel 16. Nilai Ekonomi Tambak Udang

No. Parameter Satuan Nilai

1. BCR - 2.42

2. PP Bulan 2

Pendapatan Petambak

Hasil Kegiatan Usaha Tambak

Kegiatan usaha tambak di Kelurahan nelayan indah menggunakan lahan sebesar ± 294 Ha. Luas tambak yang masih aktif hanya 40 Ha terbagi menjadi tiga komoditas dominan yaitu nila, bandeng, udang. Adapun penerimaan tertinggi dan banyak dikembangkan masyarakat dari ketiga komoditas adalah nila sebesar


(61)

Rp 300.636.000 Kg/ha/tahun dengan luas lahan 23 ha karena mudah dalam operasi budidaya dan tidak sulit distribusikan. Sedangkan tambak bandeng Rp 211.356.000 Kg/ha/tahun dengan luas 6 ha/tahun serta tambak udang Rp147.000.000 Kg/ha/tahun dengan luas lahan 11 ha. Rincian nilai produksi tambak di Kelurahan Nelayan Indah pada Tabel 17.

Tabel 17. Nilai Produksi Tambak Berdasarkan Penerimaan Kelurahan Nelayan Indah

No. Komoditas Tambak Luas Lahan (Ha) Hasil Produksi (Kg/tahun) Penerimaan (Rp/ha/tahun) Hasil Produksi (Kg/musim) Pendapatan (Rp/musim)

1.

Nila

23

10.737

300.636.000

894,75

25.053.0

00

2.

Banden

g

6

11.742

211.356.000

978,5

17.613.0

00

3.

Udang

11

1.470

147.000.000

122,5

12.250.0

00

Perkembangan kegiatan usaha tambak di Kelurahan Nelayan Indah tetap dilakukan masyarakat karena secara keseluruhan total produksi yang di peroleh dalam setahun mencapai Rp 8.184.381.000 Ha/Tahun. Nilai produksi tersebuat dirasa mampu untuk melanjutkan kehidupan sehari-hari petambak. Adapun total produksi tambak Kelurahan Nelayan Indah disajikan dalam Tabel 18.

Tabel 18. Total Produksi Keseluruhan Tambak Kelurahan Nelayan Indah (Pertahun)

No.

Komoditas

Tambak

Luas Lahan

(Ha)

Nilai Produksi

(Rp/ha)

Total Produksi

(Rp/ha)

1.

Nila

23

300.636.000

6.914.628.000

2.

Bandeng

6

211.356.000

1.268.136.000

3.

Udang

11

147.000.000

1.617.000


(62)

Besaran penerimaan diperoleh dari kegiatan usaha tambak dan beberapa mata pencaharian sampingan dari pelaku usaha tambak. Besaran penerimaan dari usaha tambak nila. bandeng dan udang diharapkan mampu menutupi kebutuhan bulanan petambak setiap bulan. Oleh karena itu. rincian pendapatan rata-rata petambak di Kelurahan Nelayan Indah dapat dilihat pada Tabel 19.

Tabel 19. Pendapatan Rata-rata Petambak di Kelurahan Nelayan Indah (Perbulan)

No. Uraian Penerimaan

(Rp/ha/tahun)

Biaya (Rp)

Pendapatan (Rp) 1. Tambak Nila 300.636.000 3.103.000 6.263.250 2. Tambak Bandeng 211.356.000 2.498.000 4.403.250 3. Tambak Udang 147.000.000 1.839.500 3.062.500 Tingkat Pendapatan Usaha Tambak Nila

Pemenuhan kebutuhan petambak setiap bulannya diasumsikan terdiri atas 4 orang dalam keluarga terdiri atas suami, istri dan dua orang anak. Rata-rata pengeluaran sebesar Rp 3.103.000 perbulan. Uraian tingkat pengeluaran usaha tambak nila di Kelurahan Nelayan Indah pada Tabel 20.

Tabel 20. Tingkat Pengeluaran Keluarga Petambak Nila (/Bulan)

No. Kebutuhan Satuan Vol Harga

(Rp/Kg)

Jumlah (RP)

1. Beras Kg 25 10.000 250.000

2. Lauk Pauk Hari 30 18.000 540.000

3. Minyak Goreng Kg 3 13.000 39.000

4. Gas Elpiji 3 Kg Tabung 2 17.000 34.000

5. Sabun Mandi Cuci Bulan 1 50.000 50.000

6. Air Bulan 1 100.000 100.000

7. Listrik Bulan 1 150.000 150.000

8. Transport Keluarga Liter 10 9.000 90.000 9. Biaya Sekolah Anak Bulan 1 1.000.000 1.000.000

10. Jajan Anak Hari 30 25.000 750.000

11. Lainnya 100.000


(63)

Tingkat Pendapatan Usaha Tambak Bandeng

Pemenuhan kebutuhan petambak setiap bulannya diasumsikan terdiri atas 4 orang dalam keluarga terdiri atas suami, istri dan dua orang anak. Rata-rata pengeluaran sebesar Rp 2.498..000 perbulan. Adapun rincinan pengeluaran petambak disajikan pada Tabel 21.

