Analisis Nilai Ekonomi Usaha Tambak Nila, Bandeng dan Udang Windu terhadap Kesejahteraan Petambak di Kawasan Mangrove Kelurahan Nelayan Indah, Medan Labuhan

87

TINJAUAN PUSTAKA

Ekosistem Mangrove
Pengertian Mangrove
Kata mangrove merupakan kombinasi antara bahasa Portugis mangue dan
bahasa Inggris grove. Bahasa Inggris kata mangrove digunakan baik untuk
komunitas tumbuhan yang tumbuh di daerah jangkauan pasang-surut maupun
untuk individu-individu spesies tumbuhan yang menyusun komunitas tersebut.
Bahasa Portugis kata mangrove digunakan untuk menyatakan individu spesies
tumbuhan, dan kata mangal untuk menyatakan komunitas tumbuhan tersebut
(Kusuma dkk, 2005).
Mangrove merupakan ekosistem yang unik dan rawan. Ekosistem ini
mempunyai berbagai fungsi ekologis dan ekonomis bagi manusia dan organisme
lainnya secara langsung maupun tidak. Perubahan ekosistem mangrove dapat
dilihat dari adanya alih fungsi lahan (mangrove) menjadi tambak, pemukiman,
industri dan penebangan oleh masyarakat untuk berbagai kepentingan (Rochana,
2010).
Mangrove secara alami memberikan fungsi-fungsi biologi, sosial ekonomi
dan fisik. Berbagai macam fungsi tersebut bermanfaat bagi kehidupan manusia

khususnya mereka yang tinggal sekitar

mangrove. Manfaat sosial ekonomi,

misalnya lebih dapat dirasakan langsung oleh masyarakat. Hasil

mangrove

berupa kayu, arang, kayu bakar, kerang, ikan, udang, kepiting, buah mangrove,
daun jeruju, produk olahan dan ekowisata dapat menambah pendapatan
masyarakat bahkan umumnya merupakan penghasil utama bagi sebagian

Universitas Sumatera Utara

88

masyarakat. Fungsi fisik ialah perlindungan pantai dari hantaman gelombang
tinggi, angin kencang, abrasi dan lain sebagainya (Kustanti, 2011).

Zonasi Mangrove

Hutan mangrove tumbuh subur dan luas di daerah delta dan aliran air sungai
yang besar dengan muara yang lebar. Hutan mangrove merupakan ekosistem yang
kompleks terdiri atas flora dan fauna daerah pantai, hidup sekaligus di habitat
daratan dan air laut, antara batas air pasang dan surut. Tumbuh pada kawasan
pasang surut mangrove harus beradaptasi dengan dengan kadar salinitas yang
menjadi faktor pembatas utama dalam penzonasian ekosistem mangrove
(Suryono, 2013).
Ada lima faktor utama yang mempengaruhi zonasi mangrove di kawasan
pantai tertentu yaitu (1) gelombang yang menentukan frekuensi tergenang
(2) salinitas yang berkaitan dengan hubungan osmosis mangrove (3) substrat
(4) pengaruh darat seperti aliran air masuk dan rembesan air tawar;
(5) keterbukaan terhadap gelombang yang menentukan jumlah substrat yang dapat
dimanfaatkan (Ghufran dan Kordi, 2012).
Hutan mangrove memiliki zona tumbuh tertentu. Pembagian zonasi
mangrove dimulai dari bagian yang paling kuat mengalami pengaruh angin dan
ombak yakni zona terdepan yang digenangi air berkadar garam tinggi dan
ditumbuhi pohon pionir. Zona paling depan adalah tumbuhan Avicenia spp yang
berasosiasi dengan Soneratia spp. zona ini menghadapi ombak, tanah lumpur
lembek dengan salinitas tinggi. Selanjutnya. zona Rhizophora umumnya
didominasi dengan tanaman bakau jenis Rizophora spp. berasosiasi dengan


Universitas Sumatera Utara

89

Bruguiera sp. Zona lain adalah zona Bruguiera umumnya didominasi oleh
tanaman bakau jenis Bruguiera spp. berasosiasi dengan jenis lain seperti
Ceriops tagal dengan salinitas sedang. Zona paling belakang adalah zona kering
dan nipa dengan salinitas airnya sangat rendah dan tanahnya keras serta kurang
dipengaruhi oleh pasang surut air laut, daerah ini didominasi oleh tumbuhan nipa
(Nypa fruticans) (Suryono, 2013). Dari depan kebelakang zona tumbuh mangrove
dapat dilihat pada Gambar 2.