Tabel 21. Tingkat Pengeluaran Keluarga Petambak Bandeng (/Bulan)

No. Kebutuhan Satuan Vol Harga (Rp/Kg) Jumlah (RP)

1. Beras Kg 30 8.500 255.000

2. Lauk Pauk Hari 30 10.000 300.000

3. Minyak Goreng Kg 5 13.000 65.000

4. Gas Elpiji 3 Kg Tabung 4 17.000 68.000

5. Sabun Mandi Cuci Hari 1 20.000 20.000

6. Air Bulan 1 70.000 70.000

7. Listrik Bulan 1 45.000 45.000

8. Transport Keluarga Liter 25 9.000 225.000

9. Biaya Sekolah Anak Bulan 1 850.000 850.000

10. Jajan Anak Hari 1 500.000 500.000

11. Lainnya 100.000 100.000

Total 2.498.000

Tingkat Pendapatan Usaha Tambak Udang

Pemenuhan kebutuhan petambak setiap bulannya diasumsikan terdiri atas 4 orang dalam keluarga terdiri atas suami, istri dan dua orang anak. Rata-rata pengeluaran sebesar Rp 1.839.500 perbulan. Uraian tingkat pengeluaran usaha tambak nila di Kelurahan Nelayan Indah pada Tabel 22.


(64)

Tabel 22. Tingkat Pengeluaran Keluarga Petambak Udang(/Bulan)

No. Kebutuhan Satuan Vol Harga

(Rp/Kg)

Jumlah (RP)

1. Beras Kg 19 8.500 161.500

2. Lauk Pauk Hari 30 18.000 540.000

3. Minyak Goreng Kg 2 13.000 26.000

4. Gas Elpiji 3 Kg Tabung 4 17.000 68.000 5. Sabun Mandi Cuci Bulan 1 25.000 25.000

6. Air Bulan 1 45.000 45000

7. Listrik Bulan 1 52.000 52.000

8. Transport Keluarga Liter 8 9.000 72.000 9. Biaya Sekolah

Anak Bulan 1 500.000 500.000

10. Jajan Anak Hari 30 10.000 300.000

11. Lainnya 50.000 50.000

Total 1.839.500

Pembahasan

Keadaan Umum Wilayah Penelitian

Kelurahan Nelayan Indah secara geografis terletak pada 98o40'56'' Bujur Timur dan 3o45'17'' Lintang Utara di Kota Medan-Labuhan, Sumatera Utara. Berdasarkan letak geografisnya, wilayah ini merupakan bagian dari pesisir timur Sumatera yang masih di pengaruhi pasang surut air laut dengan tanah berlumpur yang di tandai dengan adanya tumbuhan mangrove. Menurut Siregar (2003). menyatakan bahwa mangrove mempunyai beberapa ciri antara lain: tidak terpengaruh iklim, terpengaruh pasang. tanah tergenang air laut, tanah lumpur atau pasir.

Adapun batas-batas wilayah dapat yang mengelilingi Kelurahan Nelayan Indah adalah sebagai berikut:


(65)

 Sebelah Utara : Sungai Deli, Medan Belawan.

 Sebelah Selatan : Kelurahan Martubung

 Sebelah Barat : Desa Mawar 5, Medan Labuhan.

 Sebelah Timur : Muara sungai Deli

Hasil data pada tahun 2010 Kelurahan Nelayan Indah memiliki luas wilayah ± 389.7 Ha. Dari luasan wilayah Kelurahan Nelayan Indah terdiri dari 8 (Delapan) lingkungan pemukiman penduduk yang disusun berdasarkan jarak tempuh dari jalan utama Medan Labuhan yaitu Jalan Yoes Sudarso. Dari kedelapan lingkungan tersebut. penggunaan lahan yang terbesar digunakan sebagai lahan tambak budidaya (Tabel 1). Penggunaan lahan sebagai tambak dilakukan untuk menjaga hak kepemilikan tanah. lapangan pekerjaan dan mata pencaharian utama.

Penduduk di Kelurahan Nelayan Indah pada tahun 2010 berjumlah 10.532 jiwa dengan kepadatan penduduk ± 27.025 jiwa/ ha yang terdiri dari 4.901 jiwa kepala keluarga. Jumlah penduduk laki-laki sebanyak 5.904 jiwa dan penduduk perempuan sebanyak 4.628 jiwa. Penduduk asli Kelurahan Nelayan Indah merupakan masyarakat yang berprofesi sebagai nelayan. Namun. selama waktu berlalu penduduk asli berkurang dan digantikan oleh pendatang dengan profesi yang berbeda. Penduduk yang menetap memiliki jenis mata pencaharian utama sebagai buruh budidaya tambak dan wiraswasta.

Analisis Vegetasi Mangrove

Analisis vegetasi mangrove ada 5 jenis mangrove yang ditemukan dari hasil pengamatan populasi mangrove di Kelurahan Nelayan indah yang dibagi menjadi 2 jalur pengamatan. Pada jalur I ditemukan jenis A. ilicifolis, A. a ureum,


(1)

Lampiran 4. Biaya Penyusutan*

*Biaya penyustan = (harga 1 unit komponen – nilai sisa) Umur teknis

No Komponen

Umur Teknis (Tahun) Nilai Sisa Penyusuta n Pertahun

1 2 3 4 5

1 Kontruksi Lahan 2

50,00 0

2.474,000 2 Inlet Tambak

1 5,00

0

45,000

3 Outlet Tambak

1 5,00

0

45,000

4 Mesin Babat

2 100,00

0

550,000

5 Lam

2 5,00

0

17,500

6 Bubu

1 10,00

0

35,000

7 Tong Air Bersih 3 50,000 26.667

8 Pukat 2 50,000 75,000

9 Ember 1 2,000 23,000

10 Jaring

1 30,00

0

120,000


(2)

Lampiran 5. Foto Dokumentasi Hasil Survey A. Keadaan Lokasi Penelitian

Tambak Ikan Nila Tambak Ikan Bandeng


(3)

Lampiran 5. Lanjutan B. Analisis Vegetasi

Jenis Rhizophora apiculata Dominan Jenis Acanthus ilicifolis


(4)

Tim Analisis Vegetasi Jembatan Penghubung Ke Mangrove


(5)

Lampiran 5. Lanjutan

C. Wawancara Dengan Petambak

Wawancara Dengan Petambak Nila Wawancara dengan Petambak Udang


(6)

GPS (Global Positionong System) Camera Digital

Kompas Tali Rafia


Dokumen yang terkait

Kajian Mineral - Mineral Tanah Alluvial Pada Vegetasi Mangrove Di Desa Nelayan Indah Kecamatan Medan Labuhan

0 26 70

Kajian Sifat Fisik Dan Kimia Tanah Aluvial Pada Vegetasi Mangrove Di Desa Nelayan Indah Kecamatan Medan Labuhan

3 80 57

Analisis Nilai Ekonomi Usaha Tambak Nila, Bandeng dan Udang Windu terhadap Kesejahteraan Petambak di Kawasan Mangrove Kelurahan Nelayan Indah, Medan Labuhan

0 0 4

Analisis Nilai Ekonomi Usaha Tambak Nila, Bandeng dan Udang Windu terhadap Kesejahteraan Petambak di Kawasan Mangrove Kelurahan Nelayan Indah, Medan Labuhan

0 0 11

Analisis Nilai Ekonomi Usaha Tambak Nila, Bandeng dan Udang Windu terhadap Kesejahteraan Petambak di Kawasan Mangrove Kelurahan Nelayan Indah, Medan Labuhan

0 0 14

Analisis Nilai Ekonomi Usaha Tambak Nila, Bandeng dan Udang Windu terhadap Kesejahteraan Petambak di Kawasan Mangrove Kelurahan Nelayan Indah, Medan Labuhan

0 0 2

Analisis Nilai Ekonomi Usaha Tambak Nila, Bandeng dan Udang Windu terhadap Kesejahteraan Petambak di Kawasan Mangrove Kelurahan Nelayan Indah, Medan Labuhan

0 0 5

Analisis Nilai Ekonomi Usaha Tambak Nila, Bandeng dan Udang Windu terhadap Kesejahteraan Petambak di Kawasan Mangrove Kelurahan Nelayan Indah, Medan Labuhan

0 0 17

POTENSI EKONOMI PENGEMBANGAN USAHA BUDIDAYA TAMBAK UDANG WINDU DI KECAMATAN MUARA BADAK KABUPATEN KUTAI KARTANEGARA

0 2 7

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI ALIH FUNGSI TAMBAK IKAN BANDENG MENJADI TAMBAK UDANG VANNAMEI GUNA MENINGKATKAN KESEJAHTERAAN PETANI DALAM PERSPEKTIF EKONOMI ISLAM (Studi Kasus Pada Petani Tambak Desa Muara Gading Mas Kecamatan Labuhan Maringgai

0 2 147