Gambar 2. Pola Zonasi Mangrove (Bengen, 2004)

Karakteristik Mangrove
Tumbuhan mangrove memiliki kemampuan khusus untuk beradaptasi
dengan kondisi lingkungan yang ekstrim, seperti kondisi tanah yang tergenang,
kadar garam yang tinggi serta kondisi tanah yang kurang stabil. Dengan kondisi
lingkungan seperti ini beberapa jenis mangrove mengembangkan mekanisme yang

memungkinkan aktif mengeluarkan garam dari jaringan, sementara yang lain

Universitas Sumatera Utara

90

mengembangkan sistem akar nafas untuk membantu memperoleh oksigen bagi
sistem perakarannya (Dahuri, 2003).
Kondisi lingkungan yang keras dan khas tanaman mangrove beradaptasi
secara morfologi dan fisiologi. Adaptasi tersebut antara lain dapat dilihat pada
bentuk sistem perakaran yang khas dan unik pada tumbuhan mangrove. Perakaran
ini berfungsi antara lain membantu mangrove bernafas dan tegak berdiri. Ada
jenis-jenis akar yang horizontal di dalam tanah dan disana sini mencuat ke luar.
tegak seperti tonggak tajam seperti pada Avicennia. Ada juga akarnya yang
tersembul ke permukaan dan melengkung bagaikan lutut seperti pada Bruguiera.
Ada pula akarnya mencuat dari batang, bercabang-cabang mengarah kebawah dan
menggantung kemudian masuk ke tanah seperti pada Rizophora (Ghufran dan
Kordi, 2012).
Mangrove memiliki karakteristik yang dipengaruhi oleh topografi pantai
baik estuari atau muara sungai, dan daerah delta yang terlindung. Daerah tropis

dan sub tropis mangrove merupakan ekosistem yang terdapat di antara daratan
dan lautan. Pada kondisi yang sesuai mangrove akan membentuk hutan yang
ekstensif dan produktif. Secara karakteristik hutan mangrove mempunyai habitat
dekat pantai. Mangrove mempunyai kecenderungan membentuk kerapatan dan
keragaman struktur tegakan yang berperan sebagai perangkap endapan dan
perlindungan terhadap erosi pantai. Sedimen dan biomassa tumbuhan mempunyai
kaitan erat dalam memelihara efisiensi dan berperan sebagai penyangga antara
laut dan daratan. Disamping itu memiliki kapasitasnya sebagai penyerap energi
gelombang dan menghambat intrusi air laut ke daratan (Kapludin, 2012).

Universitas Sumatera Utara

91

Beberapa fungsi mangrove dapat dikategorikan kedalam tiga macam fungsi,
yaitu fungsi fisik, fungsi biologis (ekologis) dan fungsi ekonomi menurut Kusuma
dkk., (2013) dapat dikelompokkan sebagai berikut:

Fungsi Fisik
Menjaga garis pantai dan tebing sungai dari erosi/abrasi agar tetap stabil.

Mempercepat perluasan lahan, mengendalikan intrusi air laut. Melindungi daerah
di belakang mangrove dari hempasan gelombang dan angin kencang, mengolah
limbah organik.

Fungsi Biologi
Tempat mencari makan (feeding ground), tempat memijah (spawing
ground) dan tempat berkembang biak (nursery ground) berbagai jenis ikan dan
biota laut lainnya. Tempat bersarang berbagai jenis satwa liar terutama burung,
sumber plasma nutfah.

Fungsi Ekonomi
Hasil hutan berupa kayu, hasil hutan bukan kayu seperti madu, obatobatan, minuman dan makanan, tanin. Lahan untuk kegiatan produksi pangan dan
tujuan lain (pemukiman, pertambangan, industri, infrastuktur, transportasi,
rekreasi dan lain-lain.
Mangrove sangat berpotensi mendukung kehidupan masyarakat pesisir.
Dampak menyusutnya

mangrove menyebabkan tangkapan ikan. kepiting dan

kerang menjadi berkurang. Penduduk Indonesia sekitar 40 – 60 juta jiwa hidup di

wilayah pesisir sehingga kelangsungan hidup masyarakat pesisir dan pelestarian

Universitas Sumatera Utara

92

mangrove sama-sama perlu perhatian serius dari semua pemangku kepentingan
(Suryono, 2013).

Kegiatan Usaha Tambak
Menurut Undang-Undang Nomor 31 Tahun 2004. Pembudidayaan ikan
adalah kegiatan untuk memelihara. membesarkan. dan/atau membiakkan ikan
serta memanen hasilnya dalam lingkungan yang terkontrol, termasuk kegiatan
yang

menggunakan

kapal

untuk


memuat,

mengangkut,

menyimpan,

mendinginkan, menangani, mengolah, dan/ atau mengawetkannya. Pembudidaya
ikan adalah orang yang mata pencahariannya melakukan pembudidayaan ikan.
Faktor yang merupakan dasar pertimbangan pemilihan lokasi untuk
budidaya tambak berdasarkan Keputusan Menteri Nomor 34/Men/2002 Tentang
Pedoman umum Penataan Ruang Pesisir dan Pulau-pulau Kecil adalah
kemampuan daya dukung ruang berdasarkan besar ruang tersebut dapat
berproduksi secara optimal dengan tidak memberikan dampak negatif terhadap
lingkungan. sehingga kelestarian produksi tetap terjamin. Lokasi pertambakan
sebaiknya jauh dari pengaruh limbah indutri, pertanian, pelabuhan, pertambangan,
tapi

mudah


memperoleh

memperlancar/pengenceran

air

bersih

pembuangan

dan

arus

limbah.

yang

kuat


Penetapan

untuk
kawasan

pertambakan harus mempertimbangkan perbedaan pasang surut air laut yang
ideal,

pelaksanaan

pembangunan

pertambakan

harus

mampu

mencegah


terbentuknya sarang penyakit seperti malaria dan filariasis.
Menurut Suryono (2013), tambak ramah lingkungan terdapat banyak
manfaat diantaranya kontruksi pematang tambak menjadi lebih kuat karena akan

Universitas Sumatera Utara

93

dipegang akar-akar mangrove, keanekaragaman hayati akan meningkat (termasuk
bibit ikan alam dan kepiting), yang akan meningkatkan juga pendapatan petani
ikan, kualitas air tambak menjadi lebih baik, karena fungsi perakaran mangrove
dapat menyaring limbah padat dan mikroba akan terdapat pada lantai mangrove
dan dapat mendekomposisi bahan organik yang berasal dari kegiatan budidaya.
Pengolahan tambak menurut tingkat teknologi yang digunakan menurut
Rusmiyati (2014) sebagai berikut.
a. Tambak Tradisional (Ekstensif)
Tambak tradisional adalah tambak yang mengandalkan aliran air laut dan air
sungai (hingga menjadi payau) secara alamiah. Tambak ini dipupuk dengan
pupuk kandang dan urea agar menimbulkan biota air sebagai makanan utama
dalam kegiatan tambak. Tambak tradisional berpematang tanah, dan tanpa
pompa serta peralatan modern lainnya. Ciri dari tambak tradisional dibangun
di lahan pasang surut yang umumnya berupa rawa-rawa bakau, atau rawarawa pasang surut bersemak dan rerumputan sehingga pemasukan dan
pengeluaran air tergantung sepenuhnya dengan pasang surut. Bentuk dan
ukuran petakan tambak tidak teratur. pembangunan tambak biasanya dengan
Luasan antara 3 – 10 ha per petak namun pada kegiatan tambak ini tidak
dilakukan pemupukan.
b. Tambak semi Intensif
Sistem tambak semi-intensif merupakan peningkatan/ perbaikan dari sistem
tradisional/ ekstensif yaitu dengan memperkenalkan bentuk petakan yang
teratur dengan maksud agar lebih mudah dalam pengelolaan airnya. Beberapa
ciri-ciri dari tambak semi-intensif adalah adanya pemasukan dan pengeluaran

Universitas Sumatera Utara

94

air tidak bergantung sepenuhnya pada pasang surut. bentuk petakan umumnya
teratur dengan bentuk empat persegi panjang dengan luas 1 – 3 ha per petakan.
Tambak ini terdapat saluran diagonal dengan lebar 5 – 10 m menyerong dari
pintu pemasukan kea rah pengeluaran. Pada kegiatan tambak semi-intensif ini
pada umumnya hasil produksinya yang dicapai lebih tinggi dari tambak
sederhana.
c.

Tambak intensif
Sistem pemeliharaan intensif adalah sistem pemeliharaan paling modern.
Tambak modern (intensif) adalah tambak dengan aliran air laut dan air tawar
dengan pompa. Pergantian air dapat dilakukan sesering mungkin sesuai
dengan tingkat kepadatan biota airnya. Pemeliharaan dapat dilakukan di kolam
atau tambak air payau dan pengarian yang baik. Tambak modern umumnya
berpematang beton dengan peralatan modern terutama kincir untuk
meningkatkan kadar oksigen air dengan menggerakkan air. Ciri-ciri tambak
modern anatara lain: bentuk dan kontruksinya menyerupai tambak semi
intensif bujur sangkar, lantai dasar dipadatkan sampai keras, dilapisi oleh
pasir kerikil. Tanggul biasanya dari tembok, sedangkan air laut dan air tawar
dicampur dalam bak pencampuran sebelum masuk ke dalam tambak, pipa
pembuangan air hujan atau kotoran yang terbawa angin, dipasang mati disudut
petak, terdapat aerasi untuk menambahkan kadar O 2 dalam air serta kegiatan
pergantian air yang sangat sering dimungkinkan oleh penggunaan pompa dan
tambak ini dilakukan pemupukan.
Pembangunan

perikanan

tambak

dapat

menimbulkan

perubahan

peningkatan sosial ekonomi masyarakat bila terbuka lapangan kerja baru.

Universitas Sumatera Utara

95

pembangunan sarana dan prasarana jalan, penyediaan sarana dan prasarana
produksi tambak oleh masyarakat. Ketergantungan masyarakat terhadap
mangrove sebagai sumber mata pencaharian dan berkembangnya usaha perikanan
tambak (Wirani, 2014).
Budidaya tambak udang/ikan berpotensi sebagai penambah penyedia
lapangan kerja bagi masyarakat pesisir bukan nelayan maupun nelayan tangkap.
mengingat waktu produksi budidaya tambak lebih panjang dibandingkan dengan
musim produksi nelayan tangkap. Pola tambak yang menempati tata ruang di
kawasan pesisir panta. dapat digali potensinya menjadi salah satu daya Tarik bagi
kegiatan wisata pantai yang berwawasan (Saraswati, 2005).

Tambak Udang
Udang tiger memiliki peluang usaha yang cukup baik karena memiliki
banyak konsumen baik di dalam negeri atau di luar negeri. Selain karena
kandungan gizi yang sangat tinggi serta memiliki kandungan lemak sedikit. dan
memiliki cita rasa khas tersendiri (Rusmiyati, 2014).
Budidaya udang masih terus dikembangkan atau dibudidayakan karena
udang merupakan salah satu sumber protein hewani dan mempunyai nilai ekspor
yang tinggi. Tingginya nilai harga jual udang untuk ekspor maka harga udang di
dalam negeri tinggi juga. Kemampuan udang bertahan terdahap perubahan
lingkungan

dan

penyakit

sangat

tinggi

sehingga

tidak

sulit

dalam

pengembangannya (Sumarno, 2011).
Klasifikasi udang menurut Rusmiyati (2014), bentuk udang dapat dilihat
pada Gambar 3.

Universitas Sumatera Utara

96

Kingdom

: Animalia

Filum

: Arthropoda

Class

: Malacostraca

Ordo

: Decapoda

Famili

: Penaeidae

Genus

: Penaeus

Spesies

: Penaeus monodon

Gambar 3. Udang tiger (Penaeus monodon) (Zakaria, 2010)
Beberapa

manfaat mengkonsumsi udang diantaranya adalah dapat

mencegah kanker, menjaga kesehatan jantung, memenuhi kebutuhan protein,
memaksimalkan berbagai fungsi-fungsi organ vital tubuh. sebagi anti oksidan.
mencegah anemia dan lain-lain (Rusmiyati, 2014).

Tambak Nila
Ikan nila umumnya hidup di perairan tawar tetapi toleransi luas terhadap
salinitas sehingga ikan nila dapat berkembang biak pada perairan payau dengan
salinitas relatif tinggi. Ikan nila tergolong ikan pemakan segala (omnivora).

Universitas Sumatera Utara

97

Pertumbuhan ikan nila cepat dan dapat menyesuaikan diri serta dangat tahan
terhadap serangan penyakit maka memiliki nilai ekonomi yang tinggi (Setyo,
2006).
Klasifikasi ikan nila menurut Setyo (2006) dapat dilihat pada Gambar 4.
Kingdom

: Animalia

Filum

: Chordata

Class

: Osteichtyes

Ordo

: Percymorphy

Famili

: Cichlidae

Genus

: Oreochromis

Spesies

: Oreochromis niloticus

Gambar 4. Ikan Nila (Oreochromis niloticus) (Setyo, 2006)

Para petani bertahan menjalankan budidaya ikan nila karena mereka sudah
mampu mengolah setiap keuntungan yang besar. Secara ekonomi usaha budidaya
ikan nila sangat menguntungkan dan mendukung bagi pemenuhan gizi masyarakat
(Wullur, 2013).

Universitas Sumatera Utara

98

Tambak Bandeng
Budidaya ikan bandeng telah lama dikenal oleh petani dan saat ini telah
berkembang di hampir seluruh wilayah Indonesia dengan memanfaatkan perairan
payau dan pasang surut. Teknologi budidaya ikan ini juga telah mengalami
perkembangan yang begitu pesat mulai dari pemeliharaan tradisional yang hanya
mengandalkan pasokan benih dari alam pada saat pasang sampai ke teknologi
intensif yang membutuhkan penyediaan benih, pengelolaan air, dan pakan secara
terencana (Reksono dkk., 2012).
Budidaya bandeng di masyarakat tidak banyak menemukan kesulitan karena
ikan ini memiliki keunggulan kooperatif dibandingkan dengan ikan lainnya yaitu:
teknik pembenihannya telah dikuasai sehingga pasokan benih tidak tergantung
dari alam, teknologi budidaya relatif mudah, bersifat toleran tdengan perubahan
salinitas tinggi (euryhaline), bersifat herbivora dan taggap terhadap pakan buatan.
formulasi pakan buatan untuk ikan bandeng relatif mudah, tidak bersifat kanibal
dan mampu hidup dalam kondisi berjejal, dapat dibudidayakan secara polikultur
dengan spesies lainnya seperti baronang, meskipun dagingnya bertulang, tetapi
rasanya lezat dan di beberapa daerah memiliki referensi konsumsi yang tinggi,
dan dapat digunakan sebagaiumpan bagi industri penangkapan tuna (Mansyur dan
Tonnek, 2004)
Klasifikasi dan morfologi ikan bandeng (Gambar 5) menurut Saanim
(1968) diacu Susanto (2010) sebagai berikut.

Universitas Sumatera Utara

99

Kingdom

: Animalia

Filum

: Chordata

Class

: Pisces

Ordo

: Malacopterygii

Famili

: Chanidae

Genus

: Chanos

Spesies

: Chanos chanos

Gambar 5. Ikan Bandeng (Chanos chanos) (Susanto (2010))
Budidaya tambak udang/ikan banndeng berpotensi sebagai penambah
penyedia lapangan kerja bagi masyarakat pesisir bukan nelayan maupun nelayan
tangkap,

memngingat

waktu

produksi budidaya

tambak

lebih panjang

dibandingkan dengan musim produksi nelayan tangkap (Saraswati, 2005).

Analisis Nilai Ekonomi Usaha Tambak
Analisa usaha perikanan budidaya bertujuan untuk mengetahui gambaran
secara jelas modal atau investasi yang diperlukan untuk operasional suatu usaha
kegiatan produksi tambak per musim tanam atau dalam satu tahun. Secara garis
besar petani atau pelaku usaha perikanan dapat mengetahui penerimaan dan

Universitas Sumatera Utara

100

keuntungan yang diperoleh serta beberapa lama kemungkinan modal investasi
tersebut dapat dikembalikan (Adi, 2011).
Menurut Adi (2011), biaya adalah sesuatu atau sejumlah uang yang
dikeluarakan/dikorbankan guna mencapai suatu tujuan. Tujuan tersebut dapat
diartikan sebagai pengorbanan barang atau jasa. Adapun dilihat secara khusus
biaya tersebut dapat dibagi menjadi 2 (dua) investasi yaitu biaya tetap (fixed cost)
dan biaya variabel (variable cost):
a. Biaya Tetap
Biaya tetap merupakan biaya yang besarnya tidak akan dipengaruhi oleh
tingkat operasi pada periode waktu tertentu. Biaya ini harus dikeluarkan sesuai
dengan kebutuhan teknis meskipun tidak operasional. Adapun biaya tetap
adalah semua biaya yang dikeluarkan untuk penyediaan peralatan-peralatan
yang akan dipergunakan untuk operasional budidaya tersebut, misalnya: sewa
tambak. pompa air, perbaikan konstruksi tambak, pembuatan pintu air.
b. Biaya Variabel
Biaya variabel merupakan biaya yang besarnya bervariasi mengikuti secara
proposional dengan jumlah produk yang dihasilkan, biaya variabel akan
nol/tidak ada apabila produksinya nol atau tidak dilakukan kegiatan usaha.
Biaya variabel ini adalah biaya yang habis dalam satu periode pemeliharaan.
Pembiayaan tergantung dari tingkat produksi yang akan dihasilkan serta
tingkat teknologi yang diterapkan.
Biaya produksi adalah semua pengeluaran untuk memperoleh faktor-faktor
produksi dan bahan-bahan penunjang lainnya. Biaya produksi adalah konpensasi
yang diterima pemilik faktor-faktor produksi, atau biaya-biaya yang dikeluarkan

Universitas Sumatera Utara

101

oleh petani dalam proses produksi. Selanjutnya dikatakan bahwa dalam usahatani
dikenal dua macam biaya yaitu: (1) biaya berupa uang tunai, misalnya upah
tenaga kerja, biaya pengadaan sarana produksi perikanan, dan (2) biaya berupa
barang misalnya bagi hasil panen (Yasin, 2013).
Menurut Abidin (2010), analisis usaha tambak meliputi permodalan.
pembiayaan. produksi dan penerimaan. Selanjutnya dilakukan analisis jangka
pendek dan panjang untuk mengetahui profitabilitas digunakan untuk mengetahui
tingkat keuntungan usaha tambak.
Analisis manfaat biaya (Benefit Cost Ratio) merupakan analisis yang
digunakan untuk mengetahui besaran keuntungan atau kerugian serta keleyakan
suatu usaha. Analisis ini memperhitungkan biaya serta manfaat yang akan
diperoleh dari pelaksanaan suatu usaha. Analisis ini mempunyai kepekaan dalam
memperhitungkan tingkat keuntungan dan kerugian dalam suatu usaha dengan
mempertimbangkan biaya yang akan dikeluarkan serta manfaat yang akan dicapai.
Dalam menentukan manfaat harus dilihat secara luas pada mafaat biaya sosial dan
tidak hanya pada individu tapi kepentingan luas (Hafidh, 2010).
Pendapatan usaha tambak menurut Adi (2011), menyatakan adalah hasil
penjualan produk yang hampir semuanya jenis ikan atau udang. Tingkat usaha ada
3 indikator untuk mengukur tingkat keuntungan yaitu: keuntungan operasional,
pendapatan bersih dan keuntungan bersih.
a. Keuntungan Operasional
Keuntungan operasional diartikan sebagai perbedaan antara pendapatan kotor
dengan biaya variabel. Keuntungan operasional yang positif akan menjamin
kelangsungan operasional kegiatan usaha tambak dalam jangka pendek.

Universitas Sumatera Utara

102

b. Pendapatan Bersih
Pendapatan bersih diartikan sebagai pendapatan yang diperoleh dengan
mengurangi

biaya

tetap

kedalam

keuntungan

operasional.

Besarnya

pendapatan bersih ini akan bisa dipergunakan untuk apa saja tanpa
mempengaruhi operasional jangka panjang.
c. Keuntungan Bersih
Keuntungan bersih dihitung dari pendapatan kotor dikurangi dengan biaya
total. Keuntungan bersih ini dianggap sebagai indikator keuntungan dan
prospek operasi dalam jangka panjang. Keuntungan bersih adalah syarat
utama yang akan menjamin pengoperasian tambak dalam jangka panjang.
Pengertian pendapatan bagi para petani tambak adalah dari hasil penjualan
produknya (ikan atau udang).
Payback period merupakan jangka waktu yang diperoleh untuk membayar
kembali atau mengembalikan semua biaya-biaya yang telah dikeluarkan dalam
suatu usaha. analisis payback period menghitung berapa investasi yang digunakan
dapat kembali. Hasil perhitungan payback period diatas dikali 30 hari dari hasil
perhitungan di ambil kriteria penilaian. Payback period lebih kecil dari waktu
maksimum, maka usulan usaha tersebut dapat diterima dan Payback period lebih
besar dari waktu maksimum, maka usulan usaha tersebut ditolak Hernanto (1989)
diacu Diatin (2007).

Analisis Sosial Masyarakat
Laju pertumbuhan penduduk yang tinggi membutuhkan berbagai
sumberdaya guna memenuhi kebutuhan hidup. Masyarakat mengelola dan

Universitas Sumatera Utara

103

memanfaatkan mangrove sesuai dengan kebutuhan hidup dan kemampuan
mereka. Pengelolaan dan pemanfaatan mangrove digunakan menjadi kegiatan
tambak, pemukiman, lahan pertanian, lahan perkebunan, industri atau lainnnya
(Wirani, 2014).
Pemanfaatan mangrove terdapat dua jenis dampak yang di dapatkan
masyarakat yaitu dampak terhadap lingkungan fisik dan biologi dan dampak
terhadap lingkungan sosial ekonomi. Dampak fisik dan biologi adalah berkaitan
dengan aspek ketersediaan sumber penghasilan dari keberadaan mangrove di
kawasan sekitar tempat tinggal penduduk. Aspek yang ada kaitannya dengan
dampak sosial ekonomi adalah faktor kesempatan kerja, pola kempemilikan,
penguasaan sumberdaya alam, tingkat pendapatan penduduk, tingkat sarana dan
prasarana perekonomian dan pola pemanfaatan sumberdaya alam (Jakaria, 2000).

Universitas Sumatera Utara

Dokumen yang terkait

Kajian Mineral - Mineral Tanah Alluvial Pada Vegetasi Mangrove Di Desa Nelayan Indah Kecamatan Medan Labuhan

0 26 70

Kajian Sifat Fisik Dan Kimia Tanah Aluvial Pada Vegetasi Mangrove Di Desa Nelayan Indah Kecamatan Medan Labuhan

3 80 57

Analisis Nilai Ekonomi Usaha Tambak Nila, Bandeng dan Udang Windu terhadap Kesejahteraan Petambak di Kawasan Mangrove Kelurahan Nelayan Indah, Medan Labuhan

1 101 95

Analisis Nilai Ekonomi Usaha Tambak Nila, Bandeng dan Udang Windu terhadap Kesejahteraan Petambak di Kawasan Mangrove Kelurahan Nelayan Indah, Medan Labuhan

0 0 4

Analisis Nilai Ekonomi Usaha Tambak Nila, Bandeng dan Udang Windu terhadap Kesejahteraan Petambak di Kawasan Mangrove Kelurahan Nelayan Indah, Medan Labuhan

0 0 11

Analisis Nilai Ekonomi Usaha Tambak Nila, Bandeng dan Udang Windu terhadap Kesejahteraan Petambak di Kawasan Mangrove Kelurahan Nelayan Indah, Medan Labuhan

0 0 14

Analisis Nilai Ekonomi Usaha Tambak Nila, Bandeng dan Udang Windu terhadap Kesejahteraan Petambak di Kawasan Mangrove Kelurahan Nelayan Indah, Medan Labuhan

0 0 2

Analisis Nilai Ekonomi Usaha Tambak Nila, Bandeng dan Udang Windu terhadap Kesejahteraan Petambak di Kawasan Mangrove Kelurahan Nelayan Indah, Medan Labuhan

0 0 5

POTENSI EKONOMI PENGEMBANGAN USAHA BUDIDAYA TAMBAK UDANG WINDU DI KECAMATAN MUARA BADAK KABUPATEN KUTAI KARTANEGARA

0 2 7

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI ALIH FUNGSI TAMBAK IKAN BANDENG MENJADI TAMBAK UDANG VANNAMEI GUNA MENINGKATKAN KESEJAHTERAAN PETANI DALAM PERSPEKTIF EKONOMI ISLAM (Studi Kasus Pada Petani Tambak Desa Muara Gading Mas Kecamatan Labuhan Maringgai

0 2 